• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Pada Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus Pembelajaran Senam Lantai Kelas X Di SMAN 11 Kota Bandung”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Pada Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus Pembelajaran Senam Lantai Kelas X Di SMAN 11 Kota Bandung”."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING BELAKANG

KAKI LURUS PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

(Kelas X di SMAN 11 Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

YUSUF DWI MEIRIANTO

1000281

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

(2)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

BANDUNG

2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

LANGSUNG TERHADAP TINGKAT

KEPERCAYAAN DIRI PADA

KETERAMPILAN GULING BELAKANG

KAKI LURUS PEMBELAJARAN SENAM

LANTAI

(

Kelas X di SMAN 11 Kota Bandung

)

Oleh

Yusuf Dwi Meirianto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Yusuf Dwi Meirianto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

YUSUF DWI MEIRIANTO

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT

KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING BELAKANG

KAKI LURUS PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

(Kelas X di SMAN 11 Kota Bandung)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing: Pembimbing I

Drs. Hendi Suhendi Paweka, M.Pd. NIP. 195803021985111002

Pembimbing II

Helmy Firmansyah, M.Pd. NIP. 197912282005011002

Mengetahui,

(4)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP

ABSTRAK

YUSUF DWI MEIRIANTO (1000281). Skripsi ini berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Langsung Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Pada Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus Pembelajaran Senam Lantai Kelas X Di SMAN 11 Kota Bandung”. Dosen Pembimbing 1. Drs. Hendi Suhendi Paweka, Dosen Pembimbing 2. Helmy Firmansyah, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung terhadap tingkat kepercayaan diri pada keterampilan guling belakang kaki lurus. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X SMAN 11 Bandung sebanyak 50 siswa dan siswi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random

sampling. Metode Penelitian ini yaitu metode eksperimen, dengan desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design. Instrumen yang digunakan yaitu angket

kepercayaan diri (Vealey, al : 1998) dan penilaian keterampilan guling belakang kaki lurus yang berpedoman pada Australian Gymnastic Federation INC (Schembri, G :1989).Dari tabel distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = 48 didapat nilai ttabel sebesar 1,678. Setelah dilakukan Uji Signifikansi dengan menggunakan Uji-t diperoleh hasil thitung kepercayaan diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar (-0,49) < ttabel (1,678) . Sedangkan hasil thitung keterampilan guling belakang kaki lurus sebesar (0,328) < ttabel (1,678). Maka (Ho) diterima dan (H1) ditolak. Kesimpulannya adalah Model Pembelajaran Langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan diri pada keterampilan guling belakang kaki lurus pembelajaran senam lantai kelas X di SMAN 11 Bandung.

(6)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING BELAKANg KAKI LURUS

ABSTRACT

YUSUF DWI MEIRIANTO (1000281). “Direct Learning Model Effect on the Level of Confidence in the Backward Roll Legs Stright Skill Learning Gymnastics Floor Study for SMAN 11 Bandung Tenth Graders”

This study aims to determine the effect of direct learning model to the level of confidence on the backward roll legs straight skill. The sample in this study is 50 boys and girls of the SMAN 11 Bandung tenth graders. Sampling was done by simple random sampling technique. The method of this study is an experimental method, with pretest - posttest control group experimental design. The instrument used was a questionnaire of confidence (Vealey, al : 1998) and backward roll legs straight skills assessment guided by the Australian Gymnastic Federation INC ( Schembri , G : 1989) . From t distribution table for α = 0.05 and dk = 48 obtained values of ttable is 1,678. After Significance Tests using Uji-t, obtained thitung confidence of experimental group and the control group was (-0.49) < t tabel (1.678). While, thitung results of back foot straight bolsters is (0.328) <ttable (1.678). Then (Ho) is accepted and (H1) is rejected. So, the conclusion is Direct Learning Model is not significantly affect the self confidence on the backward legs straight roll skill gymnastic study for SMAN 11 Bandung tenth graders.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Definisi Model Pembelajaran ... 9

2. Definisi Kepercayaan Diri ... 15

3. Hakikat Senam ... 21

4. Guling Belakang Kaki Lurus ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 26

C. Hipotesis Penelitian ... 26

(8)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian ... 30

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Prosedur Pengolahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi Data ... 55

2. Analisis Data ... 58

B. Diskusi penemuan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Skala penilaian ... 35

Tabel 3.2 Lembar penilaian Tes Guling Belakang Kaki lurus ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Kepercayaan diri ... 38

Tabel 3.4 Skor untuk soal positif ... 40

Tabel 3.5 Skor untuk soal negatif ... 40

Tabel 3.6 Kategori pemberian skor alternatif jawaban ... 41

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepercayaan Diri ... 47

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kepercayaan Diri ... 51

Tabel 4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Kepercayaan Diri ... 55

Tabel 4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Keterampilan Senam ... 56

Tabel 4.3 Kategori tingkat kepercayaan diri ... 57

Tabel 4.4 Uji Normalitas Liliefors Ketermapilan Senam ... 58

Tabel 4.5 Uji Normalitas Liliefors Tingkat Kepercayaan diri ... 58

(10)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Keterampilan Kepercayaan Diri ... 60 Tabel 4.8 Uji Hipotesis Keterampilan Senam ... 62 Tabel 4.9 Uji Hipotesis Tingkat Kepercayaan Diri ... 62

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Dokumentasi ... 70

Lampiran 2 Angket Uji Coba, Tes Awal, dan Tes Akhir Kepercayaan Diri ... 74

Lampiran 3 Uji Validitas, Reliabilitas Angket Kepercayaan diri ... 97

Lampiran 4 Hasil Pretest dan Posttest Kepercayaan Diri, dan Senam ... 107

Lampiran 5 Hasil Pretest dan Posttest Senam Lantai ... 116

Lampiran 6 Uji Normalitas Kepercayaan Diri dan Senam ... 116

Lampiran 7 Uji Homogenitas Kepercayaan Diri dan Senam ... 131

Lampiran 8 Uji Hipotesis Kesamaan Dua Rata-rata ... 138

Lampiran 9 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 143

Lampiran 10 Program Pembelajaran Guling Belakang Kaki Lurus ... 216

(12)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian... 226

Lampiran 13 Surat Balasan Penelitian ... 227

Lampiran 14 Tabel Distribusi F ... 229

Lampiran 15 Tabel Distribusi t dan nilai-nilai r Prduct Moment... 234

Lampiran 16 Nilai-nilai kritis L untuk Uji Liliefors ... 236

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai Makhluk Tuhan yang dikaruniai kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, manusia mampu mempertahankan hidup serta memperbaiki kualitas hidupnya.

Dalam sejarah pertumbuhannya, kemampuan dasar tersebut merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupan disegala bidang. Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan, dalam dimensi yang setara dengan tingkat daya cipta, rasa, dan karsa masyarakat beserta anggotanya. Pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup umat manusia sepanjang sejarah.

Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berpikir, dengan kata lain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kesatuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(14)

menurut Mahendra (2008, hlm. 3) sebagai berikut: “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dan kualitas individu baik dalam hal

fisik, mental, serta emosional.”

Pendidikan jasmani di Indonesia tidak terlepas dengan sistem pendidikan nasional. Hal tersebut dapat diamati dalam pelaksanaan penjas dan olahraga yang dilaksanakan pada setiap jenjang sekolah.

Dengan pendidikan jasmani, siswa dapat terpengaruhi kondisi psikologisnya, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap individunya itu sendiri. Dampak positif dari pendidikan jasmani sangat banyak dirasakan oleh siswa. Beberapa dampak psikologis dari pendidikan jasmani diuraikan oleh Ibrahim (2001) yaitu dalam aspek motivasi dan sikap, pengembangan harga diri, serta aspek sosial dan moral.

Ketika siswa dapat berkompetisi dengan siswa lainnya dan siswa tersebut memenangkannya, maka akan timbul rasa percaya diri yang tinggi pada siswa tersebut. Siswa akan merasa nyaman, bahwa ternyata dirinya memiliki kemampuan yang dapat dibayangkan. Yang demikian itu akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan psikologis siswa.

(15)

sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas gerak. Mereka yang beranggapan seperti itu mempunyai pandangan bahwa ketika adanya tugas gerak yang dianggap mereka sulit, maka mereka tidak ingin mengikutinya atau bahkan bisa berdampak cedera pada tubunya sehingga mereka takut akan tugas gerak tersebut, namun ada juga siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran aktivitas pendidikan jasmani sangat penting dan akan berdampak positif bagi kondisi tubuh dan jiwanya, sehingga mereka bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Kesenjangan ini yang akan berpengaruh terhadap hasil keterampilan belajar siswa.

Jika hal ini dibiarkan begitu saja, maka integritas pendidikan jasmani akan semakin terpuruk dari pandangan masyarakat, siswa, dan lain-lain. Selain daripada itu, keterampilan belajar siswa yang rendah akan tidak sesuai dengan apa yang ingin mereka capai dikemudian hari dalam hidupnya sebagai manusia seutuhnya.

(16)

Proses pembelajaran materi senam ketangkasan yang di dalamnya terdapat aktivitas senam lantai merupakan bagian kurikulum pendidikan, tercantum dalam kompetisi inti dan kompetinsi dasar. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL (Standar Kompetensi Lulusan) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang di kelompokkan ke dalam aspek spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Berdasarkan Kompetensi Inti ini harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Sedangkan Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar tentu ada yang dikatakan dengan istilah model pembelajaran. Model pembelajaran banyak jenisnya, diantaranya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran langsung, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran pendidikan olahraga, model pembelajaran taktis, dan lain-lain.

Briggs (1995, dalam Harjanto, 2006) menjelaskan bahwa: “Model adalah

seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti

penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.”

(17)

misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Tujuan dari model pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalanya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya.

Dengan demikian pembelajaran langsung dapat di definisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan diinstruksikan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan keterampilan tertentu. (Gerten, Taylor & Graves, 1999).

Sehingga dengan menggunakan Model pembelajaran langsung yaitu yang mempunyai konsep menuntut dan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada tahun 1996 oleh Reynold dan Farrel yang merupakan penelitian komparasi bertaraf internasional. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di Inggris dan Singapura. Laporan ini menemukan fakta bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar di kedua Negara itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan salah satu faktor utama Direct Instructional (DI).

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

(18)

psikologi lainnya. Untuk melakukankan keterampilan guling belakang kaki lurus diperlukan kepercayaan diri dari tiap-tiap individu atau siswa siswi.

Dalam diri masing-masing siswa mempunyai kepercayaan diri yang beragam, dan rasa percaya diri merupakan salah satu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap keadaan yang ada pada dirinya serta tehadap kemampuan yang dimiliknya. Rasa percaya diri merupakan suatu cerminan mengenai keadaan dan kemampuan yang ada pada diri individu itu sendiri. Individu tersebut memberikan penilaian positif terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuan yang dimilikinya, dan percaya akan kemampuan yang dimilikinya merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam program pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien.

(19)

bagi para pemuda Yunani Kuno ( sekitar tahun 1000 SM hingga kira-kira tahun 476) untuk menjadi warga negara yang baik sesuai cita-cita negara serta untuk menjadikan penduduknya sebagai manusia harmonis.

Imam Hidayat (1995) mencoba mendefinisikan senam sebagai : “...suatu latihan tubuh yang di pilih dan di konstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, di susun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual”. Sedangkan Peter H. Werner (1994) mengatakan: senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

Secara hirarki, senam lantai ini harus dilakukan secara teratur. Jika latihan tidak dilaksanakan dengan teratur maka akan memengaruhi otot dan sendi yang telah dilatih.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis mengangkat skripsi ini dengan judul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING BELAKANG KAKI LURUS PEMBELAJARAN SENAM LANTAI KELAS X DI SMAN 11 KOTA BANDUNG”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat teridentifikasi beberapa masalah diantaranya: Siswa kurang aktif dalam melakukan suatu tugas gerak (learning to do). Kurang tepatnya guru dalam pemilihanan model pembelajaran pada pembelajaran aktivitas senam lantai. Rasa takut dan tidak percaya diri siswa dalam melakukan gerakan senam lantai aktivitas pembelajaran penjas.

C. Rumusan Masalah

(20)

perhatian khusus dikarenakan tingkat cideranya tinggi, dan keadaan siswa harus tetap diawasi dengan keterlibatan seorang guru, sehingga model ini cocok untuk mengatur dan memberikan materi ajar kepada siswa dengan baik. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran langsung terhadap tingkat kepercayaan diri siswa pada keterampilan guling belakang kaki lurus pembelajaran senam lantai kelas x di SMAN 11 Kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009,hlm.282) yaitu sebagai berikut: “tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian erat dengan rumusan

masalah yang ditulis”.

Mengacu kepada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk Mengetahui pengaruh dari model pembelajaran langsung terhadap tingkat kepercayaan diri siswa pada keterampilan guling belakang kaki lurus pembelajaran senam lantai kelas x di SMAN 11 Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1) Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(21)

b. Sebagai bahan pertimbangan kepada guru pengajar, atau Pembina dalam memeberikan model pembelajaran yang sesuai sehingga mampu tercapainya tujuan pendidikan.

c. Sebagai Informasi kepada orangtua akan hasil belajar anak terutama terkait kepercayaan diri dalam melaksanakan suatu tugas gerak.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a) Tempat/Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah tempat yang akan dilaksanakan penelitian, lokasi penelitian ini yaitu di SMAN 11 Bandung, jl. Kembar Baru no.32 Kota Bandung.

b) Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan tiga kali dalam satu minggu selama 12 kali pertemuan (termasuk pre-test dan post-test) yang dilaksanakan pada bulan Agustus - September tahun 2014.

c) Sasaran Penelitian

Siswa SMAN 11 Bandung, kelas X. 2. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Dalam suatu penelitian seorang peneliti memerlukan objek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini disebut populasi. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 117) : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Selanjutnya Sudjana (2005, hlm.

6) mengemukakan : “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil

menghitung maupun pengukuran kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.

(23)

data dari suatu penelitian untuk ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 11 Kota Bandung sebanyak 340 orang siswa dan terdiri dari 10 kelas.

b) Sampel

Mengenai sampel dijelaskan oleh Sugiyono (2010, hlm. 118) bahwa :

“Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik pengambilan

sampel ini adalah dengan menggunakan simple random sampling, menurut Sugiyono (2007, hlm. 171) menyatakan bahwa “cara pengambilan sampel secara acak yang berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Arikunto (2013, hlm. 95) dalam hal ini menyatakan bahwa: “Sampel acak sederhana (simple random sampling) apabila peneliti mengambil sampel dengan melakukan lotre terhadap semua pupulasi”. Semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel”. Karena penulis menganggap populasi dalam penelitian ini sifatnya homogeny. Arikunto dalam Rustandi (2009, hlm. 45) menjelaskan bahwa, “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel”. Sedangkan tentang jumlah sampel penelitian, penulis berpedoman pada pendapat Arikunto dalam Rustandi (2009, hlm. 45) sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara10-15% atau 20-25% atau lebih.

Roscoe Research Methods for Business (1992, hlm. 253) dalam Abduljabar dan Darajat (2012, hlm. 21) memberikan saran tentang ukuran sampel dalam penelitian:

(24)

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita; pegawai negeri –swasta maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya jumlah variablenya ada 5 (independen+dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10 s/d 20.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X yang berjumlah 50 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik ini dilakukan karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, serta anggota populasi dianggap homogen. Sampel yang telah ditentukan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (eksperimen) dan kelompok B (kontrol) dengan masing-masing sampel 25 orang.

n = N x 15% = 340 x 15% = 50

Sampel yang telah ditentukan berjumlah 50 dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (eksperimen) dan kelompok B (kontrol) dengan masing-masing sampel 25 orang.

B. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

(25)

Adapun fungsi dari desain penelitian menurut Sudjana dan Ibrahim dalam Alif (2013, hlm. 43) sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian.

2) Memungkinkan penelitian membuat intrepretasi dari hasil studi melalui analisis dan secara statistika.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan satu macam perlakuan. Dalam model ini sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (O1), Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) yaitu model pembelajaran langsung dan pada kelompok kontrol tidak diberi. Sesudah selesai perlakuan, maka kedua kelompok diberi tes lagi sebagai post-test (O2). Setelah data tes akhir terkumpul maka data tersebut disusun, diolah dan di analisis secara statistik. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hasil dari perlakuan yang sudah diberikan.

Arikunto (2013, hlm. 210) menggambarkan desain penelitian tersebut sebagai berikut :

A O1 X O2 B O3 O4

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Pretest-Posttest Control Group Design

Keterangan :

A : Kelompok Eksperimen B : Kelompok Kontrol

(26)

O2 : Tes akhir kelompok eksperimen sesudah diberikan perlakuan. O3 : Tes awal kelompok control dengan pretest untuk mengetahui data awalnya sebelum diberikan perlakuan.

O4 : Tes akhir kelompok eksperimen sesudah diberikan perlakuan. X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen (model pembelajaran langsung).

Dengan skema seperti tergambar dapat diketahui bahwa efektifitas perlakuan ditunjukkan oleh perbedaan antara (O1-O2) pada kelompok eksperimen dengan (O3-O4) pada kelompok kontrol.

2. Langkah-langkah Penelitian

Pada penelitian ini penulis memberi intruksi, tujuan dan kepentingan penelitian kepada subjek penelitian yaitu siswa. Kemudian dilakukan Pre-test mengenai pengisian angket kepercayaan diri dan tes keterampilan guling belakang kaki lurus. Setelah data awal didapat dari hasil (Pre-test), kemudian siswa diberikan perlakuan (treatment) berupa kegiatan pembelajaran senam lantai yang dilakukan tiga kali dalam seminggu selama 12 kali pertemuan. Selama ± 6 minggu. Hal ini didasarkan menurut Harre yang dikutip oleh Harsono (1988, hlm. 106) yang menyatakan bahwa: “…Meso-cycle lamanya 3-6 minggu; dan untuk micro-cycle kurang dari 3 minggu, bisa 1 atau 2 minggu.

(27)

Tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini secara bagan dilukiskan:

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian Sampel

Populasi

Kelompok A

Tes Skala Kepercayaan diri dan Tes Awal Keterampilan Guling

Belakang Kaki Lurus

Kelompok B

Tes Skala Kepercayaan diri dan Tes Awal Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Kesimpulan

(28)

C. Metode Penelitian

Penelitian adalah proses ilmiah yang bertujuan untuk mendapat jawaban dari suatu permasalahan, Nazir (2005, hlm. 84) mengemukakan bahwa : “Penelitian adalah proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku”. Sedangkan metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, Arikunto (2002, hlm. 136) menjelaskan bahwa : “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (Pretest-posttest Control Group Design).

D. Definisi Operasional

1. Kepercayaan Diri

Skor Total setiap siswa tentang keyakinan untuk berhasil dalam penguasaan keterampilan teknik guling belakang kaki lurus yang diukur dengan indikator (1) Efisiensi Kognitif (cognitive efficiency), (2) Latihan dan keterampilan fisik (physical skill and training), (3) Serta resiliensi (resilience). Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki siswa tersebut, sebaliknya jika semakin rendah skor yang dicapai maka semakin rendah kepercayaan diri siswa tersebut.

(29)

Skor total setiap siswa didapatkan berdasarkan hasil pretest dan posttest, berdasarkan kriteria penilaian yang berpedoman pada Australian Gymnastic Federation INC, yaitu adanya skor 1 sampai dengan 5.

E. Instrumen Penelitian

1) Instrumen untuk Tes Keterampilan Guling Belakang Kaki lurus

Tujuan : Mengukur keterampilan dan gerak sikap tubuh dalam menggulingkan tubuh ke belakang dengan kaki lurus.

Alat yang digunakan : Matras Kapur Karpet

Petunjuk Pelaksanaan : Siswa Bersiap-siap utuk melakukan gerakan guling belakang kaki lurus diatas matras secara individu. Siswa mulai melakukan gerakan guling belakang kaki lurus setelah ada abab-aba suara peluit dari tester.

2) Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian berpedoman pada Australian Gymnastic Federation INC,

dalam buku yang berjudul “Gym Skills” Schembri, G (1989, hlm. 16)

menjelaskan karakteristik dalam penilaian senam, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1

Skala Penilaian Rating Scale

Score Characteristics

5 Performance with complete assurance and control. Excellent technique and form. Floid movement

(30)

3 Good. Essential features demonstrated. POerformance looked safe, even though minor errors of form were present.

2 Uncontrolled. Poor form and technique. Deviations form the requirements of the written text.

1 Not recognizable due to poor execution omissions. Unsafe

Keterangan:

Skor Penjelasan

5 Pelaksanaan sempurna dan terkontrol. Teknik dan bentuk sempurna. Gerakan guling belakang sistematis

4 Sangat Baik. Kesalahan bentuk dan posisi yang kecil. Tidak ada pelanggaran dari ketentuan.

3

Baik. Hal-hal pokok tertampilkan. Peragaan terlihat aman, sekalipun terlihat kesalahan-kesalahan dalam bentuk yang kecil.

2 Tidak terkontrol. Bentuk dan teknik jelek. Banyak kesalahan dari ketentuan yang tertulis.

1 Tidak dapat dikenali karena pelaksanaan salah satu atau hilang. Tidak aman

3) Format Penilaian

(31)

Lembar Penilaian Tes Guling Belakang Kaki Lurus

No Nama Skor

1 2 - -

25

Keterangan cara pengisian format penilaian adalah sebagai berikut:

1. Tulis nomor dan nama siswa.

2. Setelah siswa melakukan tes, kemudian tester memberikan penilaian yang ditulis pada kolom yang telah disediakan.

4) Instrumen untuk penelitian Kepercayaan Diri

Untuk memperoleh data tentang tingkat kepercayaan diri digunakan kuisioner yang disusun oleh peneliti. Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada resaponden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2000, hlm. 199). Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm. 151) menyatakan bahwa angket atau kuisioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang kepribadiannya atau hal-hal yang ia ketahui.” Angket atau kuisioner pada penelitian ini dibuat untuk menjaring dan memperoleh informasi bagaimana gambaran tingkat kepercayaan diri siswa SMAN 11 Kota Bandung.

(32)

(2006, hlm. 152) yang menyebutkan “angket tertutup atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.”

Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuisioner dengan pola jawaban berskala likert. Proses penyusunan kuisioner diawali menyusun dan menentukan indikator-indikator kepercayaan diri, pembuatan kisi-kisi kemudian dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan beserta taraf skalanya.

a. Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri

Berdasarkan komponen kepercayaan diri yang di kemukakan oleh Vealey, et al. (1998) di atas kemudian disusun indikator-indikator untuk mempermudah membuat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Adapun butir-butir pertanyaan atau untuk mengukur tingkat kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri

(33)
(34)

Dalam penulisan angket ini penulis berpedoman pada pendapat Kartono yang dikutip oleh Umaran (2006, hlm. 41) bahwa:

1. Membuat kata pengantar seperlunya sebagai pembuka yang sifatnya luas dan menarik, maka penulis menghindari kata-kata yang ergosentris dan kurang halus.

2. Memandang perlu membuat petunjuk ringkas, supaya responden dengan mudah membuat pertanyaan.

3. Menyusun item dan kalimat yang sederhana, tetapi jelas dan tidak mengandung banyak arti rangkap dan tidak samar-samar sifatnya.

4. Membuat pernyataan yang sesuai dengan keadaan kemampuan intelektual para responden (subjek riset)

5. Membuat item, yaitu singkat, sederhana, jelas sehingga tidak menuntut waktu, tenaga dan pikiran para responden.

6. Menghindari kata-kata yang berlebihan, kata-kata yang sangat emosional dan kurang sopan yang mungkin bisa menyinggung perasaan responden. 7. Memuat item yang tertutup, agar responden lebih tertarik.

8. Tidak membuat kuisioner yang terlampau panjang dan bertele-tele.

Dari uraian diatas maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas dan tegas. Pernyataan-pernyataan angket penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

b. Kriteria Pemberian Skor Pertanyaan atau Pernyataan

Setiap pertanyaan atau pernyataan disediakan lima alternatif jawaban. Yakni sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dalam hal ini mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan model skala Likert. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 134) menyatakan sebagai berikut:

(35)

Berdasarkan uraian di atas penulis menetapkan kategori penskoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pertanyaan positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat tidak setuju = 1. Sedangkan untuk setiap butir pertanyaan negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat tidak setuju = 5. Pemberian skala skor pada setiap kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima alternatif jawaban. Bahkan pendapat tersebut sama dengan yang dikemukakan oleh Nurhasan (2007, hlm. 349) yang tertuang dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4 Skor Untuk Soal Positif

Jawaban Skor

SS (Sangat Setuju) 5

S (Setuju) 4

R (Ragu-ragu) 3

TS (Tidak Setuju) 2

STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Tabel 3.5 Skor Untuk Soal Negatif

Jawaban Skor

SS (Sangat Setuju) 1

S (Setuju) 2

R (Ragu-ragu) 3

TS (Tidak Setuju) 4

STS (Sangat Tidak Setuju) 5

Untuk lebih jelasnya menurut Nurhasan (2007, hlm. 349) kategori penskoran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

(36)

Setelah data di dapat dari instrument yang telah dirancang, langkah selanjutnya adalah dengan mengolah dan menganalisis data tersebut secara statistik. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengolahan data Keterampilan Guling Belakang kaki lurus

1) Mencari nilai rata-rata dari skor. Pendekatan statistiknya menggunakan rumus:

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: x = rata-rata suatu kelompok

n = jumlah sampel xi = nilai data

xi = jumlah sampel suatu kelompok

2) Menghitung simpangan baku, dengan skor yang tidak dikelompokan,

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

n = Banyaknya sampel

∑ (x - x)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3) Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan menurut Nurhasan (2002, hlm. 105) adalah sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan paling besar.

(37)

Z =

c. Untuk setiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing niai Z (Fzi) dengan ketentuan : jika nilai Z negative, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z.

d. Menetukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan melihat nilai kedudukan Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya. f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari

seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah; tolak hipotesis nol, jika Lo yang diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα = tidak normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (jika Lo ≤ Lα = normal).

4) Menguji homogenitas, dalam uji ini menurut Nurhasan (2002, hlm. 110) Menggunakan pendekatan uji F, yang formulasi rumusnya adalah sebagai berikut:

F =

(38)

5) Uji Masing-masing Kelompok

Uji perkembangan hasil pembelajaran masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu menggunakan rumus dari Sudjana (1992, hlm. 239) dengan rumus:

X1 = nilai rata-rata kelompok 1 X2 = nilai rata-rata kelompok 2 S = simpangan baku

n1 = banyak sampel Eksperimen n2 = banyak sampel Kontrol

Kriteria : tolak hipotesis (Ho) jika : t ≥ t tabel (1-α), dengan dk = n1+n2-2 dalam hal lain hipotesis (Ho) diterima.

(39)

Dengan kriteria pengujian yang berlaku ialah, terima H0 jika t < t1-α dan tolak H0 jika thitung mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 - 2) dengan peluang (1 - α). Membandingkan t hitung dan t tabel. Kemudian membuat kesimpulan. Dari tabel distribusi untuk α = 0,05 dan dk = 48 maka menggunakan rumus interpolasi. Berikut dibawah ini adalah rumus dari interpolasi:

Keterangan:

C = ttabel yang dicari

C0 = ttabeldengan α = 0,05 ; dk = 40 C1 = ttabeldengan α = 0,05 ; dk = 60 B = dk 48

B1 = dk 40 B0 = dk 40

2. Uji Coba Angket

(40)

pengumpul data dalam penelitian. Uji coba instrument bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes berupa angket dan apakah tes berupa angket tersebut cocok untuk digunakan sebuah penelitian tentang pengaruh model pembelajaran langsung terhadap tingkat kepercayaan diri dalam melakukan guling belakang kaki lurus pembelajaran senam lantai.

Penelitian ini melakukan uji coba angket pada siswa kelas X di SMAN 11 Bandung sebanyak, tetapi bukan kepada sampel yang akan di ambil data. Angket tersebut diujicobakan pada tanggal 18 Juli 2014 kepada siswa-siswi sebanyak 40 orang dan teknik pengisiannya, penulis menunggu sampel untuk mengisi angket tersebut dengan suasana kelas yang kondusif.

1) Analisis Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 172), “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti”. Valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Langkah-langkah dalam pengolahan data untuk validitas instrument tersebut adalah:

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan skor terendah.

b. Menentukan 27% rensponden yang memperoleh skor tertinggi dan 27% responden yang memperoleh skor terendah.

c. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi disebut dengan kelompok atas, sedangkan kelompok yang memperoleh skor terendah disebut dengan kelompok bawah.

(41)

Keterangan:

X = rata-rata suatu kelompok n = jumlah sampel

xi = nilai data

xi = jumlah sampel suatu kelompok

e. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

n = Banyaknya sampel

∑ (x - x)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

f. Mencari varians (S2) melalui rumus:

Keterangan:

S2 = varians yang dicari N = jumlah sampel

x = skor yang diperoleh seseorang

g. Mencari thitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus:

(42)

t = nilai thitung yag dicari

x1 = rata-rata kelompok atas x2 = rata-rata kelompok bawah S21 = rata-rata kelompok atas S22 = rata-rata kelompok bawah N = jumlah sampel

h. Menentukan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 atau 95% dan derajat kebebasan (dk) = n -2

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir tes pertnyataan, maka tes dilakukan dengan pendekatan uji signifikasi, yaitu jika t hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka maka pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data. Tetapi sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur pengumpul data. Perhitungan uji validitas dapat dilihat dalam lampiran.

Hasil uji validitas menunjukkan dari 80 butir soal, terdapat 62 butir soal yang valid dan 18 yang tidak valid. Yang dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Instrumen Percaya Diri

No t-hitung t-tabel Keterangan

1 1,26 1.72 Tidak Valid

2 2,06 1.72 Valid

3 3,73 1.72 Valid

4 -0,27 1.72 Tidak Valid

5 2,79 1.72 Valid

6 3,23 1.72 Valid

7 1,83 1.72 Valid

(43)
(44)
(45)

71 2,62 1.72 Valid

72 -1,71 1.72 Tidak Valid

73 1,96 1.72 Valid

74 2,40 1.72 Valid

75 1,12 1.72 Tidak Valid

76 3,07 1.72 Valid

77 3,84 1.72 Valid

78 3,29 1.72 Valid

79 2,76 1.72 Valid

80 4,96 1.72 Valid

Berdasarkan tabel diatas maka sesuai dengan pernyataan dalam pendekatan uji signifikasi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel (t-hitung ≥ t-tabel), pernyataan tersebut dapat dikatakan valid. Tetapi sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel) maka pernyataan tersebut tidak dapat dikatakan tidak valid.

2) Reliabilitas tes

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split Half Test). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y

(46)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y ∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara x dan y x2 = nilai x yang dikuadratkan

y2 = nilai y yang dikuadratkan N = jumlah sampel

c. Menggunakan teknik belah dua Spearman Brown (Split Half)

d. Menguji koefisien seluruh item tes dengan menggnakan rumus yang dikembangkan oleh Sugiyono (2009, hlm. 184) sebagai berikut:

Keterangan:

t : Nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes n : besar/jumlah sampel

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Instrument Tingkat Percaya Diri

No Skor Skor

X2 Y2 XY

Responden Butir Ganjil (X) Butir Genap (Y)

1 125 122 15625 14884 15250

2 144 145 20736 21025 20880

3 148 147 21904 21609 21756

(47)

5 172 173 29584 29929 29756

6 171 159 29241 25281 27189

7 165 160 27225 25600 26400

8 170 175 28900 30625 29750

9 153 151 23409 22801 23103

10 181 186 32761 34596 33666

11 150 157 22500 24649 23550

12 146 151 21316 22801 22046

13 159 146 25281 21316 23214

14 150 130 22500 16900 19500

15 127 120 16129 14400 15240

16 164 158 26896 24964 25912

17 153 155 23409 24025 23715

18 155 153 24025 23409 23715

19 153 154 23409 23716 23562

20 162 158 26244 24964 25596

21 191 193 36481 37249 36863

22 173 159 29929 25281 27507

23 161 160 25921 25600 25760

24 173 175 29929 30625 30275

25 155 155 24025 24025 24025

26 150 153 22500 23409 22950

27 173 169 29929 28561 29237

28 171 169 29241 28561 28899

29 158 163 24964 26569 25754

30 160 166 25600 27556 26560

31 158 159 24964 25281 25122

32 176 159 30976 25281 27984

33 168 163 28224 26569 27384

34 164 167 26896 27889 27388

35 180 166 32400 27556 29880

36 154 161 23716 25921 24794

37 171 154 29241 23716 26334

38 157 161 24649 25921 25277

39 174 173 30276 29929 30102

40 181 174 32761 30276 31494

(48)

Koefisien korelasi (Product Moment) percaya diri dengan rumus sebagai berikut:

Reliabilitas Tingkat Percaya diri Spearman Brown (Split Half Test)

(49)

reliable, namun dalam kenyataan pengukuran psikologi koefisien sempurna yang

mencapai angka rxx’ = 1,00 belum pernah dijumpai.Wells & Wollack (2003)

dalam Azwar (2013, hlm. 126) menyatakan bahwa:

high-stakes standardized tests yang dirancang secara profesional hendaknya memiliki koefisien konsistensi internal minimal 0,90; sedangkan untuk tes yang tidak begitu besar pertaruhannya harus memiliki koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80 atau 0,85.’

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka hasil dari koefisien reliabilitas yang didapat yaitu 0,87 dan reliabilitas percaya diri berdasarkan teknik split half test didapatkan nilai sebesar 0,933. Oleh karena itu penulis menyimpulkan hasil uji reliabilitas angket skala kepercayaan diri ini adalah reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

Menguji koefisien seluruh item tes t-hitung percaya diri dengan rumus berikut

(50)
(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, berikut ini paparan kesimpulan penelitian, sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan Model Pembelajaran Langsug terhadap Tingkat Kepercayaan Pada Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus Pembelajaran Senam Lantai Kelas X di SMAN 11 Bandung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan temuan hasil penelitian diatas, bahwa model pembelajaran langsung tidak berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri pada keterampilan guling belakang kaki lurus. Atas dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Pentingnya penerapan berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran senam lantai dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan siswa.

2. Pembelajaran dengan memperhatikan aspek psikologis harus menjadi prioritas utama demi terwujudnya tujuan pembelajaran dan pendidikan. 3. Memberi pengetahuan bagi para guru penjas akan pentingnya penggunaan

(52)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, & Darajat. (2012). Statistika dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Adisuyanto B. Aka MM : Cerdas dan Bugar dengan Senam Lantai (24-03-14: Senin 16.05)

Arikunto, S.(2007). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rienika Cipta. Arikunto, S (2014). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rienka Cipta.

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cox, R.H (2007). Sport Psychology: Concept and Application. Iowa: Wm.C.

Brown Publishers.

Darsono. (2010). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa yang mengikuti Unit Kegiatan Taekwondo, Bulutangkis, Dan Bola Basket Di Smp Negeri 15 Bandung. Skripsi Sarjana Pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Dede Rahmat. (2013). Pengaruh Media Audio Visual terhadap Peningkatan Hasil

Belajar Pada Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang di SMAN 1 Tanjungsari. Skripsi sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Feby, Firmansyah.(2007). Tingkat Kepercayaan Diri Wasit PHSI. Yogyakarta. Godefroy, Stephanie Barat. (1999). Bagaimana Cara Mengembangkan Karisma

Dan Daya Tarik Pribadi Anda. Batam Center: Interaksara.

Gufron & Risnawati. (2010). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzi Media. Harsono . (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching.

(53)

Hambali, B. (2010). Daya Prediksi Kepercayaan Diri dalam Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis Berdasarkan jenis kelamin. Skripsi, Bandung: FPOK UPI BANDUNG.

Hidayat, Y. dan Sukadiyanto. (2012) Jurnal IPTEK Olahraga. Instrumen Strategi MultiteknikMental Atlet Usia 11-13 tahun, 14 (3), hlm. 268-287.

Han Han Suhandi. (2014). Pengaruh Pembelajaran Taekwondo Terhadap Kepercayaan Diri Siswa. Skripsi sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ibrahim, Rusli.(2007). Psikologi Kepelatihan. FPOK Bahan Ajar. Bandung: FPOK UPI

Joyce, B. Weil, M. Calhoum, E. (2009). Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Juliantine et,al. (2013). Model-model pembelajaran pendidikan jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Mahendra, A. (2007). Senam Artistik teori dan Metode Pembelajaran senam untuk Mahasiswa FPOK-UPI.

Mahendra, A. (2003). Pembelajaran Senam. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Nazir, (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurhasan, (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.Bandung.

Kardi, S. dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa.

Metzler. (2000). Intructional Models For Physical Education. USA: Allyn And Bacon.

(54)

YUSUF DWI MEIRIANTO, 2014

Schembri, Gene (1983). Gym Skills. Dingley Vic: The Australian Gymnastics Federation Inc.

Siswandi Iwa. (2013). Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Learning dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Passing Bawah Bola Voli di SMPN 2 Leuwigoong Garut. UPI BANDUNG.

Sudjana,. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono,. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

UPI. (2013). Pedoman Karya Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vealey, R.S., & Chase, M.A. (2008). Self Confidence In Sport: Conceptual And Research Advance. In T.S Horn (Ed.), advance in sport psychology (3rd ed., pp. 65-97). Champaign, IL: Human Kinetics.

Vealey, R.S., Hayasi, S.W., Garner-Holman, M., & Giacobi,P. (1998). “Source of sport confidet : conceptualization and instrument develovment”. Journal of sport and exercise psychology, (20), 54-80.

Ir. Biasworo Adisuyanto Aka MM : Cerdas dan Bugar dengan Senam Lantai (24-03-14: Senin 16.05)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/DASAR-DASAR%20SENAM.pdf (24-03-14: Senin 16.00)

Gambar

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
Tabel 3.1 Skala Penilaian
 Tabel 3.2
Tabel 3.3  Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini pemustaka di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

Longsor memindahkan massa tanah dengan volume yang besar, adakalanya disertai oleh batuan dan pepohonan, dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan erosi tanah

[r]

anak korban bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan

Pengertian asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah, bahwa dalam suatu. tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu peneliti ingin melihat gambaran apa adanya tentang suasana proses belajar mengajar yang

hasil wawancara dan catatan lapangan ditulis ulang dan disempurnakan berdasarkan hasil rekaman, sehingga data yang diperoleh akurat. 3) Studi dokumen merupakan

Rizki : “akhirnya acara perkenalan pun dimulai, gw langsung mencoba memperkenalkan diri sekalian mem- promosikan diri kalo gw masih single, tapi kenapa ya sampai sekarang kok