• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode APIQ terhadap Hasil Belajar Matematika bagi Siswa Kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 T1 292012508 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode APIQ terhadap Hasil Belajar Matematika bagi Siswa Kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 T1 292012508 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1Pembelajaran Matematika

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003

tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 merupakan sebuah proses interaksi antara

peserta didik dan pendidik dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Senada dengan peraturan tersebut, Sudjana (2004:8) mengartikan pembelajaran

sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi

kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga

belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Sedangkan Sanjaya (2008:77) mengungkapkan bahwa pembelajaran sebagai

proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa

kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.

Pengertian matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007:1) adalah

bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif;

ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur

yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,

dan akhirnya ke dalil. Selaras pendapat tersebut, Echels dalam Anitah (2008)

mengungkapkan matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan

hubungan-hubungannya.

Kegiatan proses belajar matematika yang dilaksanakan di sekolah disebut

sebagai pembelajaran matematika. Lebih lanjut, Susanto (2013:186)

mendefisinikan pembelajaran matematika sebagai suatu proses belajar mengajar

yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang

(2)

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Senada dengan pendapat

tersebut, Suherman (2001) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

matematika siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman

tentang sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek karena

matematika dipandang sebagai proses aktif dan kontruktivis dimana siswa

mencoba menyelesaikan masalah yang muncul sebagaimana mereka

berpartisipasi secara aktif dalam latihan matematika dikelas. Sedangkan menurut

Rahayu (2007:2), hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja

dirancang untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta

didik melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika

harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman

tentang matematika.

Berdasarkan dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses memperoleh pengetahuan dari interaksi

yang sengaja diciptakan oleh dua pihak yaitu siswa sebagai peserta didik dan guru

sebagai pendidik, dengan tujuan edukatif, untuk memahami simbol-simbol, angka

dan bilangan sebagai representasi dari bahasa matematika.

2.1.1.2Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Susanto (2013:189), tujuan pembelajaran matematika di SD secara

umum adalah siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Senada

dengan pendapat tersebut, Depdiknas (2004) menyebutkan bahwa secara khusus

pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan

(3)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat, generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang mengasah kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk menjelaskan keadaan/masalah.

5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.2Hasil Belajar

2.1.2.1Pengertian Hasil Belajar

Slameto (2010:2) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan yang akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun

proses belajar berikutnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Nawawi

dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu. Senada dengan hal tersebut, Sudjana (2011:22) mendefinisikan

hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar. Sedangkan menurut Sudijono (2011:30), hasil

belajar adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum dan

tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang

bersifat terbatas.

Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dipaparkan maka dapat

(4)

aspek afektif, kognitif maupun psikomotor sebagai acuan tingkat keberhasilan

siswa setelah siswa mendapatkan pengalaman hidup.

2.1.2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Baharuddin (2007)

terbagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Penjelasan kedua

faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu

dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi hasil belajar meliputi:

a. Faktor Fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu yang berpengaruh pada aktivitas belajar individu, contohnya

seperti kesehatan yang baik dan prima, serta keadaan fungsi

jasmani/fisiologis yang sempurna. Contohnya seperti tidak dalam keadaan

cacat jasmani, fungsi pancaindera yang baik, dan segala hal yang

berhubungan dengan fisik dan jasmani yang dapat mempengaruhi siswa

dalam proses belajarnya.

b. Faktor Psikologis, adalah faktor yang berhubungan dengan psikis

seseorang yang dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya.

Faktor psikologi siswa meliputi kecerdasan, motivasi diri, minat, sikap,

dan bakat.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. faktor

ini terbagi menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan

nonsosial.

a. Lingkungan sosial, terdiri dari lingkungan sosial sekolah, lingkungan

sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. Lingkungan sosial

(5)

sekolah seperti teman-teman di sekolah, guru dan staf, dan lain-lain yang

dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah. Sedangkan

lingkungan sosial masyarakat adalah kelompok di sekitar tempat tinggal

siswa, atau tempat bermain siswa yang akan mempengaruhi aktivitas dan

proses belajarnya. Lingkungan sosial keluarga berasal dari keluarga

siswa.

b. Lingkungan nonsosial, terbagi menjadi 3 yaitu lingkungan alamiah seperti

kondisi udara yang segar dan tidak terlalu panas atau dingin, sinar

matahari yang sesuai, suasana yang sejuk dan tenang; faktor instrumental

seperti alat belajar yang terbagi menjadi dua, yaitu hardware(seperti

gedung sekolah, alat dan fasilitas belajar, lapangan olahraga) dan

software (seperti kurikulum sekolah, peraturan sekolah, dan buku); dan

faktor materi pelajaran yang hendaknya disesuaikan dengan

perkembangan siswa.

2.1.2.3Ranah Hasil Belajar

Klasifikasi oleh Bloom dalam Susanto (2013) yang digunakan dalam sistem

pendidikan nasional membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1. Kognitif, terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman

disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk

kognitif tingkat tinggi.

2.Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3.Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah psikomotoris, yaitu gerakan refleks,

keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

(6)

2.1.3Metode APIQ

2.1.3.1 Pengertian Metode APIQ

Nggermanto (2010:3) menyatakan bahwa Metode APIQ (Aritmatik Plus

Inteligensi Quantum) adalah metode matematika yang kreatif dan membantu

siswa untuk mempelajari konsep matematika secara menyenangkan yang

didesain sesuai dengan kemampuan, kelebihan maupun kekurangan

masing-masing siswa. Metode belajar ini dikembangkan pertama kali pada tahun 2000

oleh seorang alumni ITB bernama Agus Nggermanto. Pada metode APIQ, anak

diajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah dalam matematika secara cepat

dan sederhana. Siswa tidak hanya diajarkan dengan cara cepat, tetapi siswa juga

akan memahami konsep matematika. APIQ merupakan perpaduan antara

pendekatan Quantum Learning, Quotien Learning,dan Experiential Learning.

1. Metodologi (Methodology)

Quantum Learning dan Quantum Quotient adalah pendekatan

pembelajaran yang menggunakan keseimbangan antara otak kanan yang

kreatif dengan otak kiri yang logis. Selain itu, didorong dengan keseimbangan

kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional sehingga akan

memaksimalkan kerja keseluruhan bagian otak. Dengan pendekatan Quantum

Learning memungkinkan siswa belajar dengan cepat dan menyenangkan.

Experiential Learning, melalui metode APIQ pembelajaran matematika

yang semula abstrak, menjadi nyata karena siswa akan belajar menggunakan

alat-alat media pembelajaran yang sesuai. Guru sebagai penyedia alat belajar

akan membantu siswa dalam memahami lebih dalam tentang materi ajar

melalui pengalaman siswa sendiri. Dalam hal ini dapat menggunakan indera

peraba, pencium, perasa, dan lain sebagainya sesui dengan kebutuhan belajar.

Mastery Learning, metode APIQ menyadari bahwa siswa hadir dengan

kelebihan dan kekurangan pada masing-masing individu. Berdasarkan

(7)

membantu siswa agar dapat menguasai matematika secara sempurna dan

optimal.

2. Pengetahuan (Knowledge)

Math Education, metode pembelajaran APIQ mempelajari matematika

secara utuh meliputi aritmatika, perhitungan cepat aritmatika, aljabar,

geometri, statistik dan kalkulus. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat

menerapkan penggunaan matematika yang telah dipelajari di sekolah pada

dunia nyata.

Sistematic Math, maksudnya dalam memberikan materi belajar, APIQ

menyusun pembelajaran matematika secara urut, sistematis dan hati-hati.

Penyusunan ini dimulai dari dasar pembelajaran matematika yang paling

mudah, dan meningkat hingga ke taraf yang paling sulit dan rumit. Hal ini

dimaksudkan agar terciptanya pembelajaran yang berkesinambungan dan

efektif bagi siswa sehingga dapat memberikan hasil belajar yang maksimal.

Creative Math, dengan pembelajaran yang dihadirkan dengan kreatif,

APIQ membantu siswa untuk menumbuhkan dan mengasah kreativitas siswa

melalui pembelajaran yang dihadirkan sehingga diharapkan tidak hanya

cerdas intelektual, tetapi juga didukung dengan pribadi yang kreatif.

2.1.3.2Suasana di Kelas APIQ

Tim APIQ (2011) menjelaskan bahwa suasana belajar di kelas APIQ

adalah sebagai berikut

1. Permainan yang Kreatif

Pada awal pembelajaran siswa akan diberikan permainan yang kreatif dari

guru. Permainan APIQ dibagi menjadi 3 kelompok besar. Yaitu permainan

abadi, berbasis pengetahuan, dan cara trik. Permainan ini biasanya sudah

disesuaikan dengan keadaan siswa yang ada di kelas. Permainan ini

(8)

Setelah anak bertambah kreatif, maka guru akan memberikan lembar kerja

kepada siswa.

2. Lembar Kerja APIQ

Lembar kerja ini juga disesuaikan dengan kemampuan siswa yang ada di

kelas. Pemberian lembar kerja dengan tujuan melatih kemandirian dan

kedisiplinan siswa.

3. Evaluasi

Hasil belajar akan langsung dievaluasi dan dicatat ke dalam kartu

perkembangan siswa.

4. Latihan Lisan

Latihan lisan diadakan di akhir pembelajaran. Biasanya, tanya jawab secara

lisan ini dilakukan tanpa menggunakan alat tulis sebagai alat bantu dalam

perhitungan.

2.1.3.3Langkah Pembelajaran Metode APIQ

Langkah-langkah pembelajaran pada Metode APIQ berikut ini disusun

berdasarkan suasana kelas APIQ menurut Tim APIQ. Metode

pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam dan membimbing siswa untuk melakukan do’a. Guru melakukan absensi dan mengingatkan siswa mengenai aturan yang harus ditaati selama proses belajar

di kelas berlangsung. Pada tahap setelah guru memberikan pengarahan, guru

membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan permainan

edukatif yang berkaitan dengan materi. Guru memberikan lembar kerja yang

sesuai dengan kemampuan kelas untuk dikerjakan siswa secara individu dan

(9)

b. Kegiatan inti

Guru mengulas pelajaran yang lalu, menjelaskan materi dengan Metode

cepat APIQ dan bersama siswa melakukan pembelajaran yang menyenangkan.

Pada langkah selanjutnya, guru memberikan tugas yang dikerjakan secara

kelompok yang berkaitan dengan materi dan melakukan evaluasi terkait soal

yang sudah siswa kerjakan. Kemudian, guru melakukan tanya jawab secara

lisan tanpa alat tulis sebagai alat bantu hitung.

c. Kegiatan Penutup

Guru membimbing siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang

baru saja dilakukan siswa. Kemudian, guru membimbing siswa melakukan do’a penutup dan mengucapkan salam penutup.

2.1.3.4 Kelebihan Metode APIQ

Kelebihan metode APIQ adalah pembelajaran selalu dikemas dengan

kreatif dan menyenangkan. Siswa selalu diberi sugesti sehingga termotifasi

bahwa matematika adalah pelajaran yang mudah dan menyenangkan melalui

kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh guru. Selain itu melalui metode ini,

siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan mengoptimalkan segala

kelebihan yang dimiliki dengan mengasah tidak hanya kecerdasan intelektual

saja, tetapi kecerdasan religi, emosional, sosial dan psikomotor sesuai dengan diri

masing-masing individu. Lebih lanjut, metode APIQ banyak menggunakan soal

cerita dalam pembelajarannya. Karena melalui soal cerita, siswa diajak untuk

berpikir rasional seperti dalam kehidupan nyata.

2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian Fitriani pada tahun 2015 yang berjudul Evektivitas Metode Aritmatik

Plus Inteligensi Quantum pada materi Aritmatika Sosial. Tujuan dari penelitian ini

(10)

kemampuan hitung cepat siswa pada materi pangkat dua dan akar pangkat dua. Pada

penelitian tersebut, peneliti memperoleh data rata-rata tes awal sebesar 63,40 dengan

skor maksimum80 dan skor minimum 30. Sebesar 40% siswa (presentase terbesar)

memperoleh nilai antara 55,00 < 65,00 sehingga masuk dalam kualifikasi nilai cukup.

Setelah diberikan perlakuan menggunakan APIQ, terjadi peningkatan rata-rata pada

hasil belajar pada tes akhir kelas tersebut menjadi 76,12 dengan skor maksimum 96

dan skor minimum 69. Sebesar 52% dari kelas memperoleh nilai 80,0 0< 95,00 yang

termasuk ke dalam kualifikasi nilai baik.

Berdasarkan penelitian yang sebelumnya dapat di ambil kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika hendaknya disampaikan dengan cara yang menyenangkan,

selain itu agar dapat secara langsung dipergunakan di kehidupan nyata, siswa

hendaknya belajar metode perhitungan matematika secara cepat. Dengan demikian

peneliti merumuskan penelitian Pengaruh Metode APIQ Terhadap Hasil Belajar

Matematika Bagi Siswa Kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga.

2.3. Kerangka Berpikir

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa termasuk

kurang pahamnya siswa dalam mempelajari materi dan rendahnya ketertarikan siswa

pada materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran matematika seyogyanya siswa dapat

ikut serta dalam penyelesaian masalah dan dapat merasakan sendiri pengalaman

belajar yang dikemas dengan menarik yang melalui permainan atau metode yang

tidak membosankan dengan modifikasi adanya permainan, atau modifikasi pada

metode, diharapkan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menarik dan

nyaman. Diharapkan ilmu yang diberikan dapat terserap dengan baik, baik pada segi

intelektual, emosional dan mental siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, pada pembelajaran

matematika kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga, guru sebagai penyedia pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran perkalian dan pembagian yang sama persis

(11)

menyebabkan antusiasme siswa yang kurang pada saat mengikuti pembelajaran

matematika dibandingkan pada saat siswa mengikuti pelajaran yang lain. Semakin

terlihat pada saat diadakannya latihan soal, banyak siswa yang mengaku kurang

paham dan belum dapat menguasai materi yang mengakibatkan bertambahnya

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Untuk

memecahkan masalah tersebut, perlu adanya modifikasi metode dalam pembelajaran

agar menjadi lebih menyenangkan dengan masuknya permainan dalam pembelajaran

dan cara belajar matematika dengan hitung cepat yang belum pernah siswa dapatkan.

Metode tersebut adalah metode APIQ.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka kerangka berpikir pada

penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka dibuat sebuah hipotesis penelitian. Hipotesis

pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh Metode APIQ terhadap hasil belajar

matematika bagi siswa kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga. Metode belajar

Aritmatik Plus Inteligensi Quantum

(APIQ)

Hasil Belajar Siswa

Gambar

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

xwvutrqponmlkjihfedcbaWVUTPOMLKJIHFCBA tttt^A

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Pengembangan Database Kependudukan Belanja Pemeliharaan Peralatan Gedung Kantor JB: Barang/jasa JP: Barang.. Varian

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

pelatihan pengujian bahan teknik bagi guru-guru SMK Depok dalam bentuk program.

Menengah Kejuruan (SMK) sebagai Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dimana salah satu persyaratan dalam proses pembelajaran sudah menerapkan pembelajaran berbasis

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari variabel inersia konsumen (X1) dan kepuasan pelanggan (X2) berpengaruh positif terhadap niat beli ulang