• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF DISCLOSURE PENGGUNA CYBERSEX KEPADA PEER GROUP MENGENAI PERILAKU SEKSUALNYA (STUDI PADA MAHASISWA DI KOTA PADANG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SELF DISCLOSURE PENGGUNA CYBERSEX KEPADA PEER GROUP MENGENAI PERILAKU SEKSUALNYA (STUDI PADA MAHASISWA DI KOTA PADANG)."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SELF DISCLOSURE PENGGUNA CYBERSEX KEPADA PEER GROUP MENGENAI PERILAKU SEKSUALNYA (STUDI PADA MAHASISWA DI

KOTA PADANG)

SKRIPSI

Oleh:

Aldina Meirianita

0910862041

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

i ABSTRAK

SELF DISCLOSURE PENGGUNA CYBERSEX KEPADA PEER GROUP MENGENAI PERILAKU SEKSUALNYA (STUDI PADA MAHASISWA DI

KOTA PADANG)

Penelitian ini membahas tentang proses tahapan perkembangan hubungan

pengguna cybersex kepada peer group dalam melakukan self disclosure dan

tujuan mereka melakukan self disclosure serta respon peer group terhadap

perilaku seksual yang dilakukan oleh pengguna cybersex. Self disclosure yang

dilakukan oleh pengguna cybersex menjadi suatu hal yang kompleks untuk

diungkapkan kepada orang lain. Kebanyakan pengguna cybersex cenderung

tertutup mengenai perilaku mereka. Hal ini disebabkan oleh kegiatan cybersex

yang dianggap sebagai hal yang sensitif serta melanggar nilai-nilai kesopanan dan norma-norma sosial yang ada di masyarakat.

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori penetrasi sosial (the

onion theory) yang menjelaskan bilamana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan hubungan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses tahapan self

disclosure yang dilakukan pengguna cybersex kepada peer group melalui tahap yang berbeda-beda. Namun perkembangan hubungan tetap dimulai dari tahapan yang mengungkapkan informasi umum menuju tahapan yang lebih intim. Tujuan

pengguna cybersex melakukan self disclosure adalah untuk menjaga dan

meningkatkan hubungan antara pengguna cybersex dan peer group-nya.

Sedangkan respon yang diberikan peer group saat mengetahui perilaku pengguna

cybersex adalah terkejut, namun akhirnya mereka dapat menerima perilaku

pengguna cybersex karena cara pandang peer group dalam melihat perilaku

seksual yang dilakukan oleh pengguna cybersex.

(3)

ii ABSTRACT

SELF DISCLOSURE NETTER OF CYBERSEX TO PEER GROUP REGARDING SEXUAL BEHAVIOUR (STUDY ON STUDENT UNIVERSITY

IN PADANG)

This study discuss about the developmental stages of relationship between netter of cybersex to peer group when performing self disclosure and their goals in decency and social norms that exist in society.

This study is analyzed by using social penetration theory (The Onion Theory) that explains when to conduct self disclosure in relationship development. The method of this study is descriptive qualitative method.

The result of this study indicates that stage of the process of self disclosure which is made cybersex netter to peer group has through different and various stages. However, the development of relationship remains starting from revealing general information towards more intimated stage. The purpose of cybersex netter perform self disclosure is to maintain and increase the relationship between netter cybersex and peer group. Whereas the response which is given by peer group when knowing cybersex netter behaviour is mainly shocked, but finally they can receive cybersex netter behaviour because of peer group perspective in viewing sexual behaviour of cybersex netter.

(4)

1 I. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Perkembangan teknologi semakin pesat seiring dengan perkembangan

zaman, tak terkecuali teknologi internet yang semakin populer setiap harinya.

Teknologi yang semakin merambah ke segenap lapisan masyarakat di seluruh

belahan dunia ini memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya. Segala

informasi dan kemudahan bisa diperoleh dalam waktu singkat, mulai dunia

informasi, dunia hiburan, termasuk ke dalam dunia seks dan pornografi. Mereka

yang mengakses produk seks ini tidak diketahui keberadaannya karena pada

dasarnya mengakses internet merupakan salah satu pengalaman yang sangat

pribadi bagi setiap orang. Bahkan netter (pengakses internet) seringkali

melakukannya secara diam-diam.

Cybersex merupakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas seks

dengan menggunakan internet sebagai media (Asiku, 2005: 7). Keberadaan

cybersex ini secara tidak langsung dapat memuaskan fantasi seks seseorang tanpa

harus melakukan di dunia nyata. Kegiatan cybersex tidak hanya berarti menonton

film di situs porno. Kegiatannya bisa juga dengan mengunduh konten pornografi

(video, gambar, dan cerita). Berdasarkan observasi awal yang telah peneliti

lakukan, tidak hanya membuka situs porno, pengguna cybersex juga ada yang

saling berinteraksi di internet dengan orang lain untuk membicarakan hal-hal yang

(5)

2

mereka. Interaksi tersebut ada yang dengan cara chatting yang berisi kata-kata

erotis ataupun dengan melakukan live video1 dengan menggunakan webcam

hingga mereka dapat melihat dan mendengar apa yang dilakukan pasangan

chatting mereka.

Kegiatan cybersex dengan cara chatting ini ada yang dilakukan dengan

pasangan mereka sendiri dan ada pula yang melakukannya dengan orang yang

baru saja mereka kenal melalui chatting tersebut. Mereka juga ada yang

melakukannya dengan sukarela hanya untuk sekedar mencari kesenangan. Bahkan

sebagian dari mereka ada yang melakukan live video dengan orang yang mau

dibayar untuk melakukan suatu aksi yang dapat membangkitkan gairah seksual.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh berbagai media,

menunjukkan bahwa sebagian besar pengakses internet mengaku pernah

mengunjungi situs porno (Asiku, 2005: 7). Dari hasil observasi awal dan

penelitian yang peneliti lakukan berbagai alasan yang menyebabkan mereka

mengunjungai situs porno tersebut, seperti karena ingin tahu, coba-coba, diajak

teman, untuk sekedar hiburan, iseng dan lain sebagainya. Sejak tahun 2005,

Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno.

Tahun 2005, Indonesia berada di posisi ketujuh, tahun 2007 di posisi kelima, dan

tahun 2009 di posisi ketiga. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring

dengan meningkatnya pengguna internet. Kepala Humas dan Pusat Informasi

Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto, mengungkapkan pada tahun 2012

1

(6)

3 Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia

(surabayapost, 2012).

Di kota Padang sendiri, keberadaan pengguna cybersex sudah banyak

terjadi, terutama dikalangan mahasiswa. Namun kapan dan dimana mereka

melakukannya tidak diketahui karena mengakses internet merupakan kegiatan

yang pribadi dilakukan oleh setiap orang. Apalagi sejak perkembangan teknologi

internet yang memudahkan setiap orang untuk mengakses internet kapanpun dan

dimanapun dengan menggunakan laptop yang terkoneksi dengan internet atau

dengan melalui Hp (handphone) yang mempunyai aplikasi untuk mengakses

internet. Berdasarkan hasil temuan peneliti, para pengguna cybersex ini ada yang

hanya sekedar coba-coba hingga yang telah sampai pada tahap kecanduan.

Mereka yang sampai pada tahap kecanduan ini hampir setiap hari mengakses

cybersex. Jika mereka tidak mengakses cybersex, mereka merasa ada yang kurang

dan gelisah.

Keberadaan mereka tidak diketahui karena kegiatan ini dilakukan oleh

para pelakunya dengan cara sembunyi-sembunyi. Pengguna cybersex juga tidak

banyak yang terbuka mengenai kebiasaan mereka yang melakukan kegiatan

tersebut kepada orang lain. Hal ini terkait dengan perilaku seksual mereka yang

dianggap tabu dan menyimpang. Keberadaan cybersex dianggap telah jauh

melampaui sifat alamiah seksual manusia. Dimana sebelum ada internet manusia

mengenal seks sebatas hubungan intim nyata, bersentuhan fisik. Setelah ada

(7)

4

Perilaku pengguna cybersex yang tertutup mengenai kebiasaan mereka

ini juga berkaitan dengan masyarakat Indonesia, yang merupakan masyarakat

Timur, dianggap sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi norma

kesusilaan. Aktivitas seksual, termasuk kegiatan cybersex, dianggap sebagai hal

yang sensitif serta melanggar nilai-nilai kesopanan dan norma-norma sosial yang

ada di masyarakat. Bahkan, oleh semua agama kehidupan seks dianggap sebagai

suatu hal yang paling rawan dalam ruang sosial serta memberi hukuman bagi

siapa saja yang melanggarnya (Bungin, 2005: xi).

Kegiatan cybersex yang mereka lakukan tentunya merupakan suatu hal

pribadi untuk diketahui oleh orang lain. Namun setiap manusia membutuhkan

interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan adanya

pengungkapan diri yang dilakukan oleh para pengguna cybersex kepada orang

lain. Beberapa diantara mereka, pengguna cybersex, melakukan pengungkapan

diri (self disclosure) tentang kegiatan yang mereka lakukan kepada teman terdekat

atau kelompok sebaya (peer group) yang bukan pengguna cybersex.

Pemilihan pengungkapan diri kepada peer group juga dilatarbelakangi

oleh sifat peer group yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi

mereka, para pengguna cybersex, untuk dapat disukai dan diterima oleh peer

group. Peer group di sini bisa berasal dari teman sekolah/satu perkuliahan atau

bisa juga dari teman-teman perkumpulan yang dekat dengan tempat tinggal,

seperti tetangga atau teman satu kos. Di dalam peer group mereka akan melihat

(8)

5

Santrock (2007: 55) salah satu fungsi peer group adalah sebagai sarana untuk

melakukan perbandingan sosial dan sumber informasi mengenai dunia di luar

keluarga.

Self disclosure merupakan hal yang penting dalam suatu hubungan dan

secara fisik karena self disclosure dapat meningkatkan komunikasi yang efektif

dan melindungi tubuh dari stres (DeVito, 1999: 84-85). Self disclosure yang

mereka lakukan tidak langsung terjadi dalam satu waktu, tetapi mereka

melakukannya secara bertahap seiring perkembangan hubungan mereka dengan

peer group. Mereka melakukan self disclosure diawali dengan mengungkapkan

hal-hal pribadi yang biasa diketahui oleh orang banyak/umum sampai hal-hal

pribadi yang tidak diketahui oleh orang lain.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, pengguna cybersex

yang melakukan self disclosure kepada teman (peer group) mereka saling terbuka

satu sama lainnya. Komunikasi interpersonal yang mereka lakukan pun sangat

intens. Mereka memberi bentuk rasa hormat dan kepercayaan kepada peer group

dengan saling memberikan informasi pribadi. Terkadang mereka juga sering

membicarakan membahas masalah sex tanpa ada rasa malu. Pengguna cybersex

pun tidak merasa risih dan malu untuk mengungkapkan bagaimana kegiatan

cybersex yang mereka lakukan.

Pengguna cybersex yang melakukan self disclosure di tengah

norma-norma yang ada di masyarakat mempunyai tujuan dan alasan mengapa mereka

(9)

6

untuk menjadi tempat mereka melakukan self disclosure serta respon peer group

terhadap self disclosure yang dilakukan pengguna cybersex. Proses dan tahapan

self disclosure yang mereka lakukan pun akan menjadi suatu hal yang menarik

untuk diteliti. Perilaku cybersex sendiri merupakan suatu fenomena yang baru dan

marak menjadi topik perbincangan dalam perkembangan teknologi internet. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti fenomena self

disclosure yang dilakukan oleh pengguna cybersex secara mendalam dengan judul

penelitian Self Disclosure Pengguna Cybersex kepada Peer Group Mengenai

Perilaku Seksualnya (Studi pada Mahasiswa di Kota Padang)”.

1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses tahapan perkembangan hubungan pengguna

cybersex dengan peer group dalam melakukan self disclosure?

2. Apa tujuan pengguna cybersex melakukan self disclosure?

3. Bagaimana respon peer group terhadap perilaku seksual yang

(10)

7 1.3.Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

disampaikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses tahapan perkembangan hubungan

pengguna cybersex dengan peer group dalam melakukan self

disclosure.

2. Untuk mendeskripsikan tujuan pengguna cybersex melakukan self

disclosure.

3. Untuk mendeskripsikan respon peer group terhadap perilaku seksual

yang dilakukan pengguna cybersex.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi,

terutama komunikasi interpersonal mengenai self disclosure. Melalui self

disclosure seseorang dapat terbuka mengenai dirinya sendiri kepada orang lain,

sehingga meningkatkan mental yang sehat bagi dirinya. Pengertian yang baik

mengenai self disclosure dalam komunikasi interpersonal akan menjadikan

komunikasi yang efektif.

2. Manfaat praktis

Bagi pengguna cybersex terutama pengguna yang melakukan self

disclosure merupakan hal yang tidak mudah. Mengingat hal ini masih dianggap

(11)

8

diharapkan berguna untuk pengguna cybersex agar dapat melakukan self

disclosure sehingga terjalin hubungan persahabatan yang lebih terbuka dan

semakin mendalam. Serta peer group dapat memberikan nasehat atau arahan

kepada pengguna cybersex agar tidak lebih terjerumus pada perilaku seksual

Referensi

Dokumen terkait

Setu Babakan dapat dikatakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi karena Pelestarian dan Pengembangan yang dilakukan untuk kebudayaan Betawi baik dari segi social

d) Hukum kedekatan/proximity  stimulus yang saling berdekatan satu sama lain akan dipersepsi sebagai gestalt atau kelompok... e) Hukum kesamaan/similarity: stimulus yang sama

kedua berisi tentang tingkat tutur antara majikan dengan karyawan dan karyawan dengan karyawan mebel tersebut yang menjadi sumber data dalam penelitian register proses

Dan juga Pak Suhel itu adalah sebagai TU tata usaha di sekolah ini, bukan sebagai tenaga perpustakaan yang spesial, jadi tenaga-tenaga ini merupakan tenaga sambilan, sampingan.”128

Menjadi suatu hal yang dilematis jika peran vital Densus 88 sebagai aparat penegak hukum dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan terorisme ternyata tidak

Wisata berbasis susur sungai merupakan salah satu program kerja yang dikembangkan oleh pemerintah Kota Banjarmasin. Agar keberadaan destinasi wisata dikenal dan diketahui

Dan tema rancangan yang dibuat adalah imitasi dan elemen-elemen alam dengan menyesuaikan metode pendekatan yaitu dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material

Agus Ma’rufi 1992, Analisis Pengaruh Gangguan Gravitasi Benda Ke-Tiga dan Anomali Gravitasi Bumi Pada Gerak Satelit Geosinkron ,Jurusan Astronomi ITB Iman Witjaksono