• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT

DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I

Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

MUMUN MUNTASIROH

0903293

MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UPI KAMPUS SUMEDANG

(2)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Oleh Mumun Muntasiroh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Mumun Muntasiroh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MUMUN MUNTASIROH

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADAPEMBELAJARAN KONVENSIONAL

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Diah Gusrayani, M.Pd.

NIP. 197808222005012003

Pembimbing II

Maulana, M.Pd.

NIP. 198001252002121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD Kelas

UPI kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si.

(4)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)

Oleh

Mumun Muntasiroh

0903293

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Penguji I

Julia, M.Pd.

NIP. 198205132008121002

Penguji II

Maulana, M.Pd.

NIP. 198001252002121002

Penguji III

Drs. Dede Tatang S., M.Pd.

NIP. 195703251985031005

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD Kelas

Riana Irawati, M.Si.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT

DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL” dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan

kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

i

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pentingnya Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kemampuan Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 8

1. Pengertian Matematika ... 8

2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 9

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 10

B. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 11

1. Pengertian Kepribadian ... 11

2. Aspek-aspek Kepribadian ... 12

3. Pengertian Kepribadian Ekstrovert dan Introvert serta Ciri-Cirinya ... 12

4. Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13

5. Cara Mengukur Kepribadian ... 14

C. Teori Kepribadian Carl Gustav Jung ... 17

D. Metode Pembelajaran Konvensional ... 18

1. Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional ... 18

2. Macam-macam Pembelajaran Konvensional ... 18

E. Temuan yang Relevan ... 20

F. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Jenis Penelitian ... 23

D. Desain Penelitian ... 24

(8)

ii

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 25

1. Soal Tes ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Ekstrovert ... 38

B. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Introvert ... 41

C. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Ekstrovert ... 43

D. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Introvert ... 46

E. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48

F. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 50

G. Keaktifan Siswa dalam Belajar ... 51

H. Hasil Temuan dan Pembahasan ... 53

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Table 1.1 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar kerja Menurut

Ranking ... 3

Tabel 2.1Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstovert dan Introvert ... 14

Table 2.2 Macam-macam Cara Mengukur Kepribadian ... 15

Tabel 2.3 Tipologi Jung ... 17

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas � ... 26

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas �11 ... 28

Tabel 3.3 IntrepretasiDaya Pembeda ... 29

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 30

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi .. 31

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan ... 32

Tabel 3.7 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 33

Tabel 3.8 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb ... 34

Tabel 3.9 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri ... 37

Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 39

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 41

Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 42

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 43

Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 44

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 45

Tabel 4.7 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 46

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 47

Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48

Tabel 4.10 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Komunikasi Matematik Dilihat dari Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 49

(10)

iv

Tabel 4.12 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dilihat dari

Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 51 Tabel 4.13 Tingkat Keaktifan, Kemampuan Komunikasi Matematik,

dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert dan

(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ... 65

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) ... 70

Lampiran B Tes Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 74

Lampiran D Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran D.1 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 1-6 ... 90

Lampiran D.2 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 7-9 . 92 Lampiran D.3 Validitas Keseluruhan Soal Simetri dan Pencerminan .. 95

Lampiran D.4 Validitas Butir Soal ... 97

Lampiran D.5 Daya Pembeda ... 98

Lampiran D.6 Indeks Kesukaran ... 99

Lampiran E Data Hasil Penelitian Lampiran E.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert ... 100

Lampiran E.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 101

Lampiran E.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert ... 102

Lampiran E.4 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 103

Lampiran E.5 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 104

Lampiran E.6 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 105

Lampiran E.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Ekstrovert dalam Belajar di Kelas ... 106

Lampiran E.8 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Introvert dalam Belajar di Kelas ... 107

Lampiran E.9 Hasil Wawancara ... 108

Lampiran E.10 Dokumentasi ... 109

Lampiran F Surat-surat Lampiran F.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 112

(12)

vi

Lampiran F.3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 114

Lampiran G Daftar Monitoring Bimbingan

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, kemampuan

komunikasi dan pemecahan masalah matematik merupakan bagian dari tujuan mata

pelajaran matematika. Dalam kurikulum tersebut diuraikan bahwa mata pelajaran

matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah bagi setiap siswa memiliki

kadar yang berbeda. Kemungkinan hal ini karena perbedaan faktor internal dan

eksternal yang diperoleh dan dialami siswa. Misalnya karena dukungan orang tua dan

adanya hadiah yang diberikan, mendorong siswa untuk lebih giat belajar sehingga

kemampuannya lebih terasah.

Dilihat dari sudut pandang kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert memiliki cara yang berbeda dalam hal berkomunikasi dan memecahkan

masalah. Dalam sebuah survey yang digagas oleh Donna McMillan, menemukan bahwa “Apabila ada dua orang ekstrovert dan introvert yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, maka ekstrovert akan menjawab secara hiperbola, sedangkan

(14)

2

ekstrovert akan menjawab, “Makanan ini enak sekali! Belum pernah saya merasakan yang seenak ini”, lain halnya dengan orang introvert, ia hanya mengucapkan “Iya, enak”. Menurut McMillan (Fadly, 2012), kepribadian ekstrovert dianggap sebagai perusak survey atau membuatnya menjadi tidak akurat karena ia memberikan

informasi secara berlebihan.

Dalam hal memecahkan masalah, sebuah artikel yang mengutip pendapat dari

Cain (Setyanti, 2012), mengatakan bahwa orang yang introvert adalah “orang yang gigih, rajin, dan fokus pada pekerjaan yang mereka lakukan”. Lebih lanjut ia mengatakan, apabila seorang introvert diberi masalah yang sulit dipecahkan, mereka

akan bekerja lebih keras dan lebih baik daripada ekstrovert.

Namun demikian, kegiatan pembelajaran di zaman sekarang ini lebih

mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana

menuntut siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya. Tentu bagi

siswa yang memiliki sifat tertutup sulit untuk menunjukan eksistensinya, sehingga

kemampuan yang dimilikinya tidak terekspos. Dalam lembar observasi yang

dikembangkan oleh Prihatini (2010) pun menunjukkan bahwa siswa yang aktif adalah

siswa yang berani“mengajukan pendapat, pertanyaan, dan komentar sesuai konteks”.

Dengan demikian terlihat bahwa siswa yang ideal adalah siswa yang memiliki tipe

kepribadian ekstrovert. Meskipun pada kenyataannya tidak semua siswa ekstrovert

tergolong siswa unggul.

Bagaimanapun, baik siswa ekstrovert maupun introvert perlu mendapat

bimbingan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematikdan

pemecahan masalah matematik karena belum diketahui secara pasti bagaimana

tingkat kemampuannnya. Siswa perlu mengembangkan kemampuan komunikasinya

karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang paling diperlukan dalam

dunia kerja, seperti yang dilansir oleh National Association Of Colleges And

Employee (NACE) (Elfindri, dkk., 2011) dalam survey yang dilakukan dengan hasil

(15)

3

Tabel 1.1

19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja Menurut Ranking

Kemampuan Nilai Skor Rangking Urgensi

Komunikasi 4,69 1

Kejujuran/integritas 4,59 2

Bekerjasama 4,54 3

Interpersonal 4,5 4

Etos kerja yang baik 4,46 5

Motivasi/inisiatif 4,42 6

Mampu beradaptasi 4,41 7

Analitikal 4,36 8

Komputer 4,21 9

Organisasi 4,05 10

Orientasi detail 4 11

Kepemimpinan 3,97 12

Percaya diri 3,95 13

Sopan/beretika 3,82 14

Bijaksana 3,75 15

Indeks prestasi > 3,00 3,68 16

Kreatif 3,59 17

Humoris 3,25 18

Kemampuan entrepreneurship 3,23 19

Hasil survey tersebut semakin menegaskan bahwa kemampuan komunikasi

sangat penting dimiliki siswa dan juga kemampuan memecahkan masalah, khususnya

dalam mata pelajaran matematika sebagai induknya ilmu. Oleh karena itu perlu

diidentifikasi siswa-siswa yang kemampuannya rendah dalam kemampuan

komunikasi matematika dan pemecahan masalah matematika, sehingga nantinya

dapat diberi bimbingan untuk mengembangkan kemampuan tersebut.Sayangnya,

(16)

4

maksimal. Hanya sebatas pengumpulan data pribadi siswa untuk keperluan buku

raport. Begitu pun yang terjadi di sekolah dasar negeri Panjalin Kidul I.

Karena pengetahuan guru dalam memahami kemampuan dalam

masing-masing pribadi siswa sangat minim, terutama di SDN Panjalin Kidul I yang dalam

proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode konvensional, maka untuk

itulah, penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan kemampuan komunikasi

dan pemecahan masalah matematik yang dimiliki siswa berdasarkan kepribadiannya.

Apakah kebanyakan dari siswa introvert itu kemampuan komunikasinya rendah atau

sebaliknya, dan apakah siswa yang ekstrovert memiliki kemampuan pemecahan

masalah matematik yang bagus atau sebaliknya.

B.Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikiut.

1. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert

di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert

di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

ekstrovertdi kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

5. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV

SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang,

dan rendah?

6. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV

SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi,

sedang, dan rendah?

(17)

5

Penelitian ini difokuskan pada kelas IV semester genap dan dibatasi pada

pembelajaran mengenai materi bilangan romawi, simetri, dan pencerminan.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert di kelas IV

SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

2. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert di kelas IV

SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

3. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa ekstrovert di

kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

4. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa introvert di

kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

5. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN

Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang, dan

rendah.

6. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN

Panjalin Kidul Iyang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi,

sedang, dan rendah.

7. Mengetahui keaktifan siswa kelas IV SDN Panjalin Kidul I dalam belajar.

D.Pentingnya Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan apa yang

rendah dimiliki siswa, apakah itu kemampuan komunikasi matematika atau

kemampuan pemecahan masalah matematika, sehingga dapat membantu siswa

mengembangkan kemampuannya, serta dapat memahami tipe kepribadian siswa,

(18)

6

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat melihat kemampuan apa yang paling dominan dimiliki oleh

siswadengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert di SDN Panjalin Kidul I.

b. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memiliki pengalaman awal dalam

meneliti, sehingga untuk penelitian yang berikutnya akan lebih matang lagi.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat mengembangkan kemampuan siswanya yang masih rendah.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan kemampuan

yang dimiliki siswanya.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan yang relevan bagi penelitian

berikutnya.

b. Temuan dalam penelitian ini mungkin dapat memberi masalah baru bagi

peneliti lain.

F. Definisi Operasional

1. Kepribadian (Ahmadi dan Sholeh, 2005) adalah keseluruhan pola (bentuk)

tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh serta unsur-unsur

psiko-fisik lainnya yang yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan

seseorang.

2. Kepribadian ekstrovert (Afsoh, 2012) adalah kepribadian yang stimulus

utamanya berasal dari lingkungan sehingga dia lebih menyenangi bergaul dan

bersama orang lain.

3. Kepribadian introvert (Afsoh, 2012) merupakan kepribadian yang stimulus

utamanya berasal dari dirinya sendiri sehingga dia lebih senang untuk

(19)

7

4. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 1998:

76).

5. Pembelajaran konvensional (Kholik, 2011) adalah proses pembelajaran yang

lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih

pasif sebagai penerima ilmu.

6. Kemampuan komunikasi matematikadalah kemampuan menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam simbol matematika, menghubungkan gambar ke dalam ide

matematika, menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis, dan

Menulis tentang matematika.

7. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa dalam

merumuskan masalah, menerapkan strategi, menjelaskan hasil, dan menyusun

model matematika.

8. Bilangan romawi atau angka romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari

Romawi Kuno (Wikipedia).

9. Benda simetris adalah benda yang mempunyai sumbu simetri.

10. Benda Asimetris adalah benda yang tidak memiliki sumbu simetri.

11. Sumbu simetri (Ismunamto, dkk., 2011) adalah garis khayal yang dapat membagi

(20)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Panjalin Kidul I yang berlokasi di

Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini

dipilih karena beberapa alasan. Pertama, karena lokasinya yang strategis, sehingga

mudah dijangkau. Kedua, karena kelas IV di SD tersebut berjumlah dua kelas,

sehingga subjeknya penelitiannya akan banyak. Jika subjeknya sedikit, maka hasil

penelitiannya kurang bagus. Ketiga, guru yang mengajar di SD tersebut sudah

terbiasa dengan cara mengajar yang konvensional (metode ceramah, tanya-jawab,

dan penugasan), sehingga cocok dengan penelitian. Keempat, karena sudah

terbiasa ke SD tersebut, sehingga mudah dalam memperoleh perizinan.

Adapun waktu penelitiannya, dimulai dari uji coba instrumen tes pada

bulan Februari 2013, hingga selesainya pengambilan data-data yang diperlukan

pada bulan Mei 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dari SDN Panjalin Kidul I

yang terdiri dari dua kelas, IVa dan IVb. Di kelas IVa jumlah siswanya sebanyak

33 orang dan kelas IVb 21 orang, sehingga totalnya 54 siswa.Alasan dipilihnya

kelas IV karena kelas tersebut tergolong kelas tinggi, sehingga pembelajarannya

tidak bersifat tematik. Selain itu, materi pada kelas IV semester genap belum

terlalu rumit.

C. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini bermaksud membandingkan suatu

tipe kepribadian dengan kemampuan matematika siswa tanpa adanya perlakuan

yang bersifat manipulatif terhadap variabelnya. Oleh karena itu, jenis penelitian

ini adalah penelitian deskriptif dengan studi komparatif. Menurut Whitney

(21)

24

interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penilitian

ini adalah deskriptif komparatif, yaitu penelitian yang bersifat ex post facto.

D. Desain Penelitian

Model komparasi dalam penelitian ini, yaitu komparasi antara dua variabel

yang independen, yaitu kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah, serta

dua variansi subjek pada masing-masing variabel, ekstrovert dan introvert, dimana

subjek-subjeknya tidak berkaitan satu sama lain. Desain penelitiannya dapat

digambarkan sebagai berikut.

X1a : X1b

X2a : X2b

Keterangan:

X1a: kemampuan komunikasi siswa ekstrovert

X1b: kemampuan komunikasi siswa introvert

X2a: kemampuan pemecahan masalah siswa ekstrovert

X2b: kemampuan pemecahan masalah siswa introvert

E. Prosedur Penelitian

Ada empat tahapan dalam penelitian ini. Keempat tahap tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini, peneliti terlebih dahulu mencari tahu berapa jumlah siswa

yang ada di SD yang akan diteliti. Kemudian menyusun perangkat pembelajaran

yang meliputi pembuatan rencana dan pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan

pembuatan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya menguji validitas dan

reliabilitas alat tes.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, proses kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung selama 3

(22)

25

3. Tahap analisis data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data kualitatif

berupa hasil tes kepribadian, data sosiometri, lembar observasi, dan hasil

wawancara, serta pengolahan data kuantitatif, yakni soal kemampuan komunikasi

dan pemecahan masalah matematik.

4. Tahap pembuatan kesimpulan

Setelah semua data diolah dan dianalisis dengan cermat, barulah kemudian

dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang dilakukan berdasarkan

hipotesis yang telah dirumuskan.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

1. Soal Tes

Soal tes yang diberikan adalah soal yang menguji kemampuan komunikasi

matematika dan pemecahan masalah matematika. Pemberian soal-soal tersebut

dikhususkan pada materi bilangan romawi, bangun datar simetri, dan

pencerminan.

Agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik, maka

kaidah-kaidahnya harus dipenuhi, yakni memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi,

daya pembeda yang baik dan derajat kesukaran yang bervariasi.

a. Validitas Soal Tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur (Anderson, dkk. dalam Arikunto, 1997). Berdasarkan jenisnya, validitas

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu validitas logis dan empiris. Yang termasuk

validitas logis adalah (Arikunto, 1997):

1) Validitas isi. Validitas ini terpenuhi jika materi pada soal tes sesuai atau

berkaitan dengan tujuan pembelajaran.

2) Validitas konstruksi. Validitas ini terpenuhi jika tiap butir soal tes tersebut

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

(23)

26

1) vaiditas “ada sekarang” (concurrent validity). Sesuai dengan jenis

validitasnya, maka validitas ini diukur dengan memasangkan hasil tes yang

baru dengan hasil tes pengalaman (yang sudah ada).

2) Validitas prediksi. Sesuai dengan namanya, validitas ini bersifat ramalan,

yaitu mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada

masa yang akan datang.

Adapun rumus untuk mencari validitas keseluruhan dan validitas tiap butir

soal dihitung dengan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar,

sebagai berikut (Arikunto, 1997: 69).

= � −

� 2 ( )2 2 ( )2

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = banyaknya subyek

X = nilai tes yang akan dicari validitasnya

Y = rata-rata nilai harian

Untuk validitas tiap butir soal, X adalah skor tiap butir soal, sedangkan Y

adalah skor total butir soal. Hasil perhitungannya dapat ditafsirkan dengan dua

cara. Pertama, dengan mengacu pada klasifikasi koefisien korelasi menurut

Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147), yaitu:

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas �

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 <� ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <� ≤ 0,80 Validitas Tinggi

0,40 <� ≤ 0,60 Validitas Sedang 0,20 <� ≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 <� ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah

� ≤ 0,00 Tidak Valid

Kedua, dengan melihat tabel harga r product moment, sehingga dapat

(24)

27

penafsiran validitas dilakukan dengan mengacu pada klasifikasi sesuai tabel di

atas.

Dari hasil uji coba tes matematika yang dibagi tiga bagian soal, yaitu

bilangan Romawi dari nomor 1-6, bilangan Romawi dari nomor 7-9, dan soal

simetri dan pencerminan, validitasnya berturut-turut adalah 0,27 (rendah); 0,27

(rendah); dan 0,1 (sangat rendah).

Selanjutnya, diuji validitas butir soal, antara lain: nomor A1b dan A3a

tidak valid. Validitas nomor A1c sangat rendah. Soal nomor A4a, B3, B5, dan C3

memiliki validitas rendah. soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c,

A6a, A6b, B2a, B4, C1, dan C2 tergolong validitas sedang. Soal nomor A3b, A4c,

A7, B1, dan B2a validitasnya tinggi. Soal nomor A8 dan A9 validitasnya

tergolong sangat tinggi.

b. Reliabilitas Soal Tes

Reliabilitas (Arikunto, 1997) adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan

kepada subyek yang sama. Pada umumnya ada tiga metode dalam mencari

reliabilitas suatu tes, yaitu metode bentuk paralel (equivalent), metode tes ulang

(tes-retest method), dan metode belah dua (split-half method).

Untuk soal tes bentuk uraian, rumus yang digunakan adalah

rumuscronbach alpha. Metode ini digunakan karena soal tes yang digunakan

tidak mempunyai item benar/salah atau ya/tidak. Rumus perhitungannya adalah

sebagai berikut.

r11 = ( n

n−1)(1− Si2 St2 )

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas

n : Banyaknya butir soal (item) Si2 : Jumlah varians skor tiap item

St2 : Varians skor total (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194)

Berdasarkan tolok ukur yang dibuat Guildford (Suherman dan Sukjaya,

(25)

28

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas �11

Koefisien Korelasi Interpretasi �11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 <�11≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 <�11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 < �11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,80 <�11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Karena soal-soal tes matematika yang diujicobakan terlalu banyak, maka

soal tes yang diberikan dipecah menjadi tiga bagian, sehingga hasil reliabilitasnya

ada tiga. Soal bagian A nomor 1 -6 memiliki reliabilitas yang sangat rendah, soal

bagian A nomor 7 - 9 reliabilitasnya sangat rendah, dan soal bagian B dan C

reliabilitasnya tinggi. Soal bagian A nomor 1 – 6 tergolong rendah karena tingkat

kesukarannya banyak yang mudah, sedangkan soal bagian A nomor 7 – 9

semuanya tergolong sukar.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu butir soal

mampu membedakan antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai

berdasarkan kriteria tertentu (Rusyan, dkk., 1991). Rumus dan kriteria daya

pembeda adalah sebagai berikut.

Keterangan :

= rerata skor dari siswa-siswa kelompok atas yang menjawab benar untuk butir soal yang dicari daya pembedanya

= rerata skor dari siswa-siswa kelompok bawah untuk butir soal yang dicari daya pembedanya

SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot) (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202)

Dengan kriteriaseperti yang tertera pada Tabel 3.4 (Suherman dan Sukjaya,

(26)

29

Tabel 3.3

Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Daya pembeda dari soal yang diujicobakan memiliki interpretasi sebagai

berikut.

a) Daya pembeda jelek: soal nomor A1b, A1c, A3a, A4a, A6b, B3, dan C3.

b) Daya pembeda Cukup: soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A5a, A5b, A5c, A6a,

A7, B1, B2a, B4, B5, dan C2.

c) Daya pembeda Baik: soal nomor A3b, A4b, A4c, A9, B2b, dan C1.

d) Daya pembeda sangat baik: soal nomor A8.

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran tes adalah mengukur berapa besarnya kesukaran

butir-butir suatu tes (Rusyan, 1991). Untuk menguji siswa, maka soal yang diberikan

harus memiliki derajat kesukaran yang tepat. Indeks kesukaran dihitung

berdasarkan rumus:

Keterangan :

= rerata skor dari siswa-siswa

SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot)

Untuk menginterpretasi indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai

(27)

30

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

Indeks Kesukaran pada tiap-tiap soal dijabarkan sebagai berikut.

1) Sukar: soal nomor B2b dan C3.

2) Sedang: soal nomor A1a, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c, A6a, A6b, A8, A9,

B3, B4, B5, C2.

3) Mudah: soal nomor A1b, A1c, A1d, A2, A3b, A4a, A4c, A7, B1, dan C1.

4) Terlalu Mudah: soal nomor A3a

Hasil tes matematika soal bilangan romawi dan soal simetri dan

pencerminan yang diujicobakan pada siswa kelas V, dapat disimpulkan pada

Tabel 3.5 dan 3.6 di bawah ini. Soal-soal yang telah dipilih berdasarkan validitas

dan reliabilitasnya, digunakan untuk postes dalam dua kali pertemuan.

1) Soal Bilangan Romawi

Untuk soal bilangan romawi, jumlah soal yang diperlukan adalah tujuh

soal dengan alokasi waktu 60 menit. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa

anak kelas IV di SD yang diteliti, hanya mampu mengerjakan soal kurang dari

delapan nomor untuk satu pertemuan.Seperti yang terlihat dalam tabel, soal yang

dipakai untuk mengevaluasi belajar siswa adalah soal bagian A nomor 2, 4c, 5b,

(28)

31

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi

Validitas keseluruhan : 0,27 (Rendah) Reliabilitas A1 – A6 :0,03 (Sangat Rendah) Reliabilitas A7 – A9 : -0,28 (Sangat Rendah)

No Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

2) Soal Simetri dan Pencerminan

Jumlah soal yang dipakai adalah tujuh soal, yaitu soal nomor B1, B2, B4,

(29)

32

uraian, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menjawab. Untuk soal nomor

C3, validitasnya rendah karena soal tersebut tergolong sukar. Karena untuk

menguji kemampuan siswa tingkat tinggi diperlukan soal yang sulit, maka soal

tersebut akan tetap dipakai.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan

Validitas keseluruhan : 0,1 (Sangat Rendah) Reliabilitas :0,61 (Tinggi)

No Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

(Myers-Briggs Type Indicator). Digunakannya tes kepribadian ini karena tes ini

sudah banyak digunakan oleh perusahaan untuk menguji dan mengevaluasi

kepribadian calon pegawainya.

Meskipun tes ini mengukur empat skala kepribadian, yaitu

ekstrovert-introvert, sensing-intuition, thinking-feeling, dan judging-perceiving, tetapi yang

diambil hanya inventori skala ekstrovert-introvert saja. Berikut ini adalah hasil tes

(30)

33

1) Kelas IVa

Tabel 3.7

Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa

Nomor Absen

Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan

(31)

34

2) Kelas IVb

Tabel 3.8

Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb

Nomor Absen

Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan

A B

Observasi (Riduwan, 2006: 57) yaitu melakukan pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Ada tiga jenis observasi berdasarkan peranan observer (Walgito, 2010), yaitu: a)

observasi partisipasi, yaitu observer turut serta dengan orang-orang yang

diobservasi, b) observasi nonpartisipasi, yaitu observer hanya diposisikan sebagai

(32)

35

dengan yang di observasi. Dalam penelitian yang hendak dilakukan, peneliti

bertindak sebagai observer nonpartisipasi.

Berdasarkan pelaksanaannya, observasi dapat dibagi dalam dua jenis

(Walgito, 2010), yaitu observasi sistematis dan nonsistematis. Observasi yang

akan dilaksanakan mengambil observasi yang sistematis karena berpedoman pada

lembar observasi yang sudah disusun.

Ditilik dari segi situasinya, observasi dapat digolongkan ke dalam tiga

jenis. Pertama, free situation observation, observasi ini dijalankan dalam situasi

yang bebas. Kedua, manipulated situation observation, yaitu observasi yang

situasinya sengaja diadakan. Ketiga, partially controlled situation observation,

yakni observasi yang sebagian situasinya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam

situasi yang bebas. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang dipakai adalah

observasi partially controlled situation observation karena kegiatan pembelajaran

mengikuti rencana yang sudah disusun oleh observer, tetapi pengajar bebas

mengeksplorasi kegiatan belajar sesuai yang dikehendaki. Observasi dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam belajar di kelas dan yang

menjadi observer dalam penelitian ini adalah peneliti.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara (Riduwan, 2006: 56) adalah suatu cara pengumpulan data

yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada tiga

jenis wawancara, yaitu:

1) Wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan diajukan berdasarkan daftar

pertanyaan yang telah disusun.

2) Wawancara bebas, yaitu suatu pembicaraan antara pewawancara dengan nara

sumber yang tidak terikat dengan daftar pertanyaan, tetapi pewawancara

menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman.

3) Wawancara bebas terpimpin merupakan gabungan dari wawancara bebas dan

terpimpin.

Wawancara dalam penelitian ini berpedoman pada wawancara bebas. Dalam

(33)

36

yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah soal ulangan harian yang

dibuat dan dipakai oleh guru dalam mengetes siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai atau tidak dan apa pertimbangan guru sehingga

anak yang tidak bisa membaca atau memiliki kemampuan yang kurang, bisa naik

kelas.

G. Bahan Ajar

Materi pokok yang akan diajarkan adalah materi bilangan romawi, yang

meliputi pengenalan lambang bilangan Romawi, mengubah bilangan Romawi ke

dalam bilangan asli atau sebaliknya, serta materi bangun datar dengan sub

materisimetri dan pencerminan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

dipakai dapat dilihat dalam Tabel 3.8.

Metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran ini adalah metode

konvensional, berupa metode ceramah, tanya-jawab, dan penugasan.

Tabel 3.9

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri

Standar

Bangun datar Simetri lipat

Sumbu simetri

dan data kualitatif. Yang pertama kali dilakukan dalam pengolahan data

kuantitatif adalah menganalisis validitas dan reliabilitas soal yang diujicobakan.

(34)

37

diberikan pada postes dan akan dianalisis hasilnya, yaitu dengan terlebih dahulu

mengelompokkan soal yang berjenis kemampuan komunikasi matematik dan

pemecahan masalah matematik. Setelah itu, dihitung skor untuk masing-masing

kemampuan dan diberi interpretasi tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap

selanjutnya akan dibuat persentase untuk membandingkan antara siswa ekstrovert

dan introvert.

Sementara untuk data kualitatif, data-data yang diolah adalah tes

kepribadian MBTI dan lembar observasi, sedangkan hasil angket dan wawancara

digunakan sebagai data pelengkap.

Untuk tes kepribadian MBTI, siswa yang memilih opsi A lebih banyak

daripada opsi B, maka kepribadiannya cenderung ekstrovert. Apabila sebaliknya,

(35)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dalam kemampuan komunikasi matematik, 1) tingkat kemampuan siswa

ekstrovert yang berada pada kategori sedang dan rendah memiliki proporsi yang

sama, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang rendah, skor

kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert yang paling rendah adalah

menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis. 2) tingkat

kemampuan siswa introvert yang berada pada kategori rendah lebih banyak

daripada yang berkategori sedang, rata-rata siswa introvert memiliki kemampuan

yang rendah, skor kemampuan siswa introvert rendah dalam semua indikator

kemampuan komunikasi matematik.

Dalam kemampuan pemecahan masalah matematik, 1) jumlah siswa

estrovert yang berada pada kategori rendah lebih banyak daripada yang berada

pada kategori sedang, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang

rendah, skor kemampuan pemecahan masalah yang rendah adalah menyusun

model matematika dan menjelaskan hasil sesuai permasalahan. 2) seluruh siswa

introvert tergolong memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah yang

rendah, seluruh siswa introvert mendapat skor 0 (nol) dalam menyusun model

matematika.

Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam

kemampuan komunikasi matematik adalah: 1) kategori tinggi (4% berbanding

0%), dapat dinyatakan bahwa siswa ekstrovert ada yang lebih mampu mencapai

kemampuan tingkat tinggi dalam komunikasi matematik daripada siswa introvert.

2) kategori sedang (48% berbanding 25%), siswa ekstrovert yang memiliki

kemampuan komunikasi matematik tingkat sedang hampir dua kali lipat dari

siswa introvert yang memiliki kemampuan sedang, itu berarti kemampuan

komunikasi matematik tingkat sedang lebih banyak diraih oleh siswa ekstrovert.3)

(36)

59

kemampuan yang buruk dalam komunikasi matematik, itu berarti kemampuan

komunikasi matematik siswa ekstrovert lebih baik daripada introvert.

Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam

pemecahan masalah adalah: 1) kategori tinggi (0% berbanding 0%). 2) kategori

sedang (36% berbanding 0%). 3) kategori rendah (64% berbanding 100%). Baik

siswa ekstrovert maupun introvert tidak ada yang mencapai kemampuan

pemecahan masalah matematik tingkat tinggi, bahkan siswa introvert tidak ada

yang mampu mencapai tingkat sedang.

Siswa kelas IV (a dan b) di SDN Panjalin Kidul I, memiliki tingkat

keaktifan baik (B) sebesar 10,3%, cukup (C) sebesar 65,5%, dan kurang (K)

sebesar 24,1%. Sebagian besar siswa (ekstrovert dan introvert) cukup aktif dalam

kegiatan belajar di kelas.

B.Saran

Untuk latihan dan ulangan harian, guru perlu membuat variasi soal

matematika, baik dalam tingkat kesukarannya (sukar, sedang, dan mudah),

maupun soal-soal yang menguji kemampuan komunikasi matematik, pemecahan

masalah, maupun kemampuan matematika lainnya, tidak sebatas soal-soal yang

ada dalam satu buku paket, agar bisa mengetahui kemampuan siswa dengan baik

dan tidak terjadi penggelembungan nilai, padahal siswa masih banyak yang belum

mengerti dalam pelajaran matematika. Berkaitan dengan siswa ekstrovert dan

introvert, guru lebih baik membiasakan siswa untuk mandiri dalam mengerjakan

soal matematika, jangan membiarkan siswa terlalu banyak bertanya dan jangan

pula siswa diam saja apabila ada soal yang tidak dimengerti.

Guru juga perlu mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dan

memperhatikan materi pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa, agar kemampuan

siswa dapat meningkat, khususnya dalam pelajaran matematika dalam hal

kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik.

Untuk pihak sekolah, apabila banyak siswa yang absen lebih dari tiga kali,

untuk ke depannya sebaiknya dibuat peraturan sedemikian rupa agar absensi siswa

(37)

60

akan mendapat penghargaan. Selain itu, sebaiknya siswa ditargetkan untuk bisa

membaca sejak kelas I, agar di kelas tinggi siswa tidak kesulitan dalam mengikuti

pelajaran.

Untuk penelitian berikutnya disarankan menggunakan model pembelajaran

yang inovatif dan mengukur kemampuan matematika yang lainnya (koneksi

matematik, penalaran, berpikir kreatif, atau apa saja sesuai kehendak peneliti),

serta penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan suatu kemampuan siswa, bukan

hanya ingin mengetahui kemampuan siswa, agar penelitiannya lebih bermanfaat

(38)

61

DAFTAR PUSTAKA

Afsoh, Dewi Nur (2012). Analisis Kreativitas Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kepribadian Tipe Ekstrovert dan Introvert. Skripsi S-1 Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anita (2011). Students’ Ability Description on Solving Mathematics Problem at SMK Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa Considering Personal Types.

[online]. Tersedia:

http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2011/09/05/students%E2%80%99- ability-description-on-solving-mathematics-problem-at-smk-negeri-1-pallangga-kabupaten-gowa-considering-personal-types/ [29 Maret 2013]

Arikunto, Suharsimi (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cangara, Hafied (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elfindri dkk (2011). Soft Skill untuk Pendidik. Tanpa kota: baduose media.

Fadly, Arief (2012). Pengertian tentang Seseorang yang Introver/Ekstrovert. [online]. Tersedia: http://www.techforedu.org/2012/10/pengertian-tentang-seseorang-yang.html?m=1 [22 Desember 2012]

Franklin, James(2009). “Aristotelian Realism”, dalam Philosophyof Mathematics.

Amsterdam: Elsevier. [Online].

http://books.google.co.id/books?id=mbn35b2ghgkC&pg=PR9&dq=Fran

Gunawan, I Made (2009). Tesis: Hubungan antara Intelegensi, Motivasi, Keprribadian, dengan Kreativitas Siswa SMA Negeri di Kota Malang.

[online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1124 [1 januari 2013]

Harper, Douglas (2001). Online Etymology Dictionary. [online]. Tersedia:

(39)

62

Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan: bahan belajar mandiri. Bandung: UPI PRESS.

Ismunamto, dkk. (2011). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.

Kholik, Muhammad (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.co/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional [1 Februari 2013]

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Tidak diterbitkan.

Paneo, Herman (2007). Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif dan Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. [online]. Tersedia:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=4950&idc =8 [10 Desember 2012]

Peirce, Benjamin (1870). Linear Associative Algebra. Washington: Science

Center Library. [Online]. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?id=HqQKAAAAYAAJ&printsec=frontc over&dq=Linear+Associative+Algebra&hl=id&sa=X&ei=8VWtUfzTJo W3rAfu1YGwBg&ved=0CDEQuwUwAA [30 Mei 2013]

Reban, Retina (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil BelajarBahasa Inggris Siswa SMP Negeri 2 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. [online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-master-1200/1200 [12 Desember 2012]

Riduwan (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyan, Tabrani; Sudirman; Arifin, Zainal; dan Fathoni, Toto (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Setyanti, Christina Andhika(2012, 20 juni). 3 Cara Introver Bersaing dengan

Ekstrover. Kompas [online]. Tersedia:

http://female.kompas.com/read/2012/06/20/22172080/3.Cara.Introver.Be rsaing.dengan.Ekstrover. [22 Desember 2012]

(40)

63

Ma’hadSunan Ampel Al-‘Aly. Skripsi S-1 Jurusan Psikologi IAIN Sunan

Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujanto, Agus; Lubis, Halem; Hadi, Taufik (2009). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukardi (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumardyono (2010). Pengertian Dasar Problem Solving. [online]. Tersedia: http://problemsolving.p4tkmatematika.org/2010/02/pengertian-dasar-problem-solving/ [20 April 2012]

Sun, Yuh-ming (2008). Research on Improvement of Mathematical Communication Ability in Elementary School Students through Social Construction (A Case Study of After-School Math Club for Fourth Grade Students). [online]. Tersedia: http://etd.npue.edu.tw/ETD-db/ETD-search/view_etd?URN=etd-1229108-171055 [30 Maret 2013]

Tristiana (2012). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VII I Malang Ttipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Analosis Kesalahan Newman. [Online].

Tersedia:

http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/analisis-kemampuan-siswa-kelas-vii-smpn-

i-malang-tipe-kepribadiab-ekstrovert-dan-introvert-dalam- menyelesaikan-masalah-matematika-berdasarkan-analosis-kesalahan-newman-ita-tristiana-56440.html [30 Maret 2013]

Walgito, Bimo (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Yusuf, Syamsu (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(41)

64

Dokumen

Gambar

Tabel 4.14 Tingkat keaktifan siswa ekstrovert dan introvert  .........................
Tabel 1.1 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja Menurut Ranking
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim kerja dan pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

4.1 Menurut saya SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) telah bekerja dengan baik untuk melindungi pekerja yang ada di Yayasan Pendidikan Al-Azhar di Medan. Variabel Y

model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu

Pembinaan dan fasilitasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas/penataan persebaran penduduk, perlindungan dan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional)

Atas pernyataan ini, siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan apabila kemudian adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini, atau ada klaim dari

4.23 Perbandingan hasil pengukuran keriput dikulit pemakaian krim konsentrat sari kulit buah semangka merah dan kuning setelah 4 minggu

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan pemberian reinforcement positif dan negatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta