GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT
DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I
Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
MUMUN MUNTASIROH
0903293
MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPI KAMPUS SUMEDANG
GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA
SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
Oleh Mumun Muntasiroh
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Mumun Muntasiroh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MUMUN MUNTASIROH
GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA
SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADAPEMBELAJARAN KONVENSIONAL
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Diah Gusrayani, M.Pd.
NIP. 197808222005012003
Pembimbing II
Maulana, M.Pd.
NIP. 198001252002121002
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD Kelas
UPI kampus Sumedang
Riana Irawati, M.Si.
GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA
SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)
Oleh
Mumun Muntasiroh
0903293
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Penguji I
Julia, M.Pd.
NIP. 198205132008121002
Penguji II
Maulana, M.Pd.
NIP. 198001252002121002
Penguji III
Drs. Dede Tatang S., M.Pd.
NIP. 195703251985031005
Mengetahui
Ketua Program Studi PGSD Kelas
Riana Irawati, M.Si.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT
DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL” dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.
Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,
i
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Pentingnya Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Kemampuan Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 8
1. Pengertian Matematika ... 8
2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 9
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 10
B. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 11
1. Pengertian Kepribadian ... 11
2. Aspek-aspek Kepribadian ... 12
3. Pengertian Kepribadian Ekstrovert dan Introvert serta Ciri-Cirinya ... 12
4. Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13
5. Cara Mengukur Kepribadian ... 14
C. Teori Kepribadian Carl Gustav Jung ... 17
D. Metode Pembelajaran Konvensional ... 18
1. Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional ... 18
2. Macam-macam Pembelajaran Konvensional ... 18
E. Temuan yang Relevan ... 20
F. Hipotesis ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 23
C. Jenis Penelitian ... 23
D. Desain Penelitian ... 24
ii
F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 25
1. Soal Tes ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Ekstrovert ... 38
B. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Introvert ... 41
C. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Ekstrovert ... 43
D. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Introvert ... 46
E. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48
F. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 50
G. Keaktifan Siswa dalam Belajar ... 51
H. Hasil Temuan dan Pembahasan ... 53
iii
DAFTAR TABEL
Table 1.1 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar kerja Menurut
Ranking ... 3
Tabel 2.1Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstovert dan Introvert ... 14
Table 2.2 Macam-macam Cara Mengukur Kepribadian ... 15
Tabel 2.3 Tipologi Jung ... 17
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas � ... 26
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas �11 ... 28
Tabel 3.3 IntrepretasiDaya Pembeda ... 29
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 30
Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi .. 31
Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan ... 32
Tabel 3.7 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 33
Tabel 3.8 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb ... 34
Tabel 3.9 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri ... 37
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 39
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 41
Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 42
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 43
Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 44
Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 45
Tabel 4.7 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 46
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 47
Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48
Tabel 4.10 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Komunikasi Matematik Dilihat dari Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 49
iv
Tabel 4.12 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dilihat dari
Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 51 Tabel 4.13 Tingkat Keaktifan, Kemampuan Komunikasi Matematik,
dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert dan
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ... 65
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) ... 70
Lampiran B Tes Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 74
Lampiran D Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran D.1 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 1-6 ... 90
Lampiran D.2 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 7-9 . 92 Lampiran D.3 Validitas Keseluruhan Soal Simetri dan Pencerminan .. 95
Lampiran D.4 Validitas Butir Soal ... 97
Lampiran D.5 Daya Pembeda ... 98
Lampiran D.6 Indeks Kesukaran ... 99
Lampiran E Data Hasil Penelitian Lampiran E.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert ... 100
Lampiran E.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 101
Lampiran E.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert ... 102
Lampiran E.4 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 103
Lampiran E.5 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 104
Lampiran E.6 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 105
Lampiran E.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Ekstrovert dalam Belajar di Kelas ... 106
Lampiran E.8 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Introvert dalam Belajar di Kelas ... 107
Lampiran E.9 Hasil Wawancara ... 108
Lampiran E.10 Dokumentasi ... 109
Lampiran F Surat-surat Lampiran F.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 112
vi
Lampiran F.3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 114
Lampiran G Daftar Monitoring Bimbingan
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematik merupakan bagian dari tujuan mata
pelajaran matematika. Dalam kurikulum tersebut diuraikan bahwa mata pelajaran
matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah bagi setiap siswa memiliki
kadar yang berbeda. Kemungkinan hal ini karena perbedaan faktor internal dan
eksternal yang diperoleh dan dialami siswa. Misalnya karena dukungan orang tua dan
adanya hadiah yang diberikan, mendorong siswa untuk lebih giat belajar sehingga
kemampuannya lebih terasah.
Dilihat dari sudut pandang kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert memiliki cara yang berbeda dalam hal berkomunikasi dan memecahkan
masalah. Dalam sebuah survey yang digagas oleh Donna McMillan, menemukan bahwa “Apabila ada dua orang ekstrovert dan introvert yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, maka ekstrovert akan menjawab secara hiperbola, sedangkan
2
ekstrovert akan menjawab, “Makanan ini enak sekali! Belum pernah saya merasakan yang seenak ini”, lain halnya dengan orang introvert, ia hanya mengucapkan “Iya, enak”. Menurut McMillan (Fadly, 2012), kepribadian ekstrovert dianggap sebagai perusak survey atau membuatnya menjadi tidak akurat karena ia memberikan
informasi secara berlebihan.
Dalam hal memecahkan masalah, sebuah artikel yang mengutip pendapat dari
Cain (Setyanti, 2012), mengatakan bahwa orang yang introvert adalah “orang yang gigih, rajin, dan fokus pada pekerjaan yang mereka lakukan”. Lebih lanjut ia mengatakan, apabila seorang introvert diberi masalah yang sulit dipecahkan, mereka
akan bekerja lebih keras dan lebih baik daripada ekstrovert.
Namun demikian, kegiatan pembelajaran di zaman sekarang ini lebih
mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana
menuntut siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya. Tentu bagi
siswa yang memiliki sifat tertutup sulit untuk menunjukan eksistensinya, sehingga
kemampuan yang dimilikinya tidak terekspos. Dalam lembar observasi yang
dikembangkan oleh Prihatini (2010) pun menunjukkan bahwa siswa yang aktif adalah
siswa yang berani“mengajukan pendapat, pertanyaan, dan komentar sesuai konteks”.
Dengan demikian terlihat bahwa siswa yang ideal adalah siswa yang memiliki tipe
kepribadian ekstrovert. Meskipun pada kenyataannya tidak semua siswa ekstrovert
tergolong siswa unggul.
Bagaimanapun, baik siswa ekstrovert maupun introvert perlu mendapat
bimbingan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematikdan
pemecahan masalah matematik karena belum diketahui secara pasti bagaimana
tingkat kemampuannnya. Siswa perlu mengembangkan kemampuan komunikasinya
karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang paling diperlukan dalam
dunia kerja, seperti yang dilansir oleh National Association Of Colleges And
Employee (NACE) (Elfindri, dkk., 2011) dalam survey yang dilakukan dengan hasil
3
Tabel 1.1
19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja Menurut Ranking
Kemampuan Nilai Skor Rangking Urgensi
Komunikasi 4,69 1
Kejujuran/integritas 4,59 2
Bekerjasama 4,54 3
Interpersonal 4,5 4
Etos kerja yang baik 4,46 5
Motivasi/inisiatif 4,42 6
Mampu beradaptasi 4,41 7
Analitikal 4,36 8
Komputer 4,21 9
Organisasi 4,05 10
Orientasi detail 4 11
Kepemimpinan 3,97 12
Percaya diri 3,95 13
Sopan/beretika 3,82 14
Bijaksana 3,75 15
Indeks prestasi > 3,00 3,68 16
Kreatif 3,59 17
Humoris 3,25 18
Kemampuan entrepreneurship 3,23 19
Hasil survey tersebut semakin menegaskan bahwa kemampuan komunikasi
sangat penting dimiliki siswa dan juga kemampuan memecahkan masalah, khususnya
dalam mata pelajaran matematika sebagai induknya ilmu. Oleh karena itu perlu
diidentifikasi siswa-siswa yang kemampuannya rendah dalam kemampuan
komunikasi matematika dan pemecahan masalah matematika, sehingga nantinya
dapat diberi bimbingan untuk mengembangkan kemampuan tersebut.Sayangnya,
4
maksimal. Hanya sebatas pengumpulan data pribadi siswa untuk keperluan buku
raport. Begitu pun yang terjadi di sekolah dasar negeri Panjalin Kidul I.
Karena pengetahuan guru dalam memahami kemampuan dalam
masing-masing pribadi siswa sangat minim, terutama di SDN Panjalin Kidul I yang dalam
proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode konvensional, maka untuk
itulah, penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan kemampuan komunikasi
dan pemecahan masalah matematik yang dimiliki siswa berdasarkan kepribadiannya.
Apakah kebanyakan dari siswa introvert itu kemampuan komunikasinya rendah atau
sebaliknya, dan apakah siswa yang ekstrovert memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematik yang bagus atau sebaliknya.
B.Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikiut.
1. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert
di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert
di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
ekstrovertdi kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?
5. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV
SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang,
dan rendah?
6. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV
SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi,
sedang, dan rendah?
5
Penelitian ini difokuskan pada kelas IV semester genap dan dibatasi pada
pembelajaran mengenai materi bilangan romawi, simetri, dan pencerminan.
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert di kelas IV
SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.
2. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert di kelas IV
SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.
3. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa ekstrovert di
kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.
4. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa introvert di
kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.
5. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN
Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang, dan
rendah.
6. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN
Panjalin Kidul Iyang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi,
sedang, dan rendah.
7. Mengetahui keaktifan siswa kelas IV SDN Panjalin Kidul I dalam belajar.
D.Pentingnya Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan apa yang
rendah dimiliki siswa, apakah itu kemampuan komunikasi matematika atau
kemampuan pemecahan masalah matematika, sehingga dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuannya, serta dapat memahami tipe kepribadian siswa,
6
E.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat melihat kemampuan apa yang paling dominan dimiliki oleh
siswadengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert di SDN Panjalin Kidul I.
b. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memiliki pengalaman awal dalam
meneliti, sehingga untuk penelitian yang berikutnya akan lebih matang lagi.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat mengembangkan kemampuan siswanya yang masih rendah.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan kemampuan
yang dimiliki siswanya.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan yang relevan bagi penelitian
berikutnya.
b. Temuan dalam penelitian ini mungkin dapat memberi masalah baru bagi
peneliti lain.
F. Definisi Operasional
1. Kepribadian (Ahmadi dan Sholeh, 2005) adalah keseluruhan pola (bentuk)
tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh serta unsur-unsur
psiko-fisik lainnya yang yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan
seseorang.
2. Kepribadian ekstrovert (Afsoh, 2012) adalah kepribadian yang stimulus
utamanya berasal dari lingkungan sehingga dia lebih menyenangi bergaul dan
bersama orang lain.
3. Kepribadian introvert (Afsoh, 2012) merupakan kepribadian yang stimulus
utamanya berasal dari dirinya sendiri sehingga dia lebih senang untuk
7
4. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 1998:
76).
5. Pembelajaran konvensional (Kholik, 2011) adalah proses pembelajaran yang
lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih
pasif sebagai penerima ilmu.
6. Kemampuan komunikasi matematikadalah kemampuan menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam simbol matematika, menghubungkan gambar ke dalam ide
matematika, menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis, dan
Menulis tentang matematika.
7. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa dalam
merumuskan masalah, menerapkan strategi, menjelaskan hasil, dan menyusun
model matematika.
8. Bilangan romawi atau angka romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari
Romawi Kuno (Wikipedia).
9. Benda simetris adalah benda yang mempunyai sumbu simetri.
10. Benda Asimetris adalah benda yang tidak memiliki sumbu simetri.
11. Sumbu simetri (Ismunamto, dkk., 2011) adalah garis khayal yang dapat membagi
23 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Panjalin Kidul I yang berlokasi di
Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini
dipilih karena beberapa alasan. Pertama, karena lokasinya yang strategis, sehingga
mudah dijangkau. Kedua, karena kelas IV di SD tersebut berjumlah dua kelas,
sehingga subjeknya penelitiannya akan banyak. Jika subjeknya sedikit, maka hasil
penelitiannya kurang bagus. Ketiga, guru yang mengajar di SD tersebut sudah
terbiasa dengan cara mengajar yang konvensional (metode ceramah, tanya-jawab,
dan penugasan), sehingga cocok dengan penelitian. Keempat, karena sudah
terbiasa ke SD tersebut, sehingga mudah dalam memperoleh perizinan.
Adapun waktu penelitiannya, dimulai dari uji coba instrumen tes pada
bulan Februari 2013, hingga selesainya pengambilan data-data yang diperlukan
pada bulan Mei 2013.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dari SDN Panjalin Kidul I
yang terdiri dari dua kelas, IVa dan IVb. Di kelas IVa jumlah siswanya sebanyak
33 orang dan kelas IVb 21 orang, sehingga totalnya 54 siswa.Alasan dipilihnya
kelas IV karena kelas tersebut tergolong kelas tinggi, sehingga pembelajarannya
tidak bersifat tematik. Selain itu, materi pada kelas IV semester genap belum
terlalu rumit.
C. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini bermaksud membandingkan suatu
tipe kepribadian dengan kemampuan matematika siswa tanpa adanya perlakuan
yang bersifat manipulatif terhadap variabelnya. Oleh karena itu, jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan studi komparatif. Menurut Whitney
24
interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penilitian
ini adalah deskriptif komparatif, yaitu penelitian yang bersifat ex post facto.
D. Desain Penelitian
Model komparasi dalam penelitian ini, yaitu komparasi antara dua variabel
yang independen, yaitu kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah, serta
dua variansi subjek pada masing-masing variabel, ekstrovert dan introvert, dimana
subjek-subjeknya tidak berkaitan satu sama lain. Desain penelitiannya dapat
digambarkan sebagai berikut.
X1a : X1b
X2a : X2b
Keterangan:
X1a: kemampuan komunikasi siswa ekstrovert
X1b: kemampuan komunikasi siswa introvert
X2a: kemampuan pemecahan masalah siswa ekstrovert
X2b: kemampuan pemecahan masalah siswa introvert
E. Prosedur Penelitian
Ada empat tahapan dalam penelitian ini. Keempat tahap tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini, peneliti terlebih dahulu mencari tahu berapa jumlah siswa
yang ada di SD yang akan diteliti. Kemudian menyusun perangkat pembelajaran
yang meliputi pembuatan rencana dan pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
pembuatan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya menguji validitas dan
reliabilitas alat tes.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, proses kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung selama 3
25
3. Tahap analisis data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data kualitatif
berupa hasil tes kepribadian, data sosiometri, lembar observasi, dan hasil
wawancara, serta pengolahan data kuantitatif, yakni soal kemampuan komunikasi
dan pemecahan masalah matematik.
4. Tahap pembuatan kesimpulan
Setelah semua data diolah dan dianalisis dengan cermat, barulah kemudian
dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang dilakukan berdasarkan
hipotesis yang telah dirumuskan.
F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
1. Soal Tes
Soal tes yang diberikan adalah soal yang menguji kemampuan komunikasi
matematika dan pemecahan masalah matematika. Pemberian soal-soal tersebut
dikhususkan pada materi bilangan romawi, bangun datar simetri, dan
pencerminan.
Agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik, maka
kaidah-kaidahnya harus dipenuhi, yakni memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi,
daya pembeda yang baik dan derajat kesukaran yang bervariasi.
a. Validitas Soal Tes
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Anderson, dkk. dalam Arikunto, 1997). Berdasarkan jenisnya, validitas
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu validitas logis dan empiris. Yang termasuk
validitas logis adalah (Arikunto, 1997):
1) Validitas isi. Validitas ini terpenuhi jika materi pada soal tes sesuai atau
berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
2) Validitas konstruksi. Validitas ini terpenuhi jika tiap butir soal tes tersebut
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
26
1) vaiditas “ada sekarang” (concurrent validity). Sesuai dengan jenis
validitasnya, maka validitas ini diukur dengan memasangkan hasil tes yang
baru dengan hasil tes pengalaman (yang sudah ada).
2) Validitas prediksi. Sesuai dengan namanya, validitas ini bersifat ramalan,
yaitu mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang.
Adapun rumus untuk mencari validitas keseluruhan dan validitas tiap butir
soal dihitung dengan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar,
sebagai berikut (Arikunto, 1997: 69).
� = � −
� 2 − ( )2 � 2 − ( )2
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = banyaknya subyek
X = nilai tes yang akan dicari validitasnya
Y = rata-rata nilai harian
Untuk validitas tiap butir soal, X adalah skor tiap butir soal, sedangkan Y
adalah skor total butir soal. Hasil perhitungannya dapat ditafsirkan dengan dua
cara. Pertama, dengan mengacu pada klasifikasi koefisien korelasi menurut
Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147), yaitu:
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas �
Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 <� ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <� ≤ 0,80 Validitas Tinggi
0,40 <� ≤ 0,60 Validitas Sedang 0,20 <� ≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 <� ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah
� ≤ 0,00 Tidak Valid
Kedua, dengan melihat tabel harga r product moment, sehingga dapat
27
penafsiran validitas dilakukan dengan mengacu pada klasifikasi sesuai tabel di
atas.
Dari hasil uji coba tes matematika yang dibagi tiga bagian soal, yaitu
bilangan Romawi dari nomor 1-6, bilangan Romawi dari nomor 7-9, dan soal
simetri dan pencerminan, validitasnya berturut-turut adalah 0,27 (rendah); 0,27
(rendah); dan 0,1 (sangat rendah).
Selanjutnya, diuji validitas butir soal, antara lain: nomor A1b dan A3a
tidak valid. Validitas nomor A1c sangat rendah. Soal nomor A4a, B3, B5, dan C3
memiliki validitas rendah. soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c,
A6a, A6b, B2a, B4, C1, dan C2 tergolong validitas sedang. Soal nomor A3b, A4c,
A7, B1, dan B2a validitasnya tinggi. Soal nomor A8 dan A9 validitasnya
tergolong sangat tinggi.
b. Reliabilitas Soal Tes
Reliabilitas (Arikunto, 1997) adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan
kepada subyek yang sama. Pada umumnya ada tiga metode dalam mencari
reliabilitas suatu tes, yaitu metode bentuk paralel (equivalent), metode tes ulang
(tes-retest method), dan metode belah dua (split-half method).
Untuk soal tes bentuk uraian, rumus yang digunakan adalah
rumuscronbach alpha. Metode ini digunakan karena soal tes yang digunakan
tidak mempunyai item benar/salah atau ya/tidak. Rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut.
r11 = ( n
n−1)(1− Si2 St2 )
Keterangan:
r11 : Koefisien reliabilitas
n : Banyaknya butir soal (item) Si2 : Jumlah varians skor tiap item
St2 : Varians skor total (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194)
Berdasarkan tolok ukur yang dibuat Guildford (Suherman dan Sukjaya,
28
Tabel 3.2
Interpretasi Reliabilitas �11
Koefisien Korelasi Interpretasi �11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,20 <�11≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 <�11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 < �11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi
0,80 <�11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Karena soal-soal tes matematika yang diujicobakan terlalu banyak, maka
soal tes yang diberikan dipecah menjadi tiga bagian, sehingga hasil reliabilitasnya
ada tiga. Soal bagian A nomor 1 -6 memiliki reliabilitas yang sangat rendah, soal
bagian A nomor 7 - 9 reliabilitasnya sangat rendah, dan soal bagian B dan C
reliabilitasnya tinggi. Soal bagian A nomor 1 – 6 tergolong rendah karena tingkat
kesukarannya banyak yang mudah, sedangkan soal bagian A nomor 7 – 9
semuanya tergolong sukar.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai
berdasarkan kriteria tertentu (Rusyan, dkk., 1991). Rumus dan kriteria daya
pembeda adalah sebagai berikut.
Keterangan :
= rerata skor dari siswa-siswa kelompok atas yang menjawab benar untuk butir soal yang dicari daya pembedanya
= rerata skor dari siswa-siswa kelompok bawah untuk butir soal yang dicari daya pembedanya
SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot) (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202)
Dengan kriteriaseperti yang tertera pada Tabel 3.4 (Suherman dan Sukjaya,
29
Tabel 3.3
Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Daya pembeda dari soal yang diujicobakan memiliki interpretasi sebagai
berikut.
a) Daya pembeda jelek: soal nomor A1b, A1c, A3a, A4a, A6b, B3, dan C3.
b) Daya pembeda Cukup: soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A5a, A5b, A5c, A6a,
A7, B1, B2a, B4, B5, dan C2.
c) Daya pembeda Baik: soal nomor A3b, A4b, A4c, A9, B2b, dan C1.
d) Daya pembeda sangat baik: soal nomor A8.
d. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran tes adalah mengukur berapa besarnya kesukaran
butir-butir suatu tes (Rusyan, 1991). Untuk menguji siswa, maka soal yang diberikan
harus memiliki derajat kesukaran yang tepat. Indeks kesukaran dihitung
berdasarkan rumus:
Keterangan :
= rerata skor dari siswa-siswa
SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot)
Untuk menginterpretasi indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai
30
Tabel 3.4
Interpretasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Indeks Kesukaran pada tiap-tiap soal dijabarkan sebagai berikut.
1) Sukar: soal nomor B2b dan C3.
2) Sedang: soal nomor A1a, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c, A6a, A6b, A8, A9,
B3, B4, B5, C2.
3) Mudah: soal nomor A1b, A1c, A1d, A2, A3b, A4a, A4c, A7, B1, dan C1.
4) Terlalu Mudah: soal nomor A3a
Hasil tes matematika soal bilangan romawi dan soal simetri dan
pencerminan yang diujicobakan pada siswa kelas V, dapat disimpulkan pada
Tabel 3.5 dan 3.6 di bawah ini. Soal-soal yang telah dipilih berdasarkan validitas
dan reliabilitasnya, digunakan untuk postes dalam dua kali pertemuan.
1) Soal Bilangan Romawi
Untuk soal bilangan romawi, jumlah soal yang diperlukan adalah tujuh
soal dengan alokasi waktu 60 menit. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
anak kelas IV di SD yang diteliti, hanya mampu mengerjakan soal kurang dari
delapan nomor untuk satu pertemuan.Seperti yang terlihat dalam tabel, soal yang
dipakai untuk mengevaluasi belajar siswa adalah soal bagian A nomor 2, 4c, 5b,
31
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi
Validitas keseluruhan : 0,27 (Rendah) Reliabilitas A1 – A6 :0,03 (Sangat Rendah) Reliabilitas A7 – A9 : -0,28 (Sangat Rendah)
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
2) Soal Simetri dan Pencerminan
Jumlah soal yang dipakai adalah tujuh soal, yaitu soal nomor B1, B2, B4,
32
uraian, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menjawab. Untuk soal nomor
C3, validitasnya rendah karena soal tersebut tergolong sukar. Karena untuk
menguji kemampuan siswa tingkat tinggi diperlukan soal yang sulit, maka soal
tersebut akan tetap dipakai.
Tabel 3.6
Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan
Validitas keseluruhan : 0,1 (Sangat Rendah) Reliabilitas :0,61 (Tinggi)
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
(Myers-Briggs Type Indicator). Digunakannya tes kepribadian ini karena tes ini
sudah banyak digunakan oleh perusahaan untuk menguji dan mengevaluasi
kepribadian calon pegawainya.
Meskipun tes ini mengukur empat skala kepribadian, yaitu
ekstrovert-introvert, sensing-intuition, thinking-feeling, dan judging-perceiving, tetapi yang
diambil hanya inventori skala ekstrovert-introvert saja. Berikut ini adalah hasil tes
33
1) Kelas IVa
Tabel 3.7
Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa
Nomor Absen
Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan
34
2) Kelas IVb
Tabel 3.8
Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb
Nomor Absen
Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan
A B
Observasi (Riduwan, 2006: 57) yaitu melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Ada tiga jenis observasi berdasarkan peranan observer (Walgito, 2010), yaitu: a)
observasi partisipasi, yaitu observer turut serta dengan orang-orang yang
diobservasi, b) observasi nonpartisipasi, yaitu observer hanya diposisikan sebagai
35
dengan yang di observasi. Dalam penelitian yang hendak dilakukan, peneliti
bertindak sebagai observer nonpartisipasi.
Berdasarkan pelaksanaannya, observasi dapat dibagi dalam dua jenis
(Walgito, 2010), yaitu observasi sistematis dan nonsistematis. Observasi yang
akan dilaksanakan mengambil observasi yang sistematis karena berpedoman pada
lembar observasi yang sudah disusun.
Ditilik dari segi situasinya, observasi dapat digolongkan ke dalam tiga
jenis. Pertama, free situation observation, observasi ini dijalankan dalam situasi
yang bebas. Kedua, manipulated situation observation, yaitu observasi yang
situasinya sengaja diadakan. Ketiga, partially controlled situation observation,
yakni observasi yang sebagian situasinya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam
situasi yang bebas. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang dipakai adalah
observasi partially controlled situation observation karena kegiatan pembelajaran
mengikuti rencana yang sudah disusun oleh observer, tetapi pengajar bebas
mengeksplorasi kegiatan belajar sesuai yang dikehendaki. Observasi dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam belajar di kelas dan yang
menjadi observer dalam penelitian ini adalah peneliti.
c. Pedoman Wawancara
Wawancara (Riduwan, 2006: 56) adalah suatu cara pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada tiga
jenis wawancara, yaitu:
1) Wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan diajukan berdasarkan daftar
pertanyaan yang telah disusun.
2) Wawancara bebas, yaitu suatu pembicaraan antara pewawancara dengan nara
sumber yang tidak terikat dengan daftar pertanyaan, tetapi pewawancara
menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman.
3) Wawancara bebas terpimpin merupakan gabungan dari wawancara bebas dan
terpimpin.
Wawancara dalam penelitian ini berpedoman pada wawancara bebas. Dalam
36
yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah soal ulangan harian yang
dibuat dan dipakai oleh guru dalam mengetes siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai atau tidak dan apa pertimbangan guru sehingga
anak yang tidak bisa membaca atau memiliki kemampuan yang kurang, bisa naik
kelas.
G. Bahan Ajar
Materi pokok yang akan diajarkan adalah materi bilangan romawi, yang
meliputi pengenalan lambang bilangan Romawi, mengubah bilangan Romawi ke
dalam bilangan asli atau sebaliknya, serta materi bangun datar dengan sub
materisimetri dan pencerminan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dipakai dapat dilihat dalam Tabel 3.8.
Metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran ini adalah metode
konvensional, berupa metode ceramah, tanya-jawab, dan penugasan.
Tabel 3.9
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri
Standar
Bangun datar Simetri lipat
Sumbu simetri
dan data kualitatif. Yang pertama kali dilakukan dalam pengolahan data
kuantitatif adalah menganalisis validitas dan reliabilitas soal yang diujicobakan.
37
diberikan pada postes dan akan dianalisis hasilnya, yaitu dengan terlebih dahulu
mengelompokkan soal yang berjenis kemampuan komunikasi matematik dan
pemecahan masalah matematik. Setelah itu, dihitung skor untuk masing-masing
kemampuan dan diberi interpretasi tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap
selanjutnya akan dibuat persentase untuk membandingkan antara siswa ekstrovert
dan introvert.
Sementara untuk data kualitatif, data-data yang diolah adalah tes
kepribadian MBTI dan lembar observasi, sedangkan hasil angket dan wawancara
digunakan sebagai data pelengkap.
Untuk tes kepribadian MBTI, siswa yang memilih opsi A lebih banyak
daripada opsi B, maka kepribadiannya cenderung ekstrovert. Apabila sebaliknya,
58 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dalam kemampuan komunikasi matematik, 1) tingkat kemampuan siswa
ekstrovert yang berada pada kategori sedang dan rendah memiliki proporsi yang
sama, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang rendah, skor
kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert yang paling rendah adalah
menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis. 2) tingkat
kemampuan siswa introvert yang berada pada kategori rendah lebih banyak
daripada yang berkategori sedang, rata-rata siswa introvert memiliki kemampuan
yang rendah, skor kemampuan siswa introvert rendah dalam semua indikator
kemampuan komunikasi matematik.
Dalam kemampuan pemecahan masalah matematik, 1) jumlah siswa
estrovert yang berada pada kategori rendah lebih banyak daripada yang berada
pada kategori sedang, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang
rendah, skor kemampuan pemecahan masalah yang rendah adalah menyusun
model matematika dan menjelaskan hasil sesuai permasalahan. 2) seluruh siswa
introvert tergolong memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah yang
rendah, seluruh siswa introvert mendapat skor 0 (nol) dalam menyusun model
matematika.
Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam
kemampuan komunikasi matematik adalah: 1) kategori tinggi (4% berbanding
0%), dapat dinyatakan bahwa siswa ekstrovert ada yang lebih mampu mencapai
kemampuan tingkat tinggi dalam komunikasi matematik daripada siswa introvert.
2) kategori sedang (48% berbanding 25%), siswa ekstrovert yang memiliki
kemampuan komunikasi matematik tingkat sedang hampir dua kali lipat dari
siswa introvert yang memiliki kemampuan sedang, itu berarti kemampuan
komunikasi matematik tingkat sedang lebih banyak diraih oleh siswa ekstrovert.3)
59
kemampuan yang buruk dalam komunikasi matematik, itu berarti kemampuan
komunikasi matematik siswa ekstrovert lebih baik daripada introvert.
Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam
pemecahan masalah adalah: 1) kategori tinggi (0% berbanding 0%). 2) kategori
sedang (36% berbanding 0%). 3) kategori rendah (64% berbanding 100%). Baik
siswa ekstrovert maupun introvert tidak ada yang mencapai kemampuan
pemecahan masalah matematik tingkat tinggi, bahkan siswa introvert tidak ada
yang mampu mencapai tingkat sedang.
Siswa kelas IV (a dan b) di SDN Panjalin Kidul I, memiliki tingkat
keaktifan baik (B) sebesar 10,3%, cukup (C) sebesar 65,5%, dan kurang (K)
sebesar 24,1%. Sebagian besar siswa (ekstrovert dan introvert) cukup aktif dalam
kegiatan belajar di kelas.
B.Saran
Untuk latihan dan ulangan harian, guru perlu membuat variasi soal
matematika, baik dalam tingkat kesukarannya (sukar, sedang, dan mudah),
maupun soal-soal yang menguji kemampuan komunikasi matematik, pemecahan
masalah, maupun kemampuan matematika lainnya, tidak sebatas soal-soal yang
ada dalam satu buku paket, agar bisa mengetahui kemampuan siswa dengan baik
dan tidak terjadi penggelembungan nilai, padahal siswa masih banyak yang belum
mengerti dalam pelajaran matematika. Berkaitan dengan siswa ekstrovert dan
introvert, guru lebih baik membiasakan siswa untuk mandiri dalam mengerjakan
soal matematika, jangan membiarkan siswa terlalu banyak bertanya dan jangan
pula siswa diam saja apabila ada soal yang tidak dimengerti.
Guru juga perlu mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dan
memperhatikan materi pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa, agar kemampuan
siswa dapat meningkat, khususnya dalam pelajaran matematika dalam hal
kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik.
Untuk pihak sekolah, apabila banyak siswa yang absen lebih dari tiga kali,
untuk ke depannya sebaiknya dibuat peraturan sedemikian rupa agar absensi siswa
60
akan mendapat penghargaan. Selain itu, sebaiknya siswa ditargetkan untuk bisa
membaca sejak kelas I, agar di kelas tinggi siswa tidak kesulitan dalam mengikuti
pelajaran.
Untuk penelitian berikutnya disarankan menggunakan model pembelajaran
yang inovatif dan mengukur kemampuan matematika yang lainnya (koneksi
matematik, penalaran, berpikir kreatif, atau apa saja sesuai kehendak peneliti),
serta penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan suatu kemampuan siswa, bukan
hanya ingin mengetahui kemampuan siswa, agar penelitiannya lebih bermanfaat
61
DAFTAR PUSTAKA
Afsoh, Dewi Nur (2012). Analisis Kreativitas Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kepribadian Tipe Ekstrovert dan Introvert. Skripsi S-1 Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.
Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anita (2011). Students’ Ability Description on Solving Mathematics Problem at SMK Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa Considering Personal Types.
[online]. Tersedia:
http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2011/09/05/students%E2%80%99- ability-description-on-solving-mathematics-problem-at-smk-negeri-1-pallangga-kabupaten-gowa-considering-personal-types/ [29 Maret 2013]
Arikunto, Suharsimi (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cangara, Hafied (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Elfindri dkk (2011). Soft Skill untuk Pendidik. Tanpa kota: baduose media.
Fadly, Arief (2012). Pengertian tentang Seseorang yang Introver/Ekstrovert. [online]. Tersedia: http://www.techforedu.org/2012/10/pengertian-tentang-seseorang-yang.html?m=1 [22 Desember 2012]
Franklin, James(2009). “Aristotelian Realism”, dalam Philosophyof Mathematics.
Amsterdam: Elsevier. [Online].
http://books.google.co.id/books?id=mbn35b2ghgkC&pg=PR9&dq=Fran
Gunawan, I Made (2009). Tesis: Hubungan antara Intelegensi, Motivasi, Keprribadian, dengan Kreativitas Siswa SMA Negeri di Kota Malang.
[online]. Tersedia:
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1124 [1 januari 2013]
Harper, Douglas (2001). Online Etymology Dictionary. [online]. Tersedia:
62
Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan: bahan belajar mandiri. Bandung: UPI PRESS.
Ismunamto, dkk. (2011). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Kholik, Muhammad (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.co/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional [1 Februari 2013]
Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Tidak diterbitkan.
Paneo, Herman (2007). Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif dan Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. [online]. Tersedia:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=4950&idc =8 [10 Desember 2012]
Peirce, Benjamin (1870). Linear Associative Algebra. Washington: Science
Center Library. [Online]. Tersedia:
http://books.google.co.id/books?id=HqQKAAAAYAAJ&printsec=frontc over&dq=Linear+Associative+Algebra&hl=id&sa=X&ei=8VWtUfzTJo W3rAfu1YGwBg&ved=0CDEQuwUwAA [30 Mei 2013]
Reban, Retina (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil BelajarBahasa Inggris Siswa SMP Negeri 2 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. [online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-master-1200/1200 [12 Desember 2012]
Riduwan (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rusyan, Tabrani; Sudirman; Arifin, Zainal; dan Fathoni, Toto (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Setyanti, Christina Andhika(2012, 20 juni). 3 Cara Introver Bersaing dengan
Ekstrover. Kompas [online]. Tersedia:
http://female.kompas.com/read/2012/06/20/22172080/3.Cara.Introver.Be rsaing.dengan.Ekstrover. [22 Desember 2012]
63
Ma’hadSunan Ampel Al-‘Aly. Skripsi S-1 Jurusan Psikologi IAIN Sunan
Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.
Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Sujanto, Agus; Lubis, Halem; Hadi, Taufik (2009). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukardi (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumardyono (2010). Pengertian Dasar Problem Solving. [online]. Tersedia: http://problemsolving.p4tkmatematika.org/2010/02/pengertian-dasar-problem-solving/ [20 April 2012]
Sun, Yuh-ming (2008). Research on Improvement of Mathematical Communication Ability in Elementary School Students through Social Construction (A Case Study of After-School Math Club for Fourth Grade Students). [online]. Tersedia: http://etd.npue.edu.tw/ETD-db/ETD-search/view_etd?URN=etd-1229108-171055 [30 Maret 2013]
Tristiana (2012). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VII I Malang Ttipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Analosis Kesalahan Newman. [Online].
Tersedia:
http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/analisis-kemampuan-siswa-kelas-vii-smpn-
i-malang-tipe-kepribadiab-ekstrovert-dan-introvert-dalam- menyelesaikan-masalah-matematika-berdasarkan-analosis-kesalahan-newman-ita-tristiana-56440.html [30 Maret 2013]
Walgito, Bimo (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: CV Andi Offset.
Yusuf, Syamsu (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
64
Dokumen