• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS MAHASISWA PGSD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS MAHASISWA PGSD."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISDAN KREATIF MATEMATIS MAHASISWA

PGSD

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Oleh:

MUTIAWATI

NIM: 1103332

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISDAN KREATIF MATEMATIS MAHASISWA

PGSD

Oleh

MUTIAWATI

Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidika Matematika

© MUTIAWATI 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Pengaruh Pembelajaran Sinektik Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Mahasiswa PGSD

Oleh: Mutiawati

mutiawati_cweet20@yahoo.co.id

ABSTRAK

Fokus utama penelitian ini adalah mengenai rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis mahasiswa PGSD. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis mahasiswa PGSD adalah dengan menerapkan pembelajaran Sinektik. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa dihadapkan pada masalah yang tidak masuk akal, memberikan kesempatan menciptakan cara baru dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri, dan mendekati permasalahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara komprehensif pengaruh pembelajaran sinektik terhadap kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis mahasiswa PGSD. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental. Jenis desain eksperimen yang digunakan yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design). Mahasiswa kelompok eksperimen mendapat pembelajaran sinektik sedangkan mahasiswa kelompok kontrol mendapat pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PGSD S1 semester II tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pusrposive sample. Dari lima kelas yang ada, terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas E sebagai kelompok eksperimen dan kelas D sebagai kelompok kontrol. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, disposisi berpikir kritis dan kreatif, serta lembar observasi. Data hasil pretes dan postes dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data diperoleh bahwa rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen dengan pembelajaran sinektik lebih baik secara signifikan daripada rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional.

(4)

DAFTAR ISI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kritis ... 11

B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 14

C. Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Matematika ... 19

D. Model Pembelajaran Sinektik ... 20

E. Orientasi Model Pengajaran Sinektik ... 22

1. Tujuan-Tujuan dan Asumsi-Asumsi ... 22

4. Latihan-latihan Peregangan; Menggunakan Metafora ... 28

F. Langkah-langkah Model Pengajaran Sinektik ... 28

a. Membuat Sesuatu yang Baru ... 29

b. Strategi Membuat yang Asing menjadi Dikenal (Making the Strange Familiar) ... 30

c. Peran dan Tugas Dosen ... 34

G. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis serta Pembelajaran Sinektik ... 37

H. Pembelajaran Konvensional ... 39

I. Teori-Teori Pendukung ... 40

(5)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 44

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 44

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 44

a. Reliabilitas ... 49

b. Validitas ... 51

c. Daya Pembeda ... 53

d. Indeks Kesukaran ... 54

e. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 56

2. Skala Sikap ... 56

1. Pengolahan Data Hasil Tes Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif 59 2. Data Hasil Observasi ... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 69

1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif ... 69

a. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 70

b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 71

c. N-gain Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis 73 2. Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 75

3. Uji Homogenitas Varians Skor Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 78

4. Uji Kesamaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 79

5. Uji Perbedaan Dua Rerata Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 81

6. Analisis Pengaruh Kemampua Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 84

7. Deskripsi Disposisi Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 88

a. Disposisi Berpikir Kritis Matematis ... 88

b. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 94

8. Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa ... 99

(6)

10.Pembelajaran Matematikan dengan Model Sinektik ... 110

B. Pembahasan Data ... 113

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 113

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 115

3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 119

4. Sikap Mahasiswa terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 123

C. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian ... 125

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127

B. Implikasi ... 127

C. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Strategi Pertama ... 29 Tabel 2.2 Struktur Strategi Kedua ... 31 Tabel 3.1 Hasil Korelasi Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis antara Penilai 1

dan Penilai 2 ... 46 Tabel 3.2 Hasil Korelasi Uji Coba Instrumen Berpikir Kreatif antara

Penilai 1dan Penilai 2 ... 47 Tabel 3.3 Uji Normalitas Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis Penilai 1 dan Penilai 2 ... 48 Tabel 3.4 Uji Homogenitas Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis Penilai 1 dan Penilai 2 ... 48 Tabel 3.5 Uji Perbedaan Rerata Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Penilai 1 dan Penilai 2 ... 49 Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 50 Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Validasi ... 52 Tabel 3.8 Interpretasi Uji Validitas Tes Berpikir Kritis dan Berpikir

Kreatif Matematis ... 52 Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 53 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 54 Tabel 3.11 Koefisien Derajat Kesukaran ... 55 Tabel 3.12 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 55 Tabel 3.13 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis dan

Berpikir Kreatif Matematis ... 56 Tabel 3.14 Kriteria Skor GainTernormalisasi ... 60 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Korelasi Skor Penilaian Pretes Berpikir Kritis

dan Berpikir Kreatif Matematis ... 64 Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Korelasi Skor Penilaian Postes Berpikir Kritis

dan Berpikir Kreatif Matematis ... 65 Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Preted dan Postes Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis Penilai 1 dan Penilai 2 ... 66 Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rerata Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Penilai 1 dan Penilai 2 ... 67 Tabel 4.5 Uji Homogenitas Hasil Pretes Kreatif Kelas Eksperimen dan

Kontrol serta Postes Kreatif Kelas Kontrol Matematis Penilai 1

dan Penilai 2 ... 68 Tabel 4.6 Uji Perbedaan Rerata Data Hasil Pretes Kreatif Kelas Eksperimen

(8)

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan

Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 73 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Mahasiswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir kreatif

Matematis Mahasiswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ... 78 Tabel 4.13 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 79 Tabel 4.14 Uji Kesamaan Rata-rata Pretes Kemampuan Berpikir Kritis dan

Berpikir Kreatif Matematis ... 80 Tabel 4.15 Rekapitulasi Uji Kesamaan Rerata Pretes Kemampuan Berpikir

Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis ... 81 Tabel 4.16 Uji Perbedaan Rerata Gain-Ternormalisasi Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis ... 82 Tabel 4.17 Uji Perbedaan Rerata Gain-Ternormalisasi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 83 Tabel 4.18 Rekapitulasi Kemampuan Akhir Berpikir Krtis dan Berpikir

Kreatif Matematis ... 84 Tabel 4.19 Uji Korelasi Pretes Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 85 Tabel 4.20 Koefisien Determinasi Korelasi ... 85 Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Mahasiswa ... 87 Tabel 4.22 Distribusi Jumlah Pemilih Disposisi Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Mahasiswa pada Indikator 1 ... 89 Tabel 4.23 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Mahasiswa pada Indikator 2 ... 90 Tabel 4.24 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Mahasiswa pada Indikator 3 ... 91 Tabel 4.25 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Mahasiswa pada Indikator 4 ... 92 Tabel 4.26 Distribusi Jumlah Pemilih Disposisi Berpikir Kritis Matematis

Mahasiswa pada Indikator 5 ... 92 Tabel 4.27 Rekapitulasi Jumlah Persentase Keberpihakan Responden

terhadap KemampuanBerpikir Kritis Matematis ... 93 Tabel 4.28 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Mahasiswa pada Indikator 1 ... 94 Tabel 4.29 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Mahasiswa pada Indikator 2 ... 95 Tabel 4.30 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Mahasiswa pada Indikator 3 ... 96 Tabel 4.31 Distribusi Jumlah Pemilih Disposisi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Mahasiswa pada Indikator 4 ... 97 Tabel 4.32 Distribusi Jumlah PemilihDisposisi Kemampuan Berpikir

(9)

Tabel 4.33 Rekapitulasi Jumlah Persentase Keberpihakan Responden

terhadap Disposisi Kemampuan BerpikirKreatif Matematis ... 98 Tabel 4.34 Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa selama Proses

Pembelajaran dengan Pembelajaran Model Sinektik ... 102 Tabel 4.35 Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen selama Proses

(10)

DAFTAR DIAGRAM

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kontinum Indeks Kesukaran ... 54 Gambar 4.1 Hasil Pretes, Postes dan N-Gain Berpikir Kritis dan Kreatif ... 74 Gambar 4.2 Grafik Q-Q Plot Pretes dan N-Gain Berpikir Kritis ... 76 Gambar 4.3 Grafik Q-Q Plot Pretes dan N-Gain Berpikir Kreatif ... 77 Gambar 4.4 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif ... 86 Gambar 4.5 Jumlah Persentase Keberpihakan Responden terhadap

Disposisi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 93 Gambar 4.6 Jumlah Persentase Keberpihakan Responden terhadap

Disposisi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 99 Gambar 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran ... 106 Gambar 4.8 Rekapitulasi Hasil Obervasi Aktivitas Dosen dalam

Pembelajaran ... 110 Gambar 4.9 Contoh Analogi yang dituliskan Mahasiswa ... 111 Gambar 4.10 Hasil Kreasi Mahasiswa untuk dipresentasikan ... 112 Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan Mahasiswa Kelas Eksperimen pada

Soal Berpikir Kritis Nomor 1 ... 114 Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Mahasiswa Kelas Kontrol pada Soal

Berpikir Kritis Nomor 1 ... 115 Gambar 4.13 Hasil Pekerjaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Soal Berpikir Kritis Nomor 2 ... 116 Gambar 4.14 Hasil Pekerjaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Soal Berpikir Kritis Nomor 2 ... 117 Gambar 4.15 Kemampuan Mahasiswa untuk Menarik Kesimpulan pada

Indikator Berpikir Kritis ... 121 Gambar 4.16 Kemampuan Mahasiswa untuk Memberikan Penilaian pada

Indikator Berpikir Kreatif ... 122 Gambar 4.17 Kemampuan Mahasiswa untuk Berpikir Luwes pada Indikator

Berpikir Kreatif ... 122 Gambar 4.18 Kemampuan Mahasiswa Membuat Kesimpulan dengan

Menggunakan Aturan Inferensi serta Membuat Contoh lain

yang Serupa ... 123 Gambar 4.19 Mahasiswa Mempresentasikan Hasil Kerja Kelompok

didepan Kelas ... 124 Gambar 4.20 Dosen Menjelaskan Materi Kuliah sementara Mahasiswa

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 134 Lampiran A.2 Satuan Acara Perkuliahan (SAP) ... 136 Lampiran A.3 Kisi-kisi Bahan Ajar Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Mahasiswa PGSD ... 162 Lampiran A.4 Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) ... 217 Lampiran A.5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Mahasiswa PGSD ... 227 Lampiran A.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Mahasiswa PGSD ... 235 Lampiran A.7 Pedoman Penskoran Respon Mahasiswa pada Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis ... 247 Lampiran A.8 Pedoman Penskoran Respon Mahasiswa pada Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis ... 249 Lampiran A.9 Instrumen Disposisi Berpikir Kritis ... 251 Lampiran A.10 Instrumen Butir Disposisi Berpikir Kreatif ... 255 Lampiran A.11Lembaran Observasi Kegiatan Dosen dalam Perkuliahan

Matematika Lanjutan dengan Model Pembelajaran Sinektik 258 Lampiran A.12 Lembaran Observasi Kegiatan Mahasiswa dalam Perkuliahan

Matematika Lanjutan dengan Model Pembelajaran Sinektik 259 Lampiran B.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 260 Lampiran B.2 Data Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kreatif Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 261 Lampiran B.3 Realibilitas Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

dan Kreatif ... 262 Lampiran B.4 Uji Validitas Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif ... 263 Lampiran C.1 Data Hasil Pretes Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Penilai 1

dan Penilai 2 ... 265 Lampiran C.2 Data Hasil Pretes Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Penilai 1

dan Penilai 2 ... 266 Lampiran C.3 Data Hasil Pretes Berpikir Kritis Kelas Kontrol Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 267 Lampiran C.4 Data Hasil Pretes Berpikir Kreatif Kelas Kontrol Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 268 Lampiran C.5 Hasil Uji Korelasi Pretes Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis Kelas Eskperimen dan Kelas Kontrol ... 269 Lampiran D.1 Data Hasil Postes Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 270 Lampiran D.2 Data Hasil Postes Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Penilai 1

(13)

Penilai 2 ... 272 Lampiran D.4 Korealsi Postes Berpikir Kritis dan Kreatif Penilai 1 dan

Penilai 2 ... 273 Lampiran E.1 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 274 Lampiran E.2 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 275 Lampiran E.3 Statistik Deskriptif N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis dan

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu bidang studi yang penting dipelajari dalam kehidupan manusia

adalah matematika, karena matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi

alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain.Matematika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia. Dengan belajar

matematika mahasiswa akan memperoleh kemampuan berpikir dengan baik

sebagaimana pendapat Plato (dalam Sugilar, 2012: 1) bahwa mahasiswa yang baik

dalam matematika akan cenderung baik pula dalam proses berpikirnya, dan

mahasiswa yang terlatih dalam belajar matematika memiliki kecenderungan menjadi

mahasiswa pemikir yang baik. Oleh sebab itu, dosen berperan penting dalam

membantu mahasiswa agar dapat belajar matematika dengan baik.

Universitas merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang termasuk

dalam kategori pendidikan tinggi yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup satu atau lebih disiplin ilmu

pengetahuan. Namun keberhasilan dari penyelenggaraan pembelajaran di suatu

universitas sangat tergantung dari kesiapan proses perencanaan pembelajaran yang

dilakukan. Hal ini senada dengan pendapat Wahyudin (2008: 118)yang mengatakan

bahwakajian cermat terhadap muatan materi, metode-metode pendekatan yang

memungkinkan dan metode-metode presentasi yang potensial semuanya harus

dipertimbangkan sebagai hal-hal penting dari proses perencanaan.

Metode-metode pendekatan yang digunakan oleh dosen dalam pembelajaran

sebaiknya harus dapat membantu cara berpikirmahasiswamenjadi lebih berkembang.

Berpikir bagi manusia merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki sebagai

pemberian berharga dari Allah SWT. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan

berpikir mahasiswa dapat dikembangkan dengan membantu dan membimbing

mahasiswa memperkaya pengalaman yang bermakna melalui pemberian soal-soal

(15)

2

Pada saat mahasiswa dihadapkan pada masalah matematis yang sukar, rumit,

tidak dikenal dan tidak dapat dijawab seketika, mahasiswaakan berpikir untuk

menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Untuk itu mahasiswaakanberpikir

dengan menduga, mencoba-coba, memprediksi, serta mencari rumusan sederhana

yang kemudian bisa dibuktikan kebenaran dari solusi yang diperolehnya. Ketika

itulah mahasiswa membutuhkan ketrampilan berpikir, keaslian ide, fleksibilitas serta

keluwesannya dalam mencari solusi penyelesaian dari masalah yang

dihadapi.Kegiatan berpikir seperti ini dalam proses pembelajaran matematika disebut

high-order mathematical thinking skill (Hendrayana, 2008: 1).

Dua diantara kemampuan berpikir yang termasuk dalam kategori high-order

mathematical thinking skill (ketrampilan berpikir matematis tingkat tinggi) adalah

kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Ada empat alasan yang dikemukakan

oleh Wahab (dalam Maulana, 2012:1), mengenai perlunya dibiasakan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif dikalangan

mahasiswa, yakni: (1) tuntutan zaman yang menghendaki mahasiswa dapat mencari,

memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

(2) setiap mahasiswa senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan,

sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan berpikir kreatif; (3) kemampuan

memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; dan (4)

berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar

mahasiswa dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain.

Ironisnya, dari hasil studibeberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan

berbagai bukti, misalnya: Rofi’udin (1999) menyatakan bahwa terjadi keluhan

tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan berpikir belum

ditangani denganbaik. Mayadiana (2005) menyatakan bahwa kemampuan berpikir

kritis mahasiswa PGSD masih rendah, yakni hanya mencapai 36,62% untuk

mahasiswa berlatar belakang IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan. Maulana (2012)

menyatakan bahwa rerata kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD sebesar

33,3%.Supriadi (2005) menyatakan bahwa nilai tes berpikir kritis mahasiswa PGSD

(16)

3

kuliah Kapita Selekta Matematika. Kampylis, Saariluoma & Berki (2011)

menyimpulkan bahwa guru SD membutuhkan rekomendasi suatu set yang praktis dan

dapat dipahami tentang bagaimana dan mengapa berpikir kreatif perlu dipupuk dalam

diri seorang siswa yang sedang belajar di sekolah dasar. Oleh karena itu, penanganan

kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata

kuliah yang dikelola di pendidikan tinggi.

Menurut Anderson (dalam Hedrayana, 2008: 1) bila berpikir kritis

dikembangkan, mahasiswa akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir

divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisa masalah

dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir

dan dapat berpikir kritis secara mandiri. Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang

bisa dilakukan dengan baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan

memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan,

koherensi, dan lain-lain (Fisher, 2008:13), sehingga pemikir yang kritis percaya ada

banyak situasi dalam memutuskan apa yang mesti dipercaya dan langkah apa yang

bisa ditempuh dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selanjutnya, Bailin, S.,

Case, Coombs & Daniels (1999) juga menyebutkan bahwa “Critical thinking often

requires imagining possible consequences, generating original approaches and

indentifying alternative perspectives. Thus, creativity plays an important role in

thinking critically”.Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya pola

pikir kritis dalam diri mahasiswaakan membawa mahasiswa tersebut menuju kearah

pola pikir yang kreatif.

Namun bertolak belakang dengan pendapat para ahli di atas Baker, Rudd &

Pameroy mempunyai pandangan yang berbeda terkait dengan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif, mereka berasumsi bahwa berpikir kreatif adalah kegiatan berpikir

secara divergen sedangkan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir secara konvergen;

berpikir kreatif adalah mencoba untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan

melakukan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip yang telah diterima sedangkan

berpikir kritis dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip yang telah diterima,

sehingga berpikir kritis dan berpikir kreatif bagaikan dua sisi mata uang yang saling

(17)

4

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan

kreatif, penanganan dan kajian yang lebih mendalam tentang berpikir kritis dan

kreatif sangat penting dilaksanakan, sehingga terdapat satu keyakinan dan kesamaan

visi terhadap asumsi yang akan digunakan dalam menerapakan pembelajaran di

lembaga-lembaga pendidikan.

Selanjutnya Meissner (dalam Utari, 2010: 12) menyarankan agar dalam

kegiatan pembelajaran dosenlebih memperhatikan perkembangan individual dan

sosial, menyajikan masalah yang menantang atau masalah yang berkenaan dengan

penalaran, serta mendorong peserta didik mengajukan ide secara

spontan.Pembelajaran dengan masalah yang menantang artinya pembelajaran yang

menyajikan permasalahan dengan pemecahan soal secara beragam dan bervariasi

(flexibility) dan memberikan jawaban secara lancar (fluency).Pembelajaran ini melatih

dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,

komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi (Wahidin, 2011: 9).Selain itu,

Mumford (dalam Puccio, Murdock & Mance, 2007)menemukan bukti bahwa

pemecahan masalah yang dilakukan secara kreatif dapat memberikan pengaruh

penting terhadap kinerja seorang pemimpin ataupun tokoh-tokoh tertentu.

Menurut Munandar (1985:51), ciri-ciri mahasiswa yang memiliki pola pikir

kreatif adalah didalam diri mahasiswa tersebut penuh dengan rasa ingin tahu, tertarik

terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil

resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik orang lain, tidak mudah putus

asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, dapat menghargai baik diri

sendiri maupun orang lain dan sebagainya. Pola pikir kreatif mempunyai peranan

penting dalam menyajikan kreativitas.Penyajian kreativitas tidak selamanya timbul

begitu saja dari dalam mahasiswa, tetapi perlu pembinaan atau hasil kreatif yang telah

ada terlebih dahulu.Sebagaimana diungkapkan oleh Ruindungan (1996) bahwa

kemampuan kreatif bukan semata-mata faktor bawaan, melainkan ditentukan juga

oleh faktor lingkungan.Hal ini berarti kreativitas mahasiswa dapat timbul dari peran

dosen disaat mengajar untuk dapat memunculkan ide-ide dan kemampuan berpikir

kreatif dari mahasiswa, baik itu melalui proses belajar mengajar di suatu universitas

(18)

5

Oleh karena itu, untuk memaksimalkan proses belajar mengajar yang baik

diperlukan perhatian yang serius untuk menjadikan pembelajaran yang lebih menarik

dari dosenterhadap segala macam aktivitas pembelajaran yang berlangsung. Melalui

aktivitas pembelajaran matematika yang benar, seorang calon guru khususnya

mahasiswa PGSD dapat menguasai konsep-konsep matematika yang benar dan

mampu menyajikannya secara menarik.Sepintas lalu konsep matematika yang

diberikan kepada murid Sekolah Dasar (SD) memang sangatlah sederhana dan

mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat konsep-konsep yang

mendasar dan penting tidak boleh dipandang sebelah mata, sebab menurut Marzuki

(2010:2) kesan dan pandangan yang diterima murid terhadap suatu konsep pada

sekolah dasar dapat terbawa pada masa selanjutnya, sehingga mahasiswa PGSD

dituntut untuk mampu mengidentifikasi konsep-konsep yang relevansi,

mendeduksikan suatu prinsip, mampu memberikan teknik-teknik yang beragam dan

bervariasi dalam memecahkan masalah serta menumbuhkan pola pikir orisinil dari

siswa SD pada saat pembelajaran matematika berlangsung.

Berdasarkan alasan yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kemampuan

berpikir kritis dan kreatif sangat penting dikembangkan, khususnya bagi mahasiswa

PGSDyang sedang mengasah dan mengembangkan nalar. Mahasiswa PGSD yang

memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatifbiasanya, ketika

mereka dihadapkan pada sebuah tugas yang harus diselesaikan secara sadar pasti akan

bersikap logis. Masalah dan tugas pengekspresian diri, logika sering kali bekerja

dengan baik.Tetapi ketika solusi atau cara-cara lainditerapkan dalam

mengekspresikan diri ternyata tidak cukup layak untuk menyelesaikan

permasalahan,dibutuhkan pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas

diri.Pada saat seperti inilah penggunaan model pembelajaran sinektik dirasakan

sangatlah sesuai. Sinektik dirancang untuk membimbing mahasiswamasuk ke dalam

dunia yang hampir tidak masuk akal, memberikan kesempatan menciptakan cara baru

dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri, dan mendekati permasalahan

(Bruce, Marsha &Emily, 2009:249).

Disamping itu, sinektik juga merupakan pembelajaran yang memperhatikan

(19)

6

mengembangkan cara-cara berpikir yang “segar” (bukan sekedar logis) tentang

mahasiswa, motivasi-motivasi mereka, sifat hukuman, tujuan dan sifat masalah.

Mengembangkan empati pada mahasiswa yang berkonflik dan mengakui bahwa

pendapat yang berbeda tentang konflik tersebut sangatlah berguna, karena terlalu memaksakan diri menggunakan solusi yang “logis” dapat membutakan dalam melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih kreatif.

Model pembelajaran sinektik pertama kali dirancang oleh Gordon (dalam

Joyce & Weil, 2003), pembelajaran ini merupakan pendekatan yang sangat menarik

dan menyenangkan dalam mengembangkan inovasi-inovasi.Gordon (dalam Joyce &

Weil, 2003: 239-240) menggagas sinektik berdasarkan empat gagasan yang sekaligus

juga menyaingi pendangan-pandangan konvensional tentang kreativitas.“First,

creativity is important in everyday activities. Second, the creative process is not at all

mysterious.Third, creative invention is similar in all fields the arts, the sciences,

engineering and is characterized by the same underlying intellectual processes.

Gordon's fourth assumption is that individual and group inventions (creative

thinking) are very similar”.

Elemen utama dalam sinektik adalah analogi, dalam latihan sinektik

mahasiswa “bermain” dengan analogi-analogi sehingga mereka bisa santai dan mulai

menikmati tugasnya membuat perbandingan-perbandingan metaforis.Kemudian,

mereka menggunakan analogi-analogi tersebut untuk memecahkan masalah dan

memunculkan gagasan menarik (Bruce, Marsya & Emily, 2009: 248). Tiga jenis

analogi yang digunakan sebagai basis latihan sinektik yaitu: (a) analogi personal

(personal analogy); (b) analogi langsung (direct analogy); dan (c) konflik padat

(compressed conflict).

Pendekatan sinektik didasarkan pada psikologi kreativitas, sehingga dalam

struktur pengajarannya terdapat dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan

pada prosedur-prosedur sinektik, yaitu (1) Membuat sesuatu yang baru (creating

something new),(2) Membuat yang asing menjadi familiar (making the strange

familiar).

Dalam pembelajaran sinektikperanan mahasiswa sangatlah dominan, karena

(20)

7

analogi dalam upaya mencari penyelesaian masalah matematisyang diberikan oleh

dosen atau konflik pribadi.Dalam pembelajaran sinektik, dosen harus mampu

memperhatikan dan menjangkau mahasiswa yang memiliki pola pikir yang masih

perlu untuk diatur sedemikian rupa hingga dapat membentuk pola pikir yang kritis

dan kreatif.

Berdasarkan paparan di atas, penulis menduga bahwa pembelajaran sinektik

dapat mendorong kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

mahasiswa PGSD, karena model pembelajaran ini mengharuskan mahasiswa untuk

mendeskripsikan sendiri materi kuliah berdasarkan pola pikir mahasiswa. Dengan

pembelajaran ini mahasiswa dibiasakan untuk menganalogi dan memeriksa kembali

tugas awal yang diberikan dosen. Dengan demikian mereka akan terbiasa untuk

menggunakan kemampuan berpikir kritis dan membantu membentuk pola pikir yang

kreatif dari mahasiswa tersebut.

Atas dasar permasalahan dan fakta-fakta yang diungkapkan di atas, pada penelitian ini akan dikaji “Pengaruh Pembelajaran Sinektik terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan BerpikirKreatifMatematis MahasiswaPGSD”.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang

mendapat pembelajaran sinektik lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat

pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa yang

mendapat pembelajaran sinektik lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat

pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis mempengaruhi kemampuan

berpikir kreatif matematis mahasiswa atau sebaliknya?

4. Bagaimana sikap mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kritis dan berpikir

(21)

8

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah seperti yang dikemukakan di atas, secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa

yang mendapat pembelajaran sinektik lebih baik daripada mahasiswa yang

mendapat pembelajaran biasa;

2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

mahasiswa yang mendapat pembelajaran sinektik lebih baik daripada mahasiswa

yang mendapat pembelajaran biasa;

3. Melihat apakah terdapat pengaruh antara kemampuan berpikir kritis matematis

terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis atau sebaliknya;

4. Mendeskripsikan sikap mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa, bila pembelajaran sinektik ini ternyata terbukti meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam matematika, maka pembelajaran

sinektik ini dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang dapat ditempuh

mahasiswa untuk meningkatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam matematika

baik dalam proses belajar secara individu, kelompok atau dengan adanya

bimbingan dosen.

2. Bagi dosen di Universitas, jika ternyata pembelajaran sinektik ini dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa dalam

matematika, maka pembelajaran metematika dengan pembelajaran sinektik ini

dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengembangkan potensi berpikir kritis

dan berpikir kreatif dalam matematika.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru

untuk penelitian lebih lanjut, sehingga hasil-hasil penelitian semakin berkembang

(22)

9

4. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran

pembelajaran khususnya bagi dosen-dosen yang mengajarkan mata kuliah

matematika di PGSD dalam rangka meningkatkan kualitas mahasiswa PGSD.

E. Definisi Operasional

Dalam rangka memperoleh persamaan persepsi dan menghindarkan

penafsiran yang berbeda dari beberapa istilah dalam penelitian ini, maka peneliti

memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: (1)

Kemampuan membuat generalisasi dan mempertimbangkan hasil generalisasi,

yaitu kemampuan menentukan aturan umum dari data yang tersaji dan

kemampuan menentukan kebenaran hasil generalisasi beserta alasannya; (2)

Kemampuan merumuskan masalah ke dalam model matematis, yaitu kemampuan

menyatakan persoalan ke dalam diagram, tabel, grafik dan simbol matematis; (3)

Kemampuan mendeduksi dengan menggunakan prinsip, yaitu kemampuan untuk

menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan

menggunakan aturan inferensi; (4) Kemampuan memberikan contoh inferensi,

yaitu kemampuan menuliskan contoh soal yang memuat aturan inferensi.

2. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

ketrampilan matematis mahasiswa dalam berpikir lancar, luwes, orisinil,

memperinci dan mengevaluasi.

a. Ketrampilan berfikir lancar (fluency) yaitu mencetuskan banyak

ide/jawaban/penyelesaian masalah/pertanyaan dengan lancar dan

memberikan banyak cara/saran serta memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Ketrampilan berpikir luwes (flexibility) yaitu menghasilkan beragam

gagasan/jawaban/pertanyaan/arah alternatif dan melihat suatu masalah dari

beragam sudut pandang serta mampu mengubah cara pendekatan/pemikiran.

c. Ketrampilan berpikir orisinil (originality) yaitu, mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik serta memikirkan cara/kombinasi yang tidak

(23)

10

d. Kemampuan elaborasi (elaboration) yaitu, mampu mengembangkan suatu

gagasan/produk dan menambahkan/memperinci detil-detil dari suatu

obyek/gagasan/situasi.

e. Ketrampilan menilai (evaluation) adalah kemampuan mengemukakan alasan

kebenaran jawaban soal yang telah dibuat.

3. Pembelajaran Sinektik adalah suatu teori tentang pernyataan persoalan dan

pemecahan berdasarkan pemikiran kreatif dengan menerapkan analogi dan

metafora yang dikembangkan melalui asumsi psikologi kreatif dan keunikan

individu.Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti memodifikasi langkah-langkah

model pembelajaran sinektik dari Bruce, Marsya & Weil serta dari Masunah, dkk

yang disusun sebagai berikut: (1) Tahap persiapan; (2) Latihan-latihan

Peregangan (stretching exercises); (3) Tahap pengenalan konsep; (4) Tahap

berkreasi; dan (5) Presentasi karya.

4. Sikap (respon) mahasiswa adalah tanggapan mahasiswa yang menunjukkan

kecendrungan mahasiswa untuk merespon positif atau negatif tentang kemampuan

berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis setelah berlangsungnya

pembelajaran model sinektik.

5. Pembelajaran biasa (konvensional) adalah pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh dosen-dosen yang mengajar sebelumnya di kelas yang akan diteliti.

Pembelajaran dimulai dengan penyampaian materi, pemberian contoh soal oleh

dosen, dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal latihan oleh mahasiswa.

6. Peningkatan (gain) pada penelitian ini terdiri dari dua katagori. Kategori pertama

adalah gain absolut yang dihasilkan dari perhitungan, sedangkan katagori yang

kedua adalah gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer (2002).

(24)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tiga kegiatan penting yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian

berlangsung yaitu mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian ini

peneliti juga membagi subjek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup treatment

atau yang memperoleh perlakukan dan grup kontrol yang tidak memperoleh

perlakuan, sehingga peneliti dapat menentukan hubungan kausal atau sebab dan

akibat, menggunakan hipotesis dan melalui pengamatan, kemudian peneliti juga akan

menguji hipotesis sehingga tidak ada kontaminasi diantara variabel yang diteliti.

Berdasarkan keperluan penelitian, direncanakan untuk dilakukan penelitian

dengan menggunakan metode penelitian eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor

lain yang menganggu (Tukiran& Hidayati, 2011:53). Penelitian ini menggunakan

desain quasi-experimental.Jenis desain eksperimen yang digunakan yaitu kelompok

kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design).

Pola rancangan digambarkan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes atau postes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.

X : Pembelajaran dengan model sinektik

- - - : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

(25)

44

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGSD S1 semester II tahun

ajaran 2012/2013. Peneliti memilih mahasiswa PGSD S1 semester II karena,

mahasiswa PGSD semester II merupakan kelompok mahasiswa yang dirasa siap

untuk menerima perlakuan penelitian ini baik secara waktu dan materi yang tersedia.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

pusrposive sample.Teknik pusrposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan

cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183). Sampel dalam penelitian

ini adalah dua kelompok mahasiswa di kelas D dan E, dengan perlakuan kelas E

sebagai kelas eksperimen dan kelas D sebagai kelas kontrol.Pemilihan kelas

dilakukan atas dasar usulan dari pihak ketua prodi PGSD, dosen yang mengampu

mata kuliah Matematika Lanjutan, dan dosen yang pernah mengajar sebelumnya di

kelas tersebut.

Kelas yang terdapat di PGSD semester II Universitas Almuslim seluruhnya

berjumlah 5 kelas.Pendistribusian mahasiswa pada setiap kelas dilakukan secara

merata dengan jumlah mahasiswa berkisar antara 39 – 40 orang

mahasiswa.Kemampuan akademik mahasiswa tidak menjadi pertimbangan pada

pendistribusian mahasiswa, sehingga kemampuan akademik dari 5 kelas relatif

homogen.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu satu variabel bebas dan

dua variabel tidak bebas.Variabel bebasnya adalah pembelajaran menggunakan model

sinektik, sedangkan variabel tidak bebasnya adalah kemampuan berpikir kritis dan

kreatif mahasiswa dalam matematika setelah mendapatkan pembelajaran

menggunakan model sinektik.

D. Instrumen Penelitian

(26)

45

Soal diberikan secara tertulis dalam bentuk uraian karena berkaitan dengan

kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis dan

kreatif mahasiswa.Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fraenkel & Wallen

(Runisah, 2008: 55) bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok untuk mengukur

higherlevel learning outcomes.Soal tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.5 dan Lampiran A.6.Kriteria penskoran soal

tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif menggunakan skor rubrik yang

dimodifikasi dari Facione & Ratnaningsih (dalam Runisah, 2008:55) yang disajikan

pada Lampiran A.7 dan Lampiran A.8.

Suatu instrumen yang akan digunakan haruslah memenuhi persyaratan

instrumen yang baik. Ruseffendi (1994:132) mengemukakan bahwa dalam penelitian

instrumen harus memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik.Untuk

memperoleh kriteria soal tes yang baik, soal tersebut harus dinilai reliabilitas,

validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.Sebelum melakukan analisis untuk

memperoleh kriteria soal tes yang baik, terlebih dahulu dihitung korelasi peringkat

Spearman (Spearman’s rank correlation) yang digunakan untuk mengukur

hunbungan antara dua variabel penilaian kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif yang dilakukan oleh penilai 1 dan penilai 2.Kriteria melakukan interpretasi

mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel yang dimodifikasi dari Sarwono

(2006) adalah sebagai berikut:

0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

: Korelasi sangat lemah

: Korelasi cukup

: Korelasi kuat

: Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

Korelasi Peringkat Spearman (Spearman’s rank correlation) digunakan rumus

dari Uyanto (2009:230) sebagai berikut:

(27)

46

√( ), dengan derajat kebebasan (degrres of freedom) = n – 2

Untuk menguji apakah koefisien korelasi peringkat Speraman yang diperoleh

signifikan digunakan hipotesis:

Ho :

H1 :

Keterangan:

= koefisien korelasi Spearman

n = jumlah data

= selisih pasangan peringkat (rank) ke-i

= parameter dari korelasi peringkat Spearman untuk kemampuan berpikir

kritis dan kreatif

Selanjutnya untuk memperoleh keputusan tentang signifikansi dua variabel

yang diuji, maka digunakan kriteria sebagai berikut:

- Jika angka sig. , maka hubungan kedua variabel signifikan.

- Jika angka sign. , maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 18.0 for windows dan Microsoft Excel 2007.Nilai uji coba instrumen berpikir

kritis dan kreatif matematis disajikan dalam Lampiran B.1 s/d Lampiran

B.2.Outputhasil uji korelasi instrumen berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

dapat dilihat pada Tabel 3.1dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1

(28)

47

Hasil Korelasi Uji Coba Instrumen Berpikir Kreatif Antara Penilai 1 dan Penilai 2

Penilai 1 Berpikir Kreatif

Penilai 2 Berpikir Kreatif

Spearman's rho Penilai 1 Berpikir

Berdasarkan Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa korelasi uji coba

instrumen berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis antara penilai 1 dan penilai 2

diperoleh dan , artinya terdapat korelasi yang sangat kuat

antara penilai 1 dan penilai 2. Karena signifikansi = 0,000 lebih kecil dari ,

maka Ho : ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara penilai 1 dan

penilai 2 dalam hal penilaian hasil uji coba instrumen kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis.

Setelah mengetahui bahwa terdapat hubungan antara penilai 1 dan penilai 2

pada penilaian hasil uji coba instrumen berpikir kritis dan kreatif matematis

mahasiswa PGSD, dilanjutkan dengan menguji perbedaan rerata nilai yang diberikan

antara penilai 1 dan penilai 2. Sebelum melakukan uji statistik lanjutan terhadap data

uji coba instrumen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas

sebagai persyaratan untuk mengetahui pengujian statistik yang akan digunakan.

Hipotesis yang di uji untuk uji normalitas data adalah sebagai berikut:

Ho : Data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Untuk menguji normalitas sebaran data hasil uji coba instrumen digunakan uji

(29)

48

pengujian taraf signifikan = 5% melalui SPSS 18. Kriteria pengujian hipotesis

adalah jika Asymp sig 0,05 Ho ditolak, H1 diterima, tetapi sebaliknya jika Asymp

sig 0,05 Ho diterima, H1 ditolak.

Hasil uji normalitas uji coba instrumen kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis antara penilai 1 dan penilai 2 dapat dilihat dari hasil output

SPSS pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Uji Normalitas Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Penilai 1 dan Penilai 2

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Berpikir KritisPenilai 1 0,211 28 0,002

BerpikirKritis Penilai 2 0,169 28 0,040

BerpikirKreatif Penilai 1 0,183 28 0,018 BerpikirKreatif Penilai 2 0,167 28 0,045

Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 3.3 diketahui bahwa nilai Sig.

lebih kecil dari pada , artinya H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa sebaran

data untuk uji coba instrumen beripikir kritis dan kreatif matematis penilai 1 dan

penilai 2 berasal dari data yang tidak berdistribusi normal.

Hipotesis yang di uji untuk uji homogenitas data adalah sebagai berikut:

Ho :

H1 :

Kriteria kehomogenan data ditentukan jika P-value (Sig.) untuk ,

maka H0 diterima, artinya variansi setiap sampel sama (homogen). Jika , untuk makaH0 ditolak, artinya variansi setiap sampel tidak

sama (tidak homogen).

Secara ringkas uji Homogenity of Variances (Levene Statistic) dapat dilihat

pada Tabel 3.4 hasil uji homogenitas pretes dan n-gain kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis berikut ini.

Tabel 3.4

(30)

49

Kemampuan Levene Statistic df1 df2 Sig.

Berpikir Kritis 0,168 1 54 0,684

Berpikir Kreatif 0,153 1 54 0,697

Berdasarkan Tabel 3.4 terlihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh lebih

besar daripada artinya H0 diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa variansi setiap sampel sama (homogen).

Setelah diketahui bahwa penilai 1 dan penilai 2 keduanya berasal dari varians

yang homogen, tetapi tidak berasal dari data yang berdistribusi normal, uji statistik

dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik uji Mann-Whitney. Hipotesis

yang di uji adalah sebagai berikut:

Ho :

H1 :

Kriteria pengambilan keputusan ditentukan jika P-value (Sig.) untuk

, maka H0ditolak. Jika , untuk

makaH0diterima.Secara ringkas uji perbedaan rerata penilai 1 dan penilai 2 dapat

dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Uji Perbedaan Rerata Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Penilai 1 dan Penilai 2

Instrumen Berpikir Kritis

Instrumen Berpikir Kreatif

Mann-Whitney U 357,000 389,500

Z -0,577 -0,041

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,564 0,967

Berdasarkan Tabel 3.5 terlihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh lebih

besar daripada artinya H0 diterima.Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara penilai 1 dan penilai 2 pada

hasil penilaian uji coba instrumen berpikir kritis dan berpikir kreatif.

(31)

50

Reliabilitas suatu instrumen sama dengan konsistensi atau keajegan dari

instrumen yang akan digunakan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai

nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten

dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki

persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes

mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali, yaitu jika pengukurannya

diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda,

waktu yang berbeda, tempat yang beda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku,

situasi, dan kondisi.

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian

dipergunakan rumus Cronbach-Alphasebagai berikut (Suherman, 2003:153-154):

11

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Banyak butir soal (item)

2 i

s = Jumlah varians skor tiap item

s2t = Varians skor total

Dengan varian si2dirumuskan (Suherman, 2003:144):

 

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria

(32)

51

0,90 r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

Sedangkan untuk mengetahui signifikansi koefisien reliabilitas dibandingkan

dengan rtabel, dengan kaidah keputusan jika r11 rtabel, disimpulkan soal instrumen

adalah reliabel dan sebaliknya. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan

SPSS 16, diperoleh koefisien realibilitas tes untuk kemampuan berpikir kritis

sebesar0,759 dan koefisien realibilitas tes untuk kemampuan berpikir kreatif sebesar

0,709yang artinya soal-soal dalam tes berpikir kritis dan kreatif yang diujicobakan

memiliki realibilitas tinggi.Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

B.3.

b. Validitas

Untuk menguji kesahihan (valid) instumen di lapangan/kelas, terlebih dahulu

dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan ke pengajar matematika di tempat

penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui validitas logis dari instrumen

yang akan digunakan. Menurut Arikunto (2010:212) validitas logis adalah validitas

yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga

menurut logika akan diketahui tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas logik

terpenuhi bila instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti

teori dan ketentuan yang ada.Setelah lolos dari pengujian validitas logis, kemudian

dilanjutkan pada pengujian validitas empirik.Suatu instrumen lolos dari pengujian

validitas empirik setelah dilakukan uji coba di lapangan.Untuk memperoleh soal yang

handal (valid) jika hasil sesuai dengan kriteria yang diinginkan (kriterium), artinya

ada kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium.

Tes yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran dihitung dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment memakai angka kasar sebagai berikut

(33)

52

x = Nilai tes

y = Nilai rata-rata formatif

n = Banyaknya subjek

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat validitas digunakan kriteria

menurut Guilford yang dimodifikasi (Suherman, 2003:113).Dalam hal ini rxy diartikan

sebagai koefisien validitas.

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Validasi

Koefisien Validasi Keterangan

0,90 < rxy≤ 1,00 Validasi Sangat Tinggi (sangat baik) 0,70 < rxy≤ 0,90 Validasi Tinggi (baik)

0,40 < rxy≤ 0,70 Validasi Cukup (cukup) 0,20 < rxy≤ 0,40 Validasi Rendah (kurang) 0,00 < rxy≤ 0,20 Validasi Sangat Rendah

rxy≤ 0,00 Tidak Valid

Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan

membandingkan rxy dengan nilai kritis rtabel (nilai tabel).Untuk mengetahui validitas

suatu butir soal maka dilakukan uji validitas dengan bantuan SPSS 18 dan Microsoft

Ecxel 2007.Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.4.Hasil uji

validitas ini dapat diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Interpretasi Uji Validitas Tes

Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

(34)

53

Dari kesembilan butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan

berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis berdasarkan kriteria validitas tes

diperoleh, bahwa kesembilan butir soal tersebut mempunyai validitas tinggi atau baik

dan cukup.Artinya, semua butir soal yang diujicobakan telah valid dan sudah dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

dalam penelitian.

c. Daya pembeda

Pengertian daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi

yang menjawab salah) (Suherman, 2003 : 159).

Perhitungan daya pembeda menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

Np = jumlah skor kelompok atas

Nl = jumlah skor kelompok bawah

N = jumlah skor ideal

Klasifikasi interpretasi perhitungan daya pembeda dilakukan dengan katagori

koefisien daya pembeda dari Erman (2003:161) seperti tampak pada Tabel berikut.

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Besarnya Dp Interpretasi

0,20 Sangat Jelek

0 0,20 Jelek

0,20 0,40 Cukup

0,40 0,70 Baik

0,70 1 Sangat Baik

Jika data mempunyai jumlah paling banyak 30 orang, maka diambil sebanyak

50% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikatagorikan kedalam kelompok atas

(35)

54

dikatagorikan kelompok bawah (lower group). Dari hasil perhitungan, diperoleh

daya pembeda tiap butir soal berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis seperti

pada Tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

Jenis Tes Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

Berpikir Kritis

1 0,243 Cukup

2 0,300 Cukup

3 0,329 Cukup

4 0,514 Baik

Berpikir Kreatif

1 0,339 Cukup

2 0,393 Cukup

3 0,339 Cukup

4 0,214 Cukup

5 0,554 Baik

d. IndeksKesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut

indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 – 1,00.

Soal dengan indeks mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya

soal dengan indeks kesukaran mendekati 1,00 berarti soal tersebut telalu mudah.

Kontinum indek kesukaran (Suherman, 2003 : 170) dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Kontinum Indeks Kesukaran Keterangan:

 : Digunakan

± : Sebaiknya diperbaiki

 : Harus diperbaiki

±

±

(36)

55

Untuk mengetahui derajat kesukaran masing-masing butir soal digunakan

rumus sebagai berikut (TIM Instruktur PKG, 1989: 82):

DK =

T = Jumlah peserta kelompok atas dan kelompok bawah

S mak = Skor tertinggi dari butir soal tersebut

S min = Skor terendah dari butirsoal tersebut

Kriteria penafsiran harga derajat kesukaran suatu butir soal menurut

Suherman (2003 : 170) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11

Koefisien Derajat Kesukaran

Koefisien Derajat Kesukaran Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK 0,30 Soal sukar

0,30 IK 0,70 Soal sedang

0,70 IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, diperoleh

tingkat kesukaran tiap butir soal berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis seperti

yang terangkum dalam Tabel 3.12berikut ini.

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

Jenis Tes Nomor Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

(37)

56

3 0,545 Sedang

4 0,411 Sedang

5 0,598 Sedang

e. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

Rekapitulasi dari perhitungan analisis hasil uji coba tes berpikir kritis dan

berpikir kreatif matamatis disajikan secara lengkap dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan

3 Tinggi Cukup Sedang

4 Cukup Cukup Sedang

5 Tinggi Baik Sedang

2. Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran

A.9 dan Lampiran A.10.Skala sikap dibagikan kepada mahasiswa setelah

pembelajaran berlangsung. Skala yang dipakai adalah model Likert. Penskalaan

model Likert menurut Gable (dalam Azwar, 1988:139) merupakan metode

penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar

penentuan nilai skalanya. Kesetujuan dan ketidaksetujuan penskalaan dengan model

Likert masing-masing dibagi dalam lima macam katagori pilihan jawaban, yaitu Ss

(Sangat sering), S (Sering), Kd (Kadang-kadang), J (Jarang), dan Js (Jarang Sekali).

Penskalaan model Likert biasanya juga populer dengan nama metode rating

yang dijumlahkan (method of summated rating). Prosedur penskalaan dengan metode

rating yang dijumlahkan menurut Azwar (1988:139) didasari oleh dua asumsi, yaitu:

(1) setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati ssebagai pernyataan

(38)

57

oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih

tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap

negatif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pemberian skor dalam penskalaan

model Likert didasarkan pada penilaian peringkat atau rating, sehingga data yang

akan diolah dari skala sikap merupakan data yang berupa skala ordinal. Hal ini

sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1993:16) yang menyatakan bahwa contoh lain

mengenai skala ordinal adalah peringkat. Skala ordinal adalah skala yang berlaku

hubungan lebih besar atau lebih kecil.Akan tetapi, berapa jauh selisih antara yang satu

dengan yang lain, tidak diketahui.

Jenis skala menentukan rumus dan uji statistik yang seharusnya dipergunakan,

sehingga dalam pengujian skala sikap dengan bentuk skala ordinal statistik yang

berlaku adalah statistik biasa yang disebut dengan statistik urut (order statistk).Hal ini

sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1988:16) yang menyatakan bahwa skala ordinal

tidak bias dikenakan perhitungan rerata dan deviasi baku, statistik yang berlaku

dengan skala itu ialah statistik yang biasa disebut statistik urut (order statistic).

Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis dalam penelitian ini dimodifikasi

dari pendapat Oktavien (2012:69) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui sikap

positif atau sikap negatif mahasiswa terhadap berapikir kritis dan kreatif yaitu

persentase skor setiap pilihan mahasiswa dibandingkan dengan persentase skor

netral.Bila persentase skor pilihan mahasiswa yang berpihak kepada sikap positif

lebih kecil dari skor netral, artinya mahasiswa mempunyai sikap negatif.Sebaliknya

apabila persentase pemilih sikap positif lebih besar dari skor netral, artinya

mahasiswa memiliki sikap positif terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis.

3. Lembar Observasi

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas mahasiswa

dan dosen selama proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Data aktifitas

(39)

58

menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini berupa hasil pengamatan dan

kritik/saran tentang jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga dapat

diketahui aspek-aspek apa yang harus diperbaiki/ditingkatkan.Lembar observasi

kegiatan mahsiswa dan kegiatan dosen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

A.11 dan Lampiran A.12.

Observasi ditujukan kepada kelas yang menyelenggarakan pembelajaran

dengan model Sinektik. Observasi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

kegiatan mahasiswa dan dosen selama pembelajaran berlangsung, menurut

Ruseffendi, 2005 observasi pada hal-hal tertentu lebih baik dari cara lapor diri (skala

sikap) karena observasi melihat aktivitas dalam keadaan wajar.

E. Tahap Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini terbagi ke

dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap penelitian dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyusun instrumen dan perangkat pembelajaran;

b. Melakukan validitas instrumen dengan dosen pembimbing dan orang-orang

yang berkompeten dalam bidang matematika serta dalam bidang bahasa

Indonesia;

c. Mengadakan uji coba instrumen;

d. Menganalisis hasil uji coba dan memberikan kesimpulan terhadap hasil uji

coba;

e. Berkunjung ke Universitas Almuslim untuk menyampaikan surat izin

penelitian dan sekaligus meminta izin melaksanakan penelitian;

f. Melakukan observasi pembelajaran yang dilakasanakan di Prodi PGSD dan

berkonsultasi dengan dosen yang mengajar mata kuliah matematika lanjutan

serta wawancara dengan dosen yang pernah mengajar mahasiswa yang akan

menjadi subyek penelitian pada semester sebelumnya. Ini dilakukan untuk

memberikan kemudahan bagi peneliti beradaptasi pada saat pelaksanaan

(40)

59

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan pelaksanaan penelitian, yang dilakukan peneliti adalah:

a. Memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol secara acak;

b. Melaksanakan pretes berupa soal kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

berpikir kreatif. Tes ini diberikan baik kepada kelas eksperimen maupun

kepada kelas kontrol;

c. Melaksanakan pembelajaran model sinektik pada kelas eksperimen dan

pembelajaran biasa pada kelas kontrol;

d. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik

setelah mendapatkan perlakuan;

e. Memberikan skala sikap kepada siswa baik pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan atau pendapat siswa

terhadap pembelajaran matematika yang diberikan;

f. Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang dapat menjadi hambatan dan

dukungan dalam menerapkan pembelajaran matematika menggunakan

pembelajaran model sinektik.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh yaitu data

dari tes awal, tes berpikir kritis, tes berpikir kreatif, angket dan lembar observasi.

F. Teknik Analsis Data

1. Pengolahan Data Hasil Tes Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif

Terdapat dua jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu data

kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

dan data kualitatif berupa hasil observasi dan skala sikap.Analisis data kuantitatif

dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis.

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

(41)

60

sesudah pembelajaran dengan pembelajaran model sinektik di kelas eksperimen dan

pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung statistik deskriptif skor pretes, postes dan gain yang meliputi skor

minimum, skor maksimun, rata-rata dan simpangan baku;

b. Menghitung besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif

matematis mahasiswa yang diperoleh dari skor pretes dan postes dengan

menggunakan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer (2002)

sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

Tabel 3.14

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor gain Interpretasi 0,70 g 1,00

0,30 g 0,70 g 0,30

Tinggi Sedang Rendah

c. Melakukan uji normalitas pada data skor pretes dan gain ternormalisasi untuk

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengujian adalah tolak Ho

apabila Asymp.sig taraf signifikansi ( );

d. Menguji variansi, pengujian varians antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok sama atau

berbeda. Pengujian ini dilakukan untuk data skor gain tenormalisasi pada

kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis;

Uji statistik menggunakan Uji Levenedengan kriteria pengujian adalah terima Ho

apabila Sig. Based on Mean tarafsignifikansi ( ).

e. Melakukan uji kesamaan dua rata-rata pada data skor pretes pada kedua kelompok

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif masing-masing

antara kedua kelompok. Hipotesis yang diajukan adalah:

Gambar

Tabel 4.33 Rekapitulasi Jumlah Persentase Keberpihakan Responden   terhadap Disposisi Kemampuan BerpikirKreatif Matematis  ......
Tabel 3.1 Hasil Korelasi Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Antara
Tabel 3.2 Hasil Korelasi Uji Coba Instrumen Berpikir Kreatif Antara
Tabel 3.3 Uji Normalitas Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis dan Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri

Gatot Subroto No.10 Raba Bima Telpr. Langsung sebagai berikut

Dua Mantan Anggota DPRD Kota Yogya, Laporkan Budiono Ke POLDA DIY Sahabat MQ/ dua mantan anggota DPRD Kota Yogyakarta/ hari ini melaporkan Budiono ke POLDA DIY// Kedua

dengan harga yang lebih murah dipasar internasional pada tingkat harga P2 yaitu.

The method is by using Qual2E Software for BOD and mass balance for COD afterwards compared with the standard in accordance with PP no 82 in 2001 about the water quality

PENERAPAN MODEL ACCELERATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

kerja pelleting yaitu pada periode ke-8 dan ke-11 sehingga perlu dilakukan penyesuaian jumlah unit product group agar perusahaan mampu memenuhi permintaan