• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI PERENCANAAN SEBAGAI FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Kinerja Manajemen Sekolah Dasar di Tanjung Pinang Kepulauan Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI PERENCANAAN SEBAGAI FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Kinerja Manajemen Sekolah Dasar di Tanjung Pinang Kepulauan Riau."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I

P H S m A m J X A J A B I

A. Later* Belakang Masalah

Era Globalisasi sekarang cenderung merangsang persaingan antar negara dalam berbagai bidang kehidupan yang semakin ketat. Oleh sebab itu, berbagai persiapan yang menyangkut sistem, prosedur dan strategi telah diupayakan sebagai suatu bagian rencana pemerintah dalam menghadapi era globalisasi tersebut. Faktor penting dalam menghadapi era tersebut adalah kepekaan masyarakat untuk dapat memanfaatkan peluang dalam alih teknologi. Faktor sumber daya manusia menjadi salah satu determinan penting dalam persaingan pada masa itu.

Peningkatan sumber daya manusia pada dasarnya telah digariskan dan merupakan salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alenia IV yaitu membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Rumusan diatas merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan pemerintah dan rakyat Indonesia, agar bangsa Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Rumusan mengenai tujuan nasional bangsa Indonesia bidang pendidikan dirancang dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun

(2)

Pendidikan merupakan sarana pembinaan sumber daya manusia untuk pengembangan bangsa, sehingga berwujud dikeluarkannya ketentuan mengenai wajib belajar

pendidikan dasar sebagaimana Instruksi Presiden nomor 1

tahun 1994 dan dikeluarkannya pedoman wajib belajar

pendidikan dasar. Butir 8b dan 9a pedoman tersebut menjelaskan bahwa :

Pengelolaan pelaksanaan teknis wajib belajar pada

setiap satuan pendidikan menjadi tanggung jawab

penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan

(8b). Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat (9a).

Penjelasan ini berimplikasi terhadap tuntutan

manajemen sekolah untuk mampu berupaya mengikutaertakan masyarakat secara efektif., terlaksananya wajib belajar di sekolah dan pendidikan umumnya.

Masyarakat sebagai mitra penyelenggara pendidikan, dalam era globalisasi ini semakin menyadari pula peran pendidikan, dan mereka kelihatannya sudah lebih siap menerima penyesuaian dan upaya keselarasan pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuannya secara efektif.

(3)

anggota masyarakat, warga negara dan anggota ummat

manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Secara rinci dijelaskan tujuan tersebut pada kutipan dibawah ini.

a. Pengembangan kehidupan siswa sebagi pribadi sekurang- kurangnya mencakup upaya untuk :

1. Memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan; 2. Membiasakan untuk berprilaku yang baik;

3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar; 4. Memelihara kesehatan jasmani;

5. Memberikan kemampuan untuk belajar;

6. Memberikan kepribadian yang mantap dan mandiri. b. Mengembangkan kehidupan peserta didik sebagai

anggota masyarakat sekurang-kurangnya menyangkut upaya untuk :

1. Kesadaran untuk hidup beragama dalam masyarakat; 2. Menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam

lingkungan hidup;

3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat

c. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warganegara sekurang-kurangnya mencakup upaya

untuk:

1. Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Republik Indonesia;

2. Menanamkan rasa ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa dan negara;

3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota ummat manusia mencakup upaya untuk :

1. Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang

merdeka dan berdaulat;

2. Meningkatkan kesadaran tentang hak azasi

manusia;

3. Memberikan pengertian tentang tentang

keterti-ban dunia;

4. Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antar bangsa.

(4)

pendidikan di sekolah diharapkan mampu mengantisipasi

kecenderungan tersebut, sehingga memungkinkan terciptanya

kerjasama yang harmonis, serta dapat membina peluang

kerjasama dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki. Dalam kaitan ini kepala sekolah sangat berperan untuk terciptanya harapan diatas, melalui wewenang kepe-mimpinannya yang dapat menciptakan kinerja manajemen

kearah pengembangan tersebut. Peraturan Pemerintah nomor

28 tahun 1990 pasal 12 ayat 1 menegaskan peran kepala

tersebut dibawah ini.

Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelengga-raan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pem-binaan tenaga pendidikan lainnya dan pendayagunaan

serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Tugas kepala sekolah sebagai administrator memiliki dimensi tanggungjawab mutlak pengembangan sekolah melalui pelaksanaan fungsi-fungsi administratif sekolah.

Menurut Hadari Nawawi (1985:16) fungsi adminis

tratif tersebut secara praktek sulit untuk dipisahkan, tetapi secara teoritis dapat digolongkan dalam

bagian-bagian dibawah ini.

1. Administrasi kesiswaan;

2. Administrasi Proses Belajar Mengajar; 3. Administrasi perbekalan sekolah;

4. Administrasi keuangan sekolah;

5. administrasi personil sekolah;

6. administrasi ekstra dan ko-kurikuler; 7. Kepemimpinan kepala eekolah;

8. Supervisi kepala sekolah.

(5)

mengenai

pengelolaan sekolah dasar tersebut dalam

ruang

lingkup

administrasi

sekolah

terdiri

dari

komponen

administrasi

kesiswaan, kepegawaian (personil

sekolah),

kesejahteraan guru, program pengajaran/ kurikulum, sarana

dan prasarana, keuangan, tata usaha, hubungan sekolah dan

masyarakat, serta pengelolaan lingkungan sekolah.

Selanjutnya

Keputusan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan Republik Indonesia nomor 0487/U/1992 pasal

28

menggambarkan ruang lingkup administrasi sekolah, dilihat

dari penegasan tanggung jawab kepala sekolah dibawah ini.

Kepala sekolah bertanggungjawab atas,

1. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan meliputi :

a. Penyusunan program pengajaran sekolah;

b. Pengaturan

kegiatan

belajar

mengajar

dan

bimbingan penyuluhan;

c. Penyusunan rencana anggaran dan pendapatan dan

beIanja sekolah;

d. pendayagunaan buku perpustakaan sekolah.

2. Pembinaan siswa;

3. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bagi guru;

4. Pembinaan tenaga pendidikan lainnya;

5. Penyelenggaraan administrasi sekolah;

6. Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

sekolah;

7. Pelaksanaan

hubungan sekolah dengan

lingkungan,

orang tua atau masyarakat;

8. Pelaporan pelaksanaan pendidikan.

Ketentuan

diatas menggambarkan tugas dan

tanggung

jawab kepala sekolah yang kompleks, dan seyogyanya

mampu

melaksanakan

tugas

diatas

dalam

upaya

mengembangkan

manajemen sekolah. Tugas tersebut dapat digolongkan dalam

komponen-komponen administrasi sekolah antara lain :

(a)

kesiswaan; (b) pengajaran atau kurikuler; (c)

keuangan;

(d)

sarana dan prasarana; (e) kepegawaian

sekolah;

dan

(6)

Kepala sekolah diharapkan mampu mengembangkan

manajemen sekolah dalam ruang lingkup administrasi tersebut untuk mencapai tujuannya secara produktif,

efektif dan efisien.

Keberhasilan manajemen pengembangan sekolah sebagai tujuan jangka panjang seyogyanya selalu dibina bagi menjamin produktivitas manajemen sekolah. Dalam kaitan ini J. Allan Thomas (1972) menganalisis bahwa produktivi tas sekolah terdiri dari 3 (tiga) fungsi yaitu (a) fungsi administratif atau membina fungsi pelayanan yang memberi kepuasan kepada konsumer (peserta didik, masyarakat, atau stakeholder) ; (b) fungsi psikologis yaitu terbinanya prilaku positif peserta didik yang merupakan hasil pembelajaran di sekolah secara efektif; (c) fungsi ekonomis, yaitu peserta didik memiliki akses untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari hasil pendidikan yang diterimanya. Ketiga fungsi tersebut terintegrasi pada aspirasi masyarakat terhadap sekolah.

Keberhasilan manajemen pengembangan yang berwujud pada produktivitas sekolah diatas diwujudkan melalui pengelolaan fungsi perencanaan sekolah, untuk menjamin langkah-langkah kerja yang selalu berorientasi kepada pencapaian tujuan diatas.

(7)

Tabel 1-1

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

No George R Henry H.Koontz & William H

Terry Fayol C. O'donel Newman

1. Planning Planning Planning Planning 2. Organizing Organizing Organizing Organizing

3. Actuating Commanding Staffing Assembling

r e s o u r c e s 4. Controlling Coordinating Directing Communicat ing

5.

No

Controlling Controlling Controlling

L.Gullick John F Mee Edward.A Harold Koontz

Lit and

Chiefield H.Weichrich

1. Planning Planning Decission

making

Planning 2. Organizing Organizing Programming Organizing 3. Staffing Motivating Directing Staffing 4. Directing Controlling Controlling Leading

5. Coordinating Controlling

6. Reporting

7. Controlling

Berdasarkan gambaran diatas dapat dicermati bahwa

fungsi perencanaan harus terlaksana secara efektif,

bagi terwujudnya pencapaian tujuan sekolah secara efektif

dan efisien.

Dalam kaitan ini Oteng Sutisna (1987:162) menjelas-kan bahwa perencanaan sebagai suatu proses mempersiapkan

seperangkat keputusan berupa langkah langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian suatu tujuan sekolah.

Urgensi perencanaan sekolah berimplikasi kepada

pemberdayaan manajemen sekolah. Perencanaan sekolah

(8)

a

yang menguntungkan bagi organisasi. Sebab tanpa fungsi

tersebut administrator sesungguhnya hanya melaksanakan rutinitas-rutinitas kerja, tanpa dapat mengendalikan situasi. Perencanaan berperan mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan organisasi kepada tujuan dan maksud yang

dibatasi serta mengurangi perbuatan yang disfungsional atau untung-untungan. Dengan demikian keberhasilan

manajemem pengembangan sekolah adalah adanya wujud persiapan-persiapan untuk melakukan kegiatan yang akan

dilaksanakan dimasa datang melalui fungsi perencanaan,

sebagaimana dijelaskan oleh Y. Dror dalam M. Berreyessa

1974: 61 menjelaskan dibawah ini.

Educational planning is defined as the process of preparing decission for action in the future in the

field of educational development as the function of the educational planning.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami

bahwa perencanaan berfungsi sebagai persiapan yang matang untuk melaksanakan kegiatan pelaksanaan, pengendalian,

dan pemanfaatan potensi sumber-sumber yang tersedia baik manusia maupun fasilitas, peluang-peluang lingkungan

mencapai tujuan sekolah yang produktif.

Perencanaan sekolah juga berfungsi sebagai sarana

penyatuan berbagai potensi yang ada termasuk upaya

meli-batkan masyarakat dalam manajemen sekolah. Agar sekolah

dapat lebih aspiratif terhadap nilai-nilai masyarakat.

(9)

Input

t

Instrumental

( program + 3 M )

1 I

Proses

Lingkungan

aktivator

Out put

\

B

t

a n

d

a r

d

Evaluasi

Sumber : Sistem dan mekanisme perencanaan tahunan terpadu dan perencanaan mikro pembangunan pendidikan

(Depdikbud 1989:8).

Gambar 1-1

SIKLUS PERENCANAAN BERPOLA INPUT-PROCESS-OUTPUT

Upaya pengembangan sekolah terutama dalam era globalisasi ini ditandai dengan kemampuan mengadakan komunikasi secara efektif dengan p»ihak terkait melalui kreativitas sehingga mampu menciptakan kommitmen kerja, pengawasan, pengendalian dan pembinaan sekolah.

Sehubungan dengan itu strategi manajemen perlu diupayakan melalui kemampuan identifikasi P'osisi manajemen sekolah berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengetahui tantangan perkembangan manajemen

(10)

BHP (Bidang Hasil Pokok) dalam komponen administrasi

sekolah.

Keberhasilan manajemen sekolah dapat dilihat dari aspek-aspek perkembangan perangkat komponen sistem sekolah dan perangkat kinerjanya dalam ruang lingkup administrasi sekolah. Setiap komponen administrasi sekolah mempunyai Bidang Hasil Pokok (BHP) yang merupakan sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai.

Dalam kaitan ini Abin Syamsuddin Makmun (1996:8) menjelaskan perlunya penetapan secara objektif BHP sebagai upaya mengambil langkah-langkah strategis manajemen, sebagaimana dijelaskan dibawah ini.

Pada tingkat unit kerja /sistem pendidikan yang paling sederhana sekalipun, unsur dan variabelnya itu cukup rumit (Complex). Oleh karena itu perlu dilakukan pilihan yang tepat, mana diantaranya yang dipandang paling bernilai strategis untuk

diikut-sertakan kedalam BHP atau KRA.

BHP komponen administrasi sekolah dapat diidentifi-kasi sebagai berikut :

(a) Administrasi kesiswaan yaitu mengoptimalkan keieng-kapan data siswa untuk membantu kelancaran pelaksa naan tugas pendidikan dan pengajaran, bimbingan siswa, dan keaktifan pembinaan siswa dan keterlaksa-naan kegiatan ekstra kurikuler sekolah.

(b) Administrasi pengajaran, adalah terbinanya kegiatan proses belajar mengajar secara efektif, disiplin administratif dan opersional sekolah.

(c) Administrasi kepegawaian (personil sekolah) yakni

(11)

di sekolah seperti kelancaran dalam urusan promosi kepangkatan, penggajian, kesejahteraan, dan dukungan

bagi pengembangan profesi.

(d) administrasi keuangan sekolah, yakni terlaksananya tanggung jawab pengelolaan keuangan sekolah secara efektif dan efisien menunjang keberhasilan manajemen

sekolah.

(e) Administrasi sarana dan prasarana sekolah, yakni terlaksananya pemanfaatan, pemeliharaan, dan upaya melengkapinya sesuai dengan kebutuhan dan anggaran

yang tersedia.

(f) Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, adalah mengupayakan terbinanya kerjasama yang harmonis, lancar dengan pihak terkait {stakeholder) seperti orang tua siswa, instansi pemerintah, dunia usaha, dan tokoh masyarakat, serta lembaga pendidikan

lainnya.

Bidang Hasil Pokok tersebut merupakan arah

manajemen sekolah yang harus dijabarkan dalam langkah-langkah kerja sekolah, untuk mencapai keberhasilannya.

Para pelaksana (praktisi) satuan pendidikan di sekolah dasar wilayah ibukota Kabupaten Kepulauan Riau Tanjung Pinang diharapkan mampu menerapkan

langkah-langkah diatas, dalam rangka pengembangan sekolah, aspiratif terhadap kemajuan lingkungan dan tuntutan masyarakat, seiring dengan pesatnya perkembangan daerah

(12)

sosial ekonomi masyarakat yang semakin baik, sehingga

tuntutan terhadap pendidikan dan mutu sekolah semakin

besar. Hal ini merupakan isu penting, bahwa sekolah dapat

menyerap aspirasi masyarakat, cenderung memperoleh per

hatian yang lebih baik, dan merupakan akses untuk bekerjasama dalam mengembangkan manajemen sekolah

mengantisipasi tuntutan yang berkembang tersebut. B. Masalah Penelitian.

1. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah bagaimana potret manajemen sekolah dasar di wilayah pengembangan segi tiga SIJORI ini. Organisasi sekolah sebagai suatu sistem sudah lebih terbuka dengan kemajuan-kemajuan yang ada. Manajemen sekolah seyogyanya menyelaraskan langkah pengembangannya dalam kondisi yang semakin kompetitif terhadap tuntutan pengembangan sumber daya manusia yang semakin disadari memerlukan pendidikan yang berkualitas. Bagaimana kemampuan manajerial para pelaksana satuan pendidikan di sekolah daerah ini terhadap tantangan situasi demikian ?, dan kreativitas mereka mengupayakan penyesuaian langkah pengelolaan, menjawab tantangan tugas tersebut ?. Pembahasan ini pada pokoknya menjawab sekitar pertanyaan diatas, dan yang menjadi masalah penelitian, yang perlu ditemukan jawabannya, dalam upaya menambah

wawasan pengembangan sekolah bagi peneliti eendiri dan

kiranya dapat memberi masukan pula pada pihak yang

(13)

13

2. Rumusan dan Masalah Penelitian.

Sebagaimana

pokok

masalah diatas,

maka

masalah

penelitian dirumuskan menyangkut: (a) bagaimana kemampuan

manajerial administrator sekolah selama ini membina mana

jemen sekolah ? ; (b) apakah perencanaan sekolah telah

terlaksana

secara

efektif

?;

(c)

sejauhmana

tingkat

keberhasilan

manajemen sekolah yang dicapai saat ini

?;

(kelayakan sistem dan kinerja sistem sekolah); (d)

upaya-upaya apa yang telah dilaksanakan administrator sekolah

selama

ini,

dalam mengupayakan

manajemen

pengembangan

sekolah ?; dan (e) bagaimana tindak

lanjut

mengupayakan

manajemen

pengembangan sekolah tersebut

?.

Pertanyaan-pertanyaan ini akan dikembangkan pada kajian atau

pembahasan penelitian dalam tesis ini.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

Keterarahan

kajian penelitian ini

dicapai

dengan

berpedoman pada rumusan yang dikemukakan diatas. Secara

umum

penelitian

ini

bertujuan

untuk

menemukan:

(a)

gambaran mengenai kondisi manajemen sekolah di daerah

penelitian

ini;

(b)

efektivitas

fungsi

perencanaan

manajemen

sekolah dilaksanakan selama ini;

(c)

tingkat

keberhasilan manajemen pengembangan sekolah yang

dicapai

saat ini; (d) kinerja manajemen sekolah yang dilaksanakan

selama

ini;

dan

(e)

upaya-upaya

pembinaan

manajemen

(14)

2. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai

bahan masukan atau sumbangan pemikiran kepada sekolah dan

pihak

yang

terkait

terhadap

aspek-aspek:

(a)

upaya

pemberdayaan

manajemen

sekolah;

(b)

penerapan

fungsi

manajemen

yang

strategis

untuk

pemberdayaannya;

(c)

potret administrator sekolah yang berpotensi dalam

mengembangkan

manajemen

sekolah;

(d)

kinerja

yang

manajemen

yang efektif dan efisien ke arah

pengembangan

sekolah

yang

diharapkan.

(e)

upaya-upaya

pembinaan

manajemen sekolah untuk mengarahkan pengembangannya.

D. Kerangka Penelitian.

Kerangka acuan penelitian merupakan suatu landasan pemikiran yang dipergunakan untuk membahas permasalahan

penelitian.

Landasan pemikiran meliputi beberapa

konsep

bahasan teoritis mengenai masalah penelitian ini.

Kajian ini berbentuk studi kasus kualitatif

des-kriptif

analitik.

Lincoln dan Guba (1985),

Bogdan

dan

Biklen (1989) dan Moleong dalam Manap Sumantri (1993: 93)

mengemukakan bahwa studi tersebut bercirikan :

a. Mempunyai latar ilmiah (natural setting);

b. Manusia

sebagai alat atau instrumen

penelitian,

sehingga memungkinkan adabtabilitas;

c. Menggunakan metode kualitatif; d. Analisis data secara induktif;

e. Teori dari dasar (grounded theory) melalui

analisis secara induktif;

f. laporannya bersifat deskriptif;

g. Lebih mementingkan proses dari pada hasil;

h. Adanya "batas" yang ditentukan oleh fokus

penelitian;

i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data;

j. Desain bersifat sementara;

k. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati

(15)

15

Sesuai

dengan

pembahasan diatas

bahwa

manajemen

sekolah dilaksanakan dalam setiap komp^onen administrasi

sekolah

mempunyai

sasaran-sasaran

secara

logis

yang

harus

dicapai

sebagai

BHP

(Bidang

Hasil

Pokok)

sebagaimana

yang

diuraikan

diatas,

secara

integral

menunjukkan gambaran produktivitas manajemen sekolah yang

dapat dinilai secara kualitatif. Maka pola penelitian dan kerangka berfikir tersebut digambarkan dibawah ini.

KE SIS WAAN PE-NGA JA-RAN SISTEM MANAJERIAL SEKOLAH FUNGSI PERENCANAAN MANAJEMEN SEKOLAH KEUA NGAN SARANA DAN PRA SARANA PELAKSANAAN KE PEGA WAIAN

[image:15.595.61.462.235.597.2]

MANAJEMEN SEKOLAH

U

H U M A S KOMPA-RASI RENCANA DENGAN PELAK SANAAN TING KAT KEBER HASI-LAN MANA JEMEN SEKO LAH

E

PRODUKTI VITAS SEKOLAH Gambar 1-2
(16)

Tingkat keberhasilan manajemen merupakan hasil atau

produktivitas manajemen pengembangan sekolah yang dilihat dari kriteria-kriteria pengembangan (1) perangkat sistem sekolah (tujuan, kelayakan kinerja sistem, p«erangkat

masukan, proses, keluaran, dan peran stakeholder);

dan (2) indikator kinerja sistem sekolah (produktivitas, efisiensi, efektivitas, relevansi, akuntabilitas sekolah)

yang digambarkan dibawah ini.

TUJUAN Pihak Yang

berkepen -tingan/ stake holder PERSYARATAN AMBANG (Norma,Standard)

Akuntab i1i tas Internal Efi Produk E f e k t i v i t a s * 3t aspirasi Rele T A P r e s i a s i

MASUKAN * PROSES siensi

KELUARAN DAMPAK tivitas v a n s i

Sumber : Abin Syamsuddin Makmun (Analisis Posisi Pendidi kan 1996:x)

Gambar 1-3

KRITERIA PERANGKAT SISTEM MANAJEMEN DAN INDIKATOR

KINERJA MANAJEMEN SEKOLAH

Produktivitas sekolah dasar dalam pembahasan ini

[image:16.595.52.484.238.615.2]
(17)

17

program yang menjadi tugas/fungsi BHP (Bidang Hasil

Pokok)

yang menjadi tanggung jawab

sekolah

sebagaimana

dipaparkan pada halaman 10 (sepuluh) dan 11 (sebelas)

diatas. Indikator produktivitas manajemen sekolah

diungkapkan pula dengan mencari parameternya,

ialah angka

rasio jumlah lulusan dengan jumlah satuan waktu studi

{student year)

yang digunakan seluruh peserta didik yang

terdaftar pada suatu kurun waktu yang sama (1991).

E. Hipotesis.

Sebagaimana latar belakang dan masalah yang

dikemukakan diatas, menyangkut pengkajian fungsi

perencanaan sebagai faktor penunjang keberhasilan

manajemen pengembangan di sekolah dasar. Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan bahwa " Fungsi perencanaan manajemen sekolah merupakan faktor penunjang keberhasilan manajemen pengembangan sekolah dasar dalam wilayah

(18)
(19)

B A B I I I

PBDSEDUR E»ENEE*ITIA1SI

Pada bagian ini dikemukakan aspek-aspek penelitian

tntara lain: (A) metodologi penelitian; (B) tahap-tahap :>enelitian; (C) penyusunan laporan penelitian; dan (D)

raliditas penelitian.

i. Hetodologi penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menemukan implementasi

Efungsi perencanaan manajemen sekolah dasar dan implikasinya ;erhadap kinerjja manajemen serta gambaran tingkat

leberhasilan manajemen pengembangan sekolah dasar,

aenganalisis produktivitas pencapaian bidang hasil pokok ;BHP) pada setiap bidang yang dikelola dalam administrasi

sekolah, dengan ukuran atau indikator keberhasilan secara iualitatif. Maka penelitian ini sesungguhnya mendiskripsikan

ian menganalisis data-data yang ditemukan dilapangan nengenai produktivitas tersebut dalam manajemen sekolah.

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan suatu

kecenderungan umum yang dapat dijadikan pedoman bagi pengembangan manajemen sekolah, dan dikelompokkan dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif analitik melalui pendekatan menurut pola jenis penelitian studi

kasus. Winarno Surachmad (1982), Best (1991), Donal Ary

(1982), dan Jalaluddin Rachmat (1989) pada intinya

menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat

(20)

senelitian dilakukan (expose the facto). Penelitian ini

iiarahkan untuk menetapkan sifat seeuatu pada waktu

penyelidikan dilakukan, untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam situasi.

Berdasarkan studi kepustakaan bahwa: (a) penelitian deskriptif menuturkan sesuatu secara eistematis mengenai data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, menganalisis (sebab itu metode ini disebut metode analitik) dan menginterpretasikan data yang ada; (b) penelitian deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana ilmiah (natural setting) ,1b,

mencari teori (hypothesis generating) dan bukan menguji teori (hypothesis testing), verifikatif, oleh sebab itu penelitian deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif; (c) terdapat beberapa jenis penelitian deskriptif, antara lain studi kasus, survey, studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis dokumenter, analisis tingkah laku, studi waktu dan gerak (time and

motion study), dan studi korelasional.

Winarno Surakhmad (1980;139) Stephen Isaac (1982;46) pada prinsipnya menjelaskan bahwa metode deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.

(21)

O f

pengembangan sekolah selama ini; (b) perencanaan manajemen

3ekolah dilaksanakan; (c) efektitivitas perencanaan terhadap

pengembangan sekolah; (d) sistem managerial sekolah yang iominan dalam pengembangan sekolah; (e) potensi sekolah yang perlu dimantapkan dalam membina pengembangan manajemen

sekolah; (f) upaya-upaya pembinaan yang perlu dilakukan imtuk perwujudan manajemen pengembangan sekolah yang

diharapkan.

Sanafiah Faisal (1980: 45) menjelaskan bahwa siklus

dalam proses penyimpulan data menurut metode penelitian deskriptif analitik melalui tiga tahapan :(a) eksplorasi yang meluas dan menyeluruh dan biasanya bergerak pada tingkat permukaan; (b) eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai tingkat kedalaman dan keterincian

masalah tertentu; dan (c) mengkomfirmasikan hasil atau

temuan penelitian. Ketiga langkah tersebut akan ditempuh dan

dikembangkan dalam penelitian ini. 2. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini menyangkut aspek-aspek

pengelo-laan dan perencanaan manajemen sekolah pada tiga sekolah dasar di Tanjung Pinang Kabupaten Kepulauan Riau yaitu (a) Sekolah dasar negeri 009 Desa Dompak Tanjung Pinang Timur;

(b) Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Tanjung Pinang Timur; dan (c) Sekolah dasar swasta Bintan Tanjung Pinang Kota.

Objek penelitian yang menyangkut aspek pembahasan

sistem sekolah dan kinerja sistem sekolah terdiri dari (a)

personil sekolah antara lain guru, kepala sekolah, dan

(22)

;elompok, termasuk organisasi/lembaga terkait atau berwenang

li daerah penelitian.

Subjek

penelitian

dalam

hal

ini

mengacu

kepada

>opulasi,

sampel,

dan sumber data. Sedangkan

subjek

yang

menyangkut

pelaku penelitian adalah peneliti

sendiri

yang

Langsung turun ke objek penelitian.

3. Populasi dan Sampel

Populasi

menurut Sudjana (1982:5) adalah

keseluruhan

lilai

yang

mungkin

diperhitungkan

atau

diukur

secara

tuantitatif atau kualitatif dari karakteristik tertentu

aengenai objek yang lengkap untuk dipelajari sifat-sifatnya.

3ada bahasan lain Sudjana (1995:4) pada pokoknya menjelaskan

>ahwa

sebagian

dari

populasi,

baik

anggotanya

maupun

tarakteristik

yang

ingin di

pelajari

tersebut

dinamakan

sampel atau contoh.

Moleong (1990:90) menjelaskan bahwa sampel yaitu orang

fang

dimanfaatkan

untuk

memberikan

informasi

mengenai

3ituasi

dan

kondisi

latar

penelitian.

Sampel

dalam

penelitian

ini

merupakan

sampel

bertujuan

(purpossive

sampling).

Menurut Moleong (1990:96) adalah: (a)

rancangan

3ampel ini muncul atau sampel tidak dapat ditemukan atau

iitarik lebih dahulu; (b) penentuan sampel secara berurutan;

:c)

penyesuaian

berkelanjutan dari sampel;

(d)

pemilihan

>erakhir

jika

sudah

terjadi

pengulangan,

dan

penentuan

3ampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik

bola

salju

itau

snow ball sampling

. Dengan teknik

ini

memungkinkan

(23)

by

mengenai aspek-aspek perencanaan manajemen di sekolah

dasar

pada penelitian ini.

4. Macam dan Sumber Data

Macam dan sumber data dikategorikan sebagai : (a) data

primer,

merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumber

pertama

dari

responden yang dipilih

sebagai

nara

sumber

antara

lain

kepala

sekolah,

guru-guru

yang

pada

objek

penelitian

ini

dan pihak-pihak

terkait

yang

berhubungan

dengan

informasi

yang

diperlukan

terhadap

aspek-aspek

penelitian

yang dibahas; (b) data skunder,

merupakan

data

yang

diperoleh

dari

pihak

lain

yang

layak

memberikan

informasi

dan

mempunyai hubungan

tidak

langsung

sebagai

konfirmasi

dari

sumber data

primer

mengenai

aspek-aspek

penelitian yang diteliti.

Moleong (1993:112) menjelaskan pula bahwa

macam

data

yang

diperoleh

berupa

kata-kata,

tindakan,

sumber

data

tulisan, foto, dan statistik.

Pada prinsipnya data tersebut

merupakan

segala sesuatu yang dapat dilihat

sebagai

suatu

sumber informasi yang dapat dianalisa dan

diinterpretasikan

dari aspek-aspek yang dibahas dalam penelitian ini.

5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang

bersifat

deskriptif

analitik lebih menitik beratkan

pada

perekaman

situasi

yang

terjadi dalam konteks masalah

yang

dibahas.

Dengan

demikian

pada

penelitian

ini

alat

utama

bagi

pengumpulan

data yang diperlukan adalah melalui

observasi,

(24)

danya

suatu

langkah

evaluatif etas

keadaan

yang

nyeta

erjadi.

Dapat dipahami bahwa metode tersebut

memungkinkan

>ula

peneliti

memberikan

masukan-masukan

yang

dipandang

erguna,

bermanfaat, dari aspek yang dikaji

atau

terhadap

lasalah-masalah

yang

ada

dilapangan,

sehingga

akan

lemberikan

suatu

analisa

yang

lebih

mendalam

terhadap

:ondisi yang terjadi.

L Tahap-Tahap Penelitian.

Menurut

Bogdan

(Moleong

1993:85)

pelaksanaan

sesuatu penelitian terdiri dari tiga tahapan yaitu :(1)

pra-lapangan; (2) kegiatan lapangan; (3) analisis

intensif.

Kirk dan Miller (Moleong 1993:85) mengemukakan

penelitian kualitatif memiliki empat tahapan antara lain:

(1) Invensi; (2) kegiatan lapangan; (3) penafsiran; dan

(4)

eksplanasi.

Kemudian Nasution (1992:

85)

membagi

langkah penelitian kualitatif terdiri dari tiga

tahapan:

(1)

tahap

orientasi;

(2) tahap

eksplorasi;

(3)

tahap

memberchek.

Berdasarkan prosedur tahap penelitian diatas, dalam

penelitian

ini ditempuh prosedur penelitian

berupa

(1)

langkah persiapan penelitian; (2) pelaksanaan penelitian;

dan (3) pengolahan dan analisis data hasil penelitian.

Secara rinci diuraikan langkah-langkah tersebut. 1. Persiapan Penelitian

Kegiatan

pada langkah ini adalah :

(a)

pemilihan

topik dan permasalahan yang akan diteliti; (b) melakukan penjajakan lokasi dan objek penelitian guna memperoleh

(25)

t>J.

terhadap masalah yang diteliti; (c) melakukan pendalaman materi bacaan berhubungan dengan masalah penelitian; (d) menyusun desain penelitian dan kisi-kisi angket pengumpulan data dan pedoman wawancara; (e) mengajukan permohonan untuk melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu tahap tahap orientasi, eksplorasi, dan membevchek.

Tahap orientasi terdiri dari langkah-langkah: (a) menjajaki dan menilai kondisi lapangan, setelah peneliti membaca terlebih dahulu tentang situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian; (b) memilih dan menggunakan informan yaitu memanfaatkan orang-orang yang layak dipilih dan dipercaya memberikan informasi mengenai masalah penelitian selain kepala sekolah, guru, murid, masyarakat lingkungan sekolah baik individu, kelompok, dan instansi terkait dalam wilayah penelitian; (c) menyiapkan perlengkapan penelitian yaitu jauh sebelumnya dipersiapkan seperti pedoman wawancara, observasi kamera/foto, alat rekaman

atau tape re-corder\ (d) melakukan adaptasi atau

penyesuaian dengan situasi lapangan, dan peneliti menjadi bagian dari organisasi untuk memperoleh gambaran situasi

sebenarnya.

(26)

£>Ui

sebenarnya dengan sikap yang selektif, menjauhi keadaan

yang

akan mempengaruhi data, dan mencari informasi

yang

relevan,

dan selalu berpedoman pada masalah

penelitian;

(b) memasuki lapangan dengan menjaga hubungan keakraban

pihak

informan

dan senantiasa menyadari

tugas

sebagai

peneliti pada objek penelitian; (c) mengumpulkan data

sesuai dengan masalah penelitian dengan teknik

pengumpu

lan data sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tahap memberchek meliputi kegiatan : (a) melakukan

konfirmasi

terhadap data yang diperoleh dengan

mengecek

kebenaran data bersama pihak informan dengan memberikan

tanggapan-tanggapan terhadap data yang merupakan re-chek

kebenaran

data;

(b) melakukan

kegiatan

yang

sifatnya

triangulasi yakni menuntaskan kebenaran data meminta

tanggapan mengenai data yang diperoleh dengan pihak ketiga yang relevan dan diyakini dapat memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian; (c)

menyaji-kan data dan mempresentasimenyaji-kan pada dosen pembina.

Penelitian ini meliputi langkah-langkah: (a) menen-tukan sekolah yang akan diteliti yaitu pada 3 (tiga) sekolah di kota Tanjung Pinang yang memiliki karakterisitik masalah penelitian atau sebagaimana maksud dari bahasan, kajian tesis ini; (b) mengumpulkan data secara intensif dengan menggunakan teknik pengumpulan data dikemukakan terdahulu; (c) selama penelitian berlangsung dilaksanakan juga analisis data dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan setiap data yang

(27)

kembali pada sumber data yang lain dan meainta komentar

mengenai

hal yang sama untuk terjaminnya

akurasi

data,

dan

melakukan

memberchek

yaitu mengkonfirmasikan

dengan

sumbernya;(d) mendeskripsikan dan menganalisis data lapa

ngan secara substantif dengan merujuk kepada hasil studi

kepustakaan dan mempelajari laporan-laporan lapangan.

3. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian

Miles dan Huberman (1984:21) menjelaskan bahwa

pengolahan

dan analisis data dilaksanakan semenjak

awal

hingga

selesai

penulisan

laporan

penelitian,

melalui

tahap

reduksi,

display

data, dan

penarikan

kesimpulan.

Bogdan

dan

Biklen (1982 :

154-169)

memieahkan

proses

analisis

data

atas analisis

selama

dilapangan

dengan

analisis

setelah

data terkumpul dan

kegiatan

lapangan

telah cukup memadai. Pola analisisnya menggunakan pedoman

dibawah ini.

a. Pertama,

analisis pada saat pengumpulan

data,

yaitu

selama pengumpulan data peneliti merekam dan membuat catatan lapangan, melakukan memberchek dengan subjek

penelitian yang bersangkutan, mengadakan audit trail

(uji kecocokan data), melakukan triangulasi untuk

mendapatkan keabsahan data. Analisis data dilakukan

secara induktif dan secara terus menerus dan

berproses. Proses disini maknanya bahwa analisa data sudah dilakukan semenjak pengumpulan data dan

dilaksanakan secara lebih intensif lagi sesudah

(28)

dengan

prosedur yang dikemukakan Nasution

(1988*129-130)

antara

lain

: (1)

reduksi

data

melakukan

pengecekan

kembali

seluruh

catatan

lapangan

yang

diperoleh

dari hasil observasi, wawancara, dan

studi

dokumentasi, guna menemukan hal-hal yang pokok

sesuai

dengan

masalah

penelitian; (2)

display

data

yaitu

merangkum

hal-hal

yang pokok dari

kegiatan

reduksi

data.

Rangkuman

tersebut

kemudian

disusun

secara

sistematis

sehingga diperoleh informasi secara

jelas

mengenai

hasil penelitian ini; (3) verifikasi

yaitu

pemantapan kesimpulan yang diperoleh dari

display

dan

reduksi

data

yang

dilakukan

selain

melakukan

memberchek,

melakukan triangulasi

sebagaimana

telah

dijelaskan

terdahulu, sehingga

diperoleh

kesimpulan

data yang valid dan mendasar

(grounded).

b. itedua,

Analisis

setelah

data

terkumpul,

yaitu

mereduksi

data

dengan mencatat,

menggolongkan,

dan

mengklasifikasi

hal-hal

yang

relevan

dengan

fokue

penelitian

serta menghubungkan data antara yang

satu

dengan

yang lainnya, sehingga data

diperoleh

secara

jelas

menjadi satu kesatuan yang utuh. Data

tersebut

dapat dianalisis secara mendalam, sehingga berdasarkan

data

tersebut

dapat

ditarik

suatu

kesimpulan,

dirumuskan

implikasinya,

serta

secara

logis

dapat

diberikan rekomendasi penelitian.

Pelaksanaan

kegiatan

diatas

dirangkaikan

dengan

(29)

o o

a. Pertama, data yang telah diproleh dikonfirmasikan pada

pembimbing. Data lapangan yang dimaksud diperoleh dari

hasil wawancara, observasi rekaman fakta dan lainnya.

b. £e_dua.,

melakukan perbandingan,

menghubungkan,

meng-interpretasikan kriteria produktivitas, kajian

teori-tik dan hasil pengolahan data sehingga dapat diperoleh

suatu

kesimpulan

penelitian melalui

penilaian

dari

gambaran instrumen pengolahan data pada lampiran 2

C. Penyusunan Laporan Penelitian.

Kegiatan

akhir penelitian adalah menyusun

laporan

penelitian

dari

keseluruhan

hasil

kegiatan

yang

dilaksanakan.

Kegiatan ini merupakan langkah

penyusunan

tesis. Kemudian penelitian ini diajukan kepada forum

tim

bimbingan bersama program pascasarjana IKIP Bandung untuk

dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, dan untuk

dinilai

kelayakannya sebagai suatu suatu tesis.

D. Validitas Penelitian.

S.

Nasution

(1992:105)

menjelaskan

mengenai

validitas penelitian antara lain dengan menyatakan :

Keabsahan data merupakan konsep penting dari

konsep

kesahihan (validitas) dan keandalan

(realiabilitas)

menurut versi " positivisme". Validitas membuktikan

bahwa

apa yang diamati oleh peneliti sesuai

dengan

apa yang sesungguhnya ada dan terjadi dalam dunia

kenyataan,

dan

apakah

penjelasan

yang

diberikan

tentang

dunia

nyata

memang

sesuai

dengan

yang

sebenarnya ada atau terjadi.

Penelitian

ilmiah membedakan dua

macam

validitas

yaitu:

(a)

Validitas

internal

berhubungan

dengan

(30)

kesesuaian konsep peneliti dengan konsep dari

responden;

(b) Validitas eksternal mengenai generalisasi dan untuk kecocokan (fittingnes) dari instrumen kegiatan penelitian

diaplikasikan peneliti lain dalam situasi atau konteks

yang dihadapi, adakalanya mengadakan adaptasi seperlunya.

Nilai

transfer tergantung pada si

pemakai,

menggunakan

hasil penelitian dalam konteks dan situasi tertentu.

S. Nasution (1992; 149-151) mengungkapkan bahwa validitas menilai proses dan produk dengan

kriteria-kriteria

antara

lain

kredibilitas,

transferabilitas,

dependabilitas, dan konfirmabilitas, secara aktual usaha memenuhi kriteria tersebut dijelaskan dalam uraian

dibawah ini.

Untuk memenuhi kredibilitas dalam penelitian ini

dilakukan upaya antara lain :

a.

Pertama,

menyediakan waktu yang cukup untuk

mengenai

baik responden maupun keadaan lapangan, sehingga

men-dapatkan kesempatan yang sebaik-baiknya dalam mengumpulkan dan men-chek semua data yang diperlukan. b. Kedua, mempelajari fokus penelitian secara mendalam

melalui observasi secara penuh dan terus menerus.

c. Ketiga, melakukan triangulasi melalui pengecekan

kebenaran data pada sumber dan metode yang berbeda.

d. Keempat, mendiskusikan hasil penelitian dengan pihak

yang relevan seperti teman sejawat, dan lainnya yang mengetahui ihwal penelitian ini (peer debriefing).

e. Kelima, melakukan komparasi penelitian ini dengan

(31)

f. Keenam, meminta penilaian responden terhadap kebenaran

data, tafsiran, dan kesimpulan atau melakukan member

chek.

Upaya mencapai transferabilitas penelitian ini

tergantung dari pengguna yang memanfaatkan pada suatu

situasi

tertentu

dalam mengupayakan

untuk

kemungkinan

dapat

diaplikasikan pada situasi dan kondisi yang

lain.

Oleh

sebab

itu dilakukan deskripsi

data

yang

disusun

secara rinci dan jelas.

Pencapaian dependabilitas diupayakan agar pengumpu

lan

data, pembentukan dan penggunaan

konsep,

pembuatan

penafsiran

serta

kesimpulan

penelitian

dijaga

supaya

tetap konsisten.

Pencapaian konfirmabilitas dilakukan melalui audit trail dalam mengupayakan agar hasil penelitian sesuai dengan data dan merupakan satu kesatuan. Kegiatan audit

t r a i l antara lain :

a. Pertama>

merekam dan mencatat data mentah

selengkap

mungkin untuk digunakan sebagai bahan analisis

selanjutnya.

b. jjedxta,

menganalisis

data

dengan

menyeleksi,

merangkum, kemudian menyusun kembali, dan melakukan pembahasan dengan arahan pembimbing.

c. Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan analisis data. d. Keempat, melaporkan keseluruhan proses dan hasil

(32)

Gambar

Gambar 1-2KERANGKA BERFIKIR DAN POLA PENELITIAN
Gambar1-3

Referensi

Dokumen terkait

Faktor risiko yang sangat berperan dalam kejadian retinopati diabetik yaitu lama menderita diabetes, peningkatan kadar HbA1c, peningkatan tekanan darah sistolik,

This research aims to (1) Investigate the types of writing strategy employed by the subjects; (2) Find out the differences between the writing strategies used by students with good

Hasil dari masing-masing jawaban responden tentang reward , motivasi kerja dan kinerja karyawan sebagai berikut:.. b.) Pada item Q2, 9 responden menyatakan sangat setuju

- Aktiviti ini membolehkan murid membina kemahiran menaakul untuk membuat keputusan di samping menganalisis maklumat atau data yang diberi seta menyelesaikannya. e)

[r]

Sebagian besar responden beranggapan bahwa tarif kontrasepsi IUD dan steril (MKJP) lebih mahal dibanding dengan kontrasepsi pil dan suntik (non MKJP) dan hal

diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran hutang atau sebagai alat untuk.. melakukan pembelian barang

067 = Latihan menebak kata kerja tidak beraturan 068 = Belajar bahasa Inggris melalui video. 069 = Reading Comprehension (Latihan) 070 = Reading Comprehension (Latihan) 071 =