• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN PADA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN PADA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 10

C. Definisi Operasional ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 16

A. Konsep Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 16

1. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...17

2. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...26

3. Ruang Lingkup Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...29

4. Strategi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...30

B. Implementasi Program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan pada Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 36

(2)

ii

2. Perencanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada

Program Kerja Kesiswaan...39

3. Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...47

4. Penilaian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...49

5. Pengawasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Program Kerja Kesiswaan...51

C. Kurikulum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...52

1. Keterkaitan Kurikulum dengan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa...52

2. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada Ekstra dan Ko- kurikuler...56

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Metode Penelitian ... 58

B. Lokasi Penelitian ... 59

C. Sumber Data ... 59

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data...60

E. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

A. HASIL PENELITIAN ... 69

1. Nilai Karakter yang Terdapat pada Visi, Misi, Tujuan Pendidikan Sekolah dan program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 23 Bandung...69

(3)

iii

Program Kerja Sekolah Bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung

yang memuat Nilai-Nilai budaya dan Karakter Bangsa...112

4. Kesesuaian Nilai-Nilai Pada Program Kerja Pembina Kesiswaan dengan Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Sekolah...123

5. Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Pengembangan Program Kerja Sekolah Bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung...140

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 142

1. Visi SMAN 23 Bandung...143

2. Misi SMAN 23 Bandung...146

3. Tujuan Pendidikan SMAN 23 Bandung...148

4. Program Kerja Pembina Kesiswaan SMAN 23 Bandung...152

5. Budaya Sekolah...156

6. Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik SMAN 23 Bandung...157

7. Proses Pengembangan Program Kerja Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 23 Bandung...168

8. Faktor-Faktor Yang Menguntungkan dan Merugikan Implementasi Program Kerja Pembina Kesiswaan SMAN 23 Bandung...173

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 174

A. Kesimpulan... 174

B. Rekomendasi ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 180

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif... 39

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data... 60

Tabel 4.1 Nilai Karakter pada Visi SMA Negeri 23 Bandung ... 72

Tabel 4.2 Nilai Karakter pada Misi SMA Negeri 23 Bandung ... 74

Tabel 4.3 Nilai Karakter pada Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung 77 Tabel 4.4 Nilai Karakter pada Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung 78 Tabel 4.5 Nilai Karakter pada Program Kerja OSIS... 79

Tabel 4.6 Nilai Karakter pada Ekstrakurikuler Non Akademik... 80

Tabel 4.7 Nilai Karakter pada Ekstrakurikuler Akademik... 82

Tabel 4.8 Nilai Karakter pada Program Kerja Wawasan Wiyatamandala... 84

Tabel 4.9 Nilai Karakter Peserta Didik Hasil Observasi Para Pendidik... 89

Tabel 4.10 Pemetaan Tujuan Pendidikan Nasional-Visi SMA Negeri 23... 118

Tabel 4.11 Pemetaan Visi – Misi SMA Negeri 23... 119

Tabel 4.12 Pemetaan Misi – Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23... 120

Tabel 4.13 Pemetaan Tujuan Pendidikan – Proker OSIS SMA Negeri 23... 123

Tabel 4.14 Visi-Misi- Tujuan Pendidikan Sekolah – Proker OSIS SMA Negeri 23... 127

Tabel 4.15 Pemetaan- Program Kerja Ekstrakurikuler- Tujuan Pendidikan Sekolah... 129

(5)

v

Tabel 4.17 Pemetaan-Tujuan Sekolah- Program Kerja

Wawasan Wiyatamandala... 134

Tabel 4.18 Pemetaan-Visi-Misi-Tujuan Pendidikan Sekolah- Program Kerja Wawasan Wiyatamandala... 136

Tabel 4.19 Pemetaan Misi- Program Pokok Sekolah ... 145

Tabel 4.20 Misi dengan Nilai-Nilai Karakter pada Logika ... 147

(6)

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Nilai Karakter SMA Negeri 23 Bandung... 88

Grafik 4.2 Nilai Karakter Religius... 94

Grafik 4.3 Nilai Karakter Jujur... 95

Grafik 4.4 Nilai Karakter Toleransi... 96

Grafik 4.5 Nilai Karakter Disiplin... 97

Grafik 4.6 Nilai Karakter Kerja Keras... 98

Grafik 4.7 Nilai Karakter Mandiri... 99

Grafik 4.8 Nilai Karakter Demokratis... 100

Grafik 4.9 Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu... 101

Grafik 4.10 Nilai Karakter Semangat Kebangsaan ... 102

Grafik 4.11 Nilai Karakter Bersahabat/Komunikatif... 103

Grafik 4.12 Nilai Karakter Cinta tanah Air... 104

Grafik 4.13 Nilai Karakter Kreatif... 105

Grafik 4.14 Nilai Karakter Tanggung Jawab... 106

Grafik 4.15 Nilai Karakter Menghargai Prestasi... 107

Grafik 4.16 Nilai Karakter Peduli Lingkungan... 108

Grafik 4.17 Nilai Karakter Cinta Damai... 109

Grafik 4.18 Nilai Karakter Gemar Membaca... 110

Grafik 4.19 Nilai Karakter Peduli Sosial... 111

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 184

Lampiran 4.2 Pedoman Studi Dokumen... 188

Lampiran 4.3 Pedoman Angket... 192

Lampiran 4.4 Pedoman Wawancara... 201

Lampiran 4.5 Pedoman Observasi... 203

Lampiran 4.6 Instrumen 1 Hasil Angket Indikator Sekolah... 206

Instrumen 2 Hasil Angket Indikator Peserta Didik... 214

Lampiran 4.7 Hasil Wawancara... 207

Lampiran 4.8 Hasil Observasi... 232

(9)

1 BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal tiga tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari paparan di atas, ada delapan potensi yang bisa dikembangkan dari diri peserta didik, lima diantaranya mengarah pada pengembangan karakter. Semua potensi tersebut diamanatkan harus dimiliki peserta didik agar mereka mampu menghadapi tantangan hidup. baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dijabarkan dan dioprasionalkan di tingkat satuan pendidikan. Adapun gambaran umum penjabaran ide-ide yang menjadi cita-cita bangsa di tingkat satuan pendidikan, diatur sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku saat sekarang, yakni semua satuan pendidikan di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(10)

pengembangannya, setiap satuan pendidikan diwajibkan merujuk pada delapan standar minimal seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal satu, ayat satu, “Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sehingga gambaran umum alur pengembangan pendidikan karakter dari pusat ke satuan pendidikan dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1. Alur Pengembangan Karakter

Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal yang dikutip Har Tilaar. (Kompas, 2010, 31 Agustus), mengatakan bahwa:

Tujuan Pendidikan Nasional

(ada 8 potensi peserta didik, 5 diantaranya terkait dengan karakter)

Mata Pelajaran Budaya Sekolah

(11)

“Pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sudah ada dalam kurikulum. Tetapi selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tepat dan akurat”.

Pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya persoalan di dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan karakter. Persoalan yang mendasar terletak pada tidak terimplementasinya pendidikan karakter di satuan pendidikan, yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman satuan pendidikan terhadap pengembangan kurikulum yang terkait dengan pendidikan karakter.

Hal serupa dipaparkan Koesoema,DA, 2009: 156 “Tidak semua lembaga pendidikan dan sekolah yang ada di negeri ini memiliki visi pendidikan yang menjadi cita-cita dan idealisme mereka. Ada sekolah yang asal hidup begitu saja. Mereka tetap menjalankan peraturan dan persyaratan minimal seperti yang dituntut oleh pemerintah, namun mereka tidak memiliki kinerja yang baik”.

(12)

Tim wartawan majalah Forum Tenaga Kependidikan (2011: 7, Maret), melaporkan hasil wawancara mereka dengan Fasli Jalal, bahwa, ”gerakan merevitalisasi pendidikan karakter menggunakan semua peluang, baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler”. Hal yang sama dijelaskan dalam buku pedoman pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum ( 2010; 12), bahwa ”pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok

bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah”.

Sebuah penelitian yang dilakukan Sutawi MP, (2010) dengan mengutip pendapat akhli pendidikan Amerika, Thomas Lickona, mengemukakan bahwa:

‘ ... ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda tersebut antara lain meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama.’

(13)

Percakapan antar peserta didik yang nampaknya terbiasa menggunakan kata-kata buruk, di kantin, di jalan-jalan, di selasar-selasar gedung sekolah SMAN 23 Bandung, dirasakan bukan sesuatu yang salah oleh mereka. Cara mereka berkomunikasi dilegitimasi oleh istilah bahasa gaul, sehingga sikap mereka tidak dirasakan sebagai sebuah masalah oleh sebagian besar peserta didik. Hal tersebut diperparah oleh sikap sebagian mereka yang kurang hormat terhadap guru, seperti tidak memberi salam, tidak menyapa ketika bertemu di luar sekolah dan lain-lain. Semua itu merupakan persoalan yang berkaitan dengan karakter. Persoalan lain juga menyangkut kurang bertanggung jawabnya peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Pekerjaan rumah (PR), atau tugas-tugas-tugas-tugas yang diberikan, baik di kelas maupun di luar kelas, kadang-kadang dikerjakan asal jadi, bahkan terlambat menyerahkannya kembali. Pada waktu ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum, kegiatan mencontek dilakukan oleh hampir sebagian beser peserta didik.

(14)

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Gambaran karakter yang berakar dari nilai-nilai bangsa ini seharusnya merupakan gambaran karakter yang muncul di semua peserta didik SMAN 23 Bandung, sehingga menjadi indikator atas tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun gambaran karakter-karakter di atas, belum sepenuhnya menjadi budaya dalam kehidupan peserta didik di SMAN 23 Bandung, baik dalam keseharian mereka di lingkungan SMAN 23 Bandung, maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mengekspresikan minat, bakat mereaka sendiri.

(15)

Pancasila, UUD 1945 yang selanjutnya diamantkan pada tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada undang-undang Sikdiknas.

Sebagai sebuah lembaga, sekolah merupakan perpanjangan tangan dari lembaga atau instasi lain yakni Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, Provinsi serta Kementerian Pendidikan Nasional dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional. Lembaga-lembaga tersebut secara bersama-sama membimbing dan mendukung pelaksanaan amanat konstitusi di tingkat sekolah. Selain itu, pengelolaan sekolah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan Sekolah, dengan komponen-komponen sebagai berikut: a) Perencanaan program, b) pelaksanaan rencana kerja, c) pengawasan evaluasi, d) kepemimpinan sekolah dan e) sistem informasi manajmen.

Dalam Perencanaan Program dikenal ada perencanaan jangka menengah (RKJM) dan perencanaan jangka pendek (RKAS). Salah satu pengembangan program RKAS adalah program bidang kesiswaan yang memuat diantaranya hal-hal sebagai berikut:

1. sekolah memberi layanan konseling kepada peserta didik

2. sekolah melaksanakan kegiatan ekstra dan ko-kurikuler untuk para peserta didik

3. sekolah melaksanakan pembinaan prestasi unggulan 4. sekolah melakukan pelacakan terhadap alumni.

(16)

penyimpangan karakter sebagian besar peserta didik SMAN 23 Bandung yang kurang disiplin, kurang mandiri, kurang bertanggung jawab, dan kurang jujur bisa disebabkan pula oleh program pengembangan diri, dalam hal ini terkait dengan program konseling dan ekstrakurikuler yang kurang optimal. Dugaan peneliti pada hal tersebut didukung oleh fakta adanya aktivitas rutin kesiswaan berjalan dari tahun ketahun hampir sama, walaupun ada beberapa penambahan program untuk pertengahan tahun ajaran 2010-2011, namun itu dilakukan oleh pengurus baru pengganti pengurus lama. Hal ini menarik untuk dikaji lebih jauh, khususnya mengenai keterkaitan program kesiswaan dengan pengembangan karakter peserta didik di SMAN 23 Bandung.

Fakta lain yang menguatkan minat peneliti adalah belum tersosialisasikannya pengembangan pendidikan karakter di sekolah. sekalipun pemerintah telah memprioritaskan masalah karakter ini melalui Permen No. 2 Tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh kurang dikembangkannya program-program kesiswaan yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai karakter peserta didik. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi program Kerja sekolah

Bidang Kesiswaan pada Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa. (sebuah Studi evaluasi di SMAN 23 Bandung)”.

(17)

PERENCANA ses penelitian terutama dalam pengumpulan

r yang diharapkan muncul dalam wujud yang seyogyanya terintegrasi dengan visi, misi, tuj m kerja sekolah bidang kesiswaan. Dengan dem n akan memunculkan peserta didik yang me

engetahuan, keterampilan maupun sikap sehi ernalisasi dalam karakter peserta didik sebagai engan kekhasan yang dimiliki bangsa.

(18)

adanya pembaharuan dalam proses pengembangan program kesiswaan, sehingga menghasilkan program yang selaras serta berimbas pada perubahan karakter peserta didik yang berakar pada nilai-nilai bangsa.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penjelasan-penjelasan pada bagian latar belakang masalah menuntun pada pertanyaan pokok tentang persoalan yang ada pada pengembangan budaya dan karakter bangsa di SMAN 23 Bandung, yakni,” Nilai-nilai karakter bangsa yang bagaimana yang dikembangkan dalam program sekolah bidang kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung, sehingga peserta didik memiliki nilai-nilai karakter bangsa?’. Pertanyaan pokok ini, menuntun pada rumusan masalah seperti berikut ini;

1. Nilai-nilai karakter apa yang terdapat pada visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung 2. Bagaimana kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah

mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangasa . 3. Bagaimana penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program

kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

4. Bagaimana ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah.

(19)

C. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut.

1. Fullan dalam Hamalik (2007 :3) mengemukakan bahwa implementasi adalah proses menerapan suatu gagasan, program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan berubah. Proses tersebut menghasilkan suatu perubahan dan akan mempengaruhi outcome. Implementasi program kerja sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program kerja bidang kesiswaan yang aktivitasnya meliputi perencanaan, pelaksanaan serta penilaian hasil program kerja sekolah bidang kesiswaan terkait dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

(20)

alumni, yang kemudian diperluas dengan arahan dari buku pedoman pembinaan kesiswaan yang merujuk pada Permen Nomor 39 Tahun 2008.

3. Pengertian kebudayaan menurut Tylor (1871) dalam Sukmadinata (2009; 60) adalah, “keseluruhan yang kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Selanjutnya hasil dari proses kebudayaan ini muncul dalam keseluruhan yang ada dalam kehidupan termasuk sikap, pengetahuan, serta kemampuan peserta didik yang membentuk moral dan karakter yang sesuai dengan keyakinan yang dipahami dan diyakininya.

Sementara pengertian pendidikan karakter seperti yang dijelaskan oleh Husaini, (2010) adalah ;

“bukanl sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.

Penjelasan Ardian Husaini di atas, merupakan titik tolak untuk mengembangkan penelitian pada implementasi pendidikan karakter melalui program kerja kesiswaan.

(21)

sekolah. Dalam penelitian ini, pengertian implementasi pendidikan karakter yang dimaksud adalah yang terintegrasi dengan program sekolah bidang kesiswaan, mulai dari visi, misi, tujuan pendidikan sekolah sampai program kesiswaan berupa konseling, kegiatan ekstra dan kokurikuler, pembinaan prestasi unggulan serta pelacakan terhadap alumni. Untuk itu, dalam penelitian ini disajikan nilai-nilai yang termuat pada tujuan pendidikan nasional, yang kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai seperti; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini akan menjadi alat ukur aktivitas program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung.

D. Tujuan Penelitian

(22)

1. keterkaitan antara nilia-nilai karakter bangsa yang terkandung pada tujuan Pendidikan Nasional dengan visi, misi, tujuan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan

2. kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangsa

3. proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa..

4. ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah.

5. faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan

E. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan berupa masukan-masukan untuk perbaikan bagi beberapa pihak, sehingga pelaksanaan penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa menjadi lebih efektif dan efisien. Masukan-masukan tersebut adalah:

(23)

2. bagi Lembaga SMAN 23 Bandung, dapat menemukan kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah di bidang pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. bagi Kesiswaan SMAN 23 Bandung, memperoleh hal-hal baru guna meningkatkan profesionalisme kinerja kesiswaan

4. bagi guru-guru bimbingan konseling, pelatih ekstrakurikuler, memperoleh hal-hal baru dalam meningkatkan profesionalisme kinerja mereka

5. bagi rekan-rekan guru yang lain, adanya nuansa baru dalam penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang berakar pada nilai-nilai karakter bangsa.

(24)

58 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode studi evaluasi (Evaluation research) yang membahas permasalahan tentang efektifitas program kerja sekolah bidang kesiswaan pada nilai-nilai karakter peserta didik SMA Negeri 23 Bandung. Patton dalam bukunya Qualitative Research and Evaluation Method menjelaskan bahwa:

“Evaluation research, quite broadly, can include any effort to judge or enhance human effektiveness through systemic data based inquiry. These efforts include assessing needs, formulating policies, passing lows, delivering programs, managing people and resources, providing therapy, developing communities, changing organizational culture and solving problems (2002: 10)

Ruang lingkup penelitian evaluasi cukup luas menyangkut berbagai usaha untuk menilai dan meningkatkan efektifitas manusia melalui teknik pengumpul data inquiri yang dilakukan secara sistemik. Cakupan dari segala usaha tersebut menyangkut berbagai hal termasuk pengembangan program.

Sesuai dengan paparan di atas, Pemilihan metode studi evaluasi (Evaluation research) pada penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui efektivitas program kerja sekolah bidang kesiswaan pada nilai-nilai karakter peserta didik SMA Negeri 23 Bandung.

(25)

(activity). Ketiga hal tersebut berinteraksi secara sinergis dalam aktivitas penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah SMA Negeri 23 Bandung, beralamat di jalan Malangbong Raya Antapani. SMA Negeri 23 Bandung berdiri pada tahun 1994, di pemukiman penduduk desa Antapani Wetan, kecamatan Antapani, dibangun tidak jauh dari perumahan penduduk, bahkan bertetangga dengan penduduk setempat.

SMA Negeri 23 Bandung memiliki 24 rombongan belajar, yang masing-masing tingkatannya terdiri dari delapan kelas. Kepala SMA Negeri 23 Bandung dibantu oleh empat wakil kepala sekolah, yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, sarana, dan hubungan masyarakat. Pengelolaan SMA Negeri 23 Bandung didasarkan pada sistem pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Karakter dari kurikulum ini adalah pengelolaan sekolahnya merujuk pada depalan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang selanjutnya dioprasionalkan oleh manajemen sekolah dalam bentuk dokumen kurikulum yang disebut dengan dokumen 1 dan 2 Kurikulum SMA Negeri 23 Bandung.

C. Sumber Data

(26)

peneliti harus selalu fokus pada partisipan, yaitu orang-orang yang mengalami, mengetahui isu-isu atau permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, partisipan yang dimaksud adalah;

a. Kepala SMA Negeri 23 Bandung

b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung c. 30 guru SMA Negeri 23 Bandung.

d. Enam pelatih/pembina ekstrakurikuler SMA Negeri 23 Bandung e. 30 peserta didik SMA Negeri 23 Bandung.

Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas partisipan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari rencana kerja sekolah bidang kesiswaan pada pendidikan karakter di SMAN 23 Bandung.

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data tidak hanya membahas sebatas teknik pengumpulannya, namun juga membahas proses pengumpulan data tersebut. Pengumpulan data digambarkan sebagai rangkaian aktivitas yang bertujuan pada pengumpulan informasi yang tepat untuk menjawab serangkaian pertanyaan penelitian. Untuk itu proses pengumpulan data dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan sampai jenuh. Proses ini berpegang pada konsep bahwa data yang dikumpulkan secara berulang-ulang, sampai mencapai kejenuhan. (Maxwell, 1992; Miller & Crabtree, 1994; Adler & Adler, 1994).

(27)

.

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data

Visualisasi di atas menggambarkan siklus kegiatan pengumpulan data yang diawali dari;

1. menentukan tempat atau orang yang akan diteliti 2. mendapatkan akses dan membuat hubungan

(28)

3. menentukan sampling (sesuai tujuan) 4. mengumpulkan data

5. merekam informasi

6. mengeksplorasi masalah-masalah lapangan 7. menyimpan data

Visualisasi pengumpulan data di atas merupakan rangkaian kegiatan saling terkait, ditujukan pada pengumpulan informasi yang baik untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Berdasarkan prosedur atau proses pengumpulan data, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi menggunakan bentuk-bentuk yang luas seperti; wawancara, observasi, dokumen dan angket. Penjelasan dari keempat bentuk pengumpulan data tersebut adalah;

1. Observasi

(29)

Sanapiah Faisal (2005:65) menjelaskan bahwa melalui observasi dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Pada konteks penelitian ini masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan SMA Negeri 23 Bandung dengan berbagai aktivitas implementasi program kerja sekolah bidang kesiswaan,yang dilakukan di sekolah tersebut.

2.Wawancara

Wawancara (interview) dalam penelitian ini dapat digolongkan kepada beberapa bentuk, yaitu; interview yang berupa percakapan formal, interview suide-approach, dan interview open ended (McMillan, 1997: 586). Teknik

(30)

memperluas nara sumber dalam penelitian ini. Dengan teknik ini data penelitian yang diperoleh oleh peneliti menjadi lebih lengkap dan komprehensip.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dikaji dalam tesis ini adalah suatu tulisan atau catatan berupa laporan, arsip, atau catatan materi lain, tidak dipersiapkan secara khusus untuk merespon permintaan peneliti. Dokumentasi yang tergolong sebagai sumber informasi dalam penelitian ini meliputi; visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan rencana kerja sekolah pada program kerja sekolah bidang kesiswaan.

Studi dokumentasi ini dituangkan dalam sebuah format berbentuk ringkasan secara tertulis. Struktur ringkasan terdiri atas; identitas, deskripsi dokumen, hubungan dokumen terhadap fokus kajian, rangkuman isi dokumen, unitisasi, dan pertanyaan-pertanyaan untuk penelusuran selanjutnya. Format studi dokumentasi ini juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses analisis, penarikan dan pengujian kesimpulan, serta membangun keabsahan penelitian. 4. Angket (Kuesioner)

(31)

Come, bahwa tujuan dari mixed methods, yaitu metode yang menggunakan teknik pengumpul data kualitatif dan kuantitatif adalah “...is not to replace either of these approaches but rather to draw from the strengths and minimize the

weaknesses of both in single research”. (bjohnson@usouthhal.edu)

Angket diberikan secara langsung atau angket langsung. Tipe pertanyaan pada angket menggunakan tipe tertutup yang memungkinkan responden menjawab dengan cepat, disamping itu, tipe pertanyaan angket tertutup dilakukan untuk memudahkan responden memilih jawaban yang merupakan pilihan-pilihan dari indikator delapan belas karakter yang dikembangkan oleh Puskur maupun Direktorat PSMA.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang dimaksud adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, angket dan studi dokumen sehingga bisa dipahami. Sugiono (2009; 244) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(32)

dalam penelitian ini mengunakan model Miles dan Huberman dengan tahapan analisis data sebagai berikut; 1) data reduction, 2) data display, dan 3) conclusion drawing/verification (Sugiono, 2009; 246). Tahapan analisis data yang dilakukan

melalui tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data.

Sugiono (2009; 247) menjelaskan bahwa reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Pada penelitian ini data yang terkumpul dengan teknik pengumpulan data di atas diolah dan diorganisasikan menurut tema dan polanya. Setelah data-data tersebut terkumpul, kemudia data tersebut diolah sehingga memberikan suatu informasi yang berkenaan dengan fokus penelitian dan dapat mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahapan sebagi berikut:

• Merangkum. Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang informasi yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang terkait dengan program kerja sekolah bidang kesiswaan.

(33)

• Menfokuskan pada hal-hal yang penting. Pada tahapan ini peneliti mengupas dan menganalisis data tersebut sehingga pada akhirnya data yang penting dalam penelitian ini bisa terlihat dengan jelas.

2. Display Data (Penyajian Data)

Data yang diperoleh dan diolah melalui tahapan-tahapan sebelumnya, kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk tabel, grafik, dan phie chard. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan yang mudah dipahami. Miles dan Huberman dalam Sugiono menjelaskan, “looking at displays help us to understand what is happening and to do something further analysis or caution on that

understanding”.(2009; 341)

3. Pengambilan Kesimpulan

(34)
(35)

174 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa poin penting di antaranya;

1. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung secara implisisit telah memuat nilai-nilai karakter bangsa yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Demikian juga nilai-nilai karakter bangsa telah terintegrasi pada program-program sekolah bidang kesiswaan, Baik pada bidang kepemimpinan dan keorganisasian (OSIS), ekstrakurikuler maupun wawasan wiyatamandala. Hal ini dibuktikan melalui hasil kajian beberapa dokumen, yang kesemuaannya membuktikan bahwa nilai-nilai karakter sudah terintegrasi dengan kurikulum, mulai dari visi, misi, tujuan pendidikan sekolah sampai program-program kerja sekolah bidang kesiswaan.

(36)

bahwa nilai karakter religius telah difasilitasi sekolah dengan sangat baik, Namun untuk pengembangan nilai karakter jujur dan gemar membaca, sekolah belum bisa menciptakan suasana yang optimal sehingga penilaiannya dipandang kurang. Namun pengakuan peserta didik itu sendiri mengiakui bahwa nilai karakter religius, mandiri, semangat kebangsaan dan peduli lingkungan adalah sangat baik, Sementara hasil wawancara pada beberapa pembina dan pelatih ekstrakurikuler, guru BK, dihasilkan bahwa nilai karakter bersahabat/komunikatif peserta didik, dipandang sangat baik, namun nilai karakter jujur, demokratif, semangat kebangsaan, cinta tanah air dan gemar membaca menurut hasil wawancara dinilai sangat kurang.

Penilaian hasil pengolahan data, yang dinyatakan secara kualitatif seperti; sangat baik, baik, cukup baik, cukup dan kurang merupakan hasil konversi dari jumlah indikator yang diperoleh. Semakin banyak indikator yang d p iperoleh, maka akan di kelompokan pada pencapaian angka 5, dengan kata lain sangat baik, bila nilai karakter perolehannya menunjuk pada angka 4, maka nilainya baik, angka 3 dipandang cukup baik, nilai 2 dipandang cukup dan apabila perolehannya menunjuk pada angka 1 maka nilainya adalah kurang.

(37)

sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki pada lembaga, khususnya pada program yang dikembangkan. Pelaksanaan dari program-program tersebut dilakukan secara terprogram berkelanjutan, berkembang secara aktif, menyenangkan, khususnya pada pelaksanaan berbagai jenis ekstrakurikuler, dan progam-program OSIS. Sementara untuk pengembangan nilai-nilai yang terkait dengan program wawasan wiyatamandala dilakukan dengan strategi pengkondisian, keteladanan dan bimbingan spontan. Adapun penilaian dari pendidikan karakter belum secara langsung tersurat pada laporan hasil belajar siswa.

4. Visi SMAN 23 Bandung yang ingin mewujudkan lulusannya unggul dalam logika, etika, estetika dan karya, yang berlandaskan agama, sebagian besar dari pernyataan visi tersebut sudah didukung oleh program kerja sekolah bidang kesiswaan, namun masih ada nilai- nilai yang belum direspon dalam bentuk program yang jelas dan mengarah pada pencapaian misi dan visi SMAN 23 Bandung yaitu nilai berlandaskan agama. Pernyataan visi SMAN 23 Bandung berlandaskan nilai-nilai agama hanya didukung oleh program wawasan wiyatamandala, sementara program OSIS dan ekstrakurikuler belum secara eksplisit menuangkannya dalam bentuk program yang jelas. 5. Fator-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan program

(38)

yang bekerja sama dengan kesiswaan dan orang tua siswa. Faktor yang menghambat program-program kesiswaan berasal dari dalam adalah masalah dana. Hampir semua bidang pembina kesiswaan mengeluhkan masalah dana yang belum bisa memenuhi kebutuhan program-program yang dikembangkan. Di samping itu, khusus pada bidang wawasan wiyatamandala, keberadaan sebagian besar pendidik SMAN 23 Bandung masih dirasakan sebagai kendala, karena program-program yang dikembangkannya belum mendapat dukungan sepenuhnya dari mereka, melalui keterlibatan dan kerja sama mereka pada bimbingan spontan. Faktor penghambat dari luar adalah kurangnya dukungan dari organisasi terkait, baik secara materi maupun non-materi pada program yang dikembangkan. Faktor pendukung pada pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan diperoleh dari internal lembaga seperti dukungan secara moril dari kepala sekolah, para pendidik dan tenaga kependidikan, dan dukungan eksternal diperoleh dari pihak orang tua, sehingga program-program yang ada bisa berjalan tanpa hambatan.

B. Rekomendasi

Setelah peneliti menyelesaikan penelitiannya, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal diantaranya:

(39)

2. Nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik hendaknya selalu dikontrol melalui evaluasi program dan memunculkan penilaian karakter peserta didik pada buku laporan siswa.

3. Proses pengembangan program kerja yang dilakukan secara buttom up hendaknya diberi pedoman sebagai arahan pengembangan program kerja yang akan dikembangkan. Dengam demikian akan muncul program-program yang dikembangkan sesuai pedoman yang menyelaraskan program-programnya dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan sekolah, sehingga program tersebut mendukung pada ketercapaian tujuan sekolah, yang sekaligus juga ketercapaian pada misi dan visi sekolah.

4. Sekolah hendaknya lebih aktif dalam mengembangakan program kemitraan dengan lembaga-lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, sehingga program-program kesiswaan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat serta akses yang lebih luas pada masyarakat. Hal ini akan berdampak pada penguatan nilai karakter yang diharapkan muncul pada peserta didik.

(40)

6. Untuk memperkuat dukungan internal pada pengembangan karakter peserta didik, sekolah perlu mengembangkan sistem yang memperkuat budaya sekolah yang didukung oleh seluruh warga sekolah.

(41)

180

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, D.K. (2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta, Garsindo.

Al-Gharuty, F,(2009), Studi Dokumen dalam Penelitian Qualitatif, [online] Tersedia: http://adzelgar.wordpress.com /2009/02/02/ (3 Mei 2011) Bani, (2010), Dasar Teori Pendidikan,[online],

Tersedia:http://blog.unsri.ac.id/bani/pengetahuan/dasar-teori pendidikan/mrldetail/ 14616 ( 15 Maret 2011)

Basri, Seta, (2009), Teori Budaya [online],

Tersedia: http://setiabasri01. blogspot.com. ( 15 Maret 2011)

BNSP. (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah [online]

Tersedia: http://aanhendrayana.files.wordpress.com/2009/03/ktsp.pdf (2 Desember 2010)

Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition. California: Sega Publication

Departemen pendidikan Nasional, (2010), Rencana Kerja Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Departemen pendidikan Nasional, (2007), Standar Pengelolaan, Peraturan Menteri No. 10 Tahun 20007 , Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), Promotion Respect:Peer Mediation, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003), MSDE and MCCE collaborate, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

Ehrlich, R.L, dan Stelle, Jr,Michael, (2003) , Pride Developed in Somerset county, [online] Tersedia: http://www.mdctrcharacter.org/Newsletter/Summer ( 2 April 2011)

(42)

181

Haq, Irvhan, Abdullah, (2010), Perkembangan Peserta Didik, [online] Tersedia:http://my.opers.com/fhanudha/blog ( 3 Maret 2011 )

Hasan,Said.Hamid, (2009), Evaluasi kurikulum, Bandung, Remaja Rosda karya. Husaini, Adian, (2010), Pendidikan Karakter: Penting tapi Tidak Cukup!, [online]

Tersedia:http:// www.insisnet.com (5 Maret 2011)

Hamalik, Oemar, (2008), Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya

Idi, A. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzzmadia

Jalal, Fasli, (2011, Maret), Tiga Strategi Merevitalisasi Gerakan Pendidikan Karakter, [online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia:e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 10 Maret 2011)

Jalaludin, dan Idi, Abdullah, (2007), Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jogkjakarta, Ar Ruzz Media

Jauhari, Effendi, (2008), Pengertian Kebudayaan, [online]

Tersedia: http://jauharieffendi.multiply.com, ( 3 Maret 2011)

Kasan, T. (2009). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press.

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum,( 2010), Pedoman sekolah, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta

Kementerian Pendidikan Nasional, (2010), Pendidikan Perspektif Media, Opini Pendidikan, Antologi Tajuk 2008-2009, edisi ketiga, Jakarta, Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan Nasional

Koesoema, Doni,(2010), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di zaman Global, Jakarta, Grasindo

(43)

182

Lichtman, Marilyn,(2010), Qualitative Research in Education A User’s Guide,United state of America, Sage Publications Asia-Pacific Pte Ltd

Liyod, Courtnye, dan Berlin, Lisa, J, (2002), Research on Adolescent Development, Competence, and Character, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 1 April 2011) Manulang, maribot, (2010), Grand Desain pendidikan karakter, [online]

Tersedia: http://www.Keguruan.ac.id. ( 3 Maret 2011)

Megawati, Ratna, (2011, Maret), Pendidikan Holistik berbasis Karakter,[online] Forum Tenaga Kependidikan, (Media Informasi dan Komunikasi Tenaga Kependidikan), Edisi 1, 62 hal,

Tersedia: e-mail:tendik@kemendiknas.go.id ( 3 Maret 2011)

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Oliva, P, F. (1992). Developinh the Curriculum Third Edition. New York: Harper Collins Publishers

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design second edition. Sydney: Allen & Unwin.

Narbuko,Cholid,Achmadi, Abu,(2009), Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara

McMillan, J. H & Sally Schumacher. (1997). Research in Education. New York Sanfransisco: Longman

Print, Murray, (1993), Curriculum Development and Design, Malaysia, SRM Produktion Services Sdn Bhd.

Rusman, (2009), Manajemen Kurikulum, Jakarta, Raja Grafindo Persada Sadulloh, Uyoh, (2007), Filsafat Pendidikan, Bandung, Cipta Utama.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana

(44)

183

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sekertaris Negara republik Indonesia, (2003), Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Jakarta, Sekretaris Negara republik Indonesia

Shea, Kathleen, (2003) Making The Case for Velues. Character Education: A Brief Review 0f The Literature, [online]

Tersedia: http://www.familyimpactseminars.org/03/02.pdf ( 15 Mei 2011) Sudrajat, Akhmad. (2009), Pendekatan-Pendekatan Dalam Teori Pendidikan,

[online] . Tersedia: http://www.psb-psma.org ( 10 Maret 2011)

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R&D, [cetakan 7], Bandung, Alfabeta.

Sukmadinata,Nana Syaodih,(2009), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Supriatna, mamat, (2010), Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler,[online] Tersedia: http://www.Character.org ( 7 Maret 2011)

Sutawi, MP, (2010), Restorasi Keberadaan Bangsa Melalui Pendidikan Karakter, (Edisi 20), Malang, Malang Post.

Syaodih, N, Sukmadinata. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taruna, Riyanto,M. (2009) Peran Guru dalam Proses Pendidikan, [online] Tersedia: http://blog.unila.ac.id/hairuddin ( 5 Maret 2011)

Tyler, R.W. (1949), Basic principles of Curriculum and Instruction, Chicago, The University of Chicago Press

Udin,( 2010), Grand Design Pendidikan Karakter, Jogja.

Gambar

Tabel 4.19   Pemetaan Misi- Program Pokok Sekolah ...................................
Gambar  1.2    Ruang Lingkup Penelitian ....................................................
Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pengawasan melekat terhadap disiplin kerja pegawai di

Ketelusuran kesehatan ikan dan tindakan karantina sejak dari daerah/negara media pembawa tersebut berasal, kemudian pelaksanaan tindakan karantina terhadap media

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Integrasi Jamkesda ke sistem JKN bagi PBI telah dilaksanakan oleh daerah dengan cara yang berbeda, baik dalam aspek penetapan kriteria, institusi pelaksana verifi kasi dan

Responden yang menilai pelayanan kesehatan mudah diakses cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya dibandingkan dengan responden yang

Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa strategi yang tepat dalam pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan

Suyami (2012) mengatakan bahwa dengan menggunakan media animasi peserta didik mampu mengingat 50% dari yang dilihat, didengar.. dan apa yang dilakukan dalam

Terdapat 3 (tiga) instrumen pokok yang digunakan dalam melakukan pengendalian penggunaan tanah di Kabupaten Temanggung. Ketiga instrumen tersebut adalah: a) Penggunaan Tanah (PT);