• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN BERBASIS NILAI SATYA DAN DARMA PRAMUKA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUDA MANDIRI MELALUI KEGIATAN ALAM TERBUKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN BERBASIS NILAI SATYA DAN DARMA PRAMUKA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUDA MANDIRI MELALUI KEGIATAN ALAM TERBUKA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ……… ii

ABSTRAK ……… iii

ABSTRACT ……… iv

KATA PENGANTAR ……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ix

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR BAGAN ……… xx

DiAFTAR GAMBAR ……… . xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Definisi Operasional ... 17

E. Tujuan Penelitian ... 23

F. Kegunaan Penelitian ... 24

(2)

vi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kepramukaan sebagai Bagian dari Sistem Pendidikan Nasional … 33

B. Implementasi Model Pembelajaran berbasis Nilai sebagai Proses Pendidikan ……… 54

C. Nilai Kemandirian pada Kegiatan Alam Terbuka dalam Kepramukaan ………... 57

D. Satya dan Darma Pramuka sebagai Kode Kehormatan Anggota Pramuka ……….……… 71

E. Kemandirian Generasi Muda ……… 84

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 95

B. Lokasi Penelitian ... 100

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 101

D. Prosedur Pengumpulan Data ...105

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 106

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Empiris Generasi Muda serta Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka di Jawa Barat Saat Ini ... 110

2. Model Pembelajaran Kemandirian Berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ... 133

(3)

vii

Satya dan Darma Pramuka pada Kegiatan Alam Terbuka

dalam Membentuk Generasi Muda Mandiri ... 184

4. Efektifitas Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka dalam Membentuk Generasi Muda Mandiri Melalui Kegiatan Alam Terbuka ……… 203

B. Pembahasan 1 Model pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuk ……… 218

2 Implementasi Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka ……… 221

3 Efektivitas Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka ……… 225

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 230

B. Rekomendasi ……… 237

DAFTAR PUSTAKA ……… 241

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 250

(4)

viii

DAFTAR TABEL

4.1 Data Pembina berdasarkan Lamanya Menjadi Pembina di

Gugusdepan ……… 126 4.2 Pemahaman Pembina terhadap Ide Dasar Pendidikan Kepramukaan .. 127 4.3 Latar Belakang Pendidikan Kepramukaan Pembina Pramuka ……… 128 4.4 Perkembangan SKU Golongan Penggalang ……… 132 4.5 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Siaga terhadap

Kegiatan Berkemah ……… 135 4.6 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penggalang terhadap Kegiatan Berkemah ……… 137 4.7 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Perilaku Mampu

Berinisiatif Dalam Kegiatan Berkemah ……… 139 4.8 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu

Menyelesaikan Masalah Dalam Kegiatan Berkemah ……… 142 4.9 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Percaya Diri

dalam Kegiatan Berkemah ………. 144 4.10 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Berkemah ……….. 146 4.11 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penegak dan

Pandega terhadap Kegiatan Berkemah ……… 151 4.12 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Perilaku Mampu

(5)

ix

4.13 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu

Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Berkemah …………. … 155 4.14 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa

Rasa Percaya Diri dalam Kegiatan Berkemah ………... 158 4.15 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri tanpa

Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Berkemah ……… 159 4.16 Tingkat Ketertarikan Peserta Pramuka Siaga terhadap Kegiatan

Pengembaraan / Petualangan ………... 164 4.17 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penggalang terhadap Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……… 165 4 18 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Berinisiatif …… 166 4.19 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ………. 167 4.20 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa Percaya Diri dalam Kegiatan Pengembaraan /Petualangan ……….. 169 4.21 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

Tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Pengembaraan /

Petualangan ……….. 170 4.22 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Penegak Dan Pandega

terhadap Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……… 172 4.23 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Berinisiatif dalam

(6)

x

4.24 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Pengembaraan /Petualangan ………. 176 4.25 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa

Percaya Diri dalam Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……….. 178 4.26 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Pengembaraan /

Petualangan ………. 179 4.27 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penegak dan

Pandega terhadap Kegiatan Survival ……… 182 4.28 Sikap Responden Terhadap Penanaman Nilai Kemandiria Dalam

Kegiatan Survival ………... 183 4.29 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 185 4.30 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ……… 185 4.31 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Keikutsertaan dalam

Golongan Keanggotaan Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan

Pandega .. ………. 186 4.32 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

Kegiatan Berkemah……….. 186 4.33 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ………... 187 4.34 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

(7)

xi

Perilaku Mampu Berinisiatif ……… 206 4.36 Sikap Responden terhadap Efektivitas Model dalam Membentuk

Perilaku Mampu Menyelesaikan Masalah ……….. 208 4.37 Sikap Responden terhadap Efektifitas Model dalam Membentuk

Perilaku Mampu Memiliki Rasa Percaya Diri ………. 210 4.38 Sikap Responden terhadap Efektifitas Model dalam Membentuk Perilaku

(8)

xii

DAFTAR BAGAN

(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Konsep Penelitian .……… 32

2.1 Hubungan Model Pendekatan Pendidikan Nonformal terhadap Pendidikan Formal ……… 38

2.2 Sistem Pendidikan Nasional ………... 42

2,3 Tiga Komponen Proses Pendidikan ……...………. 49

2.4 Metode Kepramukaan ………. 82

2.5 Model Proaktif……….………. 85

2.6 Ketergantungan Menuju Kemandirian ………..………… 87

2.7 Mementingkan Diri Menuju Kepedulian kepada Orang Lain ……….. 88

4 1 Model Pembelajaran Kemandirian ………..………… 221

4 2 Implementasi Model Pembelajaran Kemandirian ……… 225

(10)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menegaskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Selanjutnya pasal 13 ayat (1) undang-undang tersebut menegaskan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” Pendidikan nonformal lebih diarahkan untuk membina, membimbing generasi muda dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan untuk menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan pendidikan informal lebih diarahkan kepada penanaman nilai-niali kebiasaan dalam keluarga, tata karma dalam keluarga, kerukunan, persaudaraan yang membentuk kekuatan diri baik secara individu, dalam komunitas keluarga serta dalam kehidupan bermasyarakat. Gerakan Pramuka memadukan dan mengembangkan kedua jalur pendidikan tersebut melalui metode kepramukaan yang dapat menjadikan generasi muda yang memiliki keterampilan serta nilai yang universal sebagai generasi muda yang tangguh dan mandiri. Gerakan Pramuka menghantar generasi muda

(12)

meraih kedewasaannya yang memiliki nilai serta kualitas diri sesuai dengan tujuan nasional yang mengandung aspek intelektual, moral, dan estetik. Pendidikan Luar Sekolah baik itu jalur pendidikan nonformal maupun pendidikan informal saat ini telah mendapat perhatian dari pemerintah terbukti dengan meningkatnya peranan PLS yang berkembang dari tingkat pusat sampai daerah. Namun demikian secara kualitas baik kelembagaan maupun proses pendidikannya sendiri masih banyak sekali kekurangan dan kelemahannya, sehingga berpengaruh besar terhadap proses pembentukan kemampuan serta pengembangan watak, karakkter generasi muda bangsa saat ini. Kaitannya dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Kepres no. 24 tahun 2009 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka menegaskan bahwa kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam kegiatan yang menarik dan menyenangkan, dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, karakter kepribadian mandiri. Kegiatan kepramukaan dilakukan di alam terbuka akan memiliki dua nilai yaitu pertama adalah nilai formal atau pembentukan watak (character building), nilai materiil yaitu nilai kegunaan praktisnya. Dengan demikian kepramukaan merupakan proses nilai yang diimplementasikan dalam turut mengembangkan karakter generasi muda yang tangguh, cerdas serta mandiri melalui model pembelajaran yang kooperatif dan akomodatif.

(13)

dan tangguh melalui self education. Sepanjang perjalanan hidupnya melalui komitmen diri berusaha membentuk dirinya sendiri dengan bimbingan orang dewasa memecahkan masalah sendiri dan berusaha sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungan dalam setiap menghadapi masalah, rintangan dan tantangan. Masalah kemandirian sangat lekat dengan sifat kepribadian yang melekat pada setiap individu yang merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta pengalaman dalam proses kehidupannya. Manusia akan terus belajar untuk mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dan lingkungannya yang pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Oleh karena itu kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara komulatif dari beberapa aspek antara lain aspek emosi, ekonomi, sosial, dan intelektual. Kecerdasan genersi muda kita perlu ditopang oleh pendidikan watak, karakter, serta penanaman rasa tanggung jawab moral yang tinggi. Hal ini sangat diperlukan dalam proses pembentukan manusia mandiri sebagai sumber daya manusia yang handal sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional kita.pada

(14)
(15)

serta malapetaka lainnya. Semuanya menelan korban yang tidak sedikit. Kejadian tsunami saja di Indonesia sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 2007 tercatat 213.254 tewas, belum yang tidak terdata, belum yang luka. Bencana tersebut telah memporak porandakan sarana prasarana sumber pokok hidup dan kehidupan manusia yang berpengaruh besar terhadap kondisi social, ekonomi serta kultur setempat. Bangunan tempat tinggal, jalur transfortasi, sarana dan prasarana pendidikan serta kegiatan sosial ekonomi lainnya turut memperparah pengaruh negatip terhadap perilaku masyarakat terutama terhadap generasi muda kita. Kondisi keluarga yang memerlukan rehabilitasi untuk kembali menjadi keluarga yang berfungsi sebagai pusat pendidikan pertama untuk individu-individu didalamnya.

(16)

mengembangkan nilai-nilai kehidupan pada lingkungannya terutama pada generasi muda.

Masyarakat terdiri dari kesatuan orang, kelompok, keluarga, yang merupakan komunitas tertentu. Hal tersebut terbentuk karena kepentingan yang sama, ikatan adat istiadat atau budaya, kewilayahan, serta hal lain yang mendorong terbentuknya komuninas tersebut. Perkembangan masyarakat nampak dari bergesernya pola hidup dari masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang kompleks, atau dari masyarakat yang bersifat homogin ke masyarakat yang heterogin. Kesemuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan generasi muda yang sedang mencari bentuk.

Kondisi generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, antara lain timbulnya kenakalan remaja, narkoba, tawuran, geng-gengan, serta kasus-kasus lainnya. Keadaan yang serba mudah dan serba ada mengakibatkan kemalasan untuk menghadapi tantangan sehingga membunuh kreatifitas dan lunturnya nilai kemandirian. Rendahnya kemandirian merupakan kualitas diri yang berakibat lemahnya potensi bangsa yang harus segera diatasi melalui pendidikan nilai yang diimplementasikan melalui model pembelajaran kemandirian dibawah binaan, bimbingan orang dewasa yang ada di sekelilingnya. Contoh kecil dari kenakalan remaja antara lain :

(17)

2. Hasil survai Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak di 33 propinsi Januari sampai dengan Juni 2006 menyimpulkan :

a. 97 % remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno.

b. 93,7 % remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genetial stimulation dan oral seks.

c. 62,7 % remaja SMP tidak perawan. d. 21,2 % remaja mengakui aborsi.

3. Data Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP Jawa Barat) tahun 2001-2008 tercatat penyalahgunaan Narkoba dari 3817 kasus pada tahun 2001 meningkat rata-rata sebesar 42,48 % pertahun. Tersangka kasus Narkoba dari 4924 orang menjadi 31635 orang atau meningkat 49,5 % pertahun (BNP Jawa Barat). Data dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat pengguna NAFZA tahun 2007 tercatat usia 6-18 tahun sebanyak 1324 orang dan usia 19-59 tahun sebanyak 9648 orang.

4. Data dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, tercatat siswa melihat guru merokok 91 %, 4 % tidak melihat, dan 5% tidak tahu. Malah berdasarkan hasil penelitian Fakultas Kesehatan Muhammadiyah diperoleh data bahwa sebanyak 31 % remaja SMP dan SMA di Jakarta sudah merokok sejak usia 15 tahun. !,9 % mengaku sudah merokok sejak usia 4 tahun (Hamka).

(18)

Upaya telah banyak dilakukan antara lain melalui kegiatan pembelajaran serta proses pendidikan baik pendidikan formal, nonformal maupun informal. Namun upaya tersebut belum efektif, terutama dalam proses implementasi ketiga jalur pendidikan tersebut yang belum utuh, belum terpadu, dan belum sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Dengan demikian dituntut adanya peningkatan, intensitas dan kualitas pelaksanaan nilai yang dapat membentuk dan menumbuhkan komitmen diri menjadi generasi muda yang mandiri untuk menghadapi fenomena sosial yang telah berkembang menjadi masalah sosial. Disamping masalah sosial sebagai mana disinggung diatas juga terjadinya masalah kebangsaan yang sangat mengancam keutuhan negera kita yang kita cintai. Masalah tersebut menurut Azrul Azwar ( 2011) antara lain : “Solidaritas sosial rendah, semangat kebangsaan rendah, semangat bela Negara rendah serta semangat persatuan dan kesatuan rendah”. Ini semua memerlukan perhatian serius dari semua potensi bangsa, terutama para pemegang kebijakan serta para pendidik, dan para tokoh masyarakat terutama para orang tua yang bersangkutan. Diperlukan ketekunan dan kesungguhan dalam meningkatkan prestasi dalam pendidikan nasional kita sehingga tercipta generasi muda masa depan bangsa yang mandiri, unggul dan proposional. Itu semua adalah merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebangsaan yang akan mampu mengatasi, menyelesaikan masalah serta tantangan pembangunan yang makin kompleks.

(19)
(20)

Kegiatan alam terbuka termasuk pendidikan nonformal yang berfungsi membentuk watak, kepribadian, cinta alam dan kasih sayang kepada sesama hidup. Manusia pada dasarnya dapat memahami makna kehidupan ini dari alam terbuka. Permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana. Dengan kesederhanaan akan memudahkan untuk memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk ciptaan Tuhan yang penuh rahasia beserta permasalahannya. Kegiatan di alam terbuka memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya. Kegiatan alam terbuka tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan perkemahan, kegiatan pengembaraan / petualangan dan kegiatan / pelatihan survival yang merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan kepramukaan.

(21)

golongan Penggalang usia 11 sampai 15 tahun, golongan Penegak usia 16 sampai dengan 20 tahun, dan golongan Pandega usia 21 sampai dengan 25 tahun. Setiap golongan memiliki Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK) dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) sebagai kurikulum yang harus ditempuh.

(22)
(23)

penyimpangan, kelemahan, dan kekurangan efektifitas tersebut untuk bahan perbaikan, pelurusan, serta peningkatan peran Gerakan Pramuka dalam proses pembangunan sumber daya manusia yang utuh dan serasi dengan alam lingkungannya.

Dihubungkan dengan kondisi generasi muda saat ini, peneliti memfokuskan penelitian pada implementasi model pembelajaran kemandirian yang berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dengan harapan metode kepramukaan yang berintikan nilai tersebut secara efektif dapat menjadi solusi handal menghadapi permasalahan generasi muda saat ini sesuai deengan visi dan misi Gerakan Pramuka.

(24)

semesta yang penuh rahasia sebagai nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedangkan kegiatan survival merupakan kegiatan yang penuh kesadaran untuk membentuk diri menjadi manusia yang memilki kemampuan untuk berhasil dalam mengatasi setiap permasalahan, tantangan dan hambatan melalui tindakan yang konstruktif. Ketiga kegiatan tersebut saling mengisi, diformulasikan melalui kegiatan kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka dengan metode kepramukaan yang berbasiskan nilaik Satya dan Darma Pramuka berupa untuk membentuk generasi muda yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa masalah yang akan menjadi bahan penelitian pada desertasi ini, antara lain :

1. Kondisi generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, antara lain timbulnya kenakalan remaja, narkoba, tawuran, geng-gengan, serta kasus-kasus demoralisasi lainnya yang sangat mengkhawatirkan perkembangan generasi muda, sebagai dampak dari globalisasi.

(25)

3. Masyarakat, khususnya generasi muda saat ini kurang akrab dengan lingkungan sehingga alam yang menjadi tumpuan hidup kita, menjadi pemuas pola hidup yang mengorbankan keutuhan alam semesta, karena ketidak mengertian dan atau kurang tangguh menghadapi masalah serta kurang memiliki kemandirian serta hilangnya rasa tanggungjawab baik sebagai pribadi maupun sebagai warga nagara.

4. Kegiatan / pelatihan dalam kepramukaan lebih banyak diformalkan di sekolah, sehingga kepramukaan sebagai lembaga pendidikan luar sekolah tidak terasa. Keleluasaan untuk menjadikan alam terbuka sebagai sarana pendidikan kepramukaan kurang dimanfaatkan terutama kegiatan / pelatihan perkemahan, pengembaraan / petualangan serta kegiatan/pelatihan survival yang sangat efektif dalam membentuk kemandirian generasi muda.

5. Metode Kepramukaan yang merupakan model pembelajaran dalam pendidikan kepramukaan saat ini belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, dirasakan banyak kekurangan, kelemahan dan penyimpangan, sehingga perlu di revitalisasi agar pendidikan kepramukaan menjadi solusi handal mengahadap / mengatasi masalah generasi muda saat ini

(26)

7. Dengan kondisi tersebut diatas mengakibatkan lemahnya kualitas generasi muda kita dalam menghadapi kondisi tersebut diatas, sehingga mereka kurang mampu menghadapi pola hidup yang merugikan dirinya. Demikian pula kurang / tidak mampu menghadapi tantangan alam yang setiap waktu bisa terjadi pada dirinya.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan terdahulu, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sejauhmana metode kepramukaan yang diimplementasikan melalui kegiatan di alam terbuka efektif dapat membentuk generasi muda mandiri. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian dapat dijabarkan kedalam pertanyaan sebagai berikut :: 1. Bagaimana kondisi empiris generasi muda serta model pembelajaran

kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat? 2. Bagaimana model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka pada kegiatan alam terbuka dapat membentuk generasi muda mandiri ?

(27)

D. Definisi Operasional.

1. Nilai dalam penelitian ini adalah nilai dalam sistem pendidikan nasional, identik dengan tujuan nasional yang mengandung aspek intelektual, moral dan estetik. Nilai adalah sesuatu yang dirasakan oleh seseorang sebagai pendorong dan prinsip hidup, karena nilai menduduki tempat yang penting dalam kehidupan seseorang yang bersentuhan dengan akhlak, norma hidup serta perilaku terpuji sebagai modal dasar dalam hidup dan kehidupannya. Ni Uyoh Saduloh (2003 : 38 s.d 40) mengemukakan ada beberapa karakteristik nilai, yaitu :

a. Nilai obyektif

Nilai obyektif memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia, memiliki nilai intristik. Semua mengakui bahwa pendidikan adalah baik dan benar

b. Nilai subyektif

Nilai subyektif memiliki preferensi pribadi, karena sebagai hasil penilaian seseorang. Baik atau berharga bukan karena nilai instrinsik yang ada pada dirinya, melainkan karena manusia telah menilainya. Pendidikan berharga sebagai hasil penelitian manusia atau karena manusia menilainya berharga.

c. Nilai absolut

Nilai absolut adalah nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras maupun kelas sosial.

Rahmat Mulyana (2004 : 17) mengemukakan bahwa: “nilai pada umumnya dapat mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk)”. Nilai adalah pendidikan moral yang mengajarkan berbagai kebenaran yang bersifat scientific, filosofis maupun religious.

(28)

akan dihasilkan. Kedua, suatu contoh sebagai tiruan dari pada aslinya. Ketiga seperangkat faktor atau variable yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan unsur yang menggambarkan suatu kesamaan sistem. Sementara itu Ishaq dalam Suprayogi (2005:13) mengemukakan:

Model adalah refresemtasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu, Model tersebut dapat membantu membedakan hal-hal yang esensial dan tidak esensiali situasi masalah. Model juga merupakan alat artificial untuk menyusun secara imjinatif dan menginterpretasikan pengalaman seseorang tentang situasi masalah.

Dengan demikian model dalam penelitian ini adalah suatu pola atau metode tentang pendidikan kepramukaan dalam membentuk generasi mandiri melalui kegiatan alam terbuka.

3. Mandiri berarti keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Steinberg dalam Santrok.J.W (1995:289) mengemukakan bahwa kemandirian memiliki tiga type yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai. Menurut Imam Barnadib dalam Mu’tadim.Z (13-12-2009.8.06) mengemukakan bahwa kemandirian adalah meliputi perilaku yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian juga merupakan suatu keadaan sehingga seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

(29)

menjadi sasaran penelitian ini adalah generasi muda yang diklasifikasikan berdasarkan usia 7 sampai 25 tahun, dengan tingkat usia sebagai berikut : 7 sampai dengan 10 tahun dinamakan golongan siaga, 11 sampai 15 tahun disebut dengan golongan penggalang, 16 sampai 20 tahun golongan penegak, dan 21 sampai 25 tahun golongan pandega.

5. Gerakan Pramuka adalah Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan nonformal, di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda berlandaskan sistem among dengan menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan.

Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisiknya sehingga menjadi :

a. Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, emosinal, dan tinggi moral.

2) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya. 3) Kuat dan sehat jasmaninya.

(30)

Negara, melalui kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan baik lokal, nasional mupun internasioanal.

6. Satya dan Darma Pramuka adalah nilai yang merupakan kode kehormatan yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut Darma. Kode kehormatan pramuka tersebut merupakan nilai, kode etik anggota gerakan pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat yang diterimanya dengan sukarela serta demi kehormatan dirinya. Kode kehormatan pramuka tersebut disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya, yaitu untuk Siaga terdiri atas Dwisatya dan Dwidarma, golongan Penggalang terdiri atas Trisatya Penggalang dan Dasadarma, untuk golongan pramuka Penegak / Pandega terdiri atas Trisatya Penegak / Pandega dan Dasadarma, untuk golongan Pramuka Dewasa terdiri atas Trisatya anggota Dewasa dan Dasadarma.

7. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses, cara, yang dilakukan oleh orang dewasa dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik atau kaum muda untuk memiliki pengalaman belajar. Pembelajaran yang “menitik beratkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu / fasilitator “ (Djudju Sudjana,2005:37).

(31)

integritas emosi, intelek,dan perbuatan. Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan yang menekankan kesesuaian bathin antara anak dan alam semesta, lingkungan hidup mereka dengan bimbingan serta pembinaan orang dewasa.

9. Kegiatan alam terbuka dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan di alam bebas untuk mengenal ciri-ciri alam mencari pengalaman untuk hidup menghadapi makna hidup dan tantangan alam melalui latihan yang sungguh-sungguh di bawah binaan orang dewasa. Kegiatan tersebut berupa perkemahan, petualangan / pengembaraan dan kegiatan dan survival.

(32)

11. Pengembaraan/petualangan adalah kegiatan perjalanan ke daerah baru yang dapat dilakukan di hutan, rimba, gunung, pantai, sungai, untuk mendalami, memahami kehidupan di alam semesta, yang penuh rahasia. Alam semesta adalah sumber kearifan dan tempat belajar semua orang, Itu sebabnya Tuhan dalam berbagai kitab suci menyuruh manusia membaca makna yang ada di alam semesta (Djamaludin Ancok, 2002: 3). Dalam Gerakan Pramuka pengembaraan merupakan kegiatan yang secara langsung untuk mencapai tujuan kepramukaan. Pengembaraan / petualangan merupakan metode pembentukan watak melalui kagiatan alam terbuka dimulai sejak usia golongan siaga. Ditingkatkan pada usia golongan penggalang, penegak dan pandega sehingga mereka secara bertingkat mengenal kehidupan yang memiliki asas manfaat terhadap sesama manusia dan alam lingkungan dengan bobot yang berbeda.

(33)

Adiyuwono ( 1993 : 1 ) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan survival disini adalah “ kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan di sekelilingnya “. Sebelumnya ia menegaskan bahwa kemauan dan kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup dalam lingkungan dan sekitarnya merupakan naluri manusiawi yang merupakan penjelmaan dari daya makhluk yang sempurna serta naluri ini tumbuh, berkembang dengan sendirinya.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran model pembelajaran kemandirian pada pendidikan kepramukaan serta efektifitasnya terhadap pembentukan generasi muda mandiri. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapatkan dan mengetahui kondisi empiris generasi muda serta model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat.

2. Mengetahui dan memahami penerapan model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dalam membentuk generasi muda mandiri

(34)

4. Mengetahui dan memahami efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun secara praktis terhadap pengetahuan dan pengalaman hidup serta dalam khasanah ilmu pengetahuan yang menunjang proses pendidikan nasional.

1. Kegunaan teoritis

a. Memberikan sumbangan dalam aspek teori (keilmuan), yaitu bagi pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang pendidikan terutama dalam pendidikan non formal melalui metode kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan.

b. Menggali pendekatan baru dalam kegiatan alam terbuka sebagai proses pendidikan yang berfungsi membentuk watak dan kemandirian.

2. Kegunaan praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil keputusan di bidang pendidikan bahwa kegiatan / pelatihan alam terbuka perlu mendapat perhatian tersendiri.

(35)

memberikan kejelasan bahwa gerakan pramuka merupakan lembaga pendidikan di alam terbuka yang di dalamnya terdapat kegiatan kepemudaan.

c. Menjadi informasi untuk memberikan rangsangan kepada semua orang tua dan masyarakat bahwa kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka sangat penting turut membantu pendidikan anak-anak mereka menjadi anak yang tangguh dan mandiri.

G. Kerangka teori dan kerangka pikir penelitian

1. Kerangka teori penelitian

a. Filsafat dan konsep pendidikan yang mendasari penelitian ini adalah konsep pendidikan yang menopang “ pendidikan nonformal yang menitik beratkan upayanya untuk membantu peserta didik sehingga mereka mengoptimasikan perkembangan intelek, perasaan, keterampilan dan aspirasinya” (D.Sudjana, 2008:14). Filsafat yang menopang terhadap pendidikan nonoformal tersebut antara lain :

(36)

terutama terhadap pembentukan, perkembangan serta pertumbuhan generasi muda menuju kedewasaan yang tangguh dan mandiri.

2) Filsafat idealisme, yaitu dikembangkannya kemampuan rohaniah, pikiran, jiwa atau potensi peserta didik yang berupa kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan aspirasinya sesuai dengan pendidikan luar sekolah. Berdasarkan filsafat idealisme, pendidikan nonformal perlu mendinamisasi dua hal yaitu meningkatkan kesadaran dan keakraban peserta didik terhadap seluruh potensi rohaniah yang dimiliki dirinya serta mengembangkan hubungan yang selaras antara unsur rohaniah peserta didik dengan lingkungannya.

3) Filsafat realisme berpandangan bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan mutlak. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari kenyataan yang ada di lingkungannya. Dalam aliran realis alamiah dan realis ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan hendaknya memuat bahan belajar inti (core) yang memungkinkan peserta didik dapat memahami lingkungan

atau alam sekitar secara cepat.

4) Filsafat naturalistis, yaitu filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mempunyai kemampuan bertindak bebas secara alami dan dapat menumbuhkan, menjadikan manusia aktif, kreatif, berkembang serta mampu mengadakan cita, rasa, dan karsa.

(37)

Menurut aliran ini, manusia sederajat dengan lingkungan, dan keduanya mempunyai tanggung jawab sama, karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan.

6) Filsafat eksistensialisme, yaitu yang mengatakan bahwa manusia mempunyai eksistensi yang harus direalisasikannya dalam suasana kebebasan yang bertanggung jawab. Pendidikan harus memberi bekal yang luas dan komprehensip dalam semua segi kehidupan serta peserta didik memiliki pilihan bebas yang dipertanggung jawabkannya.

Selanjutnya ada lima aksioma filosofis paradigma naturalistik (Mudyahardjo 2010 : 150 ) yaitu :

1) Hakikat kenyataan ( ontology ). Hakikat kenyataan adalah jamak, terstruktur dan holistik.

2) Hubungan subyek dengan obyek ( epistemology ). Memiliki hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat dipisahkan.

3) Kemungkinan generalisasi ( logika ). Mengembangkan sosok pengetahuan yang bersifat ideografis.dalam bentuk .

4) Kemungkinan hubungan sebab-akibat ( logika ). Merupakan sebuah keadaan yang terbentuk bersama-sama secara serempak, sehingga tidak mungkin mmbedakan sebab-sebab dari akibat-akibatnya.

(38)

b. Teori pembelajaran yang digunakan, terdiri dari :

1) Teori koneksionisme. Teori koneksionisme menjelaskan bahwa belajar, baik pada hewan maupun manusia berlangsung menurut prinsip yang sama, yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara kesan panca indera dengan tindakan.

2) Teori Conditioning. Menurut teori ini belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yang berupa rangsangan. Pengkondisian dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu menimbulkan proses belajar.

3) Teori Gestalt ( bentuk ). Menurut teori ini inti belajar adalah wawasan (insight). Dalam wawasan itu, kelima hukum tersebut yaitu pragmanz, kesamaan, keterdekatan, kuntinuasi, dan ketertutupan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

4) Teori Medan. Teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin dengan formula B = f ( P,E ). Artinya perilaku ( behavior) sebagai perolehan belajar adalah fungsi individu (person) dan lingkungan ( environment ). Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.(H.D.Sudjana, 2005:56) c. Konsep Pendidikan Luar Sekolah yang menampilkan pendapat para akhli di

(39)

d. Teori tentang pengaruh timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam semesta memiliki kontribusi sangat besar terhadap proses implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

e. Visi dan misi pendidikan kepramukaan melalui metode kepramukaan berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka akan merangsang terbentuknya kemandirian serta akan menjadi solusi handal mengatasi masalah kepemudaan saat ini.

2 Kerangka Pikir Penelitian

(40)

Gerakan Pramuka sejak dari kelahirannya telah memiliki model konseptual pembelajaran kemandirian yaitu penanaman Prinsip Dasar serta penerapan Metode Kepramukaan berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka melalui sistem among Penelitian ini untuk mengkaji dan mengetahui efektivitas model pembelajaran kemandirian tersebut dapat membentuk generasi muda yang diharapkan Penelitian ini difocuskan kepada terwujudnya pemahaman bahwa model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka bila dilaksanakan dengan benar, sangat efektif dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan mandiri, sehingga Gerakan Pramuka menjadi solusi handal menghadapi masalah kaum muda saat ini

(41)

survival Model tersebut diperkuat oleh asumsi bahwa Gerakan Pramuka memperkuat dan melengkapi pendidikan karakter generasi muda yaitu :

1. Turut menyumbang pada pendidikan nonformal terhadap generasi muda melalui system nilai yang didasarkan kepada Satya dan Darma Pramuka 2. Pendidikan kepramukaan menerapkan Prinsip Dasar dan Metode

Kepramukaan yang membuat masing-masing individu menjadi penggerak utama dalam pengembangan dirinya sendiri untuk menjadi orang yang mandiri

3. Kegiatan perkemahan, pengembaraan / petualangan dan kegiatan survival mendekatkan, mengakrabkan diri dengan alam sehingga generasi muda kita mampu menghadapi fenomena alam yang menimpa dirinya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan dapat membentuk generasi muda yang memiliki ketahanan spiritual, ketahanan emosional, ketahanan sosial, ketahanan intelektual dan ketahanan fisik sehingga menjadi generasi muda yang tangguh dan mandiri yaitu generasi muda yang memiliki perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi / memecahkan masalah, memiliki rasa percaya diri, serta mampu malaksanakan sendiri tanpa bantuan orang lain

Kesimpulannya adalah bahwa kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan sangat efektif dalam membentuk generasi muda mandiri serta dapat menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini

(42)

Kondisi generasi muda sebagai pengaruh lingkungan dalam era globalisasi

Rumusan masalah : Bagaimana model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dapat membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka

Tujuan :

- Mengetahui dan memahami bahwa model pembelajaran

kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka pada kegiatan alam terbuka dapat membentuk generasi muda mandiri - Pendidikan

kepramukaan menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini

Landasan teori : - Pendidikan

Nonformal - Teori

pengembang an diri pada pembentuka n karakter - Teori pembelajara n - Teori kemandirian

Metodologi :

Pendekatan kualitatif dibantu pendekatan kuantitatif Model pembelajaran kemandirian :

- Penerapan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaa n

- Kegiatan di alam terbuka berupa perkemahan, pengembaraa n/ petualangan dan survival

Hasil penelitian :

- Ketahanan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik - Mampu berinisiatif, mampu memecahkan/m engatasi masalah, memiliki rasa percaya diri, mampu melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain

Kesimpulan :

- Kegiatan di alam terbuka melalui pendidikan kepramukaan sangat efektif dalam membentuk generasi muda mandiri - Pendidikan kepramukaan dapat menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini.

Asumsi

1. Turut menyumbang kepada pendidikan generasi muda melalui system nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.

2. Pendidikan kepramukaan yang menerapka Prinsip Dasar serta metode yang membuat masing masing individu menjadi penggerak utama dalam pengembangan dirinya sendiri untuk menjadi orang yang mandiri.

[image:42.842.76.720.93.495.2]

3. Kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan serta survival mengakrabkan diri dengan alam, sehingga mereka mampu menghadapi fenomena alam yang menimpa dirinya.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

(43)
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bahwa model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka dalam pendidikan kepramukaan dapat membentuk generasi muda mandiri. Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan nilai yang sangat efektif bila dilaksanakan melalui prinsip dasar serta metode kepramukaan yang benar. Melalui penelitian ini diharapkan model pembelarajaran tersebut dapat diterapkan menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat.

Bab III ini menjelaskan metode dan prosedur penelitian, mulai dari persiapan sampai akhir penelitian, instrumen yang digunakan serta unsur- unsur lainnya yang terkait dan terlibat dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu pendekatan dan metode penelitian, lokasi penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpolan data, serta teknik pengolahan data dan analisa data

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian dikemukakan Creswell dalam Emzir (2008:9) menyebutkan ada tiga yaitu pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif dan pendekatan gabungan (mixed methods Approach). Dalam penjelasannya Emzir (2008:28-29) mengemukakan :

(45)

Pendekatan mixed method merupakan salah satu pendekatan yang cenderung didasarkan pada paradigma pengetahuan pragmatic (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah dan pluralistik). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian yang melibatkan pengumpulan data baik secara simultan maupun secara sequensial untuk memahami masalah penelitian sebaik-baiknya. Pengumpulan data juga melibatkan perolehan baik informasi nimerik (melalui instrument) maupun informasi teks (melalui interview) sehingga data base akhir mempresentasikan baik informasi kuantitatif maupun kualitatif.

Alam Bryman dalam Julia Branen (2005:84) mengemukakan bahwa:

Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif. Karena misalnya peneliti tidak bisa berada pada lebih dari satu tempat di saat bersamaan. Jika tidak, mungkin tidak seluruh masalah dapat diterima semata bagi penelitian kuantitatif atau semata bagi penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif membantu penelitian Kualitatif. Biasanya, ini berarti penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan obyek bagi penelitian kualitatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan, dalam arti bahwa pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dibantu dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karenanya aspek-aspek yang berkaitan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif tetap diperhatikan dalam penelitian ini.

Pendekatan kualitatif dilakukan terhadap situasi yang kompleks khususnya kondisi generasi muda yang saat ini menjadi fenomena sosial dan sudah menjadi masalah sosial. Fokus penelitian diarahkan kepada tiga unsur yang akan memunculkan persoalan tertentu, yaitu konsep, data empiris, dan pengalaman. Pertimbangannya adalah sebagai berikut:

(46)

2) Pendekatan ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden.

3) Pendekatan ini lebih mudah dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Selanjutnya dalam pendekatan kualitatif Sudarwan Danim (2002: 52) mengemukakan ada enam metode penelitian. Dari enam metode tersebut peneliti mengambil empat metode penelitian yaitu metode penelitian fenomenologi, penelitian etnografi, penelitian histotis, dan penelitian kasus.

Penelitian fenomenologi yaitu penelitian yang bersifat induktif melalui pendekatan deskriptif dari filsafat fenomenologi. Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang dengan kehidupan termasuk interaksinya dengan orang lain. Penelitian fenomenologi didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi. Penelitian ini sangat relevan digunakan dalam penelitian ini mengingat perkembangan jiwa, perilaku seseorang serta hidup dan kehidupan seseorang dibentuk serta ditumbuhkan oleh proses pendidikan lingkungannya dalam usaha menuju kedewasaannya yang mandiri. Pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya adalah sebagai wujud interaksi antara dirinya dengan lingkungan yang dialami sejak kecil sampai dewasa melalui pendidikan formal, nonformal dan informal.

(47)

serta budaya setempat menjadi materi dasar yang ditanamkan terhadap peserta didik/ anggota muda pramuka. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan perkembangan perilaku generasi muda menuju terbentuknya generasi muda yang mandiri yang taat serta turut bertanggung jawab terhadap norma kehidupan, budaya hidup dan kehidupan dalam lingkungannya.

Penelitian historis digunakan dalam penelitian ini adalah untuk merekontruksi kondisi masa lampau secara obyektif, sistimatis dan akurat tentang perkembangan generasi muda kita. Peneliti berusaha untuk memperoleh data dari catatan-catatan atau laporan-laporan verbal yang berupa narasi deskriptif atau analisis terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul pada rentang waktu lama atau cukup lama di masa lampau yang dialami oleh seseorang atau komunitas. Keberhasilan setelah dewasa, didapat dari responden yang mengalami psoses latih diri dan berkembang dalam masa ke masa yang membentuk dirinya menjadi dewasa seperti sekarang ini. Masa yang untuk dirinya terutama generasi muda yang sedang berkembang atau mencari bentuk akan menemui masalah-masalah serta fenomena sosial.

(48)

Sifat data yang akan dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bercorak naturalistik, karena situasi lapangan bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya.

Dengan demikian pendekatan kualitatif dilakukan, untuk menjelaskan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai yang tidak sekedar menyangkut pengetahuan yang dapat dibahasakan melainkan juga menyangkut pengetahuan yang tidak dapat dibahasakan yang hampir tidak mungkin diperoleh lewat pendekatan rasionalistis seperti halnya pengamalan kode kehormatan pramuka, yaitu Satya dan Darma Pramuka.

Selanjutnya untuk membantu menjelaskan efektivitas model pembelajaran kemandirian di alam terbuka, maka diperlukan usaha untuk mengetahui korelasi yang nyata antara pengaruh kegiatan alam terbuka terhadap tumbuh kembangnya kemandirian pada generasi muda, perlu di uji dengan metode kuantitatif.

Penelitian tahap awal melalui wawancara baik secara berkelompok maupun secara individual, pada tahap berikutnya penelitian melalui metode pertanyaan terstruktur terhadap delapan unsur responden. Tahap akhir penelitian, peneliti menggunakan metode atau pendekatan kuantitatif. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan gabungan.

(49)

kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka melalui kegiatan di alam terbuka..

Penelitian inipun bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori yang didasarkan atas data yang sebenarnya tentang proses pembentukan watak, karakter yang dapat membentuk generasi muda mandiri.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat terfokus terhadap kondisi generasi muda saat ini. Kemajemukan masyarakat Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap proses pendewasaan generasi muda itu sendiri.

(50)

Dengan demikian diperlukan penelitian yang dapat memunculkan metode pembelajaran yang tepat serta memberikan pemahaman terhadap alam semesta tempat mereka belajar dan membentuk dirinya sendiri menjadi generasi muda yang tangguh dan mandiri.

C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui empat macam cara, yaitu: observasi, wawancara, dokumen, dan gabungan / triangulasi.

a. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data dan fakta yang nyata dalam kehidupan sedetil mungkin sesuai dengan tujuan penelitian ini. Melalui observasi akan dicatat kejadian atau peristiwa serta segala sesuatu sebanyak-banyaknya tentang hal-hal yang diduga ada kaitannya dengan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

Diharapkan dari observasi ini didapatkan data deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, situasi sosial serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terjadi. Hal tersebut dilaksanakan melalui pengamatan langsung sehingga memperoleh pandangan yang holistik sebagaimana kultur dalam pendidikan kepramukaan.

(51)

Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal dan nonverbal. Data verbal ialah data yang didapat melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung maupun melalui alat komunikasi seperti tape recorder atau sarana komunikasi lainnya. Data nonverbal adalah data yang tidak dapat ditangkap oleh alat perekam seperti gerak tubuh, gerak tangan, perubahan wajah, pandangan mata, serta gerak lainnya yang punya makna terhadap persoalan yang dikomunikasikan. Data verbal maupun nonverbal merupakan data yang sangat penting sehingga dengan perpaduan kedua pesan data tersebut akan sangat membantu keterbukaan dan kebenaran informasi yang disampaikan responden.

Demikian pula proses wawancara pada tahap permulaan biasanya tak berstruktur dengan maksud untuk menampung keterangan yang rinci, luas dan mendalam mengenai pandangan orang lain. Setelah peneliti memperoleh semua keterangan atau informasi yang diperlukan, peneliti mengadakan wawancara yang berstruktur yang disusun berdasarkan apa-apa yang telah disampaikan oleh responden.

Wawancara dilakukan melalui tiga macam pendekatan ( Nasution, 2003: 74), yakni:

1) Dalam bentuk percakapan informal yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

2) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.

(52)

Pada awal penelitian pendekatan dalam wawancara mengikuti pola 1), dan setelah penelitian berjalan selama waktu tertentu pendekatan akan beralih ke pola 2) dan pola 3).

c. Dokumen

Dalam penelitian kualitatif / naturalistik tidak hanya melakukan observasi dan wawancara, namun bahan dokumentasi serta data lainnya juga perlu mendapat perhatian dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan menopang hasil observasi dan wawancara tersebut. Tulisan pribadi, buku harian, surat-surat, termasuk dokumen resmi , dan foto-foto kegiatan terutama kegiatan di alam terbuka akan jadi dokumen penting dalam penelitian ini. Kesemuanya itu dapat dipandang sebagai nara sumber yang dapat menjawab permasalahan yang diperlukan .

d. Triangulasi

Dalam hal-hal tertentu penelitian dapat dilakukan melalui gabungan antara observasi, wawancara, dan penggunaan dokumen yang dikenal dengan triangulasi. Apa yang diamati sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam keadaan yang sebenarnya sehingga memenuhi validitas penelitian, baik validitas internal maupu validitas eksternal, realibilitas serta obyektivitasnya. Dengan triangulasi kebenaran data dapat dicek dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. Cara tersebut merupakan usaha untuk melihat dan mengamati lebih tajam hubungan berbagai data agar mencegah kesalahan dalam analisa data.

(53)

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama yang merupakan kunci dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Lincoln dan Guba (Suyono, 2008: 306) menyatakan bahwa :

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.

Selanjutnya Nasution (Sugiyono 2008: 306) menyatakan bahwa: “Dalam

penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti”.

Sebagai instrumen penelitian disamping peneliti itu sendiri, juga instrumen lain yang merupakan bagian dari proses penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kualitas yang mampu beradaptasi dengan responden di lapangan. Peneliti sebagai instrumen divalidasi seberapa jauh kualitas siap melakukan penelitian, yang faham akan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dalam hal ini wawasan mengenai kultur kepramukaan serta karakter alam terbuka yang mempengaruhinya. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan / responden sebagai sumber data .

(54)

orang dilakukan secara random di 3(tiga) lokasi penelitian. Selanjutnya selain responden orang dewasa yang pernah aktif di atas, untuk pendalaman penulis melakukan wawancara tertulis terhadap 100 orang para pembina yang masih aktif, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Siaga, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penggalang, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penegak dan Pandega, secara random di kwarcab-kwarcab tersebut, serta wawancara lisan dengan beberapa tokoh pramuka, tokoh masyarakat, majelis pembimbing, dan pengurus kwartir/andalan yang ditemui peneliti.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidaklah mudah, karena peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti harus memahami cara atau teknik pengumpulan data serta kelengkapan lainnya untuk memperlancar pengumpulan data tersebut, seperti prosedur perijinan, cara bersikap dan bertindak di lapangan karena akan bersentuhan dengan tatanan lingkungan setempat.

Nasution ( 2003: 92 ) menyatakan bahwa proses tersebut mencatat dua bagian penting dalam penelitian ini, yakni:

a. Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya kita amati yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar, amati dengan alat dria kita. b. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran, atau pandangan kita terhadap apa

yang kita amati.

Selanjutnya menghimpun masukan dari responden serta informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

(55)

Teknik pengolahan dan analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sekaligus dianalisa keabsahannya sehingga berfungsi untuk bahan penyusunan dan perkembangan selanjutnya.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2008;337 ) mengemukakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data tersebut yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification” Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data

Data reduction ( reduksi data ) merupakan tahapan awal menyeleksi,

mengarahkan, menyederhanakan, dan mengabtraksi data yang diperoleh hasil wawancara dan observasi di lapangan. Data yang terkumpul langsung dicatat secara rinci. Setiap data direduksi dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan pokok permasalahan. Kemudian diamati sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang hasil pengamatan serta mempermudah peneliti mencari hal-hal yang diperlukan.

(56)

Conclution /Verification ( penarikan kesipulan/ verifikasi ) merupakan langkah ketiga dalam analisis data yang masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikunya. Bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Pada analisis data dilapangan peneliti memperhatikan juga tahapan penelitian menurut Spradley yang dapat digunakan yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema cultural yang dalam Soegiono ( 2008 ) digunakan dalam analisa data kualitatif.

1. Analisis Domain

Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi social yang terdiri atas place, avtor dan activity. Peneliti menetapkan domain tertentu setelah melaksanakan observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif, selanjutnya analisis domain dan menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Analisis taksonomi

(57)

3. Analisis komponensial

Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Pada analisis ini yang diurai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi focus penelitian dan yang dicari adalah data yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Dengan teknik pengeumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan.

4. Analisa tema kultural

Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema / judul penelitian. Hubungan tersebut merupakan benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada yang selanjutnya akan tersusun suatu kotruksi situasi sosial / obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang.

(58)

Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur derajat hubungan antara seberapa sering responden mengikuti kegiatan alam (x) dan bagaimana perilaku mandiri yang dirasakan saat ini (y), dengan menggunakan rumus korelasi Pearson (Donald R. Cooper dan Willian Emori, 1998:109) yaitu:

r =

xy

(∑x2) (∑y2)

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga terbesar di Pulau Jawa memiliki isu sentral kepadatan penduduk dengan segala permasalahannya. Isu sentral yang perlu diangkat demikian pentingnya meningkatkan kemandirian melalui metode yang handal seperti ditunjukkan dalam kegiatan kepramukaan. Beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mendapatkan dan mengetahui kondisi empiris generasi muda serta

model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat.

Metode pembelajaran kemandirian dalam pendidikan kepramukaan di Jawa Barat, belum dilaksanakan sepenuhnya. Kondisi tersebut lebih disebabkan oleh pemahaman terhadap Satya dan Darma Pramuka terutama tentang kemandirian yang bersumber dari perkemahan, pengembaraan dan petualangan masih dijiwai secara beragam oleh para pembina.. Kurangnya dukungan sarana-prasarana dan kemampuan praktis penggunaan metode latihan/kegiatan serta permainan di alam terbuka masih sangat terbatas dilaksanakan.

Gugusdepan yang saat ini berpangkalan di sekolah perlu ditingkatkan menjadi pangkalan terbuka untuk umum sehingga memiliki nilai aksesibilitas untuk lingkungan di sekitarnya. Pada sisi lain, sumber-sumber yang ada di lingkungan yang berhubungan dengan perkemahan, pengembaraan dan

(60)

petualangan dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dalam kerangka pendidikan berkelanjutan. Kurangnya minat generasi muda pada kepramukaan berdasar kenyataan dipangaruhi oleh kegiatan/latihan kepramukaan monoton dan membosankan. Pendidikan kepramukaan saat ini lebih mementingkan kuantitas, dengan kegiatan yang seremonial dan kurang dikemas melalui penerapan learning by doing yang merupakan bagian dari metode kepramukaan yang berintikan Satya

dan Darma Pramuka.

Oleh karena itu, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang mengedepankan inisiatif peserta didik sendiri sesuai dengan minat dan kesenangan mereka sehingga potensi dirinya berkembang. Dengan demikian dibutuhkan komitmen semua pihak untuk dapat meningkatkan pendidikan kepramukaan menjadi upaya peningkatan pendidikan karakter bagi generasi muda.

2. Mengetahui dan memahami penerapan model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dalam membentuk generasi muda mandiri

(61)
(62)

Pendidikan lingkungan hidup pramuka mensiratkan sikap untuk selalu menghargai alam dan berusaha untuk menciptakan alam yang lebih baik. Potensi yang perlu mendapat pengembangan antara lain: Pertama, hubungan pembinaan tidak hierarhis tapi merupakan lingkaran persaudaraan Curahan kasih sayang, contoh dan tauladan perilaku nilai Satya dan Darma Pramuka dari para pembina akan jadi nilai kejuangan diri untuk menuju kemandirian melalui Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka (SPG). Kedua, model pembelajaran di alam perlu dikemas melalui kegiatan/latihan, permainan yang menarik, menantang dan menyenangkan dengan metode didik diri hidup di alam semesta. Ketiga, metode kepramukaan yang menarik, menantang dan menyenangkan bagi kaum muda dan berintikan nilai Satya dan Darma Pramuka membantu menumbuhkan kemandirian pada diri kaum muda tersebut. Sedangkan kemandirian yang berintikan ketangguhan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik seseorang akan dapat menangkal perbuatan atau perilaku yang negatif serta akan mampu menghadapi / menyelesaikan masalah, tantangan hidupnya.

3. Mengetahui dan memahami implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan melalui kegiatan alam terbuka.

(63)

terjadi mengingat: Pertama, kegiatan, pelatihan di alam terbuka yang secara rutin dan bertingkat dilakukan dalam pendidikan kepramukaan melalui sistem among dapat menggali bakat dan imjinasi anak untuk lebih efektif dalam membentuk diri yang stabil, tumbuh sehat menuju kedewasaannya. Kedua, kestabilan diri melalui didik diri ( self-education ) di alam terbuka yang menarik, menantang dan menyenangkan akan membangkitkan semangat generasi muda untuk menjadi seseorang yang tangguh dan mandiri dengan didasari semangat keprakarsaan dan keswadayaan. Ketiga, model pembelajaran secara utuh dilaksanakan dengan

(64)

dan juga sebagai warga Negara. Ketujuh, melalui Gerakan Pramuka, generasi muda akan memiliki jati diri yang sehat dan kuat serta mampu menghadapi masalah, tantangan dimanapun dalam kondisi apapun sendiri maupun dalam komunitas. Kedelapan, saat ini berkembang kegiatan generasi muda yang tergabung dalam satuan komunitas pencinta alam serta komunitas yang muncul karena kebutuhan melepaskan diri dari kejenuhan. Kenyataan di lapangan terdapat diantara komunitas tersebut yang menggunakan metode kepramukaan, dan ternyata dapat menarik generasi muda pada kegiatan keterampilan yang menjadi angan-angan serta keinginan mereka yaitu kegiatan yang menarik, menyenangkan dan menantang.

4. Efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka,

(65)

Model pembelajaran yang digunakan Gerakan Pramuka berupa pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka diimplementasikan melalui penerapan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. Kegiatan melalui permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana, dan dengan kesederhanaan itu akan memudahkan memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk Tuhan.

(66)

muda untuk memunculkan perilaku mandiri generasi muda tersebut di masa yang akan datang

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat hubungan yang kuat antara aktivitas seseorang di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pada waktu yang lalu dengan perilaku mandiri yang dirasakan saat ini, Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengedepankan kegiatan di alam terbuka perlu segera berbenah diri untuk memperkuat posisi sebagai lembaga pendidikan yang berkiprah membentuk watak/karakter generasi muda Indonesia. Generasi muda tersebut diharapkan memiliki kemampuan menangkal dampak negatif dari kehidupan global, memiliki kreativitas demi kebaikan diri, komunitas serta lingkungannya, memiliki kekuatan dan payung hukum terhadap semua kegiatan kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk disertasi ini, sebagai tindak lanjut dari kesimpulan di atas, penulis merekomendasikannya sebagai berikut :

1. Perlu peningkatan pelatihan pembina dalam meningkatkan kemampuan bermain membina peserta didik di alam terbuka melalui kegiatan kepramukaan dalam kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan dan survival yang berorientasi kemandirian.

(67)

mandiri, non politis, terbuka, otonom serta tidak membedakan suku, ras, golongan dan agama.

3. Gerakan Pramuka telah memiliki Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka yang mandiri sebagai salah satu pilar dari sistim pendidikan nasional dalam masyarakat yang harus segera ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaannya yang berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka serta peraturan pendukung lainnya.

4. Gerakan Pramuka hendaknya tidak diposisikan sebagai bagian dari pendidikan formal, tetapi sebagai mitra yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal diluar sekolah dan diluar pendidikan keluarga yang tujuan akhirnya adalah membentuk watak, karakter generasi muda bangsa. 5. Gerakan Pramuka yang berpangkalan dan atau berbasis di sekolah hendaknya

terbuka bagi peserta didik / anggota muda pramuka serta orang dewasa dari masyarakat di lingkungan sekolah tersebut yang ingin secara sukarela masuk dan bergabung pada gugus depan sekolah tersebut yang terakreditasi

6. Gerakan Pramuka tidak menggantungkan diri pada birokratisasi dalam kelembagaan, serta tidak terikat oleh jabatan publik. Kelembagaan dalam Gerakan Pramuka memerlukan para pembina serta pamong yang berpengalaman serta memahami Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang berintikan nilai Satya dan Darma Pramuka.

(68)

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kejadian gastritis yang terjadi pada responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2015

[r]

Media Audio-Visual pikeun Ngaronjatkeun Kamampuh Nulis CaritaPondok (Panalungtikan Tindakan Kelas ka Siswa Kelas XI B1 RSBI SMA Pasundan 1 Bandung Taun Ajaran 2010/2011).

a) Pejalan mengajukan surat permohonan kepada pimpinan satuan kerja pusat atau wilayah. b) Pejalan pimpinan satuan kerja, baik pusat maupun wilayah, mengajukan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya saya dapat me nyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Literasi Keuangan dan Gaya

Salah satu invensi yang akan didaftarkan adalah “ Metode Pembuatan Beton Dengan Bahan Tambah Lumpur Lapindo

Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang pola makan pada anak dalam katagori cukup Sebagaian besar status gizi anak dalam katagori kurus Ada hubungan yang

Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Dalam Rangka Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2017, dengan ini kami sampaikan sebagai