PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA
PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO BUNGUR BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Musik
Oleh
R. Mayci Ayu Putri 0807494
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PEMBELAJARAN VOKAL
UNTUK SUARA
CAMBIATA
PADA SISWA LAKI-LAKI
DI PURWACARAKA
MUSIC STUDIO
BUNGUR BANDUNG
Oleh R. Mayci Ayu Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
©R. Mayci Ayu Putri 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI
DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO BUNGUR BANDUNG
Oleh:
R. Mayci Ayu Putri
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Susi Gustina M. Si NIP. 196708221992022001
Pembimbing II
Dr. Rita Milyartini M. Si NIP. 196406231988032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik
ABSTRACK
This research is motivated by the difficulty teaching vocal for male students who are experiencing voice changes or cambiata and the lack of literature on cambiata in Indonesian. It is inversely proportional to the public interest in the reality of the matter. Through descriptive metode and qualitative approach the researcher made a research on "Vocal Learning to cambiata voice for Male students in Purwacaraka Music Studio Bungur Bandung" in order to answer the research questions regarding the materials, process, and learning outcomes. Results of vocal learning is to sound cambiata though some of the children speak cambiata feel less confident with his voice changes but through student learning vocal PCMS can sing pretty well according to the voice region.
ABSTRAK
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian... 7
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORETIS ... 11
A.Pembelajaran ... 11
B.Pembelajaran Vokal ... 20
C.Suara Cambiata ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B.Metode Penelitian ... 38
C.Definisi Operasional ... 39
D.Instrumen Penelitian ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
v
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 48
A. Pemilihan Materi ... 48
B. Tahap-Tahap Pembelajaran Vocal ... 55
H.Hasil Pembelajaran Vokal ... 73
BAB V KESIMPULAN ... 76
A. Kesimpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses dari individu untuk mendapatkan ilmu,
tetapi dibutuhkan stimulus yang membantu dalam prosesnya. Seperti yang
dikatakan Thorndike yang dikutip oleh Budhiningsih (2005:21) mengatakan
bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Alat indra di
dalam tubuh manusia meliputi indra penglihatan yaitu mata, indra peraba yaitu
kulit, indra pendengar yaitu telinga, indra pencium yaitu hidung, dan indra perasa
yaitu lidah. Semua alat indra yang dimiliki manusia dapat membantu dalam proses
belajar. Contohnya saat belajar vokal atau menyanyi, mata digunakan untuk
melihat partitur yang akan dinyanyikan. Telinga digunakan untuk mendengarkan
iringan musik. Lidah membantu dalam pengucapan lirik lagu.
Budhidarma sebagaimana dikutip oleh Kurnia (2010:1), mengatakan
bahwa vokal adalah alat musik paling tua sepanjang perkembangan kebudayaan
umat manusia. Dengan memanfaatkan anugrah Tuhan YME yaitu vokal, manusia
dapat menikmati keindahan yang luar biasa. Contohnya dengan mudah dapat kita
lihat dari penyanyi-penyanyi Indonesia maupun luar negeri yang memiliki talenta
yang luar biasa di bidang tarik suara. Pembelajaran vokal merupakan salah satu
mempelajari teori saja tetapi juga harus diikuti dengan prakteknya, sebab melalui
prakteklah seseorang akan merasakan pengalaman musik secara langsung.
Mempelajari musik tidak mungkin dilakukan hanya melalui ceramah atau
penjelasan, tanpa bunyi atau musik itu sendiri. Maka dengan alasan inilah praktek
dalam pembelajaran seni musik baiknya dilakukan dengan bernyanyi atau
memainkan instrumen musik. Pengalaman musik melalui praktek vokal akan
langsung dialami oleh penyanyi karena instrumen musiknya yaitu vokal melekat
pada tubuh penyanyi.
Dalam belajar vokal tidak pernah ada batasan umur, baik anak-anak,
remaja, dan juga dewasa. Seperti yang dikatakan oleh Purwacaraka bahwa
pengalaman bermusik sebaiknya dikembangkan sejak usia dini, namun bukan
berarti tidak ada kemampuan bagi yang telah dewasa untuk mengembangkan
kemampuan bermusik.
Selain anak-anak yang dianjurkan mulai mengenal musik di antaranya
dengan bernyanyi, orang dewasapun tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar
musik. Mengenalkan musik pada anak mempunyai manfaat di antaranya dapat
melatih kepercayaan diri dan juga belajar berekspresi. Sedangkan pada orang
dewasa adalah untuk menambah ilmu, wawasan serta dapat menjadi kegiatan yang
menyenangkan untuk menghibur diri sendiri juga orang lain.
Di antara anak-anak dan dewasa terdapat fase pertumbuhan yang disebut
dengan remaja. Berbeda dengan dua fase pertumbuhan sebelumnya, pada fase ini
terkadang ditemukan permasalahan-permasalahan kepercayaan diri dalam
laki-laki. Sebagian dari mereka cenderung merasa sangat malu untuk bernyanyi di
depan orang lain.
Hal tersebut dipengaruhi oleh pubertas yang sedang mereka alami. Di
mana terjadinya perkembangan fisik dan psikis akibat pematangan fungsi seksual
yang ditandai oleh tumbuhnya rambut pada daerah tertentu seperti kumis dan
janggut. Selain itu, terjadi perubahan pada suara. Perubahan suara pada laki-laki
disebut dengan suara cambiata, yaitu sebuah tahapan suara sebelum
diklasifikasikan pada wilayah suara tenor, bariton, dan bass.
Pada masa perubahan suara atau cambiata, sebagian anak akan merasa
kurang percaya diri dengan keadaannya, sehingga menjadi sangat takut bernyanyi.
Tapi tidak semua anak laki-laki pada masa itu takut bernyanyi, ada juga meraka
yang justru dengan percaya diri masuk ke sekolah-sekolah vokasional untuk
mempelajari vokal.
Dewasa ini banyak sekali lembaga vokasional yang menawarkan
pembelajaran musik khususnya vokal, di antaranya adalah Purwa Caraka Music
Studio (PCMS). PCMS adalah sebuah lembaga yang berdedikasi dalam
pendidikan musik. PCMS menawarkan kursus yang cocok untuk berbagai usia.
Lembaga ini melibatkan tim guru yang terlatih dalam menjalankan sebuah
kurikulum yang sudah tertulis dengan cermat dan teknik pengajaran yang inovatif.
PCMS hampir 20 tahun berkiprah mewarnai dunia pendidikan music,dan kini
memiliki 76 cabang di Indonesia. Mengenai staff pengajar yang ada di PCMS
tidak sembarangan. Staff pengajar tersebut harus lulus dari uji kualifikasi, tahap
sekolah, atau oleh seorang kepala sekolah di setiap cabangnya. Kemudian staff
pengajar akan mendapat seminar dan tutorial yang berlangsung secara berkala
untuk menetapkan standar pengajaran dan pengetahuan yang tepat dalam
melaksanakan kurikulum dari PCMS.
Mengenai pengajaran, Staff PCMS mengajarkan aliran music Pop. Sesuai
dengan kurikulum di PCMS. Akan tetapi guru-guru tersebut tidak mematok
materi hanya pada kurikulum saja. Pengajar bisa mengembangkan potensi siswa
dengan mengajarkan teknik vokal untuk aliran musik lain yang disesuaikan
dengan karakter dan warna suara siswa. Mereka bisa belajar teknik bernyanyi
aliran musik klasik, jazz, juga dangdut. Tetapi hal tersebut disesuaikan juga
dengan kemampuan guru pengajar itu sendiri.
Selain pengajaran vokal yang bervariasi PCMS menerima murid dari
berbagai umur, dari mulai anak-anak sampai dewasa,dan bahkan anak remaja
laki-laki belasan tahun yang bersuara cambiata. Beberapa sekolah musik di Jerman
justru menganjurkan kepada remaja laki-laki bersuara cambiata untuk
mengistirahatkan suaranya sebelum pembentukan suara yang diklasifikasikan ke
dalam wilayah suara tenor, bariton ataupun bass. Namun bukan berarti kegiatan
praktek musik tidak dapat dilaksanakan sama sekali dengan adanya anjuran
tersebut, masih ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan
mensiasatinya. PCMS merupakan salah satu lembaga pendidikan vokasional yang
mempunyai sebuah pembelajaran untuk menangani suara cambiata, dan peneliti
Kurangnya literatur mengenai cambiata dalam bahasa Indonesia
menambah kuat alasan peneliti untuk menambah sedikitnya melalui penelitian ini.
Setelah melakukan peninjauan terlebih dahulu terkait dengan pembahasan tentang
pembelajaran vokal untuk suara cambiata. Peneliti mengambil tema pembelajaran
vokal dan merumuskan judul PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA
CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWACARAKA MUSIC
STUDIO BUNGUR BANDUNG.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pembelajaran vokal untuk suara
cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung?”. Agar penelitian ini
tepat sasaran, maka permasalahan permasalahan ini dapat diidentifikasikan ke
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemilihan materi untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di
PCMS, Bungur, Bandung?
2. Bagaimanakah tahap-tahap pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada
siswa laki-laki di PCMS, Bungur, Bandung?
3. Bagaimana hasil pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa
C. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui
pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur,
Bandung. Untuk mencapai tujuan utama tersebut dirumuskan tujuan-tujuan
khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemilihan materi pembelajaran vokal untuk suara cambiata
pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.
2. Untuk mengetahui tahap-tahap dari pembelajaran vokal untuk suara cambiata
pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran vokal untuk suara cambiata pada siswa
laki-laki di PCMS Bungur, Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dalam proses penelitian ini banyak pihak yang mendapatkan
manfaat yang berguna khususnya mengenai pembelajaran vokal untuk anak
laki-laki yang sedang mengalami cambiata. Pihak-pihak tersebut di antaranya:
1. Universitas Pendidikan Indonesia
Memperkaya repetoir khasanah mengenai pendidikan seni musik, khususnya
vokal.
2. Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan bagi penulis mengenai pembelajaran vokal,
3. Mahasiswa
Memberi bahan untuk referensi mengenai pembelajaran vokal untuk suara
cambiata.
4. Pengajar musik
Sebagai masukan dalam mengajar vokal dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5. Purwa Caraka Music Studio
Dapat dijadikan tolak ukur untuk pembelajaran vokal pada anak bersuara
cambiata.
6. Masyarakat
Dapat meningkatkan pemahaman mengenai pembelajaran vokal untuk
cambiata.
E. Sistematika Penulisan
JUDUL: PEMBELAJARAN VOKAL UNTUK SUARA CAMBIATA PADA SISWA LAKI-LAKI DI PURWA CARAKA MUSIK STUDIO, BUNGUR, BANDUNG.
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini di dalamnya terdiri dari beberapa sub bab di antaranya adalah latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi skripsi. Isi dari sub bab latar belakang adalah membahas mengenai
alasan dasar penelitian atau suatu hal yang melatar belakangi mengapa penelitian
ini diteliti. Perumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalah yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Pada bagian selanjutnya yaitu tujuan
penelitian. Pada bagian ini menyajikan suatu hasil yang ingin dicapai setelah
penelitian dilakukan. Kemudian manfaat yang di dalamnya terdapat beberapa
harapan untuk dapat memberi pencerahan dengan memberikan gambaran setelah
melakukan penelitian ini. Struktur Organisasi berisi tentang sistematika penulisan
penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Berisi tentang konsep, teori, dalil, kerangka pemikiran dan hipotesis mengenai hal
yang diteliti dengan urutan pengertian pembelajaran, komponen pembelajaran,
pembelajaran vokal, dan suara cambiata. Pada subbab pengertian pembelajaran
peneliti mengumpulkan beberapa teori yang berhubungan dari beberapa sumber
baik dari buku dengan studi literatur dan juga dari internet. Hal tersebut berfungsi
untuk memperkuat teori yang diangkat pada penelitian. Pada subbab komponen
pembelajaran memaparkan beberapa komponen penting agar dapat terbentuk
Selanjutnya pada bagian pembelajaran vokal membahas mengenai teknik-teknik
dasar untuk belajar vokal. Kemudian terakhir adalah mengenai suara cambiata.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjabarkan metode yang digunakan untuk “mengupas” masalah yang
diteliti. Di dalamnya juga terdapat beberapa komponen lain yaitu tentang lokasi
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian, pada bab ini peneliti membahas dan memaparkan
data mengenai hasil dari penelitian. Karena peneliti melakukan penelitian di
Purwa Caraka Music Studio (PCMS), maka pada bab ini peneliti membahas
sekilas mengenai PCMS. Baik itu pendiri, pengajar, materi pembelajaran dan
beberapa komponen lain yang mendukung penelitian ini. Setelah merumuskan
masalah yang berupa pertanyaan penelitian, akhirnya bab ini bisa menjawabnya
dihasil penelitian juga pembahasan hasil penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah melakukan pengumpulan, pengolahan, menganalisis dan membahas
penelitian, pada bab inilah kesimpulan dibuat. Dengan cara penulisan berupa
uraian padat. Setelah itu dibuat sebuah saran dan rekomendasi untuk subjek yang
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang sumber tertulis seperti buku, jurnal, dokumen resmi,
dan suber lain dari Internet yang dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi
ini.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang diambil dan digunakan dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Lokasi penelitian ini yaitu di Jalan Bungur No. 25 Sukajadi, Bandung,
berdekatan dengan tempat rekreasi Karang Setra.
Gambar 3.1
Lokasi Purwa Caraka Music Studio (Dok. Putri, April 2012)
Alasan lokasi ini dipilih karena terdapat subjek yang sesuai dengan
penelitian yaitu anak laki-laki yang sedang mengalami perubahan suara akibat
dari pubertas atau disebut dengan suara cambiata. Kemudian peneliti tertarik pada
di lingkungan gereja yang terbiasa dengan bernyanyi dan belajar vokal. Alasan
lainnya adalah pendidikan vokasional (sekolah kejuruan dibidang musik) PCMS
cukup dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat, baik orang tua, muda, dan
anak-anak. Hal itu tak lepas pengaruhnya dari pendiri PCMS yang cukup lama
terlihat eksistensinya dalam bermusik di televisi dan banyak event musik besar di
Indonesia. Di samping itu biaya yang terjangkau membuat pendidikan vokasional
ini menjadi semakin disukai oleh masyarakat. Berbeda dengan biaya sekolah
musik lain yang bisa mencapai Rp 750.000/bulan. Pendidikan vokasional PCMS
ini menawarkan harga yang terjangkau. Hanya dengan biaya kurang dari Rp
250.000/bulan, seseorang bisa mendapat ilmu yang bermanfaat juga pengalaman
musik yang menyenangkan sehingga banyak sekali orang tua mempercayakan
PCMS menjadi sekolah musik nonformal bagi anak mereka.
PCMS adalah lembaga pendidikan musik vokasional yang didirikan oleh
Purwa Tjaraka. Seorang musisi yang lahir di Beograd, Yugoslavia pada tanggal
31 Maret1960. Ia memilliki kepedulian tinggi terhadap musik Indonesia.
Kemudian mendirikan sekolah musik yang saat ini sudah berumur hampir 20
tahun dan memiliki 76 cabang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Untuk
cabang di Kota Bandung di antaranya berada di jalan Bungur, jalan Mangga, jalan
Karawitan, jalan Sriwijaya, dan jalan Sukup Baru. Lembaga musik ini
menawarkan beberapa kursus musik untuk berbagai usia dengan harga yang
cukup terjangkau.
Staf Pengajar PCMS tidak diambil sembarangan, tetapi harus lulus dalam
setiap cabangnya. Setelah menjadi pengajarpun akan terus diberi bimbingan
berupa tutorial dan juga seminar yang dilaksanakan secara berkala untuk
menetapkan standar pengajaran yang tepat sesuai dengan kurikulum PCMS.
Kriteria lainnya adalah pengajar PCMS harus bisa berkomunikasi yang baik
dengan siswa dan juga orang tua siswa.
Kurikulum PCMS dirancang dengan sistem pengajaran yang
inovatif.Menurut Ihsan yang dikutip oleh Warsita (2008:295) mengatakan bahwa
Inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang berarti pembaruan dan
perubahan. Inovasi adalah perubahan baru menuju ke arah perbaikan atau berbeda
dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan berencana. Jadi kurikulum
yang diterapkan di PCMS dapat berubah mengikuti perkembangan zaman.
Dengan berbagai referensi selama hampir 20 tahun didirikan. Terdapat beberapa
macam kursus yang di tawarkan PCMS di antaranya vokal, biola, keyboard, piano
Pop, piano klasik, drum, bass, gitar elektrik, dan gitar klasik.
Kelas untuk pembelajaran berupa studio yang dilengkapi dengan
instrumen dan peralatan musik. Peralatan tambahan akan disediakan sesuai
dengan kebutuhan kelas dan juga kurikulum. Kemudian terdapat pemeriksaan
akustik dan pencahayaan guna menciptakan kenyamanan bagi siswa dan guru
Gambar 3.2 Ruangan Kelas vokal (Dok. Putri, Agustus 2012)
Guna meningkatkan kreatifitas dan antusiasme siswa dalam bermusik,
PCMS rutin mengadakan konser dan resital untuk menampilkan siswa-siswi yang
sudah memiliki kemampuan bermusik yang cukup baik. Konser tersebut
dilakukan oleh setiap cabangnya atau in-house. Kemudian ada juga pertunjukan
Gambar 3.3 Tempat Konser in-house (Dok. Peneliti, Agustus 2012)
PCMS mempunyai banyak prestasi baik dalam negeri dan luar negeri di
antaranya, Choir pada tanggal 15 hingga 18 Juli 2012 lalu, kembali mendapatkan
prestasi internasional. Kali ini, PCMS Choir berhasil mendapatkan dua Gold
Diploma Awards pada ajang festival paduan suara internasional "2012 Asia
Cantate" yang dilaksanakan di Phuket, Thailand dan masih banyak lagi.
Subjek penelitian ini adalah seorang pengajar vokal PCMS bernama Lely
Magdalena yang telah mengajar vokal selama 8tahun sejak tahun 2004. Ia adalah
seorang guru vokal yang belajar musik dengan cara otodidak, tetapi banyak
country dan banyak mendapat penghargaan dari perlombaan bernyanyi dengan
genre musik country.
Selain guru di PCMS subjek dari penelitian ini adalah siswa laki-laki
berusia 13tahun yang bernama Sulaiman Thariq. Ia belajar vokal di PCMS sejak
7bulan yang lalu. Siswa PCMS ini sedang mengalami perubahan suara akibat dari
pubertas. Walaupun Iman adalah seorang anak yang pemalu, ia sangat tertarik
untuk belajar vokal dan piano. Ia memutuskan untuk mengikuti kursus vokal dan
piano di pendidikan vokasional. Ia mengaku merasa kurang percaya diri dengan
badannya yang lebih besar dibandingkan dengan teman seusianya tetapi ia tetap
terlihat ceria selama kursus. Walaupun sudah berusia 13tahun Iman masih merasa
kesulitan dalam mengucapkan huruf R, atau dalam Bahasa Sunda disebut dengan
cadel. Sehingga tidak sedikit teman-temannya yang suka mengolok-olok. Ia juga
mengidap ASMA sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri pada orang tuanya.
Setelah beberapa kali pindah sekolah akhirnya mereka memutuskan agar Iman
mengikuti pendidikan home schooling di Rumah Belajar Semi Palar.
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009:1) mengatakan
“bahwa penelitian kualitatif sering disebut juga sebagai metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting)”. Oleh karena itu tujuan dari metode ini adalah mengangkat fakta,
berlangsung. Dituangkan secara apa adanya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Pengumpulan data yang dibutuhkan tidak dipandu oleh teori, tetapi
dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.
Dalam metode penelitian ini peneliti berfungsi sebagai human instrument
artinya peneliti mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara secara
langsung kepada informan yaitu guru dan siswa. Data yang terkumpul kemudian
dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan di Bab I.
C. Definisi Operasional
Guna menghindari adanya kesalahpahaman dalam penafsiran istilah pada
judul penelitian, penulis member batasan sebagai berikut:
1. Pembelajaran :
a. Menurut Bambang Warsita(2008:265),
Mengatakan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasaYunani disebut instructus atau instruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. pengertian ini mengarah pada guru sebagai pelaku perubahan.
b. Gagne dan Briggs dalam Bambang Warsita (2008:266)
Mengatakan Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikina rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah.
2. Vokal : Vokal diartikan sebagai suara manusia. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara lingustik vokal diartikan sebagai
suara dan penyempitan suara pada saluran suara di atas glotis (larinks,
pangkal tenggorokan pada lekukan pita suara).
3. Suara Cambiata : Suara cambiata mengacu pada kondisi perubahan suara
yang dialami oleh umumnya remaja laki-laki berusia 12-15 tahun.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian akan lebih lengkap dan sistematis bila komponen yang lainnya
juga dapat mendukung dalam proses penelitian, yaitu instrumen penelitian. Dalam
penelitian kualitatif terdapat hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian
yaitu, kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data. Dengan kualitas
instrumen dan kualitas pengumpulan data yang baik maka akan didapat data yang
baik. Data dikumpulkan dalam bentuk catatan lapangan dan dokumentasi audio
dan visual.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di sini adalah cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian agarmemperoleh data yang diinginkan.
Pengumpulan data itu sendiri adalah suatu proses untuk menghimpun data yang
relevan serta gambaran dari aspek yang diteliti. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang penting dalam penelitian karena tujuan utama dalam
penelitian ini adalah mendapatkan data. Beberapa teknik pengumpulan data yang
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau bisa disebut
dengan pengamatan, yang berfungsi untuk mengamati proses pembelajaran dan
perilaku responden secara langsung. Pengamatan yang dilakukan peneliti dalam
penelitian ini adalah observasi non partisipan. Yang berarti dalam proses
pengumpulan data ini, peneliti hanya berfungsi sebagai pengamat dan tidak
memiliki keterlibatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran vokal
tersebut.
Dengan teknik observasi, data yang didapatkan akan lebih lengkap dan
dapat dipahami lebih dalam tentang apa yang sedang terjadi di lapangan. Peneliti
di sini bermaksud untuk mengamati proses pembelajaran vokal untuk suara
cambiata pada siswa laki-laki di PCMS Bungur, Bandung yang memiliki tujuan
untuk mengetahui kejadian dan peristiwa yang berlangsung selama proses
pembelajaran tersebut.
Observasi ini tidak dilakukan terhadap guru yang mengajar siswa dengan
suara cambiata di PCMS yang dilakukan 1x dalam seminggu, yaitu pada hari
selasa pukul 16.30 WIB. Jadwal pernah mengalami perubahan menjadi hari jumat
pukul 13.15 WIB pada bulan september. Dalam observasi ini, peneliti mengamati
proses pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dengan menggunakan beberapa
teknik dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan murid. Data-data tersebut
didapat dengan pendokumentasian dan pencatatan kejadian-kejadian yang terjadi
2. Wawancara
Dalam KBBI wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal. Dengan demikian
wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah pengumpulan data
denganmelakukan tanya jawab pada sumber data.
wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawacara terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah teknik wawancara yang dilakukan
dengan cara menyusun beberapa pertanyaan yang akan diajukan yang dirumuskan
dalam pedoman wawancara. Tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
dengan menambahkan pertanyaan yang dikembangkan dari pertanyaan yang telah
diajukan.
Wawancara dilakukan di PCMS sebelum atau setelah pembelajaran,
sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Wawancara pertama adalah
dengan pengajar vokal yaitu Lely Magdalena. Dengan mengguanakan pedoman
wawancara yang dibuat terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Peneliti
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan pembelajaran dan
menanyakan data-data yang mendukung untuk menjawab pertanyaan pada
rumusan masalah. Peneliti juga mewawancarai Iman tapi karena waktu terbatas
untuk mewawancarai, peneliti melanjutkan wawancara via sms.
3. Studi dokumentasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dokumentasi merupakan
Dokumentasi dijadikan sebagai sumber pelengkap dalam proses pengumpulan
data dari hasil observasi dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data dengan cara
mendokmentasikan segala hal yang berhubungan dengan penelitian. Media yang
digunakan dalam pendokumentasian adalah Camera digital yang gunakan untuk
mengambil beberapa foto yang dibutuhkan, seperti foto kegiatan pembelajaran,
dan foto tempat penelitian. Dokumentasi lainnya yaitu hasil rekaman wawancara
dan proses pembelajaran.
Kegunaan dari hasil studi dokemntasi bagi peneliti adalah untuk
membandingkan hasil wawancara yang dilakukan baik pada guru ataupun siswa
dengan kenyataan yang terjadi langsung dilapangan. Sehingga peneliti dapat
menilai sesuai atau tidaknya lewat bukti hasil dokumentasi.
F. ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, mengikuti sebuah konsep Miles and Huberman. Miles and huberman
dalam Sugiyono (2009:207) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisi data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan verification.
Dari pengertian tersebut peneliti menguraikan sebagai berikut:
1. Data reduction (reduksi data)
Kegiatan mereduksi data adalah kegiatan yang awal dilakukan pada
dikumpulkan kemudian dirangkum untuk diproses agar lebih mudah dalam
mencerna data. Aspek-aspek permasalahan yang direduksi adalah mengenai
pembelajaran vokal untuk suara cambiata.
2. Data display (penyajian data)
Setelah kegiatan reduksi dilakukan kemudian melangkah ke tahap
selanjutnya yaitu penyajian data yang mengacu pada permasalahan mengenai
pembelajaran vokal untuk suara cambiatan pada siswa laki-laki di Purwa Caraka
Music Studio Bungur, Bandung.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi data
Kegiatan menganalisis data untuk selanjutnya disimpulkan kemudian di
verifikasi yang merupakan kegiatan inti dalam proses penelitian ini. Setelah
proses pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara, kemudian
seluruh data yang didapat direduksi, dan akhirnya disajikan. Kegiatan selanjutnya
adalah menyimpulkan hasil dari data-data tersebut, yaitu mengenai pembelajaran
vokal untuk suara cambiata pada siswa Purwa Caraka Music Studio Bungur
Bandung.
G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap yang
berguna untuk mempermudah penelitian agar lebih sistematis. Tahap-tahap yang
1. Persiapan penelitian
Tahap persiapan penelitian ini direncanakan dengan baik. Hal tersebut
bermaksud agar berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap
persiapan penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Studi pendahuluan; tahap ini dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan
pertama mengenai proses pembelajaran vokal di PCMS Bungur Bandung.
b. Merumuskan masalah; peneliti membuat beberapa pertanyaan mengenai
permasalahan yang akan diteliti. Hal ini berguna untuk mempermudah
penelitian.
c. Merumuskan asumsi; setelah peneliti menemukan masalah pada subjek yang
akan diteliti. Kemudian peneliti membuat anggapan dasar sementara atau
asumsi pada permasalahan tersebut yang nantinya akan disesuaikan dengan
hasil penelitian itu sendiri.
d. Memilih paradigma penelitian; kualitatif digunakan peneliti dalam penelitian
karena dengan menggunakan paradigma ini peneliti bisa mendapatkan data
yang lebih mendalam mengenai pembelajaran vocal untuk suara cambiata
pada siswa laki-laki di Purwa Caraka Music Studio Bungur, Bandung.
2. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melakukan observasi dalam proses yang dilakukan di tempat
penelitian secara langsung untuk mendapatkan data yang berkualitas. Observasi
tersebut ditambah dengan wawancara yang merujuk pada pedoman wawancara
Kemudian dari data-data yang terkumpul terumuskan suatu kesimpulan data yang
yang diperoleh di antaranya:
a. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Purwa Caraka Music Studio Bungur yang
beralamat di Jl. Bungur No. 25 Sukajadi Bandung.
b. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari bulan mei 2012 sampai dengan bulan
September 2012. Durasi penelitian dari pukul 13.00-14.00 WIB dan
3. Pembuatan Laporan Penelitian
Dalam laporan ini peneliti mengungkapkan seluruh hasil penelitian yang
diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dilengkapi oleh
dokumentasi selama proses penelitian. Kemudian seluruh data mengalami
pengolahan sehingga tertuanglah gambaran yang jelas dan sesuai dengan keadaan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab 4, hasil temuan dalam
penelitian adalah:
Materi pembelajaran untuk anak bersuara cambiata terdiri dari latihan
pernafasan, vokalisi, dan materi lagu. Latihan pernapasan dilakukan secara rutin
sebelum vokalisi dan bernyanyi dengan cara menarik nafas, menahan napas, dan
mengeluarkan napas atau menghembuskan napas. Latihan vokalisi untuk anak
bersuara cambiata yaitu pola sederhana dengan solmisasi yang terdiri dari
1-2-3-4-5-6-7-1 dalam rangkaian nada naik dan turun diulang di tonalitas yang semakin tinggi
secara bertahap. Mulai dari nada “g” sampai “G1” menggunakan bantuan keyboard.
Materi lagu yang diberikan disesuaikan dengan usia, jangkauan wilayah suara, dan
tingkat kesulitannya. Lagu yang diberikan adalah Lagu Cinta untuk Mama.
Tahap-tahap pembelajaran vokal untuk siswa bersuara cambiata di PCMS
terdiri dari kegiatan awal yaitu percakapan ringan untuk membuka pembelajaran.
Kegiatan inti yaitu pemberian materi pembelajaran seperti pada poin 1. Kemudian
kegiatan akhir yaitu guru mmberikan tugas dan juga mengoreksi hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran vokal untuk anak bersuara cambiata terlihat dari beberapa
aspek yaitu latihan pernafasan, latihan vokalisi dan materi lagu. Siswa dapat
menggunakan dan menerapkan pernafasan diafragma dengan baik pada vokalisi dan
materi lagu. Siswa tidak lagi kesulitan seperti kehabisan napas pada saat
menyanyikan bagian lagu dengan frase yang panjang. Dari vokalisi yang dilakukan
secara rutin setiap pertemuan menghasilkan beberapa kemajuan pada intonasi,
artikulasi, juga penerapan tenik pernafasan yang baik. Selain itu materi lagu yang
siswa pelajaripun semakin baik intonasinya, artikulasi semakin jelas, kontrol napas
cukup baik, dan juga ekspresinya siswa yang lebih percaya diri dalam membawakan
materi lagu.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa anak bersuara cambiata
dapat berlatih vokal dengan baik akan tetapi diperlukan materi khusus yang agak
berbeda dengan pembelajaran vokal ada umumnya. Selain wilayah suara unik yang
membedakannya dengan wilayah suara pada umumnya. Suara cambiata juga
berpengaruh terhadap faktor psikologi siswa. Terbukti dari siswa yang terlihat malu
tidak nyaman ketika bernyanyi.
B. Rekomendasi
Pada setiap pembelajaran tentunya tidak ada yang sempurna, terdapat
kekurangan dan kelebihan pada aspek-aspek tertentu. Jika terdapat kelebihan baiknya
dapat dipertahankan bahkan juga terus dikembangkan. Apabila terdapat kekurangan
memberi rekomendasi yaitu ada baiknya guru menambah materi lagu untuk siswa.
Walaupun siswa cambiata butuh waktu yang lebih lama untuk menguasai lagu, tetapi
ada baiknya dalam pergantian materi lagu tidak terlalu lama agar tidak terjadi
kejenuhan yang mungkin saja dialami oleh siswa. Selanjutnya yaitu menambah
variasi dalam vokalisi. Karena siswa cambiata membutuhkan pelajaran intonasi yang
lebih untuk melatih ketepatan suara, maka ada baiknya ditambah variasi atau ragam
Daftar Pustaka
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas UPI. (2011). Pedoman Akademik. Bandung: UPI
Chaedar Alwasilah. 2002. Pokoknya kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka
Jaya
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran; Jakarta. Bumi Aksara
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Papalia. Diane E. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Philliph, K.H. 1996. Teaching Kids to Sing. Singapore: Thomson Schirmer.
Purnomo, Wahyu. 2010. Terampil Bermusik. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional.
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif; Bandung. Alfabeta.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Collins, Don L. (2003). Conceptual Cambiata. On line: tersedia
http://www.cambiatapress.com/CVMIA/TheCambiataConcept2.html. (20 April 2012)
Mason, Paul. (2004). Voice Training for Singer. On Line: tersedia
http://www.paulmason.com/VocalTechnique.html. (5 Agustus 2012)
Azziz, Indra. (2009). Teknik Vokal Yang Baik dan Benar. On Line: tersedia