PENGARUH STRATEGI MEANS-ENDS ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI,
PEMECAHAN MASALAH,
DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH: RAHMAWATI
1101239
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN
BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN
SEKOLAH DENGAN MINAT BELAJAR
SISWA
(Studi Deskriptif Korelasional terhadap
Siswa SMA Negeri 1 Bandung)
Oleh
Priyanka Permata Putri
© Priyanka Permata Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Strategi Means-Ends Analysis dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi,
Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP” ini beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Bandung, Mei 2013
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh Strategi Means-Ends Analysis terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP. Penelitian Kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen ini melibatkan 85 siswa kelas VIII salah satu SMPN di Kota Serang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis, angket disposisi matematis, serta lembar observasi. Analisis statitistik yang digunakan adalah uji t dan uji nonparametrik Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (3) Tidak terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : Means-Ends Analysis, koneksi matematis, pemecahan masalah
DAFTAR ISI
Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Pernyataan ... iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... v
Lembar Persembahan ... vi
Ucapan Terima Kasih ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Grafik ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Koneksi Matematis ... 9
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 10
C. Disposisi Matematis ... 14
D. Strategi Means-Ends Analysis ... 16
E. Teori Belajar yang Mendukung ... 17
F. Penelitian Terdahulu ... 20
G. Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Instrumen Penelitian ... 25
D. Teknik Analisis Instrumen ... 26
E. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar ... 32
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32
G. Alur Penelitian ... 34
H. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53
3. Disposisi Matematis ... 64
4. Lembar Observasi ... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
1. Kemampuan Koneksi Matematis ... 77
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78
3. Disposisi Matematis ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas Siswa ... 26
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 28
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 30
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 31
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen ... 32
Tabel 3.6 Klasifikasi Gain ... 36
Tabel 3.7 Klasifikasi Effect Size (d) ... 39
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Korelasi Skor Dua Pengoreksi ... 41
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Dua Pengoreksi (Kelas Eksperimen) ... 42
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Dua Pengoreksi (Kelas Kontrol)... 43
Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Koneksi Matematis .. 44
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 45
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 47
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 48
Tabel 4.8 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 49
Tabel 4.9 Data Hasil Uji Normalitas Skor Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 50
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Koneksi Matematis... 51
Tabel 4.11 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 52
Tabel 4.12 Data Hasil Perhitungan Effect Size Uji-t Kemampuan Koneksi Matematis ... 53
Tabel 4.13 Data Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 54
Tabel 4.14 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 55
Tabel 4.15 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 57
Tabel 4.16 Data Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58
Tabel 4.17 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 59
Tabel 4.18 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 60
Tabel 4.20 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 62 Tabel 4.21 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ... 63 Tabel 4.22 Data Hasil Perhitungan Effect Size Uji-t Kemampuan Pemecahan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Pekerjaan Kelompok pada LKS4 ... 79
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen... 82
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok ... 83
Gambar 4.4 Aktivitas Presentasi Siswa Kelas Eksperimen ... 84
elajaran ... 109
Lampiran A.3 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 127
Lampiran A.4 Naskah Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 128
Lampiran A.5 Alternatif Jawaban ... 130
Lampiran A.6 Lembar Judgment ... 133
Lampiran A.7 Angket untuk Siswa ... 136
Lampiran A.8 Pedoman Observasi ... 137
Lampiran B Analisis Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 139
Lampiran C.1 Kelompok Kemampuan Matematis Siswa Kelas Eksperimen 140 Lampiran C.2 Kelompok Kemampuan Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 141
Lampiran C.3 Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 142
Lampiran C.4 Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 145
Lampiran C.5 Data Sikap Siswa terhadap P endekatan Pembelajaran Visual Thinking ... 148
Lampiran C.6 Data Hasil Observasi terhadap Kegiatan Guru ... 150
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Aktivitas Pertama ... 69
Grafik 4.2 Persentase Aktivitas Kedua ... 70
Grafik 4.3 Persentase Aktivitas Ketiga ... 71
Grafik 4.4 Persentase Aktivitas Keempat ... 72
Grafik 4.5 Persentase Aktivitas Kelima ... 73
Grafik 4.6 Persentase Aktivitas Keenam ... 73
Grafik 4.7 Rerata Persentase Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan ... 74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 92
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 118
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 137
Lampiran B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 156
Lampiran B.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .. 157
Lampiran B.3 Soal Ujicoba Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 158
Lampiran B.4 Soal Ujicoba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 160
Lampiran B.5 Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 162
Lampiran B.6 Pedoman Penskoran ... 164
Lampiran B.7 Kisi-kisi Disposisi Matematis ... 166
Lampiran B.8 Angket Disposisi Matematis ... 167
Lampiran B.9 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 169
Lampiran B.10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 170
Lampiran C Hasil Ujicoba Instrumen ... 171
Lampiran D.1 Data Hasil Pemeriksaan Dua Orang Pengoreksi ... 179
Lampiran D.2 Uji Statistik Data Pemeriksaan Dua Orang (Kemampuan Koneksi Matematis) ... 182
Lampiran D.3 Uji Statistik Data Pemeriksaan Dua Orang (Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis) ... 186
Lampiran D.4 Proses Transformasi Skor Butir Pernyataan Disposisi ... 190
Lampiran D.5 Data N-Gain Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 193
Lampiran D.6 Data N-Gain Disposisi Matematis ... 196
Lampiran D.7 Uji Statistik Data Kemampuan Koneksi Matematis ... 199
Lampiran D.8 Uji Statistik Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 204
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam
mengembangkan bidang ilmu lain, seperti bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), serta bidang ilmu lainnya. Karenanya, matematika mulai
diajarkan sejak tingkat dasar hingga tingkat menengah.
Pemberian mata pelajaran matematika pada jenjang dasar hingga
menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir
logis, sistematis, analitis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Kemampuan-kemampuan tersebut yang akan membantu siswa memperoleh,
mengolah, dan menggunakan informasi untuk kelangsungan hidup.
Tujuan mempelajari matematika itu sendiri (BSNP, 2006) adalah agar
siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Terkait dengan tujuan pembelajaran matematika pada point 1 dan 3, salah
2
pemecahan masalah. Hal tersebut juga tertuang dalam NCTM (2000) bahwa siswa
diharapkan memiliki diantaranya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
matematis. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan dalam
mengaitkan antar ide matematis, ide matematis dengan bidang ilmu lain, serta ide
dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah matematis
merupakan kemampuan menyelesaikan soal-soal atau masalah terkait dengan
matematika dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Kedua
kemampuan tersebut tergolong ke dalam kemampuan tingkat tinggi, karena proses
berpikir yang dilakukan membutuhkan kemampuan intelektual yang cukup tinggi.
Menurut Wahyudin (2008), kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
matematis bukan hanya sebagai kemampuan yang diajarkan dan digunakan dalam
matematika, tetapi lebih dari itu, kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
matematis merupakan keterampilan yang dapat digunakan dalam menghadapi
masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas karena matematika banyak digunakan
dalam bidang ilmu lain terkait dalam kehidupan sehari-hari, seperti bidang
perdagangan, bisnis, dan sebagainya.
Menurut Bell, Ebbut dan Staker (Sugiatno, 2007) pembelajaran
matematika pada semua jenjang meliputi fakta, konsep, keterampilan penalaran,
keterampilan algoritma, dan keterampilan pemecahan masalah. Hendaknya dalam
pembelajaran matematika siswa dibiasakan untuk memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran matematika bukan merupakan proses mentransfer pengetahuan oleh
guru kepada siswa, melainkan proses menggali, mengelola suatu ide sehingga
pada akhirnya siswa akan menemukan ide baru.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian (BSNP, 2006). Masalah yang dimaksud adalah ketika siswa
dihadapkan pada suatu persoalan di mana siswa tidak mengetahui secara langsung
cara penyelesaiannya, sehingga siswa dituntut untuk bernalar, mengaitkan
berbagai konsep demi tercapainya penyelesaian yang diharapkan. Jika siswa
3
mengandalkan pada kemampuan mengingat, tetapi memungkinkan siswa
mengaitkan antar konsep, konsep dengan bidang lain, maupun konsep dengan
kehidupan sehari-hari, maka diharapkan kemampuan pemecahan masalah siswa
akan meningkat.
Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2003)
salah satunya dapat terlihat pada kemampuan siswa menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal serta memeriksa
kebenaran hasil jawaban. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi siswa
terhadap hasil pekerjaannya. Menurut Hiebert (Jarrett, 2000), “Students who
reflect on what they do and communicate with others about it are in the best
position to build useful connections in mathematics”. Siswa yang melakukan
refleksi terhadap apa yang mereka kerjakan dan mengkomunikasikannya kepada
yang lain dapat membangun kemampuan koneksi matematis yang berguna.
Kegiatan refleksi di sini diantaranya adalah memeriksa hasil dari masalah yang
diberikan, menelusuri proses berpikir mereka sendiri, meninjau strategi yang
digunakan, serta menentukan strategi yang dapat digunakan dan yang tidak dapat
digunakan.
Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya terfokus pada
pengembangan kemampuan kognitif, melainkan juga pada peningkatan
kemampuan afektif siswa, yakni disposisi matematis siswa. Sebagaimana
tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika menurut BSNP (2006),
disposisi matematis merupakan sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Peran disposisi matematis amat penting bagi kelangsungan proses
belajar. Anku (Mahmudi, 2010: 5) menyatakan bahwa “salah satu faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi mereka
terhadap matematika”. Siswa dengan tingkat disposisi matematis tinggi diduga
akan memiliki kemampuan yang lebih dibanding siswa dengan tingkat disposisi
4
gigih, percaya diri, dan berusaha mencari alternatif jawaban atas suatu masalah
sehingga memperoleh lebih banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut yang menjadikan siswa memiliki kemampuan tertentu.
Ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah, kemudian dengan rasa
percaya diri menggunakan pengetahuan matematikanya untuk menyelesaikan
masalah, serta mencoba berbagai alternatif penyelesaian, siswa tersebut akan
sampai kepada penyelesaian masalah. Kepuasan yang diperoleh siswa akibat dari
keberhasilannya menyelesaikan masalah dapat membuat siswa tersebut semakin
percaya diri menghadapi masalah, sehingga kemampuan pemecahan masalah
siswa berkembang.
Uraian di atas telah mengemukakan pentingnya kemampuan koneksi,
pemecahan masalah, serta disposisi matematis. Namun, pada kenyataannya
kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis siswa masih
tergolong rendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru
matematika di sekolah yang bersangkutan, siswa jarang memperoleh soal koneksi
dan pemecahan masalah matematis. Ketika siswa dihadapkan dengan soal
kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut, siswa masih perlu memperoleh
bimbingan dalam menyelesaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa belum maksimal. Prestasi
belajar yang rendah tersebut juga mengindikasikan bahwa disposisi matematis
siswa masih rendah.
Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, guru hendaknya menyusun
pembelajaran dengan baik sedemikian sehingga dapat mengembangkan
kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis siswa. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan pembelajaran yang
memaksimalkan proses dan hasil, pembelajaran yang bukan sekedar mentransfer
pengetahuan, melainkan yang mendorong siswa memanfaatkan kemampuan yang
dimiliki, termasuk kemampuan koneksi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
KTSP menganjurkan agar pembelajaran matematika dalam setiap
5
(Contextual Problem). Sesuai dengan anjuran tersebut, pembelajaran
menggunakan strategi Means-Ends Analysis merupakan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya diawali dengan pemberian suatu masalah. Melalui masalah yang
diberikan, siswa mengidentifikasi current state dan goal state, menyusun sub-sub
masalah, selanjutnya secara bertahap siswa mencari penyelesaian dari submasalah
yang telah mereka susun sehingga akhirnya mereka akan sampai pada tujuan atau
maksud dari masalah tersebut. Proses pembelajaran seperti itu mampu melatih
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Bruner (Ruseffendi, 1991) mengemukakan bahwa agar siswa lebih
berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan
untuk melihat kaitan-kaitan, baik antara dalil dan dalil, antara teori dan teori,
antara topik dan topik, maupun antar cabang matematika. Kegiatan tersebut
terdapat pada pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis. Masalah
yang diberikan dalam pembelajaran ini disusun menjadi beberapa submasalah
yang diselesaikan secara bertahap. Submasalah tertentu diselesaikan dengan
menggabungkan hasil penyelesaian dari dua atau lebih submasalah sebelumnya.
Ketika menyelesaikaan sub-sub masalah yang telah disusun, siswa juga
dimungkinkan untuk menggunakan kemampuan mengaitkan antar konsep
matematis, maupun konsep matematis dengan situasi sehari-hari.
Pembelajaran Means-Ends Analysis mengantarkan siswa pada suatu
konsep baru yang mereka temukan dari hasil memecahkan masalah. Proses
memecahkan masalah menggunakan kemampuan yang dimiliki berpengaruh
terhadap disposisi matematis siswa. Siswa yang terbiasa dihadapkan dengan
masalah dan mampu menyelesaikannya akan menjadi lebih percaya diri dan tidak
mudah menyerah menghadapi tantangan. Selain itu, proses pemecahan masalah
menggunakan strategi Means-Ends Analysis dilakukan secara bertahap, artinya
dari masalah yang diberikan, dibuat sub-sub masalah yang kemudian akan
diselesaikan oleh siswa satu persatu, sehingga tidak membebani siswa.
Uraian di atas mengemukakan bahwa tahapan dalam pembelajaran
menggunakan strategi Means-Ends Analysis diduga memiliki pengaruh terhadap
6
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti apakah strategi Means-Ends
Analysis dapat meningkatkan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan
disposisi matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah strategi Means-Ends Analysis dapat meningkatkan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi
matematis?”
Selanjutnya rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi:
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional?
3. Apakah peningkatan disposisi matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan peningkatan:
1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan
strategi Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan strategi Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya
7
3. Disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi
Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, Means-Ends Analysis dapat menjadi salah satu alternatif strategi
pemecahan masalah yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
koneksi matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis, serta
disposisi matematis siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis
memberikan suasana belajar yang menantang. Siswa dihadapkan pada
masalah non rutin, terlatih dalam menyelesaikannya sehingga siswa
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi pembaca, agar dapat dijadikan sebagai kajian yang menarik yang perlu
diteliti lebih lanjut.
4. Bagi dunia pendidikan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini agar dapat
dijadikan sebagai acuan untuk lebih mengembangkan kualitas pendidikan.
E. Definisi Operasional
1. Strategi Means-Ends Analysis merupakan strategi pemecahan masalah dengan
langkah: mengidentifikasi perbedaan antara current state dan goal state dari
suatu masalah, membentuk subtujuan yang akan mengurangi perbedaan
antara current state dan goal state, dan menentukan serta mengaplikasikan
strategi yang dapat mencapai subtujuan.
2. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan siswa dalam: (1)
Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) Memahami
hubungan antar topik matematis; (3) Menerapkan matematika dalam bidang
lain atau dalam kehidupan sehari-hari; (4) Memahami representasi ekuivalen
8
dalam representasi yang ekuivalen; (6) Menerapkan hubungan antar topik
matematis dan antara topik matematis dengan topik di luar matematika.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa
dalam: (1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (2)
merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik dari suatu
situasi atau masalah sehari-hari, (3) memilih dan menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika, (4) menjelaskan
atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal serta
memeriksa kebenaran hasil jawaban, (5) menerapkan matematika secara
bermakna.
4. Disposisi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: (1) Percaya
diri dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah,
mengkomunikasikan ide-ide matematis, dan memberikan argumentasi; (2)
Berpikir fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba
metode alternatif dalam menyelesaikan masalah; (3) Gigih dalam
mengerjakan tugas matematika; (4) Berminat, memiliki keingintahuan
(curiosity), dan memiliki daya cipta (inventiveness) dalam aktivitas
bermatematika; (5) Memonitor dan merefleksi pemikiran dan kinerja; (6)
Menghargai aplikasi matematika pada disiplin ilmu lain atau dalam
kehidupan sehari-hari; (7) Mengapresiasi peran matematika sebagai alat dan
sebagai bahasa.kecenderungan untuk berpikir dan bersikap secara positif
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dilaksanakan dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis pada kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Desain
eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen
(Ruseffendi, 2005: 52) yang digambarkan sebagai berikut:
O X O
---
O O
Keterangan:
O = soal pretes = soal postes
X = pembelajaran dengan strategi Means-Ends Analysis
Pada desain di atas, kedua kelompok diberi pretes terlebih dahulu
sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok diukur
kembali dengan postes. Tujuan diberikannya pretes adalah untuk melihat
kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok.
Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Yang
merupakan variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi
Means-Ends Analysis, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi
matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis, dan disposisi matematis.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMPN di
25
yang akan diujikan yaitu bab kubus dan balok, serta prisma dan limas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling berdasarkan
pertimbangan dari guru matematika di sekolah yang bersangkutan. Satu kelas
dijadikan sebagai kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran menggunakan
strategi Means-Ends Analysis, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.
Instrumen tes berupa seperangkat soal yang mengukur kemampuan koneksi
matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Instrumen non
tes berupa angket yang mengukur disposisi matematis siswa, dan lembar
observasi.
1. Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis
Tujuan penyusunan tes koneksi dan pemecahan masalah matematis
adalah untuk mengetahui kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
matematis siswa. Tes tersebut berupa soal uraian, disusun berdasarkan
indikator koneksi dan pemecahan masalah matematis yang hendak diukur.
Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi, kemudian menyusun
soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun disertai dengan kunci jawaban,
dan dilengkapi dengan pedoman pemberian skor soal.
Pedoman pemberian skor tes kemampuan koneksi diadaptasi dari
Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin
(Delima, 2011). Kemudian pedoman pemberian skor tes kemampuan
pemecahan masalah matematis diadaptasi dari pedoman penskoran yang
dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Hutagalung, 2009). Kedua pedoman
penskoran tersebut dapat dilihat pada lampiran B.
Sebelum instrumen tes diberikan kepada seluruh siswa pada kedua
kelompok yang diteliti, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut di antaranya
26
2. Angket
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket
yang mengukur disposisi matematis siswa. Angket tersebut terdiri dari 15
pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif dengan empat alternatif
jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Angket ini diberikan kepada kedua kelompok sebelum
dan sesudah kegiatan penelitian.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
suasana pembelajaran terkait dengan aktifitas siswa, aktifitas guru, interaksi
antara siswa dan guru serta antar siswa selama pembelajaran berlangsung.
Hasil pada lembar observasi tidak dianalisis secara statistik, tetapi hanya
dijadikan sebagai bahan masukan untuk pembahasan hasil secara deskriptif.
Data yang dihasilkan dari lembar observasi adalah berupa persentase.
Persentase aktivitas siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi
Means-Ends Analysis dapat diklasifikasikan menggunakan aturan klasifikasi
aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Klasifikasi Aktivitas Siswa
Persentase Klasifikasi
0% < x ≤ 20% Sangat Rendah
20% < x ≤ 40% Rendah
40% < x ≤ 60% Sedang
60% < x ≤ 80% Tinggi
80% < x ≤ 100% Sangat Tinggi Sumber: Mulyana (2005)
D. Teknik Analisis Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu alat ukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, validitas muka
dan validitas butir. Yang dimaksud dengan validitas isi adalah kesesuaian
27
kebenaran materi atau konsep yang diujikan. Validitas muka adalah
keabsahan susunan kalimat dalam soal sehingga jelas pengertiannya.
Sementara validitas butir diuji dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Sundayana, 2010):
a. Menghitung harga korelasi setiap butir menggunakan rumus Product
Moment Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
xy
r : koefisien korelasi
n : banyaknya siswa
X : skor item
Y : skor total
XY : hasil perkalian skor item dan skor total
X2 : hasil kuadrat dari skor item
Y2 : hasil kuadrat dari skor total (∑X)2
: hasil kuadrat dari total jumlah skor item (∑Y)2
: hasil kuadrat dari total jumlah skor total
b. Melakukan perhitungan uji t dengan rumus:
c. Mencari ttabel dengan ttabel = �(dk = n-2).
d. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika ℎ� � > , butir soal valid, atau
Jika ℎ� � ≤ , butir soal tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas (lampiran), dari 6 butir soal
yang mengukur kemampuan koneksi matematis, sebanyak 5 soal valid dan 1
2 2
2
2
Y Y n X X n Y X XY n rxy ℎ� � = − 228
soal lainnya tidak valid. Sedangkan soal yang mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematis, 5 butir soal valid dan 1 lainnya tidak valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya
diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang
berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula (Suherman,
2003: 131). Reliabilitas instrumen ditentukan dengan menggunakan rumus
Alpha (Ruseffendi, 2005: 172):
Keterangan:
11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir soal
2
b
= jumlah variansi butir soal
2
t
= varians total
Tingkat reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Reliabilitas Klasifikasi
0,00 ≤ r < 0,20 11 Kecil
0,20 ≤ r < 0,40 11 Rendah
0,40 ≤ r < 0,70 11 Sedang
0,70 ≤ r < 0,90 11 Tinggi
0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Ruseffendi (2005)
2229
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen (lampiran),
diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi matematis
adalah 0,42 yang menunjukkan tingkat reliabilitas sedang. Kemudian
koefisien reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis adalah
0,45 yang menunjukkan tingkat reliabilitas sedang. Dengan demikian,
instrumen penelitian tersebut memenuhi tingkat keajegan suatu instrumen.
3. Daya Pembeda
Penghitungan daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang
kurang pandai.
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Subana, 2005: 134):
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
A
J = banyaknya peserta pada kelompok atas
B
J = banyaknya peserta pada kelompok bawah
A
B = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
B
B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar.
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
B B A A
30
Tabel 3.3
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Keterangan
D < 0 Sangat Jelek
0,00 ≤ D ≤ 0,19 Jelek
0,20 ≤ D ≤ 0,39 Cukup
0,40 ≤ D ≤ 0,69 Baik
0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali
Sumber: Suherman (2003: 161)
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal (lampiran), untuk
soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis, terdapat 3 soal berada
pada kategori cukup, dan 3 soal lainnya berada pada kategori jelek. Kemudian
untuk soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis, 3 soal
berada pada kategori cukup, dan 3 soal lainnya berada pada kategori jelek.
4. Indeks Kesukaran
Penghitungan taraf kesukaran soal ditujukan untuk mengetahui apakah
soal termasuk ke dalam kategori sukar, sedang, atau mudah. Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index).
Menghitung indeks kesukaran soal dapat menggunakan rumus (Subana,
2005: 133):
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
P =
31
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
P Keterangan
P = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
P > 1,00 Terlalu Mudah
Sumber: Suherman (2003: 170)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran soal instrumen
(lampiran), untuk tes kemampuan koneksi matematis, diperoleh 1 soal dengan
kategori sukar, 3 soal dengan kategori sedang, dan 2 soal dengan kategori
mudah. Kemudian untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis,
diperoleh 2 soal dengan kategori sukar, 3 soal dengan kategori sedang, dan 1
soal lainnya dengan kategori mudah.
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas, reliabilitas, daya
32
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
Kemam puan
No.
Soal Validitas
Reliabili tas
Daya Pembeda Indeks
Kesukaran Keterangan DP Kriteria IK Kriteria
Koneksi Matema tis
1 Valid
11
r = 0,42
Kriteria: sedang
0,23 Cukup 0,55 Sedang Digunakan 2 Valid 0,18 Jelek 0,61 Sedang Dibuang 3 Valid 0,25 Cukup 0,18 Sukar Digunakan 4 Tidak Valid 0,12 Jelek 0,71 Mudah Dibuang 5 Valid 0,22 Cukup 0,86 Mudah Digunakan 6 Valid 0,17 Jelek 0,33 Sedang Dibuang Pemeca
han Masalah Matema tis
1 Valid
11
r = 0,45
Kriteria: sedang
0,24 Cukup 0,14 Sukar Digunakan 2 Valid 0,25 Cukup 0,63 Sedang Digunakan 3 Valid 0,12 Jelek 0,42 Sedang Dibuang 4 Tidak Valid 0,07 Jelek 0,60 Sedang Dibuang 5 Valid 0,11 Jelek 0,13 Sukar Dibuang 6 Valid 0,28 Cukup 0,72 Mudah Digunakan
E. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar
Demi kelancaran penelitian ini, disusun perangkat pembelajaran dan
bahan ajar berdasarkan karakteristik strategi Means-Ends Analysis. Perangkat
pembelajaran pada penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada pembimbing.
Bahan ajar yang dikembangkan mengacu pada materi kubus dan balok,
serta prisma dan limas. Bahan ajar dikembangkan dalam bentuk Lembar Kerja
Siswa yang telah dimodifikasi dari karya ilmiah Fitriani (2009). Lembar Kerja
Siswa tersebut berisi permasalahan yang dapat mengembangkan kemampuan
koneksi dan pemecahan masalah matematis yang harus diselesaikan oleh siswa.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan di antaranya adalah: (1)
Melakukan kajian teoritis mengenai strategi Means-Ends Analysis,
kemampuan koneksi dan pemecahan masalah, serta disposisi matematis, (2)
Mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok
33
dan pemecahan masalah matematis, (4) Menyusun angket disposisi
matematis.
Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan ujicoba instrumen kepada
siswa yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) Pelaksanaan pretes kemampuan
koneksi matematis, pemecahan masalah matematis, serta pengisian angket
disposisi matematis untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2)
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis pada
kelas eksperimen dan pengisian lembar observasi pada kelas eksperimen oleh
observer, serta pelaksanaan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,
(3) Pelaksanaan postes kemampuan koneksi matematis, pemecahan masalah
matematis, serta pengisian angket disposisi matematis untuk kedua kelompok.
3. Tahap Pembuatan Laporan
Tahap ini merupakan tahap terakhir, di mana peneliti mengolah dan
34
G. Alur Penelitian
Berikut disajikan diagram alur penelitian:
Diagram Alur Penelitian
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menghasilkan dua jenis data, yaitu data interval berasal dari
tes kemampuan koneksi serta pemecahan masalah matematis, dan data ordinal
berasal dari angket disposisi matematis. Hasil pekerjaan siswa dalam tes awal dan
tes akhir kemampuan koneksi serta pemecahan masalah matematis diperiksa oleh
dua orang yang berbeda, yakni peneliti sendiri dan mahasiswi Pascasarjana UPI
35
manipulasi data. Hasil pengoreksian tersebut kemudian diuji menggunakan uji-t
dan dilihat korelasinya menggunakan rumus Product Moment Pearson.
Rumusan hipotesis untuk menguji korelasi adalah:
Ho : �= 0
Ha : � ≠0
Keterangan:
� = 0 :Tidak terdapat hubungan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2
� ≠0 :Terdapat hubungan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari � =
0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Rumusan hipotesis statistik yang diuji untuk menguji perbedaan rerata
data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2 adalah sebagai berikut:
2 1 :
o H
(Tidak terdapat perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2)
2 1 :
a H
(Terdapat perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2)
Keterangan:
1
: Rerata data pengoreksi 1
2
: Rerata data pengoreksi 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari 0,05,
maka Ho diterima; untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Setelah dilakukan uji korelasi dan uji-t, jika diperoleh hasil terdapat
korelasi antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2, serta tidak terdapat
perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2, maka data pengoreksi 1
yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui
peningkatan kemampuan koneksi matematis, dan pemecahan masalah matematis
kedua kelompok.
Karena penelitian ini menggunakan uji statistik dengan data interval,
36
dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah
yang digunakan menurut Sundayana (2010) adalah:
1. Menentukan frekuensi responden
2. Membuat proporsi dari setiap jumlah frekuensi
3. Menentukan nilai proporsi kumulatif
4. Menentukan nilai z tabel
5. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z
6. Menentukan nilai skala (scale value) dengan menggunakan rumus:
� = � � � �� � − � � �� �
�� � − � �� �
7. Menentukan nilai transformasi menggunakan rumus:
� =� + � � + 1
Setelah data hasil angket diubah ke dalam interval, selanjutnya dihitung
besar peningkatan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi
matematis siswa. Besar peningkatan tersebut dapat dihitung menggunakan rumus
gain ternormalisasi, yaitu:
g = −
� � − (Meltzer, 2002)
Hasil perhitungan gain diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi
[image:34.595.112.512.146.730.2]dari Hake (2002), yaitu:
Tabel 3.6 Klasifikasi Gain (g)
Besar g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g 0,7 Sedang
37
1. Uji Prasyarat
Persyaratan atau asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan uji
hipotesis menggunakan statistik parametrik adalah normalitas data dan
homogenitas varians.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada dua
kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov
dengan menggunakan program SPSS 16 pada taraf signifikansi 5%.
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari �
= 0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
varians populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Levene
menggunakan program SPSS 16 pada taraf signifikansi 5%.
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho :
2 1
= 22
Ha : 12 2 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari �
= 0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
2. Uji Hipotesis
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
38
Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut:
2 1 :
o H
2 1 :
a H
Keterangan:
1
: nilai rerata kemampuan matematis siswa kelas eksperimen
2
: nilai rerata kemampuan matematis siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. (1-pihak) lebih
besar dari 0,05, maka Ho diterima; untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Berikut disajikan diagram alur uji statistik:
Kemudian jika diperoleh hasil bahwa pembelajaran Means-Ends
Analysis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa,
maka selanjutnya akan dicari ukuran pengaruhnya (effect size). Menurut
39
besarnya efek suatu variabel pada variabel lain, besarnya perbedaan maupun
hubungan, yang bebas dari pengaruh besarnya sampel”.
Menghitung effect size uji-t menggunakan rumus Cohen’s d sebagai
berikut:
Sumber: Thalheimer (2002)
dengan
Keterangan:
1
: rerata kelompok eksperimen
2
: rerata kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
2 1
S : varians kelompok eksperimen
2 2
S : varians kelompok kontrol
Hasil perhitungan effect size diinterpretasikan dengan menggunakan
[image:37.595.121.507.189.735.2]klasifikasi menurut Cohen (Becker, 2000), yaitu:
Tabel 3.7
Klasifikasi Effect Size (d)
Besar d Interpretasi
0,8 ≤ d ≤ 2,0 Besar
0,5 ≤ d < 0,8 Sedang
0,2 ≤ d < 0,5 Kecil
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sgab= −1 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis, dan pembahasan yang telah
disajikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, meskipun berada
pada kategori sedang. Pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends
Analysis memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional, meskipun berada pada kategori sedang. Pembelajaran
menggunakan strategi Means-Ends Analysis memberikan pengaruh yang
besar terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
3. Tidak Terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dengan siswa
yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berikut ini disajikan beberapa saran, di antaranya:
1. Karena proses pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok, maka perlu
dibuat strategi yang dapat menstimulus seluruh siswa untuk terlibat aktif
87
2. Lebih ditekankan pada langkah pembelajaran Means-Ends Analysis yang
ketiga, yakni menentukan dan mengaplikasikan prosedur yang dapat
mencapai subtujuan, agar kemampuan koneksi matematis siswa menjadi lebih
baik.
3. Perlu adanya perbaikan konten permasalahan yang disajikan dalam LKS.
Petunjuk dalam permasalahan dibuat lebih jelas agar mempermudah siswa
menyusun sub-sub masalah, sehingga siswa lebih mampu mengeksplorasi
ide-ide matematis, percaya diri, dan gigih dalam menyelesaikan
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke-5.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP(1) .pdf.
Becker, L. (2000). Effect Size (ES). [Online]. Tersedia: http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/EffectSizeBecker. pdf.[29 Mei 2013].
Beyers, J. (2011). Development and Evaluation of an Instrument to Assess
Prospective Teachers’ Dispositions with Respect to Mathematics. International Journal of Business and Social Science. [Online]. Tersedia:
http://www.ijbssnet.com/journals/Vol_2_No_16_September_2011/3.pdf. [13 April 13].
Carson, J. (2007). A Problem with Problem Solving: Teaching Thinking without Teaching Knowledge. The Mathematics Educator. Vol. 17 No. 2. [Online]. Tersedia: http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v17n2/v17n2_Carson.pdf. [29 Januari 2013].
Dean, S. & Eustis, NE. (2008). Using Non-Traditional Activities to Enhance
Mathematical Connections. [Online]. Tersedia:
http://scimath.unl.edu/MIM/files/research/DeanS.pdf. [26 Januari 2013].
Delima, N. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Eeden, K. V. (2003). Problem Solving: Method: Means-ends Analysis: What is
The ‘Means-ends Analysis’ Method? [Online]. Tersedia:
http://www.faqts.com/knowledge_base/view.phtml/aid/25270/fid/1242.
Eysenck, M. W. (1993). Principles of Cognitive Psychology. Hilldale (USA): Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Fitriani, A. D. (2009). Peningkatan Kemampuan Komuunikasi dan Kemampuan
89
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematis Melalui Pendekatan Open Ended (Studi Eksperimen pada SMU X di Bandung). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Graven, M. (2012). Accessing and Assessing Young Learner’s Mathematical
Dispositions. South African Journal of Childhood Education. [Online]. Tersedia:
http://www.ru.ac.za/media/rhodesuniversity/content/sanc/documents/wGrav
en%20-%202012%20-%20Accessing%20and%20assessing%20young%20learners%20mathematic al%20dispositions.pdf. [13 April 2013].
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Area-D-American Educational
Research Association’s Division D, Measurement and Research Methology. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 Januari 2013].
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA.
Hutagalung, J. B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Jarrett, D. (2000). Open-ended Problem Solving Weaving a Web of Ideas.
Northwest Teacher. Vol. 1 No. 1. Portland: Northwest Regional Educational
Laboratory.
Kurniawan, Y. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di SMP Manba’ul Ulum Kota Tangerang. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Laterell, C. M. What Is Problem-solving Ability. [Online]. Tersedia: http://www.lamath.org/journal/Vol1/What_IS_P_S_Ability.pdf. [29 januari 2013].
Mahmudi, A. (2010). Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Matematika di FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Maxwell, K. (2001). Positive Learning Dispositions in Mathematics. ACE Papers.
[Online]. Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=journal%20of%20disposition%2 0mathematics&source=web&cd=12&cad=rja&ved=0CDcQFjABOAo&url=
90
kV2AWhVoU_0rK13BnAlldJDA&bvm=bv.45175338,d.bmk. [13 April 2013].
Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics; “Hidden Variabel” in Diagnostics
Pretes Scores. American Journal of Physics. [Online]. Tersedia: www.physiceducation.net/does/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa SMA Jurusan IPA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Mwakapenda, W. (2008). Understanding Connections in The School Mathematics Curriculum. South African Journal of Education. Vol. 28. [Online]. Tersedia: http://www.ajol.info/index.php/saje/article/download/25153/4352. [26 Januari 2013].
NCTM. (2000). Principles and Standards for Schools Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nuharini, D. dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTS
Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Polya, G. (1973). How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press. Second Edition.
Ramdhani, S. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem
Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Roshendi, U. (2012). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetisinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. Vol. 14 No. 1.
[Online]. Tersedia:
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol14no1nov 2010/2010%20November_01%20Agung%20Santoso.pdf. [21 Mei 2013].
91
Sugiyatno. (2007). Obyek Belajar Matematika. Pontianak: FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Suherman, E. (2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php.pdf.
Suherman, E. dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Individual Textbook. Bandung: Jurusan FPMIPA UPI Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA di FPMIPA Bandung.
Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.
Thalheimer, A. & Samantha, C. (2002). How to Calculate Effect Sizes from Published Research: A Simplified Methodology. Work-Learning Research.
[Online]. Tersedia:
http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/Effect_Sizes_pdf5. pdf.[21 Mei 2013].
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Vollmeyer, R. dkk. (1996). The Impact of Goal Specificity on Strategy Use and the Acquisition of Problem Structure. Cognitive Science. Vol. 20. [Online]. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1207/s15516709cog2001_3/pdf. [26 Januari 2013].
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran: Pelengkap