• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS INKUIRI, DISCOVERY DAN EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS INKUIRI, DISCOVERY DAN EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh : Tiara Nurhuda

0901994

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

Oleh Tiara Nurhuda

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Tiara Nurhuda

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS INKUIRI, DISCOVERY DAN EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si NIP.195910131984031001

Pembimbing II

Dra. Wiendartun, M.Si NIP. 195708071982112001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS INKUIRI, DISCOVERY DAN EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA SMP

TIARA NURHUDA NIM. 0901994, Pembimbing I: Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si,

Pembimbing II: Dra. Wiendartun, M.Si

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Efektivitas Penggunaan Lks Inkuiri, Discovery dan

Ekspositori untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP” ini

dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains siswa SMP di sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains setelah diterapkannya treatment

pembelajaran menggunakan LKS inkuiri, discovery dan ekspositori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment dengan one group

pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu

SMP Negeri di kota Bandung yang dipilih dengan teknik random sampling.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan enam kali pertemuan dengan menggunakan tes keterampilan proses sains materi fisika berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya

treatment dan enam buah LKS inkuiri, discovery dan ekspositori masing-masing

dua LKS dengan materi fisika yang berbeda. Analisis data diperoleh dengan skor

gain ternormalisasi kemudian di uji statistic non parametric Kruskall-Wallis

dikarenakan sampel salah satu data terdistribusi tidak normal dan tidak homogen. Dari hasil analisis data yang memperoleh nilai KW secara signifikan adalah LKS inkuiri. Nilai KW 22,99 lebih besar dari Chi quadrat sebesar 5,99. Dengan demikian disimpulkan bahwa LKS inkuiri efektif untuk peningkatan keterampilan proses sains secara signifikan.

Kata kunci: Lembar Kerja Siswa (LKS), Keterampilan Proses Sains, Inkuiri,

(5)

THE EFFECTIVENESS OF USING INQUIRY , DISCOVERY AND EXPOSITORY

WORKSHEETS TO IMPROVE SCIENCE PROCESS SKILLS OF JUNIOR HIGH

SCHOOL STUDENT

TIARA NURHUDA NIM. 0901994, Pembimbing I: Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si,

Pembimbing II: Dra. Wiendartun, M.Si

ABSTRACT

The study entitled "The Effectiveness of Using Inquiry , Discovery and Expository

Worksheets to Improve Science Process Skills of Junior High School Student" is

motivated by lack of science process skills in the junior high school students were

used as a study . This study aims to determine the increase in the application of

science process skills after treatment using the worksheets inquiry, discovery and

expository. The method used in this study were pre ¬ experiment with a one -

group pretest - posttest design . The sample in this study is one of the eighth grade

students of SMP Negeri Bandung selected by random sampling technique . Intake

of data in this study was carried out six times with the use of science process skills

to the test questions are multiple choice exerts performed before and after

treatment and six worksheets inquiry, discovery and expository each of the two

worksheets with different materials. Analysis of the data obtained with the

normalized gain scores for later in the test statistic Kruskall - Wallis (KW) non-

parametric because of one sample data was not normally distributed and not

homogeneous . From the analysis of the data obtained KW’s value is significantly inquiry worksheet . KW’s value is greater than 22.99 KW’s Chi quadrat is 5.99.

©2013 Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

Keywords : Student Worksheet, Science Process Skills , Inquiry , Discovery and

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………...………i

KATA PENGANTAR……….ii

UCAPAN TERIMAKASIH.………..iii

ABSTRAK………..iv

DAFTAR ISI………..vii

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR GAMBAR………...x

BAB I: PENDAHULUAN……...………1

A. Latar Belakang…...………...………1

B. Rumusan Masalah………...………..6

C. Batasan Masalah………..……….6

D. Tujuan Penelitian………...………...6

E. Manfaat Penelitian………...……….7

F. Struktur Organisasi Skripsi…………...………7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA………9

A. Teori Belajar……….…9

B. Pembelajaran IPA yang Ideal………...10

C. Efektivitas Pembelajaran IPA……….12

D. Lembar Kerja Siswa………...14

E. Keterampilan Proses Sains……….19

F. Efektivitas Penggunaan LKS Inkuiri, Discovery dan Ekspositori untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP………..23

(7)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN……….27

A. Metode Penelitian………...27

B. Desain Penelitian………27

C. Populasi dan Sampel Penelitian………..28

D. Definisi Operasional………...28

E. Instrumen………30

F. Prosedur Penelitian……….30

G. Teknik Analisis Instrumen………..34

H. Teknik Pengolahan Data……….37

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..46

A. Pelaksanaan Penelitian………...……….……….………..46

B. Hasil Penelitian……….…….……….46

C. Pembahasan………...…….….…………...54

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……...………...………...…...68

A. Kesimpulan……….68

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan yang paling penting dan meresap di sekolah adalah mengajarkan siswa untuk berpikir. Semua pelajaran sekolah harus terbagi dalam mencapai tujuan ini secara keseluruhan. Sains memberikan kontribusi keterampilan yang unik, dengan penekanan pada hipotesa, memanipulasi dunia fisik dan penalaran dari data (Padilla, 1990). Proses berpikir siswa dalam mencapai pemahamannya itulah merupakan hal yang sangat penting. Sains adalah induksi dimana terdapat proses khusus dalam pikiran, selain pengamatan fakta belaka yang diperlukan (Whewell, 1849). Proses khusus dalam pikiran ini adalah proses inferensi, "kami menyimpulkan lebih dari yang kita lihat." (Whewell, 1858). Menemukan konsepsi yang tepat yang dapat digunakan untuk menggeneralisasikan fenomena memerlukan serangkaian kesimpulan, sehingga Whewell mencatat bahwa induksi penemuan adalah sebuah proses yang melibatkan "kereta penelitian" (Whewell, 1873).

Berdasarkan argumen-argumen yang telah diuraikan, ketercapaian dalam proses berpikir siswa menuju hal yang diperoleh dalam pembelajaran harus ditunjang untuk mencapai ketercapaian tersebut. Tentunya hal tersebut diperoleh dalam merancang strategi serta pembelajaran yang tepat untuk mencapai indikator yang diharapkan. Selain itu guru juga menggunakan media pembelajaran untuk membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

(9)

dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “sains pada hakekatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan. Pernyataan yang lebih tepat tentang hakekat Sains adalah Sains sebagai produk untuk pengganti pernyataan Sains sebagai sebuah kumpulan pengetahuan, Sains sebagai sikap untuk pengganti pernyataan Sains sebagai cara atau jalan dan Sains sebagai proses untuk pengganti pernyataan Sains sebagai cara untuk penyelidikan. Karena fisika merupakan bagian dari Sains atau IPA, maka sampai pada tahap ini kita dapat menyamakan persepsi bahwa hakekat fisika adalah sama dengan hakekat IPA atau sains. Jadi hakekat fisika adalah sebagai produk “a body of knowledge”, fisika sebagai sikap “a way of thinking”, dan fisika sebagai proses “a way of investigating”.

(10)

dasarnya keterampilan proses memberikan dasar untuk belajar terpadu (lebih kompleks) dalam keterampilan yang dimiliki. (Padilla: 1990).

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional melakukan evaluasi ke luar dengan cara mengikuti berbagai jenis program penilaian Internasional antara lain Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment

(PISA). Berdasarkan hasil TIMSS pada grade 8 atau tingkat SMP, peringkat dan skor Indonesia dalam mata pelajaran Sains pada tahun 2007 Indonesia berada di urutan 41 dari 48 negara partisipan, artinya Indonesia menempati peringkat ke-7 dari bawah. Jika dilihat dari perolehan skor, pada tahun 2007 skor Indonesia adalah 427 sementara skor rata-rata dunia mencapai 467. Peringkat Indonesia masih berada pada kelompok bawah dan perolehan skor Indonesia masih berada di bawah rata-rata dunia bahkan masih berada di bawah beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sedangkan berdasarkan hasil PISA, peringkat dan skor Indonesia pada tahun 2009, Indonesia. Sedangkan berdasarkan hasil PISA, skor Indonesia menempati peringkat 60 dari 65 negara dan skor mata pelajaran sains Indonesia sebesar 383 dari skor internasional 500.

Berdasarkan Permendiknas no 22 tahun 2006, tujuan dari mata pelajaran IPA/Sains di SMP/MTs antara lain melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sejalan dengan hal itu, literasi sains ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten sains, proses sains, dan konteks sains. Sedangkan kemampuan yang diukur dalam framework TIMSS 2007 meliputi pengetahuan

(knowing), penerapan (applying) dan penalaran (reasoning) yang diterapkan

(11)

maupun TIMSS. Seperti pengukuran literasi sains, keterampilan proses sains (KPS) dapat dilakukan dengan tes tertulis setelah pembelajaran selesai, dan menggunakan lembar observasi. Karena banyaknya persamaan antara soal-soal dimensi proses dan soal-soal KPS, maka penyiapan butir soal KPS dapat memperhatikan penyusunan soal-soal KPS.

Indonesia dalam PISA maupun TIMSS merupakan negara yang termasuk kategori mata pelajaran sainsnya sangat rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di kelas VIII di salah satu SMP di kota bandung, peneliti melakukan observasi pada pembelajaran fisika ditemukan bahwa proses pembelajaran siswa belum memenuhi standar proses yang terdiri dari terdapatnya kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dimana siswa belajar secara aktif menemukan sendiri pengetahuannya dalam proses pembelajaran. Studi pendahuluan selanjutnya peneliti melakukan penyebaran angket sehingga memperoleh hasil sebesar 11,11% melakukan kegiatan praktikum dilaboratorium dimana guru mendemonstrasikan percobaan dan siswa mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan oleh guru fisika,67% melakukan pembelajaran dikelas tanpa praktikum, serta 22,29% pembelajaran belum disampaikan. Dalam sumber pembelajaran sebesar 100% siswa tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pembelajaran dikelas sebagai salah satu sumber belajar 75% siswa menggunakan buku, dan catatan, 17,5% siswa menggunakan buku, modul dan catatan serta 7,5% siswa menggunakan buku catatan. Siswa melakukan praktikum secarakelompok. Guru fisika saat itu memberikan soal KPS dalam pertanyaan-pertanyaan yang dibubuhkan dalam LKS berdasarkan ketika demonstrasi KD 5.2 yang telah dilakukan oleh guru. Soal yang diberikan berupa soal keterampilan mengobservasi, berkomunikasi, menginterpretasikan dalam bentuk essay. Nilai rata-rata kelas sebesar 55,5, diartikan bahwa tingkat KPS siswa dikelas tersebut adalah rendah.

(12)

menggunakan kegiatan laboratorium ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami dan melakukan sendiri suatu percobaan (Rustaman: 2005). Dengan adanya kegiatan praktikum, diharapkan siswa lebih memahami konsep yang telah diajarkan, memiliki pengalaman belajar yang bervariasi, serta meningkatkan keterampilan proses yang telah dimiliki oleh siswa.

Salah satu persiapan yang harus dilakukan dalam kegiatan praktikum adalah lembar kerja siswa (LKS). Penuntun praktikum maupun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu alat bantu pengajaran yang berorientasi pada pendekatan keterampilan proses. LKS juga merupakan alat yang biasanya berisi petunjuk dan langkah-langkah bagi siswa untuk menyelesaikan suatu tugas (Rustaman, 2008: 7). Petunjuk dan langkah kerja yang terdapat pada lembar kerja siswa akan membantu siswa mengembangkan keterampilan proses siswa. Keterampilan proses yang dikembangkan dapat berupa keterampilan proses observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep serta keterampilan mengajukan pertanyaan.

Petunjuk praktikum maupun lembar kerja siswa yang saat ini digunakan di sekolah sangatlah bervariasi, dan masing-masing lembar kerja tentu memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri dalam mengembangkan keterampilan proses. Dalam pandangan siswa, LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang tidak umum digunakan dan tidak diperjualbelikan di lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan setiap siswa mempunyai buku sumber berupa buku paket Fisika SMP dari BSE, sehingga LKS dirasakan kurang bermanfaat dalam proses pembelajaran. Padahal dengan menggunakan LKS dalam pembelajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar.

(13)

tidaklah semua sekolah memilikinya. Maka terhambatlah pembelajaran di sekolah. seharusnya guru sekreatif mungkin membuat LKS panduan praktikum dengan membuat percobaan sedehana dengan alat yang sederhana pula, namun tidak mengurangi isi dari keseluruhan materi yang akan diajarkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah secara umum adalah :

1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah siswa diberikan LKS discovery, inkuiri dan ekspositori dalam pembelajaran praktikum IPA?

2. Bagaimana peningkatan tiap aspek keterampilan proses sains siswa setelah siswa diberikan LKS discovery, inkuiri dan ekspositori dalam pembelajaran praktikum IPA?

3. Bagaimana efektivitas LKS discovey, inkuiri dan ekspositori dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan skor pretest dan skor posttest pada aspek interpretasi data, komunikasi, penerapan konsep, serta observasi

2. Jenis LKS yang diberikan kepada siswa adalah LKS panduan praktikum bersifat discovery, inkuiri dan ekspositori

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkam identifikasi masalah yang diungkapkan sebelumnyamaka tujuan penelitian yang hendaak dicapai dari penelitian ini yaitu :

(14)

2. Mengkaji peningkatan tiap aspek keterampilan proses sains siswa setelah siswa diberikan LKS discovery, inkuiri dan ekspositori dalam pembelajaran praktikum

3. Menemukan LKS yang paling efektif diantara LKS discovey, inkuiri dan ekspositori dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah: 1. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang baru dengan diikutsertakan

langsung dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru dan calon guru, untuk memberikan masukan tentang alternatif pemecahan masalah untuk perbaikan kegiatan pembelajaran dan peningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi peneliti, memberikan pengalaman secara langsung untuk meningkatkan wawasan mengenai pembelajaran di kelas.

4. Bagi peneliti lain, memberikan referensi penelitian dan memberikan wawasan yang baru

F. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah 2. Batasan Masalah

3. Rumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian

6. Struktur Organisasi Skripsi Tinjauan Pustaka

1. Teori Belajar

(15)

5. Keterampilan Proses Sains

6. Efektivitas Penggunaan Lks Inkuiri, Discovery Dan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

7. Hipotesis

Bab III Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

2. Desain Penelitian

3. Populasi Dan Sampel Penelitian 4. Definisi Operasional

5. Instrumen

6. Prosedur Penelitian

7. Teknik Analisis Uji Instrumen 8. Teknik Pengolahan Data

Bab III Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

2. Pembahasan Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan

(16)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan serangkaian proses penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan dan memperoleh data penelitian dalam upaya memecahkan masalah penelitian (Arikunto :2006,53).

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Quasi Eksperimen (eksperimen semu) karena penelitian ini menggunakan 1 kelompok penelitian yang random untuk mengetahui keterampilan proses yang dicapainya.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah pretest and posttest group. Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang digunaksan sebelum eksperimen (01)

disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut posttest. (Arikunto,

2010:60)

Perbedaan antara 01 dan 02 diasumsikan merupakan efek dari treatment

yang dilakukan. Dalam penelitian yang akan dilakukan, ada 3 jenis treatment

yang dilakukan secara dua sesi, sehingga ada 6 buah treatment yang dilakukan. Sehingga akan diperoleh nilai treatment yang mana yang paling efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa

Tabel 3.1. One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan :

= Hasil Pretest

= Hasil Posttest

XE = Perlakuan dengan praktikum discovery serta pemberian LKS

Kelompok Pretest Treatment Posttest

(17)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP di kota Bandung yang terdiri dari beberapa kelas, sedangkan sampelnya adalah satu kelas yang diambil secara random sampling. Random sampling merupakan teknik penentuan sampel secara acak sehingga semua kelas memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Akan tetapi, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa kelas yang menjadi sampel penelitian merupakan kelas yang homogen. D. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang diteliti harus didefinisikan secara operasional, yaitu definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat di observasi, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Narbuko et.al, 2006:61)

Beberapa istilah yang perlu didefinisikan agar diperoleh penegasan-penegasan serta gambaran yang jelas dan tepat yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sebagai berikut :

(18)

melaksanakan percobaan berdasarkan prosedur yang diberikan dlam LKS. Tahapan kempat korelasi, siswa harus dapat memecahkan masalah dengan jalan mengkorelasikan masalah khusus dengan angkah-langkah percobaan secara umum. Tahapan keempat penemuan, siswa menemukan jawaban atas permasalahan yang diberikan guru kemudian guru memverifikasi jawaban siswa yang benar. Ketiga, adalah tahapan pembelajara menggunakan metode inkuiri yaitu tahapan pertama adalah persiapan dimana guru memberikan LKS yang hanya memuat tujuan percobaan dan beberapa pertanyaan. Tahapan kedua pelaksanaan, siswa melakukan percobaan sesuai dengan tujuan yang duberikan guru, siswa bebas memilih alat dan bahan serta merancang prosedur sendiri. Tahapan kempat korelasi, siswa harus dapat menjawab pertanyaan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan siswa harus dapat mengaplikasikan percobaan yang telah dilakukan secara khusus kedalam sebuah teori yang umum. Tahapan keempat kesimpulan, setiap siswa mempunyai kesimpulan masing-masing sesuai dengan percobaan yang telah dilaksanakan.

2. Keterampilan Proses Sains menurut Rustaman (2005:78) adalah Keterampilan proses yang terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Jenis-jenis indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005: 79) diantaranya mengamati (observasi), mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi data), meramalkan (Prediksi), mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,merencanakan percobaan, menerapkan konsep, berkomunikasi, menggunakan alat/bahan. Pada penelitian yang dilakukan, indikator yang diukur adalah observasi, interpretasi daa, menerapkan konsep dan berkomunikasi.

E. Instrumen

(19)

cermin dan lensa. LKS yang digunakan adalah LKS discovery, inkuiri dan ekspositori, yang masing-masing terdiri dari dua buah LKS sehingga ada enam buah LKS dengan materi yang berbeda-beda.

2. Soal test Keterampilan Proses Sains (KPS) digunakan saat pretest dan

posttest untuk menjaring penguasaan KPS siswa sebelum dan sesudah

melakukan kegiatan praktikum. KPS yang diukur adalah observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Soal test terdiri dai 12 soal dengan masing-masing 3 soal untuk setiap aspek KPS. Dalam penelitian, diberikan 6 kali pretest serta enam kali posttest, sehingga ada 6 buah nilai N-Gain.

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada saat perancanaan adalah:

a. Mencari masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran di sekolah b. Mereduksi masalah-masalah tersebut

c. Menelaah kompetensi mata pelajaran IPA SMP dan SMA. d. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

e. Merancang studi pendahuluan yang akan dilakukan terhadap masalah yang dikaji

f. Menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan dan mengurus surat izin studi pendahuluan dari pihak kampus dan sekolah.

g. Melakukan studi pendahuluan (observasi awal) yang meliputi observasi/pengematan langsung proses kegiatan pembelajaran di kelas, wawancara dengan siswa dan guru, menyebar angket untuk guru dan siswa. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan proses pembelajaran yang terjadi.

h. Merumuskan masalah penelitian dari hasil studi pendahuluan di lapangan i. Melakukan studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, makalah, dan

(20)

j. Telaah kurikulum IPA SMP dan penentuan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian.

k. Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

l. Men-judgement instrumen (berupa instrument tes) kepada dua orang dosen

dan satu guru mata pelajaran IPA yang ada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan. Instrumen ini digunakan untuk tes awal dan tes akhir.

m. Melakukan revisi atau meperbaiki instrumen yang telah dibuat. n. Kembali men-judgement intrumen yang telah direvisi.

o. Melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

p. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai untuk tes awal dan tes akhir.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan adalah:

a. Penentuan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas dan merupakan kelas sampel penelitian.

b. Pelaksanaan pretest setiap sebelum pembelajaran praktikum dengan jenis LKS yang berbeda

c. Memberikan treatment pembelajaran praktikum dengan diberikannya LKS ekspositori, inkuiri dan discovery secara dua sesi dengan materi yang berbeda-beda

d. Pelaksanaan post test setiap sesudah pembelajaran praktikum dengan jenis LKS yang berbeda

3. Tahap Akhir

(21)
(22)
(23)

Arikunto (2004:144) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas tes didasarkan pada validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas internal dilakukan dengan memperoleh pertimbangan dan penilaian

(judgement) dari dosen ahli dan atau guru pengajar.

Tabel 3.2. Kriteria Validitas Instrumen Tes Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,41 < r ≤ 0,60 Cukup 0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Arikunto (2003: 75) 2. Reliabilitas Tes

Menurut Sudjana et al (2001) realibilitas merupakan ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Reliabilitas

11

r

Interpretasi

0,80 < r11  1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11  0,80 Tinggi

0,40 < r11  0,60 Sedang

0,20 < r11  0,40 Rendah

0,00 < r11  0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2007) 3. Daya Pembeda

(24)

dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik mengandung soal sukar, sedang, dan mudah dengan proporsi yang sama.

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Rentang Klasifikasi

0,00 < x < 0,25 Sukar 0,26 < x < 0,75 Sedang 0,76 < x < 1,00 Mudah

(Arikunto 2003 : 208) 5. Anates V4

Anates V4 adalah software atau perarangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data uji instrumen. Adapun data-data yang dapat diolah menggunakan software ini adalah realibilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.. Peneliti menggunakan software ini untuk menghitung keseluruhan pengolahan data untuk uji instrument. Langkah-langkah pengolahan data uji instrument menggunakan software Anates V4 adalah sebagai berikut:

a. Jalankan Anates pilihan ganda b. Pada menu fili pilih buat file baru

c. Masukkan jumlah subjek, jumlah butir soal dan jumlah pilihan jawaban pada kotak informasi jawaban subjek

d. Input nama-nama subjek dan kunci jawaban setiap subjek e. Klik kembali ke menu utama

f. Pilih penyekoran data g. Pilih olah data otomatis

h. Pada kotak preview akan tampil hasil pengolahan data diantaranya skor data dibobot, realibilitas, kelompok unggul dan asor, daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas, korelasi skor butir dengan skor total, kualitas pengecoh dan rekap analisis butir.

(25)
(26)

43 11.11 Sangat Sukar 0.266 Signifikan Cukup Dipakai

Berdasarkan hasil uji coba instrument, diperoleh nilai realibilitas yang sangat tinggi sebesar 0,91. Terdapat delapan buah soal dengan kriteria jelek yang dihitung berdasarkan daya pembeda dan signifikansi korelasi, namun kedelapan soal tersebut tidak diganti dikarenakan belum tentu jika soal diganti, angka realibilitas dan korelasi XY menjadi lebih baik. Maka penelitian dilakukan dengan menggunakan ke 72 soal tersebuut yang telah di uji coba.

H. Teknik Pengolahan Data

(27)

diberikan perlu dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda, uji tingkat kesukaran, menghitung rerata skor, uji normalitas, uji homogenitas dan uji signifikansi.

1. Menghitung N-Gain

Setelah instrumen yang telah diketahui validitas dan reliabilitasnya diujikan pada siswa maka diperoleh skor-skor data tes siswa. Tes yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest. Kemudian ditentukan besarnya Gain (selisih antara skor post test dan skor pretest). N-Gain adalah gain yang dinormalisasi, perhitungan N-Gain bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang siswa. N-Gain dihitung sebagai berikut :

(Hake, Richard, 1998)

Hasil perhitungan N-Gain menurut Hake (1998) dikategorikan ke dalam tiga kategori yakni :

Tinggi : N-Gain > 0,7 Sedang : 0,3 ≤ N-Gain ≥ 0,7 Rendah : N-Gain < 0,3

2. Uji Homogenitas Variansi 3 Variabel (Uji Bartlett)

(28)

sampel berasal dari distribusi non-normal, kemudian menguji Bartlett mungkin hanya pengujian untuk non normalitas. Uji Bartlett digunakan untuk menguji hipotesis nol, H 0 bahwa semua varians populasi adalah sama k terhadap alternatif yang setidaknya dua berbeda. Uji Bartlett merupakan modifikasi dari uji rasio kemungkinan yang sesuai dirancang untuk membuat pendekatan distribusi yang lebih baik ( MS Bartlett 1937).

Misalkan sampel berukuran n1,n2,…,nk dengan data Yij = (I = 1,2,…,k dan j = 1,2,…,nk) dan hasil pengamatan telah disusun seperti dalam Tabel

dibawah ini. Selanjutnya sampel-sampel dhitung variansnya masing-masing yaitu:

Untuk mempermudah perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan uji bartlett lebih baik disusun dalam sebuah tabel sebagai berikut :

Tabel 3.6 Tabel Uji Barlett Sampel

ke

dk Si Si2 log Si2 dk x log Si2 dk x Si2

1 n1-1 S1 S12 Log S12 (n1-1) Log S12 n1-1 S12

2 n2-1 S2 S22 Log S22 (n2-1) Log S22 n2-1 S22

… … … …

K nk-1 Sk Sk2 Log Sk2 (nk-1) Log Sk2 nk-1 Sk2

Dari tabel diatas hitung nilai-nilai yang dibutuhkan : a). Varians gabungan dari semua sampel

∑ ∑

b). Harga satuan B dengan rumus

Uji bartlett digunakan statistik chi-kuadrat yaitu :

(29)

Signifikansi :

Jika X2≥X2(1-α)(k-1)maka H0 ditolak

Jika X2≤X2(1-α)(k-1)maka H0 diterima

Dimana jika X2(1-α)(k-1)didapatkan dari tabel distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk=(k-1)

4. Uji Normalitas Metode Kolmogorov Smirnov

Metode Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan metode Lilliefors. Langkah-langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikansi yang berbeda. Signifikansi metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-Smirnov, sedangkan metode Lilliefors menggunakan tabel pembanding metode Lilliefors.

Tabel 3.7 Tabel Uji Normalitas

Keterangan :

Xi = Angka pada data

Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal FT = Probabilitas komulatif normal

FS = Probabilitas komulatif empiris Persyaratan :

a). Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)

b). Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi c). Dapat untuk n besar maupun n kecil.

(30)

a) Jika nilai |FT – FS| terbesar <nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka Ho 5. Menghitung Rerata Skor

Menghitung rerata total skor dari pretest dan posttest dengan menggunakan rumus :

̅ ∑

Keterangan :

(31)

6. Uji ANOVA

Anova (analysis of varian) digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Misalnya kita ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata lama hari dirawat antara pasien kelas VIP, I, II, dan kelas III. Anova mempunyai dua jenis yaitu analisis varian satu faktor (one way anova) dan analsis varian dua faktor (two ways anova). Pada kesempatan ini hanya akan dibahas analisis varian satu faktor. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji Anova adalah:

a. Sampel berasal dari kelompok yang independen b. Varian antar kelompok harus homogen

c. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal

Asumsi pertama harus dipenuhi pada saat pengambilan sampel yang dilakukan secara random terhadap beberapa (> 2) kelompok yang independen, yang mana nilai pada satu kelompok tidak tergantung pada nilai di kelompok lain. Sedangkan pemenuhan terhadap asumsi kedua dan ketiga dapat dicek jika data telah dimasukkan ke komputer, jika asumsi ini tidak terpenuhi dapat dilakukan transformasi terhadap data. Apabila proses transformasi tidak juga dapat memenuhi asumsi ini maka uji Anova tidak valid untuk dilakukan, sehingga harus menggunakan uji non-parametrik misalnya Kruskal Wallis. Rumus uji Anova adalah sebagai berikut :

DF = Numerator (pembilang) = k-1, Denomirator (penyebut) = n-k Dimana varian between :

̅ ( ̅ ) ̅

Dimana rata-rata gabungannya :

(32)

Keterangan: :

Sb = varian between Sw = varian within Sn2 = varian kelompok X = rata-rata gabungan Xn = rata-rata kelompok

Nn = banyaknya sampel pada kelompok k = banyaknya kelompok

(J Suprapto, 2009 : 301) 7. Uji Kruskall-Wallis

Uji ini tidak lain merupakan metode non parametrik yang menjadi padanan uji kesamaan rata-rata dalam analisis variansi satu faktor (dengan k > 1) dalam metode parametrik yang dapat dipilih untuk menghindari asumsi bahwa sampel berasal dari populasi normal. Data dari uji Kruskall-Wallis berupa peringkat (ranking atau ordinal). Jika data asli masih berupa interval atau rasion harus diubah terlebih dahulu menjadi peringkat (ranking atau ordinal).

Perhatian:

a. Seluruh data hasil pengamatan dari k sampel digabung kemudian dibuat peringkat

b. Kemudian menghitung jumlah peringkat dari setiap sampel (sampel j, j = 1, 2, ...k)

Prosedur pengujian dengan kriteria Kruskall-Wallis:

1) Uji H0 : µ1 =µ2 = . . . = µi = . . . = µk (semua rata-rata sama)

Uji Hi : µi ≠µj, i j (minimal ada dua rata-rata tidak sama)

2) Hitung KW = [

(33)

TJ = Jumlah peringkat dari sampel j

KW = menngikuti fungsi kai-kuadrat dengan df = n –1 3) Tentukan a cari X2α(k-1) dari tabel kai-kuadrat

4) Kesimpulan : Jika KW ≥ X2α(k-1) ,H0 ditolak, sebaliknya H0 diterima

(34)
(35)
(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pendeskripsian pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan dan juga saran untuk penelitian berikutnya.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dalam penelitian yang dilakukan terhadap penggunaann LKS ekspositori, inkuiri dan discovery diantaranya adalah:

1. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah siswa diberikan LKS discovery, LKS inkuiri dan LKS ekspositori dalam pembelajaran praktikum IPA. Pada sesi pertama LKS yang nilainya diatas rata-rata dan signifikan adalah LKS inkuiri, sedangkan pada sesi kedua LKS yang nilainya diatas rata-rata adalah LKS inkuiri dan discovery namun, secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata antar ketiganya sehingga pada sesi kedua tidak ada LKS yang signifikan.

2. Terdapat peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains siswa (KPS) setelah siswa diberikan treatment sesi pertama dan sesi kedua berupa LKS discovery, LKS inkuiri dan LKS ekspositori dalam pembelajaran praktikum IPA. Berikut adalah peningkatan setiap aspek KPS dalam setiap treatment

KPS:

a. LKS Inkuiri I

Terdapat peningkatan KPS pada aspek yang diukur yaitu observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Aspek KPS dengan peningkatan yang paling tinggi berdasarkan nilai N-gain adalah observasi sebesar 0,71

b. LKS Discovery I

(37)

c. LKS Ekspositori I

Terdapat peningkatan KPS pada aspek yang diukur yaitu observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Aspek KPS dengan peningkatan yang paling tinggi berdasarkan nilai N-gain adalah observasi sebesar 0,5

d. LKS Inkuiri II

Terdapat peningkatan KPS pada aspek yang diukur yaitu observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Aspek KPS dengan peningkatan yang paling tinggi berdasarkan nilai N-gain adalah observasi sebesar 0,63

e. LKS Discovery II

Terdapat peningkatan KPS pada aspek yang diukur yaitu observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Aspek KPS dengan peningkatan yang paling tinggi berdasarkan nilai N-gain adalah observasi sebesar 0,76

f. LKS Ekspositori II

Terdapat peningkatan KPS pada aspek yang diukur yaitu observasi, komunikasi, interpretasi data dan penerapan konsep. Aspek KPS dengan peningkatan yang paling tinggi berdasarkan nilai N-gain adalah observasi sebesar 0,73

3. LKS Inkuiri pada sesi pertama merupakan LKS yang efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengemukakan beberapa sara sebagai berikut :

1. Penulis merekomendasikan supaya LKS problem solving juga dilibatkan dalam penelitian selanjutnya karena penulis belum mengetahui apakah LKS

(38)

2. Penulis merekomendasikan jika akan dibuat penelitian lebih lanjut, sebaiknya dilakukan sebanyak tiga atau kali sesi untuk lebih mudah membandingkan

treatment dari LKS mana yang lebih efektif

(39)

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Evaluasi Pendidikan.Edisi

Revisi, Cetakan kesebelas, Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arsyad, Ahzar (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bailer, Jill, dkk (1995) Teaching Science Process Skills. Amerika: Good Apple

Collette, A.T. & Chiappetta, E.L. (1994). Science Instruction in the Middle and Secondary Schools (3rd ed.) New York: Merrill.

Dahar, Ratna Wilis (1996) Teori-teori Belajar. Jakarta: Gelora Aksara Pratama Depdiknas. (2006). Kurikulum KTSP. Jakarta

Hake (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~dsi/IEM-2b.pdf . [online]. [4 Maret 2013]

Indrawati (1999). Keterampilan Proses Sains IPA. Bandung: Depdikbud Dikdasmen PPPG IPA

Joce, B & Weil,M (1996). Models of Teaching, 5th Edition. Boston: Allyn & Bacon

Karen L.O, (1992). Science Preocess Skills Assesing Hands-on Student Performance. Addison-Wesley Publishing Company

Munaf. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: IKIP Bandung

Panggabean Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Permendiknas

PISA. 2006. Framework: Literacy Reading Science, and Mathematics

TIMSS. 2007. Science Framework: Eight-Grade Content Domain

(40)

Rustaman, dkk (2005). Strategi Pembelajaran Biologi. Bandung: Universitas Terbuka Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group.

Semiawan, conny. (1998). Pendekatan Kermpilan Proses. Jakarta: Gramedia Sudjana, (1996) Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sukmadinata, Nana. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Surapranata, Sumarna (2004). Analisis, Validitas, Realibilitas dan Interpretasi Hasil Tes (Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Refika Aditama

Suprapto, J. (2009). Teori Statistik dan Aplikasinya. Jakarta:Erlanga

Suyitno, Amin, dkk. (1997). Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA Unnnes

A.H. Johnstone and A. Al-Shuailib (2001) “Learning in the laboratory; Some Thoughts from the Literature”.Journal of the Royal Society of Chemistry. 5. 42-91.

KARSLI, Fethiye and ŞAHİN, Çiğdem (2009)) “ Developing worksheet based on science process skills: Factors affecting solubility. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 10 (15).

Subagyo, Yusuf (2007) Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan asil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan

Suhu dan Pemuaian. Universitas Pendidikan Indonesia

Anggraeni, Dias (2011). Teori Pembelajaran IPA. Tersedia

http://dnoeng.wordpress.com/2011/07/17/teori-pembelajaran-ipa/ (Online Juli 2013) Widiyanto, Arif. JEROME BRUNER: Belajar Penemuan. Tersedia

arifwidiyatmoko.wordpress.com (online februari 2013)

William Whewell, William (2012). Philosophy of Science Stanford Encyclopedia of

Gambar

Tabel 3.1. One Group Pretest-Posttest Design
Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Pelaksanaan dalam Penelitian
Tabel 3.2. Kriteria Validitas Instrumen Tes
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan program-program terhadap pencegahan perkawinan pada usia anak yang merupakan peran dari Dinas Pemberdayaan Perempuan

Menyelaraskan hidup dengan nilai kerajaan Allah bukanlah hal yang mudah karena perlu perjuangan melawan diri mengubah arah, terkadang terkesan bisa menambah

Adapun rincian variabel minat adalah sebagai berikut: (1) sub variabel faktor internal yang meliputi perhatian, perasaan senang, dan aktivitas minat siswa dalam mengikuti

Dan oleh sebab itu kegiatan ekstrakurikuler ini sangat lah diharapkan kerjasama antar orang tua setiap siswa, guru, masyarakat dan juga pemerintah, agar kegiatan ini

Perlu kita ketahui bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru

Di mana posisi pelanggar menurut tingkat pendidikan secara berturut-turut masih didominasi pelajar SMA sebanyak 24.098, SMP sebanyak 17.122 dan mahasiswa sebanyak 8.704 dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran jarak jauh dalam rangka membentuk keterampilan metakognitif

lain, caranya, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pendidikan agama yang sesuai dengan agamanya.” Adapun, semua sekolah Hindu