• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SUPEItVISI TERHADAP GURU SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS: Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 1991/1992.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN SUPEItVISI TERHADAP GURU SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS: Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 1991/1992."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN SUPEItVISI TERHADAP GURU

SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN PROSES

BELAJAR-MENGAJAR Dl KELAS

(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 1991/1992)

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan

Untuk memenuhi sebagian syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

DRA. NY. H. SITI SUMINAH SURYA No. Pokok. 8832010/XX/12

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(2)

JJlbETUJUI DAN DISYAHKAN OLEII PEMBIMBING:

PROF. DR. M5HMAD SANUSI SH MPA

Pembimbing I

PROF. DRV ENGKOSWARA M.ED.

Perabimbing II

PRuF. DR. SUPAND!

Pembimbing III

PRUUKAM FASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDTDIKAN B A N D U N G

(3)

motto:

Asa! keyeng tangtu pareng

Persembahan Buat :

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi • vii

Daftar Tabel ix

Daf tar Bagan x

BAB I P E N D A H U L U A N 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 12

D. Kegunaan Penelitian 13

E. A s u m s i 14

BAB II SUPERVISI SEBAGAI FUNGSI KEPALA SEKOLAH 16 A. Peranan Supervisi Dalam Peningkatan

Mutu Pendidikan 16

B. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan

Pengelola Pendidikan 20

C. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor 28 D. Supervisi yang Bersifat Mengembangkan... 32 E. Supervisi Kepala Sekolah Terhadap

Guru Bidang Studi 43

BAB III PROSES PENELITIAN 50

A. Metode dan Teknik Penelitian 50

B. Langkah Penelitian 54

(5)

BAB

IV

HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN

5

8

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Pene

litian p-o

B. Pembahasan Temuan Penelitian!...

77

BAB

V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .

102

A. Kesimpulan *Q2

B. Rekomendasi

,Qf-Daftar Pustaka

Lampiran

113

(6)
[image:6.595.46.493.92.734.2]

DAFTAR TABEL

TABEL 1 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN

BIDANG STUDI TAHUN AJARAN 1991/1992 52

TABEL 2 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN

GOLONGAN, JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN, DAN

PENGALAMAN 53

TABEL 3 KEADAAN SISWA SMA NEGERI 2 BANDUNG TAHUN

AJARAN 1991/1992 54

TABEL 4 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG

SUPERVISI DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA

SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 73 TABEL 5 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG

SUPERVISI KOLABORATIF YANG DILAKUKAN OLEH

KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 74

TABEL 6 PENDAPAT GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG TENTANG SUPERVISI NON-DIREKTIF YANG DILAKUKAN OLEH

KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 75

TABEL 7 PENDEKATAN SUPERVISI YANG DAPAT DITERAPKAN BERDASARKAN PERPADUAN ANTARA LATAR BELAKANG TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN DERAJAT

KOMITMEN GURU 99

(7)

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 KESINAMBUNGAN PERILAKU KESUPERVISIAN 30

BAGAN 2 GRAFIK PERILAKU SUPERVISI KEPALA SEKOLAH 76

BAGAN 3 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN

TINGKAT PENDIDIKAN GURU 85

BAGAN 4 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN

PENGALAMAN KERJA GURU 86

BAGAN 5 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN

DERAJAT KOMITMEN GURU 87

BAGAN 6 HUBUNGAN TIGA DIMENSI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN,

PENGALAMAN, DAN DERAJAT KOMITMEN GURU 87

BAGAN 7 HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SUPERVISI DENGAN

(8)

B A B I

PENDAHXJLUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: "Pendidikan Nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka

upaya mewujudkan tujuan nasional" (pasal 3). Salah satu konsiderans undang-undang tersebut dikatakan:

"bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan

kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para

warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek

Jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Vndang~Undang Dasar 1945".

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa salah satu missi pendidikan berkaitan erat dengan pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas

pendidikan seyogianya dinilai dari keberhasilannya dalam

mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki manusia,

sehingga manusia itu dapat memberikan kontribusi yang

bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada

umumnya.

Upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini

menempati prioritas tersendiri dalam keseluruhan pembangunan

nasional. Dalam upaya pembangunan pendidikan, GBHN 1988

(9)

peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Berdasarkan pasal 10

Undang-undang No. 2/89

tentang sistem

pendidikan nasional,penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan

jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah

merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui

kegiatan

be 1ajar-mengajar

secara

berjenjang

dan

berkesinambungan. Sedangkan jenis pendidikan yang termasuk

jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum,

pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan

kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan

pendidikan profesional (pasal 11). Jenjang pendidikan yang

termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (pasal 12).

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik

enjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

ngadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan

lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan

kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan

pendidikan keagamaan (pasal 15). Salah satuan pendidikan

dalam jalur pendidikan sekolah, jenis sekolah umum, dan

jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah Menengah Atas

mempunyai kaitan yang erat dengan mutu pendidikan pada

(10)

jenjang selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi dan secara umum merapunyai kaitan erat dengan upaya peningkatan sumber daya

manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional. Lulusan SMA yang baik akan merupakan masukan yang baik bagi

perguruan tinggi, masyarakat dan dunia kerja, yang pada gilirannya akan menghasilkan sumberdaya manusia yang baik

pula.

Peningkat^an mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas mencakup unsur-unsur: kurikulum dan materi pengajaran, guru dan tenaga kependidikan lainnya, peserta didik, sarana dan

prasarana penunjang, proses belajar-mengajar, sistem

penilaian, bimbingan pada peserta didik, dan pengelolaan

program dan kegiatan pendidikan. Dalam kaitan dengan unsur

pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (sekolah), kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama

dan memegang peranan yang amat penting dalam keseluruhan

kegiatannya. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992, kepala sekolah merupakan salah satu jenis tenaga kependidikan (pasal 3 ayat 3 dan pasal 43 ayat 1). Keberhasilan proses pendidikan pada tingkat sekolah

ditentukan oleh sampai sejauh mana para kepala sekolah mampu melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan secara efektif

dan efisien. Untuk mewujudkan hal ini, para kepala sekolah perlu melakukan pembinaan secara sistematis dan terprogram para guru dan seluruh personil sekolah. Kepala Sekolah

mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membina dan

(11)

belajar-mengajar.

Berdasarkan hal itu jelas bahwa apabila pelaksanaan

tugas-tugas pokok kepala sekolah dapat berjalan lancar, maka

sangat diharapkan akan terwujudnya keberhasilan pendidikan

di Sekolah Menengah Atas. Sebagai pemimpin dan pengelola

pendidikan, Kepala Sekolah merapunyai posisi yang strategis

untuk dapat melaksanakan supervisi terhadap para guru dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajarnya. Hal ini

mengandung arti bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan

secara efektif diharapkan akan meningkatkan kegiatan guru

dalam proses be 1ajar-mengajar . Pada gilirannya nanti

diharapkan dapat meningkatan mutu hasil belajar yang dicapai

siswa.

Disamping dengan pedoman yang telah ada, upaya

dalam bentuk penataran-penataran mengenai supervisi

pendidikan telah banyak dilakukan. Demikian pula upaya

yang

secara khusus dalam kaitan dengan supervisi pengajaran.

Namun demikian, nampaknya masih dirasakan adanya sejumlah

masalah dan hambatan dalam pelaksanaannya karena kegiatan

supervisi sesungguhnya menyangkut berbagai aspek yang

saling berkaitan dan bersifat kompleks.

Aspek-aspek

tersebut antara lain kompetensi supervisor, pendekatan yang

dilakukan, lingkup kegiatan, kondisi sekolah dan lingkungan,

kualitas para guru, kebijakan yang ada, dsb.

Dalam hubungan ini dirasakan benar pentingnya upaya

penyempurnaan kegiatan supervisi agar dapat menunjang

(12)

Untuk menyempurnakannya diperlukan sejumlah informasi mengenai pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah dalam upaya untuk meningkatkan

kualitas pribadi dan profesional para guru khususnya dalam

kaitan dengan proses belajar-mengajar.

Khusus dalam kaitan dengan supervisi sebagai upaya meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dilakukan

oleh para guru, diperlukan suatu pendekatan yang sedemikian

rupa dapat memperbaiki dan mengembangkan kualifikasi

profesional para guru. Supervisi yang seperti itu, menurut

Carl D. Glickman (1990) disebut sebagai suatu supervisi

pengajaran yang bersifat mengembangkan (Developmental

Supervision). Dalam bukunya yang berjudul Supervision of Instruction: A Developmental Approach (1990), Glickman

menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang

bersifat mengembangkan, dalam hal ini adalah mengembangkan

kompetensi pribadi dan profesional guru. Untuk itu para

supervisor perlu memiliki sekurang-kurangnya tiga macam

kompetensi

yaitu:

(1)

pengetahuan,

(2)

ketrampilan

interpersonal, dan (3) ketrampilan teknis. Supervisi

terhadap guru dilakukan melalui lima macam kegiatan yaitu

dalam bentuk: (1) bantuan langsung,

(2) pengembangan

kurikulum, (3) pengembangan staf, (4) pengembangan kelompok,

dan (5)

penelitian tindakan.

Dikatakan selanjutnya bahwa

dalam ketrampilan interpersonal, ada tiga macam pendekatan

supervisi yaitu pendekatan direktif, kolaboratif, dan

(13)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama

22 tahun

menjadi guru di SMA Negeri 2 Bandung, dapat dikatakan bahwa

SMA Negeri 2 Bandung memiliki lingkungan yang cukup baik

bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan khususnya kegiatan

belajar-mengajar.

Secara kuantitatif jumlah guru di SMAN2

ini dapat dikatakan telah mencukupi, dan secara kualitatif

dapat dikatakan cukup memadai, baik dilihat dari latar

belakang

pendidikannya

maupun

dari

pengalaman

dan

kepangkatannya.

Suasana hubungan sosial di lingkungan

sekolah dapat dikatakan sangat baik dengan didasari oleh

situasi hubungan kekeluargaan yang baik.

Hubungan antara

guru dengan Kepala Sekolah dan

antar

guru,

serta antara

guru dengan orang tua siswa sangat baik. Keadaan ini sangat

menguntungkan bagi terbentuknya suasana hubungan antar

manusia bagi terbentuknya suatu kerabat kerja yang saling

menunjang.

Hubungan yang akrab antara personil sekolah dalam

arti hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan antara

sesama guru akan melahirkan semangat kebersamaan yang tinggi

dan pada gilirannya nanti akan mempengaruhi kualitas proses

belajar mengajar yang dilaksanakannya.

Sebab bagaimanapun

mantapnya penyusunan

program pengajaran

dan

bagaimanapun

canggih dan lengkapnya fasilitas dan alat-alat bantu

pengajaran yang tersedia,

tetapi kalau manusianya (guru,

kepala sekolah, tata usaha) merapunyai sikap, pandangan dan

pemahaman yang kurang mendukung,

mungkin akan menghambat

pencapaian hasil pengajaran yang optimal. Oleh karena itu di

(14)

antara semua personil sekolah, baik secara vertikal

(hubungan guru dengan kepala sekolah dan atasannya) maupun

secara horizontal (guru dengan sejawatnya) merupakan suasana

kultur yang amat kondusif bagi terselenggaranya kegiatan

pendidikan. Semua masalah yang dihadapi oleh semua pihak

dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dalam suasana

kekeluargaan dan tanpa menyimpang dari ketentuan-ketentuan

formal. Dengan demikian, masalah yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan proses belajar-mengajar dapat direkam oleh

kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi pengajaran.

Hubungan yang harmonis ini tidak saja dengan sesama

guru namun dengan pegawai tata usaha dan pesuruh. Disamping

itu, telah terbina pula hubungan baik dengan lingkungan

sekitarnya yaitu dengan guru-guru SMA PGRI dan guru-guru

SMAN2 Petang. Berbagai kegiatan yang sifatnya kekeluargaan

sering dilaksanakan bersama, misalnya arisan,

penyelenggaraan acara peringatan hari-hari besar seperti

Maulud Nabi Muhammad s.a w, acara silaturahmi hari Raya Idul

Fitri, dsb.

Masalah-masalah yang dialami dan dihadapi guru, baik

yang tampak maupun yang tidak tampak dalam perilaku, kepala

sekolah sebagai supervisor dapat memberikan bantuan dan

bimbingan profesional baik secara individual maupun secara

kelompok sebagai usaha membantu guru memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya.

Dengan kultur dan latar belakang sosial-psikologis

seperti dikemukakan di atas, maka teori dan pikiran Glickman

(15)

kecocokan. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa

supervisi yang bersifat mengembangkan dengan ketiga

pendekatannya dapat diterapkan di SMAN2 . Kepala sekolah

secara aktual sudah raenerapkan ketiga pendekatan tersebut

yaitu dengan cara penuh keakraban,

kekeluargaan, dan rasa

memiliki bersama tiap saat melaksanakan pembinaan terhadap

anggotanya yaitu guru dan karyawan. Dengan cara demikian

para guru akan merapunyai peluang untuk terus berkembang baik

pribadi maupun profesi.

Konsep yang dikemukakan oleh Glickman di atas

diasumsikan dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya

penyempurnaan supervisi pengajaran di sekolah.

Agar upaya

ini dapat dilakukan dengan baik maka terlebih dahulu

diperlukan adanya informasi empiris mengenai berbagai aspek

kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala

sekolah dalam hubungan dengan

kegiatan guru dalam proses

belajar-mengajar. Untuk itu, dirasakan adanya suatu

penelitian khusus yang dapat memberikan informasi empiris'

yang lebih bermakna.

B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH

Uraian di atas telah mengacu kepada perlu adanya

upaya yang terarah dan sistematik guna memperbaiki dan

meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran dari

kepala

sekolah terhadap guru khususnya dalam kegiatan proses

belajar-mengajar. Upaya ini seyogianya berdasarkan kepada

(16)

Dalam kaitan ini, maka

penelitian

yang dimaksud

adalah

berjudul :

"PENDEKATAN SUPERVISI TERHADAP PARA GURU SEBAGAI FUNGSI

KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI

KELAS

(Studi Kasus pada SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran

1991/1992)".

Mengingat luasnya lingkup masalah yang harus

dipecahkan, maka untuk kegiatan ini penelitian akan dibatasi

melalui studi kasus di SMA Negeri 2 Bandung. Aspek supervisi

akan dibatasi pada ketrampilan interpersonal yaitu

pendekatan yang digunakan oleh kepala sekolah dalam

melaksanakan supervisi khususnya yang berkaitan dengan

kegiatan proses belajar-mengajar yang dilakukan guru di

kelas. Sesuai dengan judulnya, secara umum masalah yang

menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: "Bagaimana gambaran pendekatan kegiatan supervisi

pengajaran yang dilakukan oleh

kepala

sekolah

terhadap

para guru dalam upaya meningkatkan efektifitas kegiatan guru

dalam proses belajar-mengajar di kelas?"

Secara lebih terinci,

masalah tersebut dapat

dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran pendekatan yang

digunakan oleh

kepala sekolah

dalam melakukan supervisi terhadap para

guru dalam proses belajar-mengajar?

2. Sampai sejauh manakah kesesuaian antara persepsi kepala

sekolah dengan guru dalam pendekatan

supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah terhadap

guru dalam

(17)

3. Sampai

sejauh manakah kaitan antara tingkat pendidikan,

pengalaman mengajar, derajat komitmen guru, dan latar

belakang bidang studi dengan pendekatan supervisi

pengajaran yang dilakukan Kepala Sekolah?

4. Sampai sejauh manakah dampak pendekatan supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah terhadap:

a. kreativitas guru?

b. kualitas guru dalam mengajar di kelas?

c. perkembangan kepribadian guru?

d. perkembangan profesionalitas guru?

Yang dimaksud dengan supervisi pengajaran dalam

penelitian ini adalah seperangkat kegiatan supervisi yang

dilakukan pleh kepala sekolah terhadap guru-gurunya dan

dibatasi dalam kaitan dengan kegiatan proses

belajar-mengajar di kelas. Kegiatan supervisi mencakup

kegiatan-kegiatan pemantauan, penilaian, peningkatan, perbaikan, dan

pengembangan proses belajar mengajar yang dilakukan guru di

kelas. Pendekatan supervisi yang akan diteliti

kecenderungannya adalah pendekatan direktif, kolaboratif,

dan non-direktif.

Pendekatan Direktif adalah pendekatan supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru secara jelas dan

konkrit dengan memberitahukan apa yang harus dilakukan guru

dan standar apa yang harus digunakan serta tingkah laku yang

bagaimana harus dilaksanakan supaya proses belajar mengajar

di kelas dapat mencapai tujuan seoptimal mungkin. Dalam

pendekatan direktif ini supervisor lebih bersifat tegas,

(18)

serius, dan berorientasi pada tugas. Dalam pendekatan ini,

keputusan dan arah tindakan berada pada tangan supervisor.

Pendekatan Kolaboratif adalah pendekatan supervisi

yang dilakukan bersama antara guru dengan kepala sekolah

sebagai supervisor untuk melihat sampai seberapa jauh

bantuan diperlukan atau tidak diperlukan. Keputusan tindakan

dirumuskan bersama antara supervisor dengan yang disupervisi

(guru).

Apabila tidak terjadi kesepakatan antara guru

dengan supervisor maka akan diminta pihak ketiga.

Pendekatan-Non direktif yaitu pendekatan yang lebih

banyak diserahkan kepada guru untuk menganalisis dan

memecahkan masalah pengajarannya sendiri. Supervisor dalam

pendekatan non direktif bertindak sebagai fasilitator bagi

guru dengan memberikan struktur formal atau pengarahan yang

seminimal mungkin. Supervisor membiarkan guru melakukan

penemuan, tetapi mengambil inisiatif untuk melihat bila hal

itu terjadi. Kegiatan supervisor tergantung kepada kebutuhan

guru, dan guru disini menentukan langkah-langkah yang akan

diikuti dalam pertemuan aval.

Yang dimaksud dengan kepala sekolah dalam

penelitian

ini adalah

Kepala SMA Negeri 2 Bandung, dan yang dimaksud

dengan guru adalah para guru tetap yang mengajar dalam

bidang studi tertentu di SMA Negeri 2 Bandung. Latar

belakang bidang studi yang diajarkan guru, dalam penelitian

ini dibedakan antara kelompok guru eksakta (IPA, Fisika,

Kimia, Biologi, Matematika), dan non-eksakta (Bahasa, IPS,

PMP). Tingkat pendidikan guru dinyatakan dengan ijazah

tertinggi yang dimiliki yaitu Sarjana/S-1 dan Sarjana

(19)

muda/D-3. Pengalaman guru dinyatakan dengan lamanya bekerja

sebagai guru dengan kategori 0-5 tahun (baru), 6-15 tahun

(sedang), dan 15 tahun ke atas (lama). Derajat komitmen guru

adalah kualitas kesediaan guru dalam melaksanakan

tugas-tugasnya, yang dinyatakan berdasarkan kedisiplinan, tanggung

jawab, hasil kerja, inisiatif, dan hubungan kerja sama.

Kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di

kelas

adalah mencakup seluruh kegiatan guru di kelas

yang

meliputi persiapan, penguasaan materi, pengelolaan kelas,

interaksi dengan siswa, penggunaan metoda, penggunaan alat

bantu, evaluasi hasil belajar, dan bantuan kepada siswa.

Yang dimaksud dengan kreativitas guru adalah kualitas

tindakan

guru dalam menghasilkan sesuatu yang lebih efektif

untuk menunjang kegiatan proses

belajar-mengajar.

Perkembangan kepribadian guru mencakup aspek-aspek

intelektual,

personal,

emosional,

sosial,

dan spiritual.

Aspek profesionalitas guru dilihat dari kualitas keakhlian,

rasa tanggung jawab, dan kesejawatannya.

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas,

secara

keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk memperdalam

pandangan dan pemahaman tentang:

1. Pendekatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh

kepala

sekolah

terhadap guru-guru

dalam

proses

belajar-mengajar.

2. Kesesuaian antara kepala sekolah dan guru dalam persepsi

(20)

mengenai pendekatan supervisi dari kepala sekolah

terhadap guru dalam

proses

belajar-mengajar di

k e l a s .

3. Kaitan antara tingkat pendidikan,

pengalaman mengajar,

derajat komitmen, dan latar belakang bidang studi guru

dengan pendekatan supervisi

pengajaran oleh Kepala

Sekolah.

4. Dampak dari pendekatan supervisi pengajaran yang

dilakukan oleh kepala sekolah terhadap:

a. kreativitas guru

b. kualitas guru dalam mengajar di kelas

c. perkembangan kepribadian

d. perkembangan profesionalitas guru

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Secara konseptual, penelitian ini bermanfaat sebagai

salah satu sumber masukan bagi upaya pengkajian dan

pengembangan

konsep-konsep

supervisi

pengajaran

khususnya

dalam administrasi dan supervisi pendidikan. Dengan demikian

melalui penelitian ini diharapkan dapat ikut serta memperluas dan memperkaya bidang disiplin ilmu administrasi pendidikan.

Secara operasional, penelitian ini dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut.

1. Melalui temuan

lapangan tentang pendekatan supervisi

pengajaran yang digunakan oleh Kepala SMA Negeri

terhadap para guru dalam proses

belajar-mengajar, dapat

(21)

dijadikan bahan pertimbangan dalam

mengambil

langkah-langkah perbaikan secara lebih tepat.

2. Bagi

para perencana dan pengembang program, penelitian

ini

diharapkan

akan merupakan

umpan balik dalam

penyempurnaan program.

3. Bagi

para pembuat keputusan, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar untuk menentukan arah

kebijaksa-naan dalam

meningkatkan

efektivitas,

efisiensi,

dan

produktivitas pendidikan.

4. Bagi para Kepala SMA

Negeri

sendiri, hasil penelitian

ini dapat dijadikan masukan dalam pelaksanaan supervisi

terhadap guru-guru.

Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat

mendeteksi kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga dapat

mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif dan sesuai

dengan fokus penelitian. Selain itu, diharapkan pula dapat

melahirkan masalah-masalah baru sebagai

kelanjutan

penelitian i n i .

E. A S U M S I

Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi-asumsi

sebagai berikut:

1. Pengawasan merupakan fungsi administrasi pendidikan untuk

menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar di

sekolah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan

petunjuk yang telah ditetapkan •dalam kurikulum dan

(22)

administrasi sekolah. Dalam pengawasan ini termasuk

bidang garapannya adalah pembinaan profesional guru

(supervisi pengajaran) untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah.

2. Guru memegang peranan yang paling utama dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan.

3. Kualitas pribadi dan profesional guru mempunyai kaitan yang erat dengan aktivitas guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.

4. Melalui proses supervisi yang terprogram secara

sistematis dan terarah, kualitas pribadi dan profesional guru dapat ditingkatkan sehingga dapat menunjang proses belajar-mengajar secara lebih efektif dan efisien.

5. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah, Kepala

Sekolah adalah pengelola satuan pendidikan, berperan untuk melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan,

administrasi, dan supervisi pendidikan dalam lingkungan

sekolah yang menjadi tanggung jawabnya;

6. Supervisi pengajaran oleh Kepala Sekolah terhadap

guru-guru merupakan satu bentuk upaya yang dinilai cukup strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 7. Proses supervisi pengajaran yang dilaksanakan dejigan menggunakan pendekatan secara efektif, dapat memberikan

produk, dan efek positif terhadap perkembangan pribadi,

profesi, kualitas mengajar, dan kreativitas guru. Pada

gilirannya hal itu akan memberikan dampak positif pula

terhadap keseluruhan efektifitas kegiatan pendidikan.

(23)
(24)

B A B I I I

PROSES PENELITIAN

A. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

1. Metode dan pendekatan

Fokus penelitian ini adalah aktivitas

Kepala SMA

Negeri 2 Bandung dalam melaksanakan supervisi pengajaran

terhadap para

guru dalam proses

belajar-mengajar dan

kegiatan guru dalam proses belajar-mengajar di

kelas.

Penelitian ini akan mendeskripsikan pendekatan yang

digunakan oleh kepala sekolah dalam proses kegiatan

supervisi

pengajaran yang dilakukan

terhadap para guru.

Selanjutnya diteliti mengenai kaitan antara beberapa

variabel latar belakang guru yaitu tingkat pendidikan,

pengalaman, derajat komitmen, dan bidang studi yang

diajarkan dengan keefektifan supervisi yang dilakukan oleh

Kepala Sekolah. Di samping itu, akan dilihat pula dampak

pendekatan

supervisi

terhadap

beberapa

variabel

tertentu

yaitu kreativitas guru dalam menunjang proses

belajar-mengajar, kualitas guru dalam belajar-mengajar, perkembangan

kepribadian guru, dan perkembangan profesionalitas guru.

Untuk itu diperlukan adanya suatu pengungkapan

informasi empiris melalui pengumpulan data lapangan yang

diperoleh dari sumber-sumber

yang terkait dan relevan.

Sehubungan dengan itu,

penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam

pengumpulan dan analisis data serta penyimpulannya.

(25)

2. Teknik dan alat pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan angket.

Wawancara akan dilakukan secara mendalam dan sistematik

kepada kepala dan guru-guru SMA Negeri 2 untuk mengungkap

informasi mengenai berbagai aspek kegiatan supervisi

pengajaran khususnya yang berkaitan dengan pendekatan yang

digunakan. Studi dokumentasi, dilakukan secara mendalam

dan kritis terhadap semua dokumen yang relevan dengan

kegiatan supervisi pengajaran baik yang ada di Kanwil,

Bidang, ataupun di sekolah. Studi dokumentasi ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pedoman dan

aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi pengajaran.

Sedangkan angket dilaksanakan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai gambaran proses supervisi pengajaran yang

dilakukan oleh kepala sekolah. Angket diberikan kepada para

guru untuk mengungkap persepsi mereka tentang kegiatan

supervisi pengajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah

terhadap mereka. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep

pendekatan supervisi yang dikembangkan oleh Carl. D.

Glickman (1981, dan 1990) dalam bentuk pertanyaan pilihan

paksa (force choice). Observasi dilakukan terhadap kegiatan

beberapa orang guru dalam melaksanakan kegiatan proses

belajar-mengajar di kelas. Di samping itu dilakukan pula

observasi terhadap aktivitas sehari-hari kepala sekolah

khususnya dalam kaitan supervisi pengajaran.

(26)

3. Lokasi dan subyek penelitian

Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan

supervisi pengajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah

terhadap guru-guru dalam kegiatan proses belajar-mengajar

di kelas. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Bandung,

yang terletak di Jl Cihampelas no 173, dengan luas tanah

171.50 M2, dan jumlah ruangan sebanyaknya 33 ruang (denah

terlampir).

Jumlah guru seluruhnya ada 74 orang dengan rincian

berdasarkan

golongan,

jenis

kelamin,

tingkat

pendidikan,

masa kerja, dan bidang studi sebagaimana tercantum dalam

tabel 1 di bawah ini dan tabel 2 di halaman berikut.

TABEL 1

KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN BIDANG STUDI

TAHUN AJARAN 1991/1992

! Jenis kelamin !

! L ! P !

1. Ekonomi ! 5 ' 4 ' 9

2. PMP ! 1 ! 2 ! 3

3. B. Inggeris ! 3 ! 3 ! 6

4. Fisika ! 4 ! 4 ! 8

5. Kimia ! - ! 5 ! 5

6. Sejarah ! — ! 3 ! 3

7. B. Indonesia ! - ! 4 ! 4

8. Biologi ! 4 ! 6 ! 10

9. Seni Rupa • ! 2 ! - ! 2

10. Geografi ! 1 ! 2 ! 3

11. B. Jepang ! 1 ! 1 ! 2

12. Agama ! 3 ! 1 i 4

13. Matematika ! 3 ! 3 ! 6

14. Pend. Jas. ! 2 ' - i 2

15. PKK ! - 1 1 J x

16. BP/BK ! 2 ! 4 ! 6

Jumlah ! 31 ! 43 ! 74

Jumlah siswa seluruhnya sebanyak 1532 orang, terdiri

[image:26.595.48.504.44.731.2]
(27)

TABEL 2

KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BBANDUNG Tahun Ajaran 1991/1992

Gol. !

Jenis kelamin Tk Pendidikan ! Mas*a Kerja i

L ! P Sarj. /s--1 Sarmud/D-3! 0-5th !

6-15th 1 ebih 15 th!

Jml.

6 4 3 7 - - 10

10

Ill/d 3 6 6 3

-- 9

9

III/c 5 5 10

-- 7

3 10

Ill/b 4 15 19 - 2

17

-19

Ill/a 3 4 3 4 1 - 6

7

Il/d 5 4 2 7 2 - 7

9

II/c 5 5 — 10

9 1 - 10

Jumlah 43 43

•31 14 25

35

(28)

atas 824 orang laki-laki, dan

708 orang

perempuan dengan

rincian berdasarkan kelas,

dan

program studi

seperti

terlihat dalam tabel 3 di bawah ini.

• TABEL 3

KEADAAN SISWA SMA NEGERI2 BANDUNG Tahun ajaran 1991/1992

Kelas ! progra m

I II III Al A2 A3 Al A2 A3 232 201 192 117 65 91 41 46 174 121 73 84 47 48 Jumlah 433 309 156 87 295 157 95

Jumlah ! 824 ! 708 ! 1532

Sumber: Data statistik SMA Negeri 2 Bandung 1991/1992

Jumlah tenaga tata usaha yang ikut menunjang kegiatan

pendidikan adalah sebanyak 23 orang.

Sedangkan subyek penelitian sebagai sumber data

adalah kepala dan wakil kepala SMA Negeri 2 Bandung dan

guru-guru tetap di SMA negeri 2 Bandung yang dipilih dengan

memperhatikan komposisi bidang studi, pendidikan, dan

pengalaman kerja.

B. LANGKAH PENELITIAN

Secara keseluruhan, proses penelitian mencakup

tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil

penelitian. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut.

(29)

1. Persiapan pengumpulan data

Pada tahap persiapan pengumpulan data, penelitian ini

menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menyiapkan pedoman wawancara untuk kepala sekolah dan

untuk guru, masing-masing untuk guru yang berpengalaman

lama (senior), yang berpengalaman sedang (menengah),

serta yang berpengalaman baru (yunior). Sementara itu,

disiapkan pula angket tertutup yang berbentuk skala untuk

di isi oleh guru-guru bidang studi. Angket ini digunakan

untuk menjaring informasi tambahan atau pelengkap

mengenai pola-pola perilaku kesupervisian kepala sekolah.

2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kandep

Depdikbud Kotamadya Bandung, untuk dapat melaksanakan

pengumpulan data di SMA negeri 2 Bandung.

3. Menghubungi Kepala SMA Negeri 2 Bandung dan guru-guru

untuk mengadakan negosiasi pelaksanaan pengumpulan data.

Berdasarkan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan guru-guru

bidang studi disepakati jadwal pelaksanaan pengumpulan

data, baik yang berkenaan dengan wawancara maupun

pengumpulan data melalui angket.

4. Memperbanyak pedoman wawancara dan angket. Wawancara

dilakukan dengan Kepala Sekolah, dua orang wakil kepala

sekolah, dan tiga orang guru, masing-masing guru senior,

menengah, dan yunior. Pengumpulan data melalui angket

dilakukan terhadap 14 orang yang mewakili guru-guru

bidang studi.

(30)

2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data

Pelaksanaan pengumpulan data

dilakukan pada awal

bulan Januari 1992 sampai dengan awal bulan April 1992.

Proses pengumpulan data ini boleh dikatakan memakan waktu

yang cukup lama yaitu sekitar tiga bulan. Hal ini diperlukan

untuk memperoleh data yang lebih bermakna melalui wawancara

yang intensif dan mendalam di samping melakukan observasi

dalam situasi kegiatan sehari-hari. Di samping itu,

dipertirabangkan pula agar tidak terlalu mengganggu kegiatan

rutin di sekolah baik adrainistratif maupun akademik. Faktor

lainnya adalah menyesuaikan kegiatan pengumpulan data ini

dengan kesibukan para

guru dalam melaksanakan tugasnya

sehari-hari. Dengan demikian, raaka tenggang waktu yang cukup

lama itu memberikan banyak peluang kepada para responden

untuk dapat memberikan informasi yang lebih akurat sehingga

betul-betul dapat menggambarkan data yang diperlukan dalara

penelitian ini.

Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian ini dapat

dilakukan sendiri oleh peneliti. Adapun langkah-langkah yang

ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan kepala sekolah dan guru yang akan diwawancarai

dan menetapkan guru yang akan diberi angket.

2. Melaksanakan wawancara

dengan kepala sekolah, dua orang

wakil kepala sekolah, dan tiga

orang guru yaitu

masing-masing seorang guru senior (berpengalaman lama),

guru

menengah (berpengalaman sedang), dan guru yunior

(berpengalaman baru).

(31)

3. Menyebarkan angket

kepada guru-guru serta memberikan

petunjuk tentang cara pengisiannya.

4. Berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama para guru,

secara bertahap angket

dikurapulkan,

sesuai

dengan

kesempatan mereka. Jumlah angket yang terisi adalah

sebanyak 14 buah.

Setelah melalui tahap verifikasi, ternyata semua

angket yang disebar memadai untuk diolah. Dalam pengolahan

data ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kualitatif terhadap hasil wawancara.

2. Melakukan analisis

kuantitatif terhadap data angket

dengan menghitung harga-harga statistik yang diperlukan.

Selajutnya,

berdasarkan harga-harga statistik yang

diperoleh, dilakukan

penafsiran

terhadap

data yang

terkumpul.

(32)

B A B V

KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Sesuai dengan masalah yang diteliti serta hasil dan

temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1.

Kepala Sekolah dalam peranannya

sebagai

supervisor

pendidikan di lingkungan kerjanya, telah melaksanakan

supervisi pengajaran terhadap para gurunya. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengawasi,

memperbaiki,

meningkatkan,

dan mengembangkan kegiatan guru dalam proses

belajar-mengajar di kelas. Dilihat dari perilaku kesupervisian

yang dilakukan dan cara melaksanakan supervisi,

nampaknya pendekatan yang dilakukan cenderung bersifat

kolaboratif. Dengan pendekatan ini upaya pengawasan,

perbaikan, peningkatan, dan pengembangan dilakukan secara

bersama-sama melalui.dialog dan diskusi antara kepala

sekolah dan guru yang bersangkutan. Para guru ikut serta

menganalisis perilaku mengajarnya dan membuat keputusan

sendiri dalam melakukan perbaikan dan pengembangan

kegiatan belajar-mengajar.

2. Terdapat persesuaian persepsi antara Kepala Sekolah dan

guru terhadap pendekatan supervisi yang di laksanakan di

SMAN 2 Bandung. Hal ini berarti bahwa baik guru maupun

kepala sekolah mempunyai persepsi yang sama tentang

(33)

kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan. Kesamaan persepsi itu menunjukkan adanya kesinambungan antara

tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan

perilaku guru dalam kegiatan pengajaran.

. Beberapa

variabel latar belakang guru yaitu tingkat

pendidikan, pengalaman, derajat komitmen, dan bidang

studi yang diajarkan ternyata mempunyai kaitan terhadap

pendekatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Dari segi tingkat pendidikan, guru yang memiliki tingkat

pendidikan yang lebih tinggi, lebih mudah bekerja sama

dalam proses supervisi. Pendekatan direktif lebih banyak

dilakukan kepada guru yang berpendidikan rendah sedangkan

pendekatan kolaboratif dan non-direktif lebih efektif

pada guru yang berpendidikan lebih tinggi. Dari segi

pengalaman, guru yang baru atau yang belum banyak

pengalaman, lebih banyak memerlukan supervisi direktif. Sedangkan guru yang berpengalaman lebih lama lebih efektif dengan pendekatan kolaboratif dan bahkan

non-direktif.

Dari segi derajat komitmennya,

terhadap guru

yang derajat komitmennya rendah, cenderung lebih efektif menggunakan pendekatan direktif, sedangkan pendekatan

kolaboratif lebih efektif pada guru yang memiliki derajat

komitmen sedang, dan pendekatan non-direktif lebih efektif kepada guru yang memiliki derajat komitmen

tinggi. Selanjutnya, dari latar belakang bidang studi

yang diajarkan, guru-guru kelompok eksakta lebih mudah

dibawa bekerja sama dan menggunakan pendekatan deduktif,

(34)

sedangkan guru-guru non-eksakta lebih memerlukan

pendekatan direktif dan induktif.

Namun . demikian,

dalam prakteknya akan terjadi

kombinasi dari variabel latar belakang tersebut di atas,

sehingga pendekatan supervisi yang dapat diterapkanpun

dapat bervariasi. Untuk

memperoleh temuan lebih jelas

mengenai hal itu perlu dilakukan penelaah lebih lanjut.

4. Dengan kenyataan seperti tersebut di atas, maka supervisi

pengajaran yang bersifat kolaboratif mempunyai dampak

baik langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan

kreativitas

guru,

kualitas

guru,

perkembangan

kepribadian, dan profesional guru. Dari tindakan

supervisi yang bersifat kolaboratif dan adanya kesesuaian

persepsi perilaku supervisi, maka para guru lebih kreatif dalam melakukan kegiatan pengajaran baik dalam pendekatan, metode, maupun materi. Kreativitas itu

sendiri dapat menunjang peningkatan kualitas guru

khususnya dalam kepribadian dan profesinya. Dalam situasi yang kolaboratif, para guru lebih termotivasi untuk terus menerus meningkatkan diri dan profesinya melalui berbagai

kesempatan.

5. Hal yang masih dirasakan sebagai kekurangan dal

kegiatan supervisi pengajaran adalah kegiatan supervisi

yang lebih menekankan segi administratif dan kurang

menekankan segi teknis edukatif.

104

(35)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini,

dapat diajukan beberapa rekomendasi baik yang sifatnya

konseptual, operasional, maupun penelitian lebih lanjut;

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepala SMA Negeri

2 Bandung telah melaksanakan supervisi pengajaran terhadap para gurunya, meskipun pelaksanaannya belum

terprogram secara sistemik dan konseptual. Hal itu

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yang

menyangkut kompetensi Kepala Sekolah dan guru untuk lebih

memahami tentang supervisi pengajaran. Sehubungan dengan itu sangat dirasakan perlunya dikembangkan kerangka konseptual mengenai supervisi pengajaran yang bersifat

mengembangkan. Dengan supervisi yang bersifat

mengembangkan, para guru dibantu untuk mengembangkan

profesi dan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.

Konsep supervisi yang bersifat mengembangkan hendaknya disesuaikan dengan falsafah Pancasila dan budaya bangsa

Indonesia serta sistem Pendidikan Nasional.

Selanjutnya,. para Kepala Sekolah selaku supervisor

pengajaran diharapkan memahami konsep supervisi yang bersifat mengembangkan, serta mampu menerapkannya secara

e f e k t i f .

2. Dari penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak bersifat administratif, sedangkan yang bersifat teknis profesional masih belum banyak dilakukan. Dalam upaya

(36)

meningkatkan

kualitas

proses

belajar-mengajar

yang

dilakukan oleh para guru,

supervisi administratif saja

belum cukup banyak menunjang bagi pengembangan profesi

dan pribadi guru. Para guru perlu mendapat bantuan dalam

mengembangkan diri dan profesinya melalui supervisi yang

bersifat mengembangkan serta tidak hanya administratif

saja, akan tetapi supervisi teknis operasional.

Dengan

bantuan

ini

diharapkan

para

guru

mampu

mengembangkan kualitas dirinya sehingga mampu secara

kreatif mewujudkan kegiatan belajar-mengajar secara

efektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan

hasil

belajar

sisw.a.

Sehubungan dengan

itu,

kepala

sekolah seyogianya memiliki kompetensi kesupervisian

secara profesional. Kompetensi ini diharapkan merupakan

pra-syarat menjadi kepala sekolah dan terus menerus dikembangkan dalam jabatannya.

3. Penelitian

ini

menyimpulkan adanya kesesuaian persepsi

antara kepala sekolah dengan guru dalam pendekatan dan

kegiatan supervisi yang dilakukan. Hal ini menunjukkan

adanya kesinambungan antara upaya yang dilakukan kepala

sekolah dengan penerimaan dari para guru. Dalam hal

pendekatan supervisi, pendekatan kolaboratif nampaknya

lebih banyak dominan dibandingkan dengan pendekatan

lainnya yaitu direktif dan non-direktif. Supervisi

kolaboratif perlu dikembangkan dalam keseluruhan kegiatan

supervisi pengajaran, mengingat pendekatan ini dirasakan

lebih efektif dalam pemecahan berbagai permasalahan yang

(37)

dihadapi guru dalam kegiatan pengajaran. Meskipun diakui

bahwa dalam satu sisi, kepala sekolah menggunakan

pendekatan direktif, dan di sisi lain menggunakan pendekatan non-direktif, namun pendekatan kolaboratif dapat menengahi kedua pendekatan lainnya. Penggunaan pendekatan supervisi dipengaruhi oleh iklim kehidupan

sekolah dan tipe kepemimpinan kepala sekolah. Iklim

kekeluargaan dan tipe kepemimpinan yang demokratis

merupakan dasar bagi ter1aksananya pendekatan

kolaboratif. Sehubungan dengan itu suasana kekeluargaan

dalam iklim sekolah dan sikap demokratis kepala sekolah

hendaknya lebih banyak dikembangkan agar pendekatan kolaboratif dapat diwujudkan secara efektif.

4. Dari penelitian ini diperoleh gambaran adanya kaitan

antara tingkat pendidikan guru, pengalaman guru, derajat

komitmen guru, dan latar belakang bidang studi dengan

keefektifan supervisi. Sehubungan dengan itu dalam upaya

mengefektifkan supervisi pengajaran, hendaknya selalu

diupayakan agar para guru secara terus menerus meningkatkan pendidikan dan pengetahuannya. Sementara itu

para kepala sekolah hendaknya selalu mengisi pengalaman

para guru secara lebih konstruktif. Latar belakang bidang

studi yang diajarkan guru, hendaknya dijadikan dasar

pertimbangan dalam membuat tindakan supervisi. Komitmen

•guru terhadap tugas profesionalnya hendaknya terus

dipupuk melalui berbagai pendekatan agar tindakan

. supervisi dapat lebih efektif.

(38)

5.

Dalam upaya pelaksanaan supervisi pengajaran yang

bersifat mengembangkan,

disarankan hal-hal

sebagai

berikut:

a. Baik kepala sekolah maupun guru hendaknya memiliki

derajat

komitmen

yang

tinggi

terhadap

tugas

profesionalnya.

b. Kepala sekolah dan guru secara koperatif menyusun

program kerja yang akan dijadikan acuan dalam kegiatan

sehari-hari.

c. Forum komunikasi antara kepala sekolah seyogianya

dilaksanakan secara terprogram.

d. Sikap terbuka dan kekeluargaan pada kepala sekolah

hendaknya mendasari pola supervisi yang dilakukan, dan

demikian pula sikap terbuka dari guru hendaknya

mendasari kegiatan guru dalam pengajaran.

e. Kegiatan supervisi pengajaran, hendaknya tidak hanya

sebagai kegiatan administratif, akan tetapi hendaknya

dijadikan sebagai wahana pengembangan guru dan proses

belajar-mengajar

dalam

rangka

meningkatkan

kualitas

pendidikan.

.6. Meskipun sampai batas tertentu penelitian ini telah mampu

mengungkapkan berbagai hal, namun disadari benar masih

banyak keterbatasan di

dalamnya.

Keterbatasan tersebut

antara lain yang menyangkut pendekatan, metode, teknik,

instrumen, sampel, dan analisis data. Karena keterbatasan

ini, maka diakui bahwa generalisasi yang ditarik dari

penelitian ini masih dalam lingkup keterbatasan tersebut.

(39)

Sehubungan dengan itu,

penelitian ini masih memerlukan

pengembangan lebih lanjut baik dari segi lingkup masalah,

pendekatan,

metode,

teknik.

instrumen,

sampel,

dan

analisis.

7. Dari segi temuan penelitian ini, hal-hal yang dapat

direkomendasikan untuk diteliti lebih lanjut dengan

mengembangkan

lingkup

masalah,

pendekatan,

metode,

teknik, instrumen, dan analisis, adalah:

a. Keefektifan berbagai pendekatan supervisi pengajaran

untuk tipe-tipe guru berdasarkan tingkat pendidikan,

pengalaman, dan derajat komitmen.

b. Keefektifan

pendekatan

supervisi

pengajaran

berdasarkan karakteristik bidang studi tertentu.

c. Keefektifan pendekatan supervisi pengajaran dilihat

dari berbagai aspek latar belakang Kepala sekolah

(pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, bidang studi,

dsb.).

d. Dampak pendekatan supervisi pengajaran terhadap hasil

belajar siswa.

e. Penelitian masalah yang sama pada berbagai jenis dan

jenjang pendidikan.

(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sanusi; (1990); Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan;

Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Beeby, C.E.; (1966); The Quality of Education in Developing

Countries; Cambridge, Massachusetts; Harvard

University Press.

Bordan, Charles, W.; (1953); Democratic Supervision in

Secondary School; Cambridge; Houghton Mifflin.

Castetter, William B.; (1981); Personnel Function in

Educational Administration; New York; MacMillan

Publishing Company Inc.

Dirawat, dkk.; (1983); Pengantar Kepemimpinan Pendidikan;

Surabaya; Penerbit Usaha Nasional.

Elsbree, Willard S. and Horald, J. McNally (1959);

Elementary School Administration and Supervision; New York; American Book Company.

Engkoswara; (1986); Kecenderungan Kehidupan di Indonesia Menjelang Tahun 2000 dan Implikasinya Terhadap Sistem

Pendidikan; Jakarta, Itermedia.

; (1987); Dasar-dasar Administrasi Pendidikan;

Jakarta; P2LPTK Depdikbud.

Fakry Gaffar, M.; (1987); Perencanaan Pendidikan: Teori dan

Metodologi; Jakarta; Depdikbud.

. (ed.); (1991); Administrasi Pendidikan; Bandung; Jurusan Administrasi Pendidikan; FIP IKIP

Bandung.

Flippo, Edwin B.; (1984); Personel Management; New York, Mc. Graw Hill Book Co.

Glickman, Carl D.; (1981); Developmental Supervision: Alternatif Practices for Helping Teachers Improve

Instruction; Alexandria, VA; ASCD.

; (1990); Supervision of Instruction: A

Developmental Approach; 2nd Ed.; Boston, Allyn and

Bacon.

Good, Carter V.; (1973); Dictionary of Education; New York; McGraw-Hill Book Company.

Guba, Egon G.; and Ivonna, S. Lincoln; (1981); Effective

(42)

Harris, Ben M.; (1985); Supervisor Behavior in Education;

Englewood Cliffs, Jersey; Prentice-Hall Inc.

Harris, Chester; (1959); Encyclopedia of Educational Research; New York; McGraw-Hill Book Company Inc.

Jurnal Pendidikan No.l; Januari 1988.

Kurikulum SMA 1984; Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran dan

Pembinaan Guru; Jakarta; Depdikbud.

Lipham, James M.; (1985); The Principalship: Concepts,

Competencies, and Cases; New York; Longmans.

Made Pidarta; (1986); Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan; Surabaya, Sarana Press.

Moch. Ichsan; (1991 ); Supervisi Instruksional di SMA (Studi Deskriptif Analisis tentang Pelaksanaan Supervisi Instruksional di SMAN se-Kodya Malang); Thesis,

Fakultas Pasca Sarjana; IKIP Bandung.

Moleong, Lexy, J.; (1989); Metodologi Penelitian Kualitatif; Bandung; Remaja Karya CV.

Nasution, S; (1987); Metode Research (Penelitian Ilmiah); Bandung, Penerbit Jemmars.

Oteng Sutisna; (1987); Dasar-dasar Teoretis untuk Praktek Pendidikan; Bandung, Angkasa.

Pengawasan Melekat dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan

Disiplin Nasional; (1988); Jakarta; Kloang Klede

Jaya.

Pengawasan Fungsional-Melekat dan Kaitannya Dengan

Kebijaksanaan Mendikbud; (1988); Jakarta; Kloang Klede Jaya.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan

Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga

Kependidikan.

Roe, H. William; dan Thelbert, L. Drake; (1980) ; The Principalship; New York; MacMillan Publishing Co.Inc.

Siagian, SP; (1988); Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan; Jakarta, Haji Masagung.

Supandi & Ahmad Sanusi; (1988); Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan; Bandung, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.

(43)

Surya, M.; (1986); Psikologi Kepemimpinan; Makalah dalaam Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IAIN se-Indonesia di Bandung.

;(1990); Profesionalisasi dan Profesionalisme.

Tantangan Bagi Kepala Sekolah Dalam Sistem Pendidikan Nasional; Makalah ceramah di hadapan para Kepala

Sekolah SLTP dan SLTA se-Kabupaten Cirebon dan Kuningan tanggal 28 dan 29 September 1990.

TAP MPR RI; (1988), Jakarta, Restu Agung.

Tim Penulis Modul FISIP UT; (1988); Pengawasan melekat; Jakarta, Universitas Terbuka.

Undang-undang No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan

N a s i o n a l .

Wiles, Kimbal, dan Lovell, John.; (1975); Supervision for

Better Schools; New Jersey; Prentice-Hall; Inc.

Gambar

TABEL 1 KEADAAN GURU SMA NEGERI 2 BANDUNG BERDASARKAN
tabel 1 dibawah

Referensi

Dokumen terkait

Keempat , validasi ahli yang terdiri dari 4 orang validator (ahli materi, ahli pembelajaran, ahli bahasa, dan ahli tampilan (kegrafikan), ahli instrumen melalui forum focus

Dan untuk semua pihak yang telah membantuku selama mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas. bantuannya

Penelitian ini beerlangsung sejak bulan Januari 2017 sampai dengan selesai.Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanah Ultisol yang diambil dari Desa

Untuk mencapai tujuan tersebut, perhitungan jumlah pelanggan seluler dan kapasitas trafik menjadi suatu cara mendapatkan jumlah BTS dan menara bersama

Kita kerja keras tetapi mendapat hasil sangat sedikit Apa yg terjadi ketika kita menghadapi kesukaran.. Semuanya tidak terjadi seperti yg

136/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas ± 509,42 ha di Kawasan Hutan Praipahamandas Register Tanah Kehutanan

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap penurunan berat badan pada tikus galur Wistar dengan pemberian ekstrak teh hijau varietas Assamica

Hasil yang diperoleh adalah sebuah Kamus Arab – Indonesia dan Indonesia – Arab Berbasis Web yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kata Arab ke kata Indonesia maupun kata Indonesia