DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhamad Riksa Dipraja
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 8 September 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Fakultas : Desain
Program Studi : Desain Komunikasi Visual (DKV)
Jenjang : S-1
Alamat : Perum Gading Tutuka 1 Blok D2 No 27, `
Soreang
Telp : 087722231373
Email : riksadipraja@gmail.com
Instagram : @riksadipraja
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KAMPUNG BUDAYA SUNDA CIPTAGELAR
DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016
oleh:
Muhamad Riksa Dipraja NIM. 51912231
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan terselesaikan. Laporan ini dibuat demi memenuhi Tugas Akhir Program Studi DKV, Fakultas Desain, Universitas Komputer Indonesia. Makalah ini membahas tentang Perancangan Media Informasi Seren Taun Kasepuhan Ciptagelar. Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada (Alm.) Ayahanda dan Ibu tercinta, yang telah memberi moril dan materil serta keluarga, teman-teman, khususnya Indira yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan laporan ini. Kepada Kang Yoyo, Kang Nedi, Kang Jamang, Pak Mamat atas bimbingannya selama pencarian sumber data berlangsung. Kepada Pak Setia Surya yang telah membimbing selama menulis laporan ini. Tidak lupa saya memohon maaf atas semua kekurangan dari Tugas Akhir ini, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat.
Bandung, 3 Agustus 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
I.2 Identifikasi Masalah ... 3
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 4
I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ... 4
I.6 Manfaat Perancangan ... 4
BAB II MEDIA INFORMASI DAN KASEPUHAN CIPTAGELAR ... 5
II.1 Media Informasi ... 5
II.1.1 Jenis Media ... 5
II.1.2 Pemilihan Media ... 5
II.2 Kajian Pop Up Book ... 6
II.2.1 Jenis-jenis Teknik Pop Up ... 6
II.2.2 Manfaat Media Pop Up Book ... 9
II.3 Kasepuhan Ciptagelar ... 9
II.4 Sejarah Kasepuhan Ciptagelar ... 11
II.5 Letak Geografis Kasepuhan Ciptagelar ... 11
II.6 Jenis dan Fungsi Bangunan ... 11
II.7 Kondisi Kasepuhan Ciptagelar ... 14
II.9 Tinjauan Umum Masyarakat Saat Ini ... 18
II.10 Resume ... 19
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20
III.1 Strategi Perancangan ... 20
III.2 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 20
III.2.1 Target Audience ... 21
III.3 Strategi Komunikasi ... 22
III.3.1.1 Tujuan Komunikasi ... 23
III.3.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 23
III.3.2.1 Pendekatan Verbal ... 23
III.3.2.2 Sifat Pesan dan Gaya Bahasa ... 23
III.3.2.3 Materi Pesan ... 24
III.4 Strategi Kreatif ... 24
III.4.1 Copywritting ... 24
III.4.2 Storyline ... 24
III.5 Strategi Distribusi ... 25
III.6 Konsep Visual ... 26
III.6.1 Format Desain ... 28
III.6.2 Tata Letak ... 28
III.6.3 Huruf ... 29
III.6.4 Ilustrasi ... 29
III.6.5 Warna ... 31
III.7 Sinopsis ... 32
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 33
IV.1 Buku Pop Up Kampung Sunda Ciptagelar ... 33
IV.1.1 Kemasan ... 33
IV.1.2 Teknis Perancangan ... 34
IV.2 Media Pendukung ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :
Djambatan.
Kusmiati, Artini R dkk. (1999). Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta:
Djambatan.
Kusrianto, Adi. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Surabaya : Andi
Sucipto, Toto. 2012. Upacara Seren Taun Pada Masyarakat Kasepuhan
Ciptagelar di Sukabumi. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)
Bandung.
Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta:
PERCETAKAN JALANSUTRA.
Sumber Internet
Ciptagelar. (2015). Tentang Kasepuhan Ciptagelar. Diambil dari:
http://www.ciptagelar.info/tentang/ (12 Maret 2016)
Dewantari, Alit Ayu. (2014). Sekilas Tentang Pop-up, Lift The Flap, dan Movable
Book. Diambil dari:
http://dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-up-lift-the-flap-dan-movable-book/(30 Mei 2016)
Disparbud. (2011). Kampung Ciptagelar. Diambil dari:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id
Dzuanda. (2011). Perancangan Buku Cerita Anak Pop-Up Tokoh-tokoh Wayang
Berseri, Seri “Gatot Kaca”. Diambil dari:
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa menurut BPS pada tahun 2010, hal tersebut menjadikan Indonesia berpenduduk terbesar keempat didunia. Selain itu Indonesia memiliki kebudayaan yang cukup banyak. Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
(Koentjaraningrat, 1987). Tiap suku bangsa memiliki keadaan alam yang berbeda sehingga menciptakan ciri khas kebudayaan masing-masing. Terdapat lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.
Diantara ratusan suku yang ada di Indonesia, terdapat Suku Sunda. Menurut Koentjaraningrat (2002, hal 307) suku bangsa Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal didaerah Jawa Barat atau Tatar Sunda atau Tanah Pasundan. Suku bangsa Sunda yang menempati sebagian besar Jawa Barat masih terdiri dari beberapa sub etnis yang dalam beberapa hal akan mempunyai perbedaan dalam kebudayaan. Persamaan terletak dalam bahasa sedangkan perbedaan terletak pada adat dan upacara perkawinan.
Salah satu kampung adat yang masih ada yaitu Kasepuhan Ciptagelar. Selain Kasepuhan Ciptagelar terdapat Kampung Adat Suku Sunda lainnya, yaitu;
1. Kampung Dukuh, Garut 2. Kampung Pulo, Garut
3. Kampung Naga, Tasikmalaya 4. Kampung Urug, Bogor
5. Kampung Mahmud, Kabupaten Bandung 6. Kampung Cikondang, Kabupaten Bandung 7. Kampung Cirendeu, Cimahi
8. Kampung Panjalu, Ciamis 9. Kampung Kuta, Ciamis 10.Kampung Cigugur, Kuningan 11.Kampung Segandu, Indramayu
Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu Kasepuhan dari Kesatuan Adat Banten Kidul. Istilah kasepuhan berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘Sepuh’ yang artinya adalah tua dan dihormati, kemudian ditambahkan kata imbuhan ‘ka’ dan ‘an’ sehingga makna kasepuhan ialah sekelompok orang tua yang dihormati dan tinggal di salah satu daerah. Kasepuhan Ciptagelar masih mengakui kepemimpinan adat setempat sehingga masyarakatnya mematuhi dan melakukan adat-adat yang masih berlaku.
Kampung budaya Sunda seperti Kasepuhan Ciptagelar yang memiliki ciri khas sunda seperti memakai iket, menumbuk padi di lisung, masih minim diketahui oleh masyarakat perkotaan, salah satunya ialah Kota Bandung. Bandung ialah salah satu kota atau daerah yang menggagas ‘Rebo Nyunda’ yaitu program pemerintah kota Bandung yang menyarankan agar memakai atribut Sunda dan berkomunikasi dengan bahasa Sunda. Selain Kota Bandung, Kabupaten Bandung ikut meramaikan gagasan melestarikan Sunda ini namun dilaksanakan pada hari Kamis.
Akan tetapi dibalik pemahaman Sunda oleh orang tua pada anaknya kurang menyeluruh terbukti ketika melakukan kuesioner pada anak berusia 10-14 tahun, banyak yang belum mengetahui bahwa Sunda memiliki unsur lain seperti alat panen dan kampung-kampung Sunda yang masih ada.
Media informasi bagi anak-anak dapat membantu dalam pengetahuan tentang kebudayaan Sunda, ditambah melalui keunikan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar yang dapat menarik bila diangkat menjadi media informasi.
I.2 Identifikasi Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas, maka hal-hal yang dapat diidentifikasikan sebagai permasalahan sebagai berikut;
• Media informasi tentang kampung budaya Sunda bagi anak-anak masih jarang, termasuk Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.
• Kampung Budaya Sunda Ciptagelar merupakan salah satu kekayaan orang Sunda yang seharusnya dapat diketahui oleh anak-anak atau generasi muda.
• Masih ada anak yang kurang mengetahui unsur kebudayaan Sunda, termasuk Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka dapat ditetapkan masalah sebagai berikut;
• Bagaimana merancang media informasi tentang penjelasan mengenai Kasepuhan Ciptagelar, tata cara berpakaian dan kegiatan sehari-hari di Kasepuhan Ciptagelar sehingga bisa menambah wawasan bagi anak-anak.
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan pembatasan masalah yang ada pada penelitian yaitu bagaimana menjelaskan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dengan ruang lingkup anak-anak.
I.5 Tujuan Perancangan
Adapun yang menjadi tujuan dalam perancangan media informasi adalah sebagai berikut :
• Menginformasikan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dalam bentuk buku ilustrasi pada anak-anak.
• Memberikan kemudahan untuk anak-anak lebih mengerti tentang bangunan dan kehidupan orang Sunda, khususnya yang berada di Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.
I.6 Manfaat Perancangan
Adapun manfaat perancangan media informasi adalah sebagai berikut:
• Menambah daftar buku ilustrasi tentang kebudayaan Sunda untuk anak-anak sehingga dapat melestarikan salah satu budaya Sunda. • Menambah ketertarikan anak-anak khususnya dan masyarakat pada
BAB II MEDIA INFORMASI DAN KASEPUHAN CIPTAGELAR
II.1 Media Informasi
Kata “media” berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yaitu ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Media sendiri ialah manusia, materi ataupun kejadian yang dapat membangun peserta didik atau pengguna mampu memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran, media sering disebut sebagai alat
grafis, photografis, untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali
informasi baik verbal maupun visual. (Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad
2005:3).
II.1.1 Jenis Media
Menurut Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Azhar Arsyad (2005: 36)
mengelompokkan media ke dalam lima jenis sebagai berikut;
Media berbasis manusia, yakni guru, instruktur.
Media berbasis cetak, yakni buku, lembaran lepas, modul. Media berbasis visual, yakni buku, bagan, grafik.
Media berbasis audio-visual, yakni video, film, televisi.
Berdasarkan penjelasan jenis media diatas dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa jenis media yang dapat membantu memilih media yang cocok untuk
target audience.
II.1.2 Pemilihan Media
Menurut Azhar Arsyad (2006: 92-93) mengemukakan kriteria media berbasis
visual, yakni sebagai berikut;
Usahakan visual yang sederhana. Penggunaan gambar realistis haruslah hati-hati agar tidak mengganggu perhatian siswa atau guru,
Hindari visual yang tidak berimbang,
Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual,
Gunakan warna secara realistis.
Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan salah satu jenis media cetak. Media
cetak yaitu media visual yang menyajikan fakta dan gagasan melalui penyajian
berbasis kalimat dan gambar. Dapat disimpulkan bahwa buku pop up atau pop up
book cocok untuk anak-anak karena buku pop up akan terlihat lebih menarik dan
ekspresif.
II.2 Kajian Pop Up Book
Pop up book menurut Dzuanda (2011:1) ialah sebuah buku yang memiliki bagian
yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi
cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika
halamannya dibuka. Dapat disimpulkan bahwa pop up book adalah media
berbentuk buku yang berbasis 3 dimensi dan dapat bergerak. Pada pop up book,
materi atau isi pesan dapat disampaikan dalam bentuk gambar yang menarik.
II.2.1 Jenis-Jenis Teknik Pop Up
Terdapat beberapa macam teknik pop up, antara lain:
1. Transformations yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari
Gambar II.2.1.1 Transformations
Sumber: http://rizelferrer.blogspot.co.id/2015_10_01_archive.html (Diakses pada 30/07/2016)
2. Volvelles yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam
pembuatannya.
Gambar II.2.1.2 Volvelles
Sumber: http://www.extremepapercrafting.com (Diakses pada 30/07/2016)
3. Peepshow yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas
yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi
Gambar II.2.1.3 Peepshow
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/520588038156001992/ (Diakses pada 30/07/2016)
4. Pull-tabs yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan
didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru.
Gambar II.2.1.4 Pulltabs
Sumber: https://craftycardtricks.blogspot.co.id/ (Diakses pada 30/07/2016)
5. Carousel teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila
Gambar II.2.1.5 Carousel
Sumber: https://m.aliexpress.com/item/32358505000.html (Diakses pada 30/07/2016)
II.2.2 Manfaat Media Pop Up Book
Jika pop up book diperuntukkan untuk anak-anak, menurut Dzuanda (2011: 5-6) manfaatnya yaitu:
1. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik.
2. Mendekatkan anak dengan orang tua karena pop up book memberi
kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya.
3. Mengembangkan kreatifitas anak.
4. Merangsang imajinasi anak.
5. Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda.
6. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada
anak.
II.3 Kasepuhan Ciptagelar
Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu Kasepuhan dari Kesatuan Banten
tinggal di salah satu daerah. Kasepuhan Ciptagelar masih mengakui
kepemimpinan adat setempat sehingga masyarakatnya mematuhi dan melakukan
adat-adat yang masih berlaku, diantaranya ialah mengadakan acara Seren Taun.
Gambar 2.3.1 Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Menurut pihak Kasepuhan Ciptagelar, penduduk Kasepuhan Ciptagelar terdiri dari
mayoritas penduduk asli dan sebagian kecilnya merupakan penduduk pendatang.
Jumlah keseluruhan pada tahun 2008 yaitu 84 kepala keluarga atau terdiri dari 151
laki-laki dan 142 perempuan. Jumlah tersebut terbagi dalam tiga wilayah, yaitu
Babakan Simpang, Babakan Sakola dan Ciptagelar. (Toto Sucipto, 2012, h.31)
II.4 Sejarah Kasepuhan Ciptagelar
Cikal bakal Kampung Ciptagelar berasal dari keturunan Pakuan Pajajaran, yaitu
Prabu Siliwangi. Pada saat itu Sultan Maulana Yusuf dari Kerajaan Islam Banten
berhasil memukul mundur Kerajaan Hindu Pajajaran ke arah selatan, lebih
tepatnya ke sebuah tempat yang bernama Tegal Buleud. Setelah peristiwa
tersebut, Prabu Siliwangi memilih untuk ngahyang (menghilang dari pandangan
mata) sedangkan Bareusan Pangawinan (pasukan khusus Kerajaan Pajajaran)
yang salah satunya dipimpin oleh Ki Demang ditugaskan oleh Prabu Siliwangi
untuk menyelamatkan pohon ajimat hanjuang bodas. Turunan Ki Demang Haur
Tangtu kemudian membentuk pemukiman-pemukiman yang tersebar dikawasan
Gunung Halimun. Rincian keturunan mulai dari Demang Haur Tangtu hingga
kepemimpinan Abah Ugi saat ini.
II.5 Letak Geografis Kasepuhan Ciptagelar
Secara administratif, Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa
Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Ciptagelar dari Desa
Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan
Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Letak
geografis Kampung Ciptagelar berada di atas ketinggian 1050 meter diatas
permukaan taut. Udaranya sejuk cenderung dingin dengan suhu antara 20° C - 26°
C dan suhu rata-rata setiap tahun sekitar 25° C. Kampung Ciptagelar dikelilingi
gunung-gunung, yaitu Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung
Kendeng.
II.6 Jenis Dan Fungsi Bangunan
Imah Gede atau rumah besar adalah sebuah bangunan non permanen yang cukup
besar yang menghadap ke utara. Bangunan ini bertipe panggung dengan bahan
baku utama yaitu kayu, bambu, injuk dan daun kiray. Fungsi dari imah gede yaitu
melakukan aktivitas-aktivitas adat, tempat menginap para tamu dari luar
kasepuhan yang datang berkunjung untuk berbagai keperluan. (Toto Sucipto,
Gambar 2.6.1 Imah Gede (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Leuit atau lumbung padi merupakan wadah atau tempat untuk menyimpan padi
hasil panen warga. (Toto Sucipto, 2012, h.61)
Gambar 2.6.2 Leuit (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Leuit Si Jimat merupakan leuit tertua yang ada di Kasepuhan Ciptagelar. Didepan
leuit tertanam Pohon Hanjuang sebagai tanaman sakral. Karena dianggap leuit
sakral, letak leuit agak berjauhan dengan leuit warga dan berada di bagian timur
podium yang menghadap ke utara. Fungsi Leuit Si Jimat berperan penting dalam
prosesi Seren Taun.
Disamping Leuit Si Jimat terdapat Podium Adat yang berfungsi sebagai bangunan
yang sesuai dengan posisi seorang pemimpin kasepuhan. (Toto Sucipto, 2012,
Gambar 2.6.3 Leuit Si Jimat dan Podium Adat (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Seni Jipeng merupakan salah satu kesenian tradisional berbentuk drama yang
memainkan cerita rakyat dengan alat-alat musik tradisional. Selain berfungsi
meramaikan Seren Taun, seni jipeng juga dipertunjukan pada saat bulan purnama.
(Toto Sucipto, 2012, h.69)
Gambar 2.6.4 Ajeng Jipeng (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Ajeng siaran diciptakan dengan tujuan menyatukan keakraban dan sosialisasi
Gambar 2.6.5 Ajeng Siaran (Dokumentasi Pribadi, 2016)
II.7 Kondisi Kasepuhan Ciptagelar
Kondisi Kasepuhan Ciptagelar saat ini cukup terawat dengan baik.
Fasilitas-fasilitas penunjang seperti lahan parkir bagi kendaraan pengunjung, rumah gede
sebagai tempat peristirahatan bagi para pengunjung dan wc umum.
Kebersihan dilingkungan Kasepuhan Ciptagelar sangat dijaga dengan baik,
dengan tidak adanya sampah yang terlihat di area Kasepuhan Ciptagelar.
Gambar 2.7.1 Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Hingga saat ini bangunan yang berumur lebih dari 600 tahun itu masih berdiri
Selain itu, untuk menuju Kasepuhan Ciptagelar para pengunjung disarankan untuk
memakai kendaraan yang cocok untuk medan yang terjal, seperti mobil manual
4wheel, motor dengan ban yang khusus dan pengemudi yang sudah mahir
dimedan yang terjal. Karena perjalanan menuju Kasepuhan Ciptagelar tidak
beraspal melainkan bebatuan dan tanah.
Untuk mencapai Kasepuhan Ciptagelar, para pengunjung diwajibkan untuk
bertanya pada masyarakat sekitar tentang rute menuju Ciptagelar karena tidak
adanya petunjuk arah dapat menjadikan pengunjung tersesat atau salah jalur.
Gambar 2.7.2 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2.7.4 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2.7.6 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2.7.8 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)
II.8 Pengunjung Kasepuhan Ciptagelar
Menurut informasi dari hasil wawancaara yang penulis lakukan langsung bersama
pihak dari Kasepuhan Ciptagelar, menjelaskan bahwa mayoritas pengunjung
Kasepuhan Ciptagelar maupun ketika acara Seren Taun adalah dari kalangan
remaja umur 17 hingga dewasa (25 – 45). Mayoritas pengunjung tersebut datang
dengan menggunakan kendaraan roda empat jenis 4wheel adapula yang
menggunakan roda dua. Kemudian pihak Kasepuhan mengatakan pengunjung
yang datang bukan hanya dari wisatawan lokal saja, namun ada yang datang dari
mancanegara.
II. 9 Tinjauan Umum Masyarakat Saat Ini
Kampung Sunda Ciptagelar adalah Kampung Sunda yang masih menjaga
kelestarian adat istiadatnya. Berdasarkan hasil penelitian dari kuesioner yang
dilakukan kepada masyarakat. Maka hasil yang didapatkan ialah masih kurangnya
pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang Kampung Budaya Sunda.
Dalam penelitian ini dilakukan pengisian kuesioner yang diberikan kepada
Dalam kuesioner tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang merujuk pada
kebudayaan sunda dan kepedulian pada budaya sunda. Disamping itu pertanyaan
untuk kebutuhan pop up book tentang budaya sunda sangat diperlukan, maka
kesimpulan dari kuesioner yang diberikan dapat diuraikan sebagai berikut:
- 17 % responden menjawab sangat mengetahui
- 27 % responden menjawab sekedar mengetahui
- 56% responden menjawab tidak mengetahui
II.10 Resume
Berdasarkan analisa data yang telah penulis lakukan diatas, dikarenakan
kurangnya media informasi tentang sunda untuk anak-anak dan keingintahuan
yang tinggi maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa diperlukannya sebuah
perancangan media informasi dalam bentuk buku untuk anak-anak dengan tujuan
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Kampung Budaya Sunda Ciptagelar atau lebih dikenal dengan Kasepuhan
Ciptagelar memiliki permasalahan dengan kurangnya media informasi tentang
keberadaannya. Media yang mengangkat mengenai kampung budaya Sunda bagi
anak-anak masih sedikit dan sulit untuk dipahami sehingga hal itu menyebabkan
anak-anak kurang tahu bahkan tidak mengenal tentang Sunda dan kampung
budaya yang masih ada. Dengan permasalahan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa dibutuhkan perancangan media informasi mengenai Kampung Budaya
Sunda Ciptagelar dalam bentuk buku pop up dengan tujuan memberikan informasi
tentang keistimewaan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar secara keseluruhan.
Diharapkan dapat menanamkan rasa kecintaanya pada budaya Sunda agar
tertanam rasa kesadaran untuk menjaga kelestariannya sehingga generasi
selanjutnya dapat mengenal budaya Sunda khususnya yang berada di Kampung
Budaya Sunda Ciptagelar.
III.2 Kondisi Khalayak Saat Ini
Sebagai sebuah kampung yang masih melestarikan budaya leluhur Sunda,
Kampung Budaya Sunda Ciptagelar atau lebih dikenal sebagai Kasepuhan
Ciptagelar dapat mengedukasi generasi muda diperkotaan khususnya dan
masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Keberadaan Kampung Budaya Sunda
Ciptagelar dapat menjadi sebuah jendela bagi masyarakat Sunda yang ingin
mengetahui bagaimana kampung Sunda asli yang sebenarnya. Namun kurangnya
pengenalan kampung budaya Sunda pada generasi muda diperkotaan dan
sekitarnya menjadikan budaya Sunda itu pun luntur, sehingga media informasi
sangat dibutuhkan untuk membantu pelestarian yaitu secara pengenalan dan
mengedukasi bagi generasi muda.
Dan menurut informasi yang penulis dapatkan dari hasil kuesioner bahwa banyak
anak-anak yang masih kurang mengetahui tentang bagaimana kampung budaya
III.2.1 Target Audience
Target Audience dari media informasi buku ilustrasi Kampung Budaya Sunda
Ciptagelar ini adalah sebagai berikut:
Demografis
Usia : Anak-anak usia 10–14 tahun
Anak-anak pada usia 10-14 tahun mereka suda pada tahap bermain dan
belajar sehingga cocok untuk menerapkan informasi pada umur yang
dituju.
Status Ekonomi : Menengah
Target audience dengan status ekonomi menengah dipilih karena
keberadaan kalangan menengah biasanya terdapat diperkotaan dan
pinggiran kota.
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Sekolah Dasar
Warga Negara : Indonesia
Psikografis
Media ditujukan pada anak-anak yang menyukai cerita, peduli akan
budaya dan memiliki sifat keingintahuan yang tinggi.
Geografis
Masyarakat yang berdomisili didaerah perkotaan khususnya yaitu Kota
Bandung, Kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Consumer Insight
Hilmy Rizkya Saputra merupakan seorang siswa laki-laki Sekolah Dasar
kelas 5 SD berusia 12 tahun. Memiliki jiwa yang semangat dan rasa
keingintahuan yang tinggi. Ia memiliki kesukaan terhadap budaya sunda,
salah satunya yaitu mengikuti les pencak silat, selain itu ia suka terhadap
Consumer Journey
Waktu Aktivitas Tempat Point Of Contact
06 : 00
Berdasarkan Consumer Journey diatas dapat disimpulkan bahwa target yang
dituju berjiwa semangat dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
III.3 Strategi Komunikasi
Dalam suatu penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk memudahkan
komunikasinya sehingga dapat dimengerti oleh target audience. Penyampaian
III.3.1 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari pembuatan buku ilustrasi kampung budaya sunda Ciptagelar adalah
sebagai berikut:
1. Mengenalkan pada anak-anak tentang bangunan dan kehidupan di
Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.
2. Pengemasan ilustrasi yang menarik dan cocok oleh anak-anak
sehingga menambah wawasan mengenai Kampung Budaya Sunda
Ciptagelar.
III.3.2 Pendekatan Komunikasi
Pesan utama yang ingin disampaikan pada masyarakat khususnya target audience
yang sudah ditentukan ialah mengenalkan kebudayaan sunda terutama
kebudayaan sunda yang berada di Kampung Sunda Ciptagelar sebagai suatu
media yang bisa memberikan edukasi bagi masyarakat umum dan khususnya pada
generasi muda di Jawa Barat.
III.3.2.1 Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal yang dilakukan pada perancangan buku ilustrasi ini ialah
dengan
menggunakan sistem pop up. Hal tersebut dilakukan agar buku lebih ekspresif dan
menarik. Disamping itu bahasa yang digunakan ialah menggunakan 2 bahasa,
yaitu Bahasa Sunda Loma dan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan agar target
audience terbiasa menggunakan Bahasa Sunda.
III.3.2.2 Sifat Pesan dan Gaya Bahasa
Sifat pesan dan gaya bahasa yang digunakan adalah dengan sifat nonformal
karena informasi yang akan disampaikan bertujuan untuk mengedukasi anak-anak.
Diharapkan dengan penggunaan bahasa nonformal tersebut, dapat mudah
III.3.2.3 Materi Pesan
Materi pesan utama yang terdapat didalam perancangan buku ilustrasi ini terdiri
dari beberapa pesan, yaitu:
Pengenalan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.
Menciptakan suatu media informasi yang berupa buku ilustrasi pop up
yang dapat memberikan edukasi dan meningkatkan wawasan anak-anak
mengenai Sunda di Ciptagelar.
Menciptakan rasa kepedulian untuk generasi muda pada budaya Sunda
agar tetap lestari.
Problem Statement
Bandung ialah salah satu kota yang menggagas ‘Rebo Nyunda’ atau program yang ingin melestarikan budaya sunda. Kepedulian generasi muda akan budaya masih
kurang, disamping itu media informasi dalam berbentuk buku ilustrasi untuk
anak-anak masih jarang. Dengan demikian diharapkan generasi muda dapat
mengenal dan melestarikan budaya sunda melalui buku ilustrasi ini.
III.4 Strategi Kreatif
Strategi kreatif pada media pop up book tentang keistimewaan Kampung Budaya
Sunda Ciptagelar adalah berupa penyampaian informasi melalui cerita pada
gambar. Yang akan membuat target audience menjadi mudah memahami,
menarik dan lebih ekspresif.
III.4.1 Copywriting
Judul buku pop up ini adalah “Kampung Sunda Ciptagelar”. Sesuai dengan
judulnya yang jelas dan mudah untuk diingat, diharapkan target audience dari
buku ini dapat langsung menangkap isi apa yang diwakili oleh judul tersebut.
III.4.2 Storyline
Halaman 1 : Pengenalan Kasepuhan Ciptagelar secara umum
Halaman 2 : Pengenalan Buruan Gede
Halaman 4 : Penjelasan mengenai pakaian pria
Halaman 5 : Penjelasan Lisung
Halaman 6 : Penjelasan mengenai pakaian wanita
Halaman 7 : Penjelasan mengenai Seren Taun
III.5 Strategi Distribusi
Buku pop up ini akan berkontribusi dengan toko buku yang ada diperkotaan
seperti Gramedia, Gunung Agung, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan toko
buku tersebut berada digeografis yang cocok dengan target audience.
Mei (minggu ke 3) 2016 pemberian brosur disekolah dan toko buku, yang
bertujuan memperkenalkan tentang pop-up book Kampung Budaya Sunda
Ciptagelar dan juga mengajak untuk membelinya.
MEI 2016
Tabel III.5.1 Jadwal Pendistribusian
Juni (minggu ke 1) 2016 pembagian sticker, brosur dibagikan disekolah dan toko
buku. Mini x-banner ditempatkan ditempat penyimpanan barang dan tempat
Juni 2016
Tabel III.5.2 Jadwal Pendistribusian
Juni 2016 akhir, sesuai kalender pendidikan, jadwal libur setelah kenaikan kelas
adalah mulai tanggal 20 Juni 2016 - 2 Juli 2016
.
Maka dari itu penjualanditempatkan dihari dimana anak-anak libur sekolah karena anak-anak biasanya
menghabiskan waktunya ke mall dan toko buku. Penempatan media utama (pop
up book) dan media pendukung (kaos, pin dan lainnya).
JUNI 2016
Tabel III.5.3 Jadwal Pendistribusian
III.6 Konsep Visual
Dalam sebuah media informasi yang menarik dan informatif dibutuhkan konsep
visual yang harus maksimal, karena hal itu sangat penting untuk menunjang
kesuksesan sebuah media informasi. Konsep dari pop up book Kampung Budaya
Sunda Ciptagelar ialah menggunakan gaya atau karakter pribadi. Studi visual yang
Gambar III.6.1 Bahan Studi Visual Sumber:
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/39/39/c7/3939c78d352246939337865e27b50735.jpg (Diakses pada 20/07/2016)
Gambar III.6.2 Bahan Studi Visual
III.6.1 Format Desain
Pop up book ini akan dibuat dengan ukuran A4, ukuran yang cukup luas untuk
pandangan seorang anak.
III.6.2 Tata Letak
Tata letak atau layout bertujuan agar elemen visual dan verbal menjadi lebih
nyaman untuk dipandang. Format layout pop up book ini lebih menonjolkan
ilustrasinya sebagai pusat perhatian.
III.6.3 Huruf
Huruf atau tipografi yang digunakan ialah jenis huruf yang sudah tidak asing
digunakan untuk anak-anak, jenis huruf yang santai, tidak tegas dan nyaman untuk
dibaca. Berikut ini adalah jenis-jenis huruf yang digunakan:
III.6.4 Ilustrasi
Pop up book tentang Kampung Budaya Sunda Ciptagelar ini menggunakan
seorang anak pria dan seorang anak wanita sebagai karakter utama. Kedua
visualnya menjadi perwakilan orang Sunda, yaitu mata yang bulat, hidung yang
pesek, telinga agak lebar dan lucu. Keduanya menggunakan pakaian khas Sunda,
Gambar III.6.4.1 Karakter
Ada beberapa lokasi yang akan muncul dalam buku pop up tentang keistimewaan
Kampung Sunda Ciptagelar seperti Buruan Gede, Lisung, Persawahan dan lain
sebagainya.
Gambar III.6.4.4 Contoh Penggambaran Lokasi
III.6.5 Warna
Warna yang digunakan disesuaikan dengan anak-anak, maka pemilihan warna
dalam pop up book ini memiliki warna komplementer, warna komplementer ialah
warna yang kontras antara satu warna dengan warna lainnya. Warna ini
memberikan warna kombinasi sehingga saling melengkapi dalam berbagai tingkat
kecerahan.
Teknik pewarnaan menggunakan teknik digital menggunakan software Adobe
III.7 Sinopsis
Kampung Sunda Ciptagelar adalah kampung yang masih melestarikan budaya
Sunda dari leluhurnya yang saat ini berusia lebih dari 600 tahun. Kampung Sunda
Ciptagelar atau lebih dikenal dengan Kasepuhan Ciptagelar memiliki keunikan
sendiri, diantaranya ialah bangunan-bangunan yang masih ada seperti leuit, lisung,
imah gede dan lainnya. Selain itu Kampung Sunda ini memiliki keunikan lainnya,
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
IV.1 Buku Pop Up Kampung Sunda Ciptagelar
Format desain yang digunakan pada buku ini ialah berukuran A4 atau 29,7 x
21cm dan full color dikarenakan buku ini ditargetkan untuk anak-anak. Buku ini
menggunakan hardcover laminasi doff dan isi kertas menggunakan jenis Artpaper
250 gram.
Gambar IV.1.1 Tampilan Buku
IV.1.1 Kemasan
Kemasan dari buku pop up Kampung Sunda Ciptagelar akan dikemas secara
ekslusif, kemasan mengikuti ukuran dari ukuran hardcover. Kemasan
menyesuaikan dengan buku dengan bahan yang dipakai ialah duplex dan memiliki
Gambar IV.1.1.1 Packaging
IV.1.2 Teknis Perancangan
Teknis buku ilustrasi ini dimulai dengan menggunakan sketsa manual maupun
digital, lalu setelah proses sketsa selesai barulah masuk pada digital dengan
menggunakan software Adobe Photoshop dan menggunakan hardware tambahan
yaitu pen tablet agar memudahkan untuk membuat ilustrasi.
Gambar IV.1.2.2 Sketsa Manual
Gambar IV.1.2.3 Sketsa Digital
Setelah tahap sketsa selesai kemudian melakukan tahap coloring hingga akhirnya
naik menjadi tahap detail. Pada tahap coloring, kanvas yang digunakan ialah
Gambar IV.1.2.4 Sketsa Digital
IV.2 Media Pendukung
T-shirt merupakan media pendukung yang akan didapatkan pada saat event
tertentu saja. T-shirt akan diaplikasikan pada bahan Cotton Combad 30s, dengan
teknik printing.
Gambar IV.2.1 T-shirt
Brosur berfungsi sebagai pemberi informasi tentang buku pop up ini. Brosur akan
Gambar IV.2.2 Brosur
Jadwal pelajaran merupakan media pendukung yang cukup efektif karena jadwal
pelajaran akan membantu dalam kegiatan sekolah. Jadwal pelajaran ini akan
dicetak dalam ukuran A3 artpaper, dengan teknik print laser.
Gambar IV.2.3 Jadwal Pelajaran
Mug ini sama halnya dengan t-shirt yang dimana akan dibagikan pada event
Gambar IV.2.4 Mug
Pembatas buku ini adalah sebagai hadiah saat pembelian buku pop up Kampung
Budaya Sunda Ciptagelar. Pembatas buku ini berukuran 5cm x 5 cm artpaper,
dengan teknik print laser.
Gambar IV.2.6 Pembatas Buku
Gantungan kunci akan menjadi media pendukung lainnya, hal ini efektif karena
anak-anak menyukai aksesoris. Gantungan kunci ini akan dicetak dengan teknik
print transfer paper.
Gambar IV.2.7 Gantungan Kunci
Sticker akan diberikan bersamaan dengan brosur. Sticker ini berukuran 7cm x 5cm
Gambar IV.2.8 Sticker
Topi ini akan ikut diperjualkan dalam fase penjualan buku pop up Kampung
Budaya Sunda Ciptagelar. Topi ini berbentuk tracker cap dengan teknik sablon.
Gambar IV.2.9 Topi
Mini x banner merupakan media promosi yang mudah diletakkan dimana saja dan
efektif. Sehingga mini x banner dapat disimpan didalam ataupun diluar ruangan.