• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KARIR PADA MAHASISWI MENIKAH:Studi Kasus terhadap Tiga Mahasiswi di UPI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN KARIR PADA MAHASISWI MENIKAH:Studi Kasus terhadap Tiga Mahasiswi di UPI."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN KARIR PADA MAHASISWI MENIKAH (Studi Kasus terhadap Tiga Mahasiswi di UPI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Tiana Silvani

0800206

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERENCANAAN KARIR PADA MAHASISWI MENIKAH

(Studi Kasus terhadap Tiga Mahasiswi Menikah di UPI)

Oleh: Tiana Silvani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tiana Silvani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Tiana Silvani (0800206). Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah (Studi

Kasus Terhadap Tiga Mahasiswi di UPI). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI,

Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan karir pada mahasiswi menikah serta faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan karir mahasiswi menikah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara purposive

sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang mahasiswi yang sudah

menikah dan memiliki anak serta masih berstatus aktif sebagai mahasiswa di UPI. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga subjek telah merencanakan karir mereka sesuai dengan tahapan perencanaan karir. Namun masih ada salah satu subjek yang belum mencapai tahap akhir dari perencanaan karir. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing subjek dalam menetapkan tujuan karir, seperti minat terhadap pekerjaan yang dipilih, bukti-bukti tentang kemampuan menyelesaikan jenis pekerjaan yang disukai, pengalaman kerja yang dimiliki, nilai yang terkandung pada jenis pekerjaan yang dipilih dan pertimbangan ekonomi. Rekomendasi dari penelitian ini ialah pernikahan bukan merupakan penghalang untuk tetap mengejar karir yang diinginkan bagi mahasiswi yang sudah menikah.

(6)

ABSTRACT

CAREER PLANNING ON MARRIED FEMALE STUDENTS (Case Study Of Three Female Students in UPI)

Tiana Silvani1

Siti Wuryan Indrawati2

Gemala Nurendah3

This study purposes to discover a delineation of career planning on married female students with some factors which influence the career aim of the married female students. The study used qualitative method with case study design. Subject selection was carried out with the purposive sampling method. The subjects of the study are three married female students who already have children and active as college students in UPI. Data collected with in-depth interview and observation. Result of the study gained shows that all of the subjects have already planned their career which appropriate with their career planning. But, there is a subject who has not achieved the last step of her career planning. Furthermore, factors which influence each subject on deciding the career purpose, like interest towards the chosen occupation, evidences about the ability of settling favorite kinds of job, job experience and the value of the chosen occupation which is chose and economy consideration. Recommendation of the study is that marriage is not a barrier to chasing desirable career for female students who have already married.

(7)

DAFTAR ISI

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II PERENCANAAN KARIR DAN MAHASISWI MENIKAH A. Perencanaan Karir ... 12

1. Pengertian Karir ... 12

2. Siklus Karir ... 13

3. Pengertian Perencanaan Karir ... 16

4. Langkah-Langkah Perencanaan Karir ... 17

5. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karir ... 20

6. Faktor yang Menyulitkan Perencanaan Karir ... 23

7. Fungsi Perencanaan Karir ... 24

B. Mahasiswi Menikah ... 27

1. Pernikahan ... 27

2. Mahasiswi ... 29

3. Mahasiswi Menikah ... 31

C. Perencanaan Karir Mahasiswi Menikah ... 32

(8)

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Subjek Penelitian ... 39

1. Subek Pertama ... 40

a. Identitas Subjek Pertama ... 40

b. Status Praesens Subjek Pertama ... 40

c. Riwayat Subjek Pertama ... 41

d. Riwayat Pendidikan Subjek Pertama ... 42

e. Hasil Observasi Subjek Pertama ... 42

d. Riwayat Pendidikan Subjek Ketiga ... 49

e. Hasil Observasi Subjek Ketiga ... 49

B. Deskripsi Data ... 50

C. Hasil Penelitian ... 50

1. Gambaran Perencanaan Karir ... 50

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tujuan Karir ... 54

D. Pembahasan ... 57

1. Gambaran Perencanaan Karir ... 57

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tujuan Karir ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 66

B. Rekomendasi ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Perencanaan Karir Subjek Pertama ... 53

Tabel 4.2 Gambaran Perencanaan Karir Subjek Kedua ... 53

Tabel 4.3 Gambaran Perencanaan Karir Subjek Ketiga ... 54

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Subjek Pertama ... 72

Lampiran 2 Subjek Kedua ... 130

Lampiran 3 Subjek Ketiga ... 170

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 216 Lampiran 5 SK Pembimbing

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan

Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat

menopang kehidupan mereka. Jurusan yang disediakan oleh berbagai Universitas

bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

dengan minat dan gambaran pekerjaan yang diinginkannya demi melangsungkan

hidup di masa mendatang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online

(http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ diunduh pada tanggal 2 Agustus 2012)

mahasiswi ialah mahasiswa wanita. Dan mahasiswa adalah orang yang belajar di

Perguruan Tinggi.

Mahasiswi melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi

dengan membawa cita-cita dan harapan yang baik untuk masa depannya. Mencari

ilmu untuk bekal agar dapat membiayai hidup setidaknya sebelum mereka

menikah dan biaya hidupnya akan menjadi tanggung jawab suami. Semakin

meningkat tingkatan atau semester yang ditempuh harapan dan cita-cita di awal

memasuki bangku perkuliahan menjadi hal yang lebih nyata dan serius dari

sebelumnya. Dimana tuntutan pemenuhan tugas perkembangan dari tahapan

perkembangan mereka pun meningkat.

Pada umumnya mahasiswi memasuki jenjang perkuliahan pada usia muda

(12)

2

memasuki tahap perkembangan masa dewasa muda. Masa usia 21-24 tahun

sekarang sering juga disebut masa dewasa muda atau masa dewasa awal (Monks,

2006). Dikatakan pula oleh Havighurst (Monks, 2006) bahwa tugas-tugas

perkembangan pada masa ini yaitu menikah, membangun suatu keluarga,

mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat

hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.

Tugas perkembangan yang menonjol pada masa dewasa muda ialah menikah atau

membangun suatu keluarga.

Pada kenyataannya memang tidak sedikit mahasiswi yang mengambil

keputusan untuk menikah di usia yang muda. Menikah di usia yang tergolong

muda ini memang sudah menjadi fenomena yang tidak asing pada saat ini.

Beberapa diantaranya menikah pada saat sedang kuliah memasuki tingkat 2 atau

tingkat 3 perkuliahan dan yang lainnya menikah sebelum memasuki perkuliahan.

Banyak faktor yang melatarbelakangi wanita untuk memutuskan menikah

pada usia muda. Wanita yang menikah muda memiliki berbagai alasan positif

diantaranya mereka menikah karena ingin menyempurnakan ibadah, karena

melihat kemapanan calon suami yang sudah mencukupi untuk membangun rumah

tangga, menghindari perzinahan, serta alasan karena ekonomi keluarga rendah

sehingga dengan menikah biaya hidup akan ditanggung oleh suami. Fenomena

menikah muda ini memang lebih banyak terjadi pada kaum wanita. Hasil survey

Group M sebuah perusahaan media specialis Indonesia menyebutkan 56% wanita

(13)

3

(http://delapan208.wordpress.com/tag/nikah-muda/ diunduh pada tanggal 20 Juni

2011).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan, terungkap bahwa keputusan untuk

menikah muda karena memang sudah dikenalkan dari kecil, kemapanan calon

suaminya dan karena menikah itu merupakan ibadah. Alasan lainnya yang

memutuskan untuk menikah muda karena melihat agama calon suaminya serta

menurutnya menikah tidak akan mengganggu kuliahnya. Mereka menikah ketika

usia kisaran 17-20 tahun. Dan setelah menikah mereka masih tetap melanjutkan

kuliah serta masih memiliki target untuk berkarir walaupun sudah menikah dan

memiliki suami yang mapan.

Jika pada tahap usia dewasa muda tugas perkembangan untuk membangun

suatu keluarga sudah terpenuhi maka tugas perkembangan masa dewasa muda

yang termasuk sulit tetapi penting disamping berkeluarga atau menikah ialah

berkarir (Hurlock, 2004). Karir merupakan posisi pekerjaan yang dimiliki

seseorang selama bertahun-tahun (Dessler, 2009).

Menurut Simamora (2006) karir dapat dipandang dari beberapa perspektif

yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang

dari perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki

oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir

merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena

seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu

dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian

(14)

4

memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan

aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang hidupnya.

Dalam rentang waktu kehidupan seeseorang keinginan berkarir harus

disertai dengan rencana yang mantap untuk kestabilan karirnya. Dengan

perencanaan karir seseorang dapat mempertimbangkan segala kemungkinan

situasi sebelum sampai pada pemilihan karir. Perencanaan karir membantu

seseorang untuk menetapkan tujuan karir yang diinginkannya semasa

kehidupannya. Menetapkan tujuan karir membuat kita memiliki suatu target

pencapaian yang akan menjadi dasar motivasi kita untuk menjalankan rencana

karir yang sudah kita susun. Namun menetapkan tujuan untuk masa depan

bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang berganti pekerjaan karena

menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hidup yang dialaminya. Terutama

pada kaum wanita karena wanita cenderung untuk kurang mantap dalam karir

yang dipilih daripada pria (Hurlock, 2004). Wanita kelak akan berkeluarga, dan

wanita berkeluarga secara proposional lebih banyak dibentuk oleh tekanan sebagai

pekerjaan wanita, sehingga harus lebih sering melakukan penyesuaian pekerjaan

yang ia sukai sesuai dengan tanggung jawab rumah tangganya, atau disesuaikan

dengan tugas suaminya (Hurlock, 2004).

Pada dasarnya manusia akan mengalami perubahan-perubahan dalam

(15)

5

Dimana tuntutan-tuntutan dari setiap perubahan tugas atau tahapan perkembangan

tersebut berbeda. Oleh karena itu kita juga dituntut untuk terus dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan yang

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tanggung jawab dan

kewajiban.

Perubahan-perubahan ini juga berlaku pada fenomena menikah muda.

Sebelum dan sesudah pernikahan ada perbedaan yang pasti terjadi pada mereka.

Sebagai mahasiswi, mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap

studinya. Ketika mereka menikah kewajiban dan tanggung jawabnya bertambah

sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang tentunya harus mengerjakan

pekerjaan rumah tangga yang rutin dilakukan serta mengurus dan mendidik

anak-anaknya. Beban tanggung jawab ini tentu menjadi tantangan yang lebih

dibandingkan beban mahasiswi yang belum menikah pada usia muda. Dari segi

waktu luang misalnya, sebagai seorang mahasiswi tentulah mereka memiliki

waktu yang sebagian besar sama dengan waktu yang dimiliki mahasisiwi lain

yang belum menikah. Namun pemanfaatan waktu luang tersebut akan berbeda

dari mereka mahasiswi yang sudah menikah dengan mereka mahasiswi yang

belum menikah.

Mahasiswi yang sudah menikah tentu memiliki tanggung jawab terhadap

suami dan anaknya (jika telah memiliki anak) disamping memiliki tanggung

jawab terhadap pendidikannya. Sehingga ketika mereka memiliki waktu luang

mereka cenderung menghabiskan waktu dengan anak dan suaminya serta

(16)

6

menghabiskan waktu luangnya untuk bersosialisasi dengan teman-teman lainnya,

atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan lebih dulu dan dengan waktu yang

lebih luang. Begitu juga dengan merencanakan karir, seperti disebutkan

sebelumnya bahwa berkarir merupakan salah satu tugas perkembangan pada

dewasa muda yang secara otomatis akan membuat individu tersebut memiliki

tuntutan diri untuk memenuhinya.

Umumnya, seseorang telah memiliki gambaran tentang karirnya di masa

depan akan seperti apa. Dengan kata lain setiap orang pasti sudah memiliki

rencana masing-masing terhadap karir mereka. Bahkan ada juga sebagian dari

mereka mahasiswi menikah yang juga sudah memulai karirnya dengan memiliki

pekerjaan sendiri disamping kuliah dan ibu rumah tangga. Pekerjaan ini bisa

berupa usaha sendiri, usaha keluarga, bekerja pada perusahaan, ataupun kerja

paruh waktu di suatu perusahaan atau instansi. Namun seperti sudah disinggung di

atas bahwa situasi yang dihadapi oleh mereka dengan tanggung jawab dan

kewajiban dari status mahasiswi mereka, status istri dan ibu rumah tangga sangat

mungkin memberikan pengaruh pada perencanaan mereka ke depan.

Tuntutan-tuntutan peran sebagai mahasiswi, istri, dan ibu rumah tangga

memberikan perubahan pada rencana-rencana kehidupan mereka, begitu juga

dengan perencanaan karirnya. Dimana perubahan tersebut tentu menuntut

penyesuaian kembali pada rencana karir tersebut untuk tetap dapat mengimbangi

seluruh tanggung jawab mereka. Perubahan ini juga berlaku bagi mahasiswi

(17)

7

ibu rumah tangga tadi, tuntutan tanggung jawab mereka justru akan lebih

bertambah sebagai seorang yang sudah memiliki pekerjaan. Maka dengan situasi

tersebut akan sangat mungkin munculnya konflik peran dari masing-masing

peran.

Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti dan

Anisaningtyas (2011) tentang “Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa S-1” turut

mendukung fenomena menikah muda pada mahasiswi, bahwa secara umum

responden menikah di saat masih kuliah karena memiliki motivasi yang kuat

untuk menikah yang didukung oleh faktor-faktor seperti dukungan dan restu dari

orangtua serta keyakinan pada diri sendiri untuk menjalani pernikahan sambil

kuliah. Secara umum, kehidupan pernikahan mahasiswa yang menikah di saat

masih kuliah dan keadaan baik meskipun mereka mengalami kesulitan dalam

mengatur waktu antara kuliah dan rumah tangga dan kadangkala kehidupan

pernikahan diwarnai dengan konflik-konflik kecil.

Penelitian lain oleh Rohman (2010) tentang “Implikasi Pernikahan Pada

Masa Studi Terhadap Prestasi Belajar” menghasilkan, (1) Perkembangan hasil

prestasi yang diraih setelah menikah tidak ada yang menurun, tetapi setidaknya

tetap bertahan bahkan semakin meningkat; (2) Perkembangan keaktifan dalam

mengikuti perkuliahan setelah menikah bervariasi, ada yang semakin aktif,

menurun, sama-sama aktif, dan ada yang sama-sana sering bolos kuliah baik

sebelum maupun sesudah menikah; (3) Pernikahan dapat mempengaruhi studi

dalam tiga hal yaitu motivasi, keaktifan, serta perubahan gaya belajar; (4)

(18)

8

tetapi pernikahan berpengaruh terhadap beberapa faktor keefektifan belajar yang

pada akhirnya baru dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih.

Penelitian Habibah, dkk (2012) yang berjudul “Studi Tentang Status

Perkawinan Mahasiswa Reguler PGSD Tegal Hubungannya Dengan Prestasi

Akademik” menghasilkan bahwa alasan umum mahasiswa menikah adalah sudah

merasa siap dan yakin untuk memutuskan hidup berumah tangga meskipun

mereka masih dalam masa studi, kemudian dalam membagi waktu antara kuliah

dan tanggung jawab keluarga mahasiswa yang berstatus kawin mempunyai cara

tersendiri seperti menyerahkan anaknya kepada pengasuhnya saat mereka kuliah,

serta status perkawinan mahasiswa berpengaruh terhadap proses perkuliahan baik

dilihat dari beberapa aspek antara lain ketepatan masuk kuliah, frekuensi

kehadiran, keaktifan berorganisasi, dan penyelesaian tugas serta berpengaruh juga

terhadap prestasi akademiknya.

Hasil penelitian lain dari Khasawneh (2010) yang berjudul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Perencanaan Karir dan Pengembangan Pada Mahasiswa di

Yordania” menunjukkan bahwa perencanaan karir mahasiswa sangat dipengaruhi

oleh orang tua, guru, teman, pengalaman akademik dan keyakinan diri. Dan

adapula hasil temuan dari penelitian Dawna (2003) berjudul “Penyesuaian

Mahasiswa ke Perguruan Tinggi: Apakah Menikah akan Membuat Perbedaan?”

mengindikasikan bahwa mahasiswa yang sudah menikah mempunyai kesulitan

yang moderat (sedang) dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan pendidikan

(19)

9

penyesuaian diri terhadap lingkungan perguruan tinggi, namun dukungan dari

pasangan mahasiswa tersebut tidak dikaitkan dengan peningkatan penyesuaian

diri terhadap lingkungan kampus sekalipun pasangannya itu berasal dari kalangan

mahasiswa juga. Mahasiswa yang sudah menikah secara jelas mengalami tingkat

tekanan pernikahan yang cukup tingkat pada berbagai dimensi hubungan.

Beberapa studi pendahuluan di atas turut serta mendukung bahwa

fenomena yang diangkat oleh peneliti memang banyak terjadi. Dan terdapat

pengaruh-pengaruh serta kondisi-kondisi yang sudah peneliti uraikan diatas yang

dialami oleh mereka yang menikah pada masa kuliah serta melanjutkan kembali

kuliahnya. Maka dari itu, peneliti merasa penting untuk melaksanakan penelitian

ini terutama untuk melihat mengenai perencanaan karir dari mahasiswi menikah.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mengambil judul “Perencanaan Karir

Pada Mahasiswi Menikah”.

B. Rumusan Masalah

Mahasiswi menikah memiliki tanggung jawab serta kewajiban yang lebih

dibandingkan mahasiswi yang belum menikah. Yakni sebagai mahasiswi, ibu

rumah tangga, istri, dan ibu dari anaknya. Tuntutan-tuntutan peran tersebut

mempengaruhi pada perubahan-perubahan dalam kehidupan mahasiswi menikah.

Perubahan dalam kehidupannya ini juga berpengaruh pada perencanaan karir yang

telah ia miliki sebelum menikah. Sehingga menuntut mahasiswi menikah untuk

(20)

10

Oleh karena itu, penelitian ini dijabarkan dengan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perencanaan karir pada mahasiswi menikah?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tujuan karir mahasiswi yang

menikah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan karir pada mahasiswi

menikah.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

tujuan karir mahasiswi yang menikah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran kondisi bagi

mahasiswi yang memiliki keinginan menikah muda dan memiliki keinginan

berkarir untuk tetap termotivasi menyelesaikan pendidikannya dan tetap

mewujudkan keinginannya untuk berkarir.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber kajian ilmiah berupa

(21)

11

masa kuliah. Hasil penelitian ini juga dapat menggambarkan perencanaan

karir dari mahasiswi menikah tersebut. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi

mahasiswi tersebut dalam menetapkan tujuan karir yang mereka inginkan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN, berisi latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

skripsi.

2. BAB II PERENCANAAN KARIR MAHASISWI BERSTATUS

MENIKAH, berisi kajian pustaka dengan teori-teori mengenai

perencanaan karir, mahasiswi menikah, dan perencanaan karir mahasiswi

menikah.

3. BAB III METODE PENELITIAN, berisi lokasi dan subjek penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, pengujian kredibilitas data, teknik pengumpulan data, dan

analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi pengolahan

atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi tentang penafsiran

(22)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Bandung. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yaitu mahasiswi

UPI berstatus aktif yang sudah menikah dan memiliki anak. Subjek dipilih dengan

cara purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).

B. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus. Menurut

Alsa (2010) penelitian dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk memperoleh

pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subjek yang

diteliti. Penelitian studi kasus lebih mementingkan proses daripada hasil, lebih

ditujukan untuk menemukan daripada suatu variabel khusus, lebih ditujukan untuk

menemukan sesuatu daripada kebutuhan konfirmasi.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif.

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010) adalah metode penelitian

(23)

35

penelitian kualitatif ini instrumen yang digunakan yakni peneliti itu sendiri.

Teknik pengumpulan datadengan cara wawancara dan observasi.

D. Definisi Operasional

Perencanaan karir dalam penelitian ini adalah suatu proses seseorang

untuk menetapkan tujuan karir dan membuat langkah-langkah yang akan

dilakukan seseorang dengan menyesuaikan penilaian diri sendiri dan

kesempatan-kesempatan karir terhadap tujuan yang ingin dicapainya. Proses atau

langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun rencana karir seseorang terdiri dari

(Panggabean, 2004) :

1. Menilai diri sendiri, yaitu mengidentifikasi sifat, bakat, minat, kelebihan,

kekurangan, serta peluang diri dengan peluang karir.

2. Menetapkan tujuan karir, yaitu menetapkan karir yang ingin dicapai dan

pekerjaan yang diinginkan.

3. Menyiapkan rencana-rencana, yaitu menyusun rencana untuk mewujudkan

tujuan, menyusun langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan.

4. Melaksanakan rencana-rencana, yaitu menjalankan langkah yang telah

disusun.

Mahasiswi menikah yang dimaksud dalam penelitian ini ialah individu

yang sedang berada di jenjang perkuliahan yang memiliki status telah menikah

(24)

36

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menjadi human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih indorman sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Untuk dapat menjadi

instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,

sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi objek

yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

F. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011). Triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini ialah :

1. Triangulasi Metode

Pada triangulasi dengan metode menurut Patton (Moleong, 2011)

terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan cara kedua yaitu pengecekan derajat

(25)

37

memiliki anak dengan masing-masing suami dari masing-masing subjek

menggunakan metode yang sama yaitu wawancara yang disertai dengan

observasi ketika wawancara berlangsung.

2. Triangulasi Penyidik

Teknik ini memanfaatkan pengamat lain untuk membantu dalam

pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2011). Dalam hal ini

pengamat yang membantu ialah dosen pembimbing selaku ahli dalam

penelitian studi kasus untuk memberikan masukan dan arahan dalam

pengumpulan data.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif ini teknik pengumpulan data yang dilakukan

ialah dengan wawancara mendalam dan observasi ketika wawancara berlangsung

(Sugiyono, 2010). Untuk melakukan wawancara digunakan alat bantu ialah

recorder dan alat tulis untuk mencatat.

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini menggunakan model

Miles and Huberman (Sugiyono, 2010), yaitu reduksi data, display data, dan

(26)

38

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya

dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Display Data

Dalam penelitian kualitatif, display data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Melalui display data maka data terorganisasikan, terususn dalam pola

berhubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif Miles and Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

(27)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

Bab IV mengenai perencanaan karir pada mahasiswi menikah, didapatkan

kesimpulan bahwa tidak semua subjek telah berada pada tahap perencanaan karir

yang sama. Dan semua subjek memiliki faktor berbeda yang mempengaruhi

mereka dalam menentukan tujuan karirnya.

1. Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah

Subjek pertama dan subjek ketiga telah merencanakan karir mereka

sesuai dengan seluruh tahapan perencanaan karir. Subjek pertama dan subjek

ketiga merencakan tujuan karir yang ingin mereka capai ialah sebagai

wiraswasta atau pebisnis dalam bidang yang mereka minati masing-masing

beserta perencanaan untuk mencapai tujuan karir tersebut. Sedangkan subjek

kedua merencanakan tujuan karir yang ingin dicapainya sebagai karyawan

sebuah perusahaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang

ditempuhnya saat ini.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tujuan Karir Mahasiswi Menikah

Setiap subjek memiliki faktor yang berbeda-beda. Penentuan tujuan

karir subjek pertama dipengaruhi oleh minat subjek terhadap pekerjaan yuang

(28)

67

pekerjaan yang disukainya, pengalaman kerja yang subjek miliki, dan nilai

yang terkandung pada jenis pekerjaan yang dipilih subjek.

Subjek kedua dipengaruhi oleh nilai yang terkandung pada pekerjaan

yang dipilihnya serta pertimbangan ekonomi yang diperlukan subjek.

Dan tujuan karir subjek ketiga dipengaruhi oleh minat subjek terhadap

jenis pekerjaan yang dipilihnya, nilai yang terkandung pada pekerjaan yang

dipilih subjek serta pertimbangan ekonomi yang subjek perlukan.

B. Rekomendasi

Berikut ini adalah hal yang perlu direkomendasikan bagi pihak-pihak

tertentu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tiga orang

mahasiswi menikah.

1. Bagi mahasiswi menikah lainnya, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran bahwa dengan menikah pada masa kuliah tidak

menjadi halangan bagi pelaku mahasiswi menikah tersebut untuk tetap

mengejar karir atau cita-cita yang diinginkannya dengan membuat

perencanaan karir sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya.

Sehingga pelaku mahasiswi menikah dapat menyesuaikan pembagian

waktu dan tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu dengan

langkah-langkah yang dia susun untuk mencapai karirnya tersebut.

2. Bagi suami pelaku mahasisiwi menikah, diharapkan dapat memberikan

(29)

68

membantu mempertimbangkan segala sesuatunya dengan kewajiban dan

tanggung jawab istri.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji lebih dalam

mengenai perencanaan karir pada mahasiswi menikah. Sehingga akan

memperoleh gambaran yang lebih luas lagi dan lebih kaya mengenai

perencanaan karir pada mahasiswi menikah. Selain itu, hasil penelitian ini

(30)

69

DAFTAR PUSTAKA

Aditya.P, Y. (2009). Dibalik Tren Nikah Dini di Kalangan Remaja Muslin

Perkotaan. [Online]. Tersedia:

http://delapan208.wordpress.com/tag/nikah-muda/ [20 Juni 2011]

Alsa, A. (2010). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam

Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anisaningtyas, G. dan Astuti, Y.D. (2011). Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa

S-1. Dalam Jurnal Psikologi Proyeksi [Online], Vol 6 (2), 13 halaman.

Tersedia: http://journal.unissula.ac.id/proyeksi/article/view/105 [Agustus

2012]

Dawna, C.M.M dan Negy, C. (2003). Undergraduate Students’ Adaption to

College: Does Being Married Make a Difference?. Dalam Journal of

College Student Development [Online], Vol 44 (5), 20 halaman.

Tersedia:http://muse.jhu.edu/login?auth=0&type=summary&url=/journals/ journal_of_college_student_development/v044/44.5meehan.pdf [April 2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia

Daring. [Online]. Tersedia: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/

Dessler, G. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Indeks.

Dessler, G. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Indeks.

Flippo, Edwin.B. (1996). Manajemen Personalia. Edisi keenam. Jakarta:

Erlangga.

(31)

70

Habibah, dkk. (2012). Studi Tentang Status Perkawinan Mahasiswa Reguler

PGSD Tegal Hubungannya Dengan Prestasi Akademik. Dalam Journal Of

Elementary Education [Online], Vol 1 (1), 5 halaman. Tersedia:

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jee/article/view/307 [Agustus

2012]

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga.

Khasawneh, Samer. (2010). Factors Influencing The Career Planning And

Development Of University Students In Jordan. Dalam Australian Journal

of Career Development [Online], Vol 19 (2). Tersedia:

http://www.freepatentsonline.com/article/Australian-Journal-Career-Development/231506183.html

Mathis, R.L., Jackson, J.H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Salemba Empat.

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Rosda.

Monks, dkk. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Panggabean, M.S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Papalia, D.E., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan)

(32)

71

Rohman, H.N. (2010). Implikasi Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Prestasi

Belajar, [Online]. Tersedia: http://digilib.uin-suka.ac.id/4187/ [Agustus

2012]

Schermerhorn, John.R., Hunt, James.G., Osborn, Richard.N. (2000).

Organizational Behavior. Seventh Edition. New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Sharf, R.S. (2006). Applying Career Development Theory to Counseling.

California: Brooks/Cole Publishing Company.

Simamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE

YKPN.

Sugandi, N.M. (2008). Konseling Pranikah Bagi Mahasiswa Di Perguruan Tinggi

Melalui Pendekatan Kelompok. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DA

N_BIMBINGAN/195708301981012-NANI_M_SUGANDHI/KONSELING_PRA_NIKAH__BAGI__MAHAS

ISWA.pdf

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, D.K., Sumiati, D.M. (1993). Panduan Perencanaan Karir. Surabaya:

Usaha Nasional.

Walgito, B. (2006). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi

Walgito, B. (2010). BImbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi.

Gambar

Tabel 4.1 Gambaran Perencanaan Karir Subjek Pertama  ...............................  53 Tabel 4.2 Gambaran Perencanaan Karir Subjek Kedua  .................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kebahagiaan lanjut usia dengan menilai menggunakan kuesioner kebahagiaan oxford, dimana responden dalam

Coming to be the member to constantly see just what up-to-date from this publication Color Your Style: How To Wear Your True Colors By David Zyla website will make you really feel

Dengan demikian dampak dari pelaksanaan program Kependudukan dan KB dari sisi guru akan mampu memperkuat fungsi dan peran guru sebagai role models sehingga guru

Continuous stroke volume monitoring by modelling flow from non-invasive measurement of arterial pressure in humans under orthostatic stress..

Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Mutu dan kepribadian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metakognisi siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 4 rejang Lebong tentang pemecahan masalah matematika dengan

(3) Menyelenggarakan Administrasi Perkara dan Administrasi Umum lainnya; (4) Melaksanakan tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang. Untuk dapat tercapainya kinerja yang