ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN IMUNISASI OLEH
PUSKESMAS KAITANNYA DENGAN PENCAPAIAN
UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION DI PUSKESMAS
SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN
KAMPAR
SKRIPSI
OLEH
RIRI OKTIVIOLIEN
NIM : 111000120
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN IMUNISASI OLEH
PUSKESMAS KAITANNYA DENGAN PENCAPAIAN
UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION DI PUSKESMAS
SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN
KAMPAR
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
RIRI OKTIVIOLIEN
NIM : 111000120
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN IMUNISASI OLEH PUSKESMAS
KAITANNYA DENGAN PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD
IMMUNIZATION DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juni 2015
ABSTRAK
Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun. Pada tahun 2013, pencapaian UCI di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar sebesar 33%, kondisi ini masih dibawah target yang ditetapkan pemerintah yaitu 95% pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pencapaian UCI yang diduga karena belum optimalnya manajemen pelaksanaan imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manajemen pelaksanaan imunisasi di puskesmas kaitannya dengan pencapaian UCI di Puskesmas Siak Hulu III.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan manajemen yang meliputi P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) serta P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) dalam program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III. Informan pada penelitian ini sebanyak 7 orang yang terdiri dari: 1 orang kepala puskesmas, 2 orang bidan, 1 orang koordinator imunisasi, 1 orang pengelola vaksin, 1 orang kader, dan 1 orang ibu balita. Pengumpulan data meliputi data primer dengan pedoman wawancara dan data sekunder. Analisa data dilakukan dengan mengkomparasikan hasil penelitian dengan teori dan kepustakaan yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan fungsi manajemen di Puskesmas Siak Hulu III untuk program imunisasi masih belum baik. Perencanaan dan staf meeting tidak rutin dilakukan setiap bulan. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan imunisasi masih kurang. Pengawasan terhadap kegiatan imunisasi dan tindak lanjut terhadap hambatan di lapangan dari pihak puskesmas masih belum ada.
Perlu komitmen bersama dari pimpinan puskesmas beserta seluruh staf puskesmas untuk memperbaiki pelaksanaan fungsi manajemen puskesmas untuk peningkatan kinerja puskesmas terutama program imunisasi sehingga target UCI bisa tercapai.
ABSTRACT
Universal Child Immunization (UCI) is a condition in which complete basic immunization for all under one year –old babies can be achieved. In 2013, the coverage of UCI at Siak Hulu III Puskesmas, Siak Hulu Subdistrict, Kampar District, was 33% which was under the government target of 95% in that year. It indicated that there was the discrepancy of the coverage of UCI which is probably caused by the lack of the management in implementing immunization. The objective of the research was to analyze the management in implementing immunization at puskesmas, related to the coverage of UCI at Siak Hulu III Puskesmas.
The research used qualitative method which was aimed to analyze the implementation of management which included P1 (Planning), P2 (Movement and Implementation), and P3 (Supervision, Control, and Assessment) in the immunization program in the working area of Siak Hulu III Puseksmas. There were seven informants that consisted of one Head of puskesmas, two midwives, one immunization coordinator, one vaccine manager, one cadre, and one mother who had balita. The data consisted of primary data guided by interviews and secondary data. The gathered data were analyzed by comparing the result of the research with the theory and library research.
The result of the research showed that, as a whole, the implementation of the function of management at Siak hulu III Puskesmas in immunization program was good. Planning and staff meeting were nor performed regularly each month. People’s knowledge and awareness of participating in immunization activity were inadequate. There was no supervision on immunization activity and the follow-up of any obstacles in the field by the management of Puskesmas.
It is recommended that mutual commitment from the management of Puskesmas and all its staffs should be needed to improve the implementation of puskesmas performance, especially immunization program so that UCI target can be achieved.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riri Oktiviolien
Tempat lahir : Bangkinang
Tanggal Lahir : 30 Oktober 1993
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Nama Ayah : Irwan, SP
Suku Bangsa Ayah : Minang
Nama Ibu : Sartina, S.Hum
Suku Bangsa Ibu : Melayu
Alamat Rumah : Jl. Sri Palas Rumbai, Pekanbaru
Pendidikan Formal
1. SD/ Tamat tahun : SDN 023 Rumbai/ 1999-2005
2. SLTP/ Tamat tahun : Mts Al Ittihadiyah Rumbai/ 2005-2008
3. SLTA/ Tamat tahun : MAN 2 Model Pekanbaru/ 2008-2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Manajemen
Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal
Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
Kampar”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Strata Satu (S-1) peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun materil. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan FKM-USU dan Dosen Pembimbing I, yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan guna
3. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II, yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu dr. Rusmalawaty M.Kes, selaku Dosen Penguji I, yang bersedia
memberikan masukan, kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II, yang bersedia memberikan
masukan, kritikan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FKM-USU yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dan wawasan kepada penulis selama proses perkuliahan.
8. Ibu Kepala Puskesmas Siak Hulu III beserta staf yang telah memberikan
dukungan kerjasama dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilayah
kerja Puskesmas Siak Hulu III.
9. Teristimewa kepada Orang Tua penulis, Irwan, Sp dan Sartina, S.Hum yang
selalu mendoakan, memberi motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril
maupun materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
10.Terima kasih kepada kedua saudara yang sangat penulis sayangi Arief Adithia
Irsandi S.STP dan Gusti Rahmat Irwanda.
11.Terima kasih kepada teman-teman terdekat penulis selama kuliah Wilda,
Zulihartika, Ivory Inderani, Putri Wella Suresty, Legia Asrina, dan Syaidhatul
12.Terima kasih kepada kakak Sri Rizki Amanda, S.Psi dan kakak Afrissa Isty
Fadillah, ST yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan
skripsi.
13.Terima kasih kepada Anjela, April, Vicky, Ayu, Renta, Siti, Yuni, Widia,
Rury yang memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi.
14.Terima kasih kepada teman-teman departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan stambuk 2011 yang sudah memberikan motivasi dalam penulisan
skripsi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.
Medan, Juni 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
2.1 Universal Child Immunization ... 8
2.1.1 Imunisasi ... 8
2.2.3 Prinsip penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas ... 19
2.2.4 Program Kesehatan Puskesmas ... 22
2.3 Manajemen Puskesmas ... 23
2.4 Manajemen Program Imunisasi di Puskesmas Kaitannya dengan UCI ... 30
2.4.1 Perencanaan... 30
2.4.2 Pelaksanaan ... 31
2.4.3 Monitoring dan Evaluasi ... 32
2.5 Kerangka Pikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36
3.2.2 Waktu Penelitian ... 36
3.4.1 Data Primer ... 37
3.4.2 Data Sekunder ... 38
3.5 Triangulasi... 38
3.6 Metode Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitian... 39
4.1.1 Geografi... 39
4.1.2 Demografi ... 40
4.1.3 Sarana pelayanan kesehatan ... 41
4.1.4 Tenaga kesehatan ... 41
4.1.5 Cakupan imunisasi dasar ... 42
4.2 Karakteristik informan ... 42
4.3 Analisis komponen input ... 43
4.4 Analisis manajemen pelaksanaan imunisasi ... 46
4.4.1 Perencanaan (P1) ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 72
6.2 Saran ... 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Posyandu Puskesmas Siak Hulu III ... 6
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi ... 32
Tabel 4.1 Data demografi wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2013 ... 40
Tabel 4.2 Distribusi sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2013 ... 41
Tabel 4.3 Daftar petugas kesehatan di Puskesmas Siak Hulu III ... 41
Tabel 4.4 Jumlah cakupan imunisasi dasar perd desa ... 42
Tabel 4.5 Karakteristik informan... 43
Tabel 4.6 Pernyataan informan mengenai petugas imunisasi ... 44
Tabel 4.7 Pernyataan informan mengenai dana program imunisasi ... 44
Tabel 4.8 Pernyataan informan mengenai sarana dan prasarana ... 45
Tabel 4.9 Pernyataan informan tentang kegiatan perencanaan dan keterlibatannya dalam penyusunan perencanaan ... 46
Tabel 4.10 Pernyataan informan mengenai tahap perencanaan kegiatan imunisasi ... 47
Tabel 4.11 Pernyataan informan mengenai kelengkapan data dalam penyusunan perencanaan kegiatan imunisasi ... 48
Tabel 4.12 Pernyataan informan mengenai waktu penyusunan RUK ... 49
Tabel 4.13 Pernyataan informan tentang perencanaan kebutuhan sumber daya untuk kegiatan imunisasi ... 49
Tabel 4.14 Pernyataan informan tentang tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam program imunisasi ... 50
Tabel 4.15 Pernyataan informan tentang target/standar keberhasilan yang ditetapkan dalam program imunisasi ... 51
Tabel 4.17 Pernyataan informan tentang tupoksi dan pendelegasian wewenang/ Tanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan imunisasi ... 53
Tabel 4.18 Pernyataan informan mengenai pelatihan perencanaan
Puskesmas... 53
Tabel 4.19 Pernyataan informan mengenai pengelolaan rantai vaksin ... 54
Tabel 4.20 Pernyataan informan mengenai hambatan dalam pelaksanaan Kegiatan imunisasi ... 55
Tabel 4.21 Pernyataan informan mengenai jenis imunisasi yang tidak mencapai target ... 56
Tabel 4.22 Pernyataan informan mengenai pengawasan terhadap kegiatan Imunisasi di lapangan ... 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR ISTILAH
MDGs : Milenium Development Goals
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
UCI : Universal Child Immunization
GAIN UCI : Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child
Immunization
BCG : Bacillus Calmette Guerin
DPT : Difteri Pertusis Tetanus
TBC : Tuberculosis
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perorangan
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
P2PM : Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
P1 : Perencanaan
P2 : Penggerakan Pelaksanaan
P3 : Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian
Posyandu : Pos pelayanan Terpadu
POA : Planning Organizing Actuating
ADS : Auto Disable Syringe
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat
DAS : Daerah Aliran Sungai
POD : Pos Obat Desa
POSKESDES : Pos Kesehatan Desa
PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas
RUK : Rencana Usulan Kegiatan
ABSTRAK
Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun. Pada tahun 2013, pencapaian UCI di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar sebesar 33%, kondisi ini masih dibawah target yang ditetapkan pemerintah yaitu 95% pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pencapaian UCI yang diduga karena belum optimalnya manajemen pelaksanaan imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manajemen pelaksanaan imunisasi di puskesmas kaitannya dengan pencapaian UCI di Puskesmas Siak Hulu III.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan manajemen yang meliputi P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) serta P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) dalam program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III. Informan pada penelitian ini sebanyak 7 orang yang terdiri dari: 1 orang kepala puskesmas, 2 orang bidan, 1 orang koordinator imunisasi, 1 orang pengelola vaksin, 1 orang kader, dan 1 orang ibu balita. Pengumpulan data meliputi data primer dengan pedoman wawancara dan data sekunder. Analisa data dilakukan dengan mengkomparasikan hasil penelitian dengan teori dan kepustakaan yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan fungsi manajemen di Puskesmas Siak Hulu III untuk program imunisasi masih belum baik. Perencanaan dan staf meeting tidak rutin dilakukan setiap bulan. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan imunisasi masih kurang. Pengawasan terhadap kegiatan imunisasi dan tindak lanjut terhadap hambatan di lapangan dari pihak puskesmas masih belum ada.
Perlu komitmen bersama dari pimpinan puskesmas beserta seluruh staf puskesmas untuk memperbaiki pelaksanaan fungsi manajemen puskesmas untuk peningkatan kinerja puskesmas terutama program imunisasi sehingga target UCI bisa tercapai.
ABSTRACT
Universal Child Immunization (UCI) is a condition in which complete basic immunization for all under one year –old babies can be achieved. In 2013, the coverage of UCI at Siak Hulu III Puskesmas, Siak Hulu Subdistrict, Kampar District, was 33% which was under the government target of 95% in that year. It indicated that there was the discrepancy of the coverage of UCI which is probably caused by the lack of the management in implementing immunization. The objective of the research was to analyze the management in implementing immunization at puskesmas, related to the coverage of UCI at Siak Hulu III Puskesmas.
The research used qualitative method which was aimed to analyze the implementation of management which included P1 (Planning), P2 (Movement and Implementation), and P3 (Supervision, Control, and Assessment) in the immunization program in the working area of Siak Hulu III Puseksmas. There were seven informants that consisted of one Head of puskesmas, two midwives, one immunization coordinator, one vaccine manager, one cadre, and one mother who had balita. The data consisted of primary data guided by interviews and secondary data. The gathered data were analyzed by comparing the result of the research with the theory and library research.
The result of the research showed that, as a whole, the implementation of the function of management at Siak hulu III Puskesmas in immunization program was good. Planning and staff meeting were nor performed regularly each month. People’s knowledge and awareness of participating in immunization activity were inadequate. There was no supervision on immunization activity and the follow-up of any obstacles in the field by the management of Puskesmas.
It is recommended that mutual commitment from the management of Puskesmas and all its staffs should be needed to improve the implementation of puskesmas performance, especially immunization program so that UCI target can be achieved.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya.
Tersedianya vaksin dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan
pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara
ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang
efektif (Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyebaran penyakit.
Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan terhadap tubuh anak dengan cara
pemberian vaksin. Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu dilemahkan/ dimatikan
sehingga tidak berbahaya lagi terhadap kelangsungan hidup manusia (Riyadi.s &
Sukarmin, 2009). Hakekatnya, kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif
maupun aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan
pasif adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam
tubuh anak sementara kekebalan aktif didapatkan apabila anak terjangkit suatu
penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak untuk
perlu dilakukan imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan penyakit
yang berpengaruh terhadap status gizi anak.
Imunisasi sudah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat
yang sangat penting. Imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa
dalam pembasmian penyakit cacar yang menjadi penyebab kematian ribuan orang.
Program imunisasi di Indonesia telah dimulai pada tahun 1956. Indonesia
dinyatakan bebas penyakit cacar oleh WHO pada tahun 1974 dan kemudian
seluruh dunia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1978. Kegiatan imunisasi
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah
satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development
Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak
(Kepmenkes RI No. 482 tahun 2010).
Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Salah satu target
keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization
(UCI) yang merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi secara merata pada
bayi di 100% desa/kelurahan. Indonesia telah menetapkan target tahun 2013
seluruh (100%) desa/ kelurahan harus sudah mencapai UCI, artinya setiap desa/
kelurahan minimal 95% bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target
tersebut dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No
1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/kota (Kepmenkes RI
No. 1611 tahun 2005).
Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia setiap tahunnya.
Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak terjangkau
imunisasi rutin. Lebih dari 13% anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi
lengkap (Kemenkes 2014). Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang
paru-paru, Pertussis dan Polio. Berdasarkan data Profil Kesehatan tahun 2013
ditetapkan target UCI pada renstra tahun 2013 adalah sebesar 95%. Pada tahun
2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian UCI tertinggi sebesar 100%
yaitu DIY Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jambi. Sedangkan Provinsi Papua
memiliki pencapaian terendah sebesar 13,05%. Pencapaian UCI di Provinsi Riau
masih belum mencapai target yaitu sebesar 80,18% (Kemenkes 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, persentase cakupan
imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 59,2%. Cakupan imunisasi dasar
lengkap bervariasi antar provinsi, yaitu tertinggi di DI Yogyakarta (83,1%) dan
terendah di Papua (29,2%) (RISKESDAS 2013).
Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu rencana strategis dalam
upaya percepatan pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
UCI 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010.
mendapatkan imunisasi dasar lengkap sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai
UCI.
Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan unsur yang sangat penting
dalam pelayanan imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata di
tingkat desa. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas dan lapangan
(posyandu). Hasil pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun dilapangan
(posyandu) di rekapitulasi oleh jurim (juru imunisasi) dan hasil ini dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil cakupan pelayanan imunisasi dari suatu
wilayah kerja (desa). Jurim selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai
koordinator imunisasi puskesmas yang bertanggug jawab terhadap keberhasilan
program imunisasi di puskesmas (Kepmenkes RI No. 482 tahun 2010).
Kegiatan manajemen pelaksanaan imunisasi yang dilakukan puskesmas
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan
yang berkaitan dengan pencapaian UCI. Kegiatan manajemen dapat memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan pencapaian UCI, sehingga diperlukan adanya
perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti (2013) tentang analisis
manajemen pelaksanaan imunisasi oleh bidan desa kaitannya dengan pencapaian
UCI yang merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di dapatkan hasil bahwa manajemen
Puskesmas Siak Hulu III sudah melaksanakan program pokok Puskesmas
yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Sebagian besar
program Puskesmas Siak Hulu III sudah berjalan dengan baik, namun ada juga
beberapa program yang belum dapat berjalan dengan maksimal karena adanya
beberapa hambatan. Hambatan dalam pelaksanaan imunisasi yaitu kurangnya
koordinasi diantara petugas imunisasi dengan koordinator di puskesmas dan
pelaksanaan manajemen pengawasan di puskesmas Siak Hulu III juga belum
dilakukan secara berkala. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan penilaian
kinerja puskesmas Siak Hulu III Puskesmas di kecamatan Siak Hulu ini memiliki
cakupan UCI rendah karena seluruh kelurahannya belum mencapai imunisasi
dasar lengkap dengan nilai pencapaian cakupan 33% kelurahan UCI, sementara
target pencapaian UCI yang ditetapkan oleh Puskesmas Siak Hulu III adalah
95%. Data yang diperoleh merupakan data wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III
yang terdiri dari 3 desa yaitu Desa Pangkalan Baru, Desa Buluh Cina, dan Desa
Baru. Berdasarkan data dari tiga desa yang diperoleh, terdapat dua desa yang
belum mencapai target pencapaian UCI yaitu Desa Pangkalan Baru dan Desa
Buluh Cina.
Puskesmas Siak Hulu III memiliki 12 Posyandu Balita, (10 posyandu
madya dan 2 posyandu purnama) dengan jumlah kader 87 orang dan jumlah bidan
Tabel 1.1 Posyandu Puskesmas Siak Hulu III
Sumber: Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Siak Hulu III
Rendahnya cakupan UCI bisa berdampak terhadap angka kematian bayi
yang semakin tinggi serta meningkatnya kejadian penyakit PD3I di 2 Desa
Pangkalan Baru dan Desa Buluh Cina. Petugas imunisasi Puskesmas mempunyai
peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya pelaksanaan program
imunisasi, banyak tugas yang harus dilaksanakan baik yang bersifat teknis
maupun administratif. Untuk dapat meningkatkan cakupan UCI di Puskesmas
Siak Hulu III perlu dilakukan suatu analisis penyebab masalah rendahnya UCI di
Puskesmas tersebut. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan
melihat manajemen pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Siak Hulu III yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
masalah analisis manajemen pelaksanaan imunisasi oleh puskesmas kaitannya
dengan pencapaian UCI di Puskemas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana kaitan manajemen pelaksanaan
imunisasi oleh puskesmas terhadap pencapaian UCI di Puskesmas Siak Hulu III ?
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen pelaksanaan
imunisasi oleh petugas puskesmas serta hubungannya terhadap pencapaian (UCI)
di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
1. Menambah wawasan mengenai pelaksanaan manajemen imunisasi
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan.
2. Menjadi sumbangan referensi dan pemikiran bagi perkembangan
pelaksanaan manajemen imunisasi di puskesmas.
3. Puskesmas lebih dapat memperbaiki serta mengembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Universal Child Immunization
2.1.1 Imunisasi
Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip immunologi yang
paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin
diambil dari kata vaksinia, virus cacar sapi yang digunakan oleh Jenner 200 tahun
yang lalu. Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untuk mencegah penyakit
infeksi cacar (variola) yang dilakukan tanpa pengetahuan sama sekali mengenai
virus (atau segala macam mikroba) dan imunologi (Wahab & Julia, 2002).
Universal Child Immunization adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar
secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun (Kepmenkes RI No.
1611 tahun 2005).
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Permenkes No. 42 tahun 2013).
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif
adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah
pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi
merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan
antigen yang berasal dari suatu pathogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi
limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori (Ranuh dkk, 2011).
2. Tujuan pemberian imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas.
d. Mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
e. Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.
f. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan menyebabkan kematian.
g. Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat (populasi)
(Maryunani, 2010).
2.1.2 Macam-macam imunisasi
Imunitas atau kekebalan berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam dua hal,
terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja untuk
kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi dibagi menjadi dua
macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri. Contohnya: imunisasi polio atau campak.
Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan
memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi. Imunisasi aktif ini
dilakukan dengan vaksin yang mengandung:
a. Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/typhus abdominalis
– paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).
b. Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap
tuberculosis).
c. Virus-virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyelitis).
d. Toxoid (toksin= racun dari kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid
tetanus).
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut.
Pemberian vaksin menyebabkan tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit
bersangkutan dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit
tersebut. Pemberian vaksin dengan cara menyuntikkan kuman atau antigen
dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan.
Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi.
Pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi aktif pada anak dibawah
lima tahun yaitu:
a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
b. DPT (Difteri, pertusis, tetanus)
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya
dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari
ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi
pasif tidak bertahan lama. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Imunisasi pasif bawaan
Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya
berasal dari ibunya.
b. Imunisasi pasif didapat
Imunisasi pasif didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya
didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang
2.1.3 Jenis-jenis imunisasi
1. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan
pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk
melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima
jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi
terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis,
poliomyelitis, campak, dan hepatitis B.
Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum
usia setahun adalah:
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC),
yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah satu kali pada bayi usia 0-11 bulan.
Pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas atau penyuntikan pada paha.
Efek samping imunisasi BCG umumnya tidak ada. Namun, pada
beberapa anak timbul pembengkakan kelenjer getah bening di ketiak
atau leher bagian bawah.
b. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk
Pemberian imunisasi dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan,
empat bulan dan enam bulan. Diberikan melalui suntikan intra
muskuler. Efek samping imunisasi hanya berupa gejala-gejala ringan
seperti demam, kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada tempat
suntikan.
c. Imunisasi polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu
penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan
lumpuh kaki. Pemberian imunisasi polio ini empat kali pada umur
bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua bulan, empat bulan dan
enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/ mulut. Hampir
tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot.
d. Imunisasi campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan
vaksin campak adalah virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi
campak adalah satu kali pada usia sembilan bulan. Demam ringan
atau kemerahan pada pipi di bawah telinga dapat terjadi sebagai efek
e. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu
penyakit infeksi akut yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis B adalah tiga kali yaitu diberikan 12 jam setelah
lahir, usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan.
Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskuler di lengan
atau paha bayi.
2. Imunisasi booster
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari
imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu. Imunisasi
booster juga dapat diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit
atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan (Maryunani,
2010).
2.1.4 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
1. Penyakit Difteri
Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena
menyebabkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang
berdampak kematian.
2. Penyakit Pertusis
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai tiga bulan lebih
atau 100 hari.
3. Penyakit Tetanus
Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuromuscular akut berupa
trismus yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berasal dari
kata Yunani “tetanos” yang berarti regangan.
4. Penyakit Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh pemotongan dan perawatan tali
pusat yang tidak bersih.
5. Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B.
6. Penyakit Polio
Penyakit Polio adalah penyakit menular yang berbahaya. Virus ini
menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya
dalam hitungan jam.
7. Penyakit Campak
Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular,
yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan
selaput ikat mata) dan ruam kulit.
8. Penyakit TBC
Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer (Maryunani, 2010).
2.1.5 Cakupan program imunisasi
Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian
Kesehatan, sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium
Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada
anak. Indonesia telah menetapkan target tahun 2010 seluruh (100%)
desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI, artinya setiap desa/kelurahan minimal
80% bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target tersebut dituangkan
pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007
pencapaian UCI desa/kelurahan 68,2% dan tahun 2009 mencapai 69,2% sehingga
diprediksi target UCI desa/kelurahan 100% pada 2010 sulit tercapai.
Menyadari hal tersebut Kabinet Indonesia Bersatu II melalui RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan Renstra Kemenkes
2010-2014 menetapkan target UCI desa/kelurahan 100% akan dicapai pada tahun
2014. Pemerintah menetapkan kebijakan upaya percepatan yang dikenal dengan
GAIN UCI (Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI)
2010-2014. GAIN UCI 2010-2014 adalah upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014. Gerakan ini dilaksanakan oleh pemerintah
bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu
Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-2014
dengan target pencapaian sebagai berikut:
1. Tahun 2010
a. Mencapai UCI desa/kelurahan 80%.
b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap 80%.
2. Tahun 2011
a. Mencapai UCI desa/kelurahan 85%.
b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap 82%.
3. Tahun 2012
a. Mencapai UCI desa/kelurahan 90%.
b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap 85%.
4. Tahun 2013
a. Mencapai UCI desa/kelurahan 95%.
b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap 88%.
5. Tahun 2014
a. Mencapai UCI desa/kelurahan 100%.
b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
2.2 Puskesmas
2.2.1 Sejarah puskesmas
Pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan masyarakat sebagai
bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
didirikan “Proyek Bekasi” oleh dr. Y. Sulianti sebagai proyek percontohan atau
model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga
menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih delapan desa
wilayah pengembangan masyarakat, yaitu: Indrapura (Sumatera Utara), Lampung,
Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari
(Jawa Timur, Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan
wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Pengertian puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014
menyatakan bahwa Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka
pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan
bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki
derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
bertujuan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes Nomor 75
tahun 2014).
2.2.3 Prinsip penyelenggaraan, tugas, fungsi dan wewenang puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75
tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dijelaskan menge
nai prinsip penyelenggaraan, tugas, fungsi dan wewenang puskesmas sebagai
berikut:
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
puskesmas.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan
tugas tersebut puskesmas menyelenggarakan fungsi yang terdiri dari
penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas tersebut maka Puskesmas
berwenang untuk:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas.
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2.2.4 Program kesehatan puskesmas
Agar dapat memberikan kontribusi dan distribusi terhadap masyarakat
dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh diwilayah kerjanya, puskesmas
memiliki upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Upaya kesehatan esensial meliputi :
1. Pelayanan promosi kesehatan
2. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
4. Pelayanan gizi
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
Upaya kesehatan masyarakat esensial diselenggarakan oleh puskesmas
untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang
kesehatan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/ atau
bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk
rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home
care, rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama harus dilaksanakan sesuai dengan
standar prosedur operasional dan standar pelayanan (Permenkes No 75 tahun
2014).
2.3 Manajemen Puskesmas
Manajemen adalah ilmu terapan yang disesuaikan dengan ruang lingkup
fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia yang ada di dalam organisasi
tersebut, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan,
manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam
organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan
kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien dan
produktif (Muninjaya, 2011).
Manajemen puskesmas terdiri dari P1(Perencanaan), P2 (Penggerakan
Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).
1. P1 (Perencanaan) puskesmas
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana tahunan
puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya
kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas,
yakni promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Langkah-langkah
perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah :
i. Menyusun usulan kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah
menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai
dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang
tersedia di puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks
(Gant Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran,
besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan
biaya untuk setiap kegiatan. Rencana ini disusun melalui
pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan
sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut
sertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.
ii. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan
usulan kegiatan tersebut ke dians kesehatan kabupaten/kota untuk
persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan
sarana dan prasarana, dan operasional puskesmas beserta
pembiayaannya.
iii. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of
Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi
dengan pemetaan wilayah (mapping).
b) Perencanaan upaya kesehatan pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang
dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medic, upaya laboratorium
kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus
dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas. langkah-langkah
perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh
puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:
i. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya
kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh
puskesmas. identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada/tidaknya
masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan
identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui
pengumpulan data secara langsung di lapangan (survey mawas
diri). Apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat
tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan
melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas
puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun
Puskesmas. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula
memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam
daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan
dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan
masyarakat serta kemampuan puskesmas.
ii. Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan
kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran, besaran
kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya
untuk setiap kegiatan. Rencana yang telah disusun tersebut
diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan rencana
tahap awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan
yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.
iii. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah
untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula
diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain.
Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus
dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta
urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembagan tersebut.
iv. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah
menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana
Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt
Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah(mapping).
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara
terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upya kesehatan
wajib.
2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) puskesmas
Tujuan penggerakan dan Pelaksanaan (P2) puskesmas adalah meningkatkan
fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk
bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas
sektoral. Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a) Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu
dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap
satuan wilayah kerja. Dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan
seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para
penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada
awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
b) Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya
adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada
pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana
tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:
i. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama
yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi
wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.
ii. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas
harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.
iii. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
c) Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan
yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal sebagai
berikut:
i. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
yang dibedakan atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan
eksternal. Telaahan internal merupakan telaahan bulanan terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas,
dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Telahaan
bulanan dilakukan dalam lokakarya mini bulanan puskesmas. telaahan
eksternal merupakan telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai
oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor
lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan triwulan ini
dilakukan dalam lokakarya mini triwulan puskesmas secara lintas
sektor.
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)
Pengawasan merupakan proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan
peraturan perundang-undangan serta kewajiban yang berlaku. Pengawasan
dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan
internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai
dan teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya
penyimpangan, baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan
maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
yaitu melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber
data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama, sumber data
primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang
terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data
sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulanan. Menyusun
saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta
masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya
(Permenkes Nomor 75 Tahun 2014).
2.4 Manajemen program imunisasi di Puskesmas kaitannya dengan UCI
2.4.1 Perencanaan
Berdasarkan Permenkes RI No. 42 tahun 2013, perencanaan merupakan
bagian yang sangat penting dalam pengelolaan program imunisasi. Kekurangan
dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program,
tidak tercapainya target kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat.
1. Menentukan jumlah sasaran
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ ditentukan berdasarkan angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi lain.
2. Perencanaan kebutuhan logistik
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan Safety Box.
Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah
yang berimbang.
3. Perencanaan pendanaan
Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah.
Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat
administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari APBN dan APBD provinsi,
tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN dan APDB kabupaten/kota berupa
DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini
dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat
miskin dan lainnya.
2.4.2 Pelaksanaan
Pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Persiapan petugas
Mencatat daftar bayi yang dilakukan oleh kader, dukun terlatih, dan
bidan di desa.
Petugas kesehatan harus mempersiapkan vaksin yang akan dibawa.
Jumlah vaksin yang dibawa dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang
akan diimunisasi dibagi dengan dosis efektif vaksin per vial/ ampul.
Mempersiapkan peralatan rantai dingin yang akan dipergunakan di
lapangan seperti termos dan kotak dingin cair.
3. Persiapan ADS (Auto Disable Syringe) dan Safety Box
Jumlah ADS yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah sasaran yang
akan diimunisasi. Jumlah safety box disesuaikan dengan jumlah ADS.
4. Persiapan masyarakat
Untuk mensukseskan pelayanan imunisasi, persiapan dan penggerakan
masyarakat mutlak harus dilakukan.
5. Pemberian pelayanan imunisasi
Vaksin yang diberikan pada bayi meliputi vaksin Hepatitis B, BCG,
polio, DPT, dan campak.
Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi pada bayi
UMUR VAKSIN TEMPAT
0 bulan HB1 Rumah
1 bulan BCG, Polio1 Posyandu
2 bulan DPT1, HB2, Polio2 Posyandu
3 bulan DPT2, HB3, Polio3 Posyandu
4 bulan DPT3, Polio4 Posyandu
2.4.3 Monitoring dan evaluasi
Monitoring merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting
untuk memantau setiap kegiatan berjalan sesuai dengan ketentuan program. Salah
satu monitoring yang dapat dilakukan adalah pemantauan wilayah setempat
(PWS). PWS dilakukan untuk memantau kuantitas program dalam meningkatkan
cakupan imunisasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui proses dan tingkat keberhasilan
suatu program. Berdasarkan sumber data, ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi
dengan data sekunder (berupa stok vaksin, indeks pemakaian vaksin, suhu lemari
es, dan cakupan per tahun) dan evaluasi dengan data primer (cakupan imunisasi,
dampak imunisasi, potensi dan keamanan dari vaksin serta mengetahui kualitas
pengelolaan vaksin) (Permenkes RI No. 42 tahun 2013).
2.5 Kerangka Pikir
Pada prinsipnya keberhasilan pencapaian UCI dapat dipengaruhi oleh
manajemen pelaksanaan imunisasi yang diterapkan puskesmas. Salah satu model
manajemen yang dapat diterapkan di puskesmas adalah model manajemen P1 –
P2 – P3. Keberhasilan model manajemen P1 – P2 – P3 dalam pencapaian UCI
dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses, dan luaran (output). Maka
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan defenisi fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Masukan (input) merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
pelaksanaan imunisasi untuk pencapaian UCI yang lebih baik di puskesmas,
meliputi: petugas imunisasi, pihak puskesmas dan logistik.
a. Berdasarkan Permenkes RI No. 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
imunisasi, maka petugas kesehatan yang berwenang dalam pelaksana
imunisasi adalah dokter dan dokter spesialis. Dokter dapat juga INPUT
- Petugas imunisasi - Pendanaan
- Sarana dan prasarana
PROSES
Manajemen P1-P2-P3
OUTPUT
Pencapaian UCI di
puskesmas sesuai dengan
target yang ingin di capai
(95 %)
Analisis manajemen
pelaksanaan imunisasi di
puskesmas kaitannya
memberikan tanggung jawab pelayanan imunisasi kepada Bidan dan
perawat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Petugas puskesmas terdiri dari koordinator imunisasi dan pengelola vaksin
dalam penyelenggaraan imunisasi di puskesmas.
c. Logistik yang diperlukan yaitu: vaksin, Auto Disable Syringe, safety box,
emergency kit, dan dokumen pencatatan status imunisasi.
d. Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah.
Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap
tingkat administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari
APBN dan APBD provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN
dan APDB kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK
(Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini dialokasikan berdasarkan jumlah
penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan lainnya.
2. Proses merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pencapaian
UCI melalui model manajemen P1 (perencanaan), P2 (penggerakan
pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian).
3. Keluaran (output) merupakan hasil dari penerapan model manajemen P1 – P2
– P3 dalam pelaksanaan imunisasi kaitannya dengan pencapaian UCI di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang manajemen
pelaksanaan imunisasi oleh puskesmas kaitannya dengan pencapaian UCI di
Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Menurut
Poerwandari (2009), penelitian kualitatif dapat menjadi metode yang adekuat
dan efisien untuk memperoleh berbagai macam informasi yang dibutuhkan
untuk melihat model manajemen pelaksanaan imunisasi kaitannya dengan
pencapaian UCI.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Siak Hulu III Kabupaten Kampar
Provinsi Riau, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Puskesmas Siak Hulu III memiliki angka pencapaian UCI yang masih rendah
yaitu sebesar 33%.
2. Dari tiga desa yang menjadi daerah wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III
terdapat dua desa yang belum mencapai UCI.
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah terhitung sejak
bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015 (survey pendahuluan dan