• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Universal Child Immunization

2.1.1 Imunisasi

Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip immunologi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari kata vaksinia, virus cacar sapi yang digunakan oleh Jenner 200 tahun yang lalu. Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untuk mencegah penyakit infeksi cacar (variola) yang dilakukan tanpa pengetahuan sama sekali mengenai virus (atau segala macam mikroba) dan imunologi (Wahab & Julia, 2002).

Universal Child Immunization adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun (Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes No. 42 tahun 2013).

Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari suatu pathogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori (Ranuh dkk, 2011).

2. Tujuan pemberian imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi adalah:

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu.

b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

c. Agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

d. Mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

e. Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri. f. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

g. Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat (populasi) (Maryunani, 2010).

2.1.2 Macam-macam imunisasi

Imunitas atau kekebalan berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan

terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja untuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja.

Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:

a. Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/typhus abdominalis

– paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).

b. Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap tuberculosis).

c. Virus-virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyelitis). d. Toxoid (toksin= racun dari kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid

tetanus).

Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut. Pemberian vaksin menyebabkan tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut. Pemberian vaksin dengan cara menyuntikkan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu,

dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi.

Pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi aktif pada anak dibawah lima tahun yaitu:

a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin) b. DPT (Difteri, pertusis, tetanus) c. Polio

d. Campak e. Hepatitis B 2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu: a. Imunisasi pasif bawaan

Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya.

b. Imunisasi pasif didapat

Imunisasi pasif didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti (Maryunani, 2010).

2.1.3 Jenis-jenis imunisasi 1. Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B.

Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun adalah:

a. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali pada bayi usia 0-11 bulan. Pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas atau penyuntikan pada paha. Efek samping imunisasi BCG umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjer getah bening di ketiak atau leher bagian bawah.

b. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.

Pemberian imunisasi dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam bulan. Diberikan melalui suntikan intra muskuler. Efek samping imunisasi hanya berupa gejala-gejala ringan seperti demam, kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada tempat suntikan.

c. Imunisasi polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Pemberian imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua bulan, empat bulan dan enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/ mulut. Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.

d. Imunisasi campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan vaksin campak adalah virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi campak adalah satu kali pada usia sembilan bulan. Demam ringan atau kemerahan pada pipi di bawah telinga dapat terjadi sebagai efek samping imunisasi.

e. Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi akut yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah tiga kali yaitu diberikan 12 jam setelah lahir, usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskuler di lengan atau paha bayi.

2. Imunisasi booster

Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu. Imunisasi booster juga dapat diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan (Maryunani, 2010).

2.1.4 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) 1. Penyakit Difteri

Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menyebabkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang berdampak kematian.

2. Penyakit Pertusis

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh

batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai tiga bulan lebih atau 100 hari.

3. Penyakit Tetanus

Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuromuscular akut berupa

trismus yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berasal dari

kata Yunani “tetanos” yang berarti regangan.

4. Penyakit Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum disebabkan oleh pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih.

5. Penyakit Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.

6. Penyakit Polio

Penyakit Polio adalah penyakit menular yang berbahaya. Virus ini menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam.

7. Penyakit Campak

Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit.

8. Penyakit TBC

Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis, sehingga dapat mengenai hampir semua organ

tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Maryunani, 2010).

2.1.5 Cakupan program imunisasi

Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Indonesia telah menetapkan target tahun 2010 seluruh (100%) desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI, artinya setiap desa/kelurahan minimal 80% bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target tersebut dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 pencapaian UCI desa/kelurahan 68,2% dan tahun 2009 mencapai 69,2% sehingga diprediksi target UCI desa/kelurahan 100% pada 2010 sulit tercapai.

Menyadari hal tersebut Kabinet Indonesia Bersatu II melalui RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan Renstra Kemenkes 2010-2014 menetapkan target UCI desa/kelurahan 100% akan dicapai pada tahun 2014. Pemerintah menetapkan kebijakan upaya percepatan yang dikenal dengan GAIN UCI (Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI) 2010-2014. GAIN UCI 2010-2014 adalah upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014. Gerakan ini dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu disemua tingkat administrasi (Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).

Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-2014 dengan target pencapaian sebagai berikut:

1. Tahun 2010

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 80%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 80%.

2. Tahun 2011

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 85%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 82%.

3. Tahun 2012

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 90%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 85%.

4. Tahun 2013

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 95%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 88%.

5. Tahun 2014

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 100%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 90%.

Dokumen terkait