• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Manajemen Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Manajemen Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Universal Child Immunization

2.1.1 Imunisasi

Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip immunologi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari kata vaksinia, virus cacar sapi yang digunakan oleh Jenner 200 tahun yang lalu. Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untuk mencegah penyakit infeksi cacar (variola) yang dilakukan tanpa pengetahuan sama sekali mengenai virus (atau segala macam mikroba) dan imunologi (Wahab & Julia, 2002). Universal Child Immunization adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun (Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes No. 42 tahun 2013).

(2)

pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari suatu pathogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori (Ranuh dkk, 2011).

2. Tujuan pemberian imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi adalah:

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu.

b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

c. Agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

d. Mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

e. Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri. f. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

g. Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat (populasi) (Maryunani, 2010).

2.1.2 Macam-macam imunisasi

(3)

terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja untuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja.

Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:

a. Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/typhus abdominalis – paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).

b. Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap tuberculosis).

c. Virus-virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyelitis). d. Toxoid (toksin= racun dari kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid

tetanus).

(4)

dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi.

Pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi aktif pada anak dibawah lima tahun yaitu:

a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin) b. DPT (Difteri, pertusis, tetanus) c. Polio

d. Campak e. Hepatitis B 2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu: a. Imunisasi pasif bawaan

Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya.

b. Imunisasi pasif didapat

(5)

2.1.3 Jenis-jenis imunisasi 1. Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B.

Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun adalah:

a. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali pada bayi usia 0-11 bulan. Pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas atau penyuntikan pada paha. Efek samping imunisasi BCG umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjer getah bening di ketiak atau leher bagian bawah.

b. Imunisasi DPT

(6)

Pemberian imunisasi dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam bulan. Diberikan melalui suntikan intra muskuler. Efek samping imunisasi hanya berupa gejala-gejala ringan seperti demam, kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada tempat suntikan.

c. Imunisasi polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Pemberian imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua bulan, empat bulan dan enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/ mulut. Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.

d. Imunisasi campak

(7)

e. Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi akut yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah tiga kali yaitu diberikan 12 jam setelah lahir, usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskuler di lengan atau paha bayi.

2. Imunisasi booster

Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu. Imunisasi booster juga dapat diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan (Maryunani, 2010).

2.1.4 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) 1. Penyakit Difteri

Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menyebabkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang berdampak kematian.

2. Penyakit Pertusis

(8)

batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai tiga bulan lebih atau 100 hari.

3. Penyakit Tetanus

Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuromuscular akut berupa trismus yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berasal dari kata Yunani “tetanos” yang berarti regangan.

4. Penyakit Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum disebabkan oleh pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih.

5. Penyakit Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.

6. Penyakit Polio

Penyakit Polio adalah penyakit menular yang berbahaya. Virus ini menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam.

7. Penyakit Campak

Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit.

8. Penyakit TBC

(9)

tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Maryunani, 2010).

2.1.5 Cakupan program imunisasi

Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Indonesia telah menetapkan target tahun 2010 seluruh (100%) desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI, artinya setiap desa/kelurahan minimal 80% bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target tersebut dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 pencapaian UCI desa/kelurahan 68,2% dan tahun 2009 mencapai 69,2% sehingga diprediksi target UCI desa/kelurahan 100% pada 2010 sulit tercapai.

(10)

Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-2014 dengan target pencapaian sebagai berikut:

1. Tahun 2010

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 80%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 80%.

2. Tahun 2011

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 85%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 82%.

3. Tahun 2012

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 90%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 85%.

4. Tahun 2013

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 95%.

b. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 88%.

5. Tahun 2014

a. Mencapai UCI desa/kelurahan 100%.

(11)

2.2 Puskesmas

2.2.1 Sejarah puskesmas

Pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 didirikan “Proyek Bekasi” oleh dr. Y. Sulianti sebagai proyek percontohan atau

model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu: Indrapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur, Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Pengertian puskesmas

(12)

upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes Nomor 75 tahun 2014).

2.2.3 Prinsip penyelenggaraan, tugas, fungsi dan wewenang puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dijelaskan menge nai prinsip penyelenggaraan, tugas, fungsi dan wewenang puskesmas sebagai berikut:

(13)

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

(14)

melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut puskesmas menyelenggarakan fungsi yang terdiri dari penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas tersebut maka Puskesmas berwenang untuk:

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

(15)

8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

2.2.4 Program kesehatan puskesmas

Agar dapat memberikan kontribusi dan distribusi terhadap masyarakat dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh diwilayah kerjanya, puskesmas memiliki upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan esensial meliputi :

1. Pelayanan promosi kesehatan 2. Pelayanan kesehatan lingkungan

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana 4. Pelayanan gizi

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

(16)

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama harus dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan (Permenkes No 75 tahun 2014).

2.3 Manajemen Puskesmas

Manajemen adalah ilmu terapan yang disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia yang ada di dalam organisasi tersebut, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien dan produktif (Muninjaya, 2011).

Manajemen puskesmas terdiri dari P1(Perencanaan), P2 (Penggerakan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).

1. P1 (Perencanaan) puskesmas

(17)

Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah :

i. Menyusun usulan kegiatan

Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gant Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut sertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.

ii. Mengajukan usulan kegiatan

(18)

sarana dan prasarana, dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.

iii. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).

b) Perencanaan upaya kesehatan pengembangan

Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medic, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas. langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:

i. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan

(19)

identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (survey mawas diri). Apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun Puskesmas. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan puskesmas.

ii. Menyusun usulan kegiatan

Langkah kedua dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan rencana tahap awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat. iii. Mengajukan usulan kegiatan

(20)

untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain. Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembagan tersebut. iv. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah(mapping). Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upya kesehatan wajib.

2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) puskesmas

Tujuan penggerakan dan Pelaksanaan (P2) puskesmas adalah meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral. Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a) Pengorganisasian

(21)

penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral.

b) Penyelenggaraan

Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:

i. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana. ii. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan

rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.

(22)

c) Pemantauan

Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal sebagai berikut:

i. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan eksternal. Telaahan internal merupakan telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Telahaan bulanan dilakukan dalam lokakarya mini bulanan puskesmas. telaahan eksternal merupakan telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini triwulan puskesmas secara lintas sektor.

3. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)

(23)

dan teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama, sumber data primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulanan. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014).

2.4 Manajemen program imunisasi di Puskesmas kaitannya dengan UCI

2.4.1 Perencanaan

(24)

1. Menentukan jumlah sasaran

Jumlah bayi baru lahir dihitung/ ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi lain.

2. Perencanaan kebutuhan logistik

Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan Safety Box. Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah yang berimbang.

3. Perencanaan pendanaan

Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari APBN dan APBD provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN dan APDB kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan lainnya.

2.4.2 Pelaksanaan

Pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan: 1. Persiapan petugas

Mencatat daftar bayi yang dilakukan oleh kader, dukun terlatih, dan bidan di desa.

(25)

Petugas kesehatan harus mempersiapkan vaksin yang akan dibawa. Jumlah vaksin yang dibawa dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang akan diimunisasi dibagi dengan dosis efektif vaksin per vial/ ampul. Mempersiapkan peralatan rantai dingin yang akan dipergunakan di lapangan seperti termos dan kotak dingin cair.

3. Persiapan ADS (Auto Disable Syringe) dan Safety Box

Jumlah ADS yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jumlah safety box disesuaikan dengan jumlah ADS. 4. Persiapan masyarakat

Untuk mensukseskan pelayanan imunisasi, persiapan dan penggerakan masyarakat mutlak harus dilakukan.

5. Pemberian pelayanan imunisasi

Vaksin yang diberikan pada bayi meliputi vaksin Hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak.

Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi pada bayi

UMUR VAKSIN TEMPAT

0 bulan HB1 Rumah

1 bulan BCG, Polio1 Posyandu

2 bulan DPT1, HB2, Polio2 Posyandu

3 bulan DPT2, HB3, Polio3 Posyandu

4 bulan DPT3, Polio4 Posyandu

(26)

2.4.3 Monitoring dan evaluasi

Monitoring merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk memantau setiap kegiatan berjalan sesuai dengan ketentuan program. Salah satu monitoring yang dapat dilakukan adalah pemantauan wilayah setempat (PWS). PWS dilakukan untuk memantau kuantitas program dalam meningkatkan cakupan imunisasi.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui proses dan tingkat keberhasilan suatu program. Berdasarkan sumber data, ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi dengan data sekunder (berupa stok vaksin, indeks pemakaian vaksin, suhu lemari es, dan cakupan per tahun) dan evaluasi dengan data primer (cakupan imunisasi, dampak imunisasi, potensi dan keamanan dari vaksin serta mengetahui kualitas pengelolaan vaksin) (Permenkes RI No. 42 tahun 2013).

2.5 Kerangka Pikir

(27)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan defenisi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Masukan (input) merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi untuk pencapaian UCI yang lebih baik di puskesmas, meliputi: petugas imunisasi, pihak puskesmas dan logistik.

a. Berdasarkan Permenkes RI No. 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi, maka petugas kesehatan yang berwenang dalam pelaksana imunisasi adalah dokter dan dokter spesialis. Dokter dapat juga

INPUT - Petugas imunisasi - Pendanaan

- Sarana dan prasarana

PROSES Manajemen P1-P2-P3

OUTPUT Pencapaian UCI di puskesmas sesuai dengan target yang ingin di capai

(95 %)

Analisis manajemen pelaksanaan imunisasi di

(28)

memberikan tanggung jawab pelayanan imunisasi kepada Bidan dan perawat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Petugas puskesmas terdiri dari koordinator imunisasi dan pengelola vaksin

dalam penyelenggaraan imunisasi di puskesmas.

c. Logistik yang diperlukan yaitu: vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen pencatatan status imunisasi.

d. Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari APBN dan APBD provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN dan APDB kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan lainnya.

2. Proses merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pencapaian UCI melalui model manajemen P1 (perencanaan), P2 (penggerakan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian).

3. Keluaran (output) merupakan hasil dari penerapan model manajemen P1 – P2 – P3 dalam pelaksanaan imunisasi kaitannya dengan pencapaian UCI di

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi pada bayi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan minat belajar IPA dengan hasil belajar IPA siswa SD Negeri 2 Pelemkerep selama

Teknologi sistem multimedia sendiri, pada awalnya berangkat dart kelas stand alone multimedia system, yaitu multimedia di kelas desktop atau PC, yang biasa

[r]

Kegiatan komunikasi pada intinya adalah aktifitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana, dengan demikian kegiatan komunikasi itu dapat dipahami sebagai

Pada penelitian ini digunakan madu murni kalimantan Barat, karena madu diketahui memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaan bagi manusi baik untuk obat luar maupun

Alasan mengapa memakai simulasi diskrit sebagai metode pendekatannya dikarenakan permintaan suplai dari masing-masing pembangkit berbeda-beda, waktu habis pemakaian

Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan Dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta

Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,