Rina Rosiana Sulaiman, 2013
No. Daftar: 254/UN40.FPEB.1.PL/2013
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN AKTIVITAS TERHADAP
PROFITABILITAS PADA SUB SEKTOR KERAMIK, PORSELEN &
KACA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
RINA ROSIANA SULAIMAN
0901369
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengaruh Struktur Modal dan
Aktivitas Terhadap Profitabilitas
Pada Sub Sektor Keramik, Porselen
& Kaca yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Oleh
Rina Rosiana Sulaiman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Rina Rosiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
ABSTRAK
Rina Rosiana Sulaiman, 0901369. Pengaruh Struktur Modal dan Aktivitas Terhadap Profitabilitas Pada Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dosen Pembimbing: Budhi Pamungkas G, SE. M.Sc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur modal, aktivitas, profitabilitas serta pengaruh struktur modal dan aktivitas terhadap profitabilitas pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal yang diukur dengan rasio Debt to Assets Ratio (DAR) dan aktivitas yang diukur dengan rasio perputaran total aktiva. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Assets (ROA).
Sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode 2001-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif, desain penelitian yang digunakan adalah desain riset kausal, sedangkan pengolahan data menggunakan analisis regresi berganda, koefisien korelasi product moment, koefisien determinasi, uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji F).
Berdasarkan hasil uji parsial, antara DAR dengan ROA menunjukkan hubungan yang negatif, artinya apabila DAR naik maka ROA akan turun. Sedangkan antara perputaran total aktiva dengan ROA menunjukkan hubungan yang positif, artinya apabila perputaran total aktiva naik maka ROA juga akan naik. Secara simultan atau bersama-sama besarnya pengaruh DAR dan perputaran total aktiva terhadap ROA adalah sebesar 45,3%, sedangkan sisanya sebesar 54,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kata Kunci: Struktur Modal, Aktivitas, Profitabilitas, Debt to Assets Ratio
ii ABSTRACT
Rina Rosiana Sulaiman, 0901369. The influences of Capital Structures and Activities to the Profitability in Ceramik, Porcelain & Glass Sub-Sectors that are listed in Indonesia Stock Exchange. Under the guidance of Budhi Pamungkas G, SE. M.Sc.
The purpose of this research was find out the description of capital structures, activities, and probabilities, and to determine the effect of capital structures and activities on the profitability in ceramic, porcelain, and glass sub-sectors that are listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). The independent variable in this research was the capital structures, measured by Debt to Assets Ratio (DAR), and activities, measured by total asset turnover ratio. The dependent variable was profitability, measured by Return on Assets (ROA).
The research sample was companies in ceramic, porcelain, and glass sub-sectors listed in BEI for a time period of 2001-2012. The research method used was a descriptive-verificative method. The research design used was a causal research design, whereas data processing used multiple regression analysis, product moment correlation coefficient, determination coefficient, partial test (t test), dan simultaneous test (F test).
Based on the results of partial test, between DAR and ROA showing that there was a negative relationship, meaning that if DAR raises then ROA decreases. Moreover, between total asset turnover and ROA showing that there was a positive relationship, meaning that if total asset circulation increases then ROA increases as well. Simultaneously, the extent of effect of DAR and total asset turnover on ROA was 45.3%, the remaining 54.7% being affected by other factors beyond this research.
vii Rina Rosiana Sulaiman, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….. i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR ………... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ……….. vii
DAFTAR TABEL ………. xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ……….... 13
1.2.1 Identifikasi Masalah ……….………... 13
1.2.2 Rumusan Masalah ……….………...…. 15
1.3 Tujuan Penelitian ………...………. 16
1.4 Kegunaan Penelitian ………...………… 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ………...………… 18
2.1.1 Kinerja Keuangan ………...…………... 18
2.1.2 Struktur Modal ………...……… 24
2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal …………...……….. 24
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 26
viii
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ……….. 66
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……….. 66
4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ………... 72
4.1.2.1 Gambaran Struktur Modal pada Sub Sektor Keramik,
Porselen & Kaca di Bursa Efek Indonesia …………. 73
4.1.2.2 Gambaran Aktivitas pada Sub Sektor Keramik,
Porselen & Kaca di Bursa Efek Indonesia …………. 81
4.1.2.3 Gambaran Proditabilitas pada Sub Sektor Keramik,
Porselen & Kaca di Bursa Efek Indonesia …………. 92
x
4.1.5.2 Koefisien Determinasi ………. 110
4.1.6 Uji Hipotesis ……… 111
4.1.6.1 Uji Parsial (Uji t) ………. 111
4.1.6.2 Uji Simultan (Uji F) ……… 113
4.2 Pembahasan ……….. 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 121
5.2 Saran ………... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 125
xi Rina Rosiana Sulaiman, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Jumlah Emiten Perusahaan Manufaktur Per Sektor di BEI Bulan Desember
2008 dan Desember 2012 ………...………. 2
1.2 Perkembangan Harga Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia Per Sub
Sektor Periode 2008-2012 ………….………... 3
1.3 Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di
BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase) ………..…... 6
1.4 Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar
di BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase) ……….. 8
1.5 Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang
Terdaftar di BEI Periode 2008-2012 (dalam kali) ……….. 11
2.1 Penelitian Terdahulu ………...……… 38
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ……….. 52
3.2 Nilai Koefisien Korelasi ... 62
4.1 Perkembangan Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
xii
4.2 Perkembangan Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen &
Kaca yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2012 (dalam kali) ……… 83
4.3 Perkembangan Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2012 (dalam persentase) ………….. 93
4.4 Statistik Deskriptif ……… 101
4.5 Uji Multikolinearitas ………. 104
4.6 Uji Autokorelasi ……… 106
4.7 Regresi Berganda ……….. 107
4.8 Koefisien Korelasi Product Moment ……… 109
4.9 Koefisien Determinasi ……….. 110
4.10 Uji Parsial (Uji t) ……….. 112
4.11 Uji Simultan (Uji F) ……….. 113
DAFTAR GRAFIK
Grafik
1.1 Tingkat Profitabilitas Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar
di BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase) …………..……….……….. 5
1.2 Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di
BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase) ………..………... 7
1.3 Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar
di BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase) …...………... 9
1.4 Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang
Terdaftar di BEI Periode 2008-2012 (dalam kali) …………... 12
4.1 Perkembangan Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2012 (dalam persentase) ………….. 80
4.2 Perkembangan Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen &
xiii Rina Rosiana Sulaiman, 2013
4.3 Perkembangan Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2012 (dalam persentase) ………… 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Struktur Modal dan Aktivitas terhadap
Profitabilitas pada Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang terdaftar di
BEI ... 45
2.2 Paradigma Penelitian Pengaruh Struktur Modal dan Aktivitas terhadap
Profitabilitas pada Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang terdaftar di
BEI ... 46
4.4 Uji Normalitas Data ……….. 103
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Data Administrasi
LAMPIRAN 2 Data Penelitian
LAMPIRAN 3 Hasil Uji SPSS
LAMPIRAN 4 Laporan Keuangan Perusahaan-Perusahaan Sub Sektor Keramik,
Porselen & Kaca yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual-belikan, baik dalam
bentuk utang ataupun modal sendiri. BEI berperan besar bagi perekonomian
negara karena memberikan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena BEI sebagai pasar modal
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.
Sedangkan dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena BEI memberikan
kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana
sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Sehingga diharapkan dengan
adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat, karena pasar
modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan
kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Di Indonesia perkembangan industri manufaktur cukup pesat, hal ini dapat
dilihat dari perkembangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari
2
perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan prospeknya akan
menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Saat ini
persaingan di industri manufaktur semakin ketat, karena banyaknya produk impor
yang sangat mudah masuk ke pasar Indonesia serta semakin banyaknya
produk-produk ilegal yang menjadi hambatan bagi perusahaan di industri manufaktur
untuk menguasai pasar.
Perusahaan manufaktur di BEI meliputi: sektor industri dasar dan kimia,
sektor aneka industri, serta sektor industri barang konsumsi. Salah satu sektor
industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor industri
dasar dan kimia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah emiten sektor
industri dasar dan kimia yang jauh lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Tabel
1.1 memperlihatkan jumlah emiten perusahaan manufaktur per sektor di BEI.
Tabel 1.1
Jumlah Emiten Perusahaan Manufaktur Per Sektor di BEI
Bulan Desember 2008 dan Desember 2012
Sektor Desember 2008 Desember 2012
Industri dasar dan kimia 55 60
Aneka industri 38 38
Industri barang konsumsi 30 33
Sumber: www.sahamok.com
Indeks industri dasar dan kimia ini mencetak rekor pada perdagangan Selasa
(16/10/2012), seiring dengan indeks harga saham gabungan yang dalam dua
pekan terakhir memperbaiki rekor hingga empat kali. Indeks industri dasar dan
kimia mencatat level tertinggi 485,93, naik 0,42% atau 2,03 poin. Adapun indeks
3
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
15,55 poin atau 0,36% dengan jumlah transaksi sebanyak 7,39 juta lot atau setara
Rp 3,84 triliun. (http://akses.ksei.co.id, 05/11/2012)
Sektor industri dasar dan kimia mewakili unsur dasar yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Hampir semua barang yang kita gunakan sehari-hari
merupakan produk dari perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI.
Sektor ini terdiri dari sub sektor semen, sub sektor pakan ternak, sub sektor
keramik, kaca dan porselen, sub sektor logam dan sejenisnya, sub sektor kimia,
sub sektor plastik dan kemasan, sub sektor kayu dan pengolahannya, serta sub
sektor pulp dan kertas. Dibawah ini adalah tabel perkembangan harga saham pada
sektor industri dasar dan kimia:
Tabel 1.2
Perkembangan Harga Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia
Per Sub Sektor Periode 2008 - 2012
Sumber : www.finance.yahoo.com (data diolah kembali)
Pergerakan saham emiten produsen semen dan produsen pakan ternak dari
sektor industri dasar dan kimia masih dicermati pelaku pasar. Oleh karena itu,
likuiditas dari emiten di dua sub sektor ini di sepanjang 2012 masih lebih baik
dibandingkan saham emiten dari sub sektor lain di sektor industri dasar dan kimia.
Hal tersebut dikatakan Managing Research Indosurya Asset Management, Reza
Priyambada. Menurutnya, peluang dari sub sektor lain di industri dasar dan kimia
untuk lebih likuid masih ada. Sayangnya pelaku pasar masih belum melihat secara
detail outlook dari masing-masing emiten dari sub sektor lainnya. Sebagai contoh
emiten produsen keramik, kaca dan porselen. Sebenarnya prospek usaha ke
No Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
4
depannya cukup menarik seiring dengan perkembangan industri properti di
Indonesia. Namun sayangnya pelaku pasar tidak melihat hal ini karena sub
industri ini bersifat hanya pendukung bagi industri lainnya. Karena merupakan
industri pendukung, pergerakan sahamnya meskipun cukup likuid namun belum
menjadi pilihan investasi utama investor di tahun ini karena besarnya biaya
operasional emiten sub sektor keramik, porselen & kaca ini (sumber:
www.beritasatu.com, 25/09/2012)
Memaksimalkan laba merupakan tujuan hampir setiap perusahaan. Ini
terkait dengan pentingnya keuntungan atau laba tersebut sebagai cerminan
keberhasilan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup
perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain oleh profitabilitas perusahaan
itu sendiri. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Menurut Agus
Sartono (2008:122) ”Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Profitabilitas
merupakan aspek fundamental perusahaan yang cukup penting, karena selain
memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan dananya
pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi
penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional
perusahaan. Berikut adalah grafik perkembangan tingkat profitabilitas sub sektor
5
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Sumber: www.idx.co.id (data diolah kembali)
Grafik 1.1
Tingkat Profitabilitas Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012 (dalam persentase)
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan Return on Assets
(ROA). ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aktiva. ROA
menjadi informasi yang penting bagi investor yang akan melakukan transaksi,
karena ROA yang besar menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari seluruh
kekayaan yang dimiliki juga besar, sehingga ROA yang besar tersebut dapat
menarik investor untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan.
Perusahaan pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI
pada periode laporan tahun 2012 tercatat sebanyak 6 perusahaan. Dari 6
perusahaan tersebut dapat dilihat perkembangan Return on Assets (ROA) selama
periode 2008-2012:
2008 2009 2010 2011 2012
GPM 25,46 21,42 24,73 21,9 23,15
NPM 1,35 11,42 12,06 7,92 1,59
ROA 3,87 13,88 9,63 7,47 7,09
ROE 16,9 8,19 1,9 11,19 7,15
6
Tabel 1.3
Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam persentase)
Sumber: www.idx.co.id (data diolah kembali)
Tabel tersebut menunjukkan ROA pada perusahaan-perusahaan sub sektor
keramik, porselen & kaca periode 2008-2012 mengalami peningkatan dan
penurunan dari tahun ke tahun. Pada beberapa perusahaan tingkat ROA ada yang
bernilai negatif, yaitu pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Mulia Industrindo Tbk
sebesar -15,56%, pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Intikeramik Alamasri Industri
Tbk sebesar -4,20%, pada tahun 2010 dimiliki oleh PT Intikeramik Alamasri
Industri Tbk sebesar -5,35%, pada tahun 2011 dimiliki oleh PT Intikeramik
Alamasri Industri Tbk sebesar -7,90%, PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
sebesar -1,06%, dan PT Mulia Industrindo Tbk sebesar -0,29%, sedangka pada
tahun 2012 dimiliki oleh PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk sebesar -7,95%
dan PT Mulia Industrindo Tbk sebesar -2,32%. Kondisi ini disebabkan laba
perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal tersebut menunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu
untuk menghasilkan laba. Perkembangan ROA sub sektor keramik, porselen &
kaca disajikan pula dalam bentuk grafik, seperti pada grafik berikut :
No Nama Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Asahimas Flat Glass Tbk 17,08 4,64 18,50 16,6 11,75 2 PT Arwana Citramulia Tbk 10,74 11,05 12,34 15,62 22,65 3 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk 0,11 -4,20 -5,35 -7,9 -7,95 4 PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 2,03 2,23 0,58 -1,06 0,45 5 PT Mulia Industrindo Tbk -15,56 44,35 7,87 -0,29 -2,32 6 PT Surya Toto Indonesia Tbk 8,80 25,21 23,82 21,87 17,96
7
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Grafik 1.2
Return on Assets Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam persentase)
Grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata ROA pada sub sektor keramik,
porselen & kaca periode 2008-2012 cenderung mengalami penurunan. Hanya
pada tahun 2009 rata-rata ROA mengalami peningkatan yaitu menjadi 13,88%,
sisanya selama tiga tahun terakhir rata-rata ROA mengalami penurunan, yaitu
pada tahun 2010 menjadi sebesar 9,63%, pada tahun 2011 menjadi sebesar 7,47%,
dan pada tahun 2012 menjadi sebesar 7,09%.
Perusahaan tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan produk yang
bermutu bagi konsumen, tetapi juga harus mampu mengelola keuangannya
dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin
keberlangsungan usaha perusahaan. Perusahaan dapat menerapkan salah satu
fungsi manajemen, misalnya dalam hal pendanaan dan pengelolaan keuangan
perusahaan. Kebijaksanaan manajemen mengenai pengelolaan keuangan salah
satunya adalah mengenai struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan
penting bagi perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan memiliki
pengaruh langsung terhadap struktur keuangan perusahaan. Perusahaan yang
memiliki struktur modal yang tidak baik, yaitu memiliki utang yang sangat besar
akan memberikan beban yang berat bagi perusahaan tersebut. Struktur modal
2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata ROA 3,87 13,88 9,63 7,47 7,09
8
adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat
permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Agus Sartono,
2008:225).
Kemampuan perusahaan untuk dapat mengelola struktur modal dapat
dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total aktiva atau disebut
dengan Debt to Assets Ratio (DAR). Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan
dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu
menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin
rendah rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari utang. Menurut
Horne & Wachowicz (2005) menyatakan bahwa “Semakin meningkatnya Debt to
Total Assets Ratio berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan
karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman”.
Tabel berikut menyajikan tentang perkembangan struktur modal pada sub
sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode 2008-2012
menggunakan DAR:
Tabel 1.4
Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam persentase)
Sumber: www.idx.co.id (data diolah kembali)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa DAR pada perusahaan-perusahaan sub
sektor keramik, porselen & kaca periode 2008-2012 cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Tabel tersebut juga menunjukkan DAR pada PT
No Nama Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Asahimas Flat Glass Tbk 25 22 22 20 21
2 PT Arwana Citramulia Tbk 61 58 52 44 35
3 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk 56 59 47 49 53 4 PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 85 87 82 51 10 5 PT Mulia Industrindo Tbk 233 209 111 110 88 6 PT Surya Toto Indonesia Tbk 65 48 42 38 37
88 81 59 52 41
9
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Mulia Industrindo Tbk merupakan DAR tertinggi selama lima tahun terakhir jika
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, yaitu pada tahun 2008 sebesar 233%,
pada tahun 2009 sebesar 209%, pada tahun 2010 sebesar 11%, pada tahun 2011
sebesar 110%, dan pada tahun 2012 sebesar 88%. Hal tersebut tentunya
menunjukkan semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, karena dengan
penggunaan utang yang besar maka akan menimbulkan beban bunga yang besar
pula. Perkembangan Debt to Assets Ratio (DAR) sub sektor keramik, porelen &
kaca disajikan pula dalam bentuk grafik, seperti pada grafik berikut:
Grafik 1.3
Debt to Assets Ratio Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam persentase)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa rata-rata DAR dari enam
perusahaan keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI selama lima tahun
terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2008 rata-rata DAR adalah sebesar
88%, lalu mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 81%, pada tahun 2010
kembali mengalami penurunan menjadi 59%, begitu pula pada tahun 2011
menurun menjadi 52%, dan pada tahun 2012 terus mengalami penurunan menjadi
2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata DAR 88 81 59 52 41
10
41%. Walaupun demikian, dari data tersebut menunjukkan perusahaan dalam
tanda bahaya, karena rata-rata industri untuk DAR menurut Brigham & Houston
(2010:143) adalah sebesar 40%. Kondisi tersebut membuat perusahaan sulit
meminjam tambahan dana tanpa harus menghimpun ekuitas terlebih dahulu.
Kreditor menjadi enggan meminjamkan lebih banyak uang ke perusahaan, dan
manajemen kemungkinan akan memaparkan risiko bangkrut pada perusahaan jika
ia mencari tambahan dana dalam jumlah yang cukup besar melalui pinjaman.
Perusahaan yang ingin mencapai keuntungan (laba) maksimal haruslah
melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien dan efektif. Efektif berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai dan efisien berkaitan dengan biaya yang tidak
boros, sesuai aturan dan prosedur yang ada dalam usaha pencapaian tujuan.
Kebijakan keuangan perusahaan dan pemanfaatan sumber daya yang efisien
dan efektif dapat menciptakan laba yang maksimal. Unsur-unsur aktiva seperti
kas, piutang, persediaan, dan aktiva lainnya mempunyai hubungan yang erat
dengan tingkat laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan penjualannya.
Pencerminan efektif tidaknya pemanfaatan sumber daya keuangan tersebut akan
terlihat dari tingkat penjualan yang tinggi dan perputaran aktiva tentu saja akan
mendukung pencapaian laba maksimal.
Untuk mengukur efektif tidaknya manajemen perusahaan menggunakan
aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan adalah dengan
rasio aktivitas. Menurut Kasmir (2010:113) rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan
misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan, piutang, dan efisiensi di
bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Dalam penelitian ini jenis rasio aktivitas yang digunakan yaitu perputaran
total aktiva. Perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
11
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Syamsuddin, 2007). Perputaran total aktiva merupakan rasio antara jumlah aktiva
yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu.
Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan
dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam
periode tertentu.
Dengan jumlah total aktiva tertentu, diharapkan dapat meningkatkan
penjualan yang akhirnya dapat mempercepat perputaran total aktiva. Perputaran
total aktiva yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup
banyak volume bisnis. Teori yang dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz
(2005) menyatakan bahwa rasio perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan
tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada
peningkatan laba perusahaan.
Tabel berikut menyajikan tentang perkembangan rasio aktivitas pada sub
sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode 2008-2012
menggunakan perputaran total aktiva:
Tabel 1.5
Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam kali)
Sumber: Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan Keuangan,
data diolah kembali
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perputaran total aktiva pada
perusahaan-perusahaan sub sektor keramik, porselen & kaca periode 2008-2012
No Nama Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Asahimas Flat Glass Tbk 1,12 0,97 1,02 0,96 0,91 2 PT Arwana Citramulia Tbk 0,88 0,87 0,95 1,10 1,18 3 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk 0,31 0,30 0,35 0,38 0,39 4 PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0,50 0,27 0,46 0,31 0,36 5 PT Mulia Industrindo Tbk 0,89 0,98 0,75 0,63 0,55 6 PT Surya Toto Indonesia Tbk 1,09 0,97 1,03 1,00 1,03
12
mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tabel tersebut
dapat dilihat pula bahwa PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk merupakan
perusahaan dengan perputaran total aktiva yang selalu rendah dan tidak
mengalami peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir. Pada tahun
2008 perputaran total aktiva PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk hanya
sebanyak 0,31 kali, lalu pada tahun 2009 menurun menjadi 0,30 kali, pada tahun
2010 meningkat menjadi 0,35 kali, sedangkan pada tahun 2011 kembali menurun
menjadi 0,38 kali, dan pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi 0,39 kali.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu
memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahaan diharapkan mampu untuk dapat
meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang
produktif. Perkembangan Perputaran total aktiva sub sektor keramik, porselen &
kaca disajikan pula dalam bentuk grafik, seperti pada grafik berikut:
Grafik 1.4
Perputaran Total Aktiva Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca
yang Terdaftar di BEI Periode 2008 – 2012 (dalam kali)
2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata Perputaran
Total Aktiva 0,80 0,73 0,76 0,73 0,74
13
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Pada grafik diatas dapat dilihat perkembangan rata-rata perputaran total
aktiva pada sub sektor keramik, porselen & kaca pada tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 rata-rata perputaran total aktiva
yaitu sebanyak 0,80 kali, lalu mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi
0,73 kali, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 0,76 kali, sedangkan
pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi 0,73 kali, dan pada tahun
2012 mengalami peningkatan yang sangat kecil menjadi 0,74 kali. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan pada sub sektor keramik,
porselen & kaca tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika
dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya, karena rata-rata industri
untuk perputaran total aktiva adalah 1,8 kali (Brigham & Houston, 2010:139).
Apabila keuntungan suatu perusahaan mengalami penurunan atau tidak
efektif maka kinerja perusahaan bisa dikatakan buruk, begitu pula dengan
sebaliknya apabila keuntungan mengalami peningkatan atau efektif maka kinerja
perusahaan dapat dikatakan bagus.
Berdasarkan penjelasan dan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian atas “Pengaruh Struktur Modal dan Aktivitas Terhadap
Profitabilitas Pada Sub Sektor Keramik, Porselen & Kaca yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
14
Berdasarkan latar belakang penelitian, jumlah laba atau keuntungan yang
dialami oleh perusahaan sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di
BEI dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan, keadaan ini tentunya
akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh
profitabilitas. Oleh karena itu peneliti melihat faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan naik turunnya profitabilitas.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:63), “ROA (Return on Assets) adalah
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan”. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola
seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. ROA dapat dijadikan sebagai
indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang
optimal dilihat dari posisi aktivanya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.
Menurut Kasmir (2010:112), “DAR (Debt to Assets Ratio) adalah rasio
utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva”. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Semakin meningkatnya Debt to Assets Ratio
berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan karena sebagian
15
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
perusahaan dapat dikelola dengan baik maka profitabilitas dapat meningkat,
sehingga perusahaan akan memperoleh laba yang optimal.
Menurut Agus Sartono (2008:120), “Perputaran Total Aktiva menunjukkan
bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk
menciptakan penjualan dan mendapatkan laba”. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan.
Dengan kata lain, jumlah assets yang sama dapat memperbesar volume penjualan
apabila perputaran total aktivanya ditingkatkan atau diperbesar. Rasio perputaran
total aktiva yang tinggi menunjukkan tingginya volume bisnis dalam
menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan.
Para investor perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan
itu profitable atau tidak.
Dari identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi ruang lingkupnya
dengan berfokus pada pengaruh struktur modal dan aktivitas terhadap
profitabilitas pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran struktur modal pada sub sektor keramik, porselen & kaca
16
2. Bagaimana gambaran aktivitas pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang
terdaftar di BEI?
3. Bagaimana gambaran profitabilitas pada sub sektor keramik, porselen & kaca
yang terdaftar di BEI?
4. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada sub sektor
keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI?
5. Bagaimana pengaruh aktivitas terhadap profitabilitas pada sub sektor keramik,
porselen & kaca yang terdaftar di BEI?
6. Bagaimana pengaruh struktur modal dan aktivitas terhadap profitabilitas pada
sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran struktur modal pada sub sektor keramik, porselen
& kaca yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui gambaran aktivitas pada sub sektor keramik, porselen &
kaca yang terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui gambaran profitabilitas pada sub sektor keramik, porselen &
kaca yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada sub
17
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
5. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas terhadap profitabilitas pada sub sektor
keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI.
6. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan aktivitas terhadap profitabilitas
pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI.
1.4 Kegunaan penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Kegunaan secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis
(kelimuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen, khususnya pada bidang
Manajemen Keuangan, yang menyangkut struktur modal, aktivitas, dan
profitabilitas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
akademisi dalam pengembangan teori analisis rasio keuangan.
2. Kegunaan secara praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan,
diantaranya :
a. Bagi penulis
Sebagai bahan masukan guna menambah wawasan dalam penelitian,
khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta sebagai bahan
referensi untuk kegiatan penelitian lain yang relevan.
18
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor dalam
berinvestasi.
c. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perusahaan baik pihak manajemen maupun pihak keuangan dalam
48
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari struktur modal, aktivitas,
dan profitabilitas. Struktur modal berkaitan dengan bagaimana distribusi aktiva
perusahaan terhadap total kewajiban perusahaan. Sedangkan aktivitas berkaitan
dengan tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Kemudian
profitabilitas berhubungan dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh struktur modal dan
aktivitas terhadap profitabilitas sub sektor keramik, porselen & kaca yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data
sekunder, dengan mengambil data berupa laporan keuangan
perusahaan-perusahaan sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode
2001-2012.
3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2011:2)
49
tujuan dan kegunaan tertentu”. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.
Menurut Sugiyono (2011:29) mendefinisikan bahwa: ‟Metode deskriptif
adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas”.
Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui
sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara
mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data
yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data
tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang
telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Dengan metode deskriptif dapat mengetahui keadaan masing-masing
variabel secara lepas. Dalam penelitian ini dapat diperoleh deskripsi mengenai
keadaan struktur modal, aktivitas, dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan
sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode 2001-2012.
Sedangkan metode verifikatif menurut Sugiyono (2011:8) adalah:
Metode verifikatif dapat diartikan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.
Metode verifikatif menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan melalui
50
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data
lapangan, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur
modal dan aktivitas terhadap profitabilitas sub sektor keramik, porselen & kaca
yang terdaftar di BEI pada periode 2001-2012.
3.2.2 Desain Penelitian
“Desain Penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti,
sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan” (Suharsimi Arikunto,
2010:90). Desain penelitian digunakan untuk mengarahkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dimana desain penelitian ini harus mendukung dan
mengikuti metode penelitian yang ditetapkan. Desain penelitian membantu
peneliti mendapatkan dan menemukan penjelasan dan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian serta membantu dalam memudahkan pelaksanaan
penelitian.
Menurut Malhotra (2005:29) desain riset dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Riset eksplanatori
Riset eksplanatori adalah desain riset yang digunakan untuk mengetahui
permasalahan dasar.
2. Riset deskriptif
Riset deskriptif adalah desain riset yang digunakan untuk menggambarkan
51
3. Riset kausal
Riset kausal yaitu desain riset yang digunakan untuk menguji hubungan sebab
akibat.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain riset
kausal, dimana berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel
penelitian, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain.
Desain penelitian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara struktur modal dan aktivitas terhadap profitabilitas sub sektor keramik,
porselen & kaca yang terdaftar di BEI untuk periode 2001-2012.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian
ini adalah struktur modal ( ) yang diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR)
dan aktivitas ( yang ditunjukkan oleh Perputaran Total Aktiva, sedangkan
variabel dependennya adalah profitabilitas (Y) yang diukur dengan Return on
52
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator Alat Ukur Skala
53
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
54
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
“Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh” (Suharsimi Arikunto, 2010:172). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari
sumber (perusahaan). Selain itu digunakan pula data time series atau disebut juga
data deret waktu. Menurut Husein Umar (2003:61) “Data time series merupakan
sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa
interval waktu tertentu”. Data time series yang digunakan berupa laporan
keuangan perusahaan sub sektor keramik, porselen & kaca yang telah diaudit oleh
auditor dan terdaftar di BEI tahun 2001 sampai dengan tahun 2012.
Data penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), www.idx.co.id, www.amfg.co.id, www.arwanacitra.com,
www.essenza.com, www.kiaceramics.com, www.muliaindustrindo.com, dan
www.toto.co.id.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data dalam penelitian ini, yaitu data sekunder maka
metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi atau
disebut juga metode arsip. Penelusuran data sekunder dilakukan melalui:
1. Teknik Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku pustaka,
referensi, koran dan sebagainya agar diperoleh pengetahuan tentang yang
55
2. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder yang dipublikasikan oleh pemerintah yaitu Bursa
Efek Indonesia, berupa laporan keuangan tahun 2001-2012 dari pojok bursa
serta situs resmi BEI di www.idx.co.id. Alasan digunakan metode ini adalah
data yang diperoleh sudah terjadi dan sudah dalam bentuk dokumen.
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Setiap penelitian tentunya akan dihadapkan dengan populasi karena dari
sanalah data yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian akan diperoleh.
Dengan kata lain populasi merupakan sumber data.
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:80).
Berdasarkan pengertian diatas, populasi yang akan menjadi pengamatan
dalam penelitian ini adalah sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI,
yaitu sub sektor semen, sub sektor pakan ternak, sub sektor keramik, porselen &
kaca, sub sektor logam dan sejenisnya, sub sektor kimia, sub sektor plastik dan
kemasan, sub sektor kayu dan pengolahannya, serta sub sektor pulp dan kertas.
56
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Menurut Sugiyono (2011:81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(2010:174), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan-perusahaan
sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode 2001-2012,
yaitu PT Asahimas Flat Glass Tbk, PT Arwana Citramulia Tbk, PT Intikeramik
Alamasri Industri Tbk, PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk, PT Mulia
Industrindo Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk.
Sampel yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan
sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI periode tahun
2001-2012. Penggunaan sampel dari tahun 2001-2012 disebabkan kecukupan data yang
memadai untuk melakukan perhitungan mengenai struktur modal, aktivitas, dan
profitabilitas sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdatar di BEI.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.6.1 Rancangan Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah
57
pendekatan penelitian. Dari hasil tersebut nantinya dapat dilihat apakah ada
hubungan antara struktur modal ) dan aktivitas ( ) terhadap profitabilitas (Y).
3.6.2 Analisis Deskriptif
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, yaitu
statistik yang digunakan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:147). Analisis statistik
deskriptif dilakukan dengan menggunakan tendensi sentral berupa rata-rata hitung
(mean), nilai terbesar atau terkecil maupun ukuran disperse berupa standar deviasi
yang disajikan dalam bentuk tabel. Dalam pelaksanaannya, analisis statistik
deskriptif menggunakan program SPSS. Adapun pengukuran dari masing-masing
variabel akan dijelaskan dibawah ini:
a. Struktur modal, dihitung dengan membandingkan total hutang terhadap total
aktiva, dengan formula:
b. Aktivitas, dihitung dengan membandingkan penjualan terhadap total aktiva,
dengan formula:
c. Profitabilitas, dihitung dengan membandingkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri, dengan formula: Total Utang Total Aktiva DAR =
58
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
3.6.3 Analisis Statistik
3.6.3.1 Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier sederhana dikatakan sebagai model yang baik jika
model tersebut telah memenuhi beberapa asumsi yang disebut asumsi klasik. Pada
penelitian ini akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap
model regresi yang telah diolah yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Menurut Purbayu (2005:231), “Pengujian normalitas adalah pengujian
tentang kenormalan distribusi data”. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data
dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
59
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji adanya kesalahan
pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi
sehingga model yang digunakan tidak layak dipakai. Autokorelasi muncul karena
observasi yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Keadaan
tersebut mengakibatkan pengaruh terhadap variabel dependen tidak hanya karena
variabel independen namun juga variabel dependen periode lalu. Autokorelasi
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Inersia, dimana adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel
bebasnya secara terus menerus sehingga mempengaruhi nilai variabel
bebasnya.
b. Terjadinya penyimpangan spesifikasi akibat adanya variabel-variabel
independen lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model.
c. Bentuk fungsi yang salah
d. Adanya tenggang waktu
Dalam uji autokorelasi ini digunakan statistik Durbin Watson (DW)
dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika nilai DW dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif.
b. Jika nilai DW diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Jika nilai DW diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif.
60
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua
variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama
variabel independen maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel
independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang
mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Apabila terdapat
multikolinieritas yang tinggi, maka akan menyebabkan kesulitan untuk
membedakan dan memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Salah satu cara untuk melihat hubungan tersebut adalah
dengan melihat matriks koefisien kovarian dari hasil pengolahan data. Semakin
besar koefisien kovarian, semakin tinggi multikolinieritas maka semakin erat
hubungan antar kedua variabel bebas tersebut.
4. Uji Heteroskedastitas
Uji heteroskedastitas digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
indikasi varians antara residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran
yang diperoleh tidak lagi efisien. Heteroskedastitas terjadi apabila ada koefisien
korelasi dari masing-masing variabel bebas yang signifikan pada tingkat
signifikansi 5%. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
61
model regresi yang baik didapatkan apabila diagram pencar residualnya tidak
membentuk pola tertentu dan apabila datanya berpencar disekitar nol (pada sumbu
Y). Selain itu tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya.
3.6.3.2Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor
fundamental, yaitu struktur modal dan aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan
dengan menggunakan regresi linear. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependennya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:338), “Regresi ganda adalah
suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas
untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat”. Analisis korelasi dan
regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu variabel
dependen dengan dua atau lebih variabel independen.
Rumus untuk persamaan regresi berganda ini adalah:
Y = a + +
(Suharsimi Arikunto, 2010:339)
Keterangan :
Y = Profitabilitas = Struktur modal
a = Bilangan konstanta = Aktivitas
62
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
3.6.3.3Koefisien Korelasi Product Moment
Analisis korelasi product moment bertujuan mencari hubungan antara
kedua variabel yang diteliti. Hubungan dua variabel terdiri dari dua macam yaitu
hubungan yang positif dan hubungan yang negatif. Jika koefisien bernilai negatif
(-) berarti hubungan menunjukan arah yang berbalik atau berlawanan, tetapi jika
bernilai positif (+) berarti hubungan menunjukan arah yang sama. Ukuran yang
dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen disebut koefisien korelasi (r). Rumus koefisien
korelasi tersebut adalah sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Sugiyono (2011:228)
Keterangan :
r = derajat hubungan
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = lamanya periode (tahun)
Nilai yang didapat dari perhitungan r dibandingkan dengan kriteria
63
Tabel 3.2
Nilai Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:184)
3.6.3.4Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari struktur modal ( ) dan
aktivitas ( ) terhadap profitabilitas (Y), dilakukan perhitungan statistik dengan
menggunakan koefisien determinasi (KD).
KD = x 100%
Keterangan:
KD = Nilai koefisien determinasi
r = Nilai koefisien korelasi
64
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui jawaban dari penelitian
yang dilakukan. Hipotesis nol ( ) berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan, sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukan adanya pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terikat.
Pengujian hipotesis penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independen (struktur modal) dan (aktivitas)
terhadap variabel dependen Y (profitabilitas).
3.6.4.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini uji t
dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal yang diukur
dengan Debt to Assets Ratio (DAR) dan aktivitas yang diukur dengan perputaran
total aktiva terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets (ROA).
Uji statistik t dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Rumus dapat dilihat dalam persamaan berikut:
= √
√
(Sugiyono, 2011:230)
(dengan dk = n-2 dan taraf kesalahan 0,05)
Keterangan:
65
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya data
Statistik hipotesis yang akan diuji dalam pengambilan keputusan
penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut :
Hipotesis 1 :
: Tidak terdapat pengaruh antara struktur modal terhadap profitabilitas.
: Terdapat pengaruh antara struktur modal terhadap profitabilitas.
Hipotesis 2 :
: Tidak terdapat pengaruh antara aktivitas terhadap profitabilitas.
: Terdapat pengaruh antara aktivitas terhadap profitabilitas.
Keputusan pengujian t hitung adalah sebagai berikut:
1. Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, maka ditolak dan
diterima
2. Jika t hitung < t tabel, maka diterima dan ditolak
3.6.4.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji F, yaitu untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variavel dependen.
66
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
nilai yang terdapat dalam table analysis of variance SPSS. Hipotesis ini
dirumuskan sebagai berikut:
: struktur modal dan aktivitas secara bersama-sama (simultan) tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas.
: struktur modal dan aktivitas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Jika lebih besar dari maka keputusannya menolak hipotesis
nol ( ) dan menerima hipotesis alternatif ( ). Arti secara statistik data yang
digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen ( dan )
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Atau uji F dengan probabilitas value
dapat dilihat dari besar probabilitas value dibandingkan dengan 5%. akan
121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran struktur modal yang diukur dengan rasio Debt to Assets Ratio
(DAR) pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2001-2012 menunjukkan bahwa DAR cenderung
mengalami penurunan. Walaupun demikian, kinerja perusahaan-perusahaan
pada sub sektor keramik, porselen & kaca dalam kondisi kurang baik, karena
masih adanya penggunaan utang yang besar sehingga menimbulkan beban
bunga yang tinggi yang ditanggung oleh perusahaan.
2. Gambaran aktivitas yang diukur dengan rasio perputaran total aktiva pada sub
sektor keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI pada tahun 2001-2012
menunjukkan perputaran total aktiva cenderung mengalami peningkatan.
Namun, perusahaan-perusahaan pada sub sektor keramik, porselen & kaca
belum mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika dibandingkan
dengan investasi dalam total aktivanya.
3. Gambaran profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Assets (ROA)
122
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
2001-2012 menunjukkan ROA mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
beberapa tahun terdapat ROA yang bernilai negatif, hal tersebut menunjukkan
bahwa dari total aktiva yang dipergunakan perusahaan tidak mengasilkan laba
namun telah mengalami kerugian.
4. Struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas. Nilai korelasi antara
struktur modal yang diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR) dengan
profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets (ROA) menunjukkan
hubungan antara DAR dengan ROA tergolong sedang dan merupakan
hubungan yang negatif atau tidak searah.
5. Aktivitas berpengaruh terhadap profitabilitas. Nilai korelasi antara aktivitas
yang diukur dengan perputaran total aktiva dengan profitabilitas yang diukur
dengan Return on Assets (ROA) menunjukkan hubungan antara perputaran
total aktiva dan ROA tergolong kuat dan merupakan hubungan yang positif
atau searah.
6. Struktur modal dan aktivitas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap profitabilitas. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,453, yang menunjukkan besarnya pengaruh struktur
modal (DAR) dan aktivitas (perputaran total aktiva) terhadap profitabilitas
(ROA) adalah sebesar 45,3%, sedangkan sisanya sebesar 54,7% dipengaruhi
123
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian pembahasan dan kesimpulan, maka penulis
merekomendasikan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan agar pihak perusahaan-perusahaan pada sub sektor
keramik, porselen & kaca yang terdaftar di BEI khususnya untuk dapat
menurunkan rasio Debt to Assets Ratio (DAR), yaitu dengan mengurangi
penggunaan utang yang lebih besar agar tidak menimbulkan beban bunga yang
besar pula, sehingga resiko yang ditanggung oleh perusahaan dapat
diminimalisir. Jika perusahaan telah mengurangi utang-utangnya, maka aset
yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan laba dan
tidak hanya untuk membayar utang perusahaan.
2. Perusahaan-perusahaan pada sub sektor keramik, porselen & kaca yang
terdaftar di BEI juga sebaiknya dapat meningkatkan rasio perputaran total
aktivanya, yaitu dengan meningkatkan lagi penjualannya dan juga mengurangi
sebagian aktiva yang kurang produktif. Oleh karena itu, perlu adanya
pengelolaan penggunaan aktiva yang efektif dan efisien agar tidak mengurangi
manfaat yang seharusnya diperoleh.
3. Sebaiknya perusahaan-perusahaan pada sub sektor keramik, porselen & kaca
yang terdaftar di BEI dapat meningkatkan lagi rasio Return on Assets (ROA),
124
Rina Rosiana Sulaiman, 2013
dan meningkatkan laba. Sehingga apabila perusahaan dapat meningkatkan atau
mempertahankan profitabilitasnya dengan baik maka tidak menutup
kemungkinan kinerja perusahaan akan terus bergerak kearah yang lebih baik di
tahun-tahun berikutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
yang dapat mempengaruhi profitabilitas, seperti Debt to Equity Ratio (DER),
perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran
kas, rasio harga saham, serta rasio nilai pasar sehingga dapat dijadikan acuan
125
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brigham & Houston. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (Edisi
11). Jakarta: Salemba Empat.
Budi Santoso, Purbayu. (2005). Analisis Statistik dengan MS. Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Kinerja Keuangan: Panduan bagi Akademisi,
Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Malhotra. (2005). Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mardiyanto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Riyanto, Bambang. (2008). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Sartono, Agus. (2008). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Edisi 4). Yogyakarta: BPFE.
S. Munawir. (2004). Analisis Laporan Keuangan (Edisi keempat). Yogyakarta: Liberty.