• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Mengenai Pola Adult Attachment Sebelum dan Setelah Menikah pada Istri Perwira di Dinas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Mengenai Pola Adult Attachment Sebelum dan Setelah Menikah pada Istri Perwira di Dinas "X" Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan Pola Adult Attachment sebelum dan

setelah menikah pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode perbandingan dengan teknik survei. Pemilihan sampel menggunakan teknik accidental sampling, dengan sampel berjumlah 35 orang yang berusia 21-40 tahun dan sudah menikah minimal 2 tahun.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari Experiences in Close Relationships Revised (ECR-R) Inventory – Adult Attachment Questionnaire yang dikembangkan oleh Fraley, Waller, dan Brennan (2000). Berdasarkan uji validitas diperoleh 30 item valid untuk alat ukur ECR-R sebelum menikah dengan validitas item berkisar antara 0,313-0,796 dan 32 item valid untuk alat ukur ECR-R setelah menikah dengan validitas item berkisar antara 0,329-0,800. Reliabilitas alat ukur sebesar 0,793 untuk kuesioner dimensi avoidance sebelum menikah, 0,810 untuk kuesioner dimensi anxiety sebelum menikah, 0,889 untuk kuesioner dimensi avoidance setelah menikah, dan 0,855 untuk kuesioner dimensi anxiety setelah menikah. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji McNemar dengan program SPSS 20.0.

Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai signifikansi = 0,625 dengan p > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola adult attachment sebelum

dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment dengan pola adult attachment yaitu faktor perubahan dalam skema relasional, kepribadian, dan kombinasi kepribadian dengan situasi.

Peneliti menyarankan untuk meneliti keterkaitan pola adult attachment dengan faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment khususnya dengan faktor perubahan dalam skema relasional, kepribadian, dan kombinasi kepribadian dengan situasi.

Disarankan pula agar istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung menggunakan informasi yang didapat dari penelitian ini mengenai pola adult attachment yang dimilikinya untuk memertahankan atau mengembangkan pola adult attachment tersebut ke arah secure.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The research was conducted to see the difference between Adult Attachment Style on army officer’s wife before andafter marriage in Dinas ‘X’ Bandung. The method used in this research is comparative method with survey techniques. Sampling using accidental sampling technique, a sample of 35 people between 21-40 years old and has been married at least 2 years.

Measuring tool used is modification of Experiences in Close Relationships Revised (ECR-R) Inventory – Adult Attachment Questionnaire from Fraley, Waller, and Brennan (2000). After validity testing obtained 30 valid items for the ECR-R before marriage with validity items ranged from 0,313-0,796 and 32 valid items for the ECR-R after marriage with validity items ranged from 0,329-0,800. The reliability is 0,793 for avoidance dimension before marriage questionnaire, 0,810 for anxiety dimension before marriage questionairre, 0,889 for avoidance dimension after marriage questionairre, and 0,855 for anxiety dimension after marriage questionairre. The data taken was processed in SPSS 20.0 with McNemar test.

Based on data processing, the significant value = 0,625 with p > 0.05 which means there are no differences between adult attachment style on army officer’s wife before and

after marriage in Dinas ‘X’ Bandung. There’re linkages between factors that influence adult attachment style with attachment style which is factor changes in relational schema, personality, and combination of personality and situation.

Researcher proposes suggestion for further research to see the linkage between factors affecting adult attachment style with attachment style especially the factor changes in relational schema, personality, and combination of personality and situation. Researcher also suggests that army officer’s wife use the information about their attachment style for maintain or develop the secure attachment style.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

LEMBAR PENGESAHAN ……… ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ………. iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ………. iv

ABSTRAK ………...... v

ABSTRACT ……….. vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Maksud Penelitian ... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 9

1.5. Kerangka Pemikiran ... 10

1.6. Asumsi ... 18

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Attachment ... 20

2.1.1. Definisi Attachment ... 20

2.1.2. Attachment pada Masa Anak-Anak ... 21

2.1.2.1. Proses Attachment ... 21

2.1.2.2. Attachment Style pada Anak-Anak ... 25

2.1.3. Adult Attachment ... 27

2.1.3.1. Dimensi Attachment ... 27

2.1.3.2. Pola Adult Attachment ... 27

2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Attachment ………. 29

2.1.5. Stabilitas Attachment ……… 32

2.2. Tahap Perkembangan Dewasa Awal ……… 34

2.2.1. Karakteristik Masa Dewasa Awal ………... 34

2.2.2. Perkembangan Sosioemosional pada Dewasa Awal ………... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 38

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 39

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

3.3.1. Variabel Penelitian ... 39

3.3.2. Definisi Operasional ... 39

3.4. Alat Ukur ... 40

3.4.1. Alat Ukur Adult Attachment ... 40

3.4.1.1. Prosedur Pengisian ……… 42

3.4.1.2. Sistem Penilaian ……… 42

(5)

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44

3.4.3.1. Validitas Alat Ukur ... 44

3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 44

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.1. Populasi Sasaran ... 45

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 45

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.6. Teknik Analisis Data ... 46

3.7. Hipotesis Statistik ………. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian ………... 47

4.1.1. Berdasarkan Usia ………... 47

4.1.2. Berdasarkan Agama ……… 48

4.1.3. Berdasarkan Suku Bangsa ………... 48

4.1.4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………... 49

4.1.5. Berdasarkan Pekerjaan ……… 49

4.2. Hasil Penelitian ………... 50

4.2.1. Gambaran Pola Adult Attachment ………... 50

4.2.2. Gambaran Perbedaan Pola Adult Attachment Istri Perwira Sebelum dan Setelah Menikah ……… 51

4.2.3. Perbandingan Pola Adult Attachment Sebelum dan Setelah Menikah ……… 51 4.2.4. Tabulasi Silang Antara Pola Adult Attachment Setelah Menikah

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

dengan Kepribadian Big Five Personality Suami ………. 53

4.2.6. Tabulasi Silang antara Pola Adult Attachment Setelah Menikah dengan Kepribadian Big Five Personality Diri ……… 54

4.3. Pembahasan ……….. 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ………... 61

5.2. Saran ………. 62

5.2.1. Saran Teoritis ……….. 62

5.2.2. Saran Praktis ………... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR RUJUKAN ... 66

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi item tiap dimensi Adult Attachment kuesioner sebelum

menikah ……….. 41

Tabel 3.2. Distribusi item tiap dimensi Adult Attachment kuesioner setelah menikah ……….. 41

Tabel 3.3. Bobot Penilaian ………... 42

Tabel 3.4. Kategori Skor Dimensi Adult Attachment ………... 43

Tabel 3.5. Kriteria Validitas ……… 44

Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas ……… 44

Tabel 4.1. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ……… 47

Tabel 4.2. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Agama ………... 48

Tabel 4.3. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa ………... 48

Tabel 4.4. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49

Tabel 4.5. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ………... 49

Tabel 4.6. Gambaran Pola Adult Attachment Sebelum Menikah ……… 50

Tabel 4.7. Gambaran Pola Adult Attachment Setelah Menikah ………... 50

Tabel 4.8. Gambaran Perbedaan Pola Adult Attachment Sebelum dan Setelah Menikah ………... 51

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik McNemar ………... 51

Tabel 4.10. Pola Adult Attachment Setelah Menikah dan Ikatan Emosional Lebih Nyaman ………... 52

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya menjadi suatu ciri bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu manusia diciptakan berbeda-beda agar dapat menolong dan melengkapi manusia lainnya. Dengan adanya interaksi terus menerus maka memungkinkan adanya perasaan khusus yang berkembang terhadap orang lain mulai dari persahabatan sehingga lama-kelamaaan menjadi hubungan romantis atau yang disebut dengan berpacaran.

Menurut Erikson (1968), individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada tiap tahapannya termasuk saat berada di tahap dewasa. Tugas perkembangan individu dewasa adalah membentuk hubungan interpersonal yang intim dengan orang lain. Jika individu dapat membentuk pertemanan yang sehat dan hubungan interpersonal yang intim dengan orang lain maka individu akan mencapai keintiman. Sebaliknya bila individu tidak mampu membentuk pertemanan yang sehat dan hubungan interpersonal yang intim maka individu akan merasa terisolasi.

(11)

2

lagi yaitu pernikahan. Pernikahan dilakukan oleh individu yang sudah memiliki komitmen untuk membentuk keluarga dengan orang yang dicintainya (Bird & Melville, 1994).

Wanita yang sudah memiliki komitmen untuk membentuk keluarga dengan perwira disebut dengan istri perwira. Kehidupan para istri ini tentu agak berbeda dengan istri dari masyarakat non-militer. Sebelum menikah calon istri perwira TNI-AD harus melewati beberapa tes mulai dari tes kesehatan, psikologis, sampai pengetahuan bela negara. Setelah menikah istri perwira TNI-AD wajib tergabung dalam Persatuan Istri Tentara Kartika Chandra Kirana (PERSIT) yang setiap bulannya harus menghadiri pertemuan PERSIT di kantor suaminya.

Keluarga militer juga dihadapkan dengan masalah-masalah umum yang sama seperti keluarga non-militer misalnya masalah keuangan, perawatan anak dan orangtua, spiritualitas dan agama, serta hubungan dengan keluarga besar. Namun keluarga militer khususnya istri perwira memiliki keunikan karena harus menghadapi tantangan untuk beradaptasi terhadap penugasan pasangan dan perpisahan keluarga. Selain mengurus rumah tangga ataupun bekerja, istri perwira harus berhadapan dengan konsekuensi berpindah-pindah tempat mengikuti penugasan suami dan juga perpisahan dengan suami saat suami dinas ke luar kota atau luar negeri.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha tetangga, atau teman. Pengalaman pindah dapat berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga militer, walaupun efeknya mungkin pendek atau panjang.

Perpisahan saat suami dinas ke luar kota atau luar negeri adalah bagian dari kehidupan militer dan juga dialami oleh kebanyakan personel militer dan keluarganya. Waktu dinas suami bisa beberapa hari, minggu, bulan atau bisa juga lebih dari satu tahun. Ketika menghadapi situasi perpisahan, istri juga akan mengalami stres dari berbagai hal. Saat berpisah dengan suami, istri akan kehilangan pasangan untuk membantu masalah-masalah rumah tangga yang biasanya dihadapi berdua dan istri juga akan kehilangan hubungan romantis dan keintiman seksual dengan pasangan. Hal tersebut mungkin memengaruhi kualitas ikatan istri perwira dengan pasangannya.

(13)

4

Ikatan emosional yang kuat dengan orang lain disebut dengan istilah attachment. Istilah attachment pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Bowlby (1969/1982) mengemukakan bahwa attachment adalah ikatan emosional yang dialami oleh anak ketika berinteraksi dengan figur tertentu, dimana anak menginginkan kedekatan dengan figur tersebut dalam situasi-situasi tertentu seperti ketika ketakutan dan kelelahan (Mikulincer & Shaver, 2007). Bowlby dan Ainsworth (1969/1982) percaya bahwa figur inilah yang akan membentuk kepribadian dan karakter anak. Figur utama biasanya adalah ibu dan ikatan kuat antara ibu dan anak terbentuk beberapa menit setelah ibu melahirkan.

Menurut Hazan dan Shaver (1987) adult attachment merupakan pencerminan dari attachment pada masa kanak-kanaknya. Hazan dan Shaver (1988) membagi pola attachment

pada individu menjadi dua yaitu secure dan insecure. Pola insecure sebenarnya dibagi menjadi tipe avoidant dan anxious namun karena secara umum menunjukkan reaksi yang sama saat mengaktivasikan sistem attachment maka dijadikan satu pola. Individu yang secure mudah untuk dekat dengan pasangan dan nyaman untuk bergantung pada pasangan. Individu yang insecure merasa tidak nyaman dekat dengan pasangan, mengalami kesulitan untuk memercayai pasangan, sulit untuk bergantung pada pasangan, serta khawatir bila pasangannya tidak mencintai atau tidak mau bersama dirinya.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Pola secure dibutuhkan pada pernikahan karena dengan pola tersebut individu mudah untuk dekat dengan pasangannya dan merasa nyaman untuk bergantung pada pasangannya. Saat berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan individu dapat melakukan penyelesaian masalah, perencanaan, dan penilaian kognitif. Ketika istri perwira harus berpisah dengan suaminya karena suami dinas ke luar kota, istri perwira mampu menjalankan peran ganda baik sebagai ibu maupun bapak dalam keluarga, mampu mengurus rumah tangga, tetap dapat menjalin komunikasi dengan suami, dan percaya dengan suami walaupun suami tidak berada di dekatnya.

Attachment sebelum menikah merupakan kapasitas istri perwira untuk membuat

ikatan emosional dengan orangtuanya terutama ibu. Attachment setelah menikah merupakan kapasitas istri perwira untuk membuat ikatan emosional dengan pasangannya.

Penelitian mengenai stabilitas dan konsistensi pola attachment yang dilakukan oleh Main dan Cassidy (1985), Waters, Crowell, Treboux, Merrick dan Albersheim (1995) menunjukkan bahwa terdapat kontinuitas pola attachment dari masa anak hingga masa dewasa. Menurut Bowlby (1973) dan Ainsworth (1991), faktor kognitif dan interpersonal dapat menyebabkan kontinuitas dan diskontinuitas pola attachment pada seseorang. Pola attachment merupakan fungsi dari pengalaman-pengalaman hidup, khususnya pengalaman

aktual seseorang selama masa kecilnya. Pola attachment sudah terbentuk semenjak individu kecil, namun pola tersebut bisa berubah setelah menikah. Apabila pola attachment sebelum menikah tergolong secure, pola tersebut bisa berubah menjadi insecure setelah menikah. Begitu juga sebaliknya apabila pola attachment sebelum menikah tergolong insecure, pola bisa berubah menjadi secure setelah individu menikah.

(15)

6

kehilangan figur signifikan. Perubahan pola secure menjadi insecure dapat terjadi melalui pengalaman penolakan misalnya suami menolak saat istri ingin berdiskusi dengan suami mengenai masalah rumah tangga. Istri merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi dengan suami karena penolakan tersebut. Kritik dan ejekan misalnya suami memberikan kritik negatif pada istri tidak disertai dengan solusi yang membangun sehingga istri tidak nyaman untuk menjalin relasi dengan suami. Perpisahan atau kehilangan figur signifikan misalnya ketika menikah istri perwira harus berpisah dengan ibu sebagai figur signifikannya karena tinggal dengan suami sehingga istri merasa terpukul karena kehilangan tersebut dan juga mungkin memiliki suami sebagai figur signifikan baru yang berbeda dari ibu sehingga pola attachment-nya mengarah ke insecure.

Individu dengan pola insecure bisa berubah menjadi secure dengan formasi dari attachment yang secure dan stabil dengan pasangan, interaksi interpersonal yang positif,

pernikahan yang baik, menjadi orangtua, dan bertemu dengan pasangan yang sensitif dan suportif. Pola attachment yang sebelumnya insecure bisa menjadi secure melalui formasi dari attachment yang secure dan stabil dengan pasangan misalnya istri bertemu dengan suami

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Bowlby (1973) menyatakan bahwa pola attachment individu dewasa dapat tetap stabil selama periode waktu yang cukup lama. Namun Baldwin dan Fehr (1995) menyatakan bahwa kurang lebih 30% dari pengalaman individu dewasa secara statistik mengubah pola attachment secara signifikan. Menurut Davila, Karney, dan Bradbury (1999) yang melakukan

studi longitudinal pada pasangan yang baru menikah ditemukan bahwa individu menjadi lebih secure selama masa peralihan ke menikah.

Berdasarkan survei awal terhadap sepuluh istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung mengenai refleksi hubungan dengan orangtua saat masih kecil, diperoleh hasil bahwa sebelum pernikahan delapan orang (80 %) istri perwira merasa dekat dengan orangtua. Istri perwira menganggap orangtua selayaknya teman. Istri perwira bercerita mengenai apapun dengan orangtua. Satu orang (10 %) istri perwira merasa ada jarak dengan orangtua dan segan untuk dekat dengan orangtua. Istri perwira merasa takut untuk bercerita pada orangtua. Istri perwira juga merasa malu untuk bercerita pada orangtua mengenai masalah-masalah yang dihadapinya saat masih kecil. Satu orang (10 %) istri perwira merasa kesulitan untuk dekat dengan orangtua karena orangtua sangat disiplin dan juga galak. Dari hasil survei awal di atas ditemukan bahwa sebagian besar istri perwira kemungkinan memiliki pola adult attachment sebelum menikah yang tergolong secure.

(17)

8

Berdasarkan survei awal terhadap sepuluh istri perwira, dari sembilan orang (90 %) istri perwira yang merasa dekat dengan suaminya diperoleh hasil bahwa delapan orang istri perwira mampu menjalankan peran ayah dan ibu dalam keluarga saat suami dinas. Istri perwira merasa kehilangan ketika ditinggal suami dinas namun dibantu orang lain (keluarga) dalam menjalankan tugasnya misalnya tinggal di rumah orangtua selama suami dinas. Satu orang istri perwira merasa sangat kehilangan ketika ditinggal suami dinas. Istri perwira merasa kesepian dan tidak ada teman untuk bercerita. Istri perwira juga merasa takut untuk mengurus anak sendirian selama suami tidak ada. Satu orang (10 %) istri perwira merasa kesulitan saat tidak ada suami sehingga memutuskan untuk tinggal dengan orangtua agar mendapatkan bantuan saat ada kesulitan. Dari hasil survei awal di atas ditemukan bahwa sebagian besar istri perwira memiliki pola adult attachment setelah menikah yang tergolong secure.

Dari penelitian Davila, Karney, dan Bradbury serta Baldwin dan Fehr ditemukan bahwa individu mengalami perubahan pola attachment selama pernikahan namun dari survei awal kepada istri perwira di Dinas ‘X’ ditemukan bahwa pola adult attachment sebelum

menikah dan setelah menikah tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kesenjangan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbandingan pola adult attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh data dan gambaran mengenai pola adult attachment dan ada atau tidak adanya perubahan pola adult attachment sebelum dan

setelah menikah pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh pemahaman yang lebih rinci dan mendalam mengenai perbandingan pola adult attachment, serta faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola adult attachment istri perwira sebelum dan setelah menikah ke dalam bidang ilmu psikologi

perkembangan.

- Sebagai masukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai pola adult attachment.

1.4.2. Kegunaan Praktis

(19)

10

Dinas ‘X’ berupa pelatihan dan seminar mengenai harmonisasi suami dan istri yang akan mengarah ke pola adult attachment secure.

- Memberikan informasi kepada istri perwira mengenai gambaran pola adult attachment yang dimilikinya. Dengan informasi tersebut diharapkan istri perwira dapat memertahankan pola adult attachment secure yang dimilikinya atau mengembangkan pola adult attachment insecure ke arah yang lebih secure.

- Sebagai orangtua dan istri, istri perwira diharapkan menciptakan suasana attachment yang secure di rumah.

1.5. Kerangka Pemikiran

Istri perwira yang berada dalam masa early adulthood (dewasa awal), berusia akhir belasan atau awal usia 20-an sampai akhir usia 30-an. Menurut Erikson (1968) dalam tahap usia dewasa awal, istri perwira memiliki tugas perkembangan membentuk intimate relationship dengan orang lain. Jika istri perwira mampu membentuk healthy friendship atau

intimate relationship dengan orang lain maka istri perwira akan mencapai intimacy, bila tidak

istri perwira akan mengalami isolation. Dalam tahap perkembangan ini, tugas istri perwira adalah membentuk ikatan emosional dengan orang lain.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Pola attachment cukup stabil dari masa bayi sampai masa anak-anak namun tidak menutup kemungkinan untuk berubah.

Menurut Mikulincer dan Shaver (2007), attachment terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi avoidance dan anxiety attachment. Dimensi avoidance attachment merupakan ketidaknyamanan istri perwira dengan kedekatan dan ketergantungan pada orang lain serta kecenderungan istri perwira untuk menjaga jarak emosional dengan orang lain. Dimensi anxiety attachment merupakan keinginan kuat istri perwira akan kedekatan dan proteksi dari

orang lain serta khawatir mengenai keberadaan orang lain dan nilai diri bagi orang lain.

Adult attachment sebelum menikah merupakan kecenderungan istri perwira untuk

membentuk ikatan emosional yang kuat dengan ibu. Hazan dan Shaver (1988) mengelompokkan pola adult attachment menjadi dua yaitu pola secure dan insecure. Pola secure terbentuk jika kedua dimensi avoidance dan anxiety tergolong rendah. Istri perwira

dengan secure attachment merasa nyaman saat bersama dengan ibu, tidak sepenuhnya bergantung pada ibu, memandang ibu sebagai figur yang hangat dan penuh kasih sayang, menjalin hubungan yang menyenangkan dengan ibu, menunjukkan perasaan yang sesungguhnya pada ibu, bercerita semua hal pada ibu, berdiskusi mengenai permasalahan dengan ibu, nyaman membagi pemikiran pribadi dan perasaan dengan ibu, ibu merupakan sumber dukungan bagi dirinya, dan memiliki rasa percaya diri.

(21)

12

kasih sayang dan dukungan dari ibu, mengalami penolakan dari ibu, khawatir ibu tidak ingin bersama dengan dirinya, khawatir ibu tidak sungguh-sungguh mencintai dirinya, khawatir ibu tidak peduli, khawatir ibu akan meninggalkan dirinya, dan tidak ingin menjalin hubungan dekat dengan ibu. Istri perwira memiliki pandangan ibu kurang responsif akan kebutuhan dirinya, ibu bersikap tidak adil, menjalin hubungan sangat dekat dengan keluarga karena takut dalam mengambil keputusan, dan merasa cemas diabaikan.

Implikasi dari adult attachment security pada hubungan dengan pasangan seperti yang diusulkan Bowlby (1979) bahwa adanya hubungan kausal yang kuat antara pengalaman istri perwira dengan orangtuanya merupakan kapasitas untuk membuat ikatan emosional dengan orang lain. Pemikiran Bowlby tersebut dikembangkan oleh Hazan dan Shaver (1987) mengenai hubungan romantis pada istri perwira merupakan manifestasi dari perilaku yang sangat mirip dengan pola attachment.

Adult attachment setelah menikah merupakan kecenderungan istri perwira untuk

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Pola insecure pada istri perwira akan terbentuk jika salah satu dari kedua dimensi avoidance dan anxiety menunjukkan skor yang tinggi. Istri perwira dengan tipe insecure

merasa tidak nyaman dekat dengan suami, mengalami kesulitan untuk memercayai suami, dan sulit untuk bergantung pada suami. Istri perwira berusaha untuk memertahankan kepercayaan diri dan menjaga jarak emosional dari suami. Istri perwira juga cemas jika suami tidak ada saat dibutuhkan. Istri perwira khawatir suami tidak ingin bersama dengan dirinya, khawatir suami tidak sungguh-sungguh mencintai dirinya, khawatir suami tidak peduli, kurang nyaman terbuka dengan suami, khawatir mengenai hubungan dengan suami, kurang nyaman ketika suami ingin dekat, khawatir suami akan meninggalkan istri, dan marah ketika tidak mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari suami.

Ada kemungkinan pola attachment yang dibentuk istri perwira terhadap ibunya akan berbeda dengan ketika istri perwira menikah dan ada juga kemungkinan pola attachment yang dibentuk istri perwira terhadap ibunya akan sama dengan pola attachment istri perwira setelah menikah. Menurut Bowlby (1973), perkembangan pola attachment pada orang dewasa dibentuk oleh dua kekuatan yaitu homeothetic forces (Waddington, 1957) yang menahan perubahan pada pola attachment dari bayi sampai dewasa, membuat perubahan kurang terlihat dari working models awal. Jika istri perwira membentuk pola attachment secure dengan ibu, maka dia juga akan membentuk pola secure dengan suaminya. Begitu

juga sebaliknya, jika istri perwira membentuk pola attachment insecure dengan ibu, maka dia akan membentuk pola insecure dengan suaminya.

Kekuatan kedua adalah destabilizing forces yang mendukung perubahan dari working models awal dan memberikan pengalaman yang kuat sehingga membutuhkan revisi dan

(23)

14

pengalaman-pengalaman yang dilalui selama masa hidupnya sehingga dia membentuk pola insecure dengan suaminya. Begitu juga sebaliknya, jika istri perwira membentuk pola

attachment insecure dengan ibu, ada kemungkinan pola adult attachment terhadap suami

berubah menjadi secure.

Penelitian mengenai stabilitas dan konsistensi pola attachment yang dilakukan oleh Main dan Cassidy (1985), Waters, Crowell, Treboux, Merrick dan Albersheim (1995) menunjukkan bahwa terdapat kontinuitas pola attachment dari masa anak hingga masa dewasa. Menurut Hazan dan Shaver (1987) adult attachment merupakan pencerminan dari attachment pada masa kanak-kanaknya.

Bowlby (1973) menyatakan bahwa pola attachment dapat tetap stabil selama periode waktu yang cukup lama. Pola attachment seseorang relatif menetap, tidak berubah hingga dewasa, namun menurut Davila, Karney, dan Bradbury (1999) yang melakukan studi longitudinal pada pasangan yang baru menikah ditemukan bahwa individu menjadi lebih secure selama masa peralihan ke menikah. Davilla (1999) juga menemukan bahwa peralihan

ke menikah mengubah sebagian besar attachment pasangan suami istri yang baru menikah jika mereka menilai relasi marital mereka secara positif misalnya mereka memiliki kepuasan marital tinggi. Kejadian negatif dapat mengurangi rasa aman pada pasangan menikah jika istri perwira memandang kejadian tersebut sebagai kehilangan interpersonal. Proses pernikahan membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua tahun untuk berkembang secara penuh. Dalam penelitian ini diharapkan istri perwira sudah mampu beradaptasi dalam pernikahan setelah 2 tahun menikah.

Davila (1999) menemukan bahwa wanita dewasa yang mengalami perubahan pola attachment dari secure ke insecure atau sebaliknya selama 6 sampai 24 bulan pertama

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha sejarah psikopatologi, dan gangguan kepribadian daripada individu yang tetap secure selama periode studi dua tahun pernikahan. Ini menunjukkan bahwa fluktuasi pola attachment individu dewasa dari secure ke insecure atau sebaliknya merupakan refleksi dari rasa insecurity. Menurut Davila, Karney, dan Bradbury (1999) ada empat faktor yang dapat

mengubah pola attachment istri perwira setelah menikah yaitu situasi dan perubahan, perubahan dalam skema relasional, kepribadian, dan kombinasi kepribadian dengan situasi.

Faktor situasi dan perubahan dapat mengubah pola attachment istri perwira jika istri perwira mengalami situasi yang kurang menyenangkan atau mengalami perubahan dari situasi yang nyaman menjadi tidak nyaman secara terus-menerus seperti ditinggal suami dinas dalam jangka waktu tertentu. Situasi seperti itu dapat mengubah pola attachment yang telah tertanam di diri istri perwira sebelumnya. Misalnya sebelum menikah istri perwira memiliki pola adult attachment secure terhadap ibunya kemudian pola itu mungkin dapat berubah. Ketika ditinggal suami dinas, kuantitas pertemuan menjadi berkurang yang bisa menyebabkan ada jarak emosional dengan suami. Hal ini bisa menyebabkan pola adult attachment istri perwira mengarah ke insecure. Perubahan seperti ikut suami pindah tugas ke

kota atau negara lain juga dapat mengubah pola adult attachment yang dimiliki istri perwira. Istri perwira harus menghadapi situasi baru seperti rumah baru, tetangga baru, dan budaya baru yang mengharuskan istri perwira untuk menyesuaikan diri kembali. Istri perwira yang merasa kewalahan dan tidak mampu beradaptasi dengan baik kemungkinan pola adult attachment-nya akan mengarah ke insecure. Apabila istri perwira mampu beradaptasi dengan

baik saat menghadapi situasi tersebut maka kemungkinan pola adult attachment-nya akan tetap secure.

(25)

16

berubah, sebab istri perwira belum tentu mendapatkan figur signifikan yang sama seperti figur yang hilang. Pada umumnya, setelah menikah istri perwira akan tinggal berpisah dengan orangtuanya yang mengakibatkan figur signifikan ibu yang biasanya selalu ada setiap saat akan berkurang atau hilang dan suami sebagai figur signifikan yang baru belum tentu sama seperti ibu. Hal ini dapat membuat pola attachment istri perwira berubah bisa ke arah secure atau sebaliknya ke arah insecure. Walaupun ibu dan suami merupakan individu yang berbeda namun dengan kualitas kasih sayang yang sama yang diberikan oleh kedua figur signifikan tersebut kepada istri perwira dapat membuat pola adult attachment istri perwira tetap secure.

Faktor kepribadian dapat memengaruhi pola attachment istri perwira. Faktor kepribadian adalah suatu predisposisi bawaan yang melekat pada diri figur signifikan sehingga akan berpengaruh pada bagaimana figur signifikan bereaksi dan menanggapi lingkungan serta pengalamannya. Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda sehingga pola attachment dari satu figur signifikan dengan figur signifikan yang lain bisa mengubah pola attachment yang tertanam dalam diri istri perwira. Ibu sebagai figur signifikan memiliki kepribadian yang berbeda dengan suami sebagai figur signifikan yang baru sehingga bisa memengaruhi bagaimana perilaku istri perwira saat berhadapan dengan trait kepribadian suami yang dominan. Perilaku istri yang berbeda saat berhadapan dengan

kepribadian ibu dan suami dapat membentuk pola attachment ke arah yang secure atau sebaliknya ke arah insecure. Faktor kepribadian ini akan dibahas menggunakan teori Big Five Personality (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to

Experience). Misalnya sebelum menikah istri perwira memiliki pola adult attachment secure

terhadap ibunya, kemudian ketika menikah dengan suami yang memiliki trait kepribadian agreeableness tinggi yang pada umumnya lembut, dapat dipercaya, suka menolong, pemaaf,

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha suami yang memiliki trait kepribadian agreeableness rendah yang biasanya sinis, kasar, tidak kooperatif, pendendam, dan manipulatif, mungkin akan mengarahkan pola adult attachment istri perwira ke arah insecure.

Faktor kombinasi kepribadian dengan situasi berarti kepribadian unik yang dimiliki setiap istri perwira menjadikan mereka memiliki cara beradaptasi yang berbeda dalam setiap situasi. Noftle dan Shaver (2005) menemukan bahwa trait dari Big Five Personality (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to Experience) memiliki keterkaitan dengan dimensi adult attachment. Conscientiousness berkorelasi positif dengan skor dimensi avoidance dan anxiety yang rendah. Istri perwira dengan trait Conscientiousness biasanya akan kompeten dan memiliki disiplin diri. Istri perwira dengan

kontrol diri yang baik akan lebih puas dalam menjalin relasi dengan pasangan dan memiliki pola attachment yang lebih secure. Neuroticism berkorelasi positif dengan dimensi avoidance dan anxiety, khususnya anxiety. Avoidance dan anxiety adalah bentuk dari ketidaknyamanan dan begitu juga neuroticism yang merupakan bentuk dari ketidaknyamanan. Pola insecure tipe anxious akan terbentuk jika seseorang merasa tidak dicintai.

(27)

18

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pikir

1.6. Asumsi

- Pola adult attachment istri perwira setelah menikah berkaitan dengan suami yang dipengaruhi oleh faktor situasi dan perubahan, perubahan dalam skema relasional, kepribadian, serta kombinasi kepribadian dengan situasi.

- Attachment berawal dari ikatan emosional dengan ibu sebagai figur signifikan.

- Pola adult attachment merupakan pencerminan dari attachment terhadap ibu.

- Pola adult attachment istri perwira sebelum menikah kemungkinan akan tercermin pada pola adult attachment istri perwira setelah menikah, namun ada juga kemungkinan pola adult attachment sebelum menikah tidak tercermin pada pola adult attachment setelah

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.7. Hipotesis

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian. 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai pola adult attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas ‘X’ Bandung sebagai berikut :

1. Tidak terdapat perbedaan antara pola adult attachment sebelum dan setelah menikah artinya terdapat stabilitas antara pola adult attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas ’X’ Bandung. Jika istri perwira memiliki pola adult attachment secure dengan ibunya maka istri perwira juga cenderung memiliki pola adult attachment secure dengan suami. Begitu juga sebaliknya, apabila istri perwira memiliki pola adult attachment insecure dengan ibunya, maka istri perwira juga cenderung memiliki pola adult attachment

insecure dengan suami.

2. Sebagian besar istri perwira memiliki pola adult attachment secure baik sebelum maupun setelah menikah yang artinya ada lebih banyak istri perwira yang memiliki pola adult attachment secure sebelum dan setelah menikah dibandingkan dengan istri perwira yang

(30)

62

Universitas Kristen Maranatha suami, serta tidak khawatir mengenai keberadaan ibu dan suami serta tidak khawatir akan nilai diri istri perwira bagi ibu dan suami (dimensi anxiety).

3. Terdapat keterkaitan antara faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment dengan pola adult attachment istri perwira yaitu faktor perubahan dalam skema relasional, kepribadian, dan kombinasi kepribadian dengan situasi.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

- Dapat dijadikan masukan kepada para peneliti yang ingin meneliti stabilitas pola adult attachment sebelum dan setelah menikah serta sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti

keterkaitan pola adult attachment dengan faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment khususnya dengan faktor perubahan dalam skema relasional, kepribadian, dan

kombinasi kepribadian dengan situasi.

5.2.2. Saran Praktis

- Dinas ‘X’ (kepala dinas selaku pembina PERSIT dan ketua PERSIT) dapat menggunakan

informasi mengenai gambaran pola adult attachment yang dimiliki istri perwira secara

keseluruhan untuk pembekalan keluarga anggota Dinas ‘X’ berupa pelatihan dan seminar

mengenai bagaimana mencapai hubungan harmonis antara suami dan istri maupun keluarga yang akan mengarah ke pola adult attachment secure.

(31)

63

juga dapat mengetahui pola adult attachment mana yang lebih dominan pada istri perwira

di Dinas ‘X’ Bandung dan juga mengetahui gambaran stabilitas pola adult attachment

sebelum dan setelah menikah.

- Sebagai orangtua atau istri, istri perwira diharapkan mampu menciptakan suasana attachment yang secure di rumah dengan bersikap lebih hangat kepada suami dan anak

serta lebih mendekatkan diri pada suami dan anak.

- Dapat memberikan masukan bagi psikolog / praktisi di Dinas ‘X’ mengenai gambaran pola adult attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira dan juga stabilitas pola

adult attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira. Diharapkan hasil

(32)

64

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Baldwin, M. W. & Fehr, B. (1995). On the instability of attachment style ratings. Personal Relationships. (Online). 2, 247-261. (http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/baldwinfehr.pdf, diakses pada tanggal 28 Januari 2015).

Castro, C. A., Adler, A. B., & Britt, T. W. (2006). Military life: The Psychology of serving in peace and combat: The Military family volume 3. UK: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Fernandi, V. P. (2015). Studi komparatif mengenai pola attachment terhadap ibu dan

pasangan pada mahasiswa Universitas ‘X’ Bandung. (Skripsi). Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Indrawati, E. S. & Fauziah, N. (2012). Attachment dan penyesuaian diri dalam perkawinan. Jurnal Psikologi Undip. (Online). Vol. 11 No. 1. Semarang: Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro.

(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/5147/4668, diakses pada tanggal 15 November 2014).

Kaplan, R. M. & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological testing principles, application, and issues sixth edition. California: Brooks/ Cole Publishing Company.

Kirkpatrick, L. A. (2005). Attachment, evolution, and the psychology of religion. New York: The Guilford Press.

Levine, A. & Heller, R.. (2010). Attached: The New science of adult attachment and how it can help you find and keep love. New York: The Penguin Group.

Margaretha, N. R. T. (2012). Pengaruh gaya kelekatan romantis dewasa (adult romantic attachment style) terhadap kecenderungan untuk melakukan kekerasan dalam pacaran. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume 1, No 02. Surabaya: Fakultas

Psikologi Universitas Airlangga.

(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/110810022_4v.pdf, diakses pada tanggal 10 Juli 2014).

Mikulincer, M. & Shaver, P. R. (2007). Attachment in adulthood: Structure, dynamics, and change. New York: The Guilford Press.

(33)

Ramdhani, N. (2012). Adaptasi bahasa dan budaya inventori big five. Jurnal Psikologi Volume 39, No 2, 189-207. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. (https://neilla.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/.../Big_Five_Jurnal_2012.pdf, diakses pada tanggal 28 Januari 2015).

Silalahi, U. (2006). Metode penelitian sosial. Bandung: Unpar Press.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta. Suliyanto. (2014). Statistika non parametrik dalam aplikasi penelitian. Yogyakarta: Andi

Offset.

Verdino, J. (2009). Attachment and the quality of romantic relationships of young adults with same-sex parents. (Disertasi). (https:// books.google.co.id, diakses 17 November 2015).

(34)

66

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Bosmans, G., Bowles, D. P., Dewitte, M., Winter, S. D. & Braet, C. An experimental evaluation of the state adult attachment measure: The influence of attachment primes on the content of state attachment representations. Journal of Experimental

Psychopathology. (Online).

(https://lirias.kuleuven.be/bitstream/123456789/423189/1/Bosmans,+Bowles,+Dewitt e,+De+Winter,+%26+Braet,+in+press.pdf, diakses pada tanggal 19 April 2015). Grunert, S. L. (2008). The relationship between adult attachment style and resilience factors

of hope and positive affect. (Disertasi). (https://books.google.co.id, diakses pada tanggal 19 April 2015).

Lee, E. J. The Attachment system throughout the life course: Review and criticisms of attachment theory. (http://www.personalityresearch.org/papers/lee.html, diakses pada tanggal 28 Januari 2015).

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi – Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Penyelenggaraan Kompetisi Olah

Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD. Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2 PGSD adalah guru-guru yang

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pengamatan penulis terhadap beberapa faktor yang mendukung terhadap keberhasilan sebuah tim bola tangan. Penulis beranggapan

(a) Dengan uji crosstab kedatangan konsumen dengan mutu pelayanan penanggapan hasilnya tidak signifikan (0,4920), (b) Uji crosstab kedatangan konsumen dengan mutu jaminan

Penelitian ini bertujuan untuk mengujii pengaruh secara simultan dan parsial antara Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Return Saham pada perusahaan

Peneliti hanya melihat hubungan status imunisasi, status gizi, dan ASI eksklusif sedangkan faktor – faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi

FniDMrlar Fmlerrtrf. dd tuor

'dewasa ini sudah semakin l,ras mencakup FIAM sipil Potit-ik, FLAM Ekosob, daa IIAM atqs pembangunan- Salah sxu bentuk prkembangan konsep HAM adalah mengenai