• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PENYUSUNAN MODEL BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMK BERBASIS PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DAN PENYUSUNAN MODEL BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMK BERBASIS PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

vi

DAFTAR ISI

Abstrak………... i

Kata Pengantar……….

Daftar Isi………

Daftar Tabel………...

Dafatar Gambar………

iii

vi

xii

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………... 1

1.1.1 Peranan Buku di Dalam

Pengajaran………...

1.1.2 Buku Pelajaran yang Ideal……….

1.1.3 Buku Teks yang Menitikberatkan Kecakapan Hidup……...

1

7

16

1.2Identifikasi Masalah……….

1.3Pembatasan Masalah………

1.4Perumusan Masalah……….

21

24

28

1.5Tujuan Penelitian………... 29

(2)

vii BAB II BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMK

BERBASIS PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

(3)

viii

2.1.1 Pengertian……….

2.1.2 Fungsi Buku Teks………...

2.1.3 Buku Teks Sebagai Sumber Belajar………...

2.1.4 Ruang Lingkup Buku Teks………...

2.1.5 Kriteria Buku Teks yang Baik………

2.2 Pengembangan Buku Teks Bahasa Indonesia SMK……….

2.2.1 Landasan Pengembangan………..

2.2.2 Langkah-langkah Pengembangan………

2.3 Pendidikan Kecakapan Hidup

Sebagai Basis Pengembangan Buku Teks……….

2.3.1 Pengertian Kecakapan Hidup………

2.3.2 Jenis-jenis Kecakapan Hidup……….

2.3.3 Pentingnya Pendidikan Kecakapan Hidup……….

2.4 Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

dalam Buku Teks SMK………

BAB 3 METODOLOGI PENELITIA N

(4)

ix

BAB 4 DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Kompetensi Dasar

di dalam Kurikulum SMK dan Relevansinya

dengan Pendidikan Kecakapan Hidup……….

4.2 Deskripsi Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

di dalam Buku Teks SMK………

4.2.1 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

di dalam Buku Penerbit Aditya………

4.2.2 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

di dalam Buku Penerbit Angkasa………

4.2.3 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

di dalam Buku Penerbit Saka Mitra Kompetensi (SMK)…...

4.3 Deskripsi Pandangan Guru tentang Pengembangan

(5)

x 4.4 Deskripsi Persepsi Siswa SMK

tentang Buku Pelajaran Bahasa Indonesia………

4.5 Analisis Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMK

Bersasarkan Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup………

4.5.1 Kesadaran Diri……….

4.6 Model Pengembangan Buku Pelajaran SMK………

4.6.1 Konsep-konsep Dasar……….

4.6.2 Contoh Model Pengembangan………..

4.6.3 Penjelasan Model……….

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(6)

xi

2.2.4 Bagi Penulis dan Penerbit Buku Teks………..

DAFTAR PUSTAKA………

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Kurikulum SMK………..

Kompetesi Dasar dalam Kurikulum SMK

dan Relevansinya dengan Pendidikan Kecakapan Hidup

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Hasil Analisis Kurikulum)……….

Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Buku Pelajaran

Bahasa Indinesia SMK (Hasil Analisis Buku Teks)……….

Lembar Angket……….

Data Hasil Angket Siswa………

RIWAYAT HIDUP PENULIS……….

359

361

369

372

377

382

384

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Responden Penelitian………...

Tabel 3.2 Format A nalisis Kurikulum………..

Tabel 3.3 Format A nalisis Buku Teks………...

Tabel 3.4 Lembar A ngket………...

Tabel 3.5 Instumen, Topik Kajian Penelitian, dan Sumber Data……….

Tabel 3.6 Format Pendeskripsian Hasil Analisis Kurikulum………...

Tabel 3.7 Format Pendeskripsian Hasil Analisis Buku Teks………

Tabel 4.1 Sebaran KD dalam Per Kelas pada Kurikulum SMK ……….

Tabel 4.2 KD Pengembangan Konteks Bermasyarakat……….

Tabel 4.3 KD Pengembangan Konteks Berkerja……….

Tabel 4.4 KD Pengembangan Aspek Kesadaran Potensi Diri (KPD)

dan Kecakapan Akademik (KA)………..

Tabel 4.5 Penyebaran Aspek Kecakapan Hidup Per Kelas………...

Tabel 4.6 Potensi Pengembangan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Kelas

Semenjana ke dalamPendidikan Kecakapan Hidup…

Tabel 4.7 Potensi Pengembangan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

SMK Kelas Madya ke dalam Pendidikan Kecakapan Hidup……..

Tabel 4.8 Potensi Pengembangan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

di SMK Kelas Unggul ke dalam Pendidikan Kecakapan Hidup….

Tabel 4.9 Kecakapan Vokasional

(8)

xiii

Tabel 4.10 Buku-buku yang Menjadi Sumber Data………

Tabel 4.11 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

dalam Buku Penerbit Aditya...

Tabel 4.12 Deskripsi Umum Buku Terbitan Aditya………...

Tabel 4.13 Deskripsi Umum Buku Terbitan Angkasa……….

dalam Buku Penerbit Angkasa………

Tabel 4.14 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

dalam Buku Penerbit Angkasa...

Tabel 4.15 Subbab yang Mengembangkan Kesadaran Potensi Diri

di dalam Buku Terbitan A ngkasa………...

Tabel 4.16 Pola Penyajian Buku Terbitan Saka Mitra Kompetensi…………...

Tabel 4.17 Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

dalam Buku Saka Mitra Kompetensi……….

Tabel 4.18 Pola Pengembangan Kecakapan Berpikir dan Kesadaran

Potensi Diri dalam Buku Terbitan Swaka Mitra Kompetensi……

Tabel 4.19 Jenis Media/ Sumber Belajar

di dalam Pengembangan Kompetensi………..

Tabel 4.20 Deskripsi Jawaban Para Siswa Berkenaan

dengan Angket Penelitian………

Tabel 4.21 Penempatan Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa

di dalam Buku Terbitan Aditya...

Tabel 4.22 Penempatan Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa

(9)

xiv

Tabel4.23 Penempatan Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa di dalam Buku

Terbitan Saka Mitra Kompetensi...

Tabel 4.24 Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra

di Kelas Unggul……….

Tabel 4.25 Model-model Metode Belajar dalam Buku Teks………..

Tabel 4.26 Kompetensi Dasar yang Dikembangkan………...

Tabel 4.27 Bentuk-bentuk Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup….

219

259

264

328

331

(10)

xv

DAFTAR GAM BA R

Gambar 1.1 Dua Paradigma Pengajaran Bahasa: Lama dan Baru...

Gambar 1.2 Komponen-komponen Kompetensi Berbahasa...

Gambar 1.3 Komponen-komponen Penggunaan Bahasa

Sebagai Kompetensi Berkomunikasi...

Gambar 2.1 Komponen-komponen Buku dalam Per Bab...

Gambar 2.2 Komponen-komponen Keseluruhan Buku Teks...

Gambar 2.3 Langkah-langkah Penulisan Buku Teks...

Gambar 2.4 Aspek-aspek Pendidikan Kecakapan Hidup...

Gambar 2.5 Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup...

Gambar 2.6 Model Pengintegrasian Pendidikan Kecakapan Hidup...

Gambar 2.7 Alur Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup...

Gambar 3.1 Alur Penelitian...

Gambar 3.2. Langkah-langkah Penelitian...

Gambar 3.3 Paradigma Penelitian...

Gambar 4.1 Tata Urutan Pengembangan

Pendidikan Kecakapan Hidup di SMK………..

Gambar 4.2 Urutan Fokus Utama Pengembangan

Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Kurikulum SMK………..

Gambar 4.3 Relevansi KD pada Kurikulum SMK dengan Pendidikan Kecakapan

Hidup pada Kelas Semenjana, Madya,

(11)

xvi Gambar 4.4 Perbandingan Pengembangan Pendidikan

Kecakapan Hidup………...

Gambar 4.5 Persentase Jawaban Setuju terhadap Pertanyaan-pertanyaan

dalam Angket………..

Gambar 4.6 Muatan Kecakapan Berpikir dalam Ketiga Buku………..

Gambar 4.7 Kebertautan Empat Keterampilan Berbahasa

dalam Kesatuan Tema………

Gambar 4.8 Proporsi Muatan Kecakapan Bekerja Sama

dalam Ketiga Buku……….

Gambar 4.9 Proporsi Muatan Kecakapan Akademik dalam Ketiga Buku….

Gambar 4.10 Proporsi Muatan Kecakapan Vokasional dalam Ketiga Buku...

Gambar 4.11 Landasan Filosofis Penyusunan Buku Teks Bahasa Inodnesia..

Gambar 4.12 Perbedaan Paradigma Pengajaran Bahasa Tradisional

dengan Pengajaran Bahasa Baru………

Gambar 4.13 Macam-macam Pola Pengembangan

dalam Keterampilan Berbahasa dan Pengetahuan Bahasa………...

Gambar 4.14 Pengatuhan Bahasa sebagai Pusat Pengembangan

Materi Kebahasaan……….

Gambar 4.15 Model-model Media untuk Buku Teks……….

Gambar 4.16 Pengorganisasian Materi Teks Bahasa Indonesia SMK………

Gambar 4.17 Model-model Pengorganisasian Buku Teks………...

Gambar 4.18 Model-model Pengembangan Materi Berbahasa

(12)

xvii Gambar 4.19 Pola Pengembangan Buku Teks

dengan Berbasis Kecakapan Hidup………...

Gambar 4.20 Model Pengembangan Kecakapan Hidup

Pada Latihan/ Tigas dalam Buku Teks

Bahasa Indonesia SMK……….

.Gambar 4.21 Struktur Penyajian Buku Teks SMK………...

Gambar 4.22 Dua Sturkutr Penyajian Buku Teks………...

Gambar 4.23 Alur Pengembangan Buku Teks SMK………...

Gambar 4.24 Struktur Pengembangan Bab……….

Gambar 4.25 Penerapan Karakteristik ke-SMK-an

dalam Model Pengembangan Buku Teks………..

Gambar 4.26 Skema Pengembangan Keterampilan Berbahasa

di dalam Model Buku Teks……….

Gambar 4.27 Teknik Penyajian Model Pengembangan Buku Teks………….

274

278

283

285

295

330

334

(13)

BA B I

PENDA HULUAN

1.1 Latar Belakang M asalah

1.1.1 Peranan Buku Teks di dalam Pengajaran

Buku teks tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Satu-satunya

media belajar yang dapat melampaui kebersamaan guru dengan para siswanya

adalah buku (pelajaran). Sebagai media pengajaran, buku sangat strategis dalam

mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan bagi para

siswa. Pada dasarnya, sebuah buku teks yang baik adalah buku yang berfungsi

sebagai alat pembelajaran yang efektif. Buku teks yang baik adalah buku teks yang

dapat membantu siswa belajar. Buku teks bukan hany a merup akan buku y ang

d ibuka atau dibaca pad a saat pembelajaran di kelas, melainkan - dan inilah

yang terpenting - buku yang dibaca setiap saat. A gar harapan tersebut

menjadi kenyataan, buku harus menarik, baik d ari seg i bentuk maupun

isi d an berd amp ak p ad a pengembang an kemampuan berpikir, berbuat,

dan bersikap . Buku teks y ang b enar ad alah buku y ang d ap at

memb antu sisw a memecahkan masalah-masalah yang sederhana maupun

rumit; tidak menimbulkan persepsi yang salah serta dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan

(Pusat Perbukuan, 2004: 4).

Buku teks dapat dipandang sebagai simpanan pengetahuan tentang

berbagai segi kehidupan. Oleh karena sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan

(14)

belajar mandiri, baik itu tentang substansi maupun cara penggunaannya.

Dengan demikian, buku teks bagi siswa merupakan bagian dari budaya literer,

yang menjadi salah satu tanda dari masyarakat yang maju.

Melalui kegiatan membaca buku, seseorang dapat memperoleh

pengalaman tidak langsung yang banyak sekali. Memang, pendidikan

merupakan hal yang berharga jika siswa dapat mengalami sesuatu secara

langsung. Akan tetapi, banyak bagian dalam pelajaran yang tidak dapat

diperoleh dengan pengalaman langsung. Oleh karena itu, dalam belajar di

sekolah, dan dalam kehidupan di luar sekolah, mendapatkan pengalaman tidak

langsung itu sangat penting. Kemajuan peradaban masa sekarang banyak

mendapat dukungan dari kegiatan membaca buku. Dengan demikian, penyiapan

buku teks patut dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dipandang dari proses

pembelajaran, buku teks itu mempunyai peran penting. Jika tujuan pembelajaran

adalah untuk menjadikan siswa memiliki berbagai kompetensi, untuk mencapai

tujuan tertentu, siswa perlu menempuh pengalaman, latihan, serta mencari

informasi. Alat yang efektif untuk itu adalah buku teks. Pengalaman dan latihan

yang perlu ditempuh dan informasi yang perlu dicari siswa, disajikan dalam

buku teks secara terprogram.

Manfaat buku teks tidak hanya bagi siswa. Guru pun terbantu dengan

kehadiran buku teks. Memanglah, buku teks diperuntukkan bagi siswa. Akan

tetapi, pada pada waktu mengajar, guru dapat mempertimbangkan pula materi

yang tersaji dalam buku teks. Guru, tentulah, memiliki kebebasan dalam

memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Semua itu merupakan

(15)

struktur keilmuan berkenaan dengan materi yang akan diajarkannya. Ia pun

memiliki keterampilan dalam mengolah dan menyajikan materi tersebut.

Walaupun demikian, segala yang tersaji dalam buku teks tetap berguna baginya,

misalnya sebagai bahan untuk dipilih, dan disusun bersama dengan bahan dari

sumber lain. Juga, cara penyajian dalam buku teks dapat dijadikan sebagai

contoh pada menyajikan bahan dalam kegiatan pembelajaran siswanya. Memang,

untuk memperkaya bahan pembelajaran, guru diharapkan meng g unakan

su mber-sumber lain. Begitu pula ia d iharap kan menemukan berbagai

teknik mengajar yang cocok dengan situasi kelasnya. Dalam proses belajar

mengajar, guru memanfaatkan buku ajar secara optimal sehingga siswa dapat

meningkatkan kecerdasannya secara berjenjang, berkesinambungan, dan tanpa

paksaan.

Buku sekolah, khususnya buku teks, merupakan media instruksional

yang dominan peranannya di kelas dan bagian sentral dalam suatu sistem

pendidikan. Oleh karena itu, buku merupakan alat yang penting untuk

menyampaikan materi kurikulum. Buku sekolah menduduki peranan sentral

pada semua tingkat pendidikan (Pusat Perbukuan, 2004: 41). Studi yang

dilakukan terhadap 867 SD dan MI di Indonesia (Supriadi, 1997a: 37, 57)

mencatat bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku teks di SD berkorelasi

positif dan signifikan dengan hasil belajarnya sebagaimana yang diukur dengan

nilai ebtanas murni (NEM). Lima korelasi yang dihitung menunjukkan hasil

yang signifikan, yaitu untuk Mata Pelajaran PPKn, IPA, IPS, Bahasa Indonesia,

dan Matematika. Semakin tinggi akses siswa terhadap buku teks, semakin tinggi

(16)

siswa terhadap buku akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini konsisten

dengan studi World Bank yang dilakukan di Indonesia pada tahun 1976

menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku dan fasilitas sekolah

lainnya berkorelasi dengan prestasi belajarnya (Supriadi, 1997a: 38).

Studi lain yang dilakukan melaporkan bahwa dari 18 korelasi yang

dihitung, 83% di antaranya secara signifikan menunjukkan kuatnya antara buku

teks dengan prestasi belajar siswa. Di Filipina, meningkatnya rasio buku, yakni

dari 1 : 10 menjadi 1 : 2 di kelas I dan II pada tahun 1970-an, mengakibatkan

peningkatan hasil belajar para siswanya secara signifikan (Supriadi, 1997a: 40).

Laporan Bank Dunia (1995 : 10 - 11) juga mencatat bahwa di Nikaragua, para

siswa yang menerima buku teks Matematika mencapai hasil belajar yang jauh

lebih tinggi daripada siswa yang tidak menerimanya. Di Brazil, para siswa

kurang beruntung (disadvantaged children) yang mendapatkan buku teks Matematika secara cuma-cuma menunjukkan peningkatan prestasi yang amat

signifikan. Dengan alasan tersebut, banyak negara di dunia, termasuk Indonesia,

melakukan investasi besar-besaran untuk penyediaan buku sekolah. Pemerintah

Indonesia sendiri telah menginvestasikan dana yang amat besar untuk

pengadaan buku sekolah. Sebagaimana telah disebut terdahulu, antara tahun

1969-1988 telah dicetak 550 juta eksemplar buku teks dan buku bacaan yang

diedarkan ke sekolah-sekolah. Hingga tahun 2000, sebanyak US$ 355,2 juta dana

dialokasikan untuk pengadaan 158 juta buku teks SD, 85,1 juta buku teks SLTP,

dan 8,8 juta buku pegangan guru SLTP yang 37% dananya merupakan pinjaman

(17)

Penyediaan buku oleh pemerintah ternyata tidak membuat siswa tidak

membeli buku teks. Dari sekitar 40% sekolah yang disurvei, sebagian besar siswa

menggunakan buku terbitan swasta dalam jumlah yang tinggi, sedangkan pada

60% sekolah lainnya kepemilikan siswa atas buku terbitan swasta tergolong

rendah. Namun, kecenderungan umum menunjukkan bahwa siswa

menggunakan dan membeli buku terbitan swasta. Kecenderungan lain ialah

bahwa sekitar sepertiga buku sekolah yang belum disahkan yang beredar di

pasaran berasal dari seperlima dari jumlah penerbit nasional yang memproduksi

dan mengedarkan buku-buku teks (Supriadi, 1997a: 45-47).

Sayangnya menurut penelitian Kleden (Suryaman, 2008: 8)) bahwa

buku-buku yang ditulis belum didasarkan atas hasil penelitian yang mendalam. Survei

lainnya dilakukan Cohen (Suryaman, 2008: 8) di Sumatera dan Kalimantan Barat

terhadap buku terbitan swasta menunjukan materi buku yang digunakan di

kedua daerah tersebut disusun dari bahan yang tercantum dalam kurikulum

tanpa pengolahan yang berarti. Berdasarkan pengalaman penilaian yang

dilakukan Pusat Perbukuan terhadap kualitas buku teks pelajaran terbitan

swasta, ditemukan bahwa rata-rata hanya 50% buku teks pelajaran yang

memenuhi syarat untuk digunakan di sekolah (Pusat Perbukuan, 2004: 25).

Selama ini, sepanjang pengamatan peneliti bahwa memang prinsip yang

mendapat perhatian besar adalah materi bahan ajar. Perhatian yang berlebihan

terhadap materi bahan ajar dan pengabaian komponen yang lain mengakibatkan

buku pelajaran lebih mengutamakan hasil dan mengabaikan proses. Orientasi

yang berlebihan terhadap hasil, mengakibatkan nilai ebtanas murni (NEM)

(18)

sebagai tempat yang mengandung materi bahan ajar yang dapat dihapalkan.

Kemampuan siswa pun hanya sebatas kemampuan menghapal. Ketika

dihadapkan pada masalah yang berbeda, siswa tidak mampu memecahkannya.

Akhirnya, buku pelajaran bahasa Indonesia hanya memperkuat anggapan bahwa

belajar bahasa adalah belajar tentang bengetahuan bahasa dan bukan belajar

menggunakan bahasa. Padahal dewasa ini telah berkembang paradigma baru

dalam pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa yang menuntut paradigma baru

itu, selain member tekanan pada aspek bahasa, juga memberi tekanan pada

aspek isi yang terkandung di dalam bahasa itu. Aspek itu, antara lain, mencakup

informasi, wawasan, dan nilai-nilai kehidupan.

Gambar 1.1

Dua Paradigma Pengajaran Bahasa: Lama dan Baru

Paradigma baru pengajaran bahasa itu merujuk pada pendapat ahli

pengajaran bahasa, yakni Ken Goodman (1986: 10). Dia mengatakan bahwa

manusia belajar lewat bahasa ketika mereka belajar bahasa. Bahasa paling

Paradigma Lama

Pengajaran Bahasa Struktur

bahasa

Paradigma Baru Pengajaran Bahasa

Keterampilan berbahasa

Isi

(19)

menarik dan mudah dipelajari ketika penekanannya tidak pada bahasa tetapi

pada isi atau makna yang dikandungnya. Kita tidak belajar membaca dengan

membaca “ teori membaca” . Kita belajar membaca dengan membaca pesan,

certia, majalah, koran, dan buku. Dengan demikian, belajar bahasa yang baik

adalah belajar yang melakoni. Para siswa mengalami langsung materi-materi

yang harus mereka belajari dan bukannya sekadar teori.

1.1.2 Buku Teks yang Ideal

Para penulis yang akan menyusun buku pelajaran bahasa Indonesia

yang akan digunakan, perlu bersikap profesional karena peran buku pelajaran

bahasa sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pengajaran bahasa dan

tujuan pendidikan nasional. Penulisan buku pelajaran, khususnya buku

pelajaran bahasa Indonesia harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Menurut UU No. 22 Tahun 1999, tujuan pendidikan nasional adalah

” mencedaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Secara khusus, penyusunan buku pelajaran bahasa Indonesia harus

mengacu pada kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai dengan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tujuan umum pembelajaran

(20)

sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil

cipta intelektual produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Melalui penguasaan kompetensi mata

pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu

agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada era

global penggunaan bahasa secara baik dan benar merupakan syarat mutlak di

dunia kerja (Depdiknas, 2006: 21).

Dalam kaitannya dengan kriteria pengajaran bahasa Indonesia di SMK,

cakupan mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik meliputi

pembentukan kompetensi berkomunikasi secara lisan dan tertulis pada tingkat

semenjana, madia, dan unggul. Adapun tujuan umumnya adalah sebagai

berikut.

a. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mencapai tingkat kualifikasi

unggul.

b. Menerapkan kompetensi berbahasa Indonesia secara baik dan benar pada

mata pelajaran lainnya.

c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efisien dan efektif, baik

lisan maupun tertulis.

d. Meningkatkan kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk

bekerja (Depdiknas, 2006: 23).

Dengan memerhatikan kriteria dan tujuan pembelajaran yang tertuang di

(21)

perincian, pelengkapan, pengayaan, dan pemaduan terhadap kompetensi dasar

(Depdiknas, 2005: 6) Dengan demikian, penulis perlu mempersiapkan

bahan-bahan dan cara penyajiannya karena hal itu tidak tercantum di dalam

kurikulum. Mengingat keberadaan kurikulum sekarang yang tidak ketat

menentukan segala sesuatunya, yakni hanya memuat standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD), maka besarlah tanggung jawab penulis buku

pelajaran untuk mengembangkan kurikulum itu. Penulis perlu memahami

landasan-landasan yang digunakan dalam penyusunan kurikulum serta arah

pengembangannya sehingga penafsiran di dalam buku pelajaran itu dapat

dilakukan secara benar dari berbagai segi.

Adapun terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya

dianutnya paham baru dalam pendidikan, secara bertahap akan tercermin dalam

materi dan susunan buku pelajaran. Oleh karena itu, penulis buku pelajaran

perlu menyadari dan memahami akan hakikat perubahan-perubahan yang

terjadi itu. Hal tersebut seperti halnya yang terjadi pada kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) yang pemberlakuannya dapat dianggap masih baru.

Dampak dari perubahan itu diharapkan bukan hanya pada bagian lahiriahnya

atau sekadar pemberian atribut, misalnya dengan pencatuman ” Sesuai dengan

kurikulum...” , melainkan berkenaan dengan yang hakiki. Hal itu memerlukan

pemahaman terhadap ” kebaruan” dari kurikulum tersebut, lalu menjabarkannya

dalam penyajian yang memadai.

Pergantian kurikulum tidak seluruh aspek atau komponennya berubah,

(22)

dapat disesuaikan dengan perkembangan kurikukum dengan cara merevisinya

dan disertai perubahan secara bertahap pada tim penulisnya. Agar sesuai

dengan harapan-harapan itu, Alan Cunningsworth (1995: 42) mengemukakan

tujuh fungsi-fungsi buku teks yang dapat menjadi pedoman di dalam

penyusunanya:

(1) sumber bahan untuk pelatihan bahasa, baik lisan maupun tulis,

(2) sumber kegiatan siswa untuk praktik dan latihan berkomunikasi,

(3) acuan siswa dalam belajar tata bahasa, kosa kata, lafal, dan sebagainya,

(4) sumber gagasan dan dorongan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar di kelas

(5) perwujudan silabus yang di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran bahasa

telah digariskan,

(6) sumber belajar dan tugas mandiri siswa,

(7) bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk mengembangkan

kepercayaan diri.

Selanjutnya, Sumardi (2000: 6-8) menambahkan tiga fungsi lagi, yaitu sebagai

berikut:

(8) acuan berbagai metode pengajaran bahasa yang dapat dimanfaatkan oleh

guru untuk menyelenggarakan proses belajar-mengajar,

(9) sumber informasi aktual, pengetahuan, wawasan, serta nilai-nilai positif

(23)

(10) sumber hiburan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

(terutama disumbangkan oleh bacaan-bacaan sastra yang bermutu).

Dengan asumsi bahwa buku teks itu harus mencerdaskan, menurut

Bahrul Hayat (2006) dalam artikelnya ” Mindful Textbook, Meningkatkan

Seluruh Aspek Kecerdasan Anak” , buku itu harus memberi banyak perspektif

bagi siswa untuk berpikir yang disesuaikan dengan perkembangan jiawanya.

Ketika seorang siswa membaca sebuah buku teks, harus dipastikan bahwa ia

dapat menangkap makna yang ada di dalamnyanya. Sebuah buku yang baik

harus mampu menjadikan siswa tahu makna dari materi yang dipelajarinya itu.

Buku teks juga haruslah mengandung aspek motivasi belajar. Ketika membaca sebuah buku teks, siswa termotivasi untuk belajar tanpa harus dipaksa oleh

guru. Buku yang baik juga harus mendorong siswa untuk memiliki atensi,

perhatian, terhadap materi yang ia pelajari. Idealnya, ketika satu bab belum

selesai, siswa sudah merasa perlu untuk melanjutkannya ke bab berikutnya, atau

juga mencari buku lain sebagai pelengkap bacaan. Buku teks juga harus dapat

mengarahkan siswa untuk belajar mandiri. Karena peran guru di ruangan juga

terbatas, buku harus dapat membantu atau mengisi kelemahan tersebut. Siswa

akan terbiasa untuk mengembangkan pola belajar yang mandiri. Buku yang baik

juga harus punya makna untuk menemukan nilai dan etika yang relevan dengan

kehidupan kekinian dan moral yang berlaku. Tanpa hal ini, siswa akan

menemukan hal-hal yang kontradiktif dalam dirinya.

Sebuah buku teks juga harus memenuhi tujuan pembelajaran dan

(24)

Buku itu juga harus berkualitas, baik itu dari segi bentuk maupun isi sehingga

berdampak pada pengembangan berpikir, berbuat, dan bersikap siswa. Lebih

terperinci, Tampubolon (1991: 43) mengemukakan bahwa kualitas buku teks

perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Pertama adalah hal yang langsung tampak, yakni format buku (bentuk atau konstruksi buku secara keseluruhan, seperti ukuran dan jilid, kulit luar,

kertas, gambar atau ilustrasi, serta warna-warna yang digunakan).

Kedua adalah isi atau materi buku (yang harus sesuai dengan jenjang perkembangan kognitif siswa, seperti penggunaan bahasa dan ilustrasi).

Pendapat yang lebih terperinci mengenai materi pelajaran dikemukakan Davis,

yakni bahwa buku teks yang baik harus mengandung isi atau materi, sesuai

dengan kurikulum, disusun oleh penulis yang kompeten, disesuaikan dengan

usia dan kematangan siswa, memperhatikan ilustrasi dan format (Pusat

Perbukuan, 2005: 12).

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengeluarkan suatu

pedoman penulisan buku teks yang di dalamnya menjelaskan lebih spesifik

tentang prinsip-prinsip penulisan buku teks Bahasa Indonesia. Ada tujuh prinsip

yang dikemukakan BSNP (Pusat Perbukuan, 2005: 8-10) yang dianggap ideal

dalam penyusunan buku teks Bahasa Indonesia, yakni sebagai berikut.

a. Prinsip Kebermaknaan

Prinsip ini menekankan pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk

mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada

(25)

b. Prinsip Keotentikan

Prinsip ini menekankan pada pemilihan dan pengembangan materi pelatihan

berbahasa, yaitu

(1) berupa pelajaran atau wacana tulis atau lisan,

(2) banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

kemahiran fungsi berbahasanya,

(3) menekankan fungsi komunikatif bahasa, yakni menekankan proses

belajar-mengajar,

(4) memenuhi kebutuhan berbahasa siswa,

(5) berisi petunjuk, pelatihan, dan tugas-tugas dengan memanfaatkan media

cetak atau elektronik seoptimal-optimalnya,

(6) didasarkan hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa,

(7) mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan

fungsional, dan

(8) mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal.

c. Prinsip Keterpaduan

Penataan bahasa dan sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

(1) mempertahankan keutuhan bahan,

(2) menuntut siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara

bertahap, dan

(3) secara fungsional, yakni bagian yang satu bergantung kepada bagian

yang lain dalam jalinan yang padu dan harmonis menuju kebermaknaan

(26)

d) Prinsip Keberfungsian

Prinsip keberfungsian ada pada pemilihan metode dan teknik pembelajaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bagian ini adalah

(1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam

peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya,

(2) memberikan kepada siswa informasi, praktik, latihan, dan

pengalaman-pengalaman berbahasa yang sesuai dengan kebutuhan berbahasa siswa,

(3) mengarahkan siswa kepada penggunaan bahasa, bukan penguasaan

pengetahuan bahasa,

(4) memungkinkan untuk memanfaatkan berbagai ragam bahasa dalam

tindak/ peristiwa berbahasa yang terjadi,

(5) diarahkan untuk mengembangkan kemahiran berbahasanya, serta

(6) mendorong kemampuan berpikir/ bernalar dan kreativitas siswa.

e. Prinsip Performansi Komunikatif

Pengalaman belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya

peristiwa belajar. Hal ini dapat berupa kegiatan berbahasa, mengamati,

berlatih, atau, bahkan, merenung. Aspek yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan pengalaman belajar ialah mendukung terbentuknya performansi

komunikatif siswa yang andal; sesuai dengan bahan pembelajaran; bermakna

bagi pengembangan- potensi dan kemahiran berbahasa siswa; sesuai dengan

tuntutan didaktik metodik yang mutakhir; disajikan secara berkelanjutan dan

berkaitan dengan pengalaman-pengalaman belajar berbahasa yang lain

(27)

f. Prinsip Kebertautan (Kontekstual)

Agar diperoleh hasil yang optimal, pembelajaran bahasa dengan

menggunakan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan media dan

sumber belajar. Usahakan penggunaan media dan sumber belajar yang dapat

memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk belajar berbahasa

(reseptif maupun produktif, lisan maupun tulis); berupa fakta berbahasa

(rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat

dicari oleh siswa atau diadakan oleh guru sesuai dengan tuntutan atau

kebutuhan berbahasa siswa, baik di dalam maupun di luar kelas; materi

berbahasa yang disajikan, berguna atau dapat dimanfaatkan setiap saat di

sekitarnya; sesuai dengan tuntutan kegiatan berbahasa yang mungkin

dihadapi di masyarakat; bervariasi dan menantang; bermakna bagi

pengembangan performansi komunikatif siswa secara optimal.

g. Prinsip Penilaian

Pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif menuntut

penggunaan penilaian yang dapat mengukur secara langsung kemahiran

berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu. Penilaiannya juga yang

dapat mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa (Indonesia) secara

tulis/ lisan, secara produktif maupun reseptif, yang menghasilkan wacana

tulis/ lisan.

Prinsip-prinsip penyusunan buku pelajaran bahasa Indonesia yang telah

dipaparkan di atas peneliti anggap penting untuk diterapkan untuk semua

jenjang pendidikan, termasuk untuk siswa sekolah menengah kejuruan.

(28)

bahan ajar, cara menyajikan, ataupun di dalam penyusunan model latihannya.

Materi yang dijadikan bahan ajar harus disajikan dengan cara tertentu sehingga

siswa memiliki kecakapan yang berkenaan dengan pemahaman, keterampilan,

dan sikap. Sebagai refleksi atas kecakapan tersebut, siswa dapat memecahkan

persoalan-persoalan yang disajikan di dalam latihan. Dengan kompleksnya,

kriteria-kriteria dari sebuah buku pelajaran seperti yang dipaparkan, maka

diperlukan sebuah model pengembangan buku pelajaran yang dapat menjadi

pedoman, khususnya oleh penulis. Tidak hanya teoretis, model tersebut dapat

menjadi pedoman praktis dan mudah dioperasionalkan pada satuan tingkat

pendidikan yang jelas.

1.1.3 Buku Teks yang Menitikberatkan Kecakapan Hidup

Penyusunan sebuah buku teks harus bermuara pada penggunaan bahasa.

Buku teks diharapkan dapat menyediakan pengalaman berbahasa yang nyata

dalam kehidupan sehari-hari dan atau di dunia kerja yang terkait dengan

penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang siswa pelajari . Misalnya, yang

diajarkan kepada siswa bukan kalimat yang hanya ada dalam angan-angan,

melainkan kalimat sebagaimana yang digunakan di dalam komunikasi, yaitu

kalimat yang mengait pada konteks wacananya. Konteks itu adalah konteks

yang wajar, konteks yang memang sungguh-sungguh terdapat pada interaksi

siswa sehari-hari dan memungkinkan pula membantu memecahkan persoalan

mereka dalam berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan hakikat dari pelajaran

(29)

pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan komunikatif, diarahkan

untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan

pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi atau

menurut Syamsuddin pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang

berusaha memahami bahasa dalam kaitannya dengan situasi sosial pada waktu

pemakaiannya (Syamsuddin A.R, 1992: 23). Siswa dibimbing untuk dapat

menggunakan bahasa dan bukannya mengetahui tentang bahasa. Pengajaran

bahasa yang berpendekatan komunikatif bertujuan membentuk kompetensi

komunikasi (communicative competence), bukan semata-mata membentuk kompetensi kebahasaan (grammatical competence). Kompetensi komunikatif merupakan kemampuan menggunakan bahasa dalam berbagai konteks

komunikasi. Dengan demikian, menurut Nunan pemebelajarannya mengarah

kepada kegiatan komunikasi dan penugasan yang bermakna serta penggunaan

bahasa yang bermakna bagi siswa (Pusat Perbukuan, 2004: 7). Pemakaian bahasa

yang baik dan benar sesuai dengan konteks komunikasi disebut juga dengan istilah

pragmatik (Brown, 1992: 9; Husen, dkk., 1997: 97).

Berikut ini dikemukakan karakteristik dan unsur-unsur kompetensi

komunikasi.

a) Kompetensi komunikasi lebih bersifat dinamis. Hal ini bergantung pada negosiasi

makna antara dua penutur atau lebih yang sama-sama mengetahui kaidah

pemakaian bahasa. Dalam pengertian ini, kemampuan komunikasi bersifat

interpersonal.

(30)

c) Kompetensi komunikasi bersifat kontekstual. Komunikasi selalu terjadi dalam

konteks atau situasi tertentu. Pemakaian bahasa diharapkan untuk memilih

ragam dan gagasan bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi.

d) Kompetensi kebahasaan adalah apa yang diketahui tentang bahasa,

sedangkan kompetensi performansi adalah apa yang dikerjakan dengan

bahasa. Hanya kompetensi performansi saja yang dapat diamati.

e) Kompetensi komunikasi bersifat relatif. Hal tersebut bergantung pada

aspek-aspek lain yang terkait, baik itu yang bersifat internal maupun eksternal (Husen,

dkk., 1987: 166-169).

Menurut Imam Safi’ie, kompetensi komunikasi terdiri atas empat unsur,

yakni sebagai berikut.

a) Pengetahuan dan penguasaan sistem kaidah tata bahasa yang meliputi kaidah

pengucapan bunyi-bunyi bahasa ejaan, dan tanda baca; kaidah pembentukan

kata; kaidah penyusunan kalimat; serta penguasaan kosakata.

b) Penguasaan aspek-aspek sosiolinguistik, yakni yang berupa kemampuan

me-mahami kesesuaian penggunaan berbagai kosakata dan kaidah gramatika untuk

digunakan dalam berbagai fungsi komunikasi, seperti persuasi, deskripsi,

narasi, memberikan perintah, dan sebagainya. Penguasaan aspek-aspek

sosiolinguistik juga berupa kemampuan memilih ragam bahasa yang tepat

dalam berkomunikasi dengan memperhatikan topik, hubungan antara

penutur, suasana, serta latar komunikasi.

c) Penguasaan wacana, yakni berupa kemampuan menyusun atau mengorganisasi

(31)

d) Penguasaan strategi, yakni berupa kemampuan menggunakan strategi verbal

maupun nonverbal untuk mengatasi berbagai macam kesenjangan yang

terjadi antara pembicara/ penulis dengan pendengar atau pembaca.

Kesenjangan itu mungkin disebabkan oleh penguasaan bahasa yang lemah,

kurangnya penguasaan konsep-konsep materi yang disampaikan, hubungan

yang kurang serasi antara pembicara/ penulis dengan pendengar atau pembaca, dan

sebagainya (Syafi’ie, 1996: 18).

Oleh Bachman (1990: 87), kompetensi berbahasa dan berkomuniasi

tersebut digambarkan dalam dua bagan berikut.

Gambar 1.2

Komponen-komponen Kompetensi Berbahasa Kompet ensi

Berbahasa

Kompet ensi Organisasional

Kompet ensi Gramatikal

Kompet ensi Tekst ual

Kompet ensi Pragmat ik

Kompet ensi Wacana

(32)

Gambar 1.3

Komponen-komponen Penggunaan Bahasa sebagai Kompotensi Berkomunikasi

Persoalan berikutnya ihwal kemampuan menggunakan bahasa adalah

“Bagaimanakah agar penguasaan bahasa itu dapat berguna bagi kehidupan siswa

itu sendiri, khususnya di dalam pergaulan, pekerjaan, ataupun di dalam

memecahkan masalah mereka sehari-hari?” Pertanyaan seperti itu ditafsirkan oleh

H. Duoglas Brown (1994: 118) dalam bentuk pengajaran bahasa yang bercorak

komunikatif. Terkait dengan hal itu, studi Blazely dkk. melaporkan bahwa

pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoretik dan tidak terkait dengan

lingkungan di tempat siswa itu berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu

Struktur

Pengetahuan (Kata) (Pengetahuan) Kompetensi Berbahasa

Kompetensi Strategi Berbahasa

Mekanisme Psikofisiologikal

(33)

menerapkan materi yang dipelajarinya di sekolah di dalam memecahkan

masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

seakan-akan mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga menjadi asing

di masyarakatnya sendiri (Brown, 1994: 244).

Oleh karena itu, berkaitan dengan Pengajaran Bahasa Indonesia, buku

teksnya haruslah mendorong siswa untuk dapat beradaptasi dengan

lingkungannya, perilaku berbahasanya sesuai dengan tuntutan masyarakatnya,

serta memungkinkan siswa menghadapi berbagai tuntutan komunikasinya

secara efektif. Hal tersebut sesuai dengan harapan Barrie Hopson dan Scally

(Pusat Perbukuan, 2004: 24) yang mengemukakan bahwa kecakapan (berbahasa)

yang dikembangkan di sekolah harus memungkinkan siswa berkomunikasi dan

berhubungan, baik itu secara individu, kelompok, ataupun melalui sistem dalam

menghadapi situasi tertentu. Kecakapan tersebut dapat membekali peserta

didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.

Penentuan isi dan bahan pelajaran bahasa berkaitan dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan agar siswa mengenal dan memiliki bekal dalam

menjalankan kehidupan di kemudian hari.

1.2 Identifikasi Masalah

Penyusunan buku teks Bahasa Indonesia perlu memperhatikan hakikat

pendidikan, yakni bahwa pendidikan itu berorientasi pada kecakapan hidup

(Ditjen Diklusepa, 2003: 6). Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup

(34)

untuk memperoleh pengetahuan), learning to learn (belajar untuk tahu cara belajar), learning to do (belajar untuk dapat berbuat/ melakukan pekerjaan),

learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain), dan learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi diri). Berdasarkan lima pilar pendidikan di atas,

Pengajaran Bahasa Indonesia pun diharapkan mampu meningkatkan kecakapan

siswa di dalam meningkatkan kualitas hidupnya serta membantu orang lain

yang membutuhkannya.

Bertolak dari hakikat pendidikan tersebut, para siswa perlu mendapat

materi-materi Pengajaran Bahasa Indonesia yang membekali mereka dengan

kemampuan dan kreativitas berbahasa. Dengan bekal kecakapan berbahasa,

mereka mampu berkoumunikasi secara efektif, termasuk mencari atau

menciptakan pekerjaan. Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Bentuly, para

siswa perlu menggunakan buku teks yang tidak hanya berorientasi pada bidang

akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari (Ditjen

Diklusepa, 2003: 14).

Hal tersebut sesuai pula dengan prinsip-prinsip penyusunan buku teks

bahasa Indonesia yang telah dikemuakan sebelumnya bahwa buku teks itu harus

memerhatikan aspek-aspek berikut:

1) memenuhi dorongan siswa untuk mengungkapkan potensi berbahasanya

kepada orang lain, baik itu secara lisan ataupun tertulis;

(35)

3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam

peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya;

4) memberikan kepada siswa informasi, praktik, latihan, dan

pengalaman-pengalaman berbahasa yang sesuai dengan kebutuhan dan kemahiran

berbahasanya.

Adapun buku teks yang ada selama ini, buku teks lebih berorientasi

pada hasil dan mengabaikan proses. Sajian buku mengandung bahan ajar yang

langsung jadi; kurang mendorong siswa untuk berpikir dan cara merumuskan

ataupun menemukan bahan-bahan itu. Akibatnya, ketika dihadapkan pada

masalah yang berbeda, siswa tidak mampu memecahkannya. Akhirnya, buku

pelajaran bahasa Indonesia hanya memperkuat anggapan bahwa belajar bahasa

adalah belajar tentang pengetahuan bahasa dan bukan belajar menggunakan

bahasa. Demikian pula dengan latihan-latihannya, para siswa lebih didorong

pada kegiatan yang bersifat hapalan, kurang mendorong pada kegiatan yang

bersifat melakoni. Padahal bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran

keterampilan, seharusnya menyajikan latihan-latihan yang berupa kegiatan, baik

pikiran, imajinasi, emosi, ataupun kecakapan fisik.

Dengan memerhatikan beberapa kriteria buku teks yang dikemukakan

berbagai sumber, buku teks yang ada itu belum memiliki paradigma

pengembangan yang jelas, yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar

pengembangan kurikulum sekarang, pendekatan komunikatif, dan

prinsip-prinsip paedagogis. Buku-buku teks itu belum mengembangkan konsep

pendidikan kecakapan hidup secara optimal, yakni konsep yang tidak hanya

(36)

bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn sehingga mereka dapat menjadikan bahasa sebagai sarana untuk memecahkan berbagai

problematika kehidupannya, di dalam pergaulan sehari-hari ataupun di dunia

kerja.

1.3 Pembatasan Masalah

Sebuah buku teks harus mendorong siswa pada penguasaan kecakapan

hidup. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian ini, yakni aplikasi konsep

pendidikan kecakapan hidup di dalam buku teks, khususnya yang digunakan di

SMK. Adapun yang dimaksud dengan kecakapan hidup (life skill) merupakan keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif,

yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan

tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif (Pusat Kurikulum, 2006: 4).

Pendidikan kecakapan hidup meliputi beberapa aspek. Berbagai sumber,

membagi aspek-aspeknya itu ke dalam beberapa kategori. Pusat Kurikulum

(2006: 4) membaginya ke dalam dua aspek, yakni kecakapan yang bersifat

generik dan spesifik, masing-masing aspek tersebut meliputi beberapa kategori,

yakni sebagai berikut.

(37)

2. Kecakapan hidup spesifik, yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademikatau kecakapan

intelektual dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran sehingga mencakup

kecakapan mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan

lainnya, kecakapan merumuskan hipotesis, dan kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian.

Adapun penelitian ini menggunakan konsep pendidikan kecakapan

hidup yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

(Dikmenum, 2005) karena rumusannya lebih terperinci. Adapun konsep

pendidikan yang dimaksudkan itu meliputi aspek-aspek berikut.

1. Kecakapan kesadaran diri, yakni kecakapan seseorang atas dirinya sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga

negara, serta sebagai bagian dari lingkungannya. Kecakapan kesadaran diri

juga meliputi kesadaran seseorang untuk menyadari dan mensyukuri

kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai

modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri

sendiri maupun lingkungannya.

2. Kecakapan berpikir, merupakan kecakapan menggunakan pikiran secara optimal. Kecakapan berpikir mencakup, antara lain, kecakapan menggali dan

(38)

3. Kecakapan bekerja sama, merupakan bentuk hubungan dengan sesama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu

dalam membangun semangat komunalitas yang harmonis. Kecakapan kerja

sama yang dimaksud juga dalam bentuk hubungan atasan dan bawahan.

Dengan sesama, kecakapan kerja sama akan menjadikan seseorang sebagai

teman yang terpercaya dan menyenangkan. Dengan pihak atasan,

kecakapan kerja sama akan menjadikan seseorang yang terpercaya,

sedangkan dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan

tim kerja yang berempati kepada bawahan dan juga dapatmenyelesaikan

konflik secara bijak .

4. Kecakapan berkomunikasi, meliputi bentuk lisan atau tulisan. Komunikasi lisan meliputi kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan.

Kecakapan mendengarkan dengan sikap empati akan membuat orang

mampu memahami isi pembicaraan orang lain. Sementara itu, teman bicara

akan merasa diperhatikan. Kecakapan menyampaikan gagasan dengan

empati, akan membuat orang dapat menyampaikan gagasan dan perasaan

dengan jelas dan dengan kata-kata santun sehingga pesannya sampai dan

teman bicara merasa dihargai. Dalam tahapan lebih tinggi, kecakapan

menyampaikan gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain.

Adapun komunikasi secara tertulis meliputi kegiatan kecakapan membaca

dan menulis. Kecakapan menuangkan gagasan dan perasaan melalui tulisan

yang mudah dipahami orang lain dan membuat orang dihargai. Hal itu

perlu dikembangkan pada siswa. Kecakapan menyampaikan gagasan, baik

(39)

banyak dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam aspek kesadaran diri. Oleh

karena itu, perpaduan antara keyakinan diri dan kemampuan berkomunikasi

akan menjadi modal berharga bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan

orang lain.

5. Kecakapan vokasional seringkali disebut pula dengan kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang

terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa yang

akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan

psikomotor dari pada kecakapan berpikir ilmiah.

Kelima aspek tersebut, merupakan dasar di dalam menganalisis

buku-buku teks bahasa Indonesia SMK. Aspek-aspek itu juga merupakan dasar

penyusunan model pengembangannya di samping kriteria yang dirumuskan

berbagai sumber. Dengan memerhatikan aspek-aspek di dalam konsep

pendidikan kecakapan hidup itu, peneliti kemudian merumuskan model

pengembangan buku teks Bahasa Indonesia yang bermakna bagi para siswa

SMK. Model tersebut mengandung pengalaman nyata dalam berbahasa, baik

berkenaan dengan kehidupan sehari-hari atau dunia kerja yang akan dihadapi

(40)

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut, “ Bagaimanakah pengembangan

pendidikan kecakapan hidup yang di dalam buku teks bahasa Indonesia SMK?”

Perincian dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur materi yang terdapat di dalam kurikulum SMK Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan pengembangan

kecakapan hidup para siswa?

2. Bagaimana buku-buku teks SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang

dipergunakan para siswa selama ini di dalam mengembangkan konsep

pendidikan kecakapan hidup?

3. Bagaimana tanggapan para guru SMK terhadap buku teks bahasa Indonesia

dalam relevansinya dengan perluan para siswa dalam mengembangkan

kecakapan hidupnya?

4. Bagaimana cara guru-guru SMK menggunakan buku-buku teks bahasa

Indonesia SMK itu di dalam membantu para siswanya dalam

mengembangkan kecakapan hidup mereka?

5. Bagaimana model pengembangan buku teks bahasa Indonesia yang ideal

(41)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan-tujuan

penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskrspsikan struktur materi yang terdapat di dalam kurikulum SMK

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan pengembangan

kecakapan hidup para siswa.

2. Mendeskripsikan buku-buku teks SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

yang dipergunakan para siswa selama ini di dalam mengembangkan konsep

pendidikan kecakapan hidup.

3. Mendeskripsikan tanggapan para guru SMK terhadap buku teks bahasa

Indonesia dalam relevansinya dengan perluan para siswa dalam

mengembangkan kecakapan hidupnya.

4. Memaparkan cara guru-guru SMK di dalam menggunakan buku-buku teks

bahasa Indonesia SMK itu di dalam membantu para siswanya dalam

mengembangkan kecakapan hidupnya.

5. Merumuskan model pengembangan buku teks bahasa Indonesia yang ideal

untuk mengembangkaan kecakapan hidup pada siswa SMK.

1.6 M anfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat, terutama berkaitan dengan

kepentingan penyusunan buku teks yang mempunyai makna bagi kehidupan

siswa, terutama di dalam keperluan mereka berkomunikasi sehari-hari.

(42)

buku ataupun penerbit di dalam menyusun buku teks bahasa Indonesia,

khususnya untuk siswa SMK, terkait dengan kepentingan kerja mereka. Adapun

buku-buku teks yang ada sekarang lebih akademistik dan kurang terkait dengan

lingkungan dan persoalan-persoalan kehidupan para siswa yang pada akhirnya

kurang mampu berbahasa secara fungsional di masyarakatnya.

Model buku teks yang dapat dirumuskan melalui penelitian ini

diharapkan mampu menjadi referensi bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam

penyusunan buku teks bahasa Indonesia. Buku teks itu kemudian dapat

mengembangkan potensi siswa agar mereka berani menghadapi kehidupannya,

dapat membekali siswa dengan kecakapan hidup, yang diperlukan di mana pun

ia berada, bekerja atau tidak bekerja dan apapun profesinya. Untuk menghadapi

permasalahan dalam kehidupan nyata, selain bekal kemampuan akademis perlu

diupayakan untuk membekali siswa dengan kecakapan hidup dan kepentingan

bekerja mereka. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat

merekomendasikan suatu model buku teks yang dapat meningkatkan mutu

pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup dan akademistis.

Kecakapan itu menyangkut karakteristik intelektual, emosional, dan spiritual

dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu dengan

materi-materi keterampilan berbahasa. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan

hidup itu dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar siswa

mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan di kemudian hari.

Isi dan bahan pelajaran menyatu dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang

(43)

BA B III

M ETODOLOGI PENELITIA N

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk merumuskan model pengembangan buku

teks bahasa Indonesia dalam bentuk kerangka akademis, pedoman penyusunan,

dan contoh bab untuk penyusunan buku teks SMK. Penelitian yang demikian

digolongkan ke dalam jenis penelitian pengembangan program pengajaran

(developing of instruction program) (Creswell, 1997: 23) atau jenis penelitian dan

pengembangan (research and development) menurut Borg dan Gall (1989). Kegiatan

tersebut dilakukan untuk memenuhi tuntutan keberadaan buku teks yang

memperhatikan kecakapan hidup para siswa SMK.

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif.

Bogdan dan Biklen (1992 : 29-33) mengemukakan bahwa suatu penelitian

menggunakan pendekatan kualitatif apabila memiliki karakteristik, antara lain,

sebagai berikut.

a. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument.

b. Qualitative research is deskriptive

c. Qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products.

d. Qualitative researchers tend to analyze their data inductively. e. “ M eaning” is of essential concern to the qualitative approach.

Sementara itu, Lincoln dan Guba sebagaimana yang dikutip Moleong

(1993: 4-8) mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif, yakni (1)

(44)

(4) analisis data secara induktif, (5) teori dari dasar, (6) paparan data bersifat

deskriptif, (7) lebih memeintingkan proses daripada hasil (8) ada batas yang

ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10)

desain yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama.

Berdasarkan karakteristik di atas, dalam penggunaan pendekatan

penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai pengumpul data penelitian

utama. Proses penelitian disesuaikan dengan fokus masalah penelitian yang

sedapat mungkin terbangun secara alamiah. Pendekatan kualitatif dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan isi dari buku teks

berdasarkan analisis dan menginterpretasikan hasil-hasil analisis dari buku teks

bahasa Indonesia yang digunakan di persekolahan. Proses kerja penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan pandangan dan pendirian subjek penelitian

terhadap situasi yang dihadapinya. Tingkat kepercayaan terhadap data yang

diperoleh dilakukan dengan melakukan verifikasi dan validasi data melalui

penerapan teknik penelitian yang beragam serta dilakukan terhadap subjek

penelitian yang berbeda-beda, kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian.

Proses penyesuaian dilakukan mengingat kemungkinan kemajemukan realitas

yang ditemukan di lapangan. Data penelitian yang terkumpul melalui teknik

penelitian yang dipilih, selanjutnya dianalisis secara induktif untuk

mendapatkan makna dan kondisi alami yang ada. Proses pemaknaan terhadap

yang ada, dilakukan dengan interpretasi idiografik (Guba dan Lincoln, 1985 : 42).

(45)

pada interpretasi bersama antara peneliti dengan subjek penelitian dengan

tujuan mempertajam hasil penelitian terhadap data yang terkumpul berupa

analisis terhadap pernyataan yang dikemukakan oleh subjek penelitian secara

analisis isi dari tema yang terkandung dalam dokumen.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hal ini karena masalah

yang ada di dalamnya dijawab melalui penggambaran objek faktual

(Koentjaraningrat, 1986: 32), tanpa memerhatikan aspek kesejarahan dan tidak

pula memerlukan usaha-usaha eksperimentasi. Penelitian deskriptif berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek secara apa adanya

Data penelitian ini pun berupa data deskriptif dalam bentuk rangkaian

kata atau pernyataan deskriptif meskipun terdapat pula data yang terkumpul

berupa angka-angka. Data yang dimaksud berupa hal-hal berikut:

1. keberadaan konsep pendidikan kecakapan hidup di dalam kurikulum bahasa

Indonesia SMK,

2. keberadaan konsep pendidikaan kecakapan hidup yang dikembangkan di

dalam buku-buku teks bahasa Indonesia SMK,

3. pandangan para guru SMK terhadap keberadaan konsep pendidikan

kecakapan hidup di dalam kurikulum dan pengembangannya di dalam buku

teks bahasa Indonesia yang digunakannya serta tanggapan para guru di

dalam menggunakan buku teks itu,

4. tanggapan para siswa SMK terhadap model pengembangan buku teks yang

(46)

perlukan dalam kepentingannya berkomunikasi, bekerja sama, dan untuk

dunia kerja yang akan mereka hadapi.

3.2 Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber di lokasi penelitian,

yakni yang berupa hal-hal berikut.

1. Kurikulum SMK yang sekarang sedang berlaku. Kurikulum tersebut

mencakup tiga kelas, yakni semenjana, madya, dan unggul.

2. Buku teks bahasa Indonesia SMK yang banyak dipergunakan di

sekolah-sekolah SMK di Kota Tasikmalaya. Dalam hal ini terpilih tiga buku yang

berasal dari penerbit yang berbeda, yakni

a. M odul Pembelajaran Bahasa Indonesia SM K karangan Dra. Suparni, Penerbit

Aditya,

b. Bahasa Indonesia SM K karangan Titin Fitriani, Penerbit Angkasa, dan

c. Bahasa Indonesia SMK karangan Hesti Puji Rastuti dan Purwati, Penerbit

Swaka Mitra Kompetensi.

3. Guru-guru bahasa Indonesia SMK, yang dalam hal ini dipilih enam orang

dari sekolah yang berbeda.

a. 2 orang dari SMKN 1 Tasikmalaya,

b. 2 orang dari SMKN 2 Tasikmalaya,

c. 2 orang dari SMKN 3 Tasikmalaya.

Guru-guru tersebut peneliti pilih berdasarkan pertimbangan pengalaman

(47)

umumnya adalah guru senior, bahkan pengurus MGMP Bahasa Indonesia di

lingkungan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

4. Para siswa SMK sebanyak 30 orang dari sekolah yang sama, namun rumpun

(kelas) mereka tidak sama. Harapan peneliti, dengan perbedaan kelas

tersebut akan didapat keberagaman tanggapan terhadap model buku teks

yang peneliti sodorkan.

Tabel 3.1

Data Responden Penelitian

Kelas Siswa

1. Manajemen Perkantoran 10 orang

2. Bisnis Akuntansi 10 orang

3. Ekonomi Koperasi 5 orang

4. Industri Pariwisata 5 orang

3.3 Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik analisis isi, angket, wawancara, dan

pengembangan produk.

3.3.1 Analisis Isi

Analisis isi atau telaah isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan

konteksnya. Klaus Krppendorff (1993 : 15) menjelaskannya secara lebih lanjut,

sebagai berikut.

(48)

penelitian, analisis isi bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta, dan panduan praktis pelaksanaannya. Ia adalah sebuah alat.

Brelson dalam Klaus Kripendorff (1993: 16) mengatakan bahwa analisis isi

sebagai teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematik, dan

kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest).

Adapun di dalam penelitian ini, teknik analisis isi dilakukan terhadap

kurikulum dan buku-buku teks SMK untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Kegiatan ini dilakukan untuk hal-hal berikut:

a. mengetahui struktur materi yang terdapat di dalam kurikulum SMK Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan pengembangan

kecakapan hidup para siswa,

b. mengetahui pengembangan konsep pendidikan kecakapan hidup di dalam

buku-buku teks bahasa Indonesia SMK.

3.3.2 W awancara

Wawancara dilakukan terhadap enam orang guru bahasa Indonesia SMK

dari sekolah yang berbeda. Wawancara tersebut bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah keterangan mengenai pandangan mereka mengenai

keberadaan konsep pendidikan kecakapan hidup yang ada di dalam buku teks

yang digunakannya. Wawancara juga ditujukan untuk memperoleh gambaran

tentang cara mereka di dalam menggunakan buku teks itu di dalam

pembelajaran di kelas. Peneliti juga ingin mendapatkan saran-saran tentang

(49)

3.3.3 Angket

Angket hingga saat ini dipandang sebagai suatu alat atau salah satu

instrumen untuk pengumpulan data dari para responden yang kemudian

ditelaah, dipelajari, dan dikategorisasikan, serta dianalisis berdasarkan

aspek-aspek tertentu yang ditanyakan kepada responden. Peneliti memandang penting

untuk memilih angket sebagai salah satu dari alat pengumpul data dari

penelitian ini. Instrumen yang berupa angket tersebut dipergunakan untuk

mengetahui tingkat pemahaman dan kemudahan siswa dalam menggunakan

model buku teks yang peneliti kembangkan, tingkat kebermanfaatannya dalam

meningkatkan kecakapan berkomunkasi, kerja sama, serta kesesuaiannya

dengan keperluan mereka di dalam memasuki dunia kerja.

3.3.4 Pengembangan Produk

Pengembangan produk bertujuan untuk merumuskan model

pengembangan buku teks bahasa Indoneia yang memperhatikan penerapan

kecakapan hidup para siswa SMK. Terdapat dua produk yang dihasilkan melalui

penelitian ini:

1. paradigma akademis yang memuat aspek-aspek yang berkenaan dengan (a)

landasan filosofis penggunaan buku teks bahasa Indonesia di SMK, (b) tujuan

dan fungsi buku teks, (c) pengorganisasi bahan ajar bahasa Indonesia dalam

buku teks, (d) komponen buku teks bahasa Indonesia dalam meningkatkan

(50)

meningkatkan kecakapan hidup siswa SMK, (f) sistematika buku teks bahasa

Indonesia untuk siswa SMK;

2. model pengembangan yang berupa contoh bab penyusunan buku teks SMK

sebagai aktualisasi dari teori landasan dan hasil pengamatan lapangan, baik

itu berdasarkan kajian kurikulum, telaah terhadap buku teks yang ada, serta

pandangan-pandangan para guru.

Gambar 3.1

Alur Penelitian KAJIAN

KEPUSTAKAAN PENELITIAN

YANG RELEVAN

RUMUSAN INSTRUM ENTASI

1. ANGKET

2. PAND UAN PENILAIAN BUKU TEKS 3. PANDUAN W AW ANCARA

ANALISIS

BUKU BAHASA INDONESIA SMK

ISI PENDIDIKAN

KECAKAPAN HIDUP

M ATERI LATIHAN

M ODEL PENGEM BANGAN BUKUBAHASA INDONESIA SM K

BERBASIS PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

(51)

3.4 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan ketiga jenis data itu, penelitian ini menggunakan

tiga instrumen, yakni (a) format analisis kurikulum dan buku teks, (b) pedoman

wawancara, dan (c) lembar angket. Adapun format untuk melakukan analisis

untuk isi kurikulum dan buku teks itu menggunakan format berikut.

Tabel 3.2

1. kesadaran eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan makhluk lingkungan

2. kesadaran akan potensi diri dan terdorong untuk mengembangkannya

B. Kecakapan berpikir

3. kecakapan menggali informasi

4. kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan dengan cerdas

5. kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif C. Kecakapan berkomunikasi

(52)

8. kecakapan membaca

9. kecakapan menulis pendapat/ gagasan D. Kecakaan bekerja sama

10.kecakapan sebagai teman yang menyenangkan 11.kecakapan sebagai pemimpin yang berempati E. Kecakapan akademik

12.kecakapan mengidentifikasi variabel dan hubungan satu dengan yang lainnya

13.kecakapan merumuskan suatu hipotesis

14.kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian F. Kecakapan vokasional

15.Kecakapan vokasional dasar 16.Kecakapan vokasional khusus

b. Pedoman wawancara terdiri atas butir-butir pertanyaan terbuka untuk

mengetahui pendapat guru tentang pengembangan pendidikan kecakapan

hidup di dalam buku teks yang mereka gunakan serta cara di dalam

mempergunakan buku teks itu di kelas.

Adapun masalah-masalah yang ditanyakan berkenaan dengan hal-hal

berikut:

1) pandangan tentang konsep pendidikan kecakapan hidup di dalam

kurikulum dan buku teks yang digunakannya,

2) kesesuaian buku teks dengan tuntutan pendidikan kecakapan hidup,

3) cara menggunakan buku teks, khususnya dalam mengembangkan

pendidikan kecakapan hidup,

4) saran-saran tentang pengembangan pendidikan kecakapan hidup di

dalam buku teks.

c. Lembar angket berisi butir-butir pertanyaan semiterbuka utuk mengetahui

(53)

kaitannya dengan kecakapan hidup yang mereka perlukan di dalam

4. Apakah buku teks ini mendorong Anda untuk bisa memanfaatkan informasi secara lebih kreatif?

5. Apakah buku ini bisa membantu Anda di dalam mengatasi masalah-masalah berbahasa pada kehidupan sehari-hari? 6. Apakah buku teks ini

(54)

masalah?

9. Apakah buku ini telah menyadarkan Anda tentang pentingnya menghargai pekerjaan ataupun prestasi teman? 10.Apakah buku ini dapat

membekali Anda dengan 11.Apakah materi di dalam

buku teks berguna pula di dalam bembuka suatu lapangan usaha nanti?

Secara lebih lengkap, berikut dipaparkan jenis instrumen, topik kajian atau jenis

data yang diperlukan, beserta sumbernya.

Tabel 3.5

Instrumen, Topik Kajian Penelitian, dan Sumber Data

INSTRUM EN TOPIK KAJIA N SUM BER DATA pendidikan kecakapan hidup di dalam buku teks

Pengalaman dan pandangan para guru tentang pengembangan pendidikan kecakapan hidup di dalam kurikulum dan buku teks.

Gambar

Tabel 4.25  Model-model Metode Belajar dalam Buku Teks…………………..
Gambar 4.22 Dua Sturkutr Penyajian Buku Teks………………………………...
Dua Paradigma Pengajaran Bahasa: Lama dan BaruGambar 1.1
Gambar 1.2 Komponen-komponen Kompetensi Berbahasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada buku pedoman ini dijelaskan cara pengutipan berdasarkan format APA (American Psychological Association). Pada format APA, kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan

Meskipun demikian, WTO secara prinsip tidak melarang anggotanya untuk bergabung dengan organisasi kerjasama ekonomi regional atau mengadakan perjanjian liberalisasi perdagangan jasa

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri- ciri yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian

Peta Ancaman Tanah Longsor Metode SNI Dari hasil pemetaan ancaman SNI, diperoleh sebesar 70,495% dari wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tingkat ancaman tinggi,

subtilis tidak terjadi peningkatan kemampuan degradasi, hal tersebut terjadi karena penambahan jumlah bakteri yang terlalu kecil menyebabkan produksi metabolit

[r]

– Packet-packet yang berbeda untuk external virtual circuit yang sama bisa mengambil internal route

Manajer investasi yang memiliki kemampuan tersebut dalam menghadapi pasar yang bearish / crash akan mengurangi β / level risiko aset dalam portofolionya dengan memindahkan