TESIS
Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
MARWIYAH AMIN NPM: 1422030038
PEMBIMBING I : Dr. HASAN MUKMIN, M.A. PEMBIMBING II : Dr. NASIR, M.Pd
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
ABSTRAK ... iii
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 17
C. Rumusan Masalah ... 19
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 19
E. Kerangka Pikir ... 20
BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Kerja ... 25
1. Pengertian Budaya Kerja... 25
2. Unsur-unsur Budaya Kerja ... 34
3. Manfaat Budaya Kerja ... 37
4. Pengaruh Budaya Kerja terhadap organisasi... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ……… ... 82
B. Populasi dan Sampel ... 83
C. Metode Pengumpulan Data ... 83
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 84
E. Teknik Analisis Data ... 88
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Uji Persyaratan Analisis Data ... 106
1. Homogenitas ... 106
2. Uji Normalisasi Data ... 110
3. Uji Linieritas ... 115
B. Uji Hipotesis ... 122
1. Uji Korelasi antar Variabel ... 122
2. Uji Regresi Ganda ( Multiple Regresion Test ) ... 130
C. Pembahasan ... 133
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 134
B. Rekomendasi ... 135
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah pendidikan sekolah merupakan organisasi (institusi)
pelaksana teknis penyelenggaraan pendidikan, yang jati dirinya akan terbentuk
oleh budaya kerja. Bentuk budaya kerja yang tumbuh dan berkembang di
sekolahakan mempengaruhi kinerja anggota organisasi yang ada di dalamnya,
yang sekaligus merupakan bagian dari budaya kerja itu sendiri. Dengan demikian
hidup atau matinya suatu sekolah akan sangat ditentukan oleh budaya kerja
manusia di dalamnya.
Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara
keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi.Membangun
budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta
berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.
Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang
dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan
bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang
saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup
pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya
kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan
dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu
mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:
“Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai
dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada
sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa
kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.”1
Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang
dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah
menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga nantinya orang
mengerjakan sesuatu dapat mengerjakannya dengan baik.
Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia menerangkan bahwa:
“Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya
dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari
sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang
terwujud sebagai kerja atau bekerja.”2
Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja, mendefinisikan
budaya kerja, yaitu : ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau
1
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 65
2
program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan
kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.3
Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah seperangkat
perilaku perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam
dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi”.4
Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no 25/Kep/M.Pan/4/2002
tentang Pedoman Pengembangan Budaya KerjaAparatur Negara adalah :
“Sikap dan perilaku individu dari kelompok aparatur Negara yang didasari
atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari”.5
Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki
bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.
Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi
menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan
dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya
3
Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi, Cetakan Kedua, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2003), h. 80
4
Osborn dan Plastrik, Manajemen Sumber Daya Mausia,(Yogyakarta : BPFE, 2002), h.252
5
pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian
diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran
pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin
dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang
dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.
Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau
organisasi itu berdiri, artinya “pembentukan budaya kerja terjadi ketika
lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan, baik
yang menyangkut masalah organisasi.”6
Dalam mengembangkan budaya
organisasi tentunya tidak terlepas dari nilai budaya kerja yang seharusnya di
kembangkan dalam berorganisasi. Adapun nilai budaya kerja yang seharusnya
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang
berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu
kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang
benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan
atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.7
6
Siti Amnuhai,Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta. : Bumi Aksara, 2003), h.76 7
Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai
inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap
tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi
keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala
sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).
Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan
komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal
maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan
semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling
koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan
manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta
saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam
rangka membentuk budaya kerja.
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun
keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang
melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen
membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya
suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya
membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan
(organisasi), efektif atau produktif dan efisien.
Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya
hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain
secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya
mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga
tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu
dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai
institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer).Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh organisasi, pegawai membutuhkan motivasi/dorongan agar maubersedia meningkatkan
kinerjanya.Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela
untuk menggerakan kemampuan, tenaga dan wktunya untuk menjalankan semua
pekerjaan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya
terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai organisasi terwujud.
Motivasi menggambarkan proses memulai, mengarahkan, memelihara
aktivitas secara fisik dan psikologis. Merupakan suatu konsep yang luas, yang
mencakup berbagaihal yang mendasari tindakan seseorang terhadap orang lain
untuk mencapai tujuan yng diinginkan. Motivasi adalah bagian dari psikologi
yang memfokuskan untuk memahami aktivitas, struktur dan tujuan suatu tingkah
laku.8Penelitian mengenai motivasi mencoba mencari hubungan antara tingkah
laku manusia, dengan hasrat, kepercayaan dan emosi.
Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang
lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras
jika tidak menemui hambatan dalam merealisasikan apa yang diharapkan. Selama
8
dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten
pada tujuan kerja. Ada juga yang lebih menyukai dorongan kerja tanpa
mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan dalam mengatasi
situasi yang sulit.
Meskipun pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai didukung oleh kemampuan
(ability) yang tinggi, tetapi bila tidak termotivasi dengan baik maka hasilnya tidak
akan efektif. Dengan adanya motivasi, pegawai memperoleh suatu dorongan dari
dalam dirinya untuk bekerja lebih baik atau memberikan yang terbaik bagi
kelompoknya dengan berbagaimacam alasan yang luhur agar bisa mencapai
tujuan organisasi. Namun tidak mudah itu setiap pegawai mempunyai dorongan
yang positif, mereka perlu dibantu oleh orang lain yng berperan sebagai pimpinan
atau atasan.
Dalam suatu organisasi selalu terjadi proses komunikasi antara orang yang
satu dengan yang lainnya, baik secara perorangan atau secara kelompok, apakah
staf (bawahan) ataukah seorang manajer. Pengambil inisiatif selalu berharap agar
tujuannya dalam berkomunikasi dapat diterima dan dimengerti oleh yang
menerima.Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi
dalam melaksaankan misinya. “Pada setiap organisasi diperlukan komitmen para
manajer (pemimpin) pada pencapaian sasaran perorangan dan sasaran orgnisasi
secara efektif.”9
Kepemimpinan merupakan salah satu unsur terpenting dalam perkembangan
sebuah organissi, karena maju tidaknya sebuah organisasi terutama ditentukan
oleh pemimpin.Kepentingan kepemimpinan adalah tanggung jawab seseorang
9
pemimpin untuk mampu memilih strategi untuk dapat organisasi sukses,
bertumbuh dan berhasil dalam menghadapi persaingan.10Keberhasilan pemimpin
dalam memotivsi kerja pegawai sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan
organisasi dalam konteks pengelolaan di bidang pendidikan.Dimana pendidikan
dalam hal ini institusi merupakan tonggak penentu keberhasilan atau kegagalan
pemimpin dalam menumbuhkan kemampuan dan kemauan bawahannya dalam
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan dalam organisasi. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengerahkan
dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaaksanakannya. Menurut Stonner, seperti yang dikutip Nanang Fatah, “semakin
banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin
besar potensi kepemimpinan yang efektif.”11
Dalam memberikan motivasi, pemimpin tidak sekedar mendorong sebisanya,
akan tetapi harus mengunakan strategi agar apa yang dilakukan itu dapat
menghasilkan yang lebih baik secara optimal. Beberapa factor yang diperlukan
untuk strategi antara lain, seperti tujuan, cara kerja, teknologi dan sumber daya
lainnya. Dengan mengenal factor-faktor tersebut akan dapat disusun suatu langkah
bagaimana membuka peluang keberhasilan melalui kesadaran/hati nurani sumber
daya manusia yang ada untuk merubah sikap dan prilaku yang kondusif terhadap
10
Peter F drucker, The Leader of the Future, (San Fransisco : Jossey-Bass Publishers, 1996), Firstedition, h. 135
11
tantangan yang dihadapinya. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab pemimpin
dalam upaya mencapai keberhasilan organisasi.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa
Kepala MTs Negeri 1 Lampung Selatan memiliki peranan sangat besar dalam
memotivasi para guru, hal tersebut bisa terlihat dari hubungan yang dibangun oleh
kepala sekolah selaku pemimpin dari MTs Negeri 1 Lampung Selatan hubungan
yang baik dan akrab terlihat dari keseharian para guru disana.12
Guru sebagai sumber daya potensial merupakan sumber kekuatan organisasi,
sebab gurulah yang menggerakan orgnisasi. Dalam menggerakan organisasi, guru
membutuhkan motivasi/dorongan agar mau/bersedia meningkatkan
kinerjanya.Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela
untuk menggerakan kemampuan, tenaga daan waktunya untuk menjalankan
semua pekerjaan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar
kewajibanya terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai orgnisasi
terwujud.Meskipun pekerjaan yang dilakukan oleh guru didukung oleh
kemampuan (ability) yang tinggi, tetapi bila tidak termotivasi dengan baik maka hasilnya tidak efektif.
Dengan adanya motivsi, guru memperoleh suatu dorongan dari dalam dirinya
untuk bekerja lebih baik atu memberikan yang terbaik bagi kelompoknya dengan
berbagai macam alasan yang luhur agar bisa mencapai tujuan orgnisasi. Namun
tidak semudah itu setiap guru mempunyai dorongan yang positif, mereka perlu
dibantu oleh orang lain yang berperan sebagai pimpinan atau atasan. Dalam hal
pelaksanaan atau pergerakan kegiatan sekolah, kepemimpinan kepala madrasah
12
sangat diharapkan agar dapat mempengaruhi semua pihak agar secara sukarela
dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik dalam rangka peningkatan motivasi
kerja seluruh komponen pendidikan.Dalam hal ini Kepala MTs Negeri 1 Lampung
selatan terlihat memberikan motivasi serta dorongan yang positif kepada
guru-guru agar dapat memberikan yang terbaik untuk sekolah dan murid-murid.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara
kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang
ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya
dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai
ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain
itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai
prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan
efisien
Manusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan
untuk meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya. Kebutuhan hidupnya selalu
ingin terpenuhi dengan berbagai macam cara, agar keinginan tersebut tercapai
dengan baik, Allah memerintahkan kepada makhluk-Nya agar berusaha dan
Artinya: ”Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi, dan carilah karunia Allah (rezeki) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al Jumu’ah : 10)13
Dalam surat Al-Insyarah ayat 7 :
Artinya : ”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S. Al Insyirah : 7)14
Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu tidak
hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk
ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridhoan Allah semata.
Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Dalam ayat tersebut di atas jelas bahwa kita tidak boleh kosong dari
kegiatan, aktif dan bervariasi dalam bekerja agar kejenuhan tidak hinggap dalam
melakukan pekerjaan. Itulah sebabnya Allah mengingatkan agar tidak jenuh maka
harus rajin dan sungguh-sungguh dalam berusaha Rasulullah Saw bersabda:
Artinya : Dari Abu Hurairah RA berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : ”Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang mu’min yang lemah, meskipun kedua-duanya memiliki kebaikan. Antusiaslah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu, serta mohonlah pertolongan Allah dan janganlah menjadi lemah. Akan tetapi sebaliknya katakanlah : ini adalah ketentuan Allah, dan apapun yang dikehendakinya tentu akan
13
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Toha Putra, 1998) h. 398
14
dilaksanakannya. Maka sesungguhnya perkataan itu akan membuka perbuatan syaitan.”15
Hadits di atas memperjelas keharusan untuk rajin dan sungguh-sungguh
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan
sehingga pekerjaan itu memiliki nilai produktivitas yang tinggi.Keuntungan yang
diraih seseorang itu ada bagian bagi orang lain.
Kerja produktif adalah kerja yang menghasilkan nilai tambah.
Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar daripada sumber daya
yang ada. Jika banyak tenaga kerja, tetapi sedikit hasil maka yang demikian
disebut tidak produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam
produktifitas. Semangat dalam bekerja harus menjadi ciri khas (etos) setiap
muslim karena dewasa ini umat Islam berada pada keterbelakangan. Tanpa etos
kerja yang tinggi sulit sekali dicapai produktivitas dalam bekerja.
Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanat, dan oleh karenanya tidak
boleh disia-siakan oleh pengemban amanat tersebut.
Di Sekolah yang dapat mengembangkan budaya kerja yang baik adalah
kepala sekolah, dia sebagai seorang pemimpin di sekolah yang dipimpimnya harus
mampu menciptakan budaya kerja yang baik sehingga guru yang mengajar
memiliki kinerja yang baik pula. Selain itu seorang pemimpin setelah memberikan
motivasi kepada bawahan mempunyai tujuan yang baik agar budaya kerja guru
menjadi semakin terarah, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peranan
yang sangat vital dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan formal, karena
15
seorang guru yang langsung bersinggungan dengan siswa, untuk memberikan
bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk
itu kinerja seorang guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk
meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara menciptakan budaya
kerja yang baik, memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan
insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan mengetahui
apa yang diharapkan dan kapan bisa menetapkan harapan-harapan yang diakui
hasil kerjanya.
Kinerja guru (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang
terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua
warga belajar pendidikan kesetaraan, kepemimpinan yang menjadi panutan warga
belajar, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta
tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku
manager pendidikan adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian
ini penting sekali dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi
pemimpin kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.
Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.
dia mengajar karena terpaksa saja karena tidak ada kemauan yang berasal dari
dalam diri guru. Keberhasilan guru dalam mengajar karena motivasi ini sebagai
pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru itu telah menyentuh kebutuhannya
baik kebutuhan rohani maupun jasmani. Kebutuhan tersebut misalnya
memperoleh gaji dari hasil kerjanya, memperoleh penghargaan dari pengelola
pendidikan kesetaraan, memperoleh pengakuan dari teman-teman sesama guru,
mendapat rasa nyaman dan aman dalam bertugas, memperoleh kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat dan sebagainya. Jika kebutuhan guru tersebut terpenuhi
berarti guru memperoleh dorongan dan daya gerak untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Ini berarti kinerja guru dapat tercapai dengan baik. Kinerja
yang tercapai dengan baik itu terlihat dari guru yang rajin hadir di sekolah dan
rajin dalam mengajar, guru mengajar dengan sungguh-sungguh, guru mengajar
dengan semangat dan senang hati. Apa yang dilakukan oleh guru ini akan
berdampak kepada keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Untuk mendapatkan kinerja yang baik tentunya tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga kinerja guru menjadi lebih baik lagi,
adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja atau hasil kerja yaitu :
1. Variabel individual, terdiri dari:
a. Kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik
b. Latar belakang: keluarga, tingkat social, penggajian
c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin
2. Variabel organisasional, terdiri dari:
a. Sumberdaya
c. Imbalan
d. Struktur
e. Budaya kerja
3. Variabel psikologis, terdiri dari:
a. Persepsi
b. Sikap
c. Kepribadian
d. Belajar
e. Motivasi.16
Jadi pada dasarnya kinerja seorang guru juga dipengaruhi oleh budaya
kerja walaupun hanya salah satu variabel saja yang dalam hal ini variabel
organisasi, akan tetapi budaya kerja ini memiliki pengaruh terhadap kinerja,
dalam hal ini yang mempengaruhi adalah budaya kerja yang baik yang ada di
sekolah. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji fenomena yang terjadi
pada guru yang ada di MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung
selatan.17
Dari hasil awal penelitian didapat gambaran tentang kinerja guru di MTs
Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan, bahwa banyak dari guru
yang mengajar pada pendidikan ini masih kurang baik kinerjanya, hal ini dilihat
dari angka kehadiran guru di kelas menurut absensi yang ada pada absen guruada
45%, yang tidak hadir selama satu bulan kemudian guru dalam mengajar hanya
melakukan rutinitas belaka, dan tidak melakukan inovasi pengembangan lebih
16
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta ; Renika Cipta, 2003), h. 65
17
lanjut, lebih dari 35% dari para gurutidak membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) karena RPP ini sangat menentukan jalannya kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, selain dari itu ada sebagian guru datang ke
MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan.kurang tepat waktu
dan pulang tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya. Pada saat jam mengajar
atau waktu mengajar masuk, masih ada guru yang tidak langsung mengajar
didalam kelas sehingga siswa kadang-kdang berkeliaran diluar ruang belajar dan
gurupun hanya kadang-kadang saja mengadakan evaluasi (pretest maupun
postest) tentang materi yang baru diajarkan”.18
Dari paparan tersebut terlihat bahwa kinerja guru yang ada di MTs Negeri
1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatanmasih kurang baik.
Disisi lain budaya kerja yang di terapkan di MTs Negeri 1 Lampung
Selatan Kalianda Lampung selatan sudah baik dimana di sekolah dibudayakan
untuk dapat kerja dengan disiplin, terbuka, saling menghargai dan saling
bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari hasil awal penelitian didapat gambaran tentang budaya kerja serta
motivasi kerjaMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan sudah
dijalankan dengan baik dari segi budaya kerja dan motivasi kerja yang diterapkan,
dimana dari budaya kerja dan pemberian motivasi kerja kepada guru yang
diterapkan adalah datang dan pulang tepat waktu, saling menghargai, saling
terbuka dan saling kerjasama dalam menjalankan tugas di sekolah, dan ini sudah
diterapkan dengan baik oleh kepala sekolah dimana apabila sudah jam waktunya
masuk pintu gerbang langsung ditutup, dan sebelum pulang gerbang belum boleh
18
dibuka, setelah jam masuk guru yang mengajar langsung masuk kelas dan
mengajar tidak boleh meninggalkan kelas sebelum selesai jam mengajarnya.19
Hal senada juga diungkapkan oleh guruMTs Negeri 1 Lampung Selatan
Kalianda Lampung selatan yang lain dimana ia menyatakan bahwa budaya kerja
yang ada di MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan sudah
dibudayakan dengan baik oleh pihak sekolah akan tetapi masih ada guru yang
datang terlambat, pulang lebih awal dan juga masih ada guru yang ketika
mengajar masih keluar masuk kelas”.20
Dari paparan dia atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan antara budaya kerja serta motivasi kerja dengan
kinerja guru pada MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung Selatan.
Penelitian ini diharapkan dapat memotret budaya kerja serta membangun
Motivasi kerja yang baik MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung
Selatan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada pendidikan yang di
selenggarakan
A. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipaparkan di atas, maka
yang menjadi fokus perhatian dan sekaligus menjadi problem adalah sejauh
mana hubungan budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru MTsN
1 Lampung Selatan.
19
Ridwan hawari, Wawancara, (Tanggal, 20Oktober2015)
20
Masalah pokok tersebut teridentifikasi sebagai berikut:
1) Dalam setiap rapat guru selalu diberi arahan untuk selalu disiplin , akan
tetapi masih banyak guru yang belum menunjukkan kerja yang baik.
2) Kinerja guru yang kurang optimal, belum menguasai sepenuhnya materi
yang diajarkan dimungkinkan karena profesionalitas guru tersebut
memang masih kurang.
3) Guru yang kurang berdisiplin dalam menjalankan tugasnya, sering telat
mengajar, kadang tidak masuk kelas hanya memberi tugas bahkan alpha.
4) Motivasi Kerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan ini sudah di berikan
oleh Kepala Sekolah ebagai Pimpinan akan tetapi masih ada guru yang
kurang semangat belajar.
2. Batasan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan
sangatlah kompleks.Salah satunya adalah masalah manajemen sumber daya
manusia.Permasalahan-permasalahan perlu mendapat tanggapan dan
solusi.Dalam tesis ini penulis hanya membatasi masalah pada ruang lingkup
kecil yaitu mengenai kinerja guru yang ada di MTsN 1 Lampung Selatan.Ada
banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya kompetensi,
kompensasi, kepemimpinan, disiplin dan motivasi kerja. Namun dalam
penelitian ini penulis membatasi masalah kinerja guru MTsN 1 Lampung
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa besar hubungan Budaya kerja terhadap kinerja guru di MTsN1
Lampung Selatan ?
2. Seberapa besar hubunganBudaya Kerja terhadap kinerja guru diMTsN 1
Lampung Selatan ?
3. Seberapa besar hubungan Budaya Kerja dan Motivasi guru secara
bersama-sama terhadap kinerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1) Mengetahui besarnya hubungan budaya kerja terhadap kinerja guru
MTsN 1 Lampung Selatan.
2) Mengetahui besarnya hubungan Motivasi guru terhadap kinerja guru di
MTsN 1 lampung Selatan.
3) Mengetahui besarnya hubungan Budaya Kerja dan Motivasi Guru secara
bersama-sama terhadap kinerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini, antara lain :
a. Kegunaan Teoritis yakni mengembangkan nilai-nilai budaya kerja serta
motivasi kerja organisasi untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses
b. Kegunaan praktis yakni memberikan kontribusi dalam menemukan
teknik-teknik pengelola Pendidikan formal dalam meningkatkan kinerja guru dan
Kepala Sekolah dalam proses belajar mengajar.
c. Memberikan informasi kepada para pendidik dalam meningkatkan
kinerjanya serta memahami betapa pentingnya kompetensi profesional
guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai guru.
D. Kerangka Pikir
Dalam pemikiran ini ada tiga variabel yaitu budaya kerja serta motivasi
kerja dan Kinerja Guru.
Budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja,
yaitu : ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau program mental
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama
manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.21
Sedangkan Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no
25/Kep/M.Pan/4/2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya
KerjaAparatur Negara adalah : “Sikap dan perilaku individu dari
kelompok aparatur Negara yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan sehari-hari”.22
Dalam mengembangkan budaya organisasi tentunya tidak terlepas dari
nilai budaya kerja yang seharusnya di kembangkan dalam berorganisasi.
21
Taliziduhu Ndraha, Loc.Cit
22
Adapun nilai budaya kerja yang seharusnya dikembangkan adalah sebagai
berikut:
1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma
yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu
lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang
benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan
perusahaan.
3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan
atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target
perusahaan.23
Jadi nilai-nilai budaya kerja di atas apabila diterapkan dengan baik akan
membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru, karena dalam
melaksanakan tugas sebagai seorang guru ditutut untuk dapat menjalankannya
sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah, jadi apabila budaya kerja yang
dituntut oleh sekolah menjadi dasar kerja maka pekerjaan guru akan lebih terarah
dan terlaksana dengan baik.
Sedangkan Motivasi menggambarkan proses memulai, mengarahkan,
memelihara aktivitas secara fisik dan psikologis. Merupakan suatu konsep yang
luas, yang mencakup berbagaihal yang mendasari tindakan seseorang terhadap
23
orang lain untuk mencapai tujuan yng diinginkan. Motivasi adalah bagian dari
psikologi yang memfokuskan untuk memahami aktivitas, struktur dan tujuan
suatu tingkah laku.24 Penelitian mengenai motivasi mencoba mencari hubungan
antara tingkah laku manusia, dengan hasrat, kepercayaan dan emosi.
Menurut Robbins dalam Husaini Usman disebutkan bahwa kinerja atau
performance adalah produk dari fungsi kemampuan dan motivasi (Ability x motivation)”25
Jadi kinerja merupakan kemampuan dan motivasi dalam menjalankan
aktivitas pekerjaan dalam suatu organisasi, sebagai seorang guru maka
kemampuan dan motivasi diarahkan kepada tercapainya tujuan pendidikan dan
lebih spesifik lagi tercapainya tujuan pembelajaran yang diajarkan.
Adapun untuk mengukur baik atau buruknya kinerja guru dibutuhkan
ukuran yang dalam hal ini berupa indikator kinerja, indikator kinerja guru dalam
mengajar yang baik adalah ” 1. Membuat Perencanaan yang meliputi (
Merumuskan Tujuan pembelajaran, Mengembangkan dan mengorganisasikan
materi, media, dan sumber belajar, Merencanakan skenario kegiatan
pembelajaran, Merancang pengelolaan kelas dan Merencanakan prosedur, jenis,
Menyiapkan alat penilaian) 2. Pelaksanaan Pengajaran yang meliputi ( Mengelola
ruang dan fasilitas pembelajaran, Melaksanakan kegiatan pembelajaran) dan
Mengadakan evaluasi”.26 Berikut ini disajikan gambar kerangka pikir Budaya
Kerja serta Motivasi Kerja dan kinerja guru MTs Negeri 1 Lampung Selatan.
24
Enclyclopedia Americana, Jilid ke-19 (USA : 1978), h. 545
25
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 488
26
A. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah “Suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul”[27]
Sedangkan menurut pendapat Yatim Riyanto, “Hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian."[28]
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki, jadi hipotesis masih dapat
diuji kebenarannya jika ternyata tidak sesuai dengan fakta, maka hipotesis akan
ditolak, sebaliknya jika hipotesis tersebut akan diterima jika fakta
membenarkannya.
Jadi dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1) Terdapatpengaruhpositif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjaterhadapkinerja
gurudiMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan.
2) Terdapat pengaruhpositif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjaterhadap kinerja
guru diMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan.
3) Terdapat pengaruh positif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjasecarabersama-samaterhadapkinerjaguru d i MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 110
28
LANDASAN TEORI A. Budaya Kerja
Keberhasilan suatu pekerjaan, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan
perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat
kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya yang merupakan
kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Suatu kebiasaan tersebut
dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas
kerja, maka dinamakan budaya kerja.
1. Pengertian Budaya Kerja
Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa
sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata
majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah
daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan
merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut”.1
Pengertian kebudayaan banyak dikemukakan oleh para ahli seperti
Koentraningrat, yaitu; ”kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan
dan hasil kelakukan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan
belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”.2
1
Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, Cetakan Kesembilan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 20
2
keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun
budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta
berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:Budaya Kerja adalah
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,
pelanggaraan dengan kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari
pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut
merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
untuk mencapai tujuan”.3
Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang
dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah
menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia menerangkan bahwa:Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari
oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan
kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat
atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,
pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.4
3
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 65
4
digambarkan, yaitu:
a. Integritas dan profesionalisme, yaitu konsisten dalam kata dan perbuatan
serta ahli dalam bidangnya. Orang yang memiliki integritas kepribadian,
maka dia akan melakukan sesuatu yang sesuai antara apa yang diucapkan
dan apa yang dilakukan. Kepribadian ini muncul dari keyakinan bahwa
bekerja tidak semata untuk meraih prestasi keduniawaian tetapi juga
memiliki makna keukhrawian atau ibadah. Bekerja yang didasari oleh
semangat ibadah akan menyebabkan orang bekerja tanpa pamrih untuk
kepentingan individu tetapi untuk kepentingan kebersamaan. Selain itu
juga memiliki kemampuan yang seimbang. Dia akan bekerja dengan
pengetahuan, sikap dan keahliannya.
b. Kepemimpinan dan keteladanan, yaitu mampu mendayagunakan
kemampuan potensi bawahan secara optimal. Jika ketepatan diberi
kekuatan untuk menjadi pemimpin maka tidak akan memanfaatkannya
untuk bekerja secara otoriter tetapi secara partisipatif. Seseorang akan
secara maksimal mendayagunakan bawahannya sebagai partner untuk
mencapai visi dan misi institusi. Selain itu juga berlaku sebagai teladan.
Menjadi teladan dalam kerja keras, tanggungjawab, dan kedisiplinan dan
sebagainya. Sebagaimana para Nabi yang dicontohkan di dalam teks suci
bahwa ”pada diri Nabi adalah contoh dan tauladan yang baik”. Para
pemimpin sesungguhnya adalah pewaris para teladan sejati dalam
kerjanya tidak bersifast individual dan pusat kekuasaan tidak pada satu
tangan. Sesuatu yang sangat sulit di dalam relasi kerja adalah membangun
kerja sama dalam kerja kelompok. Meskipun manusia itu tahu bahwa tidak
mungkin urusan diselesaikan secara individual, namun demikian ketika
harus bekerja sama terkadang mengalami kesulitan. Bayangkan saja tidak
ada manusia yang bisa memenuhi kebutuhannya secara sendiri kecuali
dalam relasinya dengan manusia lainnya. Ada ungkapan yang bagus yaitu
TEAM, Together Everyone Achieve More. Justru melalui kebersamaan
seseorang akan mendapatkan lebih banyak.
d. Ketepatan dan kecepatan, yaitu adanya kepastian waktu, kuantitas, kualitas
dan finasial yang dibutuhkan. Prinsip yang harus dijadikan sebagai
pedoman adalah semakin cepat semakin baik. Prinsip pelayanan yang
harus dikembangkan dalam suatu institusi adalah pelayanan prima yang
berbasis kecepatan dan ketepatan. Bukan prinsip gremet-gremet angger
slamet atau lambat-lambat tetapi selamat, tetapi cepet-cepet angger
selamet. Makanya yang diperlukan adalah kecepatan dan ketepatan. Kerja
yang cepat dan tepat merupakan kerja yang menggunakan keturukuran
yang jelas. Jika pekerjaan bisa diselesaikan sehari maka akan
diselesaikannya tepat waktu. Jika pekerjaan itu menghabiskan anggaran
tertentu, maka akan dilaksanakan sesuai dengan ukuran anggaran yang
tepat. Jika bisa seperti itu maka tidak akan terjadi kasus mark up dan
sebagainya, juga bukan kerja yang menjadikan sesuatu yang mudah
intelektual dan emosional. Ternyata di dalam kehidupan ini yang
dibutuhkan bukan sekedar orang yang cerdas secara intelektual saja.
Kenyataannya banyak orang yang cerdas intelektual tetapi justru tidak
berhasil dalam kehidupannya. Kehidupan ini bukan hanya membutuhkan
logika akan tetapi juga kecerdasan emosi yang didasari oleh pemahaman
tentang perasaan dan kemanusiaan.5
Melalui kecerdasan logika manusia akan menyatakan ya atau tidak. Akan
tetapi untuk menyatakan ya atau tidak tentu dibutuhkan pertimbangan
kemanusiaan. Melalui keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional
maka akan memunculkan keteguhan dan ketegasan. Dan yang tidak boleh
dilupakan adalah kecerdasan spiritual yang berbasis pada keyakinan dan moralitas
kebaikan. Dengan menggabungkan ketiganya dalam kerja maka seseorang akan
bisa meraih kebahagiaan yang memadai.
Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja, mendefinisikan
budaya kerja, yaitu; ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau
program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan
kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.6
Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya Manajemen
Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah seperangkat
5
Habibiarifin, budaya-organisasi-dan-budaya-kerja, dalam http://habibiarifin.blogspot.com, diakses tanggal 21 Juli 2012
6
dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi”.7
Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no 25/Kep/M.Pan/4/2002
tentang Pedoman Pengembangan Budaya KerjaAparatur Neg ara adalah
: “Sikap dan perilaku individu dari kelompok aparatur Negara yang didasari
atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari”.8
Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki
bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.
Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang
dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan
bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang
saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup
pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya
kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan
pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu
dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu
mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.
7
Osborn dan Plastrik, Manajemen Sumber Daya Mausia,(Yogyakarta : BPFE, 2002), h.252
8Menpan,
bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya
pembenahan-pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian
diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran
pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin
dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang
dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.
Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau
organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi ketika lingkungan
kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan, baik yang
menyangkut masalah organisasi.9
Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi
menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan
dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.
Adapun cakupan dari nilai budaya kerja tersebut, antara lain:
1) Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang
berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan
dengan peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu
kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2) Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang
benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
9
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4) Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan
atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan. 10
Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai
inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap
tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi
keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala
sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).
Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan
komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal
maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan
semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling
koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan
manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta
saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam
rangka membentuk budaya kerja.
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun
keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang
melandasi atau memhubungani sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen
membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya
10
membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan
(organisasi), efektif atau produktif dan efisien.
Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya
manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu
hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain
secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya
mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga
tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara
kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang
ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya
dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai
ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain
itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai
prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan
efisien.
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam,
karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.
Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja
meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan
fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus
suatu deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil
kerja sehingga sesuai yang diharapkan.
2. Unsur– Unsur Budaya Kerja
Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
atau masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru
yang akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya
menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan
tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali
dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem,
alat-alat dan teknik-teknik pendukung.
Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena
perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk
menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan.
Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur,
yaitu:
a. Sikap dengan pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan
kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan
dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan
berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas
dan kewajibannya, suka membantu sesama pegawai, atau sebaliknya.11
Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam
upaya untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang
lebih baik.Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan
bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu
sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang
mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka
kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin
puncak dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan
memhubungani kerja mereka.
Menurut Triguno unsur-unsur dalam budaya organisasi, antara lain:
a. Falsafah, berupa nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, agama, tradisi, dan
teknologi.
b. Kualitas, yakni dimensi yang meliputi performance, features,
conformance, durability, serviceability, aesthetics, perseived quality, value, responveness, humanity, security, dan competency.
c. Nilai-nilai instrumen, yakni standar mutu, hubungan pemasok-pelanggan,
orientasi pencegahan, mutu dan setiap sumber, dan penyempurnaan
terus-menerus.12
11
Taliziduhu Ndraha, Op.Cit, h. 81
12
dapat dikategorikan tiga Yaitu :
1) Kebiasaan
Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan
perilaku berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan
hak dan kewajiban, kebebasan atau kewenangan dan tanggungjawab baik
pribadi maupun kelompok di dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan.
Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu
pendirian (position), jika sikap bisa berubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa
sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering
dilakukan baik dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar,
kebiasaan biasanya sulit diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang
dibawa dari lahiriyah, namun dapat diatasi dengan adanya aturan-aturan
yang tegas baik dari organisasi ataupun perusahaan.
2) Peraturan
Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam
melaksanakan tugas pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya
peraturan karena peraturan merupakan bentuk ketegasan dan bagian
terpenting untuk mewujudkan pegawai disiplin dalam mematuhi segala
bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan.Sehingga
diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan
konsekwensi dengan peraturan yang berlaku baik dalam organisasi
Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih
penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa
yang lebih benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus
menampakkan diri melalui media atau encoder tertentu.Nilai bersifat
abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika terekam atau termuat pada
suatu wahana atau budaya kerja.Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat
dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja
searah, keserasian dan keseimbangan.Maka penilaian dirasakan sangat
penting untuk memberikan evaluasi dengan kinerja pegawai agar dapat
memberikan nilai baik secara kualitas maupun kuantitas.13
Jadi indikator budaya kerja yang baik adalah adanya kedisiplinan
dari pelaku organisasi baik atasan maupun bawahan, adanya ketaatan
dalam menjalankan peraturan yang berlaku dan memiliki nilai-nilai yang
baik dalam melaksanakan budaya kerja tersebut.
3. Manfaat Budaya Kerja
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1. Meningkatkan jiwa gotong royong
2. Meningkatkan kebersamaan
3. Saling terbuka satu sama lain
13
5. Meningkatkan rasa kekeluargaan
6. Membangun komunikasi yang lebih baik
7. Meningkatkan produktivitas kerja
8. Tanggap dengan perkembangan dunia luar.14
Jadi manfaat dari budaya kerja yang baik akan membawa perubahan
yang baik dalam mencapai hasil yang diinginkan oleh pimpinan, seperti
kegotong royongan, kebersamaan, keterbukaan, kekeluargaan dan juga
produktivitas kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada
masing-masing anggota organisasi.
4. Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja
Hubungan budaya organisasi dengan kinerja sudah banyak dilakukan di
masa lalu, baik yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri, baik
pada organisasi bisnis maupun pada organisasi publik. Peneliti Kotter dan
Heskett yang berjudul Corporate Culture and Performance menyimpulkan
bahwa (1) Budaya organisasi mempunyai hubungan yang sangat dominan
dengan sukses tidaknya organisasi membangun kinerja anggota organisasinya
(2) Budaya organisasi mempunyai dampak positif dengan kinerja ekonomi
perusahaan. (3) Budaya organisasi dapat diciptakan dan dibentuk untuk
meningkatkan kinerja organisasi.15
Studi di Indonesia yang dilakukan oleh NurFarhati menyimpulkan bahwa:
(1) Budaya kerja organisasi mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja
14
Gering, Supriyadi dan Triguno.Budaya Kerja Organisasi Pemerintah, (Jakarta : LAN, 2001), h. 54
15
kepedulian, perilaku pemimpin dan orientasi tim, berhubungan dengan
kinerja anggota organisasi.16
Jadi budaya kerja suatu organisasi baik perusahaan maupun organisasi
pemerintahan memiliki hubungan dengan peningkatan kinerja anggota
organisasinya sehingga menjadi lebih baik.
5. Model Budaya Kerja
Kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya kerja organisasi telah
menampilkan beberapa model tertentu yaitu budaya autoritarian, budaya
birokratik, budaya tugas, budaya individualistik, budaya tawar- menawar dan
budaya kolektivity”.17
a. Budaya Kerja Autoritarian,budaya kerja jenis ini menumpukan kepada
command and control. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai
hero.Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi
kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dihantar dari atas menuju ke
dasar organisasi.18
Budaya bentuk ini seringkali diamalkan dengan berkesan dalam
organisasi yang bersifat kecil seperti perniagaan keluarga, syarikat kecil
dan firma sederhana.Bagaimanapun terdapat agensi swasta yang
melaksanakan budaya kerja ini dimana keputusan ditentukan oleh
pemegang saham utama, manakala pekerja tidak mempunyai suara kecuali
16
Ibid. 17
www.downloadE-book.com, diakses Tanggal 21 Juli 2012 18
pemilik atau pemegang saham utama tadi.Asas kepercayaan boleh
berdasarkan kepada unsurenepotisme, kronisme, pribadi atau mungkin
juga kecakapan.
Dengan demikian hubungan personal yang rapat dengan pihak atasan
adalah faktor penting dalam kelancaran pekerjaan dan kenaikan
pangkat.Oleh karena itu pekerja cenderung untuk bersikap yes man, dan
play safedaripada memberi pandangan kritikal bagi menjaga kedudukan dan kepentingan masing-masing.
b. Budaya Kerja Birokratik Budaya kerja birokratik ini berasaskan kepada
konsep bahwa organisasi boleh diurus dengan cakap mengikuti kaedah
pengurusan bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti. Impersonal
bermaksud setiap pekerja tunduk kepada peraturan dan prosedur yang
sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur
tersebut adalah dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja
akan etika dan keperluan yang dikehendaki daripada mereka.
c. Budaya Kerja Fungsional Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di
Barat sering menerapkan budaya kerja fungsional atau 'project-based' ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibagi dan ditugaskan
kepada individu atau kelompok tertentu. Program yang paling penting
akan diserahkan kepada pekerja atau kelompok pekerja yang paling baik
melaksanakan program yang lain.19
Oleh karena itu, struktur kelompok adalah fleksibel dan interaksi
adalah berasaskan kemampuan dan saling hormat-menghormati.
Keputusan akan diperoleh setelah musyawarah dan persetujuan para
anggota organisasi yang lain. Oleh itu keberhasilan dinilai berasaskan
kebolehan menyempurnakan program yang memuaskan
pelanggan.Bekerja secara bersama untuk mensukseskan sesuatu pekerjaan
ini membentuk solidariti pekerja dan mendorong penyesuaian antara
personaliti yang berbeda karna mereka sama-sama bertanggungjawab
kepada keberhasilan organisasi.
d. Budaya Kerja Individualistik Dalam organisasi yang menerapkan budaya
kerja ini, seorang individu tertentu menjadi tumpuan utama. Terdapat
ketergantungan dalam melaksanakan suatu pekerjaan supaya lebih baik
lagi hasil yang didapatkan. Jadi dalam organisasi ada yang selalu
diandalkan dalam mencapai tujuan tertentu yang sifatnya individual
sehingga organisasi dapat lebih maju lagi dan diterima oleh masyarakat
luas.
e. Budaya Kerja Tawar Menawar Dalam organisasi jenis ini, kesatuan
pekerja dianggap sebagai bahagian utama dalam organisasi. Kebersamaan
pekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu
pengurusan mencapai tujuan organisasi. Musyawarah dan tawar menawar
belahpihak.20
Meskipun perbedaan pendapat kadangkala terjadi antara satu dengan
yang lainnya, tetapi biasanya dapat diselesaikan dengan musyawarah
mufakat sehingga pekerjaan yang dibebankan dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya oleh masing-masing individu maupun kelompok.
f. Budaya Kerja Kolektif dalam budaya kerja ini yang paling dikedepankan
adalah penyelesaian tugas pekerjaan secara kolektif dan bersama-sama
sehingga pekerjaan yang berat akan terasa ringan dan yang ringan akan
menjadi lebih ringan lagi. Adapun azas yang dipakai adalah azas
musyawarah secara mufakat sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
dengan baik.21
Tuntutan dengan budaya musyawarah tergambar secara jelas dalam
ajaran agama Islam dalam pengertian umum maksud dari musyawarah,
berbicara dan bertukar pendapat mengenai sesuatu perkara.la menjadi
sebahagian daripada amalan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad
SAW dan Khulafa Ar-Rasyidin bagi memperolehi kesepakatan dalam
membuat keputusan mengenai urusan kehidupan.
Allah SWT berfirman :
20 Ibid. 21
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.22
Dari ayat diatas jelas tergambar bahwa musyawarah adalah
merupakan jalan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi
oleh setiap orang maupun oleh kelompok orang dalam suatu organisasi
sehingga dapat memecahkan permasalahan secara bersama-sama.
B. Motivasi Kerja Guru 1. Definisi Motivasi Kerja
Kata motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti
dorongan atau daya penggerak untuk melakukan sesuatu.23maksudnya,
bagaimana menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, yang
tadinya tidak mau melakukannya menjadi mau melakukannya, dan
yang tadinya tidak baik dalam mengerjakanya menjadi lebih baik
dalam mengerjakannya. Selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris
motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yng
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Proses psikologi timbul
diakibatkan oleh factor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut
intrinsic. Factor di dalam diri seseorang bias berupa kepribadian, sikap,
22
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Toha Putra, 1998) h. 267 23
Melayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas