• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Budaya Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di MTs N 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Budaya Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di MTs N 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh

MARWIYAH AMIN NPM: 1422030038

PEMBIMBING I : Dr. HASAN MUKMIN, M.A. PEMBIMBING II : Dr. NASIR, M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH

KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)

(2)

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 17

C. Rumusan Masalah ... 19

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 19

E. Kerangka Pikir ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Kerja ... 25

1. Pengertian Budaya Kerja... 25

2. Unsur-unsur Budaya Kerja ... 34

3. Manfaat Budaya Kerja ... 37

4. Pengaruh Budaya Kerja terhadap organisasi... 38

(3)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian ……… ... 82

B. Populasi dan Sampel ... 83

C. Metode Pengumpulan Data ... 83

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 84

E. Teknik Analisis Data ... 88

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Uji Persyaratan Analisis Data ... 106

1. Homogenitas ... 106

2. Uji Normalisasi Data ... 110

3. Uji Linieritas ... 115

B. Uji Hipotesis ... 122

1. Uji Korelasi antar Variabel ... 122

2. Uji Regresi Ganda ( Multiple Regresion Test ) ... 130

C. Pembahasan ... 133

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 134

B. Rekomendasi ... 135

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah pendidikan sekolah merupakan organisasi (institusi)

pelaksana teknis penyelenggaraan pendidikan, yang jati dirinya akan terbentuk

oleh budaya kerja. Bentuk budaya kerja yang tumbuh dan berkembang di

sekolahakan mempengaruhi kinerja anggota organisasi yang ada di dalamnya,

yang sekaligus merupakan bagian dari budaya kerja itu sendiri. Dengan demikian

hidup atau matinya suatu sekolah akan sangat ditentukan oleh budaya kerja

manusia di dalamnya.

Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara

keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi.Membangun

budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta

berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.

Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu

dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang

dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan

bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang

saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup

pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya

kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan

(5)

dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu

mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.

Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya

Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:

“Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai

dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada

sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa

kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka

pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.”1

Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang

dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah

menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga nantinya orang

mengerjakan sesuatu dapat mengerjakannya dengan baik.

Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya

Manusia menerangkan bahwa:

“Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai

nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya

dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari

sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang

terwujud sebagai kerja atau bekerja.”2

Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja, mendefinisikan

budaya kerja, yaitu : ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau

1

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 65

2

(6)

program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan

kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.3

Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah seperangkat

perilaku perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam

dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi”.4

Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no 25/Kep/M.Pan/4/2002

tentang Pedoman Pengembangan Budaya KerjaAparatur Negara adalah :

“Sikap dan perilaku individu dari kelompok aparatur Negara yang didasari

atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan

dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari”.5

Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah sebagai

nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki

bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.

Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi

menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan

dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.

Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu

bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya

3

Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi, Cetakan Kedua, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2003), h. 80

4

Osborn dan Plastrik, Manajemen Sumber Daya Mausia,(Yogyakarta : BPFE, 2002), h.252

5

(7)

pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian

diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran

pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin

dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang

dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.

Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau

organisasi itu berdiri, artinya “pembentukan budaya kerja terjadi ketika

lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan, baik

yang menyangkut masalah organisasi.”6

Dalam mengembangkan budaya

organisasi tentunya tidak terlepas dari nilai budaya kerja yang seharusnya di

kembangkan dalam berorganisasi. Adapun nilai budaya kerja yang seharusnya

dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang

berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu

kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang

benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.

3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap

individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan

atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.7

6

Siti Amnuhai,Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta. : Bumi Aksara, 2003), h.76 7

(8)

Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai

inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap

tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi

keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala

sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).

Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan

komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal

maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling

menghargai.

Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan

semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling

koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan

manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta

saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam

rangka membentuk budaya kerja.

Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun

keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang

melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen

membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya

suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya

membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan

(organisasi), efektif atau produktif dan efisien.

Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya

(9)

hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain

secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya

mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga

tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.

Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu

dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai

institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer).Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh organisasi, pegawai membutuhkan motivasi/dorongan agar maubersedia meningkatkan

kinerjanya.Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela

untuk menggerakan kemampuan, tenaga dan wktunya untuk menjalankan semua

pekerjaan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya

terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai organisasi terwujud.

Motivasi menggambarkan proses memulai, mengarahkan, memelihara

aktivitas secara fisik dan psikologis. Merupakan suatu konsep yang luas, yang

mencakup berbagaihal yang mendasari tindakan seseorang terhadap orang lain

untuk mencapai tujuan yng diinginkan. Motivasi adalah bagian dari psikologi

yang memfokuskan untuk memahami aktivitas, struktur dan tujuan suatu tingkah

laku.8Penelitian mengenai motivasi mencoba mencari hubungan antara tingkah

laku manusia, dengan hasrat, kepercayaan dan emosi.

Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang

lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras

jika tidak menemui hambatan dalam merealisasikan apa yang diharapkan. Selama

8

(10)

dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten

pada tujuan kerja. Ada juga yang lebih menyukai dorongan kerja tanpa

mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan dalam mengatasi

situasi yang sulit.

Meskipun pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai didukung oleh kemampuan

(ability) yang tinggi, tetapi bila tidak termotivasi dengan baik maka hasilnya tidak

akan efektif. Dengan adanya motivasi, pegawai memperoleh suatu dorongan dari

dalam dirinya untuk bekerja lebih baik atau memberikan yang terbaik bagi

kelompoknya dengan berbagaimacam alasan yang luhur agar bisa mencapai

tujuan organisasi. Namun tidak mudah itu setiap pegawai mempunyai dorongan

yang positif, mereka perlu dibantu oleh orang lain yng berperan sebagai pimpinan

atau atasan.

Dalam suatu organisasi selalu terjadi proses komunikasi antara orang yang

satu dengan yang lainnya, baik secara perorangan atau secara kelompok, apakah

staf (bawahan) ataukah seorang manajer. Pengambil inisiatif selalu berharap agar

tujuannya dalam berkomunikasi dapat diterima dan dimengerti oleh yang

menerima.Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi

dalam melaksaankan misinya. “Pada setiap organisasi diperlukan komitmen para

manajer (pemimpin) pada pencapaian sasaran perorangan dan sasaran orgnisasi

secara efektif.”9

Kepemimpinan merupakan salah satu unsur terpenting dalam perkembangan

sebuah organissi, karena maju tidaknya sebuah organisasi terutama ditentukan

oleh pemimpin.Kepentingan kepemimpinan adalah tanggung jawab seseorang

9

(11)

pemimpin untuk mampu memilih strategi untuk dapat organisasi sukses,

bertumbuh dan berhasil dalam menghadapi persaingan.10Keberhasilan pemimpin

dalam memotivsi kerja pegawai sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan

organisasi dalam konteks pengelolaan di bidang pendidikan.Dimana pendidikan

dalam hal ini institusi merupakan tonggak penentu keberhasilan atau kegagalan

pemimpin dalam menumbuhkan kemampuan dan kemauan bawahannya dalam

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan

untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan

kekuasaan dalam organisasi. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengerahkan

dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus

dilaaksanakannya. Menurut Stonner, seperti yang dikutip Nanang Fatah, “semakin

banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin

besar potensi kepemimpinan yang efektif.”11

Dalam memberikan motivasi, pemimpin tidak sekedar mendorong sebisanya,

akan tetapi harus mengunakan strategi agar apa yang dilakukan itu dapat

menghasilkan yang lebih baik secara optimal. Beberapa factor yang diperlukan

untuk strategi antara lain, seperti tujuan, cara kerja, teknologi dan sumber daya

lainnya. Dengan mengenal factor-faktor tersebut akan dapat disusun suatu langkah

bagaimana membuka peluang keberhasilan melalui kesadaran/hati nurani sumber

daya manusia yang ada untuk merubah sikap dan prilaku yang kondusif terhadap

10

Peter F drucker, The Leader of the Future, (San Fransisco : Jossey-Bass Publishers, 1996), Firstedition, h. 135

11

(12)

tantangan yang dihadapinya. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab pemimpin

dalam upaya mencapai keberhasilan organisasi.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa

Kepala MTs Negeri 1 Lampung Selatan memiliki peranan sangat besar dalam

memotivasi para guru, hal tersebut bisa terlihat dari hubungan yang dibangun oleh

kepala sekolah selaku pemimpin dari MTs Negeri 1 Lampung Selatan hubungan

yang baik dan akrab terlihat dari keseharian para guru disana.12

Guru sebagai sumber daya potensial merupakan sumber kekuatan organisasi,

sebab gurulah yang menggerakan orgnisasi. Dalam menggerakan organisasi, guru

membutuhkan motivasi/dorongan agar mau/bersedia meningkatkan

kinerjanya.Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela

untuk menggerakan kemampuan, tenaga daan waktunya untuk menjalankan

semua pekerjaan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar

kewajibanya terpenuhi serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai orgnisasi

terwujud.Meskipun pekerjaan yang dilakukan oleh guru didukung oleh

kemampuan (ability) yang tinggi, tetapi bila tidak termotivasi dengan baik maka hasilnya tidak efektif.

Dengan adanya motivsi, guru memperoleh suatu dorongan dari dalam dirinya

untuk bekerja lebih baik atu memberikan yang terbaik bagi kelompoknya dengan

berbagai macam alasan yang luhur agar bisa mencapai tujuan orgnisasi. Namun

tidak semudah itu setiap guru mempunyai dorongan yang positif, mereka perlu

dibantu oleh orang lain yang berperan sebagai pimpinan atau atasan. Dalam hal

pelaksanaan atau pergerakan kegiatan sekolah, kepemimpinan kepala madrasah

12

(13)

sangat diharapkan agar dapat mempengaruhi semua pihak agar secara sukarela

dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik dalam rangka peningkatan motivasi

kerja seluruh komponen pendidikan.Dalam hal ini Kepala MTs Negeri 1 Lampung

selatan terlihat memberikan motivasi serta dorongan yang positif kepada

guru-guru agar dapat memberikan yang terbaik untuk sekolah dan murid-murid.

Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara

kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang

ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya

dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai

ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain

itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai

prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan

efisien

Manusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan

untuk meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya. Kebutuhan hidupnya selalu

ingin terpenuhi dengan berbagai macam cara, agar keinginan tersebut tercapai

dengan baik, Allah memerintahkan kepada makhluk-Nya agar berusaha dan

(14)

Artinya: ”Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka

bumi, dan carilah karunia Allah (rezeki) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al Jumu’ah : 10)13

Dalam surat Al-Insyarah ayat 7 :

Artinya : ”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S. Al Insyirah : 7)14

Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu tidak

hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk

ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridhoan Allah semata.

Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja.

Dalam ayat tersebut di atas jelas bahwa kita tidak boleh kosong dari

kegiatan, aktif dan bervariasi dalam bekerja agar kejenuhan tidak hinggap dalam

melakukan pekerjaan. Itulah sebabnya Allah mengingatkan agar tidak jenuh maka

harus rajin dan sungguh-sungguh dalam berusaha Rasulullah Saw bersabda:

Artinya : Dari Abu Hurairah RA berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : ”Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang mu’min yang lemah, meskipun kedua-duanya memiliki kebaikan. Antusiaslah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu, serta mohonlah pertolongan Allah dan janganlah menjadi lemah. Akan tetapi sebaliknya katakanlah : ini adalah ketentuan Allah, dan apapun yang dikehendakinya tentu akan

13

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Toha Putra, 1998) h. 398

14

(15)

dilaksanakannya. Maka sesungguhnya perkataan itu akan membuka perbuatan syaitan.”15

Hadits di atas memperjelas keharusan untuk rajin dan sungguh-sungguh

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan

sehingga pekerjaan itu memiliki nilai produktivitas yang tinggi.Keuntungan yang

diraih seseorang itu ada bagian bagi orang lain.

Kerja produktif adalah kerja yang menghasilkan nilai tambah.

Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar daripada sumber daya

yang ada. Jika banyak tenaga kerja, tetapi sedikit hasil maka yang demikian

disebut tidak produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam

produktifitas. Semangat dalam bekerja harus menjadi ciri khas (etos) setiap

muslim karena dewasa ini umat Islam berada pada keterbelakangan. Tanpa etos

kerja yang tinggi sulit sekali dicapai produktivitas dalam bekerja.

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanat, dan oleh karenanya tidak

boleh disia-siakan oleh pengemban amanat tersebut.

Di Sekolah yang dapat mengembangkan budaya kerja yang baik adalah

kepala sekolah, dia sebagai seorang pemimpin di sekolah yang dipimpimnya harus

mampu menciptakan budaya kerja yang baik sehingga guru yang mengajar

memiliki kinerja yang baik pula. Selain itu seorang pemimpin setelah memberikan

motivasi kepada bawahan mempunyai tujuan yang baik agar budaya kerja guru

menjadi semakin terarah, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peranan

yang sangat vital dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan formal, karena

15

(16)

seorang guru yang langsung bersinggungan dengan siswa, untuk memberikan

bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk

itu kinerja seorang guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk

meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara menciptakan budaya

kerja yang baik, memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan

insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan mengetahui

apa yang diharapkan dan kapan bisa menetapkan harapan-harapan yang diakui

hasil kerjanya.

Kinerja guru (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan

waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang

terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas

lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua

warga belajar pendidikan kesetaraan, kepemimpinan yang menjadi panutan warga

belajar, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta

tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku

manager pendidikan adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian

ini penting sekali dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi

pemimpin kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.

Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.

(17)

dia mengajar karena terpaksa saja karena tidak ada kemauan yang berasal dari

dalam diri guru. Keberhasilan guru dalam mengajar karena motivasi ini sebagai

pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru itu telah menyentuh kebutuhannya

baik kebutuhan rohani maupun jasmani. Kebutuhan tersebut misalnya

memperoleh gaji dari hasil kerjanya, memperoleh penghargaan dari pengelola

pendidikan kesetaraan, memperoleh pengakuan dari teman-teman sesama guru,

mendapat rasa nyaman dan aman dalam bertugas, memperoleh kesempatan untuk

mengeluarkan pendapat dan sebagainya. Jika kebutuhan guru tersebut terpenuhi

berarti guru memperoleh dorongan dan daya gerak untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan baik. Ini berarti kinerja guru dapat tercapai dengan baik. Kinerja

yang tercapai dengan baik itu terlihat dari guru yang rajin hadir di sekolah dan

rajin dalam mengajar, guru mengajar dengan sungguh-sungguh, guru mengajar

dengan semangat dan senang hati. Apa yang dilakukan oleh guru ini akan

berdampak kepada keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Untuk mendapatkan kinerja yang baik tentunya tidak terlepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga kinerja guru menjadi lebih baik lagi,

adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja atau hasil kerja yaitu :

1. Variabel individual, terdiri dari:

a. Kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik

b. Latar belakang: keluarga, tingkat social, penggajian

c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin

2. Variabel organisasional, terdiri dari:

a. Sumberdaya

(18)

c. Imbalan

d. Struktur

e. Budaya kerja

3. Variabel psikologis, terdiri dari:

a. Persepsi

b. Sikap

c. Kepribadian

d. Belajar

e. Motivasi.16

Jadi pada dasarnya kinerja seorang guru juga dipengaruhi oleh budaya

kerja walaupun hanya salah satu variabel saja yang dalam hal ini variabel

organisasi, akan tetapi budaya kerja ini memiliki pengaruh terhadap kinerja,

dalam hal ini yang mempengaruhi adalah budaya kerja yang baik yang ada di

sekolah. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji fenomena yang terjadi

pada guru yang ada di MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung

selatan.17

Dari hasil awal penelitian didapat gambaran tentang kinerja guru di MTs

Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan, bahwa banyak dari guru

yang mengajar pada pendidikan ini masih kurang baik kinerjanya, hal ini dilihat

dari angka kehadiran guru di kelas menurut absensi yang ada pada absen guruada

45%, yang tidak hadir selama satu bulan kemudian guru dalam mengajar hanya

melakukan rutinitas belaka, dan tidak melakukan inovasi pengembangan lebih

16

Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta ; Renika Cipta, 2003), h. 65

17

(19)

lanjut, lebih dari 35% dari para gurutidak membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) karena RPP ini sangat menentukan jalannya kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru, selain dari itu ada sebagian guru datang ke

MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan.kurang tepat waktu

dan pulang tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya. Pada saat jam mengajar

atau waktu mengajar masuk, masih ada guru yang tidak langsung mengajar

didalam kelas sehingga siswa kadang-kdang berkeliaran diluar ruang belajar dan

gurupun hanya kadang-kadang saja mengadakan evaluasi (pretest maupun

postest) tentang materi yang baru diajarkan”.18

Dari paparan tersebut terlihat bahwa kinerja guru yang ada di MTs Negeri

1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatanmasih kurang baik.

Disisi lain budaya kerja yang di terapkan di MTs Negeri 1 Lampung

Selatan Kalianda Lampung selatan sudah baik dimana di sekolah dibudayakan

untuk dapat kerja dengan disiplin, terbuka, saling menghargai dan saling

bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya.

Dari hasil awal penelitian didapat gambaran tentang budaya kerja serta

motivasi kerjaMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan sudah

dijalankan dengan baik dari segi budaya kerja dan motivasi kerja yang diterapkan,

dimana dari budaya kerja dan pemberian motivasi kerja kepada guru yang

diterapkan adalah datang dan pulang tepat waktu, saling menghargai, saling

terbuka dan saling kerjasama dalam menjalankan tugas di sekolah, dan ini sudah

diterapkan dengan baik oleh kepala sekolah dimana apabila sudah jam waktunya

masuk pintu gerbang langsung ditutup, dan sebelum pulang gerbang belum boleh

18

(20)

dibuka, setelah jam masuk guru yang mengajar langsung masuk kelas dan

mengajar tidak boleh meninggalkan kelas sebelum selesai jam mengajarnya.19

Hal senada juga diungkapkan oleh guruMTs Negeri 1 Lampung Selatan

Kalianda Lampung selatan yang lain dimana ia menyatakan bahwa budaya kerja

yang ada di MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung selatan sudah

dibudayakan dengan baik oleh pihak sekolah akan tetapi masih ada guru yang

datang terlambat, pulang lebih awal dan juga masih ada guru yang ketika

mengajar masih keluar masuk kelas”.20

Dari paparan dia atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut hal-hal

yang berkaitan dengan hubungan antara budaya kerja serta motivasi kerja dengan

kinerja guru pada MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung Selatan.

Penelitian ini diharapkan dapat memotret budaya kerja serta membangun

Motivasi kerja yang baik MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kalianda Lampung

Selatan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada pendidikan yang di

selenggarakan

A. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipaparkan di atas, maka

yang menjadi fokus perhatian dan sekaligus menjadi problem adalah sejauh

mana hubungan budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru MTsN

1 Lampung Selatan.

19

Ridwan hawari, Wawancara, (Tanggal, 20Oktober2015)

20

(21)

Masalah pokok tersebut teridentifikasi sebagai berikut:

1) Dalam setiap rapat guru selalu diberi arahan untuk selalu disiplin , akan

tetapi masih banyak guru yang belum menunjukkan kerja yang baik.

2) Kinerja guru yang kurang optimal, belum menguasai sepenuhnya materi

yang diajarkan dimungkinkan karena profesionalitas guru tersebut

memang masih kurang.

3) Guru yang kurang berdisiplin dalam menjalankan tugasnya, sering telat

mengajar, kadang tidak masuk kelas hanya memberi tugas bahkan alpha.

4) Motivasi Kerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan ini sudah di berikan

oleh Kepala Sekolah ebagai Pimpinan akan tetapi masih ada guru yang

kurang semangat belajar.

2. Batasan Masalah

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan

sangatlah kompleks.Salah satunya adalah masalah manajemen sumber daya

manusia.Permasalahan-permasalahan perlu mendapat tanggapan dan

solusi.Dalam tesis ini penulis hanya membatasi masalah pada ruang lingkup

kecil yaitu mengenai kinerja guru yang ada di MTsN 1 Lampung Selatan.Ada

banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya kompetensi,

kompensasi, kepemimpinan, disiplin dan motivasi kerja. Namun dalam

penelitian ini penulis membatasi masalah kinerja guru MTsN 1 Lampung

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar hubungan Budaya kerja terhadap kinerja guru di MTsN1

Lampung Selatan ?

2. Seberapa besar hubunganBudaya Kerja terhadap kinerja guru diMTsN 1

Lampung Selatan ?

3. Seberapa besar hubungan Budaya Kerja dan Motivasi guru secara

bersama-sama terhadap kinerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui besarnya hubungan budaya kerja terhadap kinerja guru

MTsN 1 Lampung Selatan.

2) Mengetahui besarnya hubungan Motivasi guru terhadap kinerja guru di

MTsN 1 lampung Selatan.

3) Mengetahui besarnya hubungan Budaya Kerja dan Motivasi Guru secara

bersama-sama terhadap kinerja guru di MTsN 1 Lampung Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Kegunaan Teoritis yakni mengembangkan nilai-nilai budaya kerja serta

motivasi kerja organisasi untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses

(23)

b. Kegunaan praktis yakni memberikan kontribusi dalam menemukan

teknik-teknik pengelola Pendidikan formal dalam meningkatkan kinerja guru dan

Kepala Sekolah dalam proses belajar mengajar.

c. Memberikan informasi kepada para pendidik dalam meningkatkan

kinerjanya serta memahami betapa pentingnya kompetensi profesional

guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai guru.

D. Kerangka Pikir

Dalam pemikiran ini ada tiga variabel yaitu budaya kerja serta motivasi

kerja dan Kinerja Guru.

Budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja,

yaitu : ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau program mental

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama

manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.21

Sedangkan Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no

25/Kep/M.Pan/4/2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya

KerjaAparatur Negara adalah : “Sikap dan perilaku individu dari

kelompok aparatur Negara yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini

kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan sehari-hari”.22

Dalam mengembangkan budaya organisasi tentunya tidak terlepas dari

nilai budaya kerja yang seharusnya di kembangkan dalam berorganisasi.

21

Taliziduhu Ndraha, Loc.Cit

22

(24)

Adapun nilai budaya kerja yang seharusnya dikembangkan adalah sebagai

berikut:

1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma

yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu

lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang

benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan

perusahaan.

3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap

individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan

atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target

perusahaan.23

Jadi nilai-nilai budaya kerja di atas apabila diterapkan dengan baik akan

membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru, karena dalam

melaksanakan tugas sebagai seorang guru ditutut untuk dapat menjalankannya

sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah, jadi apabila budaya kerja yang

dituntut oleh sekolah menjadi dasar kerja maka pekerjaan guru akan lebih terarah

dan terlaksana dengan baik.

Sedangkan Motivasi menggambarkan proses memulai, mengarahkan,

memelihara aktivitas secara fisik dan psikologis. Merupakan suatu konsep yang

luas, yang mencakup berbagaihal yang mendasari tindakan seseorang terhadap

23

(25)

orang lain untuk mencapai tujuan yng diinginkan. Motivasi adalah bagian dari

psikologi yang memfokuskan untuk memahami aktivitas, struktur dan tujuan

suatu tingkah laku.24 Penelitian mengenai motivasi mencoba mencari hubungan

antara tingkah laku manusia, dengan hasrat, kepercayaan dan emosi.

Menurut Robbins dalam Husaini Usman disebutkan bahwa kinerja atau

performance adalah produk dari fungsi kemampuan dan motivasi (Ability x motivation)”25

Jadi kinerja merupakan kemampuan dan motivasi dalam menjalankan

aktivitas pekerjaan dalam suatu organisasi, sebagai seorang guru maka

kemampuan dan motivasi diarahkan kepada tercapainya tujuan pendidikan dan

lebih spesifik lagi tercapainya tujuan pembelajaran yang diajarkan.

Adapun untuk mengukur baik atau buruknya kinerja guru dibutuhkan

ukuran yang dalam hal ini berupa indikator kinerja, indikator kinerja guru dalam

mengajar yang baik adalah ” 1. Membuat Perencanaan yang meliputi (

Merumuskan Tujuan pembelajaran, Mengembangkan dan mengorganisasikan

materi, media, dan sumber belajar, Merencanakan skenario kegiatan

pembelajaran, Merancang pengelolaan kelas dan Merencanakan prosedur, jenis,

Menyiapkan alat penilaian) 2. Pelaksanaan Pengajaran yang meliputi ( Mengelola

ruang dan fasilitas pembelajaran, Melaksanakan kegiatan pembelajaran) dan

Mengadakan evaluasi”.26 Berikut ini disajikan gambar kerangka pikir Budaya

Kerja serta Motivasi Kerja dan kinerja guru MTs Negeri 1 Lampung Selatan.

24

Enclyclopedia Americana, Jilid ke-19 (USA : 1978), h. 545

25

Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 488

26

(26)
(27)

A. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah “Suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data

yang terkumpul”[27]

Sedangkan menurut pendapat Yatim Riyanto, “Hipotesis merupakan

jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam

penelitian."[28]

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki, jadi hipotesis masih dapat

diuji kebenarannya jika ternyata tidak sesuai dengan fakta, maka hipotesis akan

ditolak, sebaliknya jika hipotesis tersebut akan diterima jika fakta

membenarkannya.

Jadi dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1) Terdapatpengaruhpositif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjaterhadapkinerja

gurudiMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan.

2) Terdapat pengaruhpositif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjaterhadap kinerja

guru diMTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan.

3) Terdapat pengaruh positif Budaya Kerja dan Motivasi Kerjasecarabersama-samaterhadapkinerjaguru d i MTs Negeri 1 Lampung Selatan Kabupaten

27

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 110

28

(28)
(29)

LANDASAN TEORI A. Budaya Kerja

Keberhasilan suatu pekerjaan, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan

perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat

kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya yang merupakan

kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Suatu kebiasaan tersebut

dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas

kerja, maka dinamakan budaya kerja.

1. Pengertian Budaya Kerja

Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa

sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata

majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah

daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan

merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa

tersebut”.1

Pengertian kebudayaan banyak dikemukakan oleh para ahli seperti

Koentraningrat, yaitu; ”kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan

dan hasil kelakukan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan

belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”.2

1

Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, Cetakan Kesembilan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 20

2

(30)

keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun

budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta

berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.

Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya

Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:Budaya Kerja adalah

kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,

pelanggaraan dengan kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari

pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut

merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan

untuk mencapai tujuan”.3

Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang

dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah

menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya

Manusia menerangkan bahwa:Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari

oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan

kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat

atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,

pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.4

3

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 65

4

(31)

digambarkan, yaitu:

a. Integritas dan profesionalisme, yaitu konsisten dalam kata dan perbuatan

serta ahli dalam bidangnya. Orang yang memiliki integritas kepribadian,

maka dia akan melakukan sesuatu yang sesuai antara apa yang diucapkan

dan apa yang dilakukan. Kepribadian ini muncul dari keyakinan bahwa

bekerja tidak semata untuk meraih prestasi keduniawaian tetapi juga

memiliki makna keukhrawian atau ibadah. Bekerja yang didasari oleh

semangat ibadah akan menyebabkan orang bekerja tanpa pamrih untuk

kepentingan individu tetapi untuk kepentingan kebersamaan. Selain itu

juga memiliki kemampuan yang seimbang. Dia akan bekerja dengan

pengetahuan, sikap dan keahliannya.

b. Kepemimpinan dan keteladanan, yaitu mampu mendayagunakan

kemampuan potensi bawahan secara optimal. Jika ketepatan diberi

kekuatan untuk menjadi pemimpin maka tidak akan memanfaatkannya

untuk bekerja secara otoriter tetapi secara partisipatif. Seseorang akan

secara maksimal mendayagunakan bawahannya sebagai partner untuk

mencapai visi dan misi institusi. Selain itu juga berlaku sebagai teladan.

Menjadi teladan dalam kerja keras, tanggungjawab, dan kedisiplinan dan

sebagainya. Sebagaimana para Nabi yang dicontohkan di dalam teks suci

bahwa ”pada diri Nabi adalah contoh dan tauladan yang baik”. Para

pemimpin sesungguhnya adalah pewaris para teladan sejati dalam

(32)

kerjanya tidak bersifast individual dan pusat kekuasaan tidak pada satu

tangan. Sesuatu yang sangat sulit di dalam relasi kerja adalah membangun

kerja sama dalam kerja kelompok. Meskipun manusia itu tahu bahwa tidak

mungkin urusan diselesaikan secara individual, namun demikian ketika

harus bekerja sama terkadang mengalami kesulitan. Bayangkan saja tidak

ada manusia yang bisa memenuhi kebutuhannya secara sendiri kecuali

dalam relasinya dengan manusia lainnya. Ada ungkapan yang bagus yaitu

TEAM, Together Everyone Achieve More. Justru melalui kebersamaan

seseorang akan mendapatkan lebih banyak.

d. Ketepatan dan kecepatan, yaitu adanya kepastian waktu, kuantitas, kualitas

dan finasial yang dibutuhkan. Prinsip yang harus dijadikan sebagai

pedoman adalah semakin cepat semakin baik. Prinsip pelayanan yang

harus dikembangkan dalam suatu institusi adalah pelayanan prima yang

berbasis kecepatan dan ketepatan. Bukan prinsip gremet-gremet angger

slamet atau lambat-lambat tetapi selamat, tetapi cepet-cepet angger

selamet. Makanya yang diperlukan adalah kecepatan dan ketepatan. Kerja

yang cepat dan tepat merupakan kerja yang menggunakan keturukuran

yang jelas. Jika pekerjaan bisa diselesaikan sehari maka akan

diselesaikannya tepat waktu. Jika pekerjaan itu menghabiskan anggaran

tertentu, maka akan dilaksanakan sesuai dengan ukuran anggaran yang

tepat. Jika bisa seperti itu maka tidak akan terjadi kasus mark up dan

sebagainya, juga bukan kerja yang menjadikan sesuatu yang mudah

(33)

intelektual dan emosional. Ternyata di dalam kehidupan ini yang

dibutuhkan bukan sekedar orang yang cerdas secara intelektual saja.

Kenyataannya banyak orang yang cerdas intelektual tetapi justru tidak

berhasil dalam kehidupannya. Kehidupan ini bukan hanya membutuhkan

logika akan tetapi juga kecerdasan emosi yang didasari oleh pemahaman

tentang perasaan dan kemanusiaan.5

Melalui kecerdasan logika manusia akan menyatakan ya atau tidak. Akan

tetapi untuk menyatakan ya atau tidak tentu dibutuhkan pertimbangan

kemanusiaan. Melalui keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional

maka akan memunculkan keteguhan dan ketegasan. Dan yang tidak boleh

dilupakan adalah kecerdasan spiritual yang berbasis pada keyakinan dan moralitas

kebaikan. Dengan menggabungkan ketiganya dalam kerja maka seseorang akan

bisa meraih kebahagiaan yang memadai.

Taliziduhu Ndraha dalam buku Teori Budaya Kerja, mendefinisikan

budaya kerja, yaitu; ”Budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau

program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan

kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.6

Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya Manajemen

Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah seperangkat

5

Habibiarifin, budaya-organisasi-dan-budaya-kerja, dalam http://habibiarifin.blogspot.com, diakses tanggal 21 Juli 2012

6

(34)

dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi”.7

Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no 25/Kep/M.Pan/4/2002

tentang Pedoman Pengembangan Budaya KerjaAparatur Neg ara adalah

: “Sikap dan perilaku individu dari kelompok aparatur Negara yang didasari

atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadisifat serta kebiasaan

dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari”.8

Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah sebagai

nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki

bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.

Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu

dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang

dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan

bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang

saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup

pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya

kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan

pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu

dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu

mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.

7

Osborn dan Plastrik, Manajemen Sumber Daya Mausia,(Yogyakarta : BPFE, 2002), h.252

8Menpan,

(35)

bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya

pembenahan-pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian

diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran

pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan antara pemimpin

dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang

dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.

Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau

organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi ketika lingkungan

kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan, baik yang

menyangkut masalah organisasi.9

Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi

menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan

dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.

Adapun cakupan dari nilai budaya kerja tersebut, antara lain:

1) Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang

berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan

dengan peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu

kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2) Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang

benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.

9

(36)

individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4) Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan

atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan. 10

Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai

inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap

tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi

keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala

sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).

Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan

komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal

maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling

menghargai.

Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan

semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling

koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan

manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta

saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam

rangka membentuk budaya kerja.

Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun

keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang

melandasi atau memhubungani sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen

membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya

10

(37)

membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan

(organisasi), efektif atau produktif dan efisien.

Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya

manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu

hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain

secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya

mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga

tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.

Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara

kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang

ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya

dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai

ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain

itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai

prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan

efisien.

Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam,

karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai

produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.

Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja

meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan

fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus

(38)

suatu deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil

kerja sehingga sesuai yang diharapkan.

2. Unsur– Unsur Budaya Kerja

Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa

atau masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru

yang akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya

menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan

tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali

dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem,

alat-alat dan teknik-teknik pendukung.

Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena

perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk

menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan

perbaikan.

Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur,

yaitu:

a. Sikap dengan pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan

kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan

dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan

(39)

berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas

dan kewajibannya, suka membantu sesama pegawai, atau sebaliknya.11

Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam

upaya untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang

lebih baik.Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan

bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu

sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang

mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka

kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin

puncak dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan

memhubungani kerja mereka.

Menurut Triguno unsur-unsur dalam budaya organisasi, antara lain:

a. Falsafah, berupa nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, agama, tradisi, dan

teknologi.

b. Kualitas, yakni dimensi yang meliputi performance, features,

conformance, durability, serviceability, aesthetics, perseived quality, value, responveness, humanity, security, dan competency.

c. Nilai-nilai instrumen, yakni standar mutu, hubungan pemasok-pelanggan,

orientasi pencegahan, mutu dan setiap sumber, dan penyempurnaan

terus-menerus.12

11

Taliziduhu Ndraha, Op.Cit, h. 81

12

(40)

dapat dikategorikan tiga Yaitu :

1) Kebiasaan

Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan

perilaku berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan

hak dan kewajiban, kebebasan atau kewenangan dan tanggungjawab baik

pribadi maupun kelompok di dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan.

Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu

pendirian (position), jika sikap bisa berubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa

sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering

dilakukan baik dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar,

kebiasaan biasanya sulit diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang

dibawa dari lahiriyah, namun dapat diatasi dengan adanya aturan-aturan

yang tegas baik dari organisasi ataupun perusahaan.

2) Peraturan

Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam

melaksanakan tugas pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya

peraturan karena peraturan merupakan bentuk ketegasan dan bagian

terpenting untuk mewujudkan pegawai disiplin dalam mematuhi segala

bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan.Sehingga

diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan

konsekwensi dengan peraturan yang berlaku baik dalam organisasi

(41)

Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih

penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa

yang lebih benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus

menampakkan diri melalui media atau encoder tertentu.Nilai bersifat

abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika terekam atau termuat pada

suatu wahana atau budaya kerja.Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat

dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja

searah, keserasian dan keseimbangan.Maka penilaian dirasakan sangat

penting untuk memberikan evaluasi dengan kinerja pegawai agar dapat

memberikan nilai baik secara kualitas maupun kuantitas.13

Jadi indikator budaya kerja yang baik adalah adanya kedisiplinan

dari pelaku organisasi baik atasan maupun bawahan, adanya ketaatan

dalam menjalankan peraturan yang berlaku dan memiliki nilai-nilai yang

baik dalam melaksanakan budaya kerja tersebut.

3. Manfaat Budaya Kerja

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku

SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk

menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :

1. Meningkatkan jiwa gotong royong

2. Meningkatkan kebersamaan

3. Saling terbuka satu sama lain

13

(42)

5. Meningkatkan rasa kekeluargaan

6. Membangun komunikasi yang lebih baik

7. Meningkatkan produktivitas kerja

8. Tanggap dengan perkembangan dunia luar.14

Jadi manfaat dari budaya kerja yang baik akan membawa perubahan

yang baik dalam mencapai hasil yang diinginkan oleh pimpinan, seperti

kegotong royongan, kebersamaan, keterbukaan, kekeluargaan dan juga

produktivitas kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada

masing-masing anggota organisasi.

4. Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja

Hubungan budaya organisasi dengan kinerja sudah banyak dilakukan di

masa lalu, baik yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri, baik

pada organisasi bisnis maupun pada organisasi publik. Peneliti Kotter dan

Heskett yang berjudul Corporate Culture and Performance menyimpulkan

bahwa (1) Budaya organisasi mempunyai hubungan yang sangat dominan

dengan sukses tidaknya organisasi membangun kinerja anggota organisasinya

(2) Budaya organisasi mempunyai dampak positif dengan kinerja ekonomi

perusahaan. (3) Budaya organisasi dapat diciptakan dan dibentuk untuk

meningkatkan kinerja organisasi.15

Studi di Indonesia yang dilakukan oleh NurFarhati menyimpulkan bahwa:

(1) Budaya kerja organisasi mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja

14

Gering, Supriyadi dan Triguno.Budaya Kerja Organisasi Pemerintah, (Jakarta : LAN, 2001), h. 54

15

(43)

kepedulian, perilaku pemimpin dan orientasi tim, berhubungan dengan

kinerja anggota organisasi.16

Jadi budaya kerja suatu organisasi baik perusahaan maupun organisasi

pemerintahan memiliki hubungan dengan peningkatan kinerja anggota

organisasinya sehingga menjadi lebih baik.

5. Model Budaya Kerja

Kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya kerja organisasi telah

menampilkan beberapa model tertentu yaitu budaya autoritarian, budaya

birokratik, budaya tugas, budaya individualistik, budaya tawar- menawar dan

budaya kolektivity”.17

a. Budaya Kerja Autoritarian,budaya kerja jenis ini menumpukan kepada

command and control. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai

hero.Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi

kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dihantar dari atas menuju ke

dasar organisasi.18

Budaya bentuk ini seringkali diamalkan dengan berkesan dalam

organisasi yang bersifat kecil seperti perniagaan keluarga, syarikat kecil

dan firma sederhana.Bagaimanapun terdapat agensi swasta yang

melaksanakan budaya kerja ini dimana keputusan ditentukan oleh

pemegang saham utama, manakala pekerja tidak mempunyai suara kecuali

16

Ibid. 17

www.downloadE-book.com, diakses Tanggal 21 Juli 2012 18

(44)

pemilik atau pemegang saham utama tadi.Asas kepercayaan boleh

berdasarkan kepada unsurenepotisme, kronisme, pribadi atau mungkin

juga kecakapan.

Dengan demikian hubungan personal yang rapat dengan pihak atasan

adalah faktor penting dalam kelancaran pekerjaan dan kenaikan

pangkat.Oleh karena itu pekerja cenderung untuk bersikap yes man, dan

play safedaripada memberi pandangan kritikal bagi menjaga kedudukan dan kepentingan masing-masing.

b. Budaya Kerja Birokratik Budaya kerja birokratik ini berasaskan kepada

konsep bahwa organisasi boleh diurus dengan cakap mengikuti kaedah

pengurusan bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti. Impersonal

bermaksud setiap pekerja tunduk kepada peraturan dan prosedur yang

sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur

tersebut adalah dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja

akan etika dan keperluan yang dikehendaki daripada mereka.

c. Budaya Kerja Fungsional Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di

Barat sering menerapkan budaya kerja fungsional atau 'project-based' ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibagi dan ditugaskan

kepada individu atau kelompok tertentu. Program yang paling penting

akan diserahkan kepada pekerja atau kelompok pekerja yang paling baik

(45)

melaksanakan program yang lain.19

Oleh karena itu, struktur kelompok adalah fleksibel dan interaksi

adalah berasaskan kemampuan dan saling hormat-menghormati.

Keputusan akan diperoleh setelah musyawarah dan persetujuan para

anggota organisasi yang lain. Oleh itu keberhasilan dinilai berasaskan

kebolehan menyempurnakan program yang memuaskan

pelanggan.Bekerja secara bersama untuk mensukseskan sesuatu pekerjaan

ini membentuk solidariti pekerja dan mendorong penyesuaian antara

personaliti yang berbeda karna mereka sama-sama bertanggungjawab

kepada keberhasilan organisasi.

d. Budaya Kerja Individualistik Dalam organisasi yang menerapkan budaya

kerja ini, seorang individu tertentu menjadi tumpuan utama. Terdapat

ketergantungan dalam melaksanakan suatu pekerjaan supaya lebih baik

lagi hasil yang didapatkan. Jadi dalam organisasi ada yang selalu

diandalkan dalam mencapai tujuan tertentu yang sifatnya individual

sehingga organisasi dapat lebih maju lagi dan diterima oleh masyarakat

luas.

e. Budaya Kerja Tawar Menawar Dalam organisasi jenis ini, kesatuan

pekerja dianggap sebagai bahagian utama dalam organisasi. Kebersamaan

pekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu

pengurusan mencapai tujuan organisasi. Musyawarah dan tawar menawar

(46)

belahpihak.20

Meskipun perbedaan pendapat kadangkala terjadi antara satu dengan

yang lainnya, tetapi biasanya dapat diselesaikan dengan musyawarah

mufakat sehingga pekerjaan yang dibebankan dapat diselesaikan dengan

sebaik-baiknya oleh masing-masing individu maupun kelompok.

f. Budaya Kerja Kolektif dalam budaya kerja ini yang paling dikedepankan

adalah penyelesaian tugas pekerjaan secara kolektif dan bersama-sama

sehingga pekerjaan yang berat akan terasa ringan dan yang ringan akan

menjadi lebih ringan lagi. Adapun azas yang dipakai adalah azas

musyawarah secara mufakat sehingga tujuan organisasi dapat dicapai

dengan baik.21

Tuntutan dengan budaya musyawarah tergambar secara jelas dalam

ajaran agama Islam dalam pengertian umum maksud dari musyawarah,

berbicara dan bertukar pendapat mengenai sesuatu perkara.la menjadi

sebahagian daripada amalan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad

SAW dan Khulafa Ar-Rasyidin bagi memperolehi kesepakatan dalam

membuat keputusan mengenai urusan kehidupan.

Allah SWT berfirman :

20 Ibid. 21

(47)

lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.22

Dari ayat diatas jelas tergambar bahwa musyawarah adalah

merupakan jalan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi

oleh setiap orang maupun oleh kelompok orang dalam suatu organisasi

sehingga dapat memecahkan permasalahan secara bersama-sama.

B. Motivasi Kerja Guru 1. Definisi Motivasi Kerja

Kata motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti

dorongan atau daya penggerak untuk melakukan sesuatu.23maksudnya,

bagaimana menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, yang

tadinya tidak mau melakukannya menjadi mau melakukannya, dan

yang tadinya tidak baik dalam mengerjakanya menjadi lebih baik

dalam mengerjakannya. Selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris

motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang

menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yng

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan

keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Proses psikologi timbul

diakibatkan oleh factor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut

intrinsic. Factor di dalam diri seseorang bias berupa kepribadian, sikap,

22

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Toha Putra, 1998) h. 267 23

Melayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini merujuk pada bagaimana proses pencarian makna hidup lansia yang tinggal di Panti Werdha Karitas meliputi kemauannya untuk menemukan arti di dalam hidup

Metode ini sangat bagus untuk merangsang daya pikir anak-anak binaan Yayasan Yatim Mandiri dan mendorong agar anak-anak giat dalam melaksanakan ibadah. Dalam

Bentuk badan usaha dalam pra rancangan pabrik pembuatan Akrilamida dari Akrilonitril dengan proses Asam Sulfat yang direncanakan ini adalah perusahaan berbentuk perseroan

Awalnya uang hasil jualan tanah digunakan untuk pembelian 2 mesin jahit, 1 mesin obras dan sebagian untuk pembelian bahan baku (kain, benang, dll). Pada saat itu,

satu; beberapa butir disatukan pemeriannya atau ada butir yang tidak muncul dalam berbagai mantra Aceh. Di samping itu, pendekatan yang digunakan dalam menggarap mantra Aceh

Penelitian menggunakan metode eksploratif terhadap efisiensi instalasi pengolahan air limbah di kantor Pusat Litbang Permukiman dalam menguraikan zat organik dengan

Setelah kedatangan To-ManurunngE, timbul kesadaran dan semangat kedaerahan dalam bentuk persatuan antara masing-masing kelompok yang meskipun terdiri dari dua

2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu, sikap santun, memiliki motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk pengolahan daerah