PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES AND TOURNAMENT) MENGGUNAKAN
MEDIA SUDOKU TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA
POKOK BAHASAN HIDROKARBON
Oleh:
Shafira Atikah Nasution NIM 409131073
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahNya yang senantiasa memberikan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games and Tournament) Menggunakan Media Sudoku Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
v
terima kasih juga disampaikan kepada Dewi, Fani, Sari Ayank, Samsidar, Erwin, Kasih, Wita, Rida dan Devi yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi dan membantu proses penelitian berlangsung juga yang terus memberikan semangat kepada Penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman saya : Danie, Ipat, Buser, Zulfan, Rahmat, Ifan, Viong, Sari Roti, Tuti, Ika, Kiki, Flora, Leman, Toni, Irman, Kokom Dik A’09 (Hermansyah), Hendrina, Rudini, Robina, Ocha, Rika, Tika, Dilla, Beby, Boy, Gaung, Fadlyanto, Bang Doli dan Teman-teman di Kelas Kimia Pendidikan A stambuk 2009, Kelas Kimia Pendidikan B 2009, Kelas Kimia Pendidikan Ekstensi 2009 dan kepada semua pihak yang telah memberi masukan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Juli 2013 Penulis,
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES AND TOURNAMENT)MENGGUNAKAN
MEDIA SUDOKU TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA
POKOK BAHASAN HIDROKARBON
Shafira Atikah Nasution (409131073) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Team Games and Tournament) menggunakan media sodoku terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan kelas X Tahun Ajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan yang berjumlah 9 kelas. Sampel penelitian ini sebanyak 2 (dua) kelas yaitu sebagai kelas eksperimen dan kontrol yang diambil dengan cara teknik sampling random sederhana. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan media sudoku. Sementara kelas kontrol dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional menggunakan media peta konsep.
Hasil pengolahan data menunjukkan siswa pada kelas ekperimen memiliki rata-rata nilai pre-test 27,059 dan post-tes 81,912 dengan rata-rata gain sebesar 0,756. Sedangkan siswa pada kelas kontrol memiliki rata-rata nilai pre-test 28,438 dan pos-tes 77,031 dengan rata-rata gain sebesar 0,681. Sedangkan persentase peningkatan hasil belajar kelas eksperimen 75,610% dan pada kelas kontrol 68,095%. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 7,515%. Hasil uji statistik menggunakan uji t pihak kanan menggunakan nilai rat-rata post test diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 73,000 sedangkan nilai ttabel
sebesar 1,657 pada taraf signifikan α = 0,05, sehingga thitung>ttabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media Sudoku lebih tinggi dari pada hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan media peta konsep.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai keaktifan siswa dengan rata-rata persentase skor keaktifan siswa di kelas eksperimen sebesar 77,287%. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh harga rhitung = 0,930
sedangkan harga rtabel= 0,361 dengan taraf signifikansi α = 0,05, karena nilai
rhitung> rtabelyaitu 0,930 > 0,361, hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Rumusan Masalah 5
1.4 Batasan Masalah 6
1.5 Tujuan Penelitian 6
1.6 Manfaat Penelitian 6
1.7 Defenisi Operasional 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori 8
2.1.1 Pengertian Belajar 8
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 9
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Kimia 10
2.1.4 Model Pembelajaran 12
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran 12 2.1.4.2. Model Pembelajaran kovensional 13 2.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif 13
2.1.4.4 Model Pembelajaran TGT 15
vii
Tipe TGT 19
2.1.5 Media Pembelajaran 20
2.1.5.1 Pengertian Media Pembelajaran 20 2.1.5.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran 20 2.1.5.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran 21 2.1.5.4 Kegunaan Media Pembelajaran 22
2.1.5.5 Media Sudoku Kimia 23
2.1.5.6 Nilai Edukasi Sudoku Kimia 24 2.1.6 Ringkasan Materi Hidrokarbon 25
2.1.6.1 Hidrokarbon 25
2.1.6.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon 25
2.2 Kerangka Konseptual 35
2.3 Hipotesis Penelitian 37
2.3.1 Hipotesis Verbal 37
2.3.2 Hipotesis Statistik 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.3 Variabel Penelitian 39
3.4 Instrumen Penelitian 40
3.5 Rancangan Penelitian 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data 45
3.7 Teknik analisis data 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Instrumen Penelitian 51
4.1.1. Validitas Butir 51
4.1.2. Tingkat Kesukaran 51
4.1.3. Daya Pembeda 52
viii
4.2. Penyajian dan Pengolahan Data Hasil Tes 53
4.2.1. Data Instrumen Non Tes 53
4.2.2. Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir 54
4.2.3. Uji Normalitas 54
4.2.4. Uji Homogenitas 55
4.2.5. Uji Hipotesis 56
4.2.6. Uji Analisis Korelasi 56
4.2.7. Uji Gain (Peningkatan Hasil Belajar) 57
4.3. Pembahasan 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 61
5.2. Saran 61
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Table 2.1 Rumus Molekul Dan Nama Alkana 27 Tabel 2.2 Nama Dan Rumus Molekul Alkena 31 Tabel 2.3 Nama Dan Rumus Molekul Alkuna 33
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 42
Tabel 4.1 Tingkat Kesukaran Soal 52
Tabel 4.2 Disajikan Kategori Daya Beda Soal 52 Tabel 4.3 Rata-rata dan Standar Deviasi Data 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis 56
Tabel 4.7 Uji Analisis Korelasi 57
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus 62
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 67
Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal 76
Lampiran 4 Soal Hidrokarbon 78
Lampiran 5 Kunci Jawaban 86
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Valid 87
Lampiran 7 Soal Valid 89
Lampiran 8 Jawaban Soal Valid 93
Lampiran 9 LKS (sudoku) 94
Lampiran 10 Kunci Jawaban LKS 99
Lampiran 11 Peta Konsep 102
Lampiran 12 Soal Tournament 103
Lampiran 13 Jawaban Tournament 108
Lampiran 14 Lembar Observasi 113
Lampiran 15 Lembar Observasi 114
Lampiran 16 Validitas Test 120
Lampiran 17 Tabel Validasi 122
Lampiran 18 Tingkat Kesukaran 124
Lampiran 19 Daya Beda 125
Lampiran 20 Reliabilitas Tes 127
Lampiran 21 Tabel Reliabilitas 128
Lampiran 22 Tabulasi Nilai 130
Lampiran 23 Standart Deviasi 132
Lampiran 24 Standart Deviasi Gain 134
Lampiran 25 Normalitas 135
Lampiran 26 Homogenitas 141
Lampiran 27 Uji Hipotesis 144
xii
Lampiran 30 Gain 150
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial.
Sementara itu, Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangansoft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum;
(4) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang
2
berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter (helda, 2012).
3
yang menganggap siswa telah memiliki pengetahuan awal sehingga tugas guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator (Mulyasa, 2007).
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru kimia SMA Negeri 1 Babalan ternyata hasil belajar kimia masih sangat rendah. Hal ini di tunjukkan oleh rata-rata nilai UH mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Babalan yaitu 6,5 dengan rentang nilai 40-72. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Siswa yang dikatakan tuntas belajar kimia harus memenuhi kriteria ketuntasan minimal 75. Beberapa kelemahan pembelajaran kimia menurut Rumansyah (2003) antara lain karena (1) Dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher center). (2) Guru masih banyak menerapkan metode ceramah sebagai sarana untuk mentransfer pengetahuan sehingga siswa cepat bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. (3) Para guru memberikan penjelasan yang kurang cukup akan tujuan dan kegunaan suatu konsep pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki pembelajaran kimia menjadi lebih menarik dan menghasilkan hasil belajar siswa yang maksimal. Salah satu diantaranya adalah keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Siswa harus terlibat aktif dalam pengoperasian alat atau berlatih menggunakan objek konkrit dalam proses pembelajaran sehingga siswa didorong untuk menyelesaikan masalah konsep nyata melalui penerapan konsep-konsep dan fakta-fakta yang mereka pelajari.
4
memiliki beberapa variasi pembelajaran dan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, kerjasama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik dan diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran (Slavin, 2005).
Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan dapat dilaksanakan dengan mengadopsi beberapa media. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media sudoku. Sudoku merupakan permainan atau teka-teki yang tersusun atas 9 x 9 kotak kecil dan terbagi menjadi 3 x 3 kotak yang disebut subgrid. Secara tradisional tujuan dari permainan ini adalah mengisi kotak-kotak
kecil dalam kolom dan baris serta subgrid dengan angka satu sampai sembilan sedemikian sehingga dalam satu kolom, baris dan subgrid tidak ada angka yang muncul lebih dari satu kali (purtadi, 2007). Manfaat dari permainan ini dapat mempertajam daya tangkap dalam belajar, meningkatkan logika berfikir, meningkatkan ketelitian, mempertajam imajinasi, kreatif, dan inovatif, menambah kemampuanproblem solvingdengan cepat, merangsang sel otak untuk selalu aktif sehingga daya kerjanya maksimal.
Putriasih (2012) dalam penelitiannya, “Pengaruh modifikasi permainan sudoku terhadap kemampuan pengenalan konsep bilangan dalam pembelajaran matematika pada anak autis kelas II di SDN Inklusi Wonorejo V/316 Surabaya” telah menunjukkan hasil yang optimal sebagai berikut: Dv mengalami peningkatan 13%, Zn mengalami peningkatan 13%, Bg mengalami peningkatan 20%, Ad mengalami peningkatan 30%, Rn mengalami peningkatan 10%, In mengalami peningkatan 63%.
5
bersifat abstrak apalagi bila menyangkut istilah-istilah atau simbol-simbol yang hampir mirip sehingga sukar dipahami oleh siswa. Untuk itu diperlukan media dan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa dapat lebih memahami pelajaran Hidrokarbon. Dengan menggabungkan media sudoku kedalam pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok Hidrokarbon diharapkan akan memberikan variasi terhadap penggunaan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta tidak membosankan sehingga siswa lebih termotivasi belajar kimia.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games and Tournament) Menggunakan Media Sudoku Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Siswa mengganggap kimia merupakan pelajaran yang sulit dan menjenuhkan.
2. Hasil belajar siswa untuk pelajaran kimia masih rendah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
6
2. Apakah ada hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran koperatif tipe TGT menggunakan media sudoku?
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi masalah pada peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa mengenai pembelajaran kimia dengan model pembelajaran koperatif tipe TGT menggunakan media sudoku pada pokok bahasan Hidrokarbon dikelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe TGT menggunakan media sudoku lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional menggunakan media peta konsep pada pokok bahasan hidrokarbon.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran koperatif tipe TGT menggunakan media sudoku.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai masukan dan dasar pemikiran guru dan calon guru untuk dapat memilih media dan model pembelajaran alternative yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan Hidrokarbon. 2. Bagi peneliti sebagai calon pendidik, dapat menjadi bahan acuan dan bekal
untuk terjun kedunia pendidikan.
7
1.7 Defenisi Operasional
1. Teams Games Tournament (TGT) adalah pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat tournament atau pertandingan pada akhir pelajaran. Dimana dalam kelompok tersebut siswa digolongkan dari tingkat kognitifnya yaitu yang berkemampuan rendah, sedang, pintar (slavin, 2005).
2. Sudoku merupakan permainan atau teka-teki yang tersusun atas 9 x 9 kotak kecil dan terbagi menjadi 3 x 3 kotak yang disebut subgrid. Secara tradisional tujuan dari permainan ini adalah mengisi kotak-kotak kecil dalam kolom dan baris serta subgrid dengan angka satu sampai sembilan sedemikian sehingga dalam satu kolom, baris dan subgrid tidak ada angka yang muncul lebih dari satu kali (purtadi, 2007).
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada bab ke-IV, maka ditetapkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar kimia pada pokok bahasan Hidrokarbon menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT menggunakan media sudoku dengan menggunakan model pembelajaran konvensional menggunakan media peta konsep pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2012/2013. Rata-rata peningkatan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon pada kelas eksperimen sebesar 75.610% sedangkan pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 68.095%.
2. Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT menggunakan sudoku lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok bahasan Hidrokarbon bila dibandingkan dengan model pembelajaran secara konvensional menggunakan media peta konsep.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis menyarankan hal-hal berikut:
1. Bagi guru dan calon guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempermudah pencapaian tujuan instruktusional dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran kimia. 2. Bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih