1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berakhirnya penjajahan Jepang di tanah Korea yang ditandai dengan kemerdekaan
Korea pada tanggal 15 Agustus 1945 menjadi sebuah kebahagiaan sesungguhnya bagi rakyat
Korea. Jepang telah mengkolonisasi banyak negara di Asia dan Korea adalah negara yang
pertama kali menjadi negara koloninya Jepang. Pendudukan Jepang di Korea Selatan
berlangsung selama 35 tahun. Selama masa penjajahan tersebut, sistem birokrasi, militer,
polisi dan badan-badan penting dikontrol oleh Choseon Governor General Office yang didirikan oleh Jepang. Pada zaman itu, seluruh dunia sedang mengalami keruntuhan ekonomi
secara besar-besaran, Jepang pun tidak dapat menghindari keruntuhan ekonomi tersebut,
maka Jepang mencari jalan pintas yaitu memperbaiki perekonomiannya dengan dibuatnya
negara-negara koloni.
Jepang secara resmi menjajah Korea, namun Jepang mengalami kekalahan di PD II
(1945). Kekalahan tersebut mengakibatkan semenanjung Korea dapat melepaskan diri dari
kekuasaan Jepang sebab pendudukan Jepang di negara-negara koloninya tidak diakui lagi
oleh kekuatan dunia termasuk AS, USSR, dll. Hal itu dapat dilihat dari Deklarasi Potsdam
pada 26 Juli 1945 yang dihadiri oleh AS, USSR, Inggris, dan Cina. Deklarasi tersebut
memerintahkan Jepang untuk menyerah di perang dunia tersebut.1 Namun USSR memiliki ambisi yang tersembunyi yaitu menyebarkan ideologi komunisme. Negara adi kuasa ini
menganggap kekacauaan di Korea ketika kekuatan Jepang melemah sebagai kesempatan
yang baik untuk mencapai kepentingannya, maka Agustus pada tahun 1945, pasukan-pasukan
USSR mengangkat Kim Il-Sung2 untuk memimpin serangan terhadap Jepang, padahal sebenarnya dibalik itu semua, serangan tersebut mengandung tujuan untuk menguasai Korea
dengan ideologi komunisme. AS menyadari ambisi tersembunyi USSR dan Kim Il-Sung,
maka AS mencegahnya dengan mengadakan pertemuan yang menghasilkan parallel ke 383
1
Diakses melalui http://m.terms.naver.com/entry.nhn?docId=11584`44&cid=40942&categoryId=31657 (By doopedia) pada tanggal 29 januari 2017, pukul 15.05 WIB.
2
Kim Il-sung(lahir 15 April 1912 – meninggal 8 Juli 1994 pada umur 82 tahun) adalah seorang politikus berhaluan komunis dari Korea yang memimpin Korea Utara sejak 1948 hingga hari kematiannya. Ia menjabat sebagai perdana menteri pada tahun 1948-1972 dan presiden pada tahun 1972-1994.
3
2
dengan membagi kekuasaan sebab AS pun mengakui bahwa USSR adalah salah satu negara
yang memiliki super power. Maka Parallel ke 38 ini menjadi garis demarkasi militer (Military Demarcation Line) antara kedua negara adi kuasa ini saat itu dan mengakibatkan Korea terbagi menjadi dua (Chang, 2011) yaitu Korea Selatan dan Korea Utara sampai saat
ini.
Pada tanggal 15 Agustus 1948, dengan dibantu AS, berdirilah pemerintah pertama
yang sah bagi seluruh rakyat Korea Selatan yang kemudian dipimpin oleh Rhee Syng-Man4, presiden Korea Selatan yang pertama, pada masa pemerintahannya disusun juga
undang-undang yang berisi pernyataan kebebasan, aturan-aturan serta hak dan kewajiban bagi seluruh
rakyat.5 Salah satu kewajiban yang terkandung adalah dalam pasal 2 tentang kewajiban seluruh rakyat Korea untuk ikut membela negara.6 Pemerintah mewajibkan warganya menjadi pasukan pembela negara dengan tujuan meningkatkan rasa nasionalisme dan
kekuatan militer guna melindungi negara dari ancaman luar karena trauma yang disebabkan
oleh penjajahan Jepang dan juga pihak utara yang menjadi ancaman baru. Undang-undang
tersebut lebih dikenal orang-orang dengan sistem wajib militer atau wamil. Sistem tersebut
hanya berlaku pada laki-laki yang berusia 19 tahun ke atas dan yang memiliki kesehatan
jasmani dan mental untuk melaksanakan kewajiban tersebut selama 1 tahun 9 bulan lamanya.
Pada tanggal 25 Juni 1950 pecahlah peperangan diantara saudara sendiri yang
dimulai dengan serangan pertama yang dilancarkan oleh Korea Utara yang didukung oleh
USSR, terutama disebabkan oleh perbedaan ideologi dan isu perbatasan. Isu perbatasan
menjadi isu sensitif dan penting sebab paralel ke 38 ini tidak dianggap sebagai perbatasan
(kemerdekaan Korea dari Jepang) sampai 27 Juli 1953 (selesainya Perang Korea). Garis ini merupakan hasil dari pertemuan antara negara AS, USSR, Inggris, dan Cina di Korea pada 26 Juli 1945.
4
Syngman Rhee (lahir di Haeju, Hwanghae, Korea, 26 Maret 1875 – meninggal di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, 19 Juli 1965 pada umur 90 tahun) adalah seorang presiden pertama Korea Selatan. Karier kepresidenannya yang dimulai dari bulan Agustus 1948 sampai April 1960, dianggap kontroversial akibat sifat anti-komunis dan tangan besinya yang menyulut terjadinya Perang Korea. Syngman Rhee meninggal dalam pengasingan di Hawaii, setelah kariernya berakhir akibat protes masyarakat dalam pemilihan umum yang dianggap curang.
5
Diakses melalui http://m.terms.naver.com/entry.nhn?docId=525228&cid=46625&categoryId=46625 (By the academy of Korean studies) pada 29 januari 2017, pukul 18.00 WIB.
6
Diakses melalui http://www.law.go.kr/lsInfoP.do?lsiSeq=61603&efYd=19880225#0000– (Pasal 2 butir 39 ①
3
antar negara. Maka dapat terbayang betapa mudahnya terjadi konflik di pembatas wilayah
tersebut. Serangan Korea Utara terhadap Korea Selatan cukup keras sehingga dalam dua hari,
mereka berhasil merebut beberapa kota termasuk kota Kaeseong yaitu kota yang terletak di
posisi strategis dan penting dan pada hari yang ke tiga ibu kota, Seoul pun direbut oleh pihak
Utara. Serangan tersebut terus berlanjut sampai merebut hampir semua wilayah Korea kecuali
Busan yang saat itu menjadi ibu kota sementara. Dalam serangan tersebut, Korea Selatan
memperoleh simpati dari PBB, dan juga anggota-anggota PBB yang tidak berkeinginan untuk
membiarkan perlakuan pengacau perdamaian dunia yaitu USSR yang berambisi atas
ideologinya. Maka pasukan-pasukan PBB dan AS mendarat di tanah Korea dengan tujuan
membantu Korea Selatan dan penyatuan Korea untuk mencabut ideologi komunis dari tanah
Korea. Bantuan mereka berhasil merebut kembali Seoul sekaligus hampir semua wilayah
Korea namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama sebab pihak Cina yang terancam dari
serangan AS dan sekutu yang terus-menerus mengarah pada utara, ikut membantu Korea
Utara untuk menyerang balik pasukan PBB pada bulan November 1950, dan dalam waktu
yang tidak lama, mereka berhasil kembali merebut Seoul. Pasukan PBB kemudian
mengumpulkan kekuatan untuk memukul mundur pasukan-pasukan komunis dan merebut
kembali Seoul lagi dan sampai pembatas wilayah paralel ke 38. Pihak PBB tidak ingin skala
perang menjadi lebih luas lagi, maka mengadakan perundingan untuk mencari titik
penyelesaian perang. Demikian konflik senjata dan perundingan yang terjadi berulang kali,
akhirnya di perundingan dari Panmunjeom pada tanggal 27 Juli 1953 menghasilkan status pemberhentian perang untuk sementara di antara Korea Selatan dan Korea Utara dan antara
pihak Sekutu dan AS dengan USSR dan Cina.7
Perang yang berlangsung selama 3 tahun ini mengakibatkan korban jiwa sebanyak
180.000 orang dari Korea Selatan termasuk pasukan-pasukan dari PBB dan kehancuran yang
meliputi semua aspek seperti politik, ekonomi, keamanan, infrastruktur, bahkan harapan
untuk hidup.8 Perang tersebut membawa instabilitas yang sangat luar biasa, income per capita Korea mengalami penurunan, pada tahun 1950 income per capita Korea sebesar USD 876.00 kemudian turun menjadi USD 804.00. Pertumbuhan ekonomi saat itu relatif lambat,
7
Diakses melalui http://terms.naver.com/entry.nhn?docId=1133118&cid=40942&categoryId=31778 (by Doopedia) pada tanggal 1 Februari 2017, pukul 10.35 WIB.
8
4
perbaikan infrastruktur negaranyapun bisa dilakukan dengan bantuan PBB. Saat itu, Korea
Selatan belum bisa mandiri, diakibatkan kondisi politik yang labil sehingga di Korea Selatan
sering kali terjadi kudeta dan pergantian kekuasaan. Sedangkan, di Korea Utara saat itu
mendapatkan bantuan finansial dari USSR dan Cina serta bantuan tenaga ahli dari
negara-negara komunis di Eropa Timur sehingga Korea Utara mengalami pertumbuhan yang pesat
hingga akhir 60-an.9
Untuk mengantisipasi perang yang dapat terjadi kapan saja, Korea Utara
memperkuat sistem pertahanan anti udaranya dan membangun jaringan terowongan militer
bawah tanah yang kompleks. Situasi ini memberi pelajaran kepada Korea Selatan betapa
pentingnya sebuah pertahanan negara yang kuat dan juga mempertegas pengaplikasian sistem
wajib militer yang telah disusun pada tahun 1948, pasal 2 tentang kewajiban seluruh rakyat
Korea untuk ikut membela negara. Sistem wajib militer sendiri merupakan sistem yang
terbaik yang bisa dijalankan saat itu oleh Korea Selatan untuk mempertahankan negaranya
dari potensi perang. Seperti yang dijelaskan oleh presiden asosiasi pengacara Hwang
Sun-Chul di Jeon-Buk bahwa kepentingan pemberlakuan sistem wamil bagi pemerintah dapat
dilihat dari beberapa fungsi yang baik bagi negara dan elemen-elemen yaitu dapat
meningkatkan nasionalisme kepada peserta-peserta wajib militer, dapat memenuhi kebutuhan
kekuatan militer baik secara kuantitas maupun kualitas, dapat menyimpan cadangan tentara
yang aktif dan ketika ada kegaduhan militer, dapat dipakai secara intensif, dan dapat
mempertahankan prajurit-prajurit yang nantinya menjadi kekuatan militer dengan dana yang
lebih sedikit dibanding sistem yang harus membayar upah atau gaji untuk prajurit, mengingat
Korea Selatan pada waktu itu adalah negara yang miskin setelah penderitaan yang dialami
berturut-turut lewat penjajahan Jepang serta perang saudara.
Akhirnya, setelah melewati titik terendah yang gelap gulita, Korea Selatanpun
bangkit. Trasformasi dan pertumbuhan ekonomi yang Korea Selatan alami dalam beberapa
dekade setelah tahun 1953 merupakan yang terajaib dan tercepat di dunia, sampai-sampai
disebutnya ‘Mircale of Han River’. Permulaan transformasi yang energetik di Korea Selatan
yang lebih spesifik dapat dilihat dari munculnya Jenderal Park Chung-hee sebagai presiden di
Korsel pada tahun 1962. Presiden Park menjabatnya melalui kudeta, Ia menganggap
9 Diakses melalui http://www.re-tawon.com/2012/10/perang-korea-konflik-ideologi-yang.html pada 2
5
pemerintah yang dikuasai oleh partai liberal yang sebelumnya adalah pemerintah yang gagal, dan yang membawa kondisi anarki. Setelah Park menjabat, atas nama sistem ‘Yushin’ (Restricted System), ia menaruh semua aspek seperti politik, ekonomi dan sosial di dalam komando militernya. (Kim, 2009) Sebagai mantan tentara, presiden Park sangat bersemangat
untuk membentuk stabilitas negara, meningkatkan kekuatan militer dan ekonomi. Ia yakin
bahwa untuk menciptakan stabilitas negara, harus membatasi kebebasan sipil dan kebebasan
pers, hal itu bukan berarti ia menyukai sistem komunis, malah membencinya. Dengan
demikian, sistem demokrasi ala presiden Park ini mendorong menstabilkan dan
mengembangkan situasi dan kondisi negara. Setelah menciptakan kestabilan dalam negara,
Park menaruh semua konsentrasi dalam bidang ekonomi. Upayanya terlihat dalam
badan-badan dan program-program yang ia jalankan, ia mendirikan Economic Planning Board
(badan perencanaan ekonomi) dan merancang rencana pembangunan lima tahun, dan
membuat kebijakan Export-Oriented Industrialization (industrialisasi berorientasi ekspor),
Heavy Chemical Industry (industri kimia) serta mengadakan ‘Gerakan Saemaeul’10(Nahm, 1993: 196).
Dalam kebijakan-kebijakannya, yang paling menonjol dan utama adalah target untuk
meletakkan Korea Selatan sebagai negara yang kuat di bidang industri yang dapat dibaca dari
kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Asal mula industrialisasi di Korea Selatan sebenarnya
dimulai pada masa penjajahan Jepang. Walaupun dalam tujuan menopang ekonomi mereka,
Jepang mewariskan sarana-sarana infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api, listrik,
saluran irigasi, tenaga terdidik dalam industri dan manajemen, dan menyediakan fondasi
industri dalam skala kecil dan terbatas, yaitu pada masa pemerintahan Rhee Syng-Man,
Amerika Serikat memelihara situasi dan kondisi Korea Selatan. Jepang didorong oleh AS
untuk menjual pabrik-pabrik dan properti lainnya dengan harga yang relatif rendah kepada
pengusaha-pengusaha Korea Selatan dan dengan rasa simpati memberi bantuan dana serta
mengimpor barang-barang manufaktur yang dihasilkan dari industri tradisional Korsel.
10
Gerakan Saemaeuldi ulai pada April 97 de ga sloga raji , swadaya, da kerja sa a . Preside Park
6
hal tersebut menjadi pupuk yang baik bagi indutrialisasi di Korsel (Darini, 2009: 6), (Pmg 지
식엔진연구소, n.d.). Lewat bantuan AS ditambah dengan berbagai bisnis yang dilakukan, beberapa pengusaha-pengusaha Korea saat itu menjadi Chaebol11 yang menjalankan perusahaan besar termasuk Samsung, LG, Hyundai, Daewoo, Hyosung, dll yang saat ini
memiliki teknologi yang sangat canggih dan mendunia dan menaikkan Korea Selatan sebagai
negara industri yang besar lewat kerja sama yang dilakukan dengan pemerintah presiden Park.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh presiden Park menjadi starting point dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan. Hal ini terbukti lewat GDP (Gross
Domestic Product) terus meningkat.
Pada tahun 2015, Korea Selatan menempati posisi ke 29 di dunia dengan total USD
27.221 per kapita. Selain GDP, HDI atau Human Develop Index juga meningkat.12 Menurut data dari UNDP (United Nation Development Programme), Korea Selatan berhasil menduduki peringkat ke 17 di dunia dengan total HDI 0.898, tiga tingkat di atas Jepang yang
berada pada peringkat ke 20. Hal ini tentu saja menunjukkan perubahan dan pertumbuhan
ekonomi yang sangat berkembang. Graph di bawah ini menunjukkan peningkatan GDP per kapita di Korea Selatan dari tahun 1960 hingga 2015.
Data.1 Peningkatan GDP per kapita dari tahun 1960 sampai 2015 (sumber: Diakses melalui
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD?end=2015&locations=KR&start=1960&view=chart
pada 5 Februari 2017, pukul 21.55 WIB)
11 Chaebol
adalah sebutan untuk konglomerat-konglomerat raksasa yang kekuasaannya dibagi ke keluarga presiden perusahaan. Economic Power yang dimiliki mereka cukup atau sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.
12
7
Peningkatan ekonomi tersebut mempunyai dampak pada pertumbuhan kekuatan
militer di Korea Selatan. Terbukti Korea Selatan mengalokasikan anggaran militer untuk
pertahanan sebesar USD 33.200.000.000 pada tahun 2015. Banyaknya jumlah anggaran
militer tersebut menempati peringkat ke 11 di dunia.13 Menurut GFP (Global Fire Power), Korea Selatan menempati posisi ke 11 di dunia dengan 0.2824 yang merupakan hasil
perhitungan dari Man Power, Resources, Land System, Logistics, Finance, Air Power, dll di bawah Italy14
Dari uraian di atas ini dapat kita lihat bahwa, perekonomian Korea Selatan
telah bertumbuh secara drastis. Hal ini dapat dibuktikan dari data-data yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa terjadi kenaikan pada GDP dan HDI di Korea Selatan. Selain itu, terjadi
kenaikan antara anggaran militer dengan tingkat kekuatan militer di negara tersebut. Namun,
seiring kemajuan tersebut, Korea Selatan masih memiliki sistem wajib militer di negaranya.
Oleh karena itu, pembahasan mengenai sistem wajib militer di Korea Selatan menarik untuk
diteliti.
1.2 Rumusan masalah
Mengapa sistem wajib militer menjadi begitu penting dan masih dipertahankan oleh
pemerintah Korea Selatan hingga saat ini?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem wajib militer begitu
penting dan masih dipertahankan oleh pemerintah Korea Selatan hingga saat ini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menyajikan kontribusi dan manfaat bagi perkembangan
studi HI, khususnya bagi mereka yang mempunyai perhatian terhadap sistem militer terlebih
kepada sistem perekrutan tentara yang dijalankan di Korea Selatan, yaitu sistem wajib militer
13
Diakses melalui http://www.globalfirepower.com/defense-spending-budget.asp pada 5 Februari 2017, pukul 23.35 WIB.
14 Diakses melalui http://www.globalfirepower.com/countries-comparison.asp pada tanggal 5 Februari 2017,
8
dan juga memberikan tambahan wawasan, pengetahuan dan informasi bagi pembaca
mengenai faktor apa saja yang menjadi acuan dalam penentuan sistem perekrutan tersebut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini sekiranya dapat menjadi rekomendasi untuk negara yang
memiliki kondisi yang sekiranya mirip dengan Korea Selatan terkhususnya yang mengalami
permasalahan dalam keamanan untuk menjalankan sistem wajib militer dan menjadi referensi
bagi yang ingin melanjutkan penelitian terkait dengan topik yang diteliti tersebut.
1.5 Batas Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan mengapa Korea Selatan tetap
mempertahankan sistem wajib militer di tengah perubahan berbagai situasi dengan membahas
alasan-alasan apa saja yang menjadi faktor utama dijalankannya sistem tersebut dan