• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAW"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Anatomi Telinga

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.

a. Anatomi Telinga Luar (Auris Eksterna)

Telinga luar terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani.Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

(2)

Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga.Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga.Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.

2) Meatus Akustikus Eksterna/External Auditory Canal ( Liang Telinga ) Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani panjangnya ±2,5 cm yang terdiri tulang rawan dan tulang keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan secret – secret berbentuk serum. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Fungsi dari daun telinga dan liang telinga adalah mengumpulkan bunyi yang berasal dari sumber bunyi.

b. Anatomi Telinga Bagian Tengah (Auris Media)

Telinga tengah merupakan rongga udara diisi dengan tulang temporal yang terbuka ke udara luar melalui tuba estachius ke nasofaring dan melalui nasofaring ke lingkungan luar. Tuba Eustachius ini biasanya tertutup, tetapi selama menelan, mengunyah, dan menguap ia akan membuka, untuk menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga tetap sama. Tuba juga berfungsi sebagai drainase untuk sekresi.

Membrana timpani terletak pada akhir kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga. Membran ini berdiameter sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan nasofaring melalui tuba eustachii, dan berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

(3)

membran timpani.Kepala dari maleus melekat pada dinding telinga tengah, dan bagian pendeknya melekat pada inkus, yang pada akhirnya berartikulasi dengan kepala stapes. Plat kaki pada stapes terpasang oleh ligamentum melingkar pada dinding jendela oval. Dua otot kerangka kecil, tensor timpani dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi membrane timpani akan menarik manubrium maleus medial dan mengurangi getaran dari membran timpani; kontraksi terakhir menarik kaki stapes dari stapes keluar dari jendela oval.

1) Membrane Timpani

Membran timpani merupakan selaput gendang telinga penghubung antara telinga luar dengan telinga tengah, berupa jaringan fibrous tempat melekat os malleus.Terdiri dari jaringan fibrosa elastic, bentuk bundar dan cekung dari luar.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (MembranShrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanyaberlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalamdilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut.

(4)

Membrane timpani berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulangpendengaran.

2) Kavum Timpani

Rongga timpani adalah bilik kecil berisi udara.Rongga ini terletak sebelah dalam membrane timpani atau gendang telinga yang memisahkan rongga itu dari meatus auditorius exsterna.Rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding membranosa, sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui sebuah celah yang disebut aditus.Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang terletak di belakang telinga, sementara ruang udara yang berada pada bagian atasnya adalah antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah.Infeksi dapat menjalar dari rongga telinga tengah hingga antrum mastoid dan dengan demikian menimbulkan mastoiditis.

3) Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian bawah samping dari kavum timpani. Dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.

4) Tuba Eustakhius

(5)

seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan.Adanya hubungan dengan nasofaring ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah. 5) Tulang – Tulang Pendengaran

Tulang – tulang pendengaran merupakan tiga tulang kecil (osikuli) yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membrane timpani menuju rongga telinga dalam.Ketiga tulang tersebut adalah malleus, incus dan stapes.Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persendian, otot dan ligament yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat ) di dinding medial jendela tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ke telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke luar getaran suara

a) Malleus, merupakan tulang pada bagian lateral, terbesar, berbentuk seperti martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani, sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.

b) Incus, atau landasan adalah tulang yang terletak di tengah. Sendi luarnya bersendi dengan malleus, berbentuk seperti gigi dengan dua akar, sementara sisi dalamnya bersensi dengan sebuah tulang kecil, yaitu stapes.

c) Stapes, atau tulang sanggurdi, adalh tulang yang dikaitkan pada inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membrane yang menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong.

c. Anatomi Telinga Dalam (Auris Interna)

(6)

bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Labyrinth terdiri dari dua bagian, yang satu terletak dalam yang lainnya.Labirin tulang adalah serangkaian saluran kaku sedangkan didalamnya terdapat labirin membran.Di dalam saluran ini, dikelilingi oleh cairan yang disebut perilymph, adalah labirin membran.Struktur membran lebih kurang serupa dengan bentuk saluran tulang.Bagian ini diisi dengan cairan yang disebut endolymph, dan tidak ada hubungan antara ruang yang berisi endolymph dengan ruangan yang dipenuhi dengan perilymph.

(7)

kranialis VIII).Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.

1) Koklea

Bagian koklea dari labirin adalah tabung melingkar yang pada manusia berdiameter 35 mm. Sepanjang panjangnya, membran basilaris dan membran Reissner's membaginya menjadi tiga kamar (scalae). Skala vestibule dan skala timpani berisi perilymph dan berkomunikasi satu sama lain pada puncak koklea melalui lubang kecil yang disebut helicotrema. Skala vestibule berakhir pada jendela oval, yang ditutup oleh kaki stapes dari stapes.Skala timpani berakhir pada jendela bulat, sebuah foramen di dinding medial dari telinga tengah yang ditutup oleh membran timpani fleksibel sekunder.Skala media, skala koklea ruang tengah, kontinu dengan labirin membran dan tidak berkomunikasi dengan dua scalae lainnya.Skala ini berisi endolymph. 2) Organ Korti

Organ korti yang terletak di membran basilaris, merupakan struktur yang berisi sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.Organ ini memanjang dari puncak ke dasar koklea dan memiliki bentuk spiral.Ujung dari sel-sel rambut menembus lamina, membran retikuler yang didukung Rod of Corti. Sel-sel rambut yang diatur dalam empat baris: tiga baris sel rambut luar lateral ke terowongan dibentuk oleh Rod of Corti, dan satu baris sel rambut dalam medial terowongan. Ada 20.000 sel rambut luar dan sel-sel rambut 3500 masing-masing bagian dalam koklea manusia.Meliputi sel rambut adalah membran tectorial tipis, kental, tapi elastis di mana ujung rambut luar tertanam.

3) Vestibulum

(8)

semisirkularis.Vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis.Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang yang diliputi oleh sel – sel rambut.Yang menutupi sel – sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung lapisa kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe.

4) Jalur Saraf

Dari inti koklea, impuls pendengaran keluar melalui berbagai jalur ke colliculi inferior, pusat refleks pendengaran, dan melalui corpus geniculate medial di thalamus ke korteks pendengaran. Informasi dari kedua telinga menyatu, dan pada semua tingkat yang lebih tinggi sebagian besar neuron menanggapi input dari kedua belah pihak. Korteks pendengaran primer, daerah Brodmann's 41, adalah di bagian superior lobus temporal.Pada manusia, itu terletak di celah sylvian dan tidak terlihat pada permukaan otak. Dalam korteks pendengaran primer, neuron yang paling menanggapi masukan dari kedua telinga, tetapi ada juga strip dari sel-sel yang dirangsang oleh masukan dari telinga kontralateral dan dihambat oleh masukan dari telinga ipsilateral. Ada beberapa tambahan daerah menerima pendengaran, seperti ada daerah menerima beberapa sensasi kutan.Daerah asosiasi pendengaran berdekatan dengan area penerima primer pendengaran yang luas.

5) Kanalis Semisirkularis

(9)

dari sel-sel rambut yang tertanam di cupula, dan dasar sel-sel rambut dalam kontak dekat dengan serat-serat aferen dari divisi vestibular dari syaraf vestibulocochlear.

6) Utrikulus dan Sakulus

Dalam setiap labirin membran, di lantai utricle, ada organ otolithic (makula). Makula lain terletak pada dinding saccule dalam posisi semivertical. Macula mengandung sel-sel sustentacular dan sel rambut, diatasi oleh membran otolithic di mana tertanam kristal karbonat kalsium, otoliths. Otoliths, yang juga disebut otoconia atau telinga debu, mempunyai panjang berkisar 3 - 19 μ. Prosesus dari sel-sel rambut yang tertanam di dalam membran. Serat saraf dari sel-sel rambut bergabung yang berasal dari krista di divisi vestibular dari syaraf vestibulocochlear.

2. Definisi Otitis Media

Otitis media ialah inflamasi telinga tengah (Sowden dan Cecily 2002, h.370). Otitis media adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002). Otitis media ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004, h.141).

Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah yang biasanya terjadi selama kurang lebih 6 minggu yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, dan Moraxella cathalis yang masuk ke telinga tengah karena disfungsi saluran eustacheus yang disebabkan oleh obstruksi yan berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas dan inflamasi struktur yang mengelilingi atau reaksi alergi. Stadium pada otitis media akut ada 4 yaitu: a. Stadium okulasi

(10)

atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin terjadi tapi tetapi tidak dapat dideteksi.

b. Stadium hiperemis/presupurasi

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat serous sehingga sukar terlihat.

c. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol kearah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien ampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkatserta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler – kapiler serta timbul tromboflebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada daerah membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.

d. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan – lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Resolusi dapat terjadi dengan atau tanpa pengobatan. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka dapat terjadi resolusi.

(11)

Otitis media kronis adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.

3. Etiologi

Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.

4. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

OMA biasanya terjadi pada anak dibawah usia 15 tahun dan paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun. Anak-anak lebih rentan terserang OMA karena Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal.

a. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

(12)

5. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Otitis media ini berlangsung selama 3 minggu.

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

(13)

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis otitis media menurut Wong et al 2008, hal.944 : a. Terjadi setelah infeksi pernafasan atas

b. Otalgia (sakit telinga) c. Demam

d. Rabas purulen (otorea) mungkin ada, mungkin tidak. Manifestasi klinis pada bayi atau anak yang masih kecil : a. Menangis

b. Rewel, gelisah, sensitif

c. Kecenderungan menggosok, memegang, atau menarik telinga yang sakit d. Menggeleng-gelengkan kepala

e. Sulit untuk memberi kenyamanan pada anak f. Kehilangan nafsu makan

Manifestasi klinis pada anak yang lebih besar :

a. Menangis dan/atau mengungkapkan perasaan tidak nyaman b. Iritabilitas

c. Letargi

d. Kehilangan nafsu makan e. Limfadenopati servikal anterior 7. Komplikasi

Komplikasi menurut Sowden dan Cecily 2002, h. 372 ialah : a. Ruptur membran timpani dengan otorea

b. Tuli konduktif jangka pendek c. Tuli permanen atau jangka panjang d. Meningitis

e. Mastoiditis f. Abses otak

g. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin)

(14)

a. Tanda-tanda vital : Suhu dan RR biasanya naik. b. Pemeriksaan fisik fokus :

1) Hidung :

Inspeksi : biasanya adanya sekret yang menunjukkan klien mengalami ISPA, hidung tampak kemerahan. Palpasi : adanya pembengkakan mukosa hidung 2) Telinga :

Inspeksi : membran tympani dan daun telinga tampak kemerahan, adanya sekret pada canalis auditorius eksterna.

Palpasi : telinga teraba hangat.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :

a. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani. b. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan

timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.

c. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

10. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.

Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya:

1) Stadium oklusi tuba

a) Berikan antibiotik selama 7 hari b) Obat tetes hidung nasal dekongestan c) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi d) Antipiretik

(15)

a) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :

b) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari c) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi

d) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya 3) Stadium supurasi

a) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.

b) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.

c) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan miringotomi.

b. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :

1) Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang mungkin terjadi.

2) Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakainan anak yang berlebihan.

3) Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres panas atau kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.

4) Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit tergantung.

5) Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.

6) Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :

a) Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.

(16)

c) Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji audiologik, jika diperlukan.

d) Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan meniup.

e) Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

c. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi telinga menururt Arsyad, ES, & Iskandar,N (2004) antara lain :

1) Ketika memandikan anak, usahakan telinga anak ditutup dengan penutup telinga agar air tidak masuk ke dalan telinga

2) Segera keringkan telinga anak ketika selesai memandikan. Untuk mengeluarkan air dari liang telinga, miringkan kepala dengan posisi telinga menghadap ke bawah. Saat melakukan hal itu, tarik cuping telinga ke arah berlawanan untuk mengeringkan air

3) Jangan coba-coba membersihkan kotoran telinga karena fungsinya untuk melindungi telinga tengah. Jika anda melihat kototan telinga anak sudah menumpuk, sebaiknya teteskan baby oil sehari dua kali. Dalam beberapa hari kotoran yang ada di telinga akan keluar dengan sendirinya.

(17)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

Data yang muncul saat pengkajian: a. Sakit telinga/nyeri

b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga c. Tinitus

d. Perasaan penuh pada telinga e. Suara bergema dari suara sendiri

f. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan g. Vertigo, pusing, gatal pada telinga

h. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga

i. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam

(18)

k. Reflek kejut

l. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras

m. Tipe warna 2 jumlah cairan

n. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning

o. Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram

p. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh pasien meningkat (38oC).

b. Nyeri berhubungan dengan penarikan membran timpani karena tekanan dalam telinga ditandai dengan pasien terlihat meringis.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan eksudat transudat dalam telinga

d. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan penumpukan pus sehingga Gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas ditandai dengan pasien mengalami gangguan pendengaran.

e. Gangguan citra diri berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran ditandai dengan penolakan terhadap berbagai perubahan aktual.

f. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan komplikasi.

(19)

N cc/hari (sesuai toleransi)

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.

1. Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

2. Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil. merangsang peningkatan suhu tubuh.

(20)

menyenangkan seperti

3. Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras

1. Untuk mengantisifasi perluasan lebih lanjut.

2. Untuk mengurangi

pertumbuhan mikroorganisme

3. Untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustachius

2. Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak. 3. Memberikan kode bibir yang

memadai bila klien bergantung pada gerak bibir

4. Berikan posisi yang nyaman dan tidak bising

(21)

3x24 jam diharapkan melaksanakan anjuran yang telah diberikan (penggunaan antibiotik) secara teratur

2. Buruknya status kesehatan

akan mengakibatkan

bertambahnya pengeluaran sekret dan berbau tidak enak 3. Penggunaan antibiotika secara penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan

(22)

merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat memonitor “kealpaan“ yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta:FKUI

Betz, CL 2002, Buku saku keperawatan pediatri, EGC, Jakarta.

Dowshen et al 2002, Petunjuk lengkap untuk orang tua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Muscari, ME 2005. Panduan belajar: keperawatan pediatrik. Jakarta:EGC

Schwartz, M 2004. Pedoman klinis pediatri, EGC, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle), berdasarkan Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence

Bea dan cukai akan menganalisa dokumen yang di lampirkan apakah sudah sesuai dengan barang yang diimpor atau belum untuk penjaluran barang tersebut Dalam

KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian jerami padi sebagai pakan basal ternak sapi perah tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap produksi susu dibandingkan dengan pemberian

Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan

Proses Komunikasi Pemasaran Strategik Megaplikasikan bauran komunikasi stratejik Tujuan Stratejik Percobaan terhadap produk/merek Peralihan merek Frekuensi pembelian

Sedangkan apabila dalam cairan intrasel terdapat penambahan hasil metabolisme yang bersifat basa, maka akan bereaksi dengan ion. dihidrogen fosfat sehingga menghasilkan

unsur intrinsik dalam suatu karya sastra, dalam hal ini adalah roman, yaitu unsur –unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri yang akan di temukan