• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KELOMPOK DALAM PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KELOMPOK DALAM PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KELOMPOK DALAM

PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL)

DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan

Pendidikan Luar Sekolah

OLEH : YUSNIAR 1102171006

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Yusniar. Nim. 1102171006. Pelaksanaan Pendampingan Kelompok Dalam Program Bina Keluarga Lansia (BKL) Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2014.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Permasalahan penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan pendampingan kelompok yang dilakukan pendamping terhadap lansia dalam program Bina Keluarga Lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik pelaksanaan pendampingan kelompok yang dilakukan oleh pendamping dalam program Bina Keluarga Lansia.

Pendampingan kelompok menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2013: 17) adalah interaksi yang intensif antara pendamping dengan kelompok masyarakat sehingga terjadi proses perubahan kreatif untuk tujuan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan.Untuk mengetahui pelaksanaan pendampingan kelompok, adanya beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap identifikasi, tahap perencanaan alternatif program, tahap perumusan rencana kegiatan, tahap pelaksanaan program dan tahap evaluasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah evaluasi dengan pendekatan kuantitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa penyebaran angket (kuesioner) dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah pendamping lapangan yang bertugas di dalam program BKL sebanyak 80 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu angket dengan rumus P=F/N x 100%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan pendampingan kelompok secara klasikal cenderung baik (B) dilihat dari 46 responden berada pada kategori baik dengan persentase 57,5% (2) tahap persiapan sebelum pelaksanaan pendampingan sebesar 38,75% (3) tahap identifikasi yang dilakukan pendamping diperoleh sebesar 42,07% (4) tahap perencanaan alternatif program sebesar 44% (5) tahap perumusan rencana kegiatan sebesar 40,41% (6) tahap pelaksanaan program sebesar 43,65% (7) tahap evaluasi diperoleh sebesar 46,96%. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pada tahap yang telah dilakukan di atas, dengan adanya pelaksanaan pendampingan kelompok menentukan keberhasilan program BKL sehingga pelaksanaan pendampingan kelompok dalam program bina keluarga lansia di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dinyatakan baik.

(5)

vi

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis ... 8

2.1.1 Pengertian Pendampingan Kelompok ... 8

2.1.1.1 Tujuan Pendampingan Kelompok ... 11

2.1.2 Pelaksanaan Pendampingan Kelompok ... 12

2.1.2.1 Kriteria Keberhasilan Pencapaian Program ... 19

2.1.3 Lanjut Usia ... 20

2.1.3.1 Pengertian Lanjut Usia ... 20

2.1.3.2 Batasan Umur Lanjut Usia ... 22

2.1.3.3 Ciri-ciri Lanjut Usia ... 22

2.1.3.4 Tugas Perkembangan Lansia ... 24

2.1.4 Program Bina Keluarga Lansia (BKL)... 24

(6)

vii

2.1.4.2 Tujuan Bina Keluarga Lansia (BKL) ... 25

2.1.4.3 Ruang Lingkup Bina Keluarga Lansia (BKL) ... 25

2.1.4.4 Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) ... 26

2.2 Kerangka Konseptual ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel ... 32

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

4.1.2Deskripsi Data Hasil Penelitian... 43

4.1.3 Data Berdasarkan Persentase Jawaban ... 44

4.1.4 Uji Kecenderungan ... 72

4.2 Pembahasan ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 82

5.2 Saran ... 83

- Daftar pustaka ... 85

(7)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Angket ... 35

Tabel 3.2 : Waktu Penelitian ... 41

Tabel 4.1 : Mengikuti Pelatihan ... 44

Tabel 4.2 : Survei Lokasi Sasaran Program ... 45

Tabel 4.3 : Pendataan Sasaran Program ... 45

Tabel4.4 : Tahap Persiapan ... 46

Tabel 4.5 : Menemukan Masalah Yang Terjadi ... 47

Tabel 4.6 : Kegiatan Sesuai Kebutuhan ... 47

Tabel 4.7 : Merencanakan Kegiatan Bersama-sama ... 48

Tabel 4.8 : Tahap Identifikasi ... 49

Tabel 4.9 : Pembagian Tugas dalam Mendampingi Klien ... 49

Tabel 4.10 : Ikut Serta Keluarga Lansia... 50

Tabel 4.11 : Memberikan Pendampingan Kepada Klien ... 51

Tabel 4.12 : Menyusun Kegiatan Pembinaan ... 51

Tabel 4.13 : Pembagian Program Kerja Antar Pendamping ... 52

Tabel 4.14 : Perencanaan Alternatif Kegiatan ... 53

Tabel 4.15 : Pengelompokan Masalah ... 54

Tabel 4.16 : Memberi Alternatif Jalan Keluar Masalah ... 54

Tabel 4.17 : Memfasilitasi Dalam Setiap Kegiatan ... 55

Tabel 4.18 : Tahap Perumusan Rencana Kegiatan... 56

Tabel 4.19 : Memberikan Informasi Secara Jelas ... 57

Tabel 4.20 : Melakukan Kunjungan rumah... 57

Tabel 4.21 : Menjalin Silaturahim Dengan Anggota BKL ... 58

Tabel 4.22 : Merujuk ke Instansi Lain Untuk Memenuhi Kebutuhan ... 59

(8)

ix

Tabel 4.24 : Memberi Masukan maupun Motivasi ... 60

Tabel 4.25 : Memberi Pelayanan Kesehatan Setiap Pertemuan ... 60

Tabel 4.26 : Memberi Kegiatan Tambahan Kepada Lansia ... 61

Tabel 4.27 : Hadir Tepat Waktu ... 62

Tabel 4.28 : Mengupayakan Agar Lansia Datang Setiap Pertemuan ... 62

Tabel 4.29 : Mendampingi Klien Setiap Ada Masalah ... 63

Tabel 4.30 : Mengembangkan Suasana Yang Bersahabat ... 63

Tabel 4.31 : Memakai Alat Bantu Dalam Setiap Pertemuan ... 64

Tabel 4.32 : Melaksanakan Kegiatan Berdasarkan Kesepakatan... 65

Tabel 4.33 : Tahap Pelaksanaan Program ... 66

Tabel 4.34 : Menilai Proses Kegiatan ... 67

Tabel 4.35 : Menilai Hasil Pelaksanaan Program ... 68

Tabel 4.36 :Memantau Klien Dalam Setiap Pertemuan ... 68

Tabel 4.37 : Membuat Laporan Hasil Program ... 69

Tabel 4.38 : Melaporkan Kegiatan Yang Telah Dilakukan ... 70

Tabel 4.39 : Mencatat Hal-hal Yang Kurang Dalam Setiap Pertemuan ... 70

Tabel 4.40 : Menyesuaikan Kegiatan Sesuai Hasil Evaluasi ... 71

Tabel 4.41 : Evaluasi Program ... 72

(9)

x

DAFTAR GAMBAR

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup. Usia lanjut pasti akan dialami

oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi penduduk

berusia 60 tahun keatas cukup pesat. Di Indonesia jumlah lansia meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (U.S.Sensus Bureau, International Data Base.

2009). Badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa penduduk lansia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta

orang (Depkes RI. 2005).

Berdasarkan Laporan Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%), meningkat

menjadi 15,3 juta jiwa (7,4%) pada tahun 2000. Pada tahun 2011 diketahui jumlah lansia sama dengan jumlah balita yaitu sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari

seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN provinsi Sumatera Utara), bahwa

jumlah penduduk lansia mencapai sekitar 24 juta jiwa. Padahal, tahun 1970 silam,

jumlah penduduk lansia di Indonesia baru mencapai 2 juta jiwa.

Jumlah penduduk Sumatera Utara sebanyak 13.042.317 jiwa dan sekitar 6,3% dari populasi tersebut adalah lanjut usia yang jumlahnya 820.990 jiwa,

(11)

2

sedangkan jumlah lanjut usia yang dibina sebesar 24.659 atau sekitar 30% dari seluruh populasi lansia (BPS, 2013). Dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia, maka perhatian terhadap lansia perlu ditingkatkan agar terwujud kualitas

keluarga yang sejahtera. Kenyataannya, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai masalah diberbagai aspek kehidupan lansia, baik secara

individu dalam kaitannya dengan keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Permasalahan tersebut berupa aspek kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Manusia lanjut usia akan mengalami kemunduran terutama dibidang

kemampuan kesehatan fisiknya karena adanya proses penuaan atau perubahan yang dialami lansia sendiri, yang dapat mengakibatkan pada timbulnya gangguan

dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (old age ratio dependency).

Pemerintah masih terus bergulat dengan berbagai pemikiran dan kebijakan

agar para lansia tetap berdaya dimasa tuanya. Pembangunan kesehatan adalah salah satu upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat masyarakat setinggi-tingginya. Seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi lansia, maka BKKBN

memiliki suatu program yang berfokus pada kesehatan lansia yaitu melalui program Bina Keluarga Lansia (BKL). Program Bina Keluarga Lansia dilaksanakan melalui kegiatan posyandu lansia merupakan pelayanan kesehatan

(12)

3

Program Bina Keluarga Lansia (BKL) merupakan suatu wadah yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki lansia untuk mengetahui, memahami, dan mampu membina kondisi dan masalah yang dihadapi lansia. Program ini

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, melalui kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, diperlukan kesiapan keluarga khususnya keluarga lansia atau keluarga yang memiliki lansia untuk dapat dibina melalui kelompok kegiatan Bina

Keluarga Lansia (BKKBN, 2010).

Peran keluarga dalam program ini dituntut dalam memenuhi kebutuhan

lansia diantaranya berupa pemenuhan kebutuhan ekonomi, kesehatan fisik, nutrisi makanan, serta berupaya memotivasi lansia agar tetap menanamkan perilaku hidup sehat sehingga lansia tetap sehat, bugar, dan tidak menjadi beban.

Program Bina Keluarga Lansia kiranya perlu disosialisasikan keberadaannya kepada masyarakat yang menjadi sasaran program melalui berbagai media massa. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan

memanfaatkan keberadaan kegiatan yang ada dimasyarakat, seperti majelis taklim atau pengajian. Semua itu perlu dilakukan agar program Bina Keluarga Lansia

semakin dikenal oleh masyarakat dan mau mengikuti program ini. Selain itu, agar program Bina Keluarga Lansia berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diperlukan orang yang ahli yaitu pendamping dalam menangani program

tersebut. Sebagaimana sumodiningrat dalam priyono (1996) mengemukakan bahwa pendamping dapat meliputi pendamping setempat, yaitu kader-kader yang

(13)

4

kementrian teknis, dan pendamping khusus yang disediakan bagi masyarakat desa miskin di desa tertinggal dengan pembinaan khusus.

Pendampingan kelompok merupakan salah satu cara menentukan

keberhasilan program bina keluarga lansia (BKL). Untuk mengembangkan peran keluarga, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat lansia, maka harus

melibatkan masyarakat sebagai subjek bukan hanya objek yang hanya menerima program Bina Keluarga Lansia (BKL). Dengan demikian, masyarakat diajak bertanggung jawab dalam perencanaan kegiatan yang akan dilakukan hingga

pelaksanaan serta pengembangan dari kegiatan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, hendaknya pendamping bisa mengajak masyarakat untuk berpartisipasi

dengan melakukan pendampingan kelompok agar tujuan keluarga sehat dan sejahtera dapat terwujud.

Pada tahun 2013 jumlah penduduk lansia di Kecamatan Tanjung Morawa

mencapai 8125 jiwa. Jumlah Lansia yang kurang sejahtera sekitar 1289 jiwa. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah Lansia yang menjadi anggota BKL yaitu hanya 313 jiwa atau sekitar 24,3% dan pendamping yang ada di kecamatan

tanjung morawa hanya berjumlah 80 orang pendamping. (Data Basis Kecamatan Tanjung Morawa, 2013).

Dari data di atas menunjukkan bahwa sampai saat ini program Bina Keluarga Lansia mengalami kendala untuk melaksanakan program tersebut. Program Bina Keluarga Lansia yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa belum

banyak dikenal oleh masyarakat lansia. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi yang diberikan pendamping kepada masyarakat sehingga program bina

(14)

5

pendamping yang ada di kecamatan tanjung morawa tidak sebanding atau setara dengan banyaknya lansia, sehingga mereka tidak mampu menjangkau lokasi karena keterbatasan tenaga pendamping. Padahal, peran pendamping sangat

menentukan keberhasilan suatu program karena mereka akan menjadi ujung tombak di lapangan dalam memberikan motivasi dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan program. Melalui pendampingan, informasi tentang lanjut usia dapat tersampaikan kepada anggota kelompok BKL disetiap kecamatan dan adanya pendamping juga akan menjadi wahana bagi masyarakat untuk saling

belajar mentransformasikan pikiran, persepsi, perilaku yang diharapkan akan terjadi peningkatan kearah yang lebih baik. Tetapi, pendamping masih memiliki

kekurangan dalam menyampaikan informasi kepada kelompok lansia sehingga kurangnya partisipasi masyarakat lansia untuk mengikuti kegiatan yang telah dibuat.

Dari uraian latar belakang permasalahan yang dihadapi, maka akan dilakukan penelitian “Pelaksanaan Pendampingan Kelompok dalam program

Bina Keluarga Lansia di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, maka dapat di

identifikasi beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut:

(15)

6

2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan pendamping sehingga keberadaan program Bina Keluarga Lansia yang dibuat oleh instansi pemerintah belum banyak dikenal oleh masyarakat.

3. Kurangnya dukungan keluarga terhadap program Bina Keluarga Lansia. 4. Kurangnya partisipasi masyarakat khususnya lansia terhadap program

Bina Keluarga Lansia.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan meluasnya

permasalahan dalam penelitian, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini

dibatasi hanya pada Pelaksanaan Pendampingan Kelompok dalam Program Bina Keluarga Lansia di kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian sebagai berikut: seberapa baik pelaksanaan pendampingan kelompok dalam program Bina Keluarga Lansia di Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pendampingan kelompok dalam program

(16)

7

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang ingin

diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) dan pendamping Bina Keluarga Lansia (BKL) Kecamatan Tanjung Morawa untuk memaksimalkan upaya peningkatan kesehatan

masyarakat lansia.

b. Sebagai masukan informasi bagi masyarakat khususnya keluarga

lansia dalam rangka meningkatkan kesadaran lansia untuk hidup sehat. c. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengetahui sejauh mana

pelaksanaan pendampingan kelompok dalam program Bina Keluarga

Lansia. 2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama dengan lokasi yang berbeda. b. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

(17)

82

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, tentang Pelaksanaan Pendampingan Kelompok

Dalam Program Bina Keluarga Lansia (BKL) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan merupakan penyiapan petugas/pendamping berupa

pemberian pelatihan dan bertugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah

yang akan dijadikan sasaran sebelum melaksanakan pendampingan kelompok terhadap masyarakat lansia dinyatakan 38,75% (memiliki tingkat persiapan

cukup baik).

2. Tahap identifikasi yang merupakan proses pengidentifikasian masalah yang

terjadi pada lansia serta merencanakan tindakan-tindakan pemecahan masalah dalam kelompok tersebut dinyatakan 42,07% (melakukan identifikasi yang cukup baik)

3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan atau program yang merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pendamping yang mencoba melibatkan

keluarga lansia untuk berpartisipasi untuk berfikir tentang masalah yang dihadapi dan mencari jalan keluarnya dinyatakan 44% (memiliki kategori cukup baik).

4. Tahap perumusan rencana tindakan atau kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pendamping untuk membantu masing-masing

kelompok lansia dalam merumuskan dan menentukan program yang akan

(18)

83

dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dinyatakan 40,41%

(berada pada kategori cukup baik).

5. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan yang merupakan tahap

melaksanakan perencanaan yang telah dibuat dalam bentuk kegiatan dalam program Bina Keluarga Lansia dinyatakan 43,65% (berada pada kategori cukup baik).

6. Tahap evaluasi kegiatan yaitu menilai atau mengukur suatu proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh dinyatakan 46,96% (berada pada

kategori cukup baik).

7. Hasil perolehan skor data variabel tentang Pelaksanaan Pendampingan Kelompok Dalam Program Bina Keluarga Lansia (BKL) cenderung baik

(57,5%).

1.2 Saran

Pendamping memiliki peranan yang penting dalam program Bina Keluarga Lansia. Hal ini dapat dikatakan dengan adanya pendampingan secara

berkelompok, membuat masyarakat lansia untuk memiliki keinginan yang lebih untuk datang mengikuti program Bina Keluarga Lansia seperti mengecek

kesehatan mereka secara rutin, mengikuti pengajian dan sosialisasi yang dibuat oleh pendamping, serta kegiatan tambahan yang telah dirancang. Semua itu dapat terwujud a pabila para pendamping mengikuti prosedur dalam melaksanakan

pendampingan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diberikan sebagai berikut:

(19)

84

ini. Apabila dana yang diberikan oleh pemerintah tidak lancar, hal ini tentu

saja memberikan hambatan dalam pelaksanaan program BKL karena keterbatasan biaya dalam pelaksanaan program.

2. Bagi pendamping, kiranya dapat meningkatkan pelayanannya dalam melaksanakan program Bina Keluarga lansia (BKL). Apalagi saat ini pendamping BKL di Kecamatan tanjung morawa tergolong sedikit sehingga

dihimbau kepada Petuga Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) untuk menambah pendamping dalam program tersebut. Selain itu, lansia sangat

membutuhkan orang-orang yang ahli dalam pelayanan BKL sehingga mempermudah semua kegiatan yang ada. Untuk itu, pihak pendamping kiranya dapat memberikan pendekatan yang lebih lagi dari sebelumnya

sehingga program Pendampingan kelompok pada program BKL yang dilakukan terlaksana dengan lebih baik.

3. Bagi lansia, diharapkan dapat menerima pengarahan dari para pendamping sehingga semua program yang ada dapat terlaksana dengan baik dan tertib, juga tidak malas melaksanakan program yang ada, karena semua program

(20)

85

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Adi, I. R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan Intervensi Komunitas. Depok: FE-UI.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BKKBN. 2010. Modul Bina Keluarga Lansia. Medan.

______. Pedoman Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Jakarta.

Badan Perkumpulan Keluarga Berencana. 2001. Pendampingan Masyarakat. Jawa Timur.

Bina Desa. (1991), Pendampingan Bagi Masyarakat pedesaan, Jakarta: Depsos RI.

Crow, L.D & Crow, Alice. 1996. An Introduction To Guidance. New Delhi: Eurasio Publishing House.

Departemen Kehutanan RI. 2004, Pendoman Umum Penyuluhan Kehutanan, Jakarta.

Depatemen Sosial. 2007. Panduan Umun Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Dalam Panti. Jakarta: Depsos RI.

Departemen Kesehatan RI. 1992. UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI.

______. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Reseach.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Hurlock, B, E. 2012. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial.Jakarta: Referensi. Kementrian Tenaga Kerja Sarjana. 2013. Pedoman Pendampingan TKS. Jakarta.

(21)

86

Malhotra. 2007. Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mubyaharto dkk. 1994. Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal.Yogyakarta: Aditya Media.

Padila. 2013. Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, P.A dan Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan Buku Ed 7. Jakarta: Salemba Medika.

PP dan KB Tanjung Morawa. 2013. Data Basis Tingkat Kecamatan. Primahendra. R. 2002. Pedoman Pendampingan Untuk Pemberdayaan

Masyarakat: Jakarta.

Priyono, Onny,S. 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi: Jakarta.

Santrock, W.J. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudirman, dkk. 2004. Penegakan Hukum, dan HIV/AIDS, Pusat Kependudukan dan Kebijakan: Universitas Gaja Mada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Reflika Aditama.

Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sya’ban, Ali.2005. Teknik Analisis Data Penelitian. Jakarta: Universitas Muhammadiyah.

UNIMED. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Medan: UNIMED.

(22)

87

Waryasaputra, T. S. (2006). Ready to care: Pendamping dan konseling Psikoterapi, Yogyakarta: Galang Press.

Sumber Internet:

Akhmad, N, Soni. 2000. Sistem Pelayanan Kelompok Bina Keluarga Lansia (Studi kasus pada kelompok BKL Bougenville di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung). Program Pasca Sarjana Kesejahteraan Sosial: UI. (Online) dalam (http://lontar.ui.ac.id/ login.jsp/requester/filedigital/71739-T205081-Sistem20pelayanan.pdf diakses 20 maret 2014).

BPS Sumatera Utara.2013. BPS kabupaten Sumatera Utara (online) dalam (http://bps.go.id/download_file/data_SP2010_menurut_kelompok_umur_p df diakses tanggal 12 maret 2014).

Soniacinanta.2010. pengertian kelompok menurut para tokoh. (online). dalam

(http://soniacinanta-psikologi.blogspot.com/2010/10/pengertian-kelompok-menurut-para-tokoh.html diakses tanggal 28 maret 2014). U.S.Sensus Bureau, International Data Base. 2009. Penduduk Lanjut Usia.pdf

(23)

RIWAYAT HIDUP

1. Latar Belakang Keluarga

a. Nama : Yusniar

b. Tempat / Tanggal Lahir : Tengkoh, 14 Maret 1992

c. Nama Ayah : Ramli

d. Nama Ibu : Poniyem

e. Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Karyawan Perkebunan

Ibu : Ibu Rumah Tangga

f. Jumlah saudara : 2 (Dua)

g. Anak ke : Tiga

h. Alamat Orang Tua : Jl. Sibatu-batu Kp. Tengkoh

Pematangsiantar

2. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SD Negeri 091314

b. Sekolah Menengah Pertama : MTS Swasta Al-Washliyah

Pematangsiantar

Gambar

Gambar 1 : Paradigma Penelitian  .........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa campuran aspal berpori gradasi terbuka dengan menggunakan aspal polimer starbit E-55 memiliki nilai struktural sesuai dengan standar

Hal ini berarti bahwa: (1) upaya untuk memperoleh kualitas bahan pangan yang baik harus dimulai dari sejak pra-panen sampai pascapanen, dan (2) negara-negara berkembang didiskreditkan

Pada bagian 10, pola lantai yang digunakan adalah pola lantai segitiga terbuka dengan koreografi Pada bar ke 51, anak-anak tetap menggunakan gerakan yang sama, namun

Untuk kepentingan pelaksanaan kuasa ini, penerima kuasa berhak baik sendiri-sendiri atau bersama-sama menghadap di muka sidang pengadilan, melakukan

Menurut deskripsi data yang dicantumkan sebelumnya, mahasiswa/i Prodi S1 Teknik Informatika mengatakan bahwa dampak negatif yang mereka alami dari penggunaan

Mahasiswa Baru falur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012, sebagai:. PENANGGTING JAWAB

Tabel 5.. Berdasarkan perhitungan pada Tabel terlihat bahwa dengan mengganti lampu LED merk A atau C, biaya investasi awal dan operasi bulanan penghematan sejak di bulan

Memikirkan hal-hal seperti kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak inilah yang membuat tekanan darah saya naik dan kalau sudah punya masalah seperti ini, saya dan suami