• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SEKOLAH DASAR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian darisyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh:

ANIS ANNAFISYAH 1004170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

Anis Annafisyah

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anis Annafisyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

TENTANG MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SEKOLAH DASAR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Drs. Asep Saepulrohman, M.Pd. NIP. 19610909 198503 1 006

Pembimbing II,

Drs. H. Akhmad Nugraha, M. SI. NIP. 19591027 198611 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI KampusTasikmalaya,

(4)

v

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Perumusan Masalah ... 6

3. Batasan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sktruktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Konsep Dasar Pembelajaran ... 9

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 10

3. Model Pembelajaran Quantum Teaching ... 14

4. Hasil Belajar ... 20

5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 26

6. Materi Pesawat Sederhana ... 28

7. Perencanaan Pembelajaran ... 31

8. Pelaksanaan Pembelajaran ... 36

9. Penilaian Hasil Pembelajaran ... 36

10.Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

B. Kerangka Berfikir... 38

C. Anggapan Dasar ... 39

D. Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 45

(5)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah... 57

2. Perencanaan Tindakan Penelitian ... 63

3. Hasil Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 65

a. Hasil Tindakan Pembelajaran Siklus 1 ... 65

b. Hasil Tindakan Pembelajaran Siklus 2 ... 97

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 125

1. Perencanaan Pembelajaran ... 125

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran ... 129

3. Hasil Belajar Siswa ... 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 134

A. Simpulan ... 134

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN ... 141

(6)

vii

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SD Negeri Sukarame Tahun Ajaran 2013/2014 ... 58

Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Pra Tindakan ... 60

Tabel 4.3 Hasil Refleksi Kegiatan Orientasi dan Identifikasi Masalah ... 62

Tabel 4.4 Hasil Observasi RPP Siklus ... 75

Tabel 4.5 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 78

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Aspek Afektif ... 83

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Pada Aspek Psikomotor ... 85

Tabel 4.8 Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus 1 ... 88

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus 1 ... 90

Tabel 4.10 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 1 ... 94

Tabel 4.11 Hasil Observasi RPP Siklus 2 ... 105

Tabel 4.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 108

Tabel 4.13 Hasil Obsevasi Siswa Pada Asepek Afektif Siklus 2 ... 113

Tabel 4.14 Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Psikomotor Siklus 2 ... 116

Tabel 4.15 Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Siklus 2 ... 118

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus 2 ... 119

Tabel 4.17 Hasil Refleksi Siklus 2 ... 123

(7)

viii

Gambar 2.1 Katrol ... 29

Gambar 2.2 Katrol Tetap... 29

Gambar 2.3 Katrol Bebas ... 30

Gambar 2.4 Katrol Majemuk ... 30

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaa PTK ... 41

Gambar 3.2 Action Reasearch Kemmis dan Mc Taggart ... 48

Gambar 4.1 Hasil Uji Wilcoxon Pra Tindakan dan Siklus 1 ... 93

(8)

ix

Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Sebelum Tindakan dan Siklus 1 ... 92 Grafik 4.2 Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Perencanaan

Pembelajaran Siklus 2 ... 108 Grafik 4.3 Peningkatan Nilai Pelaksanaan Pembelajaran dari Siklus 1

ke Siklus2 ... 113 Grafik 4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siklus 1 ke Siklus 2 ... 121 Grafik 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pra tindakan, Siklus 1,

(9)

x

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran Siklus 1 ... 142

Lampiran 2 Perangkat Pembelajaran Siklus 2 ... 164

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 185

Lampiran 4 Hasil Tindakan Siklus 1 ... 200

Lampiran 5 Hasil Tindakan Siklus 2 ... 217

Lampiran 6 Dokumentasi ... 234

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dan handal. Selain itu pendidikan tidak

hanya memberikan berbagai ilmu pengetahuan umum yang berupa konsep semata, akan tetapi memberikan pelajaran yang berharga tentang perilaku, sikap, dan keterampilan sebagai bekal untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan salah satunya dengan adanya pendidikan formal yaitu di sekolah. Pendidikan formal di sekolah tentu saja memerlukan suatu proses pembelajaran yang berkualitas yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar secara umum melibatkan tiga buah komponen utama, yaitu guru, murid, dan tujuan. Ketiga komponen ini sangat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Tentunya setiap siswa mempunyai berbagai tingkat kemampuan yang dtinjau dari aspek daya tangkap, pengetahuan yang dimilikinya dalam bidang yang akan dipelajari, motivasi belajar, dll. Maka dari itu pada proses pembelajaran sebaiknya menyediakan serangkaian aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan demikian fungsi guru lebih ditekankan sebagai fasilitator pembelajaran, sehingga posisi siswa sebagai pebelajar yang aktif dan berada di depan untuk melakukan aktivitas pembelajaran.

Proses pembelajaran pada hakikatnya sangat berkaitan dengan bagaimana membangun hubungan yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukirman

dkk. (2008, hlm. 10) “Pembelajaran adalah suatu proses interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungan pembelajaran.” Dengan

(11)

demikian pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing siswa untuk berinteraksi dengan berbagai unsur yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru merupakan mediator yang paling tepat. Oleh karena itu guru hendaknya mampu memilih model, metode, pendekatan dan strategi yang dapat membuat siswa menjadi subyek pebelajar yang aktif dan termotivasi untuk mengikuti suatu pembelajaran. Sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (UUSPN) Pasal 40 ayat (2) : Pendidik dan

Tenaga Kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pedoman proses pelaksanaan pembelajaran untuk kelas I sampai VI. Kurikulum KTSP masih digunakan di sekolah dasar walaupun kurikulum 2013 sudah disahkan oleh pemerintah untuk digunakan di SD namun hanya sebagian SD yang sudah menggunakan kurikulum 2013. Dalam penelitian ini masih menggunakan kurikulum KTSP karena SD yang dijadikan obyek penelitian masih menggunakan kurikulum KTSP. Di dalam kuriklum KTSP salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa adalah mata pelajaran IPA. KTSP (dalam Mulyana, 2011, hlm. 12) menegaskan ‘IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan.’ Maka dari itu dalam pembelajaran IPA di kelas sebaiknya memberikan kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dalam menemukan konsep-konsep, fakta-fakta, dan prinsip-prinsip.

Menurut Husamah dan Yanuar (2013, hlm. 15) “Guru dituntut untuk dapat melakukan tiga hal yaitu sebagai guide, teach dan ekplain”. Guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan siswa dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga tidak sebatas mengeluarkan apa yang ada dibuku dan

(12)

untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar serta proses pembelajaran menyediakan serangkaian aktivitas atau kegiatan yang dapat memfasilitasi siswa berperan aktif. Maka dari itu beberapa model yang sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP adalah model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, diantaranya model pembelajaran yang sesuai yaitu : model CTL (Contekstual Teaching and Learning), model Konstruktivisme, model siklus belajar (learning cycle), model CL (cooperative learning), model Inquiri, dan model Quantum Teaching. Dengan melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka hasil belajar yang didapat siswa bukan saja dalam aspek kognitif, tetapi afektif dan psikomotor.

Berdasarkan perolehan hasil observasi di kelas V SD Negeri Sukarame, peneliti menemukan beberapa permasalahan pembelajaran IPA khusunya materi pesawat sederhana jenis katrol belum memenuhi tuntutan kurikulum. Dimana dalam kurikulum KTSP proses pembelajaran IPA harus menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari sendiri fakta, konsep dan prinsip. Keadaan tersebut tentunya diperlukan adanya perbaikan, Diantaranya dalam pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana yang masih rendah.

Perencanaan yang dibuat dan digunakan oleh guru sudah mengacu pada kurikulum KTSP, akan tetapi bentuk rancangan yang digunakan guru belum meggunakan model pembelajaran yang tepat. Permasalahn pada pelaksanaan pembelajaran, siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses penemuan ilmiah. Siswa cenderung mempelajari konsep IPA secara abstrak, siswa cenderung menjawab pertanyaan dengan kalimat yang sama dengan yang ada di buku ajar. Sehingga IPA menjadi mata pelajaran yang kurang menarik dan tidak menyenangkan bagi siswa karena tidak memberikan pengalaman yang konkrit, dan menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Jika dilihat dari hasil pembelajaran di kelas V SD Negeri Sukarame pada

(13)

sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal itu berdampak pada kurangnya hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana jenis katrol. Sehingga banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Maka hal ini jelas menunjukan kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Permasalahan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan model dan metode yang kurang bervariatif dalam setiap kegiatan pembelajaran, yang mengakibatkan aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru

(teacher centered), alat dan sumber belajar yang digunakan masih terbatas, siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses penemuan konsep, pembelajaran masih bersifat verbal dan tidak konkrit.

Aktivitas pembelajaran yang seperti itu seharusnya tidak terjadi, karena pada usia anak SD tahap berfikirnya adalah tahap operasional konkrit. Dimana tahap ini merupakan permulaan berfikir rasional. ‘Pada tahap operasional konkrit anak mampu berfikir logis melalui obyek-obyek konkrit, dan sulit memahami hal-hal yang hanya dipresentasikan secara verbal’ (Sund, dkk. dalam Mulyana, 2011, hlm. 78). Dengan demikian anak pada tahap operasional konkrit akan cepat memahami apabila mereka melihat, mengalami, dan merasakan sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Novan (2013, hlm. 73) bahwa “Sifat khas Siswa SD adalah realistik”. Artinya pada usia anak SD, mereka belum mampu memahami konsep yang abstrak dan perhatiannya tertuju pada kehidupan yang praktis serta konkrit sehingga membuat mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Oleh karena itu, harus ada upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa model pembelajaran merupakan sarana interaksi yang digunakan oleh guru terhadap siswa dalam kegaitan pembelajaran. Maka dari itu, usaha perbaikan dapat dilakukan oleh guru sebagai pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang memandang siswa sebagai subyek pebelajar dengan mempertimbangkan karakteristik siswa

(14)

memperhatikan model pembelajaran yang akan digunakan yang tentunya harus sesuai dengan jenis dan sifat materi pembelajaran.

Dengan demikian upaya untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, dan

memaksimalkan momen-momen belajar yang terjadi dalam suatu pembelajaran. Model Quantum Teaching memberikan pengalaman langsung kepada siswa, menciptakan lingkungan yang menyenangkan, memperhatikan modalitas belajar

siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa pada akhir pembelajaran. Model Quantum Teaching memiliki kerangka dalam penyusunan kegiatan pembelajaran yaitu disingkat dengan nama TANDUR yang terdiri dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Model Quantum Teaching ini dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan nyaman, siswa

akan lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga penggunaan Model Quantum Teaching diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti memfokuskan penelitian ini dengan judul “Penggunaan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana”

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Proses pembelajaran masih menekankan kepada penguasaan materi saja dan mengabaikan sikap ilmiah dan keterampilan siswa.

b. Tidak memberikan pengalaman yang konkrit.

(15)

d. Penggunaan media dan alat peraga masih terbatas sehingga kurang membantu siswa dalam memahami konsep yang dipelajari.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Penggunaan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana di Kelas V SD Negeri Sukarame?”

Rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan dirinci menjadi rumusan masalah

khusus sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD

Negeri Sukarame?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD

Negeri Sukarame?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas

V SD Negeri Sukarame?

d. Adakah faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model Quantum Teaching?

3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sukarame.

2. Fokus penelitian dibatasi hanya pada pembelajaran IPA di kelas V materi pesawat sederhana jenis katrol, sehingga perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan hanya pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana jenis karol

(16)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui penggunaan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Sukarame. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Sukarame.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Sukarame. c. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Sukarame.

d. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pemebelajaran dengan penggunaan model Quantum Teaching.

D. Manfaat Penelitian

Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal baik dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi guru dalam meningkatkan profesionalismenya dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan memperbaikai kualitas proses belajar mengajar. 3. Bagi Lembaga

(17)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun gambaran tentang keseluruhan skripsi sistematika penulisan yang akan dibahasnya adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab 1 Pendahuluan merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi, perumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi .

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

Terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. 3. Bab III Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, fokus tindakan, prosedur penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, teknik dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan pembahasan masalah dan analisis data berdasarkan hasil penelitian keseluruhan instrument yang telah dilakukan peneliti yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan saran diperuntukkan untuk peneliti berikutnya, pembaca, dan lembaga yang terkait.

6. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.

7. Lampiran

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Sukarame yang beralamat di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Pemilihan SD ini bertujuan untuk mempermudah dan melancarkan pelaksanaan penelitian karena SD tersebut merupakan tempat peneliti melaksanakan praktek mengajar yaitu Program Latihan Profesi (PLP), sehingga situasi dan kondisi sekolah maupun kelas serta keadaan siswa sudah dipahami.

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas V tahun ajaran 2013-2014. Dengan jumlah siswa dan siswi sebanyak 22 orang, yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 10 orang. Tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Selain siswa kelas V,

yang menjadi subjek penelitian ini adalah peneliti yang bertindak sebagai guru. B. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yaitu menurut Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), Refleksi (reflection).

Agar penelitian ini dapat berjalan secara sistematis dan terarah maka perlu disusun sebuah desain penelitian. Desain penelitian merupakan langkah-langkah atau prosedur dalam mengerjakan suatu hal. Desain penelitian ini merupakan panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan sebelumnya. Adapun desain pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(19)

Gambar 3.1 Alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Secara lebih rinci prosedur penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah

Orientasi dan identifikasi masalah merupakan kegaiatan awal yang harus dilakukan dalam kegiatan penelitian. Kegiatan dalam tahap ini adalah untuk memperoleh gambaran permasalahan yang utama dalam upaya meningkatkan Orientasi dan Identifikasi Masalah

a. Observasi pembelajaran IPA

b. Identifikasi kesulitan dalam pembelajaran IPA c. Menetapkan alternatif pemecahan masalah

Rencana Tindakan Siklus 1 1. Menetapkan fokus tindakan

2. Menyusun perangkat pembelajaran 3. Menyusun Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 dan Observasi

Dengan menggunakan model Quantum Teaching

Analisis dan Refleksi Siklus 1 Perencanaan Tindakan Siklus 2

1. Menyusun perangkat pembelajaran 2. Menyusun Instrumen Penelitian

Pelaksanan Tindakan 2 dan Observasi Dengan fokus penggunaan model

Quantum Teaching

Analisis dan Refleksi Siklus 2

Keputusan Akhir:

(20)

hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dengan menggunakan model Quantum Teaching. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan observasi terhadap keadaan sekolah, guru, dan siswa di SD Negeri Sukarame.

b. Melakukan refleksi tentang masalah yang dihadapi oleh guru dan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

c. Melakukan wawancara dengan guru wali kelas (peneliti mitra) mengenai kesulitan dan masalah yang dihadapai pada pembelajaran IPA.

d. Melakukan analisis terhadap program pembelajaran IPA, yaitu terhadap standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan materi yang terdapat dalam kurikulum KTSP mata pelajaran IPA kelas V semester 2 serta pelaksanaan pembelajarannya.

e. Megidentifikasi kemampuan siswa kelas V SD Negeri Sukarame pada pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana jenis katrol.

f. Orientasi dan identifikasi mengenai fasilitas untuk pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana jenis katrol di kelas V SD Negeri Sukarame.

g. Menentukan alternatif untuk pemecahan masalah dengan memilih model pembelajaran yang akan digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 2. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencananaa tindakan ini dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan PTK. PTK ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April, direncanakan akan dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Dalam kegiatan perencanaan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan guru praktikan (peneliti) bersama wali kelas V (peneliti mitra) yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan untuk pembelajaran.

b. Menentukan model, metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.

(21)

d. Musyawarah dengan kepala sekolah berkenaan dengan observer.

e. Bersama observer peneliti menyusun perencanaan pembelajaran berbasis model Quantum Teaching.

f. Bersama observer peneliti mendiskusikan penyusunan instrumen pengumpulan data yang meliputi, lembar observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi pelaksanaan pembelajaran model Quantum Teaching, Lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi

hasil belajar siswa.

g. Mempersiapkan media dan alat peraga yang digunakan dalam rangka implementasi Penelitian Tindakan Kelas.

h. Membuat lembar kerja siswa.

i. Melakukan uji instrument yang telah dibuat sehingga menjadi valid dan reliabel.

3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pada tahap ini, semua perencanaan yang telah dibuat diimplementasikan. Sesua dengan model PTK yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Taggart

maka dalam pelaksanaan tindakan penelitian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Siklus 1

1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu sebagai berikut :

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Standar Kompetensi (SK) 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. dengan menggunakan model Quantum Teaching.

(22)

c) Menyiapkan soal evaluasi yang sesuai dengan idikator yang telah ditetapkan. d) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam

pembelajaran yaitu buku IPA, KIT IPA, dan barang bekas yang akan digunakan untuk membuat katrol.

e) Observer menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan format observasi RPP.

2) Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran

Pelaksanaan tindakan ini menurut Arikunto (2007:18) “Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.” Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melaksanakan tindakan dengan menerapkan hasil dari tahap perencanaan. Kegiatan pelaksanaa tindakan pembelajaran meliputi :

a) Melaksanakan proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana jenis katrol dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SD Negeri Sukarame sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

b) Ketika guru melaksanakan proses pembelajaran, observer melakukan observasi selama proses pembelajaran dengan menggunakan format observasi

yang telah dibuat sebelumnya. 3) Observasi

(23)

4) Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching. Data yang diperoleh dari hasil observasi diolah dan diproses

dengan cara dikumpulkan, dianalisis, didiskusikan, dan kemudian dikaji ulang mengenai kelebihan dan kekurangan pada proses pembelajaran yang sudah dilakuka. Hasil refleksi kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

b. Siklus 2

Tahapan kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan tahapan pada kegiatan siklus 1. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 adalah hasil refleksi dari siklus 1. Selain itu juga merupakan penyempurnaan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching.

C. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian maka metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Dadang (2012, hlm. 26) “Penelitian Tindakan Kelas adalah kegiatan di dalam

(24)

tindakan tertentu dalam suatu siklus. Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran yang terjadi di kelas yakni proses mengajar guru yang berdampak pada kualitas hasil belajar siswa.

Tujuan PTK menurut Ekawarna (2013, hlm. 13) adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang

dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang bermutu. 2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru.

3. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.

4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. 6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

7. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelakaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Berdasarkan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui PTK, Muslich (2012, hlm. 11) mengemukakan beberapa manfaat dari pelaksanaan PTK yaitu

sebagai berikut :

1. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

2. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru. 3. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja

belajar dan kompetensi siswa.

4. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

5. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya. 6. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan

kualitas prosedur dan alat evaluasi yang dgunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

7. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.

(25)

Sejalan dengan definisi Penenlitian Tindakan Kelas tersebut, maka bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan adalah kolaboratif-partisipatoris. Yaitu suatu penelitian yang bekerjasama dengan guru, kepala sekolah maupun dosen dalam merancang berbagai tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bentuk penelitian kolaboratif dalam penelitian ini memposisikan peneliti dan peneliti mitra (observer) dalam posisi setara, sehingga perlu bekerja sama secara kolaboratif dan partisipasif. Peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching sedangkan peneliti mitra yaitu guru bertindak sebagai observer dan

memberikan saran-saran perbaikan apabila pada kegiatan pembelajaran muncul suatu permasalahan.

Penentuan bentuk penelitian kolaboratif-partisipatoris ini karena peneliti mencoba untuk merefleksi kegiatan pembelajaran dan berkolaboratif dengan guru dalam pengimplementasian suatu rencana pembelajaran. Refleksi dilakukan terhadap pembelajaran yang terjadi dalam kondisi alamiah di dalam kelas. Oleh karena itu, metode penelitian menekankan pada kajian yang benar-benar terjadi

dalam situasi alamiah di kelas.

Model PTK yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu menurut Kemmis

dan Mc Taggart (dalam Ekawarna, 2013, hlm. 20 ) mengemukakan ‘Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanakan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.’ Dipilih model penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart ini bertujuan apabila dalam awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilakukan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.

(26)

Gambar 3.2

Model Action Research Kemmis dan Mc Taggart

(Sumber: Ekawarna, 2013: 20)

Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menentukan fokus tindakan pada setiap siklusnya. Fokus tindakan merupakan aspek yang akan dilihat peningkatannya pada setiap siklus. Pada penelitian ini berfokus pada kegiatan pembelajaran di kelas. Yaitu berkaitan dengan kinerja guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa. Adapun fokus penelitian tindakan dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kinerja guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran IPA tentang materi pesawat sederhana jenis katrol melalui penggunaan model Quantum Teaching di kelas V SD

Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. PLAN

ACT

OBSERVE REFLECT

REVISED PLAN

ACT

OBSERVE REFLECT REVISED PLAN

Siklus I

(27)

b. Meningkatkan kemampuan guru, mengelola pembelajaran khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPA materi pesawat sederhana jenis katrol dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

2. Aktivitas dan hasil belajar siswa

1) Meningkatkan keaktifan siswa dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana jenis katrol dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

2) Meningkatkan hasil belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana jenis katrol di kelas V SD melalui penggunaan model Quantum Teaching.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Model Quantum Teaching

Model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang mengubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar.

Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesusksesan siswa. Tahap-tahap dalam model Quantum Taeching yaitu

tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam merancang perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching, maka digunakan lembar observasi perencanaan pembelajaran dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.

2. Hasil Belajar

(28)

memahami, dan mengaplikasikan. Instrumen yang digunakan untuk penilaian sikap dan keterampilan siswa berupa lembar observasi aktivitas siswa.

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan kegiatan ilmiah, yaitu observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan teori sebagai metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar serta dapat menumbuhkan pengeatahuan, kemampuan sikap ilmiah, dan keterampilan, sehingga pada akhirnya siswa mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Pembelajaran IPA yang akan dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu materi pesawat sederhana jenis katrol. Peneliti berfokus pada materi pesawat sederhana jenis katrol untuk kelas V semester 2 di SD Negeri Sukarame tahun ajaran 2013/2014.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

a. Lembar observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching.

c. Lembar penilaian hasil belajar siswa dalam aspek afektif dan psikomotor. d. Lembar observasi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model

pembelajaran Quantum Teaching.

e. Lembar soal evaluasi hasil belajar siswa pada aspek kognitif. F. Pengembangan Instrumen

(29)

terlebih dahulu di uji validasi ahli yaitu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Untuk tes hasil belajar kognitif, terlebih dahulu di ujikan kepada siswa kelas VI yang sudah mempelajari materi pesawat sederhana jenis katrol. Untuk mengetahui tingkat kebaikan suatu tes beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam Rakhmat (2006, hlm. 21), yaitu sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Suatu alat pengukur dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apaya yang seharusnya diukur. Artinya suatu tes yang dikatakan valid apabila dapat mengungkap aspek-aspek hasil belajar secara tepat. Sebelumnya peneliti menyusun kisi-kisi terlebih dahulu agar soal-soal yang disusun tidak menyimoang dari tujuan pembelajaran yang akan diukur. Perhitungan uji Validitas dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. b. Uji Reliabilitas

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama” (Sugiyono, 2009, hlm. 173). Jadi, suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut

dapat menghasilkan data yang relatif sama atau konsisten. Uji reliabilitas ini menggunakan Alfa Cronbach yang perhitungannya dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007.

b. Daya Pembeda

(30)

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Akbar (2013, hlm. 103), “Soal yang baik memiliki taraf kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, ditunjukkan sebagai indeks kesukaran”. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Pengujian tingkat kesukaran soal pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007.

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 308) “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Sejalan dengan pendapat tersebut bahwa pada penelitia hal yang sangat penting yaitu pengumpulan data, maka apabila peneliti tidak mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data yang baik dan benar akan mengakibatkan pada data penelitian yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Di dalam PTK ini, pengumpualan data terjadi pada kondisi alamiah, sumber data primer, lebih banyak melakukan observasi dan dokumentasi. Data yang

diperlukan untuk dianalisis yaitu data aktivitas guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa. Adapun teknik atau cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data yaitu, sebagai berikut: 1. Teknik Observasi

(31)

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari guru mengenai masalah yang dihadapi pada pembelajaran IPA dan gambaran tentang kesan, sikap, dan minat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model Quantum Teaching. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara terstruktur.

3. Tes Hasil Belajar

Sudjana (2006, hlm. 35) mengemukakan “Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).” Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa yaitu dengan tes tertulis berupa soal.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai “Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

[image:31.595.99.535.663.740.2]

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada” (Sugiyono, hlm. 330). Pada PTK ini pengumpulan data dialakukan dengan teknik triangulasi yaitu menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah dirancang dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Adapun jenis data, teknik dan instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data

No Jenis Data Teknik Instrumen

(a) (b) (c) (d)

1 Kemampuan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(32)
[image:32.595.108.516.155.406.2]

Tabel 3.1

Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

dengan menggunakan model Quantum Teaching.

Pembelajaran (RPP)

2 Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching.

Observasi Lembar observasi pelaksanaan

pembelajaran model Quantum Teaching.

3 Hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan model Quantum Teaching meliputi

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Observasi dan tes

Lembar Observasi dan lembar soal.

H. Teknik Analisis Data

Dalam PTK data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data penelitian dilakukan dari awal sampai akhir tindakan pada setiap siklus. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik triangulasi dan dilakukan secara terus-menerus sampai data menjadi jenuh. Analisis data merupakan proses dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Analisis data yang digunakan yaitu menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 337) ‘aktivitas analisis data yaitu : data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).’

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik analisis kuantitatif dan teknik analisis kualitatif.

1. Teknik Analisis Kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kuantitatif. Dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, data

(33)

siklus penelitian dan hasil observasi keterampilan dan sikap siswa selama proses pembelajaran. Secara umum langkah-langkah analisis data sebagai berikut : 1) Menghitung skor dan nilai hasil belajar siswa meliputi nilai kognitif, afektif,

dan psikomotor.

2) Menghitung rata-rata hasil belajar siswa.

3) Menghitung nilai rata-rata kelas dari setiap siklus penelitian dan hasilnya memberikan gambaran peningkatan hasil belajar siswa selama mengikuti penelitian

4) Menghitung taraf signifikansi dari setiap siklus dengan menggunakan metode non parametrik yaitu uji Wilcoxon, uji Wilcoxon ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilaksanakan berpengaruh signifikan terhadap variabel penelitian atau tidak.

2. Teknik Analisis Kualitatif

Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif. Menurut Sugiyono (2009: 336) menyatakan “Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di lapangan.” Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi selama proses

pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi kemampua guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching, lembar observasi psikomotor siswa, dan lembar observasi afektif siswa. Secara umum analisis data kualitatif dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan dan menelaah hasil observasi.

2) Memilah hasil observasi dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. 3) Menganalisis tingkat keberhasilan aspek yang diobservasi dengan menghitung

seluruh deskriptor yang berhasil dipenuhi dalam setiap aspek yang diobservasi.

(34)

dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching.

I. Kriteria Keberhasilan

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan menggunakan model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dikatakan berhasil

apabila peneliti melakukan kinerja dengan baik dalam proses pembelajran dan nilai yang diperoleh siswa diatas KKM. Agar tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini tepat sasaran, maka ditetapkan standar keberhasilan yang dapat dilihat dari :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh pada setiap siklus mengalami peningkatan mencapai nilai minimum 75%.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dalam setiap siklus dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan mencapai nilai

minimum 75%. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009, hlm. 218) yang menyatakan bahwa:

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran…

c. Hasil Belajar Siswa

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksananakan di kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dilaksanakan sebanyak 2 siklus pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana jenis katrol, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Jenis Katrol.

Sebelum plaksanaan PTK, kemampuan guru dalam membuat RPP sudah cukup baik sesuai dengan aturan pembuatan RPP, namun kelemahan teramati dari langkah-langkah pembelajaran yang tidak terperinci dan kurang mendetail serta pemilihan metode dan model yang masih kurang. Penyusunan RPP yang dirancang untuk perbaikan pembelajaran tetap mengacu pada aturan pembuatan

RPP yang terdapat pada standar proses tahun 2007 yang meliputi : (1) Identitas mata pelajaran, (2) Standar kompetensi, (3) Kompetensi dasar, (4) Indikator

pencapaian kompetensi, (5) Tujuan pembelajaran, (6) Materi ajar, (7) Alokasi waktu, (8) Metode pembelajaran, (9) Kegiatan pembelajaran, (10) Penilaian hasil belajar, (11) Sumber belajar. Pada siklus 1 dan siklus 2 pembelajaran penggunaan model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana jenis katrol meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah baik. Namun pada siklus 1 masih ada kekurangan pada aspek pemilihan materi ajar, kegiatan pembelajaran dan penilaian, pada langkah-langkah pembelajaran masih belum maksimal sesuai dengan tahap-tahap model Quantum Teaching. Guru belum secara maksimal dapat membimbing siswa dalam proses

pembelajaran. Namun secara keseluruhan RPP yangtelah dibuat sudah memnuhi kebutuhan pembelajaran. Aspek yang masih kurang pada siklus 1 disempurnakan pada siklus ke-2.

(36)

Pada siklus 2 perencanaan yang dirancang oleh peneliti sudah sangat baik, karena merupakan penyempurnaan dari siklus 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat pada siklus 2 dipandang sudah cukup efektif. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase nilai yang diperoleh pada siklus 1 sebesar 87% dan meningkat menjadi 97% pada siklus 2. Kenaiakan nilai dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.

2. Proses Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Jenis Katrol.

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunaan model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi

pesawat sederhan jenis katrol di kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dilaksanakan dalam 2 siklus yang sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaki yaitu salah satunya pada tahap dari model Quantum Teaching yaitu tahap Namai dan Rayakan guru masih mengalami

kesulitan dalam membimbing siswa untuk mencari informasi tentang konsep yang sedang dipelajari dan pada tahap rayakan pemberian penghargaan kepada siswa

hanya secara verbal sehingga tidak menimbulkan motivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Aspek yang masih kurang tersebut sudah mengalami perbaikan pada proses pembelajaran siklus 2 yaitu dengan memfasilitasi siswa mencari informasi sendiri dengan percobaan dan memberikan hadiah kepada kelompok yang terbaik sehingga pada akhir pembelajaran seluruh siswa merasa senang. Perolehan nilai pelaksanaan pembelajaran dengan model Quantum Teaching pada siklus 1 sebesar 81% dan mengalami peningkatan pada siklus 2

menjadi 95%. Kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 14%.

3. Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Jenis Katrol

(37)

yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa pada aspek kognitif sebesar 82% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 orang, pada aspek psikomotor sebesar 88% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 oranng, dan pada aspek afektif sebesar 69% dengan siswa yang mendapat nilai kurang (D) sebanyak 5 orang. Adapun pada siklus 2, rata-rata nilai hasil belajar siswa pada aspek kognitif sebesar 87% dan seluruh siswa telah tuntas, pada aspek psikomotor sebesar 92% dan seluruh siswa telah tuntas, sedangkan pada aspek afektif mencapai nilai rata-rata sebesar 77% dengan jumlah siswa yang mendapat nilai kurang (D) sebanyak 2 orang. Dilihat dari rata-rata nilai siswa terjadi peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif atau psikomotr dari siklus 1 ke siklus 2. Dan jika dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa terlihat pada siklus pada siklus 2 seluruh siswa telah mencapai nilai KKM.

4. Faktor Pedukung dan Penghambat pada Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Quantum Teaching.

Berdasarkan temuan selama penelitian, terdapat faktor pendukung dan

penghambat pada pelaksanaan pembelajaran. Faktor pendukung diantaranya yaitu sikap antusias guru (peneliti) saat pembelajaran, sikap aktif dan antusias siswa

mengikuti pembelajaran, pengaturan bangku yang sangat baik dengan menggunakan bentuk U, kondisi kelas rapih dan nyaman untuk melaksanakan pembelajaran, media pembelajaran yang cukup memadai, dan guru yang menjadi observer sudah memahami model Quantum Teaching sehingga pada pelaksanaannya banyak memberikan masukan untuk lebih baik lagi.

Faktor penghambat yang ditemukan selama penelitian yaitu, masih ada beberapa siswa yang malas mengikuti pembelajaran, guru (peneliti) masih cukup kesulitan untuk mengendalikan beberapa siswa yang sangat aktif, dan suasana lingkungan di luar kelas yang gaduh karena SD yang dijadikan penelitian merupakan SD komplek yang terdiri dari 5 SD juga sebagai faktor penghambat proses pembelajaran.

(38)

penggunaan model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi pesawat sederhana jenis katrol pada siswa kelas V SD Negeri Sukarame Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya telah berhasil dengan baik menurut kriteria-kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan hipotesis tindakan yaitu “Apabila penggunaan model Quantum Teaching dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi secara tepat maka akan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V” dapat dibuktikan.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian, berikut ini peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Peneliti menemukan bahwa penggunaan model Quantum Teaching terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa, motivasi dan minat belajar siswa. oleh karena itu peneliti menyarankan agar guru lain mencoba menerapkan model Quantum Teaching untuk meningkatkan proses pembelajaran.

2. Guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada

pembelajaran IPA dengan berbagai metode, model dan pendekatan yang bervariasi. Guru harus mengembangkan wawasan dan kemampuan diri untuk

menambah wawasan dan pengetahuan dengan jalur akademik atau mengumpulkan referensi yang menunjang untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga akhirnya akan meningkatkan kompetensi dan profesional guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk membentuk masyarakat Indonesia yang handal dan berkualitas.

3. Alat peraga yang ada di sekolah, khususnya alat peraga yang menunjang proses pembelajaran IPA harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, hal ini dapat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari dan akan menciptakan pembelajaran yang aktif kreatif dan bermakna bagi siswa.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2013) Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anderson, L.W, dan David R.K. (2010) Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2012) Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Azmiyawati, C, dkk. (2008) IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Budiman, N. (tanpa.tahun) Perkembanga Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS.

BSNP. (2007) Standar Proses. BSNP. Jakarta.

Dahar, R.W. (2011) Teori Belajar dan Pembelajara. Jakarta : Erlangga.

DePorter, B, et al. (2011) Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Ekawarna. (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : REFERENSI (GP Press Group).

Haryati, M. (2013) Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi.

Hendriyani, Iin. (2010) Penggunaan Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah: tidak diterbitkan.

(40)

Husamah, dkk. (2013) Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Kunandar. (2013) Penilaian Autentik. Depok : PT Raja Grafindo Persada.

Majid, A. (2006) Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Melliani. (2013) Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa Pada Pembelajaran IPA. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Mulyana, E.H. (2011) Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Mulyasa, H.E. (2010) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan Kepala Sekolah.

Muslich, M. (2012) Melaksanakan PTK itu mudah (Classroom Action Research) Pedoman Praktis bagi Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Prastowo, A. (2013) Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA Press.

Purwanto, M, N. (2007) Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, C. dan Solehudin. (2006) Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Andira

Slameto, (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(41)

Sugiyanto. (tanpa tahun) Karakteristik Anak Usia SD. (tanpa penerbit).

Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sulistyanto, H dan Wiyono, E. (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan Kelas V.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumhana, Nana, dan Sukirman. (2008) Perencanaan Pembelajaran. Bandung : UPI PRESS.

Tiarareja, Tanty. (2013) Penggunaan Model TANDUR Pada Pembelajaran IPA Materi Perubahan Kenampakan Bumi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bumi Siliwangi: tidak diterbitkan.

Wiraarmadja, R. (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Wiyani, N.A. (2013) Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.

Gambar

Gambar 3.1 Alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Model Gambar 3.2 Action Research Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1 Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

a) Mewujudkan Masyarakat Taat Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Misi ini merupakan upaya Dinas Pendapatan Daerah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak

Setelah mengobservasi peserta didik selama proses pembelajaran di kelas untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan instrumen observasi yang

Dari masalah tersebut, maka muncul pertanyaan : Apa saja yang mempengaruhi preferensi pengusaha kecil menengah dalam pemilihan lokasi aktivitas usaha dan

[r]

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

Saat ini megawati dan prabowo melakukan kampanye putaran pertama di jalur selatan dan utara jawa // Sebelum bertolak kembali ke Jakarta / megawati juga sempat berpesan untuk

Para investor tidak tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi, disebabkan karena semakin tinggi rasio ini maka akan mengakibatkan resiko keuangan

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas) tanggal 10