• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN YAYASAN WAHANA KARYA BAKTI PERTIWI DALAM UPAYA PEMBINAAN ANAK JALANAN DI STASIUN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN YAYASAN WAHANA KARYA BAKTI PERTIWI DALAM UPAYA PEMBINAAN ANAK JALANAN DI STASIUN BANDUNG."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

Bandung berlokasi di Jl. Stasiun Selatan No. 29 Kota Bandung 40181.

Nasution (1992:32) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah sumber

penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan

bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu.

Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi melalui teknik

wawancara. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara naturalistik seperti yang

diungkapkan oleh S. Nasution (1992:32) bahwa “dalam penelitian naturalistik

yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi yang

mendalam”. Sehubungan dengan populasi yang berjumlah banyak, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah pengurus yang sekaligus menjabat

sebagai pengajar dan anak jalanan yang menjadi binaan Yayasan Wahana Karya

Bakti Pertiwi.

Jadi dalam penelitian kualitatif subjek penelitian adalah pihak yang menjadi

sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih

secara purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu.

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah :

1. Pimpinan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

2. Pendamping anak binaan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

3. Anak-anak jalanan binaan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

4. Orang tua dari anak jalanan

Terdapat dua istilah penting dalam metode penelitian, yaitu metode dan

penelitian. Purwawarmintadalam Moleong (2007) mengatakan bahwa “Metode

adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu

maksud”, sedangkan “penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan

(2)

Oleh karena itu dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu metode

atau tata cara pelaksanaan dalam penelitian tersebut. Metode yang penulis

pergunakan untuk penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kualitatif yang

sering juga disebut dengan inkuiri naturalistik.Kirk dan Miller (1986:9) dalam

Moleong (2007) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

pengamatan pada manusia baik dalam wawasannya maupun dalam

peristilahannya.Sejalan dengan definisi tersebut Bogdan dan Taylor (1975:5)

dalam Moleong (2007) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini

diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).Jadi dalam hal ini

tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Selain definisi-definisi di atas, terdapat pula definisi lain yang dikemukakan

oleh David Williams (1995) bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data

pada suatu latar alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik

secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif

mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang

mempunyai perhatian alamiah.

Penulis buku penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln (1987)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.Dari segi pengertian ini, para

penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya

dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk

penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian.Dalam penelitian

kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan,

dan pemanfaatan dokumen.

Terakhir menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk

(3)

perilaku, perspektif dan persoalan tentang masnusia yang diteliti. Kembali pada

definisi di sini dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang seharusnya

diteliti, yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang

diteliti.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian pada latar alamiah dengan menggunakan

pemanfaatan dokumen, pengamatan dan wawancara untuk mendapatkan data

deskripsif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskriptifkan proses pembinaan

anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi.

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap judul penelitian ini,

maka penulis memberikan bahasan istilah pengertian tersebut sebagai berikut :

a. Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi adalah sebuah organisasi sosial yang

bergerak dibidang Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)/Panti Sosial (anak

jalanan, pekerja anak, anak yang dilacurkan, kekerasan terhadap anak, dan

narkoba).

Beralamat di Jl. Stasiun Selatan No. 29 Kota Bandung 40181

Program kegiatan yang telah dilaksanakan dan sedang dilaksanakan antara

lain sebagai berikut :

1. Pelayanan Sosial Anak

2. Pelayanan pendidikan anak

3. Pemberdayaan Komunitas

4. Program pendidikan formal dan non formal untuk umum

b. Anak Jalanan, istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika

Selatan atau Brazilia yang digunakan bagi kelompok anak-anak yang hidup

dijalanan umum sudah tidak memiliki ikatan dengan keluarganya (Bambang,

1993).

Sukendra (2006) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya anak

(4)

1. Faktor kemiskinan keluarga

Fakta ini menunjukan bahwa anak-anak jalanan itu berasal dari keluarga

miskin, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan minimal mereka

sehari-hari. Mereka berada dijalan, anatara lain karena dorongan untuk

membantu ekonomi dan meningkatkan pendapatan keluarga yang selama

ini tidak mencukupi. Kemiskinan ini tidak jarang dipengaruhi oleh

rendahnya pendidikan keluarga itu sendiri, sehingga kedua orang tua tidak

mempunyai pandangan yang tepat terhadap masa depan anak.

2. Faktor rendahnya pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua anak jalanan pada umumnya rendah.Mereka tidak

mempunyai wawasan dan pengetahuan yang memadai untuk

membesarkan dan mendidik anak secara baik.Kondisi ini menyebabkan

orang tua membiarkan anak-anaknya untuk berada di jalan, hidup di jalan

dan bermain di jalan.Berawal dari ketidak tahuan orang tua kemudian anak

menjadi biasa tinggal di jalan.

c. Pembinaan anak jalanan melalui LSM. Depdikbud (1975) mengatakan

pembinaan sebagai “usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, terarah

dan teratur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang

dengan tindakan, bimbingan, pengarahan, pengawasan untuk mencapai tujuan

yang diharapkan”.

Berdasarkan Bina Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN, 2000) pembinaan

terhadap anak jalanan dilakukan melalui 5 pembinaan diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Tahap penjangkauan

Pada tahap ini Pembina terjun kejalanan yang berada di kantung sasaran atau

pusat kegiatan anak jalanan seperti terminal, pasar,perempatan jalan untuk

mensosialisasikanyayasan dan mengajak anak jalanan untuk mengikuti

program pembinaan yang ada di yayasan. Proses ini dilaksanakan secara

(5)

a) Problem Assesment

Pada tahap ini, anak jalanan yang sudah mengetahui tentang program

pembinaan di yayasan diberikan motivasi untuk datang ke yayasan dan

diberi kesempatan untuk bersosialisasi.

b) Persiapan pemberdayaan

Pada tahap persiapan pemberdayaan diisi dengan resosialisasi dimana anak

dikenalkan dengan peraturan yang terdapat di yayasan.Pembinaan

memberikan pengarahan tentang manfaat rumah singgah sebagai tempat

untuk belajar, mendapat bimbingan, mendapat keterampilan dan

konsultasi.

c) Pemberdayaan

Pada tahap pemberdayaan anak mulai menerima pemberdayaan sesuai

dengan keinginan anak.Para Pembina selalu memonitoring kemajuan anak

dan membantu kesulitan yang tengah dihadapi.Anak diajarkan untuk

bersikap bertanggung jawab dengan pekerjaanya dan diberdayakan untuk

bersikap produktif melalui pemberian beasiswa dan modal usaha.

d) Pengakhiran (terminasi)

Pada tahap pengahkiran berarti anak selesai menerima pelayanan

pembinaan di rumah singgah. Setelah mendapat pembinaan di rumah

singgah maka anak diharapkan untuk bersikap dewasa, mandiri, ahli kerja

dan bagi anak yang masih memiliki keluarga kembali pada keluarganya,

jika anak yang sudah tidak punya keluarga maka akan disalurkan ke

panti-panti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.

Teknik yang digunakan dalam menghimpun data yang digunakan dalam

(6)

1. Wawancara

Wawancara menurut Dexter (Lincoln dan Guba, 1985:268) adalah

“percakapan yang bertujuan mendapatkan informasi tentang perorangan,

kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, dapat mengalami

pikiran dan perasaan responden”.

Menurut Kartini Kartono (1986:171) wawancara adalah “suatu percakapan

yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya

jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”

Maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln

dan Guba (1985:266) yaitu antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang,

kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan

lain-lain.

Cara pembagian wawancara yang dikemukakan oleh patton (1980:197)

yaitu:

a. Wawancara pembicaraan informal

Pada wawancara pembicaraan informal pertanyaan yang diajukan

sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada

spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada

terwawancara.Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah

dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya

berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja.

Sehingga ketika kegiatan wawancara berlangsung terwawancara tidak

mengetahui dan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.

b. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara

Pada wawancara pendekatan menggunakan petunjuk umum

wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan

garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan

secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata

untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.

Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar

tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok

(7)

c. Wawancara baku terbuka

Pada jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan

cara penyajian yang sama untuk setiap responden. Wawancara jenis ini

bermanfaat apabila pewawancara hanya beberapa orang dan yang

diwawancarai cukup banyak jumlahnya.

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

lisan terhadap responden yang dapat memberikan informasi yang

relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Dengan menggunakan

teknik wawancara diperoleh data secara akurat dalam suatu penelitian.

Teknik pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dalam

penelitian ini dilakukan terhadap empat orang staf pengurus yang

sekaligus menjabat sebagai pengajar dan tiga orang anak jalanan yang

terdapat di LSM Bahtera. Selain itu penulis mengambil data dari pihak

orang tua anak jalanan satu orang sebagai perwakilan.

2. Observasi

Menurut Marshall (1995) dalam Sugiono (2008:226) menyatakan bahwa

“melalui obsevasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dariperilaku tersebut”. Disini peneliti mencoba mengamati mengenai pelaksanaan

program pemberdayaan anak jalanan oleh LSM Bahtera, serta dilakukan di

lokasi mana saja.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2006:221) mengemukakan bahwa studi

dokumentasi (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang

diperlukan untuk melengkapi data penelitian, yaitu dengan jalan membaca,

menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah

(8)

pengolaan, dan pelaporan program pemberdayaan anak jalanan, data anak

jalanan yang dibina oleh pendamping di LSM Bahtera, data pemberdayaan

anak jalanan.

4. Studi Kepustakaan

Menurut Subino (1982) dalam Yulianty (2009:67-68) bahwa : “studi

kepustakaan untuk mendapat teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan

pertimbangan, penguat atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian

dan untuk mengambil beberapa kesimpulan. Literatur dan buku-buku yang

dikaji dalam studi kepustakaan terutama yang berkaitan langsung dengan

permasalahan penelitian”. Dalam hal ini penulis menggunakan metode

studi kepustakaan untuk memperoleh konsep dan teori-teori sebagai dasar

pemikiran dan bahan acuan bagi penulis melalui buku-buku, artikel,

internet, maupun tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.

Penulis banyak memperoleh teori-teori di antaranya: mengenai konsep

pemberdayaan, konsep anak jalanan, konsep potensi, konsep peranan dan

pendampingan serta pendidikan luar sekolah.

Langkah-Langkah Pengumpulan Data

a) Tahap Persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan survey awal kelapangan untuk

menetukan masalah-masalah yang dapat dijadikan masalah penelitian.

Selanjutnya peneliti membuat rancangan penelitian berupa proposal

penelitian yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing

untuk disetujui. Kemudian membuat surat ijin penelitian pada

pihak-pihak yang berwenang ijin melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti

terjun kelapangan untuk mempersiapkan penelitia.

b) Tahap pelaksanaan

Dalam tahap ini peneliti mulai terjun kelapangan untuk menggali

informasi yang mendalam dengan melaksanakan wawancara pada

pendamping anak jalanan, sebagai pihak yang berwenang dan

bertanggung jawab dalam program-program pembinaan anak jalanan

(9)

jalanan dan strategi pembinaan anak jalanan. Lalu peneliti melihat

lokasi pembinaan dan melakukan interaksi dan wawancara secara

mendalam terhadap responden yang merupakan anak binaan Yayasan

Bahtera, pendamping dan pimpinan Yayasan Bahtera mengenai proses

dan tahap pembinaan anak jalanan. Kegiatan ini merupakan kegiatan

utama dalam proses penelitian.

c) Pelaporan

Dalam tahap pelaporan ini peneliti melakukan kegiatan sebagai

berikut:

1) Triangulasi

Menurut Sugiono (2008:241) “Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti

melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya

peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas

data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data”.

Triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara

dengan beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari

subjek penelitian yang satu dibandingkan dengan yang lainnya,

yaitu membandingkan hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil

studi dokumentasi dengan hasil wawancara

Setelah melaksanakan penelitian maka tahap selanjutnya adalah

menyusun laporan hasil penelitian dan pengumpulan data.

D. Teknik Analisis Data

Miler dan Huberman dalam Basrowi dan suwandi (2008:209) menyatakan

bahwa “Aktifitas dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yang bersamaan (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi)”.

Langkah-langkah analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan

(10)

dilakukan oleh penulis pada awal penelitian, diantaranya: menentukan kerangka

konseptual, menentukan permasalahan, menentukan pendekatan dalam

pengumpulan data yang diperoleh. Sedangkan proses pendekatan dalam

mengumpulkan data yaitu: membuat ringkasan, memberikan kode pada

aspek-aspek tertentu, mencari tema, menulis memo, dan lain-lain.

2. Display data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk

penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan/network,

dan bagan. Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penyajian secara

sistematis, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagianya

dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan

lainnya.

3. Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang

utuh. Dalam tahap ini peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan

prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan

dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan

data yang telah terbentuk, proposisi yang telah dirumuskan. Serta melaporkan

(11)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Dari Penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan secara umum

bahwa, anak-anak binaan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi sebagian besar

merupakan anak-anak jalanan yang tinggal di lingkungan stasiun Bandung,

berusia antara 1 tahun sampai 18 tahun yang kesehariannya bekerja sebagai

pengamen, pedagang asongan, dan kuli di stasiun. Alasan utama anak turun ke

jalan adalah karena faktor ekonomi dan kurangnya perhatian dari orang tua.

Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi merupakan Lembaga Swadaya

Masyarakat yang menyediakan rumah belajar, dimana anak-anak banyak

menghabiskan waktu setelah dari jalan.Yayasan membuat program-program yang

disesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan.Yayasan juga menyediakan

pendamping tetap bagi anak binaan, namun jumlah pendamping yang ada tidak

sebanding dengan jumlah anak binaan yang ada di yayasan.Selain pendamping

juga ada pengajar tidak tetap dari kalangan akademisi sekitar Bandung.

Yayasan ini berfokus pada pembinaan budi pekerti anak jalanan sehingga

proses pembelajaran dilakukan dengan metode nonformal, dimana anak dapat

dengan leluasa berpendapat, dan pendamping dapat memberi pelajaran etika dan

disiplin dengan cara mencontohkan dalam kegiatan sehari-hari bersama anak

Dari simpulan umum di atas dapat diketahui pula secara khusus bahwa :.

1. Karakteristik Anak Jalanan binaan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

Anak-anak binaan berasal dari lingkungan sekitar stasiun Bandung dan juga

anak-anak luar daerah, berusia antara satu sampai delapan belas tahun namun

yang paling sering datang dan mengikuti program adalah anak usia empat sampai

tujuh tahun. Anak-anak datang setelah pulang sekolah, kebanyakan bekerja

sebagai pengamen.Anak-Anak yang datang biasanya dikarenakan kurangnya

perhatian dari orang tua yang sibuk bekerja sebagai tukang ojek ataupun

pedagang.Anak jalanan memiliki kekuatan atas sikap sabar, kemandirian yang

(12)

lingkungan mereka yang keras tanpa bimbingan orang tua serta memprihatinkan

sehingga kesabaran akan timbul dengan sendirinya. Tetapi kelemahannya adalah

mereka cenderung emosional, berwatak keras, dan penuh curiga sehingga sikap

dan prilaku menjadi duplikasi atas bacaan mereka di jalanan.

2. Peran yayasan bakti pertiwi dalam pembinaan budi pekerti

Yayasan Bakti Pertiwi sebagai tempat singgah anak-anak jalanan di

lingkungan stasiun Bandung mempunyai peran penting dalam pembinaan budi

pekerti sebagai suatu wadah untuk memberikan gambaran lain akan sebuah

lingkungan yang ideal agar persepsi mereka terhadap kekerasan menjadi terkikis

dengan sebuah pola komunikasi yang lebih dekat dan intens tanpa tegangan

didalamnya.

Setiap hari senin hingga sabtu pembimbing akan berada di rumah singgah

untuk membimbing anak dalam belajar dan berperilaku sehari-hari, ada pula

pembimbing yang bertugas ke jalan untuk memantau perkembangan

anak.Dihari-hari tertentu anak akan di ajak outbond dan berkeliling untuk menunjukan

bentuk-bentuk perilaku yang yang ada di masyarakat.

Penilaian keberhasilan pembinaan tidak diberikan dalam bentuk angka

melainkan dapat dilihat dari perubahan perilaku anak dalam kesehariannya seperti

bertingkah lebih sopan dihadapan orang yang lebih tua, tidak menggunakan

bahasa yang kasar terhadap teman sebaya, dan mengingatkan teman sebaya ketika

melakukan hal yang tidak baik.

3. Model pembinaan yang digunakan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwidi. Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwimerupakan sebuah lembaga swadaya

masyarakat yang menggunakan rumah belajar sebagai model pembinaannya.

Yayasan ini mencoba membuat sebuah ruang dimana anak-anak bisa berkumpul

dan saling berkomunikasi sebagaimana anak-anak normal seumurannya.

Dengan dibantu staf dan pengajar lepas, yayasan ini melakukan pembinaan

menggunakan asas mezzo yaitu pembinaan dilakukan pada sekelompok klien

(masyarakat), metode ini dilakukan dengan menggunakan kelompok, media

intervensi, tujuan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan

(13)

berfikir sehingga dapat saling bekerja sama dengan masyarakat.Yayasan ini

memiliki tiga pendamping tetap dengan dua orang membimbing anak-anak yang

datang rutin kerumah baca sebanyak delapan belas anak.Dan satu pendamping

lainnya bertugas di lapangan untuk memantau anak yang berada di jalan.

Selain rumah belajar Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi juga mempunyai

program kegiatan untuk memberdayakan dan melatih berbagai ketrampilan yang

akan berguna bagi keseharian anak-anak lingkungan tersebut, dengan mengamati

kebutuhan anak maka yayasan membuat program-program pelayanan sosial.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan sebagaimana dikemukakan di atas, maka peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi

a. Yayasan sebaiknya menambah jumlah pendamping tetap untuk membina

anak jalanan lebih intensif

b. Yayasan diharapkan dapat menambah sarana dan prasarana bermain serta

belajar anak agar anak lebih antusias dalam belajar

c. Yayasan harus memiliki cara penilaian keberhasilan program, tidak hanya

berdasarkan pada penilaian pendamping semata.

d. Pihak yayasan diharapkan dapat membina hubungan lebih baik dengan

orang tua anak binaan agar semakin membantu dalam memperbaiki sikap

dan membantu anak keluar dari jalan.

2. Bagi Pendamping

a. Pendamping diharapkan lebih aktif dalam melakukan pencegahan masalah

anak binaan tidak menunggu hingga anak memiliki masalah.

b. Pendamping diharapkan mampu mengajak orangtua lebih berperan aktif

dalam pendidikan budi pekerti anak.

3. Bagi Anak Jalanan

a. Anak diharapkaan dapat lebih tebuka dalam menceritakan apa yang

dirasakan terhadap pendamping dan teman-teman di lingkungannya.

b. Anak diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara

maksimal baik itu dalam pembelajaran maupun sikap terhadap orangtua

(14)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang berfokus pada

peran orang tua dalam pembinaan anak, karena dari penelitian ini

diketahui yayasan kurang bekerjasama dengan orang tua untuk berperan

dalam pembinaan anak jalanan

b. Lebih banyak mengikuti program-program yayasan yang berlangsung

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Halwani, A.F. 1995.Melahirkan Anak Saleh. Jakarta: MitraPustaka.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:RinekaCipta.

Branson, M.S. 1999. The Role Of Civic Education. Calabasas:CCE

Cogan,J. J. 1999. Developing The Civic Society Education. Bandung:CICED

Gaffar, Affan. 1999. Politik Indonesia : transisi menuju demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hikam Muhammad SA. 1996. Demokrasidan civil society. Jakarta : LP3S.

ICCE UIN Jakarta. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung:CICED

Mardiyyah, Anisatul. 2010. PolaPendampinganAnakJalanan (Studikasus di LSM JKJL di Kota Malang). SkripsiJurusan PLS FIP UM : 2010

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Naution. 1996. MetodePenelitianNaturalistikKualitatif. Bandung :Tarsito

Rukmini dan Abidin, H.2004. Kritikdan Otokritik LSM. Jakarta:Piramedia.

Santoso, Budi. (2009).Studi Pembinaan Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Tunas Harapan Kota Semarang. Skripsi Jurusan PLS FIP Universitas Negeri Semarang :tidakditerbitkan.

Sihombing, Unberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah, Kini dan Masa Depan, Jakarta :Mahkota

Soekanto, Suerdjono. 2006. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sofia, Maria Sisillia, 2008. Sikap Anak Jalanan Terhadap Peran Pendampingan Dalam Melaksanakan Hak-Hak Anak di LSM Yayasan Kasih Mandiri dan Yayasan Griya Asih Jakarta. Program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya:Tidak Diterbitkan.

(16)

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R & D. Bandung : CV. Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosialdan Pekerja Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sukendra, R. 2006. Studi Deskriptif tentang Minat Anak Jalanan dalam Mengikuti Pelatihan Pelatihan Otomotif di Yayasan Saudara Sejiwa Kecamatan Ujuung Berung Kota Bandung. Skripsi Jurusan PLS FIP UPI Bandung :Tidakditerbitkan.

Sukmadinata, N. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumantri, S. 2001. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusi. Bandung:Fakultas Psikologi Unpad.

Tjandraningsih, Indrasari, dkk. 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal (Berbagai Pengalaman Pemberdayaan). Bandung :Yayasan Akatiga.

Yulianty, B. 2009.Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. Skripsi Jurusan PLS FIP UPI.Bandung :tidakditerbitkan.

Literatur online

Eigen, Peter. (1996). Demokrasidan Civil Society (online)

Tersedia di: http://www.magnet,undp.org/docs/eta/corruption/chapter05.pdf

Dinas Komunikasi dan Informatika. 2013 Pemberian Bantuan Sembako Anak Jalanan. (online)

Tersedia di: http://49.236.221.6/index.php/pemberian-bantuan-sembako-anak-jalanan

Fahmi, Khairul. (2012). PeningkatanAnakJalananHambatan Bandung Jadi Kota LayakHuni. (online)

(17)

Lensa Indonesia. 2012. Peningkatan Anak Jalanan Hambat Bandung Jadi Kota Hidup Layak Anak (online)

Tersedia di: http://www.lensaindonesia.com/2012/11/03/peningkatan-anak-jalanan-hambat-bandung-jadi-kota-hidup-layak-anak.html

Setiawan. (2004). Peranan Mantan Dosen (online)

Tersedia di: http://www.indonesia.heartsouls.com/cerita/d/c370.shtml

PeraturanPerundangUndangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

LiteraturKelembagaan

Departemen Sosial.(1997) Lokar Karya Tentang Kemiskinan dan Anak Jalanan. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

1) Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan

Sekretaris dituntut tidak hanya untuk membantu tugas pimpinan, namun turut berpartisipasi dalam membantu kelancaran aktivitas organisasi serta meningkatkan efisiensi kerja

sudah merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa maka akan. sangat besar kemungkinannya untuk menjadi konsumen dalam waktu

“ Pengembangan keterampilan komunikatif antar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) dalam pembelajaran IPS

PENGARUH IKLIM MOTIVASIONAL KELAS TERHADAP PERILAKU MENYONTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Penulisan dari skripsi ini bertujuan untuk membangun protokol CLNP yang digunakan pada ATN, khususnya pada modul output,selain itu skripsi ini juga bertujuan

Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit,. tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau

[r]