BAB III
METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
Bandung berlokasi di Jl. Stasiun Selatan No. 29 Kota Bandung 40181.
Nasution (1992:32) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah sumber
penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan
bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu.
Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi melalui teknik
wawancara. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara naturalistik seperti yang
diungkapkan oleh S. Nasution (1992:32) bahwa “dalam penelitian naturalistik
yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi yang
mendalam”. Sehubungan dengan populasi yang berjumlah banyak, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah pengurus yang sekaligus menjabat
sebagai pengajar dan anak jalanan yang menjadi binaan Yayasan Wahana Karya
Bakti Pertiwi.
Jadi dalam penelitian kualitatif subjek penelitian adalah pihak yang menjadi
sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih
secara purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu.
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah :
1. Pimpinan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
2. Pendamping anak binaan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
3. Anak-anak jalanan binaan yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
4. Orang tua dari anak jalanan
Terdapat dua istilah penting dalam metode penelitian, yaitu metode dan
penelitian. Purwawarmintadalam Moleong (2007) mengatakan bahwa “Metode
adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu
maksud”, sedangkan “penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu langkah yang
dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan
Oleh karena itu dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu metode
atau tata cara pelaksanaan dalam penelitian tersebut. Metode yang penulis
pergunakan untuk penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kualitatif yang
sering juga disebut dengan inkuiri naturalistik.Kirk dan Miller (1986:9) dalam
Moleong (2007) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam wawasannya maupun dalam
peristilahannya.Sejalan dengan definisi tersebut Bogdan dan Taylor (1975:5)
dalam Moleong (2007) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).Jadi dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Selain definisi-definisi di atas, terdapat pula definisi lain yang dikemukakan
oleh David Williams (1995) bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik
secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif
mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang
mempunyai perhatian alamiah.
Penulis buku penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln (1987)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.Dari segi pengertian ini, para
penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya
dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk
penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian.Dalam penelitian
kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan,
dan pemanfaatan dokumen.
Terakhir menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk
perilaku, perspektif dan persoalan tentang masnusia yang diteliti. Kembali pada
definisi di sini dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang seharusnya
diteliti, yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang
diteliti.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian pada latar alamiah dengan menggunakan
pemanfaatan dokumen, pengamatan dan wawancara untuk mendapatkan data
deskripsif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskriptifkan proses pembinaan
anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi.
B. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap judul penelitian ini,
maka penulis memberikan bahasan istilah pengertian tersebut sebagai berikut :
a. Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi adalah sebuah organisasi sosial yang
bergerak dibidang Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)/Panti Sosial (anak
jalanan, pekerja anak, anak yang dilacurkan, kekerasan terhadap anak, dan
narkoba).
Beralamat di Jl. Stasiun Selatan No. 29 Kota Bandung 40181
Program kegiatan yang telah dilaksanakan dan sedang dilaksanakan antara
lain sebagai berikut :
1. Pelayanan Sosial Anak
2. Pelayanan pendidikan anak
3. Pemberdayaan Komunitas
4. Program pendidikan formal dan non formal untuk umum
b. Anak Jalanan, istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika
Selatan atau Brazilia yang digunakan bagi kelompok anak-anak yang hidup
dijalanan umum sudah tidak memiliki ikatan dengan keluarganya (Bambang,
1993).
Sukendra (2006) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya anak
1. Faktor kemiskinan keluarga
Fakta ini menunjukan bahwa anak-anak jalanan itu berasal dari keluarga
miskin, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan minimal mereka
sehari-hari. Mereka berada dijalan, anatara lain karena dorongan untuk
membantu ekonomi dan meningkatkan pendapatan keluarga yang selama
ini tidak mencukupi. Kemiskinan ini tidak jarang dipengaruhi oleh
rendahnya pendidikan keluarga itu sendiri, sehingga kedua orang tua tidak
mempunyai pandangan yang tepat terhadap masa depan anak.
2. Faktor rendahnya pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua anak jalanan pada umumnya rendah.Mereka tidak
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang memadai untuk
membesarkan dan mendidik anak secara baik.Kondisi ini menyebabkan
orang tua membiarkan anak-anaknya untuk berada di jalan, hidup di jalan
dan bermain di jalan.Berawal dari ketidak tahuan orang tua kemudian anak
menjadi biasa tinggal di jalan.
c. Pembinaan anak jalanan melalui LSM. Depdikbud (1975) mengatakan
pembinaan sebagai “usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, terarah
dan teratur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang
dengan tindakan, bimbingan, pengarahan, pengawasan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan”.
Berdasarkan Bina Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN, 2000) pembinaan
terhadap anak jalanan dilakukan melalui 5 pembinaan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tahap penjangkauan
Pada tahap ini Pembina terjun kejalanan yang berada di kantung sasaran atau
pusat kegiatan anak jalanan seperti terminal, pasar,perempatan jalan untuk
mensosialisasikanyayasan dan mengajak anak jalanan untuk mengikuti
program pembinaan yang ada di yayasan. Proses ini dilaksanakan secara
a) Problem Assesment
Pada tahap ini, anak jalanan yang sudah mengetahui tentang program
pembinaan di yayasan diberikan motivasi untuk datang ke yayasan dan
diberi kesempatan untuk bersosialisasi.
b) Persiapan pemberdayaan
Pada tahap persiapan pemberdayaan diisi dengan resosialisasi dimana anak
dikenalkan dengan peraturan yang terdapat di yayasan.Pembinaan
memberikan pengarahan tentang manfaat rumah singgah sebagai tempat
untuk belajar, mendapat bimbingan, mendapat keterampilan dan
konsultasi.
c) Pemberdayaan
Pada tahap pemberdayaan anak mulai menerima pemberdayaan sesuai
dengan keinginan anak.Para Pembina selalu memonitoring kemajuan anak
dan membantu kesulitan yang tengah dihadapi.Anak diajarkan untuk
bersikap bertanggung jawab dengan pekerjaanya dan diberdayakan untuk
bersikap produktif melalui pemberian beasiswa dan modal usaha.
d) Pengakhiran (terminasi)
Pada tahap pengahkiran berarti anak selesai menerima pelayanan
pembinaan di rumah singgah. Setelah mendapat pembinaan di rumah
singgah maka anak diharapkan untuk bersikap dewasa, mandiri, ahli kerja
dan bagi anak yang masih memiliki keluarga kembali pada keluarganya,
jika anak yang sudah tidak punya keluarga maka akan disalurkan ke
panti-panti.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Lofland dan lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.
Teknik yang digunakan dalam menghimpun data yang digunakan dalam
1. Wawancara
Wawancara menurut Dexter (Lincoln dan Guba, 1985:268) adalah
“percakapan yang bertujuan mendapatkan informasi tentang perorangan,
kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, dapat mengalami
pikiran dan perasaan responden”.
Menurut Kartini Kartono (1986:171) wawancara adalah “suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”
Maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln
dan Guba (1985:266) yaitu antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan
lain-lain.
Cara pembagian wawancara yang dikemukakan oleh patton (1980:197)
yaitu:
a. Wawancara pembicaraan informal
Pada wawancara pembicaraan informal pertanyaan yang diajukan
sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada
spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada
terwawancara.Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah
dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya
berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja.
Sehingga ketika kegiatan wawancara berlangsung terwawancara tidak
mengetahui dan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.
b. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara
Pada wawancara pendekatan menggunakan petunjuk umum
wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan
secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata
untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.
Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar
tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok
c. Wawancara baku terbuka
Pada jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan
cara penyajian yang sama untuk setiap responden. Wawancara jenis ini
bermanfaat apabila pewawancara hanya beberapa orang dan yang
diwawancarai cukup banyak jumlahnya.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
lisan terhadap responden yang dapat memberikan informasi yang
relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Dengan menggunakan
teknik wawancara diperoleh data secara akurat dalam suatu penelitian.
Teknik pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dalam
penelitian ini dilakukan terhadap empat orang staf pengurus yang
sekaligus menjabat sebagai pengajar dan tiga orang anak jalanan yang
terdapat di LSM Bahtera. Selain itu penulis mengambil data dari pihak
orang tua anak jalanan satu orang sebagai perwakilan.
2. Observasi
Menurut Marshall (1995) dalam Sugiono (2008:226) menyatakan bahwa
“melalui obsevasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dariperilaku tersebut”. Disini peneliti mencoba mengamati mengenai pelaksanaan
program pemberdayaan anak jalanan oleh LSM Bahtera, serta dilakukan di
lokasi mana saja.
3. Studi Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2006:221) mengemukakan bahwa studi
dokumentasi (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang
diperlukan untuk melengkapi data penelitian, yaitu dengan jalan membaca,
menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan
dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah
pengolaan, dan pelaporan program pemberdayaan anak jalanan, data anak
jalanan yang dibina oleh pendamping di LSM Bahtera, data pemberdayaan
anak jalanan.
4. Studi Kepustakaan
Menurut Subino (1982) dalam Yulianty (2009:67-68) bahwa : “studi
kepustakaan untuk mendapat teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan
pertimbangan, penguat atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian
dan untuk mengambil beberapa kesimpulan. Literatur dan buku-buku yang
dikaji dalam studi kepustakaan terutama yang berkaitan langsung dengan
permasalahan penelitian”. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
studi kepustakaan untuk memperoleh konsep dan teori-teori sebagai dasar
pemikiran dan bahan acuan bagi penulis melalui buku-buku, artikel,
internet, maupun tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.
Penulis banyak memperoleh teori-teori di antaranya: mengenai konsep
pemberdayaan, konsep anak jalanan, konsep potensi, konsep peranan dan
pendampingan serta pendidikan luar sekolah.
Langkah-Langkah Pengumpulan Data
a) Tahap Persiapan
Dalam tahap ini peneliti melakukan survey awal kelapangan untuk
menetukan masalah-masalah yang dapat dijadikan masalah penelitian.
Selanjutnya peneliti membuat rancangan penelitian berupa proposal
penelitian yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
untuk disetujui. Kemudian membuat surat ijin penelitian pada
pihak-pihak yang berwenang ijin melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti
terjun kelapangan untuk mempersiapkan penelitia.
b) Tahap pelaksanaan
Dalam tahap ini peneliti mulai terjun kelapangan untuk menggali
informasi yang mendalam dengan melaksanakan wawancara pada
pendamping anak jalanan, sebagai pihak yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam program-program pembinaan anak jalanan
jalanan dan strategi pembinaan anak jalanan. Lalu peneliti melihat
lokasi pembinaan dan melakukan interaksi dan wawancara secara
mendalam terhadap responden yang merupakan anak binaan Yayasan
Bahtera, pendamping dan pimpinan Yayasan Bahtera mengenai proses
dan tahap pembinaan anak jalanan. Kegiatan ini merupakan kegiatan
utama dalam proses penelitian.
c) Pelaporan
Dalam tahap pelaporan ini peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut:
1) Triangulasi
Menurut Sugiono (2008:241) “Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data”.
Triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara
dengan beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari
subjek penelitian yang satu dibandingkan dengan yang lainnya,
yaitu membandingkan hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil
studi dokumentasi dengan hasil wawancara
Setelah melaksanakan penelitian maka tahap selanjutnya adalah
menyusun laporan hasil penelitian dan pengumpulan data.
D. Teknik Analisis Data
Miler dan Huberman dalam Basrowi dan suwandi (2008:209) menyatakan
bahwa “Aktifitas dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yang bersamaan (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi)”.
Langkah-langkah analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan
dilakukan oleh penulis pada awal penelitian, diantaranya: menentukan kerangka
konseptual, menentukan permasalahan, menentukan pendekatan dalam
pengumpulan data yang diperoleh. Sedangkan proses pendekatan dalam
mengumpulkan data yaitu: membuat ringkasan, memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu, mencari tema, menulis memo, dan lain-lain.
2. Display data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk
penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan/network,
dan bagan. Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penyajian secara
sistematis, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagianya
dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan
lainnya.
3. Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Dalam tahap ini peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan
prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan
data yang telah terbentuk, proposisi yang telah dirumuskan. Serta melaporkan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Dari Penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan secara umum
bahwa, anak-anak binaan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi sebagian besar
merupakan anak-anak jalanan yang tinggal di lingkungan stasiun Bandung,
berusia antara 1 tahun sampai 18 tahun yang kesehariannya bekerja sebagai
pengamen, pedagang asongan, dan kuli di stasiun. Alasan utama anak turun ke
jalan adalah karena faktor ekonomi dan kurangnya perhatian dari orang tua.
Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi merupakan Lembaga Swadaya
Masyarakat yang menyediakan rumah belajar, dimana anak-anak banyak
menghabiskan waktu setelah dari jalan.Yayasan membuat program-program yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan.Yayasan juga menyediakan
pendamping tetap bagi anak binaan, namun jumlah pendamping yang ada tidak
sebanding dengan jumlah anak binaan yang ada di yayasan.Selain pendamping
juga ada pengajar tidak tetap dari kalangan akademisi sekitar Bandung.
Yayasan ini berfokus pada pembinaan budi pekerti anak jalanan sehingga
proses pembelajaran dilakukan dengan metode nonformal, dimana anak dapat
dengan leluasa berpendapat, dan pendamping dapat memberi pelajaran etika dan
disiplin dengan cara mencontohkan dalam kegiatan sehari-hari bersama anak
Dari simpulan umum di atas dapat diketahui pula secara khusus bahwa :.
1. Karakteristik Anak Jalanan binaan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
Anak-anak binaan berasal dari lingkungan sekitar stasiun Bandung dan juga
anak-anak luar daerah, berusia antara satu sampai delapan belas tahun namun
yang paling sering datang dan mengikuti program adalah anak usia empat sampai
tujuh tahun. Anak-anak datang setelah pulang sekolah, kebanyakan bekerja
sebagai pengamen.Anak-Anak yang datang biasanya dikarenakan kurangnya
perhatian dari orang tua yang sibuk bekerja sebagai tukang ojek ataupun
pedagang.Anak jalanan memiliki kekuatan atas sikap sabar, kemandirian yang
lingkungan mereka yang keras tanpa bimbingan orang tua serta memprihatinkan
sehingga kesabaran akan timbul dengan sendirinya. Tetapi kelemahannya adalah
mereka cenderung emosional, berwatak keras, dan penuh curiga sehingga sikap
dan prilaku menjadi duplikasi atas bacaan mereka di jalanan.
2. Peran yayasan bakti pertiwi dalam pembinaan budi pekerti
Yayasan Bakti Pertiwi sebagai tempat singgah anak-anak jalanan di
lingkungan stasiun Bandung mempunyai peran penting dalam pembinaan budi
pekerti sebagai suatu wadah untuk memberikan gambaran lain akan sebuah
lingkungan yang ideal agar persepsi mereka terhadap kekerasan menjadi terkikis
dengan sebuah pola komunikasi yang lebih dekat dan intens tanpa tegangan
didalamnya.
Setiap hari senin hingga sabtu pembimbing akan berada di rumah singgah
untuk membimbing anak dalam belajar dan berperilaku sehari-hari, ada pula
pembimbing yang bertugas ke jalan untuk memantau perkembangan
anak.Dihari-hari tertentu anak akan di ajak outbond dan berkeliling untuk menunjukan
bentuk-bentuk perilaku yang yang ada di masyarakat.
Penilaian keberhasilan pembinaan tidak diberikan dalam bentuk angka
melainkan dapat dilihat dari perubahan perilaku anak dalam kesehariannya seperti
bertingkah lebih sopan dihadapan orang yang lebih tua, tidak menggunakan
bahasa yang kasar terhadap teman sebaya, dan mengingatkan teman sebaya ketika
melakukan hal yang tidak baik.
3. Model pembinaan yang digunakan Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwidi. Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwimerupakan sebuah lembaga swadaya
masyarakat yang menggunakan rumah belajar sebagai model pembinaannya.
Yayasan ini mencoba membuat sebuah ruang dimana anak-anak bisa berkumpul
dan saling berkomunikasi sebagaimana anak-anak normal seumurannya.
Dengan dibantu staf dan pengajar lepas, yayasan ini melakukan pembinaan
menggunakan asas mezzo yaitu pembinaan dilakukan pada sekelompok klien
(masyarakat), metode ini dilakukan dengan menggunakan kelompok, media
intervensi, tujuan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan
berfikir sehingga dapat saling bekerja sama dengan masyarakat.Yayasan ini
memiliki tiga pendamping tetap dengan dua orang membimbing anak-anak yang
datang rutin kerumah baca sebanyak delapan belas anak.Dan satu pendamping
lainnya bertugas di lapangan untuk memantau anak yang berada di jalan.
Selain rumah belajar Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi juga mempunyai
program kegiatan untuk memberdayakan dan melatih berbagai ketrampilan yang
akan berguna bagi keseharian anak-anak lingkungan tersebut, dengan mengamati
kebutuhan anak maka yayasan membuat program-program pelayanan sosial.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan sebagaimana dikemukakan di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Yayasan Wahana Karya Bakti Pertiwi
a. Yayasan sebaiknya menambah jumlah pendamping tetap untuk membina
anak jalanan lebih intensif
b. Yayasan diharapkan dapat menambah sarana dan prasarana bermain serta
belajar anak agar anak lebih antusias dalam belajar
c. Yayasan harus memiliki cara penilaian keberhasilan program, tidak hanya
berdasarkan pada penilaian pendamping semata.
d. Pihak yayasan diharapkan dapat membina hubungan lebih baik dengan
orang tua anak binaan agar semakin membantu dalam memperbaiki sikap
dan membantu anak keluar dari jalan.
2. Bagi Pendamping
a. Pendamping diharapkan lebih aktif dalam melakukan pencegahan masalah
anak binaan tidak menunggu hingga anak memiliki masalah.
b. Pendamping diharapkan mampu mengajak orangtua lebih berperan aktif
dalam pendidikan budi pekerti anak.
3. Bagi Anak Jalanan
a. Anak diharapkaan dapat lebih tebuka dalam menceritakan apa yang
dirasakan terhadap pendamping dan teman-teman di lingkungannya.
b. Anak diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara
maksimal baik itu dalam pembelajaran maupun sikap terhadap orangtua
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang berfokus pada
peran orang tua dalam pembinaan anak, karena dari penelitian ini
diketahui yayasan kurang bekerjasama dengan orang tua untuk berperan
dalam pembinaan anak jalanan
b. Lebih banyak mengikuti program-program yayasan yang berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Al-Halwani, A.F. 1995.Melahirkan Anak Saleh. Jakarta: MitraPustaka.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:RinekaCipta.
Branson, M.S. 1999. The Role Of Civic Education. Calabasas:CCE
Cogan,J. J. 1999. Developing The Civic Society Education. Bandung:CICED
Gaffar, Affan. 1999. Politik Indonesia : transisi menuju demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hikam Muhammad SA. 1996. Demokrasidan civil society. Jakarta : LP3S.
ICCE UIN Jakarta. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung:CICED
Mardiyyah, Anisatul. 2010. PolaPendampinganAnakJalanan (Studikasus di LSM JKJL di Kota Malang). SkripsiJurusan PLS FIP UM : 2010
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Naution. 1996. MetodePenelitianNaturalistikKualitatif. Bandung :Tarsito
Rukmini dan Abidin, H.2004. Kritikdan Otokritik LSM. Jakarta:Piramedia.
Santoso, Budi. (2009).Studi Pembinaan Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Tunas Harapan Kota Semarang. Skripsi Jurusan PLS FIP Universitas Negeri Semarang :tidakditerbitkan.
Sihombing, Unberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah, Kini dan Masa Depan, Jakarta :Mahkota
Soekanto, Suerdjono. 2006. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sofia, Maria Sisillia, 2008. Sikap Anak Jalanan Terhadap Peran Pendampingan Dalam Melaksanakan Hak-Hak Anak di LSM Yayasan Kasih Mandiri dan Yayasan Griya Asih Jakarta. Program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya:Tidak Diterbitkan.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R & D. Bandung : CV. Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosialdan Pekerja Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sukendra, R. 2006. Studi Deskriptif tentang Minat Anak Jalanan dalam Mengikuti Pelatihan Pelatihan Otomotif di Yayasan Saudara Sejiwa Kecamatan Ujuung Berung Kota Bandung. Skripsi Jurusan PLS FIP UPI Bandung :Tidakditerbitkan.
Sukmadinata, N. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sumantri, S. 2001. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusi. Bandung:Fakultas Psikologi Unpad.
Tjandraningsih, Indrasari, dkk. 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal (Berbagai Pengalaman Pemberdayaan). Bandung :Yayasan Akatiga.
Yulianty, B. 2009.Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. Skripsi Jurusan PLS FIP UPI.Bandung :tidakditerbitkan.
Literatur online
Eigen, Peter. (1996). Demokrasidan Civil Society (online)
Tersedia di: http://www.magnet,undp.org/docs/eta/corruption/chapter05.pdf
Dinas Komunikasi dan Informatika. 2013 Pemberian Bantuan Sembako Anak Jalanan. (online)
Tersedia di: http://49.236.221.6/index.php/pemberian-bantuan-sembako-anak-jalanan
Fahmi, Khairul. (2012). PeningkatanAnakJalananHambatan Bandung Jadi Kota LayakHuni. (online)
Lensa Indonesia. 2012. Peningkatan Anak Jalanan Hambat Bandung Jadi Kota Hidup Layak Anak (online)
Tersedia di: http://www.lensaindonesia.com/2012/11/03/peningkatan-anak-jalanan-hambat-bandung-jadi-kota-hidup-layak-anak.html
Setiawan. (2004). Peranan Mantan Dosen (online)
Tersedia di: http://www.indonesia.heartsouls.com/cerita/d/c370.shtml
PeraturanPerundangUndangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
LiteraturKelembagaan
Departemen Sosial.(1997) Lokar Karya Tentang Kemiskinan dan Anak Jalanan. Jakarta