• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampak Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan Metro Supermarket Medan Plaza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Kepuasan Pelanggan Serta Dampak Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan Metro Supermarket Medan Plaza"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran Ritel

Penjualan eceran adalah pelaku bisnis menjual barang - barang atau

melayani kepada konsumen akhir, retailer lebih lanjut adalah segala bisnis apapun

yang penetapan bisnisnya diarahkan untuk memasarkan usaha ke arah konsumen

akhir untuk tujuan menjual barang - barang atau jasa.

Simamora (2003: 163) mendefinisikan usaha eceran (retailing) meliputi

semua kegiatan yang dilibatkan dalam penjualan barang atau layanan secara

langsung kepada konsumen akhir, yang membeli kebutuhan pribadi tidak untuk

dibisniskan. Sedang menurut (Kotler dan Amstrong, 2005). Usaha eceran

merupakan kegiatan yang menyangkut penjualan barang atau jasa secara langsung

kepada konsumen untuk penggunaan pribadi dan nir bisnis.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengecer adalah setiap

organisasi bisnis yamg sumber utama penjualannya berasal dari eceran. Usaha

eceran tidak hanya menjual produk di toko (store retailing) tetapi juga di luar toko

(non store retailing).

Pengelolaan bisnis eceran tidak sekedar hanya membuka toko dan

mempersiapkan barang yang lengkap, lebih dari itu, pengelolaan bisnis eceran

harus melihat dan mengikuti teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan

mempunyai keunggulan bersaing. Sebagaimana yang dikatan Berman et al

(2001:3) : “New technologies are improving retail productivity”. Bisnis ritel

(2)

Ritel adalah tahapan akhir dari proses distribusi barang dan jasa. Hal ini

berbeda dengan wholeselling (distributor) yang merupakan intermediate

(perantara) dalam proses distribusi barang dan jasa karena tidak menjual produk

dan jasa kepada konsumen akhir melainkan kepada konsumen bisnis, seperti

pabrik dan pengecer. Hal ini akan membentuk jalur distribusi antara produsen dan

konsumen akhir.

2.1.1 Klasifikasi Ritel Indonesia

Berdasarkan Keputusan Presidan No. 112 Tahun 2007 Klasifikasi Ritel

Indonesia di kelompokkan atas:

1. Minimarket (Convenience store)

Minimarket adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang

terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh

minimarket alfa dan indomaret.

2. Supermarket

Supermarket adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk

makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem

konsumen melayani dirinya sendiri / Swalayan. Contoh Macan Yaohan

Supermarket, Suzuya, Metro Supermarket, Maju Bersama, dll.

3. Hypermarket

Hypermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah

yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis

produk. Hypermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan

(3)

Plaza , Matahari Departemen Store, Ramayana dan Hypermarket

carrefour.

Lebih Jelas mengenai klasifikasi Ritel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel

2.1 berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Ritel Indonesia

2.1.2 Karakteristik Ritel Modern Indonesia

Utami (2008: 3) karakteristik dasar ritel dapat digunakan sebagai dasar

mengelompokkan jenis ritel. Dalam hal ini, terdapat tiga karakteristik dasar

sebagai berikut:

1. Super center yaitu supermarket yang mempunyai luas lantai 15.000 hingga

22.000 m 2

(4)

makanan sebesar 60-70%. Persediaan tau stok yang dimiliki antara

100.000-150.000 item. Kelebihan lainnya yakni sebagai one stop shopping sehingga

banyak pengunjung yang datang dari tempat jauh.

2. Hypermarket juga merupakan supermarket yang memiliki luas antara

100.000-300.000 m 2

dengan kombinasi produk makanan 60-70% dan

produk-produk umum sebesar 30-40%. Hypermarket

merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki stok lebih sedikit

dari pada super center,yaitu 40.000-60.000 item.

3 . Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang macamnya

terbatas dan produk-produk umum dengan layanan yang minim pada tingkat

harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis. Ukurannya antara

100.000-150.000 m2 dan lokasinya biasanya pada daerah-daerah.

2.2 Pelanggan

Menurut Griffin ( 2003: 31) “Definisi pelanggan berasal dari kata ‘custom’

yaitu didefinisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan

mempraktekkan kebiasaan” . Menurut Lupioyadi (2006 : 143) pelanggan adalah “

one who frequents any place of sale for the sake or producing what he wa nts…”.

Pelanggan adalah seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama

untuk memenuhi keinginannya. Pelanggan merupakan seseorang yang secara

kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan

keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan jasa dan

(5)

2.2.1 Tipe Pelanggan

Menurut Tjiptono (2005 : 145) mengelompokkan pelanggan kedalam 3

kategori, yaitu : user, buyer, dan payer. Kemudian tiga kategori ini diturunkan

menjadi 9 tipe nilai pelanggan yaitu:

1. Performance value adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu produk

atau jasa. Dengan kata lain, tipe nilai ini mencerminkan kemampuan

produk/jasa melaksanakan fungsi fisik utamanya secara konsisten.

Performance value terletak pada dan berasal dari komponen fisik dan

desain jasa.

2. Social value adalah manfaat produk/jasa yang bertujuan untuk memuaskan

keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau kebanggaan

sosial.

Pelanggan yang mengutamakan social value akan memilih produk/jasa yang

mengkomunikasikan citra yang selaras dengan teman-temannya atau

menyampaikan citra sosial yang ingin ditampilkannya.

3. Emotional value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang

didapatkan user dari produk/jasa.

4. Price value harga yang fair dan biaya-biaya financial lainnya yang berkaitan

dengan upaya mendapatkan produk/jasa.

5. Credit value berupa situasi terbebas dari keharusan membayar kas pada saat

pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Pada prinsipnya, nilai ini

(6)

6. Financing value penawaran syarat dan finansial skedul pembayaran yang

lebih longgar dan terjangkau. Credit value lebih menekankan pada aspek

keterjangkauan.

7. Service value berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan dengan

pembelian produk/jasa.

8. Convinience value berupa penghematan waktu dan usaha yang dibutuhkan

untuk memperoleh produk/jasa.

9. Personalization value yang meliputi : menerima produk/jasa disesuaikan

dengan kondisi pelanggan dan memberikan pengalaman positif dari

pelanggan.

2.3 Nilai Pelanggan

Nilai pelanggan sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas

sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang

diberikan. Nilai pelanggan didasarkan pada perspektif pelanggan atau organisasi

bersangkutan, dengan mempertimbangkan keinginan dan keyakinan pelanggan

dari pembelian dan penggunaan suatu produk atau jasa. Tjiptono (2005 : 145)

Menurut Kotler (2005: 103) nilai pelanggan adalah selisih nilai pelanggan

total dan biaya pelanggan total dimana, nilai pelanggan total adalah sekumpulan

manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan biaya

pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang

dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang

(7)

Kinerja produk yang dirasakan pelanggan sama atau lebih besar dari yang

diharapkan, yang dianggap bernilai dapat memberikan kepuasan Kotler (2005:

145). Nilai atribut adalah karakteristik-karakteristik produk yang ada dibenak dan

dijelaskan oleh pelanggan. Nilai konsekuensi adalah penilaian subjektif pelanggan

sebagai konsekuensi dari penggunaan dan pemanfaatan produk jasa. Menurut

Woodruff (1997: 142) Customer Value adalah pilihan yang dirasakan pelanggan

dan evaluasi terhadap atribut produk dan jasa, kinerja atribut dan konsekuensi

yang timbul dari penggunaan produk untuk mencapai tujuan dan maksud

konsumen ketika menggunakan produk.

Woodruff juga mendefenisikan costumer value sebagai persepsi pelanggan

terhadap konsekuensi yang diinginkannya dari penggunaan suatu

produk/costumer value dapat dijabarkan preferensi yang pelanggan rasakan

terhadap ciri produk, kinerja dan sejauh mana telah memenuhi apa yang

diinginkannya.

2.3.1 Sumber Nilai Pelanggan

Menurut James G. Barnes dalam Hurriyati (2005: 120) terdapat 4 sumber

nilai yang dapat diperoleh dan dirasakan pelanggan yaitu:

1. Proses: mengoptimalkan proses-proses bisnis dan memandang waktu

sebagai sumber daya pelanggan yang berharga.

2. Orang: karyawan diberi wewenang dan mampu menanggapi pelanggan.

3. Produk/jasa/teknologi: keistimewaan dan manfaat produk dan jasa yang

kompetitif, mengurangi gangguan produktivitas.

(8)

2.3.2 Hirarki Nilai Pelanggan

Menurut Woodruff (1997:142) hirarki nilai pelanggan (customer value)

terdiri dari 3 tingkatan yaitu :

1. Atribut produk atau jasa (product attributes), dasar hirarki yaitu pelanggan

belajar berfikir mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari atribut

dan kinerja atribut.

2. Konsekuensi Produk dan jasa (product consequences), konsekuensi yang

diinginkan oleh pelanggan ketika informan membeli dan menggunakan

produk jasa.

3. Maksud dan tujuan Pelanggan (customer’ goals and purposes), maksud dan

tujuan pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu dari

penggunaan produk jasa.

2.3.3 Faktor-Faktor Nilai Pelanggan

Menurut Tjiptono (2005 : 121) dimensi nilai terdiri dari 4 (empat), yaitu

1. Emotional value, utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi

positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.

2. Social value, utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk

meningkatkan konsep diri-sosial konsumen.

3. Quality/performance value, utilitas yang didapat dari produk karena reduksi

biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.

4. Price/value of money, utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap

(9)

2.4 Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan berasal dari bahasa latin “satis”(artinya cukup baik,

memadai) dan”facio”(melakukan atau membuat). Secara sederhana kepuasan

dapat diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu cukup

baik dan memadai”. Tetapi berkaitan dengan konsep perilaku konsumen muncul

banyak sekali definisi yang diberikan para ahli mengenai kepuasan konsumen

Tjiptono (2005: 349). Beberapa pendapat mengenai kepuasan konsumen menurut

para ahli antara lain :

Menurut Umar (2005: 50) kepuasan konsumen adalah tongkat perasaan

konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang konsumen jika

sudah merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa maka akan

sangat besar kemungkinannya untuk menjadi konsumen dalam waktu yang lama.

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan

terhadap kinerja yang diharapkan Kotler (2005: 70). Sedangkan menurut

Sumarwan (2003: 322) kepuasan pelanggan merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan pelanggan sebelum pembelian dengan yang

sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan

pelayanannya.

Menurut Umar (2005: 51) kepuasan dibagi dua macam yaitu :

1. Kepuasan Fungsional : merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi

(10)

2. Kepuasan Psikologika : merupakan konsumen yang diperoleh dari atribut

yang bersifat tidak berwujud dari produk.

Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan praktek

pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis.

Kepuasan pelanggan berkontribusi kepada sejumlah aspek kruisal, seperti

terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatkan reputasi perusahaan, berkurangnya

biaya transaksi masa depan, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas

karyawan. Selain itu kepuasan pelanggan juga dipandang sebagai salah satu

indikator terbaik untuk masa depan. Pelanggan yang merasa puas akan membeli

ulang, dan mereka memberitahu orang lain mengenai pengalaman baik tentang

produk.

2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan

Dengan memberikan pelayanan yang prima, akan membentuk kesan yang

memuaskan bagi pelanggan, sehingga pelanggan akan cenderung tetap memilih

pelayanan yang diberikan perusahaan, sebaliknya pelayanan yang buruk akan

berdampak pada beralihnya pelanggan ke perusahaan lain yang menawarkan

pelayanan yang lebih baik dan memuaskan pelanggan.

Terdapat lima faktor yang harus diperhatikan perusahaan dalam

menentukan tingkat kepuasan pelanggan atau konsumen. (Lupiyoadi 2001: 158)

yaitu:

1. Kualitas produk.

Pelanggan akan merasa puasa apabila hasil evaluasi mereka menunjukkan

(11)

2. Kualitas Pelayanan.

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik

atau sesuai dengan yang diharapkannya.

3. Emosional.

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum padanya bila dia memakai produk dengan merek tertentu.

4. Harga.

Produk dengan kualitas sama tapi menerapkan harga relatif murah akan

memberi nilai yang tinggi pada pelanggannya.

5. Biaya

Pelanggan yang tidak mengeluarkan biaya tambahan atau membuang waktu

untuk mendapatkan suatu produk cenderung puas terhadap produk tersebut.

2.4.2 Model Kepuasan Konsumen

Model Kepuasan Konsumen Menurut Kotler dalam Tjiptono (2007: 366)

membedakan tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan berdasarkan

kombinasi antara emosi-emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi

menyangkut kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan minat berperilaku

untuk memilih lagi penyedia jasa bersangkutan. Tipe kepuasan dan ketidakpuasan

tersebut adalah:

1. Demanding customer satisfaction. Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang

aktif. Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama

optimisme dan kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif di masa lalu,

(12)

mampu memuaskan ekspektasi mereka yang semakin meningkat di masa

depan. Selain itu, meraka bersedia meneruskan relasi yang memuaskan

dengan penyedia jasa. Kendati demikian, loyalitas akan tergantung pada

kemampuan penyedia jasa dalam meningkatkan kinerja seiring dengan

meningkatkannya tuntutan konsumen.

2. Stabel customer satatisfaction. Konsumen dalam tipe ini memiliki tingkat

aspirasi pasif dan perilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap

penyedia jasa bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina saat

ini. Mereka menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang positif yang telah terbentuk hingga saat ini,

mereka bersedia melanjutkan relasi dengan penyedia jasa.

3. Resigned customer satisfaction. Konsumen dalam tipe ini juga meras puas.

Namun, kepuasannya bukan disebabkan oleh pemenuhan ekspektasi, namun

lebih didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk berharap lebih.

Perilaku konsumen ini cendrung pasif. Mereka tidak bersedia melakukan

berbagai upaya dalam rangka menuntut perbaikan situasi.

4. Stabel customer dissatisfaction. Konsumen dalam tipe ini tidak puas

terhadap kinerja penyedia jasa, namun mereka cenderung tidak

melakukan apa-apa. Relasi meraka dengan penyedia jasa diwarnai emosi

negatif dan asumsi bahwa ekspektasi meraka tidak bakal terpenuhi di masa

datang. Mereka juga tidak menilai adanya peluang untuk perubahan atau

(13)

5, Demanding customer dissatisfaction. Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi

aktif dan perilaku demanding. Pada tingkat emosi, ketidakpuasannya

menimbulkan protes dan oposisi, hal ini menyiratkan bahwa mereka akan

aktif dalam menuntut perbaikan. Pada saat bersamaan, meraka juga merasa

tidak perlu tetap loyal pada penyedia jasa. Berdasarkan pengalaman

negatifnya, mereka tidak akan memilih penyedia yang sama lagi

dikemudian hari.

2.5 Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

Kesetiaan pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka

pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini karena kesetiaan

pelanggan memiliki nilai strategic bagi perusahaan Suryani ( 2008: 99).

Menurut Griffin (2003: 128) mengungkapkan definisi loyalitas pelanggan

sebagai berikut: “Customer Loyalty is deefly held commitment to rebuy or

repatronize a preferred product or service consistenly in the future, despite

situasional influences and marketing efforts having the potential to cause

switching behavior.” Dari definisi di atas terlihat bahwa loyalitas adalah

komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang

akan datang.

2.5.1 Karakteristik Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang sudah loyal adalah aset yang sangat penting bagi

perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, seperti yang

(14)

1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes regular repeat purchases)

2. Membeli diluar lini produk/jasa (Purchases across product and service lines)

3. Merekomendasikan produk lain (Refers other)

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

(Demonstrates an immunity to the full of the competition).

2.5.2 Tahapan Loyalitas Pelanggan

Menurut Hurriyanti (2005: 138) loyalitas pelanggan memiliki tahapan

sesuai dengan Customer lifetime value. Tahapan tersebut adalah:

1 The Courtship

Pada tahap ini, hubungan yang tejalin antara perusahaan dengan pelanggan

tebatas pada transaksi, pelanggan masih mempertimbangkan produk dan

harga. Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih

baik, maka mereka akan berpindah

2. The Relationship

Pada tahapan ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan

pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada

pertimbangan harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan konsumen

akan melihat produk pesaing, selain itu pada tahap in terjadi hubungan

saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

3. The Marriage

Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tecipta dan keduanya tidak

dapat dipisahkan.Loyalitas tebentuk akibat adanya tingkat kepuasan yang

tinggi. Pada tahapan ini pelanggan akan terlibat secara pribadi dengan

(15)

perusahaan dan ketergantungan pelanggan. Tahapan Marriage yang

sempurna diterjemahkan ke dalam Advocate Customer yaitu pelanggan yang

merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan

masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Benny Yan V.S (2008) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh

Persepsi Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Minat Pembelian

Ulang Pada Hypermart Sun Plaza Medan”. Tujuan penelitiannya adalah

mengetahui pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan terhadap minat

pembelian ulang pada Hypermart Sun Plaza Medan dan mengetahui variabel yang

paling dominan terhadap minat pembelian ulang pada Hypermart Sun Plaza.

Menggunakan metode analisis data uji validitas dan reliabilitas, metode deskriptif,

uji F dan uji t serta koefisien determinasi. Data primer dalam penelitian ini

diperoleh dari kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan

diolah secara statistik dengan program SPSS versi 13,00. Sebelum kuesioner

disebarkan uji terlebih dahulu untuk dapat melihat validitas dan reliabilitas SPSS

versi 13.00.

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa koefisien

mempunyai tanda positif, Dengan nilai F hitung 38,413 > F tabel 3.09 ini

menunjukkan variabel Persepsi Kualitas pelayanan (X1), dan Kepuasan (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang. Hasil Uji

Parsial (Uji t) persepsi kualitas pelayanan terhadap minat pembelian ulang

(16)

parsial kepuasan pelanggan terhadap minar pembelian ulang menunjukkan t

hitung sebesar 3,278 > t tabel 1,980. Dan hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

menunjukkan bahwa persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan memiliki

kontribusi sebesar 0,452 atau 45,2% terhadap minat pembelian ulang di

Hypermart Sun Plaza. sedangkan 54,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya

yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

Ike Silvia (2009) Aini melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Customer

Value Terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu AXIS (Studi Kasus Pada Mahasiswa

S1 Keperawatan FK USU). Berdasarkan Pengujian Hipotesis, pengujian secara

simultan (Uji F) menunjukkan bahwa Customer Value yang terdiri dari X1 (Nilai

Kerja Produk), X2 (Pelayanan), dan X3 (Harga) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Loyalitas pelanggan hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung

19,379 > f tabel 2,70. Sedangkan hasil Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa

nilai F hitung Kinerja produk 3,881 > dari t tabel 1,980, ini menunjukkan bahwa

variabel nilai kerja produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

pelanggan. Nilai F hitung pelayanan 0,695 < t tabel 1,980 dengan tingkat

signifikasi sebesar 0,489 < 0,05 hasil ini menunjukkan bahwa variabel pelayanan

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dan

pengujian variabel harga (X3) menunjukkan nilai F hitung 2,987 > F tabel 1,980

hasil ini menunjukkan variabel harga memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap loyalitas pelanggan kartu AXIS.

Berdasarkan perhitungan koefisien Determinasi menunjukkan bahwa

(17)

Harga (X3) memiliki kontribusi sebesar 0,327 atau 32,7% terhadap loyalitas

pelanggan AXIS dan sisanya 0,628 atau 62,8% dipengaruhi oleh fakto-faktor lain

yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan

teoritis yang mencerminkan hubungan antara variabel yang diteliti. Kerangka

konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek

penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti. Sesuai

dengan permasalahan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah analisis dan

mengimplementasikan ke dalam sebuah gambaran kerangka berpikir.

Kotler menyatakan bahwa kinerja produk yang dirasakan pelanggan sama

atau lebih besar dari yang diharapkan, yang dianggap bernilai dapat memberikan

kepuasan. Dan menurut Umar seorang konsumen jika sudah merasa puas dengan

nilai (customer velue) yang diberikan oleh produk atau jasa maka akan sangat

besar kemungkinannya untuk menjadi konsumen dalam waktu yang lama (loyal).

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian ini

adalah:

Sumber: Kotler (145: 2005) dan Umar (50: 2005)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

(18)

Dari Gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai Pelanggan (Customer

Value) yang dihasilkan Metro Supermarket akan berpengaruh terhadap Kepuasan

(Satisfaction), kemudian jika pelanggan Metro Supermarket telah puas maka

kemungkinan besar akan berdampak pada loyalitas pelanggan

(Customer Loyalty).

2.8 Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah yang di

dukung dengan kajian teoritis dan dilengkapi juga dengan kerangka konseptual,

maka hipotesis yang dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Pertama (H1) “ Nilai Pelanggan (Customer Value) Berpengaruh

Positif dan Signifikan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Customer

Satisfaction) Metro Supermarket Medan Plaza.”

2. Hipotesis Kedua (H2) “Kepuasan Pelanggan Berdampak Positif dan

Signifikan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty) Metro

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Ritel Indonesia
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 22 orang (22%) responden sangat setuju bahwa tamu merasa puas dengan kesesuaian harga dan produk/layanan yang diberikan hotel Inna

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 22 orang (22%) responden sangat setuju bahwa tamu merasa puas dengan kesesuaian harga dan produk/layanan yang diberikan hotel Inna

Switching barrier didefinisikan sebagai kesulitan untuk berpindah ke penyedia produk atau jasa lain yang dirasakan oleh konsumen yang tidak puas dengan layanan yang ada saat ini,

Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.Menurut Philip Kotler

sebuah Produk atau Jasa yang dapat dilihat dari kebijakan harga yang ditetapkan perusahaan atas Produk atau Jasa tersebut, dan hal tersebut membentuk persepsi Konsumen akan

Hal ini menunjukan mayoritas responden setuju bahwa saya merasa puas terhadap pelayanan jasa TX TRAVEL Jamin Ginting yang profesional dalam memberikan pelayanan informasi secara

mengakibatkan pelanggan pindah pada produk lain. Bila konsumen sudah merasakan kepuasan terhadap jasa yang diberikan, akan timbul rasa loyalitas konsumen untuk terus

Distribusi pendapat responden tentang pernyataan bahwa tamu merasa puas dengan produk yang diberikan oleh hotel Inna Dharma Deli No Jawaban Skor Frekuensi Persentase % 1 Sangat