EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh :
Isthmah Waskita Sari
1106387
PROGRAM STUDI BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Evaluasi Kualitas Air Pada Area
Pemanfaatan Lahan Yang Berbeda
Di Daerah Aliran Sungai Cilaja, Ujung
Berung
Oleh
Isthmah Waskita Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Isthmah Waskita Sari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Oleh:
Isthmah Waskita Sari
1106387
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Prof. Hj. Hertien Koosbandiah Surtikanti, MSc. ES. Ph.D. NIP. 196104191985032001
Pembimbing II
Dr. Wahyu Surakusumah, S. Si, M. T NIP. 197212031999031001
Mengetahui, Ketua Departemen
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai dampak pemanfaatan lahan yang berbeda terhadap kualitas air DAS Cilaja. Terdapat 3 lokasi yang ditetapkan dengan metode purposive yaitu lokasi DAS hutan alami pinus serta perkebunan kopi, DAS persawahan dan DAS pemukiman. Pada setiap lokasi dilakukan 3 sampling dengan masing- masing 3 kali pengulangan. Sampel air diambil untuk pengujian kimia dan fisik air sedangkan sampel makrozoobenthos diambil dengan menggunakan Surber-Net yang berukuran 30,5 x 30,5 cm. Makrozoobenthos diawetkan menggunakan formalin, disortir, diidentifikasi dan dihitung. Selanjutnya ditentukan indeks keanekaragaman makrozoobenthos menggunakan indeks Shannon- Wiener pada masing- masing lokasi. Hasil yang didapat ditemukan sebanyak 18 jenis makrozoobenthos yang berbeda pada setiap lokasi. Lokasi DAS hutan alami pinus serta perkebunan kopi ditemukan adanya Syncaris yang merupakan bioindikator perairan tidak tercemar dengan jumlah 157 individu. Lokasi DAS persawahan ditemukan Baetis (Ephemeroptera) dengan jumlah 186 individu. Ordo Ephemeroptera, Plecoptera dan Trichoptera (EPT) merupakan makrozoobenthos yang sensitif terhadap perairan tercemar. Lokasi pemukiman ditemukan Gastropoda dengan jumlah 10 individu yang mampu hidup pada lingkungan yang ekstrim. Saat ini, DAS Cilaja menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat fungsi lahan disepanjang aliran sungai yang berpengaruh terhadap kondisi kualitas air DAS Cilaja.
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE EVALUATION OF WATER QUALITY AT USAGE AREA WHICH DIFFERENT IN RIVER LINE REGION CILAJA, UJUNG BERUNG
Abstract
Research about impact of usage/utilization area that different against water quality of river line region Cilaja had been done. There were 3 location which was determined with purposive method, it was river line region location of pine natural woods and coffee plantation, river line region of wet rice field, and river line region of district (society). In every location was carried out a sampling with 3 times replicate of each. Water sample were taken for chemical test and physics water where as macrozoobenthos sample were taken by Surber-Net size about 30,5 x 30,5 cm. Macrozoobenthos were preserved by formalin, sorted, identified, and counted. Furthermore, on the research was determined the diversity index of macrozoobenthos used Shannon-Wiener index in every location. The result founded 18 kind of macrozoobenthos that different at every location. river line region location of pine natural woods and coffee plantation were founded the existence of Syncaris the bio-indicator from water that not contaminated with total 157 individual. river line region Cilaja of wet rice field was founded Baetis (Ephemeroptera) with total 186 individual. Ordo of Ephemeroptera, Plecoptera, and Tricoptera (EPT) were macrozoobenthos that sensitive against contaminated water. At district location was founded Gastropoda with total 10 individual which able to life in extreme area. At the moment, river line region Cilaja had a tendency to rise function of land in river line region which influential to water quality condition of river line region Cilaja.
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Pertanyaan Penelitian ... 3
D. Batasan Masalah... 4
E. Tujuan Penelitian... 4
F. Manfaat…………... 4
BAB II EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG………... 5
A. Deskripsi Sungai Cilaja... 5
B. Pengaruh Pemanfaatan Lahan terhadap Sungai... 7
C. Pencemaran Air Sungai…. ... 9
1. Pencemaran Daerah Aliran Sungai... 9
2. Jenis- Jenis Pencemaran Air ... 11
D. Makrozoobenthos…….…... 13
1. Pengertian Makrozoobenthos... 13
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Faktor Kimia dan Fisika………... 17
1. Faktor Kimia………..………. 17
2. Faktor Fisika………..…………... 23
3. Baku Mutu Air…………....………....……… 23
BAB III METODE PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Populasi dan sampel... 26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 26
D. Alat dan Bahan... 27
E. Langkah Penelitian... 27
1. Survei Penelitian... 27
2. Pencuplikan Sampel ... 29
3. Penelitian... 31
4. Analisa Data... 42
F. Alur Penelitian... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
A. Hasil Penelitian... 44
1. Deskripsi Umum Lokasi Pencuplikan... 44
2. Parameter Kimiawi dan Fisik... 46
3. Komposisi Makrozoobenthos yang Tercuplik di DAS Cilaja….………. 52
4. Indeks Biotik Makrozoobenthos di DAS Cilaja ….... 56
B. Pembahasan... 57
1. Kualitas Air di DAS Cilaja Berdasarkan Standar Baku Mutu Air………...……….. 57
2. Komposisi Makrozoobenthos di DAS Cilaja... 60
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69
A. Kesimpulan... 69
B. Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
LAMPIRAN... 75
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Jenis Pencemaran dan Sumbernya………
. 10
2.2 Kriteria Tingkat Keanekaragaman Shannon-Wiener ... 17 3.1. Lokasi Penelitian Sungai Cilaja …………... 26 3.2. Kriteria Keanekaragaman Berdasarkan Indeks Shannon-
Wiener... 43 3.3 Kriteria Pencemaran berdasarkan Wilhm……... 57 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian di DAS Cilaja………... 44 4.2 Hasil Perhitungan Parameter Kimia dan Fisika di DAS
Cilaja……….…. 47 4.3 Data Hasil Identifikasi Benthos di DAS Cilaja 53 4.4 Klasifikasi dan Dokumentasi Benthos yang tercuplik di DAS
Cilaja…………..……… 54 4.5 Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos Berdasarkan
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Desa Sindanglaya………... 9 3.1 Peta Lokasi Desa Babakan Cimahi Wilayah Ujung
Berung Bandung ………... 28
3.2 Peta Lokasi Hutan Alami Pinus serta Perkebunan Kopi
dan DAS Cilaja Bagian Hilir…... 29 3.3 Peta Lokasi Persawahan dan DAS Cilaja Bagian
Hilir…... 30
3.4 Peta Lokasi Pemukiman dan DAS Cilaja Bagian
Hilir…... 31 3.5 Alat Surber-Net... 39 3.6 Metode Pencuplikan Traveling Kick-net……….. 40
3.7 Bagan Alur Penelitian 43
4.1 Perbandingan Nilai DHL pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 48
4.2 Perbandingan Nilai Suhu pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 48
4.3 Perbandingan Nilai pH pada Tiga Lokasi di DAS
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cilaja………..…...
4.5 Perbandingan Nilai DO pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 49
4.6 Perbandingan Nilai Fosfat Orto pada Tiga Lokasi di
DAS Cilaja…………...………..…... 50
4.7 Perbandingan Nilai Nitrat pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 50
4.8 Perbandingan Nilai Ammonia Total pada Tiga Lokasi di
DAS Cilaja………...………..…... 50 4.9 Perbandingan Nilai Fluorida pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 51
4.10 Perbandingan Nilai Nitrit pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 51
4.11 Perbandingan Nilai Sulfat pada Tiga Lokasi di DAS
Cilaja………..…... 51
4.12 Perbandingan Nilai Total Coli pada Tiga Lokasi di DAS
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.25 Coenagrion 55
4.26 Syncaris 55
4.27 Isoperla 56
4.28 Glosossoma 56
4.29 Lymnea 56
4.30 Melanoides 56
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Judul Lampiran Halaman
1 Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian... 76 2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian... 76 3 Data Sampling Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi
Hutan Alami Pinus Serta Kebun Kopi... 77 4 Data Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi Hutan
Alami Pinus Serta Kebun Kopi………... 77 5 Data Sampling Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi
Persawahan …….………... 78 6 Data Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi
Persawahan ………...……….. 78
7 Data Sampling Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi
Pemukiman………...…………... 79
8 Data Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos Lokasi
Pemukiman ………...……….. 79
9 Foto Sungai Cilaja dan Rona Lingkungan 80
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cilaja………...
11 Lampiran Standar Baku Mutu Indonesia dan Nilai Indeks
1
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya (Setiawan, 2009). Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo, 2008). Sungai merupakan salah satu tipe ekosistem perairan umum yang berperan bagi kehidupan biota dan juga kebutuhan hidup manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti perikanan, pertanian, keperluan rumah tangga, industri, transportasi. Berbagai macam aktivitas pemanfaatan sungai tersebut pada akhirnya memberikan dampak terhadap sungai antara lain penurunan kualitas air, hal ini dikarenakan sebagian yang dihasilkan dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sungai mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri (self purification) dari berbagai sumber masukkan, akan tetapi jika melebihi kemampuan daya dukung sungai (carrying capacity) akan menimbulkan masalah yang serius bagi kesehatan lingkungan sungai (Setiawan, 2009)
2
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat menimbulkan dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sekitar, hal tersebut terjadi akibat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi menitikberatkan pemanfaatan sumber daya lingkungan Desa Babakan Cimahi semakin besar. Kegiatan pertanian dan perkebunan kopi menggunakan pupuk dan pestisida yang tidak seluruhnya diserap oleh tumbuhan, namun masuk kedalam tanah mengalami pencucian oleh air, kemudian mengalir terbawa ke perairan sungai. Selain itu limbah pemukiman masyarakat disepanjang sungai menyumbang pencemaran dan menyebabkan penurunan kualitas air DAS Cilaja. Hal tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian Agustiningsih (2012) yang menyatakan bahwa perubahan fungsi lahan akan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air.
3
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Makrozoobenthos berperan sebagai indikator biologi guna menilai status kesehatan dan integritas ekologi sebuah sungai (continuous monitoring) bagi habitatnya (Spellman, 2001). Makrozoobenthos berperan penting dalam proses mineralisasi dan pendaur-ulangan bahan organik yang merupakan salah satu sumber makanan bagi organisme konsumen yang lebih tinggi (Thompson, 2004). Komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman dari makrozoobenthos yang ada pada sungai tersebut biasanya merupakan indikator tinggi atau rendah gangguan ekologi yang terjadi pada sungai tersebut (Setiawan, 2009).
Penelitian lain mengenai pencemaran yang berdampak pada daerah aliran sungai adalah Penelitian tentang analisis kualitas air secara cepat menggunakan makrobenthos studi kasus sungai Cikapundung (Bahri, 2003), Penelitian tentang komunitas bentos di bukit tunggul (daerah aliran sungai Cikapundung): degradasi pencemaran sungai (Surtikanti, 2008), Penelitian tentang studi komunitas makrozoobenthos di perairan hilir sungai Lematang sekitar daerah pasar bawah Kabupaten Lahat (Setiawan, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui kualitas air DAS Cilaja, Ujung Berung pada area pemanfaatan lahan yang berbeda.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah
“Bagaimana kualitas air pada area pemanfaatan lahan yang berbeda di DAS Cilaja, Ujung Berung?”
C.Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
4
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana komposisi makrozoobenthos pada area pemanfaatan lahan yang berbeda di DAS Cilaja?
3. Bagaimana kualitas air pada area pemanfaatan lahan yang berbeda di DAS Cilaja berdasarkan makrozobenthos menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner?
4. Bagaimana kualitas air pada area pemanfaatan lahan yang berbeda di DAS Cilaja berdasarkan aspek sosial dan budaya masyarakat sekitar?
D. Batasan Masalah
Lokasi penelitian adalah DAS Cilaja bertempat di (1) Desa Babakan Cimahi pada area hutan alami pinus serta perkebunan kopi, (2) Desa Babakan Cimahi pada area pertanian sawah, dan (3) Desa Sindanglaya pada area pemukiman warga.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kualitas air di DAS Cilaja pada area pemanfaatan lahan yang berbeda.
F. Manfaat
Manfaat dilakukanya penelitian ini:
1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah mengenai kondisi maupun kualitas air Sungai Cilaja, serta dapat menjadi pertimbangan 2. Sebagai informasi dalam penggunaan air sungai sebagai air baku untuk
26
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1988).
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua makrozoobenthos dan air di aliran Sungai Cilaja. Sampel dalam penelitian ini adalah semua makrozoobenthos dan air yang diambil dari 5 lokasi pencuplikan di aliran Sungai Cilaja berdasarkan survei.
C.Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian akan dilakukan di dua tempat, yaitu di lapangan dan di laboratorium. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan di 3 lokasi penelitian di Sungai Cilaja, Ujung Berung, dapat diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Lokasi penelitian sungai Cilaja dan alih fungsi lahan.
No. Lokasi Alamat Administasi /
Nama Desa
Pertanian dan pemukiman Dari pertanian 1 menuju pertanian 2 jarak ± 300 m
Pertanian dan pemukiman Dari pertanian 2 menuju pemukiman jarak ± 2 km
5. DAS Cilaja, area Desa Sindanglaya Kecamatan Cimenyan,
27
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk analisis parameter fisik dan kimia ada yang dilakukan langsung di lapangan dan ada yang diukur di laboratorium Peneliti, Bidang Lingkungan Keairan, Pusat Litbang Sumberdaya Air Bandung. Identifikasi dan pehitungan keanekaragaman makrozoobenthos dilakukan di Laboratorium Lingkungan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA B Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, pada bulan Desember 2014 sampai bulan Mei 2015. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Januari- Juni 2015.
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar diperoleh dari Laboratorium Ekologi FPMIPA Departemen Pendidikan Biologi dan Laboratorium Lingkungan Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA-B Universitas Pendidikan Indonesia. Alat dan bahan yang digunakaan dalam penelitian ini terlampir pada lampiran 1.
E. Langkah penelitian
Langkah penelitian yang dilakukan meliputi (1) Survei penelitian, (2) Pencuplikan sampel terdiri dari lokasi hutan alami serta perkebunan kopi, lokasi persawahan dan lokasi pemukiman, pengukuran parameter fisika dan kimia air, dan sampel makrozobenthos, (3) Analisis data.
1. Survei penelitian
Survei pendahuluan lokasi penelitian dan penentuan lokasi pengambilan sampel. Sampling dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling yaitu, pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada strata, random atau daerah tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu dan tujuan penelitian yang dimaksudkan (Fachrul, 2007). Penentuan lokasi didasarkan pada perbedaan fungsi lahan dan kemudahan dalam mencapai lokasi pencuplikan. Sampling dilakukan dengan tiga kali pengulangan di setiap lokasi pengambilan sampel dan dilakukan secara acak dengan melakukan
28
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Babakan Cimahi wilayah Ujung Berung, Bandung Sumber: Aplikasi Map Info (Surtikanti dan Musafak, 2015). Keterangan :
I : Lokasi kebun kopi dan hutan alami pinus II : Lokasi persawahan
III : Lokasi pemukiman 2. Pencuplikan Sampel
a. Lokasi Hutan Alami Pinus serta Kebun Kopi
Lokasi satu merupakan suatu area yang berada didekat area sebuah kebun kopi. Pada Area ini berada sekitar 8 km dari pemukiman padat penduduk. Area ini memiliki suhu udara berkisar 19-210C. Wilayah sekitar masih terdapat tanaman yang tumbuh selain kebun kopi. Disekitar kebun kopi masih terdapat hutan alami yang didominasi oleh pohon pinus.
(b)
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Peta Lokasi Hutan Alami Pinus Serta Kebun Kopi dan (b) DAS Cilaja bagian hilir
30
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Lokasi Pertanian atau Persawahan
Lokasi dua merupakan suatu area yang berada didekat area sebuah persawahan. Area ini berada sekitar 3 km dari pemukiman padat penduduk. Area ini memiliki suhu udara berkisar 21-220C. Wilayah sekitar 70% dijadikan area persawahan dan 30% dijadikan kebun oleh warga sekitar seperti pohon pisang, pohon durian dan lain-lain.
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Peta Lokasi Persawahan dan (b) DAS Cilaja bagian Tengah Sumber: Google Earth dan Dokumentasi pribadi, 2014
c. Lokasi Pemukiman
31
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pohon dijadikan pekarangan oleh warga sekitar, seperti pohon manga, pohon durian, pohon kelapa dan lain-lain.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Peta Lokasi Pemukiman dan (b) DAS Cilaja bagian hulu Sumber: Google Earth dan Dokumentasi pribadi, 2014
3. Penelitian
32
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Pengukuran Parameter Fisik-Kimiawi Air
Pengukuran paramter fisik dan kimiawi terdiri dari (1) parameter fisik meliputi kecepatan arus, suhu, daya hantar listrik (DHL), kedalaman sungai, dan debit air (2) parameter kimiawi meliputi oksigen terlarut, ph, ammonia total, nitrat, BOD, fosfat orto, boron, kadium, kromium, tembaga, besi, timbal, mangan, seng, sianida, fluorida nitrit, sulfat Detergen, fecal coli dan total coli.
a) Parameter fisik
Parameter fisik yang diamati di lapangan meliputi kecepatan arus, suhu, daya hantar listrik (DHL), temperatur, kedalaman sungai, lebar sungai, dan debit air. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut. a) Kecepatan arus
Kecepatan arus diukur secara manual dengan menghitung jarak tempuh sebuah gabus yang berukuran 5x5 cm yang melintasi air sepanjang 2 m. Waktu tempuh dihitung menggunakan stopwatch. Pengukuran kecepatan arus dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
b) Suhu (Temperatur)
Suhu diukur menggunakan termometer dengan cara mencelupkan termometer pada air sampai batas sensor, sesuai dengan metode APHA 2550-B-2005.
c) Daya hantar listrik (DHL)
Pengukuran DHL dengan menggunakan alat berupa konduktivitimeter model CM-14P TOA Japan yang mengacu pada SNI 06-6989.1-2004 yaitu mengukur daya hantar listrik dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25ºC.
d) Kedalaman sungai
34
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tongkat tersebut mengenai dasar sungai. Lalu ukur panjang tongkat yang terbasahi oleh air. Panjang tersebut merefleksikan kedalaman sungai. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. e) Debit air
Debit air diukur menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
D = debit air (m3/s) A = luas penampang (m2) V = kecepatan arus (m/s)
Luas penampang diukur menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan:
l = lebar basah sungai (m) h = kedalaman sungai (m)
b) Parameter Kimia Air
Pengukuran parameter kimia air yang dilakukan dilapangan meliputi Oksigen terlarut/ Dissolved Oxygen (DO), dan derajat keasaman (pH). Pengukuran kimia air berupa Amonia total, Nitrat, BOD, Fosfat Ortho, Boron, Kadium, Kromium, Tembaga, Besi, Timbal, Mangan, Seng, Sianida, Nitrit, Sulfat, Detergent, Fecal Coli, dan Total Coli dilakukan di Laboratorium Kimia Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum Bandung. Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Oksigen terlarut/ Dissolved Oxygen (DO)
DO atau oksigen terlarut diukur menggunakan metode APHA 4500-OC-2005. DO diukur dengan alat DO meter. Probe pada DO meter dimasukkan kedalam air yang akan dihitung kadar DO nya lalu hasilnya akan muncul pada layar dialat.
b) Derajat kesaman (pH)
Derajat keasaman (pH ) diukur menggunakan alat berupa pH meter. Probe pada pH meter dicelupkan ke dalam sampel airsampai batas
D = A x V
35
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sensor dengan cara digoyangkan. Kemudian amati. pH meter yang digunakan model HM 12P TOA.
c) Amonia total
Amonia total diukur menggunakan metode SNI 06-2480-1991. Pengukuran Amonium dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak 50 mL dan dimasukan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1 mL larutan Nessler, dikocok dan dibiarkan proses reaksi berlangsung selama 10 menit. Larutan yang telah tercampur dimasukan ke dalam kuvet pada alat spekrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya (Balitbang, 2006).
d) Nitrat
Metode pengukuran nitrat yaitu metode SNI 06-2480-1991, pengukuran Nirat dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar Nitrat dalam air secara Brusin dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm (Balitbang, 2010).
e) Biology Oxygen Demand (BOD)
36
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
warna biru menghilang kemudian amati dan catat volume (mL atau tetes) Na2S2O2 yang digunakan. Metode yang digunakan adalah APHA- AWWA-WEF 5210-B- 2005.
f) Fosfat Ortho
Metode yang digunakan untuk mengukur Fosfat Ortho yaitu metode APHA 4500.P.E-2005. Metode ini mengukur Fosfat Ortho dengan menggunakan spekrofotometer UV-VIS (Pusarpedal, 2011).
g) Boron
Metode yang digunakan dalam pengujian kadar Boron dalam suatu perairan adalah APHA-AWWA-WEF5210-B-2005. Air yang mengandung Boron diasamkan dan dipanaskan dengan Kurkumin akan membentuk resosianine yang berawrna merah. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan hasil dari spektrofotometer pada gelombang 540nm.
h) Kadium
Metode pengukuran Kadium yaitu metode APHA-AWWA-WEF 3030-B-2012/3111-B-2012, pengukuran Kadium dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar Kadium dalam air. Air yang akan diuji dikocok sampai homogen kedalam gelas piala, lalu diambil 100 mL. Tambahkan 5 mL Asam Nitrat. Panaskan dipemanas listrik sampai larutan contoh uji labu labu hampir kering, kemudian ditambahkan 50 mL air suling, dicampurkan kedalam labu ukuran 100mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling. Pipet 10 mL larutan induk logam Kadium, Cu 1000mg/L ke dalam labu ukuran 100 mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera. (Pusair, 2015).
i) Kromium
37
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pirolidin Ditiokarbamat (APDK) pada pH 3 sampai pH 9. Fase dari APDK yang ada fase organik, diukur serapanya dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) menggunakan udara Asetilen untuk mengetahui kadar dari Kromiumnya.
j) Tembaga
Metode pengukuran Tembaga yaitu metode APHA- AWWA-WEF 3030-B-2012/3111-B-2012, pengukuran Tembaga dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar Tembaga dalam air. Air yang akan diuji dikocok sampai homogen kedalam gelas piala, lalu diambil 100 mL. Tambahkan 5 mL Asam Nitrat. Panaskan dipemanas listrik sampai larutan contoh uji labu labu hampir kering, kemudian ditambahkan 50 mL air suling, dicampurkan kedalam labu ukuran 100 mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100mL dengan air suling. Pipet 10 mL larutan induk logam tembaga, Cu 1000mg/L ke dalam labu ukuran 100mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera.
k) Besi
Metode pengukuran Besi yaitu metode APHA- AWWA-WEF 3030-B-2012/3111-B-2012, pengukuran Besi dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar Besi dalam air. Air yang akan diuji dikocok sampai homogen kedalam gelas piala, lalu diambil 100mL. Tambahkan 5mL Asam Nitrat. Panaskan dipemanas listrik sampai larutan contoh uji labu labu hampir kering, kemudian ditambahkan 50mL air suling, dicampurkan kedalam labu ukuran 100mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100mL dengan air suling. Pipet 10mL larutan induk logam Besi, Fe 1000mg/L ke dalam labu ukuran 100mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera.
l) Timbal
38
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai homogen kedalam gelas piala, lalu diambil 100mL. Tambahkan 5mL Asam Nitrat. Panaskan dipemanas listrik sampai larutan contoh uji labu labu hampir kering, kemudian ditambahkan 50mL air suling, dicampurkan kedalam labu ukuran 100mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100mL dengan air suling. Pipet 10mL larutan induk logam Timbal, Pb 1000mg/L ke dalam labu ukuran 100mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera.
m) Mangan
Metode pengukuran Mangan yaitu metode APHA- AWWA-WEF 3030-B-2012/3111-B-2012, pengukuran Mangan dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar Mangan dalam air. Air yang akan diuji dikocok sampai homogen kedalam gelas piala lalu diambil 100mL. Tambahkan 5mL Asam Nitrat. Panaskan dipemanas listrik sampai larutan contoh uji labu labu hamper kering, kemudian ditambahkan 50mL air suling, dicampurkan kedalam labu ukuran 100mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100mL dengan air suling. Pipet 10mL larutan induk logam Mangan, Mn 1000mg/L ke dalam labu ukuran 100mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera.
n) Seng
39
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam labu ukuran 100mL, lalu tepatkan di larutan pengencer sampai tanda tertera.
o) Sianida
Sianida bebas diubah menjadi Sianogen Klorida (CNCl) dengan penambahan Kloramin T pada pH kurang dari 8, dan direaksikan dengan pereaksi Asam Barbiturat-Piridin sehingga menghasilkan warna merah kebiru-biruan. Warna tersebut dibaca pada panjang gelombang 570 nm. Metode yang digunakan adalah APHA- AWWA-WEF 4500.CN-F-2005. p) Fluorida
Fluorida diuji menggunakan metode SNI 06-6989.29-2005 Warna yang terbentuk diukur diabsorbansinya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 520- 550nm. Pengukuran Fluorida dilakukan dengan air suling yang bebas nitrit dengan cara ozonosasi terhadap air demineralisasi dimasukan pada glass wool dan pada kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 µm. dicampurkan dengan larutan Sulfanilamide, NED Dihidroklorida, Natrium Oksalat. Ferro Ammonium Sulfat, larutan induk Nitrit dan Kalium Permangat. Pipet 50mL larutan KMnO4 0,05N, dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL. tambahkan H2SO4 pekat.
q) Nitrit
40
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KMnO4 0,05N, dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL. tambahkan H2SO4 pekat
r) Sulfat
Ion sulfat akan diendapkan dalam suasana asam dengan Barium Klorida (BaCl2) membentuk kristal Barium Sulfat (BaSO4). Absorben dari suspensi BaSO4 diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 424nm. Metode yang digunakan adalah APHA-AWWA-WEF 4500.SO4 2-E-2005.
s) Deterjen
Sufaktan Anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar Surfaktan Anionik. Pengujian Surfaktan Anonik yaitu 1000gram LAS aktif atau Natium Lauril Sulfat dengan 100mL air suling dalam labu ukur 1000mL kemudian tambahkan air suling hingga tepat pada tanda tertera dan kemudian homogenkan. Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah APHA-AWWA-WEF-5540-C-2005.
t) Fecal Coli
Metode yang digunakan dalam pengujian APHA-AWWA-WEF 9222-D-2005. Jenis media yang digunakan dalam pemeriksaan bakteri E. Coli tinja yaitu prosedur tabung fermentasi.
u) Total Coli
Metode yang digunakan dalam pengujian APHA-AWWA-WEF 9222-D-2005. Jenis media yang digunakan dalam pemeriksaan bakteri golongan E. coli tinja yaitu prosedur saringan membran.
2. Sampel Makrozobenthos
41
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari setiap lokasinya Pencuplikan sampel benthos mengunakan surber net yang terbuat dari benang nilon dan memiliki ukuran mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, ukuran permukaan depan 30,5 × 30,5 cm dan panjang jala 69 cm.
Gambar 3.5 Alat Surber net
Sumber : www.forestry-suppliers.com, 2015
Metode pencuplikan adalah traveling kick-net (Sudarso, 2007; Bahri 2006). Cara pengambilan sampel dengan metode ini yaitu dengan cara meletakan mulut jala surber melawan arah arus air, kemudian meng-kick sedimen menggunakan kaki agar masuk kedalam jala.
42
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel benthos yang tercuplik dimasukan kedalam botol plastik dan ditambahkan 50 mL larutan Formalin 40% agar tidak rusak. Sampel benthos disortir di Laboratorium Riset Lingkungan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA B UPI, dengan menggunakan saringan berukuran 0,5 mm, benthos yang telah terpisah dari substrat dimasukan kedalam botol vial yang telah diisi Alkohol 70% sebanyak 100 mL agar benthos tidak rusak sebelum diidentifikasi. Benthos diidentifikasi sampai tingkat terendah yang mungkin teramati. Pengidentifikasian benthos menggunakan buku Aquatic Invertebrates (Hugh F. Cliford, 1991). Pengukuran parameter biologi yaitu:
a) Pencuplikan
Pengambilan makrozoobenthos sebagai salah satu parameter biologi. Pengambilan sampel berdasarkan lokasi yang telah ditentukan dengan pengulangan. Dalam pengambilan sampel makrozoobenthos alat yang akan digunakan yaitu Subber-net dalam kuadran dengan ukuran 30.5x30.5 cm. Pengambilan sampel dilakukan pada masing- masing lokasi, setiap lokasi terdapat 3 titik dan setiap titik dilakukan 3 kali pengulangan. Pengulangan dilakukan dengan harapan sampel makrozoobenthos yang didapatkan optimal. Untuk pengambilan sampel yang berada pada substrat batu, akan di pisahkan dan disikat agar makrozoobenthos yang berada pada batu tercuplik.
b) Pengawetan
43
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengawetan dilakukan karena proses identifikasi yang tidak dilakukan dilapangan, proses identifikasi yang cukup lama dan sulit.
c) Sortir
Makrozoobenthos yang telah diawetkan disortir sesuai taksonomi, baik sesuai ordo atau genus. Sortir dilakukan dengan mengeluarkan keseluruhan sampel dari plastik dan diletakan ke wadah. Proses sortir dilakukan untuk setiap titik pada setiap lokasi. Makrozoobenthos yang ada pada wadah diamati dimikroskop satu per satu, kemudian dipisahkan sesuai kesamaan atau ciri masing- masing genus atau ordo kemudian dimasukan kedalam botol vial dengan diberi label dengan nama ilmiah yang sesuai. Untuk makrozooenthos yang memiliki kesamaan dimasukan kedalam botol vial yang sama atau sesuai genus atau ordo. Sortir dilakukan agar proses penghitungan dan identifikasi lebih cepat dan memisahkan masing- masing sampel.
d) Identifikasi
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui genus atau ordo dari makrozoobenthos yang telah didapatkan. Sampel makrozoobenthos akan di Identifikasi sampel dilakukan di lapangan, sedangkan yang belum diketahui akan diawetkan dengan formalin kemudian dilanjutkan idenifikasi di Laboratorium Ekologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-B UPI menggunakan mikroskop binokuler. Sampel yang sudah didapatkan akan diidentifikasi sampai taksononomi tahap Genus. Proses identifikasi dilakukan dengan membuka hasil sortiran pada botol vial dari masing- masing titik dari setiap lokasi.
e) Perhitungan
44
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Analisa Data
Analisis data yang digunakn untuk menghitung keanekaragaman makrozoobenthos adalah indeks Shannon- Wiener. Indeks biotik makrozoobenthos yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Shannon-Wiener (Indeks Diversitas atau Indeks Keanekaragaman). Rumus dari indeks Shannon-Wiener adalah (Odum, 1993):
Keterangan:
H’ = -Pi Ln Pi
H’ = Indeks keanekaragaman
ni = nilai kepentingan untuk tiap spesies N = nilai kepentingan total
Pi = peluang kepentingan untuk tiap spesies = ni/N
Kategori yang dikemukakan oleh Shannon-Wiener (1949) dalam Dahuri (1994), kriteria keanekaragaman terlihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keanekaragaman Indeks Shannon-Wiener
No Indeks
keanekaragaman Tingkat keanekaragaman
1 H’ > 3 Keanekaragaman tinggi
2 1,5 < H’ < 3 Keanekaragaman sedang
3 H’ < 1,5 Keanekaragaman rendah
F. Alur Penelitian
H’ = -Σ (Pi Ln Pi)
Survey
Pengamatan Rona Lingkungan
45
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.7 Bagan alur penelitian
Analisis Data dan pengolahan data
Pengukuran Parameter Fisika Air
Pengukuran Parameter Kimia air
Pengukuran Parameter Biologi
Sampling
Makrozoobenthos
Kecepatan Arus, Lebar sungai, Suhu,
dan DHL
Sampling Air
Sampling Makrozoobenthos disampling, dihitung, dan
diidentifikasi. Pengukuran
Alkalinitas, DO, BOD,
MOT dan CO2 bebas.
66
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada DAS Cilaja, bahwa kualitas air berdasarkan standar baku mutu pada DAS hutan alami pinus serta perkebunan kopi dan lokasi persawahan masih dikatakan belum tercemar, sedangkan lokasi DAS pemukiman untuk parameter total coli dan BOD berada diluar standar baku mutu sehingga dikatakan mengalami pencemaran ringan. Komposisi makrozoobenthos pada lokasi DAS hutan alami pinus serta perkebunan kopi ditemukan adanya Syncaris sp. dengan jumlah tertinggi, namun untuk lokasi persawahan dan pemukiman ditemukan Baetis sp. dalam jumlah yang tertinggi. Keanekaragaman makrozoobenthos pada masing- masing lokasi DAS berkisar sedang-rendah yaitu keanekaragaman rendah pada lokasi pemukiman (0.99), untuk lokasi persawahan (1.53) dan lokasi hutan alami pinus serta perkebunan kopi (1.56) yang termasuk kedalam keanekaragaman sedang yang berarti bahwa semakin tinggi keanekaragaman maka semakin baik suatu perairan. Aspek sosial dan budaya pada DAS hutan alami pinus serta perkebunan kopi sangat diperhatikan oleh warga sekitar sehingga kondisi perairan dan lingkungan masih terjaga, pada lokasi DAS persawahan aspek sosial dari pemerintah dan aparat dijunjung tinggi namun budaya dalam membuang sampah kedalam aliran sungai masih ditemukan, berbeda dengan kondisi pada lokasi DAS pemukiman bahwa kondisi perairan yang mulai tercemar terlihat dari aspek sosial dan budaya masyarakat sekitarnya sangat rendah terhadap kepedulian dan menjaga DAS sekitar pemukiman.
B. Saran
66
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA, UJUNG BERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, D. (2012). Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Ilmu Lingkungan. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Aqbari, A. (2014). Keanekaragaman Dan Kelimpahan Makrozoobentos Di Aliran Sungai Cigunung, Situ Gunung, Sukabumi. Bandung: Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bahri, S., Hidayat., dan Priadie, B. (2003). Analisis Kualitas Air Sungai secara
Cepat Menggunakan Makrozoobenthos: Studi Kasus Sungai
Cikapundung. Bandung.
Bahri, S., dan Bambang, P. (2006). Korelasi Tiga Metrik Makroinvertebrata dan Indeks Kimia-Fisika dalam Memprediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai (Studi Kasus Sungai Cikapundung). Jurnal: Sumber Daya Air, 2, (2). Bandung: Pusat Penelitian Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Bahri, S. (2007). Prediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia-Fisika dan Metrik Bentik Makroinvertebrata. Makalah dalam Diskusi Ilmiah Terbatas. Bandung: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat.
Bahri, S. (2007). Dampak Limbah Organik terhadap Kualitas Air di Sungai Citarum Bagian Hulu. Jurnal: Sumber Daya Air, 16, (46). Bandung: Pusat Penelitian Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Barnes, R. S. K., Hughes, R. N. (1982). An Introduction to Marine Ecology. Australia: Whitefriars Press.
Boyd, C. E. (1991). Water Quality Management Pond Fish Culture. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan.
Dahuri. (1994). Analisa Biota Perairan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Darmono, (1995), Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Taksologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press, hlm. 28-33.
Darsono, V. (1992). Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius Press.
71
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gerber. (2002). Taxonomic Key to Benthic Macroinvertebrates. [online]. Diaskes dari www.HoosierRiverwatch.com.
Hartati, S., dan Awwaludin. (2007). Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal: Perikanan Indonesia 13 (2), hlm. 105-124.
Hudya, R. (2014). Kajian Relung Ekologi Benthos Di Sungai Cikapundung Bagian Hulu : Pencemaran Limbah Organik. Bandung: Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Iowater. (2005). Benthic Macroinvertebrates Indexing. [online]. Diaskes dari www.iowater.net/publication/benthicmanual.pdf
Kawuri, L. (2012). Kondisi Perairan Berdasarkan Bioindikator Makrobentos di Sungai Seketak Tembalang Kota Semarang. Jurnal: Manajemen Sumber Daya Air, 1 (1), hlm. 1-7.
Kenish., dan Michael. (1990). Ecology of Estuaries. Biological Aspects. CRC Press: USA.
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup. (2003). Pedoman penetapan Daya tampung Beban Pencemaran Sumber Air, 110. Jakarta.
Koesbiono. (1987). Metode dan Teknik Pengukuran Biologi Perairan. Bogor Manan, S. (1979). Kaidah dan pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran
Sungai. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Jakarta. Jakarta.
McGeoch MA. (1998). The Selection, Testing, and Application of Terrestrial Insect as Bioindicator. Journal: Biology, 73, hlm. 181-201.
Michael, P. (1984). Ecologycal Methods for Field and Laboratory Investigation. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Nontji, A. (1986). Rencana Pengembangan Puslitbang Limnologi. LIPI. Bogor. Notoatmodjo S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Odum, EP. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. 3rd Ed. Gadjah Mada University Press. Odum,EP. (1971). Fundamental of Ecology. Ed ke-3. Philadelphia: W.BSaunders. Peraturan Pemerintah RI. (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
72
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah RI. (2011). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Jakarta.
Priyambada, I., Oktiawan, W., dan Suprapto, R. (2008). Analisa Pengaruh Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan terhadap Beban Cemaran BOD Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah). Jurnal: Presipitasi, 5 (2). Jakarta.
Roback,nS. (1974). Insects (Arthropoda: Insecta) in Pollution Ecology of Freshwater Invertebrates. London : Academic Press, Inc.
Rumahlatu, D. (2011). Konsentrasi Logam Berat Kadium Pada Air, Sedimen, Deadema setosum (Echinodermata, Echinoidea) di Perairan Pulau Ambon. Biologi. Universitas Pattimura. Ambon.
Sandy, I Made. (1992). Daerah Aliran Sungai, Ekosistem dan Penggunaan Tanah. Lokakarya Pengelolaan Terpadu DAS di Indonesia. IPB. Bogor. Saeni, M.S. (1989). Kimia Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, hlm. 21-26.
Sarief, S. (1986). Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Pustaka Buana.
Setiawan, Doni. (2009). Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat. Biologi. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
Sharma, P. D. (1981). Elements of Ecology. India: Rastogi Publications.
Soeryono, R. (1979). Kegiatan dan Masalah Kehutanan dalam DAS.Dalam Proceedings pertemuan diskusi pengelolaan DAS DITSI. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Spellman, F. R., dan Drinan, J. E. (2001). Stream Ecology and Self Purification. Pennsylvania: Technomic Publishing Company, Inc.
Suartini, M., Sudatri, W., Pharmawati, M., dan Dalem, R. A. (2006). Identifikasi Makrozoobenthos di Tukad Bausan, Desa Pererenan, Kabupaten Badung, Bali. Jurnal: Ecotrophic, 5 (1), hlm. 41-44. Biologi FMIPA Universitas Udayana. Bali.
Suriawiria, Unus. (2003). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Penerbit Alumni.
73
Isthmah Waskita Sari,2015
EVALUASI KUALITAS AIR PADA AREA PEMANFAATAN LAHAN YANG BERBEDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILAJA,
UJUNG BERUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suwondo., Febrita, E., Dessy., dan Almunari, M. (1978). Kualitas Biologi Perairan Sungai Sanepalan, sago dan Sail di Kota Pekan Baru berdasarkan Bioindikator Plankton dan Benthos.Jurnal: Biogenesis, 1(1), hlm. 15-20. FKIP Biologi. Universitas Riau.
Tafangenyasha, C., and Dzinomwa, T. (2005). Land-use Impacts on River Water Quality in Lowveld Sand River Systems in South-East Zimbabwe.
Thompson B, Lowe S. (2004). Assessment of MakroBentos Respon to Sediment Contamination in The San Fransisco Estuary. California. Journal: Environ Toxico Chem, 23(9), hlm. 2178-2187.
Ulfah, Y., dan Widianingsih. (2012).Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak. Journal: Of Marine Research, 1(2), Hlm. 188-196.
Wijayanti, H. (2007). Kajian Kualitas Perairan di Pantai Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Magister Manajemen Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro. Semarang.
Wilhm JF. (1975). Biological Indicator of Pollution. Editor Whitton BA. London. Blackwell Scientific Publications. Journal: River Ecology, hlm.370-402. Wiwoho. (2005). Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai