KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG
(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27
Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
oleh Viny Savariny
NIM 1100255
DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27
Bandung)
Oleh
Viny Savariny
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Ilmu Pendidikan
©Viny Savariny 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah...Error! Bookmark not defined.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Persepsi ...Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Persepsi ...Error! Bookmark not defined.
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...Error! Bookmark not defined.
3. Proses Terjadinya Persepsi ...Error! Bookmark not defined.
B. Penilaian ...Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Penilaian...Error! Bookmark not defined.
2. Fungsi dan Tujuan Penilaian ...Error! Bookmark not defined.
3. Jenis-Jenis Penilaian ...Error! Bookmark not defined.
4. Prinsip dan Prosedur Penilaian ...Error! Bookmark not defined.
C. Sikap ...Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Sikap ...Error! Bookmark not defined.
2. Komponen Sikap ...Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Penilaian Kompetensi Sikap ...Error! Bookmark not defined.
2. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Sikap ...Error! Bookmark not defined.
3. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi SikapError! Bookmark not defined.
E. Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
2. Karakteristik Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
3. Struktur Kurikulum ...Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
1. Pendekatan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
2. Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
B. Populasi dan Sampel ...Error! Bookmark not defined.
1. Populasi Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
2. Sampel Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
C. Definisi Operasional ...Error! Bookmark not defined.
1. Persepsi ...Error! Bookmark not defined.
2. Penilaian ...Error! Bookmark not defined.
3. Penilaian Sikap ...Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
1. Tahap Persiapan ...Error! Bookmark not defined.
2. Uji Validitas dan Keterbacaan Instrumen ...Error! Bookmark not defined.
3. Tahap Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.
4. Pengolahan Data ...Error! Bookmark not defined.
5. Tahap Pelaporan ...Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Uji Coba Instrumen ...Error! Bookmark not defined.
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
2. Kegiatan pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 .. Error! Bookmark not defined.
3. Kesulitan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013Error! Bookmark not defined.
4. Upaya guru untuk mengatasi kesulitan pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...Error! Bookmark not defined.
1. Persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
2. Persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
3. Kesulitan guru dalam penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ... Error! Bookmark not defined.
4. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ...Error! Bookmark not defined.
1. Simpulan Umum ...Error! Bookmark not defined.
2. Simpulan Khusus ...Error! Bookmark not defined.
B. Rekomendasi ...Error! Bookmark not defined.
1. Bagi guru di SMA N Kota Bandung ...Error! Bookmark not defined.
2. Bagi pihak sekolah SMA N Kota Bandung ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan
merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur
dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan harus mampu mempersiapkan
warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan,
cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi,
demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan
bangsa.Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan
merupakan aktivitas sadar yang dilakukan oleh manusia guna membangun
pribadi individu, masyarakat, bangsa dan negaranya menjadi lebih baik. Salah
satu pendukung yang melatar belakangi baik buruknya sebuah pendidikan
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Perubahan
kurikulum dari masa ke masa baik di Indonesia maupun di negara lain,
disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu
berkembang dan tuntutan zaman yang cenderung berubah. Perubahan
kurikulum dianggap sebagai penentu masa depan anak bangsa. Oleh karena
itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di
Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah
yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Pada setiap kurikulum, penilaian (assessment) menjadi hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, mengingat evaluasi sebagai salah satu alat untuk
menilai dan mengukur tingkat kemampuan peserta didik di samping
memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada keseharian siswa.
Kurikulum 2013 mengisyaratkan pentingnya sistem penilaian diri, dimana
peserta didik dapat menilai kemampuannya sendiri. Sistem penilaian
mengacu pada 3 (tiga) aspek penting, yakni: knowledge, skill, dan attitude.
Adapun model penilain yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah authentic
assessment. Menurut Kunandar (2013, hlm. 37) “dalam penilaian otentik
memerhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik
peserta didik sesuai dengan jenjangnya”. Penilaian otentik ini dilakukan
secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output), yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian
Pendidikan bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta
didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional,
terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya,
dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan istrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.
Dalam kurikulum 2013 ada pergeseran paradigma dalam melakukan
penilaian, yakni dari penilaian konvensional (melalui tes) yang mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menjadi penilaian otentik
yang mengukur kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
berdasarkan proses dan hasil. Dalam kurikulum 2013, sikap dibagi menjadi
dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap masuk menjadi kompetensi
inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2
(KI 2) untuk sikap sosial.
Menurut Kunandar (2013, hlm. 100) “dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2) tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar (PBM)”. Artinya, kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetensi Dasar (KD), tetapi tidak dijabarkan
dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada
peserta didik melalui PBM, namun sikap spiritual dan sikap sosial tersebut
harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan
yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan
belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran
diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu,
semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik
untuk mencapai komptensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional
sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat
persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu,
semua dalam merancang program pembelajaran satuan pendidikan harus
memerhatikan ranah afektif.
Pada kenyataannya masih banyak permasalahan sikap yang sering ditemui
dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut
diberikan, menyalin tugas dari pekerjaan temannya, bolos tanpa alasan yang
jelas dan dapat diterima, terlibat tawuran, terlibat narkoba, sering telat masuk
sekolah, dan tidak menghormati guru dan orang lain.
Dalam kurikulum 2013 menetapkan sikap sebagai aspek yang sangat
penting untuk dinilai dalam pembelajaran. Secara otentik, urutan penilaian
dimulai dari penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan yang terakhir
penilaian keterampilan. Secara logis kita tidak akan bisa mengukur perubahan
sikap peserta didik dengan memberi soal-soal sebagaimana kita mengukur
pengetahuan.
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan, yaitu
peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampuan afektif, dan
peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang
ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang
sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan
penilaiannya adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor
agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan
masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan
lulusan yang kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam
masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki.
Domain kognitif, afektif dan psikomotor perlu mendapat penekanan yang
seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian,
penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil
penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
Pengutamaan penilaian sikap harus dibangun sejak awal agar nantinya
peserta didik mampu menjadi penerus bangsa yang berbudi luhur. Penilaian
sikap pada Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial. Sikap spiritual adalah sikap kepada Tuhan, yang tentu saja berisikan
penilaian dalam hal ibadah. Sikap sosial adalah sikap kepada sesamanya,
yang tentu saja berisikan sikap dalam berinteraksi sosial.
Karakteristik nilai spiritual yang general menyebabkan sulitnya
bersifat umum tersebut ketika dihadapkan pada pola kehidupan religi bangsa
kita yang bermacam-macam. Nilai umum spiritual tersebut muaranya adalah
manusia yang ber-imtaq (Iman dan Taqwa). Disamping itu, ada nilai sosial
yang sifatnya general-relatif. Bersifat umum namun terkait pada tema/topik
tertentu. Hal ini juga membawa kesulitan tersendiri, karena guru dituntut
memilih beberapa kompetensi sikap sosial yang cocok dengan tema-tema
tertentu. Nilai sikap sosial tersebut dikembangkan melalui
sekurang-kurangnya tujuh nilai kompetensi sikap sosial, yakni jujur, kerjasama,
toleransi, gotong-royong, peduli, percaya diri dan santun.
Sikap spiritual maupun sosial dari sisi pembelajaran merupakan
pembelajaran tidak langsung. Nilai-nilai tersebut tidak diajarkan secara
langsung seperti pembelajaran pada kompetensi pengetahuan dan
keterampilan. Jika mengajarkan pengetahuan atau keterampilan, maka materi
pembelajarannya jelas, tujuan pembelajaran yang terumus melalui indikator
kompetensi sumbernya juga jelas dan spesifik. Sedangkan pada kompetensi
sikap tidak, materinya bersumber dari nilai-nilai yang sifatnya
general-normatif (norma-norma umum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat).
Penilaian sikap dalam kurikulum 2013 dilakukan melalui beberapa
instrumen tertentu, yakni observasi atau pengamatan perilaku dengan alat
lembar pengamatan, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta
didik, jurnal, dan wawancara dengan alat panduan wawancara
(pertanyaan-pertanyaan langsung). Artinya, guru harus mempersiapkan instrumen
penilaian tersebut mulai dari perencanaan yang berupa penentuan kompetensi
sikap yang akan dinilai hingga merumuskan format instrumen penilaian yang
akan digunakan. Selanjutnya, guru akan melakukan penilaian sikap tersebut
yang nantinya akan ditindak lanjuti dengan mengacu pada hasil penilaian.
Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas
yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti
perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama,
berbeda antara individu satu dengan individu lain. Keadaan tersebut
memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.
Maka jelaslah dengan adanya stimulus yang sama mengenai penilaian
sikap peserta didik dalam kurikulum 2013, tetapi karena pengalamannya tidak
sama, kemampuan berfikir tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi
antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam hal
memberikan persepsi mengenai penilaian sikap dalam kurikulum 2013 yang
cenderung baru.
Berdasarkan kenyataan dan tuntutan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Persepsi Guru tentang Penilaian Sikap Peserta Didik dalam Kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
rumusan masalah umum dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah persepsi
guru tentang penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?”
Rumusan masalah khusus dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap peserta
didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?
2. Bagaimana persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap peserta
didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?
3. Bagaimana persepsi guru terhadap kesulitan perencanaan dan
pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA
Negeri Kota Bandung?
4. Bagaimana upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan
penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran serta
informasi mengenai penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di
Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru tentang perencanaan
penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota
Bandung
2. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru tentang pelaksanaan
penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota
Bandung
3. Mengidentifikasi kesulitan guru dalam pelaksanaan penilaian sikap
peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung
4. Mendeskripsikan upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam untuk
mengatasi kesulitan guru dalam pelaksanaan penilaian sikap peserta didik
dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan
dapat digunakan oleh semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan
atau tertarik dengan dunia pendidikan serta dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan sistem penilaian.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
lanjut mengenai hal yang serupa di kemudian hari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru mengetahui bagaimana
pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013, dan
juga sebagai bahan evaluasi untuk dapat terus mengembangkan potensi
yang dimiliki agar lebih siap lagi dalam melaksanaan penilaian di
kelas.
b. Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengetahui persepsi guru terhadap penilaian sikap
peserta didik dalam kurikulum 2013, yang kemudian dijadikan
pertimbangan untuk melakukan evaluasi terhadap tenaga pendidik baik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
positivistik. Pendekatan positivistik digunakan berdasarkan pertimbangan
bahwa penelitian mengenai persepsi guru tentang penilaian peserta didik
dalam kurikulum 2013 memerlukan data yang akurat berdasarkan bukti-bukti
empirik dan dapat diukur disertai analisis secara statistik. Seperti yang
diungkapkan Arifin (2012, hlm. 15) bahwa “pendekatan positivistik pada
umumnya digunakan dalam penelitian kuantitatif, dimana prosesnya
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan
menjadi bagian yang dapat diukur”. Sejalan dengan Sugiyono (2013, hlm. 14) mengungkapkan bahwa:
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan filsafat positivism (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik….
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan informasi mengenai
persepsi guru terhadap penilaian sikap peserta didik yang akurat dan dapat
diukur dari suatu populasi, dalam hal ini adalah guru-guru di SMA Negeri
Kota Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif jenis survey. Menurut Sukmadinata (2012, hlm. 72) “penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk
mendekripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Sedangkan
mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau
ditentukan”.
Penelitian metode deskriptif jenis survey ini didasari atas maksud dari
penelitian yang akan mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis
tentang persepsi guru terhadap penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum
2013 di SMA Negeri Kota Bandung yang menerapkan kurikulum 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan kumpulan unit atau individu yang
menjadi subjek penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 80) memberikan pengertian
bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sejalan
dengan Arifin (2011, hlm. 215) mengemukakan “populasi atau universe
adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian,
nilai, maupun hal-hal yang terjadi”.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh guru di SMA
Negeri Kota Bandung yang menerapkan kurikulum 2013. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan data dari responden yang dijadikan sampel.
Penelitian terhadap sampel lebih menguntungkan karena bisa menghemat
tenaga, waktu dan juga biaya. Meskipun hanya meneliti sampel, tetapi
kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun
karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi, seperti yang diungkapkan
Arifin (2011, hlm. 215) bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang
akan diteliti atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam
(2010, hlm. 81) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah probability
sampling. Menurut Riduwan (2011, hlm. 57) bahwa “Probability sampling
adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel”. Artinya, setiap anggota
populasi memiliki hak sama untuk dipilih menjadi sampel dalam sebuah
penelitian.
Jenis teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
proportionate stratified random sampling. Sugiyono (2011, hlm. 64) mengemukakan bahwa “teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional”.
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menentukan jumlah
sampel dengan menggunakan proportionate stratified random sampling
adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel stratifikasi dengan mempertimbangkan
proporsi/persentase sampel dari setiap stratum
b. Agar pertimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka
dalam teknik ini dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi
berdasarkan masing-masing strata
c. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik ini, peneliti menetapkan
unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada
karakteristik umum dari anggota populasi yang berbeda-beda
Berdasarkan langkah-langkah di atas, sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 3 Bandung yang mewakili
sekolah strata atas, SMA Negeri 10 Bandung yang mewakili sekolah strata
tengah, dan SMA Negeri 27 Bandung yang mewakili sekolah strata bawah.
Karakteristik-karakteristik pada sekolah tersebut didapat dari hasil studi
pendahuluan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung. Berikut jumlah guru yang
Tabel 3.1
Besarnya sampel yang akan dikehendaki adalah sebanyak 10%. Berikut
jumlah sampel yang akan diteliti di setiap sekolah:
C. Definisi Operasional 1. Persepsi
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998, hlm. 51), persepsi adalah pengalaman
tentang objek, wisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan pesan”. Persepsi merupakan pengalaman
individu tentang peristiwa atau segala sesuatu dalam lingkungannya
berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan pengawasanya yang diperoleh
melalui indera yang dimiliki. Persepsi yang dimaksud pada penelitian ini
adalah pandangan atau pendapat guru mengenai penilaian sikap peserta didik
dengan menggunakan instrumen penilaian dalam kurikulum 2013 di SMA
Negeri Kota Bandung.
2. Penilaian
Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran
perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan
benar.
Penilaian yang dimaksud pada penelitian ini adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari
peserta didik berdasarkan instrumen penilaian yang telah ditetapkan dalam
kurikulum 2013.
3. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan rangkaian kegiatan untuk mengukur dan
menganalisis kompetensi sikap peserta didik. Sikap yang dimaksud pada
penelitian ini adalah sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik sebagaimana
dijelaskan dalam kurikulum 2013 yang diimplementasikan atau diwujudkan
dalam tindakan nyata yang harus dinilai oleh guru secara berkesinambungan
dengan menggunakan instrumen tertentu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu angket dalam
adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan
dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti”.
Jenis angket atau kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket atau kuisioner tertutup dengan skala Likert, dimana dalam kuisioner ini
telah disediakan berbagai alternatif jawaban sehingga memudahkan responden
dalam menjawab pertanyaannya. Sugiyono (2010, hlm. 93) mengemukakan
bahwa “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui persepsi guru terhadap penilaian
sikap peserta didik dalam kurikulum 2013.
E. Teknik Analisis Data
Pengolahan data untuk proses penarikan simpulan perlu dilakukan
mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langsung digarap
dan dianalisis.
Data yang diperoleh dari angket atau kuisioner perlu diolah untuk proses
penarikan simpulan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hitung
statistik deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh
melalui hasil-hasil pengukuran dan tidak menggunakan statistik inferensial
karena tidak ada hipotesis dalam penelitian ini.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Rata-rata hitung tertimbang
(Weighted Mean Score). Furqon (2004, hlm. 45) mengemukakan bahwa
“Weighted Mean Score digunakan karena peneliti dihadapkan kepada suatu
situasi dimana terdapat sejumlah rata-rata sampel yang berbeda dan
memerlukan suatu ukuran rata-rata dari seluruh sampel”. Dalam hal ini,
peneliti ingin mengetahui perbedaan rata-rata sampel di setiap sekolah yang
mewakili stratanya masing-masing. Di dalam Weighted Mean Score (WMS),
tiap data yang dihitung meannya masing-masing diberi bobot yang
berbeda-beda untuk tiap data. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
X
gab= ∑ n
i
X
i
i =1 k
∑ n
i
i =1
(Furqon, 2011, hlm. 46)
Keterangan:
X gab = Rata – rata gabungan (tertimbang) yang dicari
ni = Banyaknya subjek dari masing – masing sampel untuk i =1
sampai dengan k,
Xi = Rata – rata setiap sampel untuk i = 1 sampai dengan k, dan
k = Banyaknya rata-rata sampel yang akan digabungkan
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam mengolah data dengan
Weighted Mean Score adalah sebagai berikut:
1. Menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban
2. Menghitung jumlah responden untuk setiap item dan dikalikan dengan
bobot alternatif jawaban itu sendiri
3. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap
kemungkinan jawaban
4. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom
5. Mencocokkan hasil perhitungan setiap sub. variabel dengan kriteria
masing-masing untuk menentukan kedudukan sub. Variabel
Dalam menganalisa data tersebut, data yang telah didapatkan kemudian di
interpretasikan sesuai dengan kategori interpretasi yang telah ditetapkan.
Adapun cara yang digunakan melalui metode penafsiran data dengan
Tabel 3.3
Kriteria Hasil Perhitungan 4 Kategori
Weighted Mean Score Kategori
3,26 – 4,00 Sangat Baik
2,51 – 3,25 Baik
1,76 – 2,5 Cukup Baik
1,00 – 1,75 Kurang Baik
Tabel 3.4
Kriteria Hasil Perhitungan 5 Kategori
Weighted Mean Score Kategori
4,21 – 5,00 Sangat Baik
3,41 – 4,20 Baik
2,61 – 3,40 Cukup Baik
1,81 – 2,60 Kurang Baik
1,00 – 1,80 Sangat Tidak Baik
(Riduwan, 2012, hlm.194)
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah memilih masalah,
studi pendahuluan, merumuskan masalah, menuyusun serta konsultasi
mengenai rancangan penelitian dengan dosen pembimbing, membuat
instrumen penelitian dan mengurus surat perizinan penelitian.
2. Uji Validitas dan Keterbacaan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Uji validitas berkenaan dengan kesesuaian alat ukur
terhadap konsep yang diukur. Menurut Arikunto (2002, hlm. 144) “validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
Penelitian ini menggunakan instrumen nontes yang bersifat menghimpun
data, maka tidak perlu standarisasi instrumen cukup dengan validitas isi dan
konstruk. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 182) “secara teknis pengujian
validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan
kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen”. Kisi-kisi instrumen
tersebut maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
a. Validitas Isi
Validitas isi menunjukan kemampuan instrumen penelitian dalam
mengungkapkan atau meneliti semua isi yang hendak diukur. Menurut
Sukmadinata (2012, hlm. 229) “validitas isi berkenaan dengan isi dan format
instrumen, apakah instrumen tepat mengukur apa yang hendak diukur dan
apakah butir pertanyaan telah mewakili aspek yang hendak diukur”.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan bantuan pendapat para ahli
(expert judgment). Peneliti meminta pertimbangan (judgement) dari pakar
dengan telaah permasalahan yang akan diteliti termasuk kisi-kisi dan
instrumen dalam penelitian ini, dan dilihat apakah instrumen sudah baik dan
sesuai dengan objek yang akan diteliti.
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkenaan dengan kesanggupan instrumen penelitian
dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang
diukurnya. Validitas konstruk ini hampir sama dengan validitas isi yakni
dengan menggunakan bantuan atau pendapat ahli (expert judgment). Seperti
yang diungkapkan Sugiyono (2013, hlm. 182) “secara teknis pengujian
validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan
kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen”. Dalam memenuhi
validitas konstruk, peneliti meminta bantuan pembimbing skripsi.
c. Uji Keterbacaan Instrumen
Setelah pengujian isi dan konstruksi dari ahli maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Arikunto (2009:178) mengemukakan mengenai tujuan uji
“tujuan uji coba instrumen bukan tes tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumen-instrumen tersebut sudah disusun atas
dasar kisi-kisi dari variabel. Adapun tujuan adalah untuk mengetahui
keterbacaan atau tingkat pemahaman responden terhadap instrumen”.
Uji coba instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
keterbacaan instrumen oleh pengguna serta mengetahui efektivitas atau
kejelasan kalimat yang dipakai dalam setiap item pertanyaan.
3. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mendata jumlah guru SMA Negeri 3
Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27 Bandung yang akan
dijadikan sumber data penelitian, dilanjutkan dengan penyebaran angket ke
sekolah serta mengumpulkan hasil angket, dan wawancara.
4. Pengolahan Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengolahan hasil penyebaran angket.
Hasil pengolahan data penelitian dibuat penafsiran serta kesimpulannya yang
akan menjadi hasil atau kesimpulan penelitian.
5. Tahap Pelaporan
Tahap terakhir yakni menulis laporan, dimana setelah data telah terkumpul
dan telah diolah makan peneliti menulis laporannya sesuai dengan data yang
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah pelaksanaan penelitian dan
pengolahan data hasil penelitian. Pada kesimpulan ini akan dipaparkan
jawaban atas rumusan masalah secara umum dan pertanyaan penelitian secara
khusus.
1. Simpulan Umum
Simpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini, yakni persepsi guru
tentang penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 berada pada
kategori baik. Hal tersebut dilihat dari beberapa indikator yang dinilai, antara
lain indikator perenanaan penilaian sikap, pelaksanaan penilaian sikap,
kesulitan dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian sikap, serta upaya
guru dalam mengatasi kesulitan perencanaan dan pelaksanaan penilaian sikap
dalam kurikulum2013.
2. Simpulan Khusus
a. Persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap dalam kurikulum 2013
di SMA N Kota Bandung berada pada kategori baik.
b. Persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap dalam kurikulum 2013
di SMA N Kota Bandung berada pada kategori baik.
c. Guru-guru di SMA Negeri Kota Bandung mengalami cukup kesulitan
dalam melakukan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013.
d. Upaya guru dalam menghadapi kesulitan dalam penilaian sikap berada
pada kategori baik, guru-guru melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
kesulitan dalam perencanaan maupun pelaksanaan penilaian sikap dalam
B. Rekomendasi
1. Bagi guru di SMA N Kota Bandung
Guru perlu meningkatkan potensi dan motivasi diri untuk terus belajar
mengenai evaluasi pembelajaran yang baik diterapkan pada peserta didik.
Khususnya evaluasi pembelajaran yang sedang diterapkan dalam kurikulum
saat ini, yakni kurikulum 2013. Sehingga, dalam melakukan penilaian lebih
relevan dengan perkembangan zaman.
2. Bagi pihak sekolah SMA N Kota Bandung
Pihak sekolah hendaknya memonitoring apa yang telah dilakukan
guru-guru dalam melakukan penilaian sikap, serta melakukan pembinaan kepada
guru-guru dalam pelaksanaan penilaian sikap agar bisa terlaksana dengan
baik. Selain itu, pihak sekolah memberikan apresiasi kepada guru-guru yang
telah melakukan penilaian sikap, agar guru-guru termotivasi untuk melakukan
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Asdi Mahasatya.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Harahap, Nasrun. (1982). Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: NU Bulan
Bintang.
Ibrahim, dkk. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
John M. Ivancevich, dkk. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Majid, Abdul. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
Muchlas, Makmuri. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmat, Jalaluddin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Sudjana, Nana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Model Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung:
Alphabeta.
Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Syaifuddin, Azwar. 2011. Sikap Manusia.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Yudrik, Jahja. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66 Tahun
2013
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 69 Tahun