• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27

Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

oleh Viny Savariny

NIM 1100255

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27

Bandung)

Oleh

Viny Savariny

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Viny Savariny 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah...Error! Bookmark not defined.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Persepsi ...Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Persepsi ...Error! Bookmark not defined.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...Error! Bookmark not defined.

3. Proses Terjadinya Persepsi ...Error! Bookmark not defined.

B. Penilaian ...Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Penilaian...Error! Bookmark not defined.

2. Fungsi dan Tujuan Penilaian ...Error! Bookmark not defined.

3. Jenis-Jenis Penilaian ...Error! Bookmark not defined.

4. Prinsip dan Prosedur Penilaian ...Error! Bookmark not defined.

C. Sikap ...Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Sikap ...Error! Bookmark not defined.

2. Komponen Sikap ...Error! Bookmark not defined.

(5)

1. Pengertian Penilaian Kompetensi Sikap ...Error! Bookmark not defined.

2. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Sikap ...Error! Bookmark not defined.

3. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi SikapError! Bookmark not defined.

E. Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

2. Karakteristik Kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

3. Struktur Kurikulum ...Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

1. Pendekatan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

2. Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

B. Populasi dan Sampel ...Error! Bookmark not defined.

1. Populasi Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

2. Sampel Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

C. Definisi Operasional ...Error! Bookmark not defined.

1. Persepsi ...Error! Bookmark not defined.

2. Penilaian ...Error! Bookmark not defined.

3. Penilaian Sikap ...Error! Bookmark not defined.

D. Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

1. Tahap Persiapan ...Error! Bookmark not defined.

2. Uji Validitas dan Keterbacaan Instrumen ...Error! Bookmark not defined.

3. Tahap Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined.

4. Pengolahan Data ...Error! Bookmark not defined.

5. Tahap Pelaporan ...Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Uji Coba Instrumen ...Error! Bookmark not defined.

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

(6)

2. Kegiatan pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 .. Error! Bookmark not defined.

3. Kesulitan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013Error! Bookmark not defined.

4. Upaya guru untuk mengatasi kesulitan pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

1. Persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

2. Persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

3. Kesulitan guru dalam penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ... Error! Bookmark not defined.

4. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 ...Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ...Error! Bookmark not defined.

1. Simpulan Umum ...Error! Bookmark not defined.

2. Simpulan Khusus ...Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ...Error! Bookmark not defined.

1. Bagi guru di SMA N Kota Bandung ...Error! Bookmark not defined.

2. Bagi pihak sekolah SMA N Kota Bandung ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan

merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan

pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Dengan demikian

pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur

dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan harus mampu mempersiapkan

warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan,

cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi,

demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan

bangsa.Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah

untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berangkat dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan

merupakan aktivitas sadar yang dilakukan oleh manusia guna membangun

pribadi individu, masyarakat, bangsa dan negaranya menjadi lebih baik. Salah

satu pendukung yang melatar belakangi baik buruknya sebuah pendidikan

(8)

Kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Perubahan

kurikulum dari masa ke masa baik di Indonesia maupun di negara lain,

disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu

berkembang dan tuntutan zaman yang cenderung berubah. Perubahan

kurikulum dianggap sebagai penentu masa depan anak bangsa. Oleh karena

itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di

Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah

yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.

Pada setiap kurikulum, penilaian (assessment) menjadi hal yang sangat

penting untuk diperhatikan, mengingat evaluasi sebagai salah satu alat untuk

menilai dan mengukur tingkat kemampuan peserta didik di samping

memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada keseharian siswa.

Kurikulum 2013 mengisyaratkan pentingnya sistem penilaian diri, dimana

peserta didik dapat menilai kemampuannya sendiri. Sistem penilaian

mengacu pada 3 (tiga) aspek penting, yakni: knowledge, skill, dan attitude.

Adapun model penilain yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah authentic

assessment. Menurut Kunandar (2013, hlm. 37) “dalam penilaian otentik

memerhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik

peserta didik sesuai dengan jenjangnya”. Penilaian otentik ini dilakukan

secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan

keluaran (output), yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66

Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian

Pendidikan bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta

didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan

prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional,

terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya,

dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan

(9)

adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan istrumen penilaian hasil

belajar peserta didik.

Dalam kurikulum 2013 ada pergeseran paradigma dalam melakukan

penilaian, yakni dari penilaian konvensional (melalui tes) yang mengukur

kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menjadi penilaian otentik

yang mengukur kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap

berdasarkan proses dan hasil. Dalam kurikulum 2013, sikap dibagi menjadi

dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap masuk menjadi kompetensi

inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2

(KI 2) untuk sikap sosial.

Menurut Kunandar (2013, hlm. 100) “dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2) tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar (PBM)”. Artinya, kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetensi Dasar (KD), tetapi tidak dijabarkan

dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada

peserta didik melalui PBM, namun sikap spiritual dan sikap sosial tersebut

harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan

yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak

pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak

memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan

belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu,

semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik

untuk mencapai komptensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional

sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat

persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu,

semua dalam merancang program pembelajaran satuan pendidikan harus

memerhatikan ranah afektif.

Pada kenyataannya masih banyak permasalahan sikap yang sering ditemui

dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut

(10)

diberikan, menyalin tugas dari pekerjaan temannya, bolos tanpa alasan yang

jelas dan dapat diterima, terlibat tawuran, terlibat narkoba, sering telat masuk

sekolah, dan tidak menghormati guru dan orang lain.

Dalam kurikulum 2013 menetapkan sikap sebagai aspek yang sangat

penting untuk dinilai dalam pembelajaran. Secara otentik, urutan penilaian

dimulai dari penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan yang terakhir

penilaian keterampilan. Secara logis kita tidak akan bisa mengukur perubahan

sikap peserta didik dengan memberi soal-soal sebagaimana kita mengukur

pengetahuan.

Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan, yaitu

peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampuan afektif, dan

peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang

ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang

sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan

penilaiannya adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor

agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan

masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan

lulusan yang kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai

yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam

masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki.

Domain kognitif, afektif dan psikomotor perlu mendapat penekanan yang

seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian,

penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil

penilaiannya perlu ditindak lanjuti.

Pengutamaan penilaian sikap harus dibangun sejak awal agar nantinya

peserta didik mampu menjadi penerus bangsa yang berbudi luhur. Penilaian

sikap pada Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial. Sikap spiritual adalah sikap kepada Tuhan, yang tentu saja berisikan

penilaian dalam hal ibadah. Sikap sosial adalah sikap kepada sesamanya,

yang tentu saja berisikan sikap dalam berinteraksi sosial.

Karakteristik nilai spiritual yang general menyebabkan sulitnya

(11)

bersifat umum tersebut ketika dihadapkan pada pola kehidupan religi bangsa

kita yang bermacam-macam. Nilai umum spiritual tersebut muaranya adalah

manusia yang ber-imtaq (Iman dan Taqwa). Disamping itu, ada nilai sosial

yang sifatnya general-relatif. Bersifat umum namun terkait pada tema/topik

tertentu. Hal ini juga membawa kesulitan tersendiri, karena guru dituntut

memilih beberapa kompetensi sikap sosial yang cocok dengan tema-tema

tertentu. Nilai sikap sosial tersebut dikembangkan melalui

sekurang-kurangnya tujuh nilai kompetensi sikap sosial, yakni jujur, kerjasama,

toleransi, gotong-royong, peduli, percaya diri dan santun.

Sikap spiritual maupun sosial dari sisi pembelajaran merupakan

pembelajaran tidak langsung. Nilai-nilai tersebut tidak diajarkan secara

langsung seperti pembelajaran pada kompetensi pengetahuan dan

keterampilan. Jika mengajarkan pengetahuan atau keterampilan, maka materi

pembelajarannya jelas, tujuan pembelajaran yang terumus melalui indikator

kompetensi sumbernya juga jelas dan spesifik. Sedangkan pada kompetensi

sikap tidak, materinya bersumber dari nilai-nilai yang sifatnya

general-normatif (norma-norma umum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat).

Penilaian sikap dalam kurikulum 2013 dilakukan melalui beberapa

instrumen tertentu, yakni observasi atau pengamatan perilaku dengan alat

lembar pengamatan, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta

didik, jurnal, dan wawancara dengan alat panduan wawancara

(pertanyaan-pertanyaan langsung). Artinya, guru harus mempersiapkan instrumen

penilaian tersebut mulai dari perencanaan yang berupa penentuan kompetensi

sikap yang akan dinilai hingga merumuskan format instrumen penilaian yang

akan digunakan. Selanjutnya, guru akan melakukan penilaian sikap tersebut

yang nantinya akan ditindak lanjuti dengan mengacu pada hasil penilaian.

Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang

keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri

individu yang bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas

yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti

perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama,

(12)

berbeda antara individu satu dengan individu lain. Keadaan tersebut

memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.

Maka jelaslah dengan adanya stimulus yang sama mengenai penilaian

sikap peserta didik dalam kurikulum 2013, tetapi karena pengalamannya tidak

sama, kemampuan berfikir tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi

antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam hal

memberikan persepsi mengenai penilaian sikap dalam kurikulum 2013 yang

cenderung baru.

Berdasarkan kenyataan dan tuntutan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Persepsi Guru tentang Penilaian Sikap Peserta Didik dalam Kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

rumusan masalah umum dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah persepsi

guru tentang penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?”

Rumusan masalah khusus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap peserta

didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?

2. Bagaimana persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap peserta

didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung?

3. Bagaimana persepsi guru terhadap kesulitan perencanaan dan

pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA

Negeri Kota Bandung?

4. Bagaimana upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan

penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota

Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran serta

informasi mengenai penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di

(13)

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru tentang perencanaan

penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota

Bandung

2. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru tentang pelaksanaan

penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota

Bandung

3. Mengidentifikasi kesulitan guru dalam pelaksanaan penilaian sikap

peserta didik dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung

4. Mendeskripsikan upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam untuk

mengatasi kesulitan guru dalam pelaksanaan penilaian sikap peserta didik

dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Kota Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan

dapat digunakan oleh semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan

atau tertarik dengan dunia pendidikan serta dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pelaksanaan sistem penilaian.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

lanjut mengenai hal yang serupa di kemudian hari.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru mengetahui bagaimana

pelaksanaan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013, dan

juga sebagai bahan evaluasi untuk dapat terus mengembangkan potensi

yang dimiliki agar lebih siap lagi dalam melaksanaan penilaian di

kelas.

b. Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengetahui persepsi guru terhadap penilaian sikap

peserta didik dalam kurikulum 2013, yang kemudian dijadikan

pertimbangan untuk melakukan evaluasi terhadap tenaga pendidik baik

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

positivistik. Pendekatan positivistik digunakan berdasarkan pertimbangan

bahwa penelitian mengenai persepsi guru tentang penilaian peserta didik

dalam kurikulum 2013 memerlukan data yang akurat berdasarkan bukti-bukti

empirik dan dapat diukur disertai analisis secara statistik. Seperti yang

diungkapkan Arifin (2012, hlm. 15) bahwa “pendekatan positivistik pada

umumnya digunakan dalam penelitian kuantitatif, dimana prosesnya

berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan

menjadi bagian yang dapat diukur”. Sejalan dengan Sugiyono (2013, hlm. 14) mengungkapkan bahwa:

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan filsafat positivism (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik….

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan informasi mengenai

persepsi guru terhadap penilaian sikap peserta didik yang akurat dan dapat

diukur dari suatu populasi, dalam hal ini adalah guru-guru di SMA Negeri

Kota Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif jenis survey. Menurut Sukmadinata (2012, hlm. 72) “penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk

mendekripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Sedangkan

(15)

mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau

ditentukan”.

Penelitian metode deskriptif jenis survey ini didasari atas maksud dari

penelitian yang akan mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis

tentang persepsi guru terhadap penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum

2013 di SMA Negeri Kota Bandung yang menerapkan kurikulum 2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan kumpulan unit atau individu yang

menjadi subjek penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 80) memberikan pengertian

bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sejalan

dengan Arifin (2011, hlm. 215) mengemukakan “populasi atau universe

adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian,

nilai, maupun hal-hal yang terjadi”.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh guru di SMA

Negeri Kota Bandung yang menerapkan kurikulum 2013. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan data dari responden yang dijadikan sampel.

Penelitian terhadap sampel lebih menguntungkan karena bisa menghemat

tenaga, waktu dan juga biaya. Meskipun hanya meneliti sampel, tetapi

kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun

karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi, seperti yang diungkapkan

Arifin (2011, hlm. 215) bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang

akan diteliti atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam

(16)

(2010, hlm. 81) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah probability

sampling. Menurut Riduwan (2011, hlm. 57) bahwa “Probability sampling

adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap

anggota populasi untuk menjadi anggota sampel”. Artinya, setiap anggota

populasi memiliki hak sama untuk dipilih menjadi sampel dalam sebuah

penelitian.

Jenis teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

proportionate stratified random sampling. Sugiyono (2011, hlm. 64) mengemukakan bahwa “teknik ini digunakan bila populasi mempunyai

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional”.

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menentukan jumlah

sampel dengan menggunakan proportionate stratified random sampling

adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel stratifikasi dengan mempertimbangkan

proporsi/persentase sampel dari setiap stratum

b. Agar pertimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka

dalam teknik ini dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi

berdasarkan masing-masing strata

c. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik ini, peneliti menetapkan

unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada

karakteristik umum dari anggota populasi yang berbeda-beda

Berdasarkan langkah-langkah di atas, sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 3 Bandung yang mewakili

sekolah strata atas, SMA Negeri 10 Bandung yang mewakili sekolah strata

tengah, dan SMA Negeri 27 Bandung yang mewakili sekolah strata bawah.

Karakteristik-karakteristik pada sekolah tersebut didapat dari hasil studi

pendahuluan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung. Berikut jumlah guru yang

(17)

Tabel 3.1

Besarnya sampel yang akan dikehendaki adalah sebanyak 10%. Berikut

jumlah sampel yang akan diteliti di setiap sekolah:

(18)

C. Definisi Operasional 1. Persepsi

Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998, hlm. 51), persepsi adalah pengalaman

tentang objek, wisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan pesan”. Persepsi merupakan pengalaman

individu tentang peristiwa atau segala sesuatu dalam lingkungannya

berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan pengawasanya yang diperoleh

melalui indera yang dimiliki. Persepsi yang dimaksud pada penelitian ini

adalah pandangan atau pendapat guru mengenai penilaian sikap peserta didik

dengan menggunakan instrumen penilaian dalam kurikulum 2013 di SMA

Negeri Kota Bandung.

2. Penilaian

Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberi gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran

perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan

benar.

Penilaian yang dimaksud pada penelitian ini adalah penilaian yang

dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari

peserta didik berdasarkan instrumen penilaian yang telah ditetapkan dalam

kurikulum 2013.

3. Penilaian Sikap

Penilaian sikap merupakan rangkaian kegiatan untuk mengukur dan

menganalisis kompetensi sikap peserta didik. Sikap yang dimaksud pada

penelitian ini adalah sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik sebagaimana

dijelaskan dalam kurikulum 2013 yang diimplementasikan atau diwujudkan

dalam tindakan nyata yang harus dinilai oleh guru secara berkesinambungan

dengan menggunakan instrumen tertentu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu angket dalam

(19)

adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan

dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti”.

Jenis angket atau kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah

angket atau kuisioner tertutup dengan skala Likert, dimana dalam kuisioner ini

telah disediakan berbagai alternatif jawaban sehingga memudahkan responden

dalam menjawab pertanyaannya. Sugiyono (2010, hlm. 93) mengemukakan

bahwa “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui persepsi guru terhadap penilaian

sikap peserta didik dalam kurikulum 2013.

E. Teknik Analisis Data

Pengolahan data untuk proses penarikan simpulan perlu dilakukan

mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif.

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langsung digarap

dan dianalisis.

Data yang diperoleh dari angket atau kuisioner perlu diolah untuk proses

penarikan simpulan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hitung

statistik deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh

melalui hasil-hasil pengukuran dan tidak menggunakan statistik inferensial

karena tidak ada hipotesis dalam penelitian ini.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Rata-rata hitung tertimbang

(Weighted Mean Score). Furqon (2004, hlm. 45) mengemukakan bahwa

Weighted Mean Score digunakan karena peneliti dihadapkan kepada suatu

situasi dimana terdapat sejumlah rata-rata sampel yang berbeda dan

memerlukan suatu ukuran rata-rata dari seluruh sampel”. Dalam hal ini,

peneliti ingin mengetahui perbedaan rata-rata sampel di setiap sekolah yang

mewakili stratanya masing-masing. Di dalam Weighted Mean Score (WMS),

tiap data yang dihitung meannya masing-masing diberi bobot yang

berbeda-beda untuk tiap data. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(20)

X

gab

= ∑ n

i

X

i

i =1 k

∑ n

i

i =1

(Furqon, 2011, hlm. 46)

Keterangan:

X gab = Rata – rata gabungan (tertimbang) yang dicari

ni = Banyaknya subjek dari masing masing sampel untuk i =1

sampai dengan k,

Xi = Rata – rata setiap sampel untuk i = 1 sampai dengan k, dan

k = Banyaknya rata-rata sampel yang akan digabungkan

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam mengolah data dengan

Weighted Mean Score adalah sebagai berikut:

1. Menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban

2. Menghitung jumlah responden untuk setiap item dan dikalikan dengan

bobot alternatif jawaban itu sendiri

3. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap

kemungkinan jawaban

4. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom

5. Mencocokkan hasil perhitungan setiap sub. variabel dengan kriteria

masing-masing untuk menentukan kedudukan sub. Variabel

Dalam menganalisa data tersebut, data yang telah didapatkan kemudian di

interpretasikan sesuai dengan kategori interpretasi yang telah ditetapkan.

Adapun cara yang digunakan melalui metode penafsiran data dengan

(21)

Tabel 3.3

Kriteria Hasil Perhitungan 4 Kategori

Weighted Mean Score Kategori

3,26 – 4,00 Sangat Baik

2,51 – 3,25 Baik

1,76 – 2,5 Cukup Baik

1,00 – 1,75 Kurang Baik

Tabel 3.4

Kriteria Hasil Perhitungan 5 Kategori

Weighted Mean Score Kategori

4,21 – 5,00 Sangat Baik

3,41 – 4,20 Baik

2,61 – 3,40 Cukup Baik

1,81 – 2,60 Kurang Baik

1,00 – 1,80 Sangat Tidak Baik

(Riduwan, 2012, hlm.194)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah memilih masalah,

studi pendahuluan, merumuskan masalah, menuyusun serta konsultasi

mengenai rancangan penelitian dengan dosen pembimbing, membuat

instrumen penelitian dan mengurus surat perizinan penelitian.

2. Uji Validitas dan Keterbacaan Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Uji validitas berkenaan dengan kesesuaian alat ukur

terhadap konsep yang diukur. Menurut Arikunto (2002, hlm. 144) “validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau

(22)

Penelitian ini menggunakan instrumen nontes yang bersifat menghimpun

data, maka tidak perlu standarisasi instrumen cukup dengan validitas isi dan

konstruk. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 182) “secara teknis pengujian

validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan

kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen”. Kisi-kisi instrumen

tersebut maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan

sistematis.

a. Validitas Isi

Validitas isi menunjukan kemampuan instrumen penelitian dalam

mengungkapkan atau meneliti semua isi yang hendak diukur. Menurut

Sukmadinata (2012, hlm. 229) “validitas isi berkenaan dengan isi dan format

instrumen, apakah instrumen tepat mengukur apa yang hendak diukur dan

apakah butir pertanyaan telah mewakili aspek yang hendak diukur”.

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan bantuan pendapat para ahli

(expert judgment). Peneliti meminta pertimbangan (judgement) dari pakar

dengan telaah permasalahan yang akan diteliti termasuk kisi-kisi dan

instrumen dalam penelitian ini, dan dilihat apakah instrumen sudah baik dan

sesuai dengan objek yang akan diteliti.

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk berkenaan dengan kesanggupan instrumen penelitian

dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang

diukurnya. Validitas konstruk ini hampir sama dengan validitas isi yakni

dengan menggunakan bantuan atau pendapat ahli (expert judgment). Seperti

yang diungkapkan Sugiyono (2013, hlm. 182) “secara teknis pengujian

validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan

kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen”. Dalam memenuhi

validitas konstruk, peneliti meminta bantuan pembimbing skripsi.

c. Uji Keterbacaan Instrumen

Setelah pengujian isi dan konstruksi dari ahli maka diteruskan dengan uji

coba instrumen. Arikunto (2009:178) mengemukakan mengenai tujuan uji

(23)

“tujuan uji coba instrumen bukan tes tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumen-instrumen tersebut sudah disusun atas

dasar kisi-kisi dari variabel. Adapun tujuan adalah untuk mengetahui

keterbacaan atau tingkat pemahaman responden terhadap instrumen”.

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

keterbacaan instrumen oleh pengguna serta mengetahui efektivitas atau

kejelasan kalimat yang dipakai dalam setiap item pertanyaan.

3. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mendata jumlah guru SMA Negeri 3

Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan SMA Negeri 27 Bandung yang akan

dijadikan sumber data penelitian, dilanjutkan dengan penyebaran angket ke

sekolah serta mengumpulkan hasil angket, dan wawancara.

4. Pengolahan Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengolahan hasil penyebaran angket.

Hasil pengolahan data penelitian dibuat penafsiran serta kesimpulannya yang

akan menjadi hasil atau kesimpulan penelitian.

5. Tahap Pelaporan

Tahap terakhir yakni menulis laporan, dimana setelah data telah terkumpul

dan telah diolah makan peneliti menulis laporannya sesuai dengan data yang

(24)
(25)

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah pelaksanaan penelitian dan

pengolahan data hasil penelitian. Pada kesimpulan ini akan dipaparkan

jawaban atas rumusan masalah secara umum dan pertanyaan penelitian secara

khusus.

1. Simpulan Umum

Simpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini, yakni persepsi guru

tentang penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013 berada pada

kategori baik. Hal tersebut dilihat dari beberapa indikator yang dinilai, antara

lain indikator perenanaan penilaian sikap, pelaksanaan penilaian sikap,

kesulitan dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian sikap, serta upaya

guru dalam mengatasi kesulitan perencanaan dan pelaksanaan penilaian sikap

dalam kurikulum2013.

2. Simpulan Khusus

a. Persepsi guru terhadap perencanaan penilaian sikap dalam kurikulum 2013

di SMA N Kota Bandung berada pada kategori baik.

b. Persepsi guru terhadap pelaksanaan penilaian sikap dalam kurikulum 2013

di SMA N Kota Bandung berada pada kategori baik.

c. Guru-guru di SMA Negeri Kota Bandung mengalami cukup kesulitan

dalam melakukan penilaian sikap peserta didik dalam kurikulum 2013.

d. Upaya guru dalam menghadapi kesulitan dalam penilaian sikap berada

pada kategori baik, guru-guru melakukan berbagai upaya untuk mengatasi

kesulitan dalam perencanaan maupun pelaksanaan penilaian sikap dalam

(26)

B. Rekomendasi

1. Bagi guru di SMA N Kota Bandung

Guru perlu meningkatkan potensi dan motivasi diri untuk terus belajar

mengenai evaluasi pembelajaran yang baik diterapkan pada peserta didik.

Khususnya evaluasi pembelajaran yang sedang diterapkan dalam kurikulum

saat ini, yakni kurikulum 2013. Sehingga, dalam melakukan penilaian lebih

relevan dengan perkembangan zaman.

2. Bagi pihak sekolah SMA N Kota Bandung

Pihak sekolah hendaknya memonitoring apa yang telah dilakukan

guru-guru dalam melakukan penilaian sikap, serta melakukan pembinaan kepada

guru-guru dalam pelaksanaan penilaian sikap agar bisa terlaksana dengan

baik. Selain itu, pihak sekolah memberikan apresiasi kepada guru-guru yang

telah melakukan penilaian sikap, agar guru-guru termotivasi untuk melakukan

(27)

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Asdi Mahasatya.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Harahap, Nasrun. (1982). Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: NU Bulan

Bintang.

Ibrahim, dkk. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

John M. Ivancevich, dkk. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:

Erlangga.

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

Muchlas, Makmuri. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahmat, Jalaluddin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

(28)

Sudjana, Nana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Model Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung:

Alphabeta.

Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Syaifuddin, Azwar. 2011. Sikap Manusia.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Yudrik, Jahja. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66 Tahun

2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 69 Tahun

Gambar

Tabel 3.2  Daftar Sampel Penelitian
Tabel 3.3  Kriteria Hasil Perhitungan 4 Kategori

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menggali persepsi guru mengenai jenis-jenis penilaian bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013, maka kelebihan dan kekurangan penilaian pada mata pelajaran

Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Prof. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui bagaimana persepsi

Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh seorang peserta didik (penilai) terhadap peserta didik yang lain terkait dengan sikap/ perilaku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Guru memiliki persepsi yang sangat positif diterapkannya pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran fisika; (2) Peserta

Kesulitan guru dalam memberikan penilaian terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 di SD Negeri 14 Banda Aceh adalah keterbatasan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah peserta didik cenderung rendah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) besarnya sikap

Penelitian yang akan dilakukan ini akan membahas tentang bagaimana persepsi guru terhadap penilaian autentik pada kurikulum 2013 dan untuk mengetahui faktor

Kesimpulan dalam penelitian ini memememiliki tiga aspek; 1) Guru memberikan penilaian terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 di