Khaerunnisa Fitriyani, 2014
No. DAFTAR. FIP: 007/S/PLS/1/2014
PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA
(Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh
Khaerunnisa Fitriyani 0906238
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
Pelatihan Kemandirian Bagi Klien
Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina
Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya
Meningkatkan Motivasi Bekerja
Oleh
Khaerunnisa Fitriyani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Khaerunnisa Fitriyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 LEMBAR PENGESAHAN
KHAERUNNISA FITRIYANI
PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA
(Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003
PEMBIMBING II
Dr. Joni Rahmat Pramudia, M. Si NIP. 19710614 199803 1 002
Mengetahui,
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
v
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja.(Studi Deskriptif
diPantiSosialBinaNetraWyataGuna Bandung)
KhaeunnisaFitriyani Khaerunnisa_91@yahoo.co.id
ABSTRAK.
Penelitianinimengacupadapermasalahanpokok “Bagaimanakahpelatihan kemandirian bagi klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai
Upaya Meningkatkan Motivasi
Bekerja”.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmemperolehgambarantentang: : 1) mengetahuiproses pelatihankemandiriandalammeningkatkanmotivasibekerjaklien tuna
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptifdenganpendekatankualitatif, dengansubyekpenelitiansebanyaktiga orang selakupesertapelatihankemandirian yang telahselesaimengikutipelatihan, kemudianpenelitimengadakantriangulasi data dengandua orang informanyaitunarasumberatau trainer dankasiresosialisasi.Adapunteknikpengumpulan
data yang digunakanadalahobservasi,
wawancaradantriangulasisebagaitelaahuntukmelihatkualifikasikeabsahan data.
Hasilpenelitiandiperoleh data daninformasimengenai1) proses pelatihan yang dilaksanakansudahbaik, pelatihandilaksanakansesuaiperencanaanawal yang disusunolehpelaksanadanterkaitaspekkeseluruhan proses sudahmencapaitujuanpelatihan., 2) hasilpelatihan yang terlihatsangatbaikperubahan yang terlihatsebelumdansesudahmengikutipelatihan.
menggambarkansuatu proses. Rangkaian proses
pelatihankemandirianinimenghasilkansebuahpeningkatanbaikkognitif, afektifmaupunpsikomotorikbagipesertapelatihankemandirian.
v
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
pelatihandisisipkan ice breaking.
Pesertapelatihankemandirianhendaknyamengikutikegiatanpembelajarandengansungguh-sungguhpelaksanaan,
karenapelatihankemandirianinisangatbermanfaatuntukpembekalandimasadepan
Kata Kunci: pelatihan, kemandirian, upaya, motivasibekerja
Independence Training Client PSBN Blind ( Blind Children's Social Development ) as Wyata To Boost Your Work Motivation . ( Descriptive Study in Children's Social
Development WyataNetra To Bandung ) determine the training process of independence in enhancing client motivation to work blind PSBN Wyata order , 2 ) determine the result of self-reliance training to improve work motivation blind clients PSBN WyataGuna , 3 ) determine the impact of training independence in enhancing client motivation Wyata working order .
Theoretical conceptual overview of this research include the concept of motivation to work , training concept , the concept of independence and self-reliance as a form of educational training outside of school .
The method used in this research is descriptive method with qualitative approach , the study subjects as many as three people whose independence trainee has completed the training, then researchers conduct data triangulation with two informants and resource persons or trainers cationresocialization . The data collection techniques used were observation , interviews and triangulation as a study to look at the validity of the qualification data.
Research results obtained data and information regarding 1 ) the training process has been well implemented , the training is conducted in accordance initial plan prepared by the implementing and related aspects of the whole process has reached the goal of training . , 2 ) the results look very good training changes seen before and after training . Trainees are now more extensive knowledge , expertise and skills and have been able to apply , 3 ) the impact of the training that makes the trainees motivated to bekeja , they became more confident in life and to work and work and entrepreneurship .
v
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
sidelines of the training process pasted ice breaking . Independence trainee learning activities should follow the earnest implementation , since independence training is very useful for future debriefing
vi
A.Latar Belakang Pemelitian 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 5
C.Tujuan Penelitian 6
D.Manfaat Penelitian 6
E.Struktur Organisasi 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Konsep Motivasi Kerja 9
1. Pengertian Motivasi Kerja 9
2. Model Pengukuran Motivasi 9
C.Konsep Kemandirian 22
1. Pengertian Kemandirian 22
2. Karakter dan Ciri-ciri Kemandirian 23
3. Kemandirian Pada Konsep Pendidikan Luar Sekolah 25
4. Tingkat Atau Tahap Kemandirian 26
5. Kemandirian Untuk Meningkatkan Kesejahteraan 27
D.Pelatihan Kemandirian Sebagai Bentuk Pendidikan Luar Sekolah 28
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 28
2. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 29
3. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 30
4. Cakupan Pendidikan Nonformal 31
5. Komponen Pendidikan Luar sekolah 33
6. Keterkaitan Pelatihan Dengan Pendidikan Luar Sekolah 36
BAB III METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian 38
B.Desain Penelitian 40
C.Metode Penelitian 41
D.Definisi Operasional 43
E.Instrumen Penelitian 44
F. Teknik Pengumpulan Data 46
G.Triangulasi Data 48
H.Analisis Data 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51
1. Sejarah Umum PSBN Wyata Guna 51
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 51
B.Gambaran Umum Pelatihan kemandirian 55
C.Identitas Informan 58
D.Deskripsi Hasil 61
1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan
Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 62
viii
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Motivasi Bekerja KlienPSBN Wyata Guna 73
3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan
Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 91
E.Pembahasan Hasil Penelitian 99
1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan
Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 100
2. Hasil Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan
Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 104
3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan
Motivasi BekerjA Klien PSBN Wyata Guna 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan 109
B.Saran Penelitian 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Elemen Kemandirian 26
Table 4.1 Daftar Tabel Materi Pelatihan Kemandirian 57
Table 4.2 Identitas Subjek Penelitian 59
Table 4.3 Identitas Informan Penelitian 59
Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara (P1) Akbar Muslim 62
Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara (P2) Kahfi Ali Akbar 64
Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara (P3) Yusuf Kalla 66
Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara (NR) Chaerul Kismono 69
Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara (KR) Erna Lesmana 71
Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Kognitif 73
Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Afektif 75
Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Psikomotorik 76
Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Kognitif 77
Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Afektif 78
Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Psikomotorik 79
Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Kognitif 80
Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Afektif 81
Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Psikomotorik 82
Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Kognitif 83
Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Afektif 84
Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Psikomotorik 86
Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Kognitif 87
Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Afektif 88
Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Psikomotorik 89
Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara P1 Dampak Pelatihan 91
Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Dampak Pelatihan 92
Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Dampak Pelatihan 94
Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Dampak Pelatihan 96
x
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 DAFTAR GAMBAR
2.1 Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow 10
2.2 Hubungan Fungsional Antara Komponen, Proses dan Tujuan
Pendidikan Nonformal 34
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Penelitian
2. Instrumen Penelitian
3. Pedoman observasi
4. SK Dosen Pembimbing
5. Surat Tanda Selesai Penelitian
6. Lembar Bimbingan Skripsi
7. Laporan Pelatihan Kemandirian
8. Foto-foto
1
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, dan
banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya
motivasi kerja setiap individu.Sejak terjadinya krisis global pada tahun 1997
membawa Indonesia mendapat tekanan ekonomi yang cukup berat.Krisis ekonomi
yang berkepanjangan telah membawa permasalahan besar bagi kehidupan bangsa
Indonesia dengan berbagai dampak negatifnya.Dampak negatif dari krisis
ekonomi ini yaitu menyebabkan tingginya angka pengangguran dikarenakan
semakin sempitnya lapakan pekerjaan.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai
114,0 juta orang, bertambah sebanyak 3,2 juta orang dibanding keadaan pada
Agustus 2012 sebanyak 110,8 juta orang atau bertambah 1,2 juta orang dibanding
keadaan Februari 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada
Februari 2013 mencapai 5,92 persen, mengalami penurunan dibanding TPT
Agustus 2012 sebesar 6,14 persen dan TPT Februari 2012 sebesar 6,32
persen(Diakses tanggal 06/02/2014). [online].
Adapun penyebab banyaknya pengangguran yaitu, jumlah lapangan kerja
yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak
sesuai dengan pasar kerja, kurangnya motivasi kerja dikalangan masyarakat,
karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau
dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari
motivasi.Kemudian kurangnya ketermpilan masyarakat untuk dapat membuka
peluang usaha.
Alma (2009: 88-89) mengemukakan bahwa : “Pada umumnya tingkah laku
manusia dilakukan secara sadar, artinya selalu di dorong oleh keinginan untuk
2
motivasi”.Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif
adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau implus.Motivasi seseorang
tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat
besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang
Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi kerja sebagai “proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja
agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan
yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Salah satu lembaga yang memberikan pengetahuan yang merangsang para
peserta pelatihannya agar memiliki motivasi kerja yaitu Panti Sosial Bina Netra
(PSBN) Wyata Guna Bandung.Panti Sosial ini memberikan pelayanan
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan,
pelatihan keterampilan dan pelatihan kemandirian. Dimana pelatihan kemandirian
ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang managemen pemasaran
hasil keterampilan pijat, untuk meningkatkan pengetahuan dalam kegiatan usaha
bagi klien tuna netra agar meningkatkan motivasi kerja, supaya setelah lulus dari
pelatihan kemandirian mereka mampu untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik itu bekerja di panti pijat milik orang lain maupun membuka panti
pijat sendiri.
Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara
Indonesia lainnya yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang
sama dengan masyarakat lainnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Seperti individu lainnya.Penyandang cacat netra sebagai individu pada hakekatnya
mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, oleh karena itu perlu adanya
program khusus yaitu program usaha kesejahteraan sosial.
Kelainan pengelihatan pada seseorang secara praktis mengakibatkan
hambatan terhadap kemampuan fisiknya untuk bergerak. Sebagaimana kita
ketahui bahwa penderita kecacatan netra memiliki permasalahan yang seperti
3
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (bergaul), tidak memiliki kecakapan
hidup maupun keterampilan bukan hanya dirasakan juga oleh keluarga dan
lingkungannya.
Apabila permasalahan berkenaan dengan kecacatan netra dibiarkan maka
semakin banyaknya penyandang kecacatan netra yang tidak bisa hidup mandiri
selalu ketergantungan kepada orang awas atau normal, semakin banyak
penyandang kecacatan netra yang tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya dan
memilih untuk menutup diri.
Daya saing sumber daya manusia yang tidak bisa dipisahkan dari mutu dan
kualitas SDM.Kualitas SDM yang diinginkan dan dibutuhkan saat ini yaitu SDM
yang mampu melaksanakan pembangunan nasional secara inovatif, kreatif dan
produktif.Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan pemberian pelatihan dan
keterampilan pada penyandang cacat netra, sesuai minat, bakat dan
kemampuannya.Pendidikan dan pelatihan keterampilan termasuk dalam garapan
pendidikan non formal. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 26 menyebutkan bahwa “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan, pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional”
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia
seutuhnya, melalui pendidikan hal tersebut dapat terarah dengan baik seperti yang
tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional secara umum dikutip dari (UU Sisdiknas,
2003: 5) sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan tersebut diberikan melalui Pendidkan Luar Sekolah.Dalam
4
potensi manusia dewasa untuk meningkatkan kualitas diri dan taraf kehidupannya.
Coombs dan Ahmed (Sudjana, 2004: 17), mengelompokan program-program
pendidikan luar sekolah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan menjadi empat
kategori, yaitu (1) pendekatan pendidikan perluasan, (2) pendekatan pelatihan, (3)
pendekatan pengembangan swadaya masyarakat, (4) pendekatan pembangunan
terpadu
Peran penting pendidikan luar sekolah terhadap pengembangan
pemberdayaan penyandang cacat dewasa sangat dibutuhkan dan motivasi
tersendiri sebagai penggerak dan sesungguhnya banyak keuntungan yang
diperoleh diantaranya mengurangi jumlah pengangguran menciptakan peluang
kerja, menghindari diskriminasi, memperkokoh berbangsa dan bernegara.Upaya
mengatasi serta meminimalisir hal tersebut perlu adanya suatu pelatihan yang
merupakan salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah agar penyandang cacat
netra dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya. Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun
1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi pelatihan yaitu, “Rehabilitasi pelatihan adalah kegiatan pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu agar penyandang cacat dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”.
Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna (PSBN) Bandung sebagai Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Sosial RI di bawah Direktorat Jenderal
Rehabiliatsi Sosial yang mempersiapkan para klien netra agar dapat berfungsi
secara optimal di masyarakat. Selain menyediakan fasilitas yang memadai juga
melaksanakan program kegiatan resosialisai yang merupakan suatu proses dari
suatu sistem yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dari tahap awal sampai
dengan Bimbingan Lanjutan.
Sesuai dengan fungsinya, PSBN memberikan layanan rehabilitasi pada
tunanetra dewasa yang berusia antara 15-35 tahun. Selain diberikan keterampilan
baca tulis dan persamaan SD (Paket A), klien Wyata Guna diberikan pelatihan
5
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk mencapai kemandirian
berwirausaha serta diharapkan klien akan dapat mengamalkan ilmunya dan
memperoleh penghasilan setelah mengikuti program pelatihan kemandirian di
PSBN Wyata Guna.
Untuk mendorong semangat mereka dalam mengamalkan hasil pelatihan
di masyarakat secara produktif, pada akhir tahun ajaran diadakan program
pelatihan kemandirian. Melalui program ini, klien dilatih bersosialisasi dengan
masyarakat, teknik berkomunikasi ,diberikan dasar-dasar kewirausahaan melalui
bimbingan management usaha dan kewirausahaan sehingga mampu berwirausaha
secara mandiri di masyarakat. Dengan demikian, klien diarahkan untuk memiliki
motivasi kerjaberbekal keterampilan dan pengetahuan yang telah didapatkan
selama mengikuti pelatihan kemandirian.
Sebagai salah satu program yang wajib diikuti para klien sebelum
berakhirnya masa rehabilitasi di PSBN, program kemandirian merupakan aspek
penting yang memungkinkan klien tunanetra mengamalkan ilmunya secara
produktif dan mandiri dengan penuh motivasi untuk meningkatkan kualitas diri
dan kehidupannya serta berkiprah di tengah-tengah masyarakat.
Untuk mengetahui aspek-aspek dalam program kemandirian tersebut,
penelitian ini mengambil judul: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra
PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Kerja”.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa untuk mendorong
semangat peserta pelatihan dalam mengamalkan hasil pelatihan di masyarakat
secara produktif yaitu dengan mengikuti dengan sungguh-sungguh pelatihan
kemandirian yang diselenggarakan PSBN Wyata Guna Bandung. Adapun hasil
6
a. Pelatihan kemandirian selalu diadakan setiap tahun bagi klien PSBN Wyata
Guna peserta yang sudah lulus sudah mampu bekerja di panti pijat da nada
juga yang sudah memiliki panti pijat sendiri.
b. Masih ada klien PSBN Wyata Guna yang masih ketergantungan dalam
bekerja terhadap lembaga meskipun sudah diajarkan hidup mandiri.
c. Para penyandang cacat kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya
dimasyarakat.
d. Persaingan kerja yang kompetitif di masyarakat semakin mengharuskan para
penyandang cacat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan
pelatihan kemandirian agar menjadi pribadi yang inovatif, kreatif dan
produktif.
2. Rumusan masalah
Dari identifikasi masalah tersebut maka peneliti tertarik merumuskan
masalah penelitian tersebut ke dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu sebagai
berikut:
a. Bagaimana proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja
klien tuna netra PSBN Wyata Guna?
b. Bagaimana hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi
kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna?
c. Bagaimana dampak pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja
klien Wyata Guna?
C.Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah diatas,
maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan
motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna.
2. Mendeskripsikan hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan
motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna .
3. Mendeskripsikan dampak pelatihan kemandiriaan dalam meningkatkan
7
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
D.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan
dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, instansi terkait, maupun masyarakat luas.
Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan
luar sekolah.
1. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya konsep, teori dan wawasan
peneliti dan akademik bidang Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh
peneliti di bangku perkuliahan dan bisa di aplikasikan di lapangan sehingga
dapat dijadikan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.
3. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, manfaat penelitian ini adalah untuk
mengamalkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan terkait proposal skripsi berjudul “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha”. Serta membawa perguruan tinggi pada waktu terjun ke lapangan untuk melaksanakan
penelitian.
4. Bagi PSBN Wyataguna, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran dan masukan bagi instansi terkait dalam meningkatkan
pengembangan SDM melalui penelitian.
E.Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya maka
penulis memerikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas,
yaitu sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan
8
Bab II, Kajian Teoritis, bab ini berisikan konsep-konsep mengenai pendidikan
luar sekolah, pelatihan, kemandirian, dan motivasi kerja untuk memudahkan
pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan.
Bab III, Metode Penelitian, bab ini berisikan lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV, Hasil Penelitian Dan Pembahasan, bab ini memeparkan pengolahan data
untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian dan tujuan
penelitian.
Bab V, Kesimpulan Dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari
38
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek penelitian,
metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan
analisis data
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna
Bandung yang berberlokasi di jalan Padjajaran No. 52 Bandung. Lokasi ini
dipilih karena Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna merupakan unit
pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial dilingkungan
kementrian sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada dirjen
rahabilitasi sosial kementrian sosial. Peneliti tertarik melakukan penelitian di
PSBN Wyata Guna karena dalam resosialisasi ada program pelatihan kemandirian
dimana pelatihan merupakan salah satu satuan dari Pendidikan Luar Sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber informasi dari mana data dapat didapat
(Arikunto, 2006: 129). Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian
disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang
diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.
atau dapat pula disebut sebagai subjek penelitian atau responden (kuantitatif).
Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam pelatihan kemandirian bagi
klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai upaya
meningkatkan motivasi berwirausaha yaitu peserta pelatihan kemandirian yang
39
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
data adalah sebanyak tiga orang selaku peserta pelatihan kemandirian yang telah
selesai mengikuti pelatihan diambil 3 peserta yang masuk peringkat 1-10 dalam
pelatihan, kemudian peneliti mengadakan triangulasi data dengan satu orang
narasumber atau trainer dan kasi resosialisasi.
Alasan peneliti memilih tiga orang subjek penelitian didasarkan pada apa
yang dikemukakan oleh nasution (1988) dalam Irfan (2012: 47), bahwa metode
kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sample banyak. Populasi tergantung
pada konsep yang dipakai dan terbatas pada unit penelitiannya. Jumlah subjek
penelitian tidak ditentukan secara ketat, tetapi tergantung pada tercapainya
“redudancy”, yaitu ketuntasan atau kejenuhan data, artinya bahwa dengan
menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 2003 :33).
Penentuan subjek pada penelitian ini berdasarkan pernyataan Sugiyono
(2012: 218-219) bahwa: “penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun observasi dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.
Spadly dalam (Sugiyono, 2012: 221), sampel sebagai sumber data atau
sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu:
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan
yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
Dari para peserta pelatihan kemandirian, peneliti akan menggali data dan
informasi mengenai hasil dari pelatihan setelah dan sebelum mengikuti pelatihan,
pemahaman dan pengetahuan serta menggali informasi terkait dampak setelah
mengikuti pelatihan kemandirian terhadap motivasi berwirausaha. Dari Kasi
Resosialisasi data yang digali yaitu terkait proses dari pelatihan, hasil dan dampak
pelatihan sedangkan dari narasumber informasi yang akan digali yaitu materi,
40
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
B.Desain Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh
peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:
1. Tahap Pra-Lapangan
Aktivitas pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun rancangan
penelitian atau proposal penelitian yang diajukan dewan skripsi. Setelah disetujui
kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing, kemudian selanjutnya peneliti
mengurus surat perizinan setelah mengajukan surat perizinan ke lembaga terkait
kemudian peneliti observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jalan
Padjajaran No.52. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar memperoleh
gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada di lokasi, yang akan dijadikan
lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukannya penelitian di Panti Sosial Bina Netra.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan penyelenggara program
pelatihan kemandirian untuk mencari apakah fokus masalah yang akan dikaji ada
atau tidak. Sebelum menginjak tahap penelitian secara mendalam peneliti memilih
informan bernama Ibu Erna lesmana selaku Kasi Resosialisasi di PSBN Wyata
Guna yang menjadi pengelola dalam program pelatihan kemandirian untuk sedikit
menggali kondisi serta situasi program yang akan diteliti.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada aktivitas ini, peneliti menggali informasi data secara keseluruhan dan
mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian, melakukan
pendekatan permulaan terhadap lingkungan kegiatan, kegiatan pembelajaran
pelatihan, menentukan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan
metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang
akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber.
Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan
41
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari
lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang
ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik
analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam
dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta
menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan
teliti terhadap suatu objek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan
mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, obsevasi,
pengamatan dan dokumen resmi yang diberikan oleh pihak Wyata Guna.
Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan
data dalam penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan
data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai
data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah
membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai
laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul.
Tahapan ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah
berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun
dibuat sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku di
Universitas.
C.Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
42
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris dan sistematis.
Metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta
baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia yang dilakukan secara
empirik, rasional dan terstruktur. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Penelitian merupakan kegiatan mengkaji secara teliti dan literatur dalam
suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Meneliti dilakukan untuk memperkaya
dan meningkatkan pemahaman seseorang akan sesuatu. Dilakukannya penelitian
karena adanya persoalan. Persoalan ini merupakan segala sesuatu yang dihadapi
dan dirasakan seseorang menimbulkan keingintahuan untuk membahas, mencari
jawaban dan menemukan cara penyelesaiannya.
Penelitian ini bermaksud untuk menperoleh gambaran secara mendalam
tentang, proses, hasil dan dampak dari pelatihan kemandirian bagi klien PSBN
Wyata Guna sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha, maka pada
penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif, Menurut Whintney
(1960) dalam Nazir (2009: 54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam
masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana diungkapkan oleh
moleong (2009: 6) bahwa :
43
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Alasan peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti
ingin mengetahui seperti apa dampak dari pelatihan kemandirian dalam
meningkatkan motivasi berwirausaha klien PSBN Wyata Guna. Masalah yang
akan dikemukakan dalam penelitian ini yang pertama adalah proses pelatihan
kemandirian. Kedua, hasil dari pelatihan kemandirian. Ketiga, dampak dari
pelatihan kemandirian sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha.
D.Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah
yang terdapat dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum
maupun operasional, yaitu sebagai berikut
1. Pelatihan Kemandirian
Pelatihan atau training diartikan sebagai suatu pengajaran tertentu yang
tujuannya telah ditentukan secara jelas, biasanya dapat diragakan, yang
menghendaki peserta dan penilaian terhadap perbaikan unjuk kerja peserta didik.
(Good dalam Marzuki, 2012: 175).
Kemandirian merupakan kepribadian atau sikap mental yang harus dimiliki
oleh setiap orang yang di dalamnya terkandung unsur-unsur dengan watak-watak
yang ada di dalamnya perlu dikembangkan agar tumbuh menyatu dalam setiap
gerak kehidupan manusia (Kamil, 2012: 136).
Pelatihan Kemandirian yang dimaksud yaitu pelatihan yang di peruntukan
bagi klien tuna netra PSBN Wyata Guna yang hendak terjun di dunia kerja dan
masyarakat sehingga peserta pelatihan mampu mengamalkan ilmu yang
didapatkan dan mampu menjadi orang yang produktif di masyarakat
2. Klien Tunanetra
Klien menurut Departemen Sosial RI adalah Orang baik secara individu
maupun kelompok yang mengalami masalah dan menerima pelayanan sosial.
Tunanetra adalah anak yang tidak dapat melihat atau mungkin masih punya
44
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
mengikuti pendidikan. Netra berarti pengelihatan yang kurang lihat atau kurang
awas, tuna adalah rusak atau kurang pengelihatan (Suryanah, 1996: 215).
Klien Tunanetra yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu para difabel netra
yang mengikuti berbagai aktifitas termasuk pelatihan kemandirian di Panti Sosial
bina netra Wyata Guna. yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik
tuna netra yang mengikuti pelatihan kemandirian di PSBN Wyata Guna.
3. Motivasi Bekerja
Motivasi Bekerja adalahSamsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai “proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau
kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”.
Adapun yang dimaksud motivasi bekerja dalam penelitian ini adalah dorongan
yang timbul pada diri peserta pelatihan kemandirian untuk melakukan kegiatan
bekerja dibidang pijat shiatsu maupun massage guna memenuhi kebutuhannya
tanpa tergantung pada orang lain.
E.Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek peneliti
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber data, hasil yang diharapkan semuanya
belum jelas.Oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2012: 223)
menyatakan “the researcher is the key instrument”. Peneliti adalah merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Dalam hal instrument penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono
(2012:223) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
45
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Maksud pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi instrumen utama
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah
fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Nasution
(1988) dalam Sugiyono (2009: 223) mengungkapkan bahwa peneliti berperan
sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk menset hipotesis yang timbul seketika.
Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti berupaya
menyelami dunia penelitian yang sedang diteliti. Dengan demikian data yang
dihasilkan dapat memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan bagi peneliti,
sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat memenuhi syarat-syarat penelitian
kualitatif. Instrumen penelitian kualitatif disusun dalam tiga macam, yaitu
pedoman wawancara untuk alumni atau lulusan peserta pelatihan kemandirian,
narasumber, dan penyelenggara pelatihan kemandirian.
Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Dengan
melakukan wawancara peneliti akan lebih mendalam mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam.
Susan Stainback (Sugiono, 2012:232), mengemukakan bahwa:
46
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
Wawancara tersebut digunakan dalam mengungkapkan proses pelatihan,
hasil yang telah dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan kemandirian serta
dampak yang terjadi setelah peserta mengikuti pelatihan kemandirian. pada
penelitian ini, peneliti menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan
kepada peserta pelatihan, pelatih atau narasumber, serta penyelenggara.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti
sedang melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal hingga akhir tentang aktivitas kita.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
Adapun teknik mengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah melihat, mengkaji dan
menganalisis suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dan menemukan makna
yang ada di dalamnya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam pengumpulan data, ataupun
teknik tersebut adalah observasi (pengamatan), wawancara, studi dokumentasi.
1. Observasi
Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono (2012: 226)
menyatakam bahwa “though observation, the research learn about behavior and
47
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Observasi yang dilakukan merupakan observasi pasif yang artinya peneliti
dalam observasi tidak melebur dalam proses penyelenggaraan kegiatan dan
praktek di lapangan, namun tetap melakukan fungsi pengamatan. Alat yang
digunakan selain diri sendiri juga dibantu buku catatan lapangan, kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan peserta pelatihan kemandirian yang melakukan
kegiatan setelah lulus. Melalui observasi data yang dikumpulkan lebih objektif
sesuai keadaan yang sesungguhnya, yakni data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan penelitian.
Merujuk pada pendapat tersebut peneliti akan melakukan observasi di
tempat penelitian yaitu Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyataguna dan akan
mengobservasi mengenai Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN
(Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi
Kerja.
2. Wawancara
Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara,
seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Moleong (2009:
186), antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Hal yang harus diperhatikan peneliti dalam melakukan wawancara adalah
dengan memanfaatkan informan kunci atau primer maupun informan sekunder.
Informan kunci atau primer dalam penelitian ini adalah para klien yakni peserta
pelatihan kemandirian yang sudah lulus. Sedangkan informan sekunder adalah
orang yang sangat menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari sisi organisasi ,
kegiatan atau program yakni pihak penyelenggara yaitu pengelola atau Kasi
Resosialisasi dan Narasumber.
48
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2012: 240). Studi
dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya
melalui berbagai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan selama peneliti
berada di lapangan. Sasaran studi dokumentasi adalah dokumen yang
berhubungan dengan penyelengaraan pelatihan kemandirian di PSBN Wyata
Guna.
G.Triangulasi Data
Sugiyono (2012: 241) triangulasi diartikan “sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dari
sumber yang telah ada”. Karena peneliti penggunakan teknik triangulasi data,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi patif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama
(Sugiyono, 2012: 241).
Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data bermacam-macam
dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan akan di deskripsikan, mana
pandangan yang sama, berbeda dan spesifik berdasarkan sumber data, kemudian
49
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu
menggabungkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi proses pelatihan,
narasumbe atau trainer, Kasi Resosialisasai atau pengelola pelatihan, dan lulusan
dari pelatihan.
H.Analisis Data
Nasution dalam Sugiyono (2012: 244) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut
selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat
disimpulkan apakah data tersebut diterima atau ditolak
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 247-252) sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi Data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya
cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
50
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi
fokus pernasalahan penelitian.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan “the most
frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Untuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka
peneliti akan melakukan klarifikasi data serta memberikan penggolongan kembali
data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan
penelitian yang dilakukan kepada sumber data.
3. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
dalam Sugiyono (2012: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan
secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian
kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian
berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil
lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat
dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber serta kasi resosialisasi
109
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran
berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai
masalah yang diteliti yaitu: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra
PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan
MotivasiBekerja”.
A.Kesimpulan
Panti Sosial Bina Netra adalah unit pelaksanaan teknis dibidang rehabilitasi
dan pelayan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Rehabilitasi Sosial kementrian Sosial.
PSBN Wyata Guna Bandung mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial
pelatihan kemandirian, sosialisasi dan bimbingan lanjut bagi para Penyandang
cacat netra agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian
informasi dan rujukan.
Pelatihan kemandirian merupakan salah satu program resosialisasi yang
diarahkan untuk mempersiapkan peserta pelatihan agar mandiri dengan program
kewirausahaan yang dituangkan dalam bentuk pelatihan kemandirian dan
memberi pembekalan kepada peserta pelatihan agar mempersiapkan dirinya dalam
penyaluran kerja ataupun dalam pembekalan untuk membuka usaha dibidang
pijat. Keberhasilan program pelatihan kemandirian ini ditentukan oleh
keterampilan penyelenggara dala mengelola program.
Melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan dapat meningkatkan
110
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
wawasan kewirausahaan sehingga dapat memotivasi peserta untuk bekerja. Selain
itu melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan peserta pelatihan yang
telah mengikuti pelatihan dapat bekerja secara mandiri atau bekerja di panti pijat.
Agar mendapatkan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Proses Pelatihan Kemandirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja
Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.
Proses pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra
sudah sangat baik hal tersebut terlihat dari perubahan yang dialami sebagian besar
peserta, meskipun ada beberapa peserta yang masih kurang mandiri karena merasa
takut untuk bepergian sendirian. Kemudian dalam proses pelatihan kemandirian
ini fasilitas seperti sarana dan prasarana sudah sangat lengkap, media
pembelajaran serta metode yang disajikan narasumber disesuaikan dengan kondisi
peserta pelatihan. Sebagian besar materi yang disajikan dalam pelatihan ini
disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, seperti teknik komunikasi, etika
masseur, kewirausahaan, pembinaan sikap, mental dan kemandirian, management
klinik panti dan materi pendukung lainnya.
Selama proses pembelajaran dalam pelatihan kemandirian narasumber
memaparkan materi sesuai dengan bidang ilmu meskipun ada peserta yang
menganggap belum sesuai. Proses pelatihan yang diselenggarakan pihak Panti
Sosial Bina Netra Bandung sudah sesuai dengan kebutuhan para peserta, klien
atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi
subyek penelitian sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang
mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang
mereka termotivasi untuk bekerja dan mencari nafkah guna meningkatkan
kehidupan ekonominya dimasa depan.
2. Hasil Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha
Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.
Hasil pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan klien atau peserta
111
Khaerunnisa Fitriyani, 2014
sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan
dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi
untuk bekerja serta metode pembelajaran yang disajikan sesuai kebutuhan dan
karakteristik peserta. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian peserta mempunyai
perubahan sikap dan perilaku yang positif serta keterampilan yang dapat
meningkatkan rasa percaya diri peserta dalam menjalani kehidupan dan merasa
mampu untuk bekerja ataupun membuka usaha pijat.
Pada umumnya semua peserta pelatihan kemandirian telah terampil dengan
keahliannya mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Kemandirian yang
mereka dapatkan membuat mereka mampu memasarkan jasa pijatnya sendiri
3. Dampak Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja
Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.
Dampak pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina
Netra Bandung bagi klien tunanetra telah mampu memotivasi peserta pelatihan
untuk bekerja dan membangkitkan rasa percaya diri mereka dengan semua
pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan.
Hal tersebut dirasakan memberikan dampak positif terhadap peningkatan
motivasi berkerja bagi para peserta pelatihan kemandirian. Setelah mengikuti
pelatihan kemandirian ini ketiga subjek penelitian memiliki sikap mandiri dan
percaya diri untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya untuk
bekerja ditengah-tengah masyarakat.
B.Saran
Berdasarkantemuan penelitian tentang proses, hasil dan dampak pelatihan
kemandirian dalam upaya meningkatkan motivasi bekerjs, menunjukan bahwa
pelatihan sudah berjalan dengan baik sudah dengan aspek dan indikator adanya
peningkatan pengetahuan, kepercayaan diri dan motivasi berwirausaha. Akan
tetapi dalam beberapa hal masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti
112
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna
1. Proses pelatihan kemandirian ini tidak terlepas dari peran penyelenggara,
narasumber dan peserta pelatihan. Dalam proses ini ada kekurangan dan
kelebihannya. Peneliti memberikan saran kepada penyelenggara agar dalam
proses pelatihan kemandirian yang akan diselenggarakan ditahun yang akan
datang supaya disela-sela proses pelatihan disisipkan ice breaking atau sedikit
games agar peserta tidak merasa jenuh. Kemudian untuk narasumber supaya
lebih disesuaikan antara bidang ilmu yang dimiliki dengan materi yang akan
disampaikan peserta, agar peserta lebih paham dan cepat dalam menangkap
materi yang disajikan.
2. Berkenaan dengan hasil pelatihan, peserta pelatihan kemandirian hendaknya
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh pelaksanaan,
karenapelatihan kemandirian ini sangat bermanfaat untuk pembekalan dimasa
depan terutama dalam membuka usaha panti pijat dan mampu meningkatkan
motivasi bekerja dan rasa percaya diri.
3. Sekaitan dengan dampak pelatihan kemandirian,Panti Sosial Bina Netra Wyata
Guna Bandung, sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan luar
sekolah, hendaknya menambah mitra dengan pihak lain untuk memperluas
jejaring dalam menyalurkan lulusan program pelatihan kemandirian dan yang
paling penting bahwa dalam proses perencanaan, narasumber mampu
memberikan materi sesuai bidang keilmuan yang dikuasai agar peserta lebih
paham terhadap materi-materi yang disampaikan. Kemudian untuk peserta
setelah mengikuti pelatihan kemandirian diharapkan mampu lebih mandiri
serta rajin menggali berbagai potensi pembiayaan sebagai modal membuka
DAFTAR PUSTAKA
SumberBuku :
Arikunto, S.2006. ProsedurPenelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta.
Kamil, Mustofa.2012. Model Pendidikan DanPelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung: Alfabeta.
KamusSakuBahasa Indonesia. 2010. Yogyakarta: Tim BentangPustaka..
Makmun, A.S. 2004.PsikologiKependidikanPerangkatSistemPengajaranModul. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Mangkunegara. A. P.2005. EvaluasiKinerja. Bandung: RevikaAditama.
Marzuki, S. M. 2012. Pendidikan
Nonformal:DimensidalamKeaksaraanFungsional,Pelatihan, danAndragogi. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Megaton,
Y.danTarmizi.BahanDasarUntukPelayananKonselingPadaSatuanPendidikan MenengahJilid II. Jakarta: Grasindo.
Moleong, L. J. 2004. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Nazir, M. 2009. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samsudin, S.2005. ManagemenSumberDayaManusia. Bandung: PustakaSetia.
Semiawan, C.1997. PerspektifPendidikanAnakBerbakat. Jakarta: Grasindo
Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Surya, M.2004. PsikologiPembelajaran&Pengajaran.Bandung: PustakaBaniQuraisy.
Suryanah.1996. KeperawatanAnakUntukSiswa SPK. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.
Khaerunnisa Fitriyani, 2014 SumberSkripsidanDisertasi :
Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Irvan, M. (2012).Dampak program kursusketerampilan Home Industry kerajinan patungtanimarterhadapkreativitaspengrajin. SkripsiSarjana pada PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mushofa, A. (2010) PerbedaanMotivasiBerwirausahaAntaraSiswa SMK dan SMA Di Jakarta Timur. SkripsiSarjanapadaFakultasPsikologi UIN Hidayatullah Jakarta: tidakditerbitkan.
SumberLain :
Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Panti Sosial Bina Netra Wyata
Guna.2012.LaporanKegiatanLatihanKemandirianKlien PSBN WyataGuna Bandung.Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral
Rehabilitasi Sosial.
Peraturan pemerintah RI No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi Pelatihan.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentangsistem pendidikan nasional
Undang-UndangSistemPendidikanNasionalNo 20 tahun 2003 Pasal 26
Internet :
BadanPusatStatistik. 2013. Tingkat Pengangguran Terbuka. In Google online [Online].