• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA(STUDI DESKRIPTIF DIPANTI SOSIAL BINA NETRA BANDUNG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA(STUDI DESKRIPTIF DIPANTI SOSIAL BINA NETRA BANDUNG)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

No. DAFTAR. FIP: 007/S/PLS/1/2014

PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA

(Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

Khaerunnisa Fitriyani 0906238

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Pelatihan Kemandirian Bagi Klien

Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina

Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya

Meningkatkan Motivasi Bekerja

Oleh

Khaerunnisa Fitriyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Khaerunnisa Fitriyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 LEMBAR PENGESAHAN

KHAERUNNISA FITRIYANI

PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA

(Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003

PEMBIMBING II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M. Si NIP. 19710614 199803 1 002

Mengetahui,

(4)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

(5)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja.(Studi Deskriptif

diPantiSosialBinaNetraWyataGuna Bandung)

KhaeunnisaFitriyani Khaerunnisa_91@yahoo.co.id

ABSTRAK.

Penelitianinimengacupadapermasalahanpokok “Bagaimanakahpelatihan kemandirian bagi klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai

Upaya Meningkatkan Motivasi

Bekerja”.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmemperolehgambarantentang: : 1) mengetahuiproses pelatihankemandiriandalammeningkatkanmotivasibekerjaklien tuna

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptifdenganpendekatankualitatif, dengansubyekpenelitiansebanyaktiga orang selakupesertapelatihankemandirian yang telahselesaimengikutipelatihan, kemudianpenelitimengadakantriangulasi data dengandua orang informanyaitunarasumberatau trainer dankasiresosialisasi.Adapunteknikpengumpulan

data yang digunakanadalahobservasi,

wawancaradantriangulasisebagaitelaahuntukmelihatkualifikasikeabsahan data.

Hasilpenelitiandiperoleh data daninformasimengenai1) proses pelatihan yang dilaksanakansudahbaik, pelatihandilaksanakansesuaiperencanaanawal yang disusunolehpelaksanadanterkaitaspekkeseluruhan proses sudahmencapaitujuanpelatihan., 2) hasilpelatihan yang terlihatsangatbaikperubahan yang terlihatsebelumdansesudahmengikutipelatihan.

menggambarkansuatu proses. Rangkaian proses

pelatihankemandirianinimenghasilkansebuahpeningkatanbaikkognitif, afektifmaupunpsikomotorikbagipesertapelatihankemandirian.

(6)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

pelatihandisisipkan ice breaking.

Pesertapelatihankemandirianhendaknyamengikutikegiatanpembelajarandengansungguh-sungguhpelaksanaan,

karenapelatihankemandirianinisangatbermanfaatuntukpembekalandimasadepan

Kata Kunci: pelatihan, kemandirian, upaya, motivasibekerja

Independence Training Client PSBN Blind ( Blind Children's Social Development ) as Wyata To Boost Your Work Motivation . ( Descriptive Study in Children's Social

Development WyataNetra To Bandung ) determine the training process of independence in enhancing client motivation to work blind PSBN Wyata order , 2 ) determine the result of self-reliance training to improve work motivation blind clients PSBN WyataGuna , 3 ) determine the impact of training independence in enhancing client motivation Wyata working order .

Theoretical conceptual overview of this research include the concept of motivation to work , training concept , the concept of independence and self-reliance as a form of educational training outside of school .

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach , the study subjects as many as three people whose independence trainee has completed the training, then researchers conduct data triangulation with two informants and resource persons or trainers cationresocialization . The data collection techniques used were observation , interviews and triangulation as a study to look at the validity of the qualification data.

Research results obtained data and information regarding 1 ) the training process has been well implemented , the training is conducted in accordance initial plan prepared by the implementing and related aspects of the whole process has reached the goal of training . , 2 ) the results look very good training changes seen before and after training . Trainees are now more extensive knowledge , expertise and skills and have been able to apply , 3 ) the impact of the training that makes the trainees motivated to bekeja , they became more confident in life and to work and work and entrepreneurship .

(7)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

sidelines of the training process pasted ice breaking . Independence trainee learning activities should follow the earnest implementation , since independence training is very useful for future debriefing

(8)

vi

A.Latar Belakang Pemelitian 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 5

C.Tujuan Penelitian 6

D.Manfaat Penelitian 6

E.Struktur Organisasi 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Konsep Motivasi Kerja 9

1. Pengertian Motivasi Kerja 9

2. Model Pengukuran Motivasi 9

(9)

C.Konsep Kemandirian 22

1. Pengertian Kemandirian 22

2. Karakter dan Ciri-ciri Kemandirian 23

3. Kemandirian Pada Konsep Pendidikan Luar Sekolah 25

4. Tingkat Atau Tahap Kemandirian 26

5. Kemandirian Untuk Meningkatkan Kesejahteraan 27

D.Pelatihan Kemandirian Sebagai Bentuk Pendidikan Luar Sekolah 28

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 28

2. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 29

3. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 30

4. Cakupan Pendidikan Nonformal 31

5. Komponen Pendidikan Luar sekolah 33

6. Keterkaitan Pelatihan Dengan Pendidikan Luar Sekolah 36

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 38

B.Desain Penelitian 40

C.Metode Penelitian 41

D.Definisi Operasional 43

E.Instrumen Penelitian 44

F. Teknik Pengumpulan Data 46

G.Triangulasi Data 48

H.Analisis Data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51

1. Sejarah Umum PSBN Wyata Guna 51

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 51

B.Gambaran Umum Pelatihan kemandirian 55

C.Identitas Informan 58

D.Deskripsi Hasil 61

1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 62

(10)

viii

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Motivasi Bekerja KlienPSBN Wyata Guna 73

3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 91

E.Pembahasan Hasil Penelitian 99

1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 100

2. Hasil Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 104

3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi BekerjA Klien PSBN Wyata Guna 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 109

B.Saran Penelitian 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Elemen Kemandirian 26

Table 4.1 Daftar Tabel Materi Pelatihan Kemandirian 57

Table 4.2 Identitas Subjek Penelitian 59

Table 4.3 Identitas Informan Penelitian 59

Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara (P1) Akbar Muslim 62

Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara (P2) Kahfi Ali Akbar 64

Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara (P3) Yusuf Kalla 66

Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara (NR) Chaerul Kismono 69

Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara (KR) Erna Lesmana 71

Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Kognitif 73

Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Afektif 75

Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Psikomotorik 76

Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Kognitif 77

Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Afektif 78

Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Psikomotorik 79

Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Kognitif 80

Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Afektif 81

Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Psikomotorik 82

Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Kognitif 83

Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Afektif 84

Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Psikomotorik 86

Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Kognitif 87

Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Afektif 88

Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Psikomotorik 89

Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara P1 Dampak Pelatihan 91

Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Dampak Pelatihan 92

Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Dampak Pelatihan 94

Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Dampak Pelatihan 96

(12)

x

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 DAFTAR GAMBAR

2.1 Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow 10

2.2 Hubungan Fungsional Antara Komponen, Proses dan Tujuan

Pendidikan Nonformal 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Penelitian

2. Instrumen Penelitian

3. Pedoman observasi

4. SK Dosen Pembimbing

5. Surat Tanda Selesai Penelitian

6. Lembar Bimbingan Skripsi

7. Laporan Pelatihan Kemandirian

8. Foto-foto

(14)

1

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, dan

banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya

motivasi kerja setiap individu.Sejak terjadinya krisis global pada tahun 1997

membawa Indonesia mendapat tekanan ekonomi yang cukup berat.Krisis ekonomi

yang berkepanjangan telah membawa permasalahan besar bagi kehidupan bangsa

Indonesia dengan berbagai dampak negatifnya.Dampak negatif dari krisis

ekonomi ini yaitu menyebabkan tingginya angka pengangguran dikarenakan

semakin sempitnya lapakan pekerjaan.

Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai

114,0 juta orang, bertambah sebanyak 3,2 juta orang dibanding keadaan pada

Agustus 2012 sebanyak 110,8 juta orang atau bertambah 1,2 juta orang dibanding

keadaan Februari 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada

Februari 2013 mencapai 5,92 persen, mengalami penurunan dibanding TPT

Agustus 2012 sebesar 6,14 persen dan TPT Februari 2012 sebesar 6,32

persen(Diakses tanggal 06/02/2014). [online].

Adapun penyebab banyaknya pengangguran yaitu, jumlah lapangan kerja

yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak

sesuai dengan pasar kerja, kurangnya motivasi kerja dikalangan masyarakat,

karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau

dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari

motivasi.Kemudian kurangnya ketermpilan masyarakat untuk dapat membuka

peluang usaha.

Alma (2009: 88-89) mengemukakan bahwa : “Pada umumnya tingkah laku

manusia dilakukan secara sadar, artinya selalu di dorong oleh keinginan untuk

(15)

2

motivasi”.Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif

adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau implus.Motivasi seseorang

tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat

besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang

Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi kerja sebagai “proses

mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja

agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”. Motivasi juga

dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan

yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.

Salah satu lembaga yang memberikan pengetahuan yang merangsang para

peserta pelatihannya agar memiliki motivasi kerja yaitu Panti Sosial Bina Netra

(PSBN) Wyata Guna Bandung.Panti Sosial ini memberikan pelayanan

rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan,

pelatihan keterampilan dan pelatihan kemandirian. Dimana pelatihan kemandirian

ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang managemen pemasaran

hasil keterampilan pijat, untuk meningkatkan pengetahuan dalam kegiatan usaha

bagi klien tuna netra agar meningkatkan motivasi kerja, supaya setelah lulus dari

pelatihan kemandirian mereka mampu untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, baik itu bekerja di panti pijat milik orang lain maupun membuka panti

pijat sendiri.

Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara

Indonesia lainnya yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang

sama dengan masyarakat lainnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Seperti individu lainnya.Penyandang cacat netra sebagai individu pada hakekatnya

mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, oleh karena itu perlu adanya

program khusus yaitu program usaha kesejahteraan sosial.

Kelainan pengelihatan pada seseorang secara praktis mengakibatkan

hambatan terhadap kemampuan fisiknya untuk bergerak. Sebagaimana kita

ketahui bahwa penderita kecacatan netra memiliki permasalahan yang seperti

(16)

3

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (bergaul), tidak memiliki kecakapan

hidup maupun keterampilan bukan hanya dirasakan juga oleh keluarga dan

lingkungannya.

Apabila permasalahan berkenaan dengan kecacatan netra dibiarkan maka

semakin banyaknya penyandang kecacatan netra yang tidak bisa hidup mandiri

selalu ketergantungan kepada orang awas atau normal, semakin banyak

penyandang kecacatan netra yang tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya dan

memilih untuk menutup diri.

Daya saing sumber daya manusia yang tidak bisa dipisahkan dari mutu dan

kualitas SDM.Kualitas SDM yang diinginkan dan dibutuhkan saat ini yaitu SDM

yang mampu melaksanakan pembangunan nasional secara inovatif, kreatif dan

produktif.Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan pemberian pelatihan dan

keterampilan pada penyandang cacat netra, sesuai minat, bakat dan

kemampuannya.Pendidikan dan pelatihan keterampilan termasuk dalam garapan

pendidikan non formal. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 26 menyebutkan bahwa “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan, pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional”

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

seutuhnya, melalui pendidikan hal tersebut dapat terarah dengan baik seperti yang

tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional secara umum dikutip dari (UU Sisdiknas,

2003: 5) sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan tersebut diberikan melalui Pendidkan Luar Sekolah.Dalam

(17)

4

potensi manusia dewasa untuk meningkatkan kualitas diri dan taraf kehidupannya.

Coombs dan Ahmed (Sudjana, 2004: 17), mengelompokan program-program

pendidikan luar sekolah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan menjadi empat

kategori, yaitu (1) pendekatan pendidikan perluasan, (2) pendekatan pelatihan, (3)

pendekatan pengembangan swadaya masyarakat, (4) pendekatan pembangunan

terpadu

Peran penting pendidikan luar sekolah terhadap pengembangan

pemberdayaan penyandang cacat dewasa sangat dibutuhkan dan motivasi

tersendiri sebagai penggerak dan sesungguhnya banyak keuntungan yang

diperoleh diantaranya mengurangi jumlah pengangguran menciptakan peluang

kerja, menghindari diskriminasi, memperkokoh berbangsa dan bernegara.Upaya

mengatasi serta meminimalisir hal tersebut perlu adanya suatu pelatihan yang

merupakan salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah agar penyandang cacat

netra dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya. Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun

1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi pelatihan yaitu, “Rehabilitasi pelatihan adalah kegiatan pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu agar penyandang cacat dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna (PSBN) Bandung sebagai Unit

Pelaksana Teknis Kementerian Sosial RI di bawah Direktorat Jenderal

Rehabiliatsi Sosial yang mempersiapkan para klien netra agar dapat berfungsi

secara optimal di masyarakat. Selain menyediakan fasilitas yang memadai juga

melaksanakan program kegiatan resosialisai yang merupakan suatu proses dari

suatu sistem yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dari tahap awal sampai

dengan Bimbingan Lanjutan.

Sesuai dengan fungsinya, PSBN memberikan layanan rehabilitasi pada

tunanetra dewasa yang berusia antara 15-35 tahun. Selain diberikan keterampilan

baca tulis dan persamaan SD (Paket A), klien Wyata Guna diberikan pelatihan

(18)

5

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk mencapai kemandirian

berwirausaha serta diharapkan klien akan dapat mengamalkan ilmunya dan

memperoleh penghasilan setelah mengikuti program pelatihan kemandirian di

PSBN Wyata Guna.

Untuk mendorong semangat mereka dalam mengamalkan hasil pelatihan

di masyarakat secara produktif, pada akhir tahun ajaran diadakan program

pelatihan kemandirian. Melalui program ini, klien dilatih bersosialisasi dengan

masyarakat, teknik berkomunikasi ,diberikan dasar-dasar kewirausahaan melalui

bimbingan management usaha dan kewirausahaan sehingga mampu berwirausaha

secara mandiri di masyarakat. Dengan demikian, klien diarahkan untuk memiliki

motivasi kerjaberbekal keterampilan dan pengetahuan yang telah didapatkan

selama mengikuti pelatihan kemandirian.

Sebagai salah satu program yang wajib diikuti para klien sebelum

berakhirnya masa rehabilitasi di PSBN, program kemandirian merupakan aspek

penting yang memungkinkan klien tunanetra mengamalkan ilmunya secara

produktif dan mandiri dengan penuh motivasi untuk meningkatkan kualitas diri

dan kehidupannya serta berkiprah di tengah-tengah masyarakat.

Untuk mengetahui aspek-aspek dalam program kemandirian tersebut,

penelitian ini mengambil judul: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra

PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan

Motivasi Kerja”.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa untuk mendorong

semangat peserta pelatihan dalam mengamalkan hasil pelatihan di masyarakat

secara produktif yaitu dengan mengikuti dengan sungguh-sungguh pelatihan

kemandirian yang diselenggarakan PSBN Wyata Guna Bandung. Adapun hasil

(19)

6

a. Pelatihan kemandirian selalu diadakan setiap tahun bagi klien PSBN Wyata

Guna peserta yang sudah lulus sudah mampu bekerja di panti pijat da nada

juga yang sudah memiliki panti pijat sendiri.

b. Masih ada klien PSBN Wyata Guna yang masih ketergantungan dalam

bekerja terhadap lembaga meskipun sudah diajarkan hidup mandiri.

c. Para penyandang cacat kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya

dimasyarakat.

d. Persaingan kerja yang kompetitif di masyarakat semakin mengharuskan para

penyandang cacat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan

pelatihan kemandirian agar menjadi pribadi yang inovatif, kreatif dan

produktif.

2. Rumusan masalah

Dari identifikasi masalah tersebut maka peneliti tertarik merumuskan

masalah penelitian tersebut ke dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu sebagai

berikut:

a. Bagaimana proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja

klien tuna netra PSBN Wyata Guna?

b. Bagaimana hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi

kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna?

c. Bagaimana dampak pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja

klien Wyata Guna?

C.Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gambaran proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan

motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna.

2. Mendeskripsikan hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan

motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna .

3. Mendeskripsikan dampak pelatihan kemandiriaan dalam meningkatkan

(20)

7

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan

dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, instansi terkait, maupun masyarakat luas.

Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan

luar sekolah.

1. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya konsep, teori dan wawasan

peneliti dan akademik bidang Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh

peneliti di bangku perkuliahan dan bisa di aplikasikan di lapangan sehingga

dapat dijadikan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, manfaat penelitian ini adalah untuk

mengamalkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan terkait proposal skripsi berjudul “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha”. Serta membawa perguruan tinggi pada waktu terjun ke lapangan untuk melaksanakan

penelitian.

4. Bagi PSBN Wyataguna, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumbangan pemikiran dan masukan bagi instansi terkait dalam meningkatkan

pengembangan SDM melalui penelitian.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya maka

penulis memerikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas,

yaitu sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan

(21)

8

Bab II, Kajian Teoritis, bab ini berisikan konsep-konsep mengenai pendidikan

luar sekolah, pelatihan, kemandirian, dan motivasi kerja untuk memudahkan

pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan.

Bab III, Metode Penelitian, bab ini berisikan lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV, Hasil Penelitian Dan Pembahasan, bab ini memeparkan pengolahan data

untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian dan tujuan

penelitian.

Bab V, Kesimpulan Dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari

(22)

38

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek penelitian,

metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan

analisis data

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna

Bandung yang berberlokasi di jalan Padjajaran No. 52 Bandung. Lokasi ini

dipilih karena Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna merupakan unit

pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial dilingkungan

kementrian sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada dirjen

rahabilitasi sosial kementrian sosial. Peneliti tertarik melakukan penelitian di

PSBN Wyata Guna karena dalam resosialisasi ada program pelatihan kemandirian

dimana pelatihan merupakan salah satu satuan dari Pendidikan Luar Sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber informasi dari mana data dapat didapat

(Arikunto, 2006: 129). Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian

disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.

atau dapat pula disebut sebagai subjek penelitian atau responden (kuantitatif).

Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam pelatihan kemandirian bagi

klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai upaya

meningkatkan motivasi berwirausaha yaitu peserta pelatihan kemandirian yang

(23)

39

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

data adalah sebanyak tiga orang selaku peserta pelatihan kemandirian yang telah

selesai mengikuti pelatihan diambil 3 peserta yang masuk peringkat 1-10 dalam

pelatihan, kemudian peneliti mengadakan triangulasi data dengan satu orang

narasumber atau trainer dan kasi resosialisasi.

Alasan peneliti memilih tiga orang subjek penelitian didasarkan pada apa

yang dikemukakan oleh nasution (1988) dalam Irfan (2012: 47), bahwa metode

kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sample banyak. Populasi tergantung

pada konsep yang dipakai dan terbatas pada unit penelitiannya. Jumlah subjek

penelitian tidak ditentukan secara ketat, tetapi tergantung pada tercapainya

“redudancy”, yaitu ketuntasan atau kejenuhan data, artinya bahwa dengan

menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak tidak lagi diperoleh

tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 2003 :33).

Penentuan subjek pada penelitian ini berdasarkan pernyataan Sugiyono

(2012: 218-219) bahwa: “penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun observasi dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.

Spadly dalam (Sugiyono, 2012: 221), sampel sebagai sumber data atau

sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu:

a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,

sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan

yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

Dari para peserta pelatihan kemandirian, peneliti akan menggali data dan

informasi mengenai hasil dari pelatihan setelah dan sebelum mengikuti pelatihan,

pemahaman dan pengetahuan serta menggali informasi terkait dampak setelah

mengikuti pelatihan kemandirian terhadap motivasi berwirausaha. Dari Kasi

Resosialisasi data yang digali yaitu terkait proses dari pelatihan, hasil dan dampak

pelatihan sedangkan dari narasumber informasi yang akan digali yaitu materi,

(24)

40

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

B.Desain Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam

menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh

peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Aktivitas pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun rancangan

penelitian atau proposal penelitian yang diajukan dewan skripsi. Setelah disetujui

kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing, kemudian selanjutnya peneliti

mengurus surat perizinan setelah mengajukan surat perizinan ke lembaga terkait

kemudian peneliti observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jalan

Padjajaran No.52. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar memperoleh

gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada di lokasi, yang akan dijadikan

lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukannya penelitian di Panti Sosial Bina Netra.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan penyelenggara program

pelatihan kemandirian untuk mencari apakah fokus masalah yang akan dikaji ada

atau tidak. Sebelum menginjak tahap penelitian secara mendalam peneliti memilih

informan bernama Ibu Erna lesmana selaku Kasi Resosialisasi di PSBN Wyata

Guna yang menjadi pengelola dalam program pelatihan kemandirian untuk sedikit

menggali kondisi serta situasi program yang akan diteliti.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada aktivitas ini, peneliti menggali informasi data secara keseluruhan dan

mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian, melakukan

pendekatan permulaan terhadap lingkungan kegiatan, kegiatan pembelajaran

pelatihan, menentukan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan

metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang

akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber.

Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan

(25)

41

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari

lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang

ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam

mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik

analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam

dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta

menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan

teliti terhadap suatu objek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan

mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, obsevasi,

pengamatan dan dokumen resmi yang diberikan oleh pihak Wyata Guna.

Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan

data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan

kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan

data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai

data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah

membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai

laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul.

Tahapan ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah

berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun

dibuat sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku di

Universitas.

C.Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

(26)

42

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,

empiris dan sistematis.

Metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta

baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia yang dilakukan secara

empirik, rasional dan terstruktur. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk

mencapai tujuan.

Penelitian merupakan kegiatan mengkaji secara teliti dan literatur dalam

suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Meneliti dilakukan untuk memperkaya

dan meningkatkan pemahaman seseorang akan sesuatu. Dilakukannya penelitian

karena adanya persoalan. Persoalan ini merupakan segala sesuatu yang dihadapi

dan dirasakan seseorang menimbulkan keingintahuan untuk membahas, mencari

jawaban dan menemukan cara penyelesaiannya.

Penelitian ini bermaksud untuk menperoleh gambaran secara mendalam

tentang, proses, hasil dan dampak dari pelatihan kemandirian bagi klien PSBN

Wyata Guna sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha, maka pada

penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif, Menurut Whintney

(1960) dalam Nazir (2009: 54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam

masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh

dari suatu fenomena.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana diungkapkan oleh

moleong (2009: 6) bahwa :

(27)

43

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Alasan peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti

ingin mengetahui seperti apa dampak dari pelatihan kemandirian dalam

meningkatkan motivasi berwirausaha klien PSBN Wyata Guna. Masalah yang

akan dikemukakan dalam penelitian ini yang pertama adalah proses pelatihan

kemandirian. Kedua, hasil dari pelatihan kemandirian. Ketiga, dampak dari

pelatihan kemandirian sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha.

D.Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah

yang terdapat dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum

maupun operasional, yaitu sebagai berikut

1. Pelatihan Kemandirian

Pelatihan atau training diartikan sebagai suatu pengajaran tertentu yang

tujuannya telah ditentukan secara jelas, biasanya dapat diragakan, yang

menghendaki peserta dan penilaian terhadap perbaikan unjuk kerja peserta didik.

(Good dalam Marzuki, 2012: 175).

Kemandirian merupakan kepribadian atau sikap mental yang harus dimiliki

oleh setiap orang yang di dalamnya terkandung unsur-unsur dengan watak-watak

yang ada di dalamnya perlu dikembangkan agar tumbuh menyatu dalam setiap

gerak kehidupan manusia (Kamil, 2012: 136).

Pelatihan Kemandirian yang dimaksud yaitu pelatihan yang di peruntukan

bagi klien tuna netra PSBN Wyata Guna yang hendak terjun di dunia kerja dan

masyarakat sehingga peserta pelatihan mampu mengamalkan ilmu yang

didapatkan dan mampu menjadi orang yang produktif di masyarakat

2. Klien Tunanetra

Klien menurut Departemen Sosial RI adalah Orang baik secara individu

maupun kelompok yang mengalami masalah dan menerima pelayanan sosial.

Tunanetra adalah anak yang tidak dapat melihat atau mungkin masih punya

(28)

44

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

mengikuti pendidikan. Netra berarti pengelihatan yang kurang lihat atau kurang

awas, tuna adalah rusak atau kurang pengelihatan (Suryanah, 1996: 215).

Klien Tunanetra yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu para difabel netra

yang mengikuti berbagai aktifitas termasuk pelatihan kemandirian di Panti Sosial

bina netra Wyata Guna. yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik

tuna netra yang mengikuti pelatihan kemandirian di PSBN Wyata Guna.

3. Motivasi Bekerja

Motivasi Bekerja adalahSamsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai “proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau

kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”.

Adapun yang dimaksud motivasi bekerja dalam penelitian ini adalah dorongan

yang timbul pada diri peserta pelatihan kemandirian untuk melakukan kegiatan

bekerja dibidang pijat shiatsu maupun massage guna memenuhi kebutuhannya

tanpa tergantung pada orang lain.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek peneliti

belum jelas dan pasti masalahnya, sumber data, hasil yang diharapkan semuanya

belum jelas.Oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2012: 223)

menyatakan “the researcher is the key instrument”. Peneliti adalah merupakan

instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Dalam hal instrument penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono

(2012:223) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

(29)

45

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Maksud pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi instrumen utama

dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah

fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan

dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Nasution

(1988) dalam Sugiyono (2009: 223) mengungkapkan bahwa peneliti berperan

sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat

menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah

pengamatan, untuk menset hipotesis yang timbul seketika.

Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti berupaya

menyelami dunia penelitian yang sedang diteliti. Dengan demikian data yang

dihasilkan dapat memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan bagi peneliti,

sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat memenuhi syarat-syarat penelitian

kualitatif. Instrumen penelitian kualitatif disusun dalam tiga macam, yaitu

pedoman wawancara untuk alumni atau lulusan peserta pelatihan kemandirian,

narasumber, dan penyelenggara pelatihan kemandirian.

Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Dengan

melakukan wawancara peneliti akan lebih mendalam mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam.

Susan Stainback (Sugiono, 2012:232), mengemukakan bahwa:

(30)

46

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Wawancara tersebut digunakan dalam mengungkapkan proses pelatihan,

hasil yang telah dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan kemandirian serta

dampak yang terjadi setelah peserta mengikuti pelatihan kemandirian. pada

penelitian ini, peneliti menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan

kepada peserta pelatihan, pelatih atau narasumber, serta penyelenggara.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti

sedang melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak

awal hingga akhir tentang aktivitas kita.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.

Adapun teknik mengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah melihat, mengkaji dan

menganalisis suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dan menemukan makna

yang ada di dalamnya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam pengumpulan data, ataupun

teknik tersebut adalah observasi (pengamatan), wawancara, studi dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono (2012: 226)

menyatakam bahwa “though observation, the research learn about behavior and

(31)

47

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Observasi yang dilakukan merupakan observasi pasif yang artinya peneliti

dalam observasi tidak melebur dalam proses penyelenggaraan kegiatan dan

praktek di lapangan, namun tetap melakukan fungsi pengamatan. Alat yang

digunakan selain diri sendiri juga dibantu buku catatan lapangan, kamera untuk

mendokumentasikan kegiatan peserta pelatihan kemandirian yang melakukan

kegiatan setelah lulus. Melalui observasi data yang dikumpulkan lebih objektif

sesuai keadaan yang sesungguhnya, yakni data dan informasi yang berkaitan

dengan tujuan penelitian.

Merujuk pada pendapat tersebut peneliti akan melakukan observasi di

tempat penelitian yaitu Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyataguna dan akan

mengobservasi mengenai Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN

(Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi

Kerja.

2. Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara,

seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Moleong (2009:

186), antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Hal yang harus diperhatikan peneliti dalam melakukan wawancara adalah

dengan memanfaatkan informan kunci atau primer maupun informan sekunder.

Informan kunci atau primer dalam penelitian ini adalah para klien yakni peserta

pelatihan kemandirian yang sudah lulus. Sedangkan informan sekunder adalah

orang yang sangat menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari sisi organisasi ,

kegiatan atau program yakni pihak penyelenggara yaitu pengelola atau Kasi

Resosialisasi dan Narasumber.

(32)

48

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2012: 240). Studi

dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil

penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya

melalui berbagai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan selama peneliti

berada di lapangan. Sasaran studi dokumentasi adalah dokumen yang

berhubungan dengan penyelengaraan pelatihan kemandirian di PSBN Wyata

Guna.

G.Triangulasi Data

Sugiyono (2012: 241) triangulasi diartikan “sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dari

sumber yang telah ada”. Karena peneliti penggunakan teknik triangulasi data,

maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas

data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi patif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk

sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama

(Sugiyono, 2012: 241).

Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data yang diperoleh

akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data bermacam-macam

dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan akan di deskripsikan, mana

pandangan yang sama, berbeda dan spesifik berdasarkan sumber data, kemudian

(33)

49

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu

menggabungkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi proses pelatihan,

narasumbe atau trainer, Kasi Resosialisasai atau pengelola pelatihan, dan lulusan

dari pelatihan.

H.Analisis Data

Nasution dalam Sugiyono (2012: 244) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi

hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut

selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat

disimpulkan apakah data tersebut diterima atau ditolak

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 247-252) sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi Data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya

cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

(34)

50

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi

fokus pernasalahan penelitian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan “the most

frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Untuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka

peneliti akan melakukan klarifikasi data serta memberikan penggolongan kembali

data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan

penelitian yang dilakukan kepada sumber data.

3. Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

dalam Sugiyono (2012: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian

kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan

secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian

kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian

berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil

lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat

dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber serta kasi resosialisasi

(35)

109

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran

berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai

masalah yang diteliti yaitu: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra

PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan

MotivasiBekerja”.

A.Kesimpulan

Panti Sosial Bina Netra adalah unit pelaksanaan teknis dibidang rehabilitasi

dan pelayan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Rehabilitasi Sosial kementrian Sosial.

PSBN Wyata Guna Bandung mempunyai tugas memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif

dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial

pelatihan kemandirian, sosialisasi dan bimbingan lanjut bagi para Penyandang

cacat netra agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan

bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian

informasi dan rujukan.

Pelatihan kemandirian merupakan salah satu program resosialisasi yang

diarahkan untuk mempersiapkan peserta pelatihan agar mandiri dengan program

kewirausahaan yang dituangkan dalam bentuk pelatihan kemandirian dan

memberi pembekalan kepada peserta pelatihan agar mempersiapkan dirinya dalam

penyaluran kerja ataupun dalam pembekalan untuk membuka usaha dibidang

pijat. Keberhasilan program pelatihan kemandirian ini ditentukan oleh

keterampilan penyelenggara dala mengelola program.

Melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan dapat meningkatkan

(36)

110

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

wawasan kewirausahaan sehingga dapat memotivasi peserta untuk bekerja. Selain

itu melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan peserta pelatihan yang

telah mengikuti pelatihan dapat bekerja secara mandiri atau bekerja di panti pijat.

Agar mendapatkan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Proses Pelatihan Kemandirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Proses pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra

sudah sangat baik hal tersebut terlihat dari perubahan yang dialami sebagian besar

peserta, meskipun ada beberapa peserta yang masih kurang mandiri karena merasa

takut untuk bepergian sendirian. Kemudian dalam proses pelatihan kemandirian

ini fasilitas seperti sarana dan prasarana sudah sangat lengkap, media

pembelajaran serta metode yang disajikan narasumber disesuaikan dengan kondisi

peserta pelatihan. Sebagian besar materi yang disajikan dalam pelatihan ini

disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, seperti teknik komunikasi, etika

masseur, kewirausahaan, pembinaan sikap, mental dan kemandirian, management

klinik panti dan materi pendukung lainnya.

Selama proses pembelajaran dalam pelatihan kemandirian narasumber

memaparkan materi sesuai dengan bidang ilmu meskipun ada peserta yang

menganggap belum sesuai. Proses pelatihan yang diselenggarakan pihak Panti

Sosial Bina Netra Bandung sudah sesuai dengan kebutuhan para peserta, klien

atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi

subyek penelitian sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang

mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang

mereka termotivasi untuk bekerja dan mencari nafkah guna meningkatkan

kehidupan ekonominya dimasa depan.

2. Hasil Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Hasil pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan klien atau peserta

(37)

111

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan

dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi

untuk bekerja serta metode pembelajaran yang disajikan sesuai kebutuhan dan

karakteristik peserta. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian peserta mempunyai

perubahan sikap dan perilaku yang positif serta keterampilan yang dapat

meningkatkan rasa percaya diri peserta dalam menjalani kehidupan dan merasa

mampu untuk bekerja ataupun membuka usaha pijat.

Pada umumnya semua peserta pelatihan kemandirian telah terampil dengan

keahliannya mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Kemandirian yang

mereka dapatkan membuat mereka mampu memasarkan jasa pijatnya sendiri

3. Dampak Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Dampak pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina

Netra Bandung bagi klien tunanetra telah mampu memotivasi peserta pelatihan

untuk bekerja dan membangkitkan rasa percaya diri mereka dengan semua

pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan.

Hal tersebut dirasakan memberikan dampak positif terhadap peningkatan

motivasi berkerja bagi para peserta pelatihan kemandirian. Setelah mengikuti

pelatihan kemandirian ini ketiga subjek penelitian memiliki sikap mandiri dan

percaya diri untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya untuk

bekerja ditengah-tengah masyarakat.

B.Saran

Berdasarkantemuan penelitian tentang proses, hasil dan dampak pelatihan

kemandirian dalam upaya meningkatkan motivasi bekerjs, menunjukan bahwa

pelatihan sudah berjalan dengan baik sudah dengan aspek dan indikator adanya

peningkatan pengetahuan, kepercayaan diri dan motivasi berwirausaha. Akan

tetapi dalam beberapa hal masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti

(38)

112

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

1. Proses pelatihan kemandirian ini tidak terlepas dari peran penyelenggara,

narasumber dan peserta pelatihan. Dalam proses ini ada kekurangan dan

kelebihannya. Peneliti memberikan saran kepada penyelenggara agar dalam

proses pelatihan kemandirian yang akan diselenggarakan ditahun yang akan

datang supaya disela-sela proses pelatihan disisipkan ice breaking atau sedikit

games agar peserta tidak merasa jenuh. Kemudian untuk narasumber supaya

lebih disesuaikan antara bidang ilmu yang dimiliki dengan materi yang akan

disampaikan peserta, agar peserta lebih paham dan cepat dalam menangkap

materi yang disajikan.

2. Berkenaan dengan hasil pelatihan, peserta pelatihan kemandirian hendaknya

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh pelaksanaan,

karenapelatihan kemandirian ini sangat bermanfaat untuk pembekalan dimasa

depan terutama dalam membuka usaha panti pijat dan mampu meningkatkan

motivasi bekerja dan rasa percaya diri.

3. Sekaitan dengan dampak pelatihan kemandirian,Panti Sosial Bina Netra Wyata

Guna Bandung, sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan luar

sekolah, hendaknya menambah mitra dengan pihak lain untuk memperluas

jejaring dalam menyalurkan lulusan program pelatihan kemandirian dan yang

paling penting bahwa dalam proses perencanaan, narasumber mampu

memberikan materi sesuai bidang keilmuan yang dikuasai agar peserta lebih

paham terhadap materi-materi yang disampaikan. Kemudian untuk peserta

setelah mengikuti pelatihan kemandirian diharapkan mampu lebih mandiri

serta rajin menggali berbagai potensi pembiayaan sebagai modal membuka

(39)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku :

Arikunto, S.2006. ProsedurPenelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Kamil, Mustofa.2012. Model Pendidikan DanPelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung: Alfabeta.

KamusSakuBahasa Indonesia. 2010. Yogyakarta: Tim BentangPustaka..

Makmun, A.S. 2004.PsikologiKependidikanPerangkatSistemPengajaranModul. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mangkunegara. A. P.2005. EvaluasiKinerja. Bandung: RevikaAditama.

Marzuki, S. M. 2012. Pendidikan

Nonformal:DimensidalamKeaksaraanFungsional,Pelatihan, danAndragogi. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Megaton,

Y.danTarmizi.BahanDasarUntukPelayananKonselingPadaSatuanPendidikan MenengahJilid II. Jakarta: Grasindo.

Moleong, L. J. 2004. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Nazir, M. 2009. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Samsudin, S.2005. ManagemenSumberDayaManusia. Bandung: PustakaSetia.

Semiawan, C.1997. PerspektifPendidikanAnakBerbakat. Jakarta: Grasindo

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Surya, M.2004. PsikologiPembelajaran&Pengajaran.Bandung: PustakaBaniQuraisy.

Suryanah.1996. KeperawatanAnakUntukSiswa SPK. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.

(40)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 SumberSkripsidanDisertasi :

Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Irvan, M. (2012).Dampak program kursusketerampilan Home Industry kerajinan patungtanimarterhadapkreativitaspengrajin. SkripsiSarjana pada PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mushofa, A. (2010) PerbedaanMotivasiBerwirausahaAntaraSiswa SMK dan SMA Di Jakarta Timur. SkripsiSarjanapadaFakultasPsikologi UIN Hidayatullah Jakarta: tidakditerbitkan.

SumberLain :

Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Panti Sosial Bina Netra Wyata

Guna.2012.LaporanKegiatanLatihanKemandirianKlien PSBN WyataGuna Bandung.Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral

Rehabilitasi Sosial.

Peraturan pemerintah RI No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi Pelatihan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentangsistem pendidikan nasional

Undang-UndangSistemPendidikanNasionalNo 20 tahun 2003 Pasal 26

Internet :

BadanPusatStatistik. 2013. Tingkat Pengangguran Terbuka. In Google online [Online].

Referensi

Dokumen terkait

1) Sekretariat Jenderal dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 6 (enam) Biro, masing-masing Biro dapat terdiri dari sebanyak- banyaknya 4 (empat) Bagian, dan masing-masing Bagian

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Sederhana Pengadaan Reagen dan Media Mikrobiologi (Lelang Ulang) Balai POM di Gorontalo T.A 2017 tanggal 03 Juli 2017,

“ Hubungan Hygiene Pedagang Dan Sanitasi Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan

(1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan Industri besar yang

Gerak-gerik apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara karia.. Apakah ada gerak-gerik yang diwajibkan atau dilarang pada saat upacara karia

(2) Proses berpikir kreatif siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata dalam memecahkan masalah pythagoras, siswa yang mempunyai intelegensi di atas

Akibat dari serangan hama ini pemerintah masih merekomendasikan penggunaan bahan fumigan metil bromida sebagai salah satu bentuk perlakuan untuk buah pinang yang akan diekspor

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAEM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI.. (PTK