• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM MEMBINA ETOS BELAJAR MELALUI MATA PELAJARAN PAI DI SEKOLAH(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUSUKAN CIREBON KELAS X SEMESTER GENAP PERIODE TAHUN AJARAN 2014-2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN GURU DALAM MEMBINA ETOS BELAJAR MELALUI MATA PELAJARAN PAI DI SEKOLAH(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUSUKAN CIREBON KELAS X SEMESTER GENAP PERIODE TAHUN AJARAN 2014-2015)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 4830/UN.40.2.6.1/PL/2015 PERAN GURU DALAM MEMBINA ETOS BELAJAR MELALUI

MATA PELAJARAN PAI DI SEKOLAH

(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUSUKAN CIREBON KELAS X SEMESTER GENAP PERIODE TAHUN AJARAN 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Nur Melawati

0901717

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERAN GURU DALAM MEMBINA ETOS BELAJAR MELALUI MATA PELAJARAN PAI DI SEKOLAH

(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUSUKAN CIREBON KELAS X SEMESTER GENAP PERIODE TAHUN 2014-2015)

Oleh Nur Melawati

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

©Nur Melawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)

ABSTRAK

PERAN GURU DALAM MEMBINA ETOS BELAJAR MELALUI MATA PELAJARAN PAI DI SEKOLAH

(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUSUKAN CIREBON KELAS X SEMESTER GENAP PERIODE TAHUN 2014-2015)

Oleh: Nur Melawati

(5)

sudah di fasilitasi sekolah dengan metode yang sesuai dengan silabus di mana di metode tersebut berupa diskusi, discovery, inquiry, dan ceramah.

(6)

ABSTRACT

THE ROLES OF TEACHERS IN DEVELOPING LEARNING ETHOS THROUGH ISLAMIC EDUCATION SUBJECT IN SCHOOLS

(A CASE STUDY AT SMA NEGERI1 1 SUSUKAN CIREBON CLASS X IN THE SECOND SEMESTER PERIOD OF YEARS 2014-2015)

By: Nur Melawati

A teacher is someone who teaches at schools, higher education institutions, and other institutions. She/he has the obligations of educating, teaching, developing, directing, training, assessing, and evaluating students both during instruction and post-instruction. In this case, a teacher plays an important role, one of which is developing students’ learning ethos. In developing learning ethos, teachers should be able to motivate students to be enthusiastic in learning the classroom. All subject teachers have to encourage students to have good learning ethos. The same is true for Islamic education teachers who are responsible to deliver learning materials and any message in accordance with the teaching of Al-Qurˋan and Hadiṡ. If an Islamic teacher delivers even a very small mistake, it will have a fatal impact on students as the mistake pertains to religion. Hence, Islamic teachers, especially at the level of senior high school, should improve their methods of delivering teaching material to be clearer and elaborate and in line with Al-Qurˋan and Hadiṡ. This is so because senior high school students are still in search for their identities and unable to fully distinguish right from wrong, so that they lack learning ethos. They need spiritual development through the teaching of Islamic education in schools. In addition, students require learning ethos development in order for their learning motivation to continue to grow and for them to be able to follow instruction well. This is where teachers play their roles. With learning ethos, it is expected that students’ motivation to learn can grow not only for the subject of Islamic education, but also other subjects. It is also expected that learning ethos in Islamic education subject can be applied to students’ daily life in order to make them a better individual. Hence, the researcher conducted research on the roles of teachers in developing learning ethos through Islamic education subject in schools with a case study of SMA Negeri 1 Susukan. The research aims to find the extent to which teachers develop students’ learning ethos in SMA Negeri 1 Susukan. It adopted descriptive method with qualitative approach employing a case study of SMA Negeri 1 Susukan. The method is selected because it is appropriate to factually describe teachers’ roles in developing learning ethos through Islamic education subject in SMA Negeri 1 Susukan, focusing on the planning, organization, implementation, and development of learning ethos. Data were collected through observation, interview, documentary analysis, triangulation, and analysis. The results show that the planning of learning ethos in Islamic education subject has the objective of growing students’ learning ethos that can be applied in their daily lives, where the teaching and learning steps have been taken in accordance with the lesson plans made based on the syllabus, and the lesson plans are further developed into interesting instruction. In addition, learning resources are in the forms of books and other media available in the school, such as internet and other materials based on the syllabus. As regards the organization of learning ethos, teachers serve as organizers and take the role of delivering materials in line with planning in the form of lesson plan. In terms of implementation of learning ethos through Islamic education subject, the media

(7)

facilitated by the school are used with various methods of delivery, namely discussion, discovery, inquiry, and lecture.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR...v

UCAPAN TERIMAKASIH ...vi

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL ...xi

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian... 7

C.Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E.Manfaat Penelitian ... 8

F.Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 10

A.Konsep Etos Belajar... 10

B.Konsep Islam tentang Etos Belajar ... 13

C.Pendidikan Agama Islam di Sekolah ... 16

D.Peran Guru PAI di Sekolah ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A.Lokasi dan Sampel Penelitian ... 28

B.Metode Penelitian ... 29

C.Definisi Operasional ... 31

D.Instrumen Penelitian... 31

E.Teknik Pengumpulan Data ... 32

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A.Profil SMA Negeri 1 Susukan ... 37

1.Latar belakang terbentuknya SMA Negeri 1 SUSUKAN ... 37

2.Visi dan Misi SMA Negeri 1 Susukan ... 38

B.Hasil Penelitian ... 49

1.Perencanaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI ... 51

2.Pengorganisasian etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI ... 55

3.Pelaksanaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI ... 55

4.Evaluasi etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI ... 57

C.Pembahasan ... 59

1.Analisis Perencanaan Guru dalam Proses Pembelajaran PAI ... 59

2.Analisis Pengorganisasian Etos Belajar dalam Mata Pelajaran PAI ... 63

3.Analisis Pelaksanaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI.. ... 64

4.Analisis Evaluasi etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A.KESIMPULAN... 71

B.SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN I SURAT-SURAT PENELITIAN ... 77

LAMPIRAN II BIMBINGAN SKRIPSI ... 80

LAMPIRAN III KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ... 84

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ... 85

PEDOMAN WAWANCARA ... 89

PEDOMAN OBSERVASI ... 97

LAMPIRAN IV HASIL PENELITIAN ... 101

(10)
(11)

DAFTAR TABEL Tabel 4.1.

Kepala sekolah dan Guru serta Tenaga Administrasi

menurut Ijazah tertinggi...154 Tabel 4.2

Guru dan Kebutuhan Guru menurut Mata Pelajaran yang Diajarkan...155 Tabel 4.3

Daftar Nama Guru dan jam mengajar...157

Tabel 4.4

Jumlah Siswa/Siswi SMA Negeri 1 Susukan pada tahun ajaran 2012-2015...159 Tabel 4.5

Jumlah Rombongan belajar di SMA Negeri 1 Susukan...160 Tabel 4.6

Sarana Prasarana PBM SMA Negeri 1 Susukan Tahun Ajaran 2014/2015...161 Tabel 4.7

Sarana sumber belajar di SMAN 1 Susukan...163

Tabel 4.8

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Manusia telah dianugrahi Allah dengan berbagai potensi yang menjadi modal dasar untuk melaksanakan kehidupannya di dunia. Potensi tersebut antara lain akal, nafsu, dan qalbu. Akal mendorong manusia untuk menjadi makhluk yang berpikir sehingga manusia dijuluki sebagai animal rasional. Qalbu merupakan potensi yang mendorong manusia untuk memiliki perasaan termasuk rasa seni dan agama. Sedangkan nafsu merupakan daya atau kekuatan yang mendorong manusia untuk bergerak dan melakukan sesuatu. Dengan potensi tersebut manusia dapat melaksanakan tugas hidupnya sebagai ‘abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah. Ketiga potensi tersebut dapat dikembangkan melalui proses-proses tertentu yang disebut dengan istilah pendidikan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT, Q.S. al-Baqaraħ ayat 30:

                              

(13)

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqaraħ (2) : 30).

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan kata lain yang lebih sederhana adalah pendidikan sebagai suatu upaya untuk merubah manusia di suatu kondisi kepada kondisi lainnya yang lebih baik.

Pendidikan ditujukan untuk merubah manusia, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap-sikap tertentu sesuai dengan karakter dari tujuan yang diharapkan. Tujuan pendidikan di Indonesia merujuk kepada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang pendidikan nasional bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Atau dengan kata lain hendak mewujudkan manusia seutuhnya atau

(14)

Mewujudkan manusia yang berkarakter diperlukan proses pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya etos kerja dalam diri siswa yang mampu mendorong dirinya untuk sukses belajar, yakni menguasai pengetahuan, keterampilan, serta mewujudkan sikap-sikap positif.

Membentuk manusia yang berkarakter sebagaimana diungkapkan di atas memerlukan penjabaran lebih detil yang berkaitan dengan proses pendidikan. Proses pendidikan melibatkan unsur-unsur antara lain guru, materi, dan metode. Salah satu aspek yang mengupayakan pembentukan karakter out put pendidikan di Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan peserta didik terbentuknya pribadi yang utama insan kamil berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt HablumminAllah dan sesama manusia Hablumminannas, dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Tujuan pendidikan agama di persekolahan adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya terhadap Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan dapat melanjutkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

PAI sebagai pendidikan yang mengajarkan tentang nilai-nilai dan membentuk perilaku dan akhlak siswa di dalamnya terkandung pembinaan etos kerja, yakni disiplin, sungguh-sungguh, sabar, tawakal, kreatif, inisiatif, mandiri, tanggung jawab, optimis dengan kata lain Pendidikan Agama Islam menekankan pembentukan akhlak yang baik yang dibuktikan antara lain dengan tertanamnya etos kerja di kalangan siswa.

(15)

Karena itu manusia tidak memerlukan sumber nilai lain yang menjadi landasan hidupnya.Pendidikan Agama Islam sangat mempengaruhi aspek-aspek kehidupan peserta didik dalam menuju ketakwaanya. Melalui Pendidikan Agama Islam peserta didik dapat diubah karakternya yang tadinya tidak baik menjadi pribadi yang baik shaleh-shaleha.

Tujuan pendidikan Islam adalah memberikan perubahan dalam pengetahuan peserta didik, dalam tingkah laku peserta didik baik jasmani maupun rohani dalam menuju tujuan hidup yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat, serta melatih ketrampilan peserta didik saat terjun ke masyarakat.

Dan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:

Pasal 37 Ayat (1)Butir a “bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat PENDIDIKAN AGAMA”. dan Pasal 39 Ayat (2) bahwa “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas: merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bagi pendidik perguruan tinggi (Dosen)”.

Dari pemaparan di atas dapat dikemukakan bahwa guru yang siap dalam memberikan bimbingan nurani dan akhlak bagi setiap muridnya. Bimbingan tersebut bersumber pada ketulusan hati seorang guru. Dan kemuliaan hati seorang guru diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata berbagi dengan anak didiknya, dan tidak akan merasa lelah dalam menjalankan tugasnya.

Seperti halnya terdapat di dalam hadis Nabi : “Khirunnāsi anfa ùhum linnās” , yang artinya sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain (Al Hadiś).

(16)

Jadi, PAI merupakan leader dari mata pelajaran-pelajaran lainnya. Seperti halnya terdapat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa:

Pasal 35 Ayat (1) bahwa “Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan”. Dan Pasal 35 Ayat (2) ,”Beban kerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu”.

Dari pemaparan di atas dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang Islami.

Etos belajar secara Islam sangat mempengaruhi dalam proses pembelajaran di sekolah. Seperti halnya terdapat dalam Q.S.Al-Insyirah ayat 7-8 Allah berfirman:        

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan ), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap”(Q.S. al-Insyirah (94) : 7-8).

(17)

dalam mata pelajaran PAI sehingga membuat peserta didik termotivasi juga etos belajarnya terhadap mata pelajaran lainnya.

Pembelajaran PAI yang dilakukan seorang pendidik bukan hanya mentransfer ilmu keislaman saja, melainkan juga membina peserta didik sehingga dapat memenuhi etos belajar yang tinggi.

Setiap peserta mempunyai etos belajar yang bervariasi. Ada yang etos belajarnya tinggi dan ada yang rendah. Yang menyebabkan tinggi dan rendahnya etos belajar peserta didik disebabkan berbagai macam alasan antara lain, kurangnya dorongan dari keluarga, terutama orang tuanya, disamping kurangnya motivasi dari pendidik itu sendiri. Kadang, peserta didik bisa menurun kualitas etos belajarnya dikarenakan lingkungan sekitarnya yang kurang mendukung dalam hal pembelajaran. Untuk itu, pendidik harus selalu mendukung dan memberikan semangat dalam hal pembelajaran. Karena peranan pendidiklah yang sangat penting dalam berperan merubah peserta didik menjadi lebih baik dan berakhlakul karimah.

Salah satu yang sangat diperlukan oleh peserta didik adalah peranan guru PAI, di mana guru PAI mempunyai peranan meluruskan setiap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dari hal keagamaan. Seperti sikap peserta didik yang kurang sopan terhadap gurunya, terhadap teman-temanya. Di kala belajar malah banyak berbicara dengan teman sebangkunya, asyik dengan dunianya sendiri (bermain) tanpa menghiraukan guru yang sedang menerangkan di depan kelas. Hal seperti ini yang mengakibatkan peserta didik tertinggal pembelajarannya.

(18)

keluarganya kurang mendukung dalam mengikuti pembelajaran PAI maupun pelajaran-pelajaran lainnya.

Untuk itu diperlukan etos belajar dalam mata pelajaran PAI yang tinggi dan meningkat bagi setiap peserta didik. Supaya peserta didik semangat dan antusiasnya tinggi dalam menerima mata pelajaran PAI dan mata pelajaran lainnya. Dan ini merupakan tugas seorang pendidik dalam membina etos belajar peserta didik dalam menerima semua mata pelajaran lebih baik lagi. Karena guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam hal ini. Untuk itu harus lebih dikuatkan dalam strategi pembelajarannya.

Dalam mendukung pembelajaran PAI dan lainnya diperlukan semangat etos belajar yang tinggi dari pendidik diikuti juga oleh peserta didik. Sehingga akan tercapai Pendidikan Islam yang berkarakter dan berakhlakul karimah.

Secara factual, pembinaan etos belajar siswa di sekolah masih sangat rendah. Pada umumnya sekolah masih menekankan kepada aspek-aspek kognitif sehingga aspek-aspek lainnya termasuk pembinaan etos kerja cenderung terabaikan. Oleh karena itu diperlukan kajian yang komprehensif untuk melihat kondisi sekolah dalam membina etos kerja siswa, khususnya melalui mata pelajaran PAI.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Sesuai dengan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang terjadi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Susukan adalah:

1. Masih rendahnya etos belajar peserta didik.

2. Kurangnya perhatian keluarga dalam membina etos belajar peserta didik. 3. Kurangnya peranan guru PAI dalam membina etos belajar.

(19)

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana peran guru dalam membina etos belajar melalui mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 1 SUSUKAN.”

Dari rumusan penelitian di atas dapat diturunkan rumusan pertanyaan penenlitian sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan pembinaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI SMA NEGERI 1 SUSUKAN?

2. Bagaimana mengorganisasikan pembinaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI SMA NEGERI 1 SUSUKAN?

3. Bagaimana melaksanakan pembinaan etos belajar Agama Islam melalui mata pelajaran SMA NEGERI 1 SUSUKAN?

4. Bagaimana mengevaluasi pembinaan etos belajar Agama Islam terhadap peserta didik melalui mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 1 SUSUKAN?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembinaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 1 SUSUKAN.

2. Untuk mengatahui pengorganisasian pembinaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran SMA NEGERI 1 SUSUKAN.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan etos belajar Agama Islam melalui mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 1 SUSUKAN.

(20)

E.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan peranan guru agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan diadakannya penelitian ini, dapat memberikan kontribusi bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam pada umumnya, khususnya dalam peningkatan etos belajar peserta didik.

b. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran umum skripsi ini, peneliti memberikan struktur organisasi skripsi secara garis besar. skripsi ini terdiri dari lima bab yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II: Kajian pustaka, kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian. Kajian pustaka berisi konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, dan peran guru dalam membina etos belajar yang memiliki kaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Bab III: Metode penelitian, dijabarkan secara rinci mengalokasikan dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari dua hal utama yaitu pemaparan hasil penelitia, dan pembahasan hasil analisis data.

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Susukan yang berada di Jl. Prof. Dr. Moh. Yamin, SH. Susukan Kab. Cirebon 45166 Jawa Barat- Indonseia, Telp.( 0231 ) 8356089. Peneliti memilih SMAN 1 SUSUKAN karena SMAN 1 SUSUKAN adalah SMA yang masih muda tetapi sudah memiliki banyak prestasi. Untuk itu, Penulis tergerak hatinya untuk mengetahui lebih lanjut tentang mutu dan kualitas pendidikannya itu sendiri.

2. Objek Penelitian/ Situasi Sosial

Menurut Sugiyono (2011, hlm.297) menyatakan bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social

Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Dari pemaparan di atas tiga elemen tersebut dapat dihubungkan dengan penelitian kualitatif ini. Dan yang menjadi tempat penelitian adalah SMAN 1 SUSUKAN. Kemudian yang menjadi pelaku atau aktor di dalam penelitian adalah guru dan siswa. Aktivitas yang diteliti adalah peran guru dalam membina etos belajar melalui mata pelajaran PAI. Dalam teknik pengambilan sampel menurut Lincoln dan Guba (Sugiyono, 2011 hlm.301) mengemukakan bahwa:

“Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda

(23)

statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

maksimum, bukan untuk digeneralisasikan”.

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti lebih memperoleh informasi kepada guru mengenai peran guru agar mendapatkan informasi yang natural dan spesifik, selain itu peneliti juga mewawancarai beberapa peserta didik untuk mendapatkan informasi yang lebih maksimal.

Menurut Faisal (dalam Sugiyono, 2011 hlm.303) menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta infomasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

“keemasannya” sendiri.

e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil obyek peneliti sebanyak 43 orang.Terdiri dari 3 guru PAI dan 40 dari kelas X.

B. Metode Penelitian

“Secara umum metode pelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dan tujuan dan kegunaan tertentu.” (Sugiyono, 2011 hlm. 3).

Untuk itu, dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti harus menggunakan beberapa metode dan pelaksanaannya.

(24)

yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, dan pertanyaan serta isu-isu yang dihadapi.”

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut terhimpun dan diolah.

“Adapun tujuan dari rancangan penelitian atau metode penelitian adalah

melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan

penelitian.” (Syaodih, 2010, hlm. 52)

Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi analisis dengan pendekatan kualitatif. Hal ini diperlukan peneliti dalam mendeskripsikan peran guru dalam membina etos belajar melalui mata pelajaran PAI.

Menurut Sugiyono, (2011, hlm. 15) mengemukakan bahwa, “pendekatan

kualitatif dilakukan pada obyek yang alamiah.”

Obyek alamiah yang diteliti ini adalah berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar guru PAI dalam membina etos belajar siswa di SMAN 1 SUSUKAN. Pada penelitian tersebut, peneliti sendiri sebagaai instrumennya. Penelitian kualitatif yang menggunakan desain penelitian studi analisis atas kasus SMA Negeri 1 Susukan kelas X semester genap periode tahun pembelajaran 2014-2015 adalah penelitian yang difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan

dalam temuan di lapangan.” Syaodih (2011, hlm. 99)

(25)

penelitian, berpartisipasi secara mendalam di lapangan, menikmati penelitian, memperhatikan setiap yang tejadi dan mengumpulkan semua data dan dokumen yang ada di lapangan, yang kemudian akan dibuat ke dalam bentuk laporan penelitian secara detail tanpa mengurangi atau menambahkan (naturalistik).

C. Definisi Operasional 1. Guru

Guru merupakan seseorang yang bertugas sebagai pengajar, pendidik, dan penilai siswa di sekolah SMA Ngeri 1 Susukan.

2. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang di dalamnya mengandung ajaran-ajaran Islam agar siswa dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

3. Etos Belajar

Etos belajar adalah Etika dan semangat belajar siswa yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Susukan.

4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

SMA yang menjadi tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Susukan. D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 148) menjelaskan bahwa Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

(26)

“divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian dengan metode kualitatif yang selanjutnya terjun ke lapangan. (Sugiyono, 2011, hlm. 305)

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa yang menjadi alat utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti melalui pengamatannya di lapangan.

“Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan atas semuanya”.

Jadi dalam penelitian, yang menentukan fokus penelitian yang akan diteliti, memilih informan yang sekiranya bisa dijadikan sebagai sumber data, mengumpulkan data-data penelitian, menilai kualitas data, menganalisis data, dan menafsirkan serta membuat kesimpulan data adalah peneliti itu sendiri. A.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, triangulasi dan member check. Penjelasanya sebagai berikut:

1. Observasi

Sugiyono, (2011, hlm. 310) mengemukakan bahwa, observasi partisipatif adalah bahwasanya peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

(27)

2. Wawancara

Esterberg dalam (Sugiyono, hlm. 317) menjelaskan bahwa “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu”.

Wawancara dilakukan dalam pertemuan dua orang dengan bertukar informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data.

Sugiyono (2011, hlm.317) mengemukakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun data yang diperlukan dalam menggunakan wawancara ini adalah mengenai kegiatan KBM dan peran guru PAI dalam membina etos belajar melalui mata pelajaran PAI di SMAN 1 SUSUKAN.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Syaodih (2011, hlm. 221) bahwa “studi dokumentasi adalah suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun gambar elektronik”.

Studi dokumentasi sangat diperlukan dalam pengumpulan data yang akurat. Dokumentasi bisa dalam bentuk gambar , menganalisis dokumen dan juga video.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm. 329) bahwa “studi dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang dan pelengkap dari

(28)

Studi dokumentasi yang digunakan peneliti adalah foto, gambar, buku, tulisan dan video saat berlangsungnya penelitian di SMAN 1 SUSUKAN. Hal ini dijadikan bentuk naturalistik dalam penelitian.

4. Triangulasi

Menurut Sugiyono, (2011, hlm. 330) menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Susan Stainblack dalam (Sugiyono, 2011, hlm. 330) mengemukakan bahwa triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Jadi, dengan melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data sekaligus dengan menguji kredibilitas data dengan mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dan dengan teknik triangulasi peneliti mendapatkan data sesuai dengan yang peneliti temukan dan bisa memahami objek yang diteliti.

5. Member Check

(29)

dengan pemberi data,apabila perbedaannya tajam maka peneliti harus mengubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Jadi tujuan member check adalah agar informasi yangdiperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

Salah satu cara yang paling penting adalah mengadakan member check pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh peneliti dapat digunakan dalam penulisan hasil penelitian sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Member chek dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang diberikan, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya.

B. Analisis Data

Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 334) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Dari pemamparan di atas bahwa analisis data meliputi proses penyusunan data secara sistematis.Yang didapatkan dari hasil wawancara, catatan lapangan dan lain sebagainya.

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis data sebagaimana yang dinyatakan oleh Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 334) yatu:

1) Analisis Tahap Persiapan

(30)

kepala sekolah dan wakasek kurikulum untuk melakukan penelitian. Dengan menyiapkan surat izin dari kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung untuk mengadakan penelitian di SMAN 1 SUSUKAN. Setelah surat diterima oleh wakasek kurikulum, peneliti langsung melakukan kesepakatan untuk mengadakan pertemuan dengan beberapa guru PAI untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan wawancara dan observasi data-data yang peneliti butuhkan.

Kemudian peneliti mengikuti KBM PAI di kelas X untuk memperoleh data. Peneliti menyiapakan buku catatan dan handphone (HP) untuk merekam semua kegiatan di kelas. Setelah itu, peneliti mencatat semua yang dilihat, didengar dan dirasakan selama mengikuti KBM.

2) Analisis Tahap Pelaksanaan

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 337) menjelaskan bahwa analisis data dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:

Dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Analisis data dilkaukan pada saat pengumpulan data, seperti pada saat berlangsungnya wawancara saat itulah peneliti menganalisis data yang di dapat.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 337) Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi yang akan dipaparkan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

(31)

Data yang sudah direduksi akan menghasilkan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila dibutuhkan.

Oleh karena itu, data yang dihasilkan dari lapangan melalui teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi triangulasi dan member check sangat banyak, maka peneliti akan memili dan memilah data yang sesuai dengan maksud penelitian.

b. Penyajian Data

Penelitian kualitatif penyajian data merupakan langkah selanjutnya setelah data reduksi yang dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sugiyono (2011, hlm.341)

Dalam hal ini yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan kesimpulan

Setelah data direduksi dan data disajikan maka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Basrowi (2008, hlm.210) mengungkapkan bahwa dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada yang telah terbentuk, dan proposisinya telah dirumuskan.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan:

1. Perencanaan etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI

Perencanaan pembinaan etos belajar PAI di SMA Negeri 1 Susukan sudah ada, akan tetapi bentuknya tidak tertulis. Dalam menerapkannya guru mata pelajaran PAI menggunakan tindakan yang terstruktur dan sudah terencanakan, seperti pendidik memberikan motivasi kepada peserta didik saat pembelajaran berlangsung maupun saat di luar pembelajaran. Pemberian motivasi yang dilakukan guru PAI ini membuat peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di mata pelajaran lain.

2.Pengorganisasian etos belajar Agama Islam dalam mata pelajaran PAI

(33)

etos belajarnya kurang. Oleh karena itu, seorang pendidik wajib mengawasi dan membimbing peserta didik guna melihat sejauh mana kesungguhan dalam belajar dan sejauh mana etos belajar yang dimiliki peserta didik sehingga pendidik wajib memberikan motivasi kepada mereka yang mengalami kurangnya etos belajar.

2. Pelaksanaan etos belajar Agama Islam pada mata pelajaran PAI

Dalam pelaksanaan KBM seorang pendidik harus lebih bisa memotivasi peserta didik agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan etos belajar yang baik sehingga materi yang disampaikan dapat diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru harus bisa memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, karena jika perbuatan yang tidak baik diketahui oleh peserta didik maka peserta didik akan meremehkan gurunya, oleh karena itu sebelum memberikan pembelajaran sebaknya guru membuat rancangan atau metode pembelajaran terlebih dahulu mengenai yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan KBM di SMA Negeri 1 Susukan belum berjalan begitu sempurna karena guru yang masih kewalahan dalam menghadapi peserta didik yang masih banyak susah diatur. selain itu dalam kegiatan KBM juga masih banyak peserta didik yang sibuk dengan dunianya sendiri seperti memainkan handphone, mengobrol dan sebagainya sehingga guru harus sering mengingakan peserta didik, maka dari itu peserta didik perlu diberikan motivasi yang tinggi agar sadar akan perannya. guru bisa memotivasi dengan menggunakan metode atau cara belajar yang semenarik mungkin sehingga dapat menumbuhkan etos belajar peserta didik.

3. Hasil Pembelajaran melalui etos belajar Agama Islam pada mata pelajaran PAI

(34)

dengan dunianya sehingga guru harus sealalu mengingatkannya membuat peserta didik terkadang masih bisa melawan atau mengeles, apalagi saat ijin ke wc dimana guru sudah menetapkan untuk tidak banyak orang yang keluar dan bergantian karena guru sudah mengetahui bahwa mereka tidak hanya pergi ke wc tapi akan berbelok ke kantin sekolah. Dilihat dari hal tersebut hasil belajar peserta didik masih kurang dalam etos belajar sendiri dan masih banyak yang dibawah KKM sehingga peserta didik membutuhkan motivasi atau etos belajar yang tinggi dari lingkungannya, seperti sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat

B. SARAN 1. Bagi Sekolah

Saran untuk sekolah harus lebih meningkatkan etos belajar siswa dimulai dari perencanaan kegiatan dalam membuat metode belajar yang lebih menarik lagi agar peserta didik termotivasi. Selain itu sekolah harus lebih memperhatikan fasilitas yang menunjang KBM, seperti buku dan sebagainya, hal itu adalah salah satu dapat menumbuhkan etos belajar belajar peseta didik. 2. Bagi Pemerintah

Pemerintah lebih mengayomi lagi dalam hal menunjang proses pembelajaran terutama dalam hal buku acuan untuk pembelajaran PAI.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Bagi perguruan tinggi harus bisa mendidik calon pendidik dengan lebih memberikan motivasi dalam etos belajar dan memberikan arahan mengenai kegiatan pembelajaran di sekolah

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat harus mendukung dalam peran peserta didik di sekolah agar dalam bermasyarakat peserta didik bisa mengambil baiknya atau dapat termotivasi untuk melakukan etos belajar.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bahri Djamarah, Syaiful. (2005). Guru Dan Anak Didik (Dalam interaks edukatif suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. (2014). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya.

Hamalik, Oemar.(2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanafiah Nanang dan Cucu Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Lestari, Ika. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan). Padang: Akademia Permata.

Litbang LPM-PNL UNM 2013/2014.(12 Juli 2014).Pengujian Kredibilitas Data pada Penelitian Kualitatif. [online].

Tersedia:http://www.penalaran- unm.org/artikel/penelitian/352-pengujian-kredibilitas-data-pada-penelitian-kualitatif.html. (diakses 19 Agustus 2015).

Majid, Abdul. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Meleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. BANDUNG: PT. REMAJA ROSDAKARYA

Mudlofir, Ali. (2013). Pendidik Profesional (Konsep Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jakarta: PT. Raja

(37)

Munjin Asih, Ahmad dan Lilik Nur Kholidah. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nata dan Abuddin. (2009). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pintania's.(2014). Konsep Etos Belajar Dalam Islam. [online].Tersedia: https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=konsep+ISLAM+tentang+etos+b elajar. (diakses 25 Juli 2015)

Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. (2011). Bandung: Alfabeta.

Setyosar dan Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sulistyo dan Basuki. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Suryana, Toto (dkk) . (2004). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Tiga Mutiara.

Syaodih Sukmadinata, Nana. (2011). Metode Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Jurusan Adm. Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Adm. Pendidikan.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook dengan Pengungkapan Diri (Self Disclosure) pada Siswa-siswi Kelas VIII SMP Negeri 26

membedakan antara Allah dan rasul dalam keyakinan, mereka bahkan mengatakan “Kami beriman terhadap sebagian, dan mengkufuri sebagian yang lain”. ا عطاو ا ع س ا

[r]

serta syahadat rasul dalam kaca mata islam dan kristen.selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi siapa saja untuk menelaah lebih

activities according to students’ learning styles develop students’ speaking.. ability?”, the data showed that there was a significant increased

PBZ at 7 ppm combined with 5.3 g/1 mannitol and 20 g/1 sucrose significantly reduced the cell suspension growth but remarkably increased quinine content, even

Putra Remaja Rute Yogyakarta-Merak ” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta4.

Simpulan penelitian ini adalah pendekatan ketepatan dan pendekatan kecepatan dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan pukulan bulutangkis pada mahasiswa putra