• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Tinjauan Metode Demonstrasi

Dalam menggunakan metode pembelajaran sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses pembelajaran sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses pembelajaran, maka diperlukan pengetahuan memahami dan keterampilan guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Hal yang penting dalam metode pembelajaran adalah bahwa setiap metode yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang hendak dicapai.

Sehubungan penelitian ini bahwa objek pembelajarannya adalah sikap pasang pada cabang olahraga pencak silat, maka digunakan metode demonstrasi. Oleh karena itu, berikut ini diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan metode demonstrasi.

a) Pengertian Metode Demonstrasi

Sebelum membahas tentang pengertian metode demonstrasi, terlebih dahulu diuraikan arti dari metode dan demonstrasi secara terpisah. Menurut Uno (2010: 65), metode pembelajaran cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar, dan lain-lain. Selanjutnya, Djamarah dan Zain (2010: 74) mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan

(2)

yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut secara sederhana dapat dipahami bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya, dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011: 91), demonstrasi dapat berarti peragaan atau pertunjukkan cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Demonstrasi ini jika dihubungkan dengan metode pembelajaran, yang selanjutnya disebut metode demonstrasi, maka dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menyajikan materi pelajaran dangan jalan memperagakan atau mempertunjukkan prosedur pengerjaan terjadap sesuatu.

Djamarah dan Zain (2010: 90) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dari pengertian di atas dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa pembelajaran sikap pasang dalam pencak silat sangat cocok apabila menggunakan metode demonstrasi karena sikap pasang ini memerlukan gerakan-gerakan yang harus diragakan untuk diperlihatkan kepada siswa. Sebagaimana dikatakan oleh Sagala (2009: 210) bahwa metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses, maupun hal-hal yang bersifat rutin.

(3)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penggunaan metode pembelajaran berhubungan dengan tujuan belajar yang hendak dicapai, demikian pula metode demonstrasi. Pernyataan ini kalau dihubungkan dengan pembelajaran sikap pasang dalam pencak silat dapat dipahami bahwa dengan pembelajaran dengan metode demonstrasi dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap gerakan sikap pasang misalnya gerakan kaki sampai membentuk kuda-kuda, posisi badan, dan sikap tangan.

b) Langkah-langkah Pembelajaran Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah pembelajaran metode demonstrasi menurut Sumiati dan Asra (2009: 102) sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa; (2) mempersiapkan semua alat yang dibituhkan; (3) memeriksa apakah semua alat itu dalam keadaan berfungsi atau tidak; (4) menetapkan langkah pelaksanaan agar efisien; (5) menetapkan alokasi waktu; (6) mengatur tata ruang yang memungkinkan seluruh siswa dapat memperhatikan pelaksanaan demonstrasi; (7) menetapkan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan, seperti: (a) apakah perlu memberi penjelasan panjang lebar sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman luas, (b) apakah siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan, (c) apakah siswa diharuskan membuat catatan tertentu.

Selanjutnya Sasmito (2010: 17-18) menguraikan langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan

(4)

1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.

2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3) Lakukan uji coba demonstrasi.

b. Tahap Pelaksanaan 1) Langkah pembukaan.

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: (a) aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan; (b) kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa; (c) kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

2) Langkah pelaksanaan demonstrasi: (a) mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. (b) ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. (c) yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. (d) berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

(5)

3) Langkah mengakhiri demonstrasi.

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya (Sasmito, 2010: 17-18).

c) Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Berikut ini diuraikan kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi. Adapun kelebihan metode demonstrasi menurut Sagala (2009: 211) adalah: (1) perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya, (2) dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama, (3) ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat memperlihatkan melalui demonstrasi dalam waktu yang pendek, (4) dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca dan mendengarkan, karena siswa mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya, (5) karena gerakan dan proses pertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan

(6)

yang banyak, (6) beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapan diperjelas waktu proses demonstrasi.

Selanjutnya, kelebihan metode demonstrasi menurut Djamarah dan Zain (2010: 91) adalah: (1) dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, (2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, (3) proses pengajaran lebih menarik, dan (4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri;

Adapun kelemahan metode demonstrasi menurut Sagala (2009: 212) adalah: (1) derajat visibilatasnya kurang, siswa tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemondtrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol; (2) untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat khusus; (3) dalam melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian, dalam hal ini banyak diabaikan oleh siswa; (4) tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas; (5) memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minim; (6) kadang-kadang-kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya; dan (7) agar yang didemonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan keteletian dan kesabaran, sementara hal ini kadang-kadang diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

Sedangkan kelemahan metode demonstrasi menurut Djamarah dan Zain (2010: 91) antara lain: (1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan

(7)

tidak efektif, (2) fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik, (3) demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

2.1.2 Tinjauan Sikap Pasang dalam Pencak Silat

Sebelum membahas tentang sikap pasang dalam pencak silat, terlebih dahulu diuraikan mengenai definisi pencak silat itu sendiri. Istilah pencak silat merupakan sebuah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional dewasa ini. Eksistensi pencak silat telah berkembang diberbagai negara sehingga tidak diragukan lagi keberadaannya serta kemandiriannya.

Pencak silat berasal dari kata pencak dan silat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011: 399), pencak berarti permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya; sedangkan silat berarti permainan atau olahraga yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri (Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, 2011: 498). Jadi, pencak dan silat pada dasarnya memilik makna sama, sehingga kemudian disepakati menjadi pencak silat.

Pencak silat atau silat ialah seni beladiri Asia yang berakar dari budaya Melayu (Yordan, 2008: 4). Hal senada dikemukakan oleh Gunawan (2007: 8) bahwa pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya Melayu, dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia. Selanjutnya Muhajir (2007: 47) mengatakan bahwa pencak silat adalah hasil budaya

(8)

masyarakat Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pencak silat merupakan salah satu budaya asli bangsa Indonesia. Pada masa prasejarah, pencak silat digunakan sebagai ilmu bela diri dalam menghadapi alam yang keras dengan tujuan mempertahankan hidup dari berburu, melawan binatang buas dan pada akhirnya manusia mengembangkan gerak-gerak bela diri yang kemudian disebut pencak atau silat (Azizi, 2013: 1). Jadi, pencak silat tidak lahir atau ada begitu saja tanpa melalui pengelolaan dari manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Ochid Aj (2010: 9) mengatakan bahwa pencak silat yang lahir dari olah rasa, karsa, dan cipta nenek moyang kita sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya dan adat istiadat, oleh karena itulah dalam pencak silat muatan kaedah dan filosofi sangat kental yang mencirikan sebuah kearifan lokal bangsa.

Beberapa ahli mengatakan bahwa kata pencak silat itu berasal dari kata panca yang artinya lima. Bilangan lima dihubungkan dengan lima anggota badan kita, yaitu dua tangan dan kaki serta satu tubuh. Juga dihubungkan dengan panca indera kita, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat penciuman, kulit atau tangan sebagai alat peraba, lidah atau mulut sebagai alat pengecap (Karwati, 2011: 8).

Menurut Ochid Aj (2010: 8), pencak silat merupakan istilah baku yang digunakan untuk menyebut sebuah seni bela diri khas Indonesia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa seni bela diri sendiri mengandung dua makna, yakni seni dan

(9)

pembelaan diri. Seni merujuk pada keindahan tata gerak, pola langkah, serang-bela, bahkan seni dalam pencak silat lebih khusus diartikan sebagai seni pertunjukan ibing pencak silat di mana keindahan gerak dan langkah dipadu dengan iringan musik gendang pencak (nayaga). Seni bisa juga diartikan sebagai teknik, seperti teknik menyerang, teknik menghindar, menangkis, memukul, dan sebagainya. Sedangkan bela diri adalah unsur utama dalam silat, intisari dari keahlian seseorang dalam bersilat adalah dalam pembelaan diri ini. Membela diri dalam silat tentu saja menggunakan teknik-teknik, kaidah dan filososfi dalam silat yang dimiliki seseorang (Ochid Aj., 2010: 8-9).

Dengan demikian, pencak silat pada dasarnya mengandung dua makna, yakni makna seni dan makna pembelaan diri. Pencak silat pada hakikatnya adalah hasil warisan budaya asli masyarakat Indonesia yang berakar dari budaya Melayu dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mengembangkan keterampilan teknik pencak silat, ada beberapa teknik dasar yang perlu dikuasai bagi seorang pesilat. Teknik dasar tersebut sangat berperan dalam menentukan keterampilan seseorang dalam berpencak silat, seperti kuda-kuda, pola langkah, sikap pasang, serangan, pembelaan, jatuhan, dan kuncian. Namun, dalam tulisan ini, penulis hanya akan memfokuskan pembahasan terkait sikap pasang.

(10)

a. Pengertian Sikap Pasang

Olahraga pencak silat terdapat berbagai macam gerak dasar yang perlu dikuasai oleh seseorang yang belajar pencak silat, sebab gerak dasar ini sangat mempengaruhi pencapaian keterampilan yang maksimal. Teknik dasar pencak silat bervariasi. Teknik dasar tersebut secara umum adalah kuda-kuda, sikap pasang, pola langkah, belaan, hindaran, serangan, tangkapan, dan bantingan; namun dalam pembahasan kali ini penulis hanya akan menguraikan tentang teknik dasar sikap pasang.

Hariono (2011: 11) mengatakan bahwa sikap pasang pesilat pada saat pertandingan sangat menentukan terhadap gerak teknik yang akan dilakukan. Dari sikap pasang yang dilakukan lawan, pesilat akan lebih mudah dalam mempersepsikan kemungkinan gerakan yang akan dilakukan lawan. Dalam sikap pasang yang harus diperhatikan adalah; posisi kuda-kuda, posisi badan, dan posisi lengan. Hal ini dapat dikatakan bahwa perpaduan bentuk posisi tersebut secara umum dapat dikatakan sebagai suatu teknik.

Teknik menurut Suharno (dalam Hariono, 2011: 5) adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan (Thomson dalam Hariono, 2011: 5).

Sehubungan dengan hal itu, Lubis (2004 : 10) mengatakan bahwa sikap pasang mempunyai pengertian yakni sikap taktik untuk menghadapi lawan yang

(11)

berpola menyerang atau menyambut. Apabila ditinjau dari sistem bela diri, sikap pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal. Dalam pelaksanaannya, sikap pasang merupakan kombinasi dan koordinasi kreatif dari kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sikap pasang dalam pencak silat merupakan suatu teknik yang melibatkan gerakan dan pembuktian praktek sebaik mungkin untuk mencapai gerakan yang sesungguhnya sebagaimana tuntutan gerakan teknik dalam pencak silat. Teknik dalam pencak silat secara umum menurut Ochid Aj (2010: 17-18) dapat dibagi menjadi:

1) Sikap; artinya keadaan seorang pesilat dalam sebuah pertarungan, apakah itu pertandingan atau pertarungan sebenarnya. Sikap kadang disebut juga sebagai “sikap pasang”, style, gaya berdiri, ataupun kuda-kuda.

2) Teknik menyerang (memukul, menendang, menjatuhkan); penyerangan dalam pencak silat mempunyai gaya dan pola yang teratur dan terarah, yang membedakannya dari serangan ngawur orang awam. Menyerang dapat dilakukan dengan seluruh anggota badan dan ke seluruh anggota badan lawan. 3) Teknik menghindar; misalnya serangan lurus ke depan bisa dihindari dengan

mundur satu langkah, bergerak menyamping, atau merundukan tubuh yang dikombinasikan dengan gerakan kaki yang terpola.

4) Teknik menangkis; umumnya menggunakan tangan, tetapi bisa juga menggunakan kaki, untuk menangkis tendangan.

5) Teknik melangkah; secara umum melangkah dalam pencak silat menuju arah empat mata angin (biasa nya disebut pancer), yaitu ke depan, ke belakang, ke

(12)

kanan dan ke kiri. Pola langkah sangat variatif bentuk dan tekniknya, ada langkah segitiga, langkah segi empat, pola langkah tapal kuda, langkah melingkar, dan sebagainya.

Memperhatikan uraian di atas dapat diambil sebuah pemahaman bahwa sikap pasang dalam pencak silat merupakan salah satu teknik. Artinya bahwa sikap pasang sebagai teknik dalam pencak silat melibatkan perpaduan atau kombinasi sikap anggota tubuh yakni sikap kaki (kuda-kuda), sikap badan, dan sikap lengan. Dengan penampilan yang sempurna ketiga sikap tersebut maka seorang pesilat akan siap siaga untuk melakukan serangan dan belaan secara taktis.

Ditinjau dari sistem bela diri, pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal baik fisik maupun mental dan indera. Dengan demikian sikap pasang berarti teknik berposisi siap tempur secara optimal dalam menghadapi lawan yang dilaksanakan secara praktis dan efektif. Sikap pasang dapat berpola serangan atau belaan. Dalam pelaksanaannya, sikap pasang merupakan kombinasi dan koordinasi kreatif dari kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan.

Sikap pasang merupakan suatu teknik yang harus dikuasai bagi seseorang yang belajar pencak silat karena dengan kemampuan sikap pasang dapat memberikan kesiagaan mental dan indera secara totalitas untuk siap tempur dalam menghadapi lawan. Untuk mengefektifkan pelaksanaan sikap pasang, perlu mengkombinasikan serta mengkoordinasikan secara kreatif antara kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan, serta pandangan pada sasaran.

(13)

b. Jenis-Jenis Sikap Pasang

Adapun jenis-jenis sikap pasang ditinjau dari beberapa kategori antara lain:

1) Sikap pasang ditinjau dari taktik penggunaannya terbagi menjadi dua jenis, yaitu: (a) sikap pasang terbuka, yaitu sikap pasang dengan sikap tangan dan lengan yang tidak melindungi tubuh; dan (b) sikap pasang tertutup, yaitu sikap pasang dengan sikap tangan dan lengan yang melindungi tubuh.

2) Sikap pasang ditinjau dari posisinya terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) Sikap pasang tegak, yaitu teknik sikap pasang yang dilaksanakan dengan posisi berdiri tegak.

b) Sikap pasang sedang, yaitu teknik sikap pasang yang dilaksanakan dengan posisi berdiri setengah tegak.

c) Sikap pasang rendah, yaitu teknik sikap pasang yang dilaksanakan dengan posisi berdiri merendah.

3) Sikap pasang ditinjau dari kombinasi dan koordinasinya dengan kuda-kuda terbagi menjadi dua belas jenis, yaitu:

a) Sikap pasang satu, yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk ke kiri dan ke kanan dengan Posisi membentuk 300.

b) Sikap pasang dua, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda tengah serong. c) Sikap pasang tiga, yakni sikap pasang dengan ku-kuda samping.

d) Sikap pasang empat, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda depan. e) Sikap pasang lima, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda tengah seliwa.

(14)

f) Sikap pasang enam, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda tengah menghadap ke depan.

g) Sikap pasang tujuh, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda salah satu kaki disilangkan di belakang kaki lainnya dan pandangan mata searah dengan kaki yang disilangkan.

h) Sikap pasang delapan, yakni sikap pasang yang salah satu kaki disilangkan ke depan kaki lainnya.

i) Sikap pasang sembilan, yakni sikap pasang dengan kuda-kuda belakang menghadap ke depan.

j) Sikap pasang sepuluh, yakni sikap pasang berdiri satu kaki terbuka.

k) Sikap pasang sebelas, yakni sikap pasang dengan satu lutut bertumpu pada lantai, dan kaki lainnya ditekuk tegagk lurus.

l) Sikap pasang dua belas, yakni sikap pasang dengan posisi bersila (sempok).

2.1.3 Pembelajaran Sikap Pasang Melalui Metode Demonstrasi

Sikap pasang merupakan salah satu teknik dasar dalam pencak silat. Oleh karena itu, dalam memberikan pembelajaran teknik, penggunaan demonstrasi harus benanr-benar diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran teknik pencak silat menurut Hariono (2011) adalah sebagai berikut. a) Mengenalkan keterampilan teknik, seperti: (1) pemperoleh perhatian regu;

(2) membuat anggota tim melihat dan mendengar penjelasan; dam (3) memberitahukan nama dan kegunaan teknik dalam pertandingan.

(15)

1) Mendemontrasikan teknik bukan berarti guru/pelatih hanya menunjukkan cara melakukan teknik, merlainkan juga harus menjelaskan kemungkinan kesalahan yang terjadi selama dalam melakukan teknik tersebut. Dengan demikian siswa akan memiliki gambaran gerak teknik yang akan dilakukan secara benar.

2) Dalam mendemonstrasikan teknik, dapat dilakukan dengan cara:

- Melakukan praktek teknik sambil memberikan koreksi terhadap kemungkinan kesalahan yang terjadi

- Meminta salah seorang untuk menunjukkan gerakan tersebut - Bila perlu tunjukkan peragaan teknik tersebut melalui audio visual c) Menyuruh siswa untuk melakukan praktek

Hal ini berguna antara lain: (1) untuk mengetahui sejauh mana anak latih dapat menerima pembelajaran yang diberikan, dan (2) sebagai umpan balik (feed-back) bagi guru/pelatih.

d) Melakukan Koreksi

Dalam melakukan koreksi terhadap atlet, pelatih harus melihat apakah tujuan dari latihan sudah dilakukan, dan bagaimana cara mengubah kesalahan yang dilakukan anak latih ke arah tujuan yang ingin dicapai (Hariono, 2011: 6).

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran sikap pasang dalam pencak silat di kelas VIIC MTs. Nuru Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango.

(16)

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan landasan berpikir, peneliti mencoba menemukan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, baik melalui internet maupun manual, namun peneliti sampai saat ini belum menemukannya, kecuali, buku-buku dan artikel yang peneliti temukan terkait dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran penjasorkes. Oleh karena itu, penliti belum mencantumkan kajian penelitian relevan terkait dengan kata kunci: pencak silat, sikap pasang, dan metode demonstrasi. Meskipun demikian, pada bab II peneliti telah mencantumkan beberapa teori tentang pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran penjasorkes.

2.3 Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi: “Jika metode demonstrasi diterapkan maka kemampuan sikap pasang dalam olahraga pencak silat pada siswa kelas VIIC MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”.

2.4 Indikator Kinerja

Sebagai tolok ukur keberhasilan dalam penelitian ini, peneliti merumuskan indikator kinerja yang berbunyi: Jika kemampuan sikap pasang siswa kelas VIIC MTs. Nurul Bahri Kabupaten Bone Bolango yang mencapai kriteria ketuntasan telah meningkat menjadi 85% ke atas, maka penelitian ini dinyatakan selesai”.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu program yang dilaksanakan oleh Yayasan Artha Graha Peduli dalam Mempertahankan citra perusahaan dengan mengadakan program pasar murah yaitu pembagian

Umur dan jumlah anggota keluarga mempunyai hubungan positif yang berarti semakin tinggi faktor internal maka semakin banyak tambahan asset rumah tangga buruh migran, sedang

Hasil penelitan menunjukkan kejadian emesis gravidarum sebanyak 60%, ibu hamil dengan emesis gravidarum yang melakukan penanganan; sebagian besar tepat dalam mengatur pola makan,

Gel dan butiran oksida yang dihasilkan pada kondisi ini relatif lebih baik dibandingkan dengan butiran oksida hasil kalsinasi gel PV A-V yang mengandung 150 g VII dan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data harga cabai rawit selama 24 bulan, yaitu dari Januari 2008 sampai Desember 2009.Hasil

Hal yang serupa ditemukan oleh Januarti (2008) yang menunjukkan bahwa opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern,

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara perilaku rokok, konsumsi alkohol, dan hiburan malam dengan risiko penggunaan narkotika

Melihat banyaknya kasus korupsi di Indonesia terutama dilakukan oleh pegawai negeri sipil ( PNS ), korupsi diibaratkan sudah menjadi budaya yang sulit untuk diberantas.