PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN
PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA
PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
ZULMI NISFAN NUGROHO 0613015019 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH, Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLLAH S.W.T atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Strata Satu Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH
PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP
RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG GO
PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran Penulis dalam menulis skripsi baik berupa dukungan, doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak. Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE.MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Rahman A Suwadi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas
4. Ibu Dr.Sri Trisnaningsih, SE, Msi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, MAks, Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi. 6. Bapak dan ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi Khusunya Program
Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak dan ibu tercinta serta saudara-saudara saya yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan berupa semangat moril maupun materiil.
8. Teman-Teman semasa menempuh kuliah Terimakasih atas kebersamannya.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Desember 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
2.2.4 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 29
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 33
3.4.1 Uji Normalitas ... 33
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 33
3.4.2.1 Multikolinieritas ... 34
3.4.2.2 Heteroskedastisitas ... 34
3.4.2.2 Autokorelasi ... 35
3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 36
3.4.4 Uji Hipotesis ... 37
3.4.4.1 Uji F ... 37
3.4.4.2 Uji t ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 40
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.2.1. Perputaran Kas ... 50
4.2.2. Perputaran Piutang ... 52
4.2.3. Rentabilitas ... 54
4.3. Deskripsi Analisis dan Uji Hipotesis... 56
4.3.1. Uji Normalitas ... 56
4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 59
4.3.2.1. Uji Multikolinieritas ... 59
4.3.2.2. Uji Heterokedastisitas ... 59
4.3.2.3. Uji Autokorelasi ... 60
4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 61
4.3.4. Uji F ... ... 62
4.4.1. Implikasi Penelitian ... 64
4.4.2. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas ... 65
4.4.3. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas ... 66
4.4.4. Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 68
4.4.5. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70
5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Perputaran Kas ... 51
Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Perputaran Piutang ... 53
Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Rentabilitas ... ... 55
Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas... 56
Tabel 4.5 : Hasil Uji Outlier... ... 57
Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier... ... 58
Tabel 4.7 : Hasil Uji Multikolinieritas ... . 59
Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ... . 60
Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ... 60
Tabel 4.10 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 61
Tabel 4.11 : Hasil Uji F... ... 62
Tabel 4.12 : Hasil Koefisien Determinasi ... 63
Tabel.4.13 : Hasil Uji t ... ... 63
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Data Perputaran Kas Lampiran 2 : Tabulasi Data Perputaran Piutang Lampiran 3 : Tabulasi Data Rentabilitas
Lampiran 4 : Output Uji Normalitas dan Outlier Lampiran 5 : Nilai Zscore Untuk Uji Outlier
Lampiran 6 : Input Regresi Linier Berganda Dan Nilai Residual Lampiran 7 : Output Uji Regresi Linier Berganda
PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN
PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA
PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Zulmi Nisfan Nugroho
Abstraksi
Pembangunan perekonomian yang semakin pesat menyebabkan muncul banyaknya perusahaan dalam berbagai bidang. Hal ini membuat persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah satu cara untuk memperoleh laba yang maksimal adalah dengan meningkatkan volume penjualan. Volume penjualan yang tinggi dapat diraih dengan melaksanakan kebijakan penjualan secara kredit. Pada umumnya keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya seringkali didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efesien. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 yang berjumlah 18 perusahaan. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 yang berjumlah 10 perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa model yang dihasilkan adalah cocok untuk mengetahui pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas. Sedangkan untuk uji secara parsial perputaran kas dan perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembangunan perekonomian yang semakin berkembang
menyebabkan munculnya banyak perusahaan baik dalam bidang dagang
maupun bidang lainnya. Pada umumnya setiap perusahaan yang didirikan
oleh seseorang atau sekumpulan orang, apapun bentuknya pasti
mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka diperlukan manajemen yang baik untuk dapat
mengelola perusahaan agar sumber-sumber daya produksi menjadi lebih
efektif dan efisien.
Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti memerlukan
dana untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari misalnya untuk
pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan lain sebagainya di
mana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dengan waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk
tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dari
hasil penjualan yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang semakin meningkat. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara
teratur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai
2
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Dalam hubungannya, laba usaha maupun total aktiva
sering digunakan untuk mengukur efisiensi keuntungan suatu perusahaan
dengan memperbandingkan antara laba usaha dengan modal yang
digunakan dalam operasi (www.google.com). Oleh karena itu keuntungan
yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa
perusahaan tersebut dapat melangsungkan hidupnya secara continue.
Menurut (Riyanto, 2001 : 37) bahwa bagi perusahaan pada
umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah
laba, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa
perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian yang harus
diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk
mempertinggi rentabilitasnya.
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus
kas kembali menjadi kas yang telah diinvestasikan pada aktiva. Kas yang
cepat kembali berarti kas akan segera digunakan kembali dan akan
menghindarkan dari kesulitan keuangan yaitu meminimalkan biaya atau
resiko tidak kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang
tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi
3
memungkinkan diperolehnya laba dalam jumlah yang banyak. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pada tingkat perputaran kas yang tinggi
maka volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau
resiko yang ditanggung perusahaan juga dapat diminimalkan sehingga laba
yang diterima perusahaan menjadi besar.
Perlu diketahui bahwa piutang merupakan kegiatan untuk
mengalokasikan dana atau keputusan investasi yang tepat. Dengan
melakukan kebijakan penjualan kredit, perusahaan akan mampu
meningkatkan volume atau omzet penjualan sehingga dapat meningkatkan
laba dan dapat dijadikan sarana dalam menghadapi persaingan pasar
terutama untuk mempertahankan konsumen lama dan menarik konsumen
baru. Kebijakan penjualan kredit menimbulkan hak penagihan atau
piutang kepada konsumen yang artinya tidak segera menghasilkan
penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang dagang dan pada saat jatuh
temponya tejadi aliran kas yang masuk berasal dari piutang. Pembayaran
piutang diterima dikemudian hari akan menimbulkan resiko bagi
perusahaan yaitu tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan seluruh dari
piutang tersebut. Akibatnya jumlah dana yang tertanam dalam piutang
menjadi sangat besar. Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka tingkat
perputaran piutang semakin lambat dan jangka waktu piutang semakin
lama yang akhirnya dapat menekan laba yang mengakibatkan rentabilitas
4
Hasil yang diperoleh dari penelitian R. M. Riadi (2006)
menunjukkan bahwa, perputaran piutang dan perputaran persediaan
berpengaruh secara negatif terhadap rentabilitas ekonomis sedangkan
perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva tidak mempengaruhi
terhadap rentabilitas ekonomi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Dra. Yuniep Mujati
Suaidah,Msi (2009) menunjukkan bahwa utang jangka pendek terhadap
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran
piutang terhadap profitabilitas berpengaruh signifikan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Ni Nyoman Menuh (2008)
menunjukkan bahwa, perputaran kas, perputaran piutang , dan perputaran
persediaan tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas
ekonomi sedangkan modal kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap
rentabilitas ekonomi.
Bidang kajian ini menjadi menarik, karena ada faktor-faktor
kondisional yang kemungkinan dapat mengubah bentuk
pengaruh antara variabel-variabel yang dijadikan model pada penelitian
sebelumnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba melakukan
pengujian pada perusahaan Food & Baverage, dengan menggunakan data
sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdapat
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun yaitu dari tahun 2008
5
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Apakah ada pengaruh antara tingkat perputaran kas dan tingkat
perputaran piutang terhadap rentabilitas pada laporan keuangan tahunan
perusahaan?
1.3Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh variabel perputaran kas
dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada laporan keuangan tahunan
perusahaan.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pentingnya pengaruh
perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.
b. Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang
telah diperoleh selama masa studi serta dapat memperluas wawasan ilmiah
di bidang akuntansi dan hal ini akan sangat berguna bila kelak terjun ke
6
c. Pembaca
Hasil penelitian ini dapat di sumbangkan dan digunakan bagi peneliti
sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
2.1. Penelitian Terdahulu
2.1.1. Riadi (2006), meneliti tentang :
Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas
Ekonomi Pada Perusahaan Plastics dan Glass Product Yang Go
Public Di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Rasio aktivitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan plastic dan glass
product yang go public di BEJ.
Rasio aktivitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan plastic dan glass
product yang go public di BEJ.
Hasil dari penelitian tersebut adalah :
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
variabel perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva tidak
mempengaruhi terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan
Plastik and Glass Products selama tahun 2002-2005. Sedangkan
perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara
8
2.1.2. Suaidah (2009), meneliti tentang,
Analisis pengaruh utang jangka pendek dan perputaran
piutang terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. KALBE
FARMA, TBK.
Hipotesis yang digunakan adalah
Tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan
perputaran piutang secara simultan terhadap profitabilitas.
Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran
piutang secara simultan terhadap profitabilitas.
Tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan
perputaran piutang secara parsial terhadap profitabilitas.
Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran
piutang secara parsial terhadap profitabilitas
Hasil dari penelitian tersebut adalah :
Pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian secara parsial
yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel
utang jangka pendek terhadap profitabilitas menunjukkan nilai
probabilitas (0,175) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak
berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek terhadap
profitabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara
parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi
9
nilai probabilitas (0,021) < 0,05 yang berarti secara parsial
berpengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap
profitabilitas.
2.1.3. Menuh (2008), meneliti tentang :
Pengaruh Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Modal
Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Pegawai
Negeri “KAMADHUK” RSUP Sanglah Denpasar.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ada pengaruh antara modal kerja dengan rentabilitas
ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP
Sanglah Denpasar.
Tidak ada pengaruh antara modal kerja dengan rentabilitas
ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP
Sanglah Denpasar.
Hasil dari penelitian tersebut adalah :
Dari persamaan regresi dan hasil uji t test yang ditampilkan
diatas dapat dijelaskan bahwa variabel perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh
nyata terhadap rentabilitas ekonomi, dengan probabilitas penolakan
hipotesis lebih dari 5%. Sedangkan efisiensi penggunaan modal
kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi,
10
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Kas
Menurut (Trisnaningsih, 2007 : 20) Kas adalah alat pembayaran
yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan. Kas juga dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada
dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat
dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan financial. Menurut
(Baridwan, 1993 : 85) Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga
digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Termasuk dalam pengertian
kas meliputi uang koin, uang kertas, wesel, dan uang yang disimpan di
bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan
(Warren, Reeve, 2006 : 362).
Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar yaitu
dalam arti paling sering berubah. Hampir setiap transaksi dengan pihak
luar selalu mempengaruhi kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif,
oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga
tidak ada “idle cash”. Dalam akuntasi kas juga meliputi Bank. Sedangkan
yang dimaksud dengan Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang
dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi sudah
ditentukan penggunaannya tidak dapat dimasukkan dalam pos kas,
misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang, untuk
11
2.2.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Kas
Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standard ratio yang
bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang
dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang
harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat
dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang
lancar. H.G. Guthmann menyatakan bahwa jumlah kas yang ada didalam
perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5% sampai
10% dari jumlah aktiva lancar.
Seperti halnya pada inventory dan piutang, pada kas juga terdapat
persediaan besi atau disebut juga persediaan minimal. Yang dimaksud
persediaan besi kas ialah jumlah minimal dari kas yang harus
dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finansiilnya sewaktu-waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya persediaan besi kas suatu perusahaan adalah :
1. Pertimbangan Antara Aliran Kas Masuk dengan Aliran Kas Keluar.
Adanya pertimbangan yang baik mengenai timing antara cash
inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa
pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai
waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga
perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
12
kesesuaian antara syarat pembelian dan syarat penjualan. Ini berarti
bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal
dari pengumpulan piutang.
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
Untuk mempertahankan likuiditas yang tinggi, perusahaan perlu
membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas didalam
perusahaannya. Apabila aliran kas selalu sesuai dengan estimasinya,
maka perusahaan tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi
perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas
yang besar.
Sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering mengalami
penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah
perusahaan ini mempertahankan persediaan minimal kas yang agak
besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar
misalnya karena adanya pemogokan, bencana alam dan adanya
perubahan peraturan pemerintah sehingga perusahaan harus sering
mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan
dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan langganan
untuk memenuhi kewajiban finansiilnya. Bagi perusahaan yang sering
mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya
dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas
yang relatif besar dibandingkan dengan perusahan yang tidak sering
13
2.2.1.2. Budget Kas
Budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode
tertentu yang akan datang. Penyusunan budget kas bagi suatu perusahaan
sangatlah penting bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun budget
kas akan diketahui kapan perusahaan berada dalam keadaan defisit kas
atau surplus kas akhibat operasinya perusahaan. Dengan mengetahui akan
adanya defisit kas jauh sebelumnya, maka dapatlah direncanakan
sebelumnya penentuan sumber dana yang digunakan untuk menutup
defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu maka terdapat lebih banyak
alternatif sumber dana dan makin banyaknya sumber dana berarti kita
dapat mengadakan pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah.
Sebaliknya dengan mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan terdapat
surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya sudah dapat direncanakan
bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien.
2.2.1.3. Perputaran Kas
Adalah perputaran yang dimulai dari kas kemudian dikeluarkan
untuk pembelian barang sampai dengan kas yang diterima dari hasil
penjualan dalam satu periode perusahaan. Kas merupakan unsur aktiva
yang paling tinggi tingkat likuiditasnya maka dari itu perusahaan harus
melakukan pengelolaan terhadap kas dengan baik, karena semakin besar
persediaan kas yang ada dalam perusahaan berarti semakin tinggi
14
dapat diputarkan atau selalu dalam keadaan bekerja. Suatu perusahaan
yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam
jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan adanya over investmen dalam kas. Jumlah kas yang relatif
kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan
yang diperoleh akan lebih besar. Dari uraian tersebut diatas disimpulkan
bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik itu penerimaannya maupun pengeluarannya.
Menurut (Riyanto, 2001 : 95) Perputaran kas dalam satu periode
dapat dihitung dengan rumus:
Penjualan bersih
Perputaran kas =
Kas rata-rata
Dimana rata-rata kas dapat dihitung dari saldo kas awal ditambah
saldo kas akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas, berarti makin
tinggi efisiensi penggunaan kasnya.
2.2.2. Pengertian Piutang
Menurut (Gitosudarmo, 2002 : 81) Piutang adalah aktiva atau
kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
praktik penjualan kredit. Menurut (Trisnaningsih, 2007 : 34) Piutang
15
sejumlah uang atau jasa dalam waktu yang paling lama satu tahun atau
satu periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari satu
tahun. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang
akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga
dikelompokkan dalam aktiva lancar. Pada dasarnya piutang bisa timbul
tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit saja, tetapi
dapat karena hal-hal lain, misalnya piutang kepada pegawai yaitu dapat
berupa pinjaman karyawan, piutang karena penjualan aktiva tetap secara
kredit, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja
lainnya. Penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
merangsang minat para pelanggan. Sehingga diharapkan dengan
melakukan penjualan kredit ini perusahaan dapat memperkuat pasar dan
memperbesar hasil penjualan.
2.2.2.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya
kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi
menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya
tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang
tersebut. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya
dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas tinggi
16
langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang
terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian
pemberian dan pengumpulan piutang.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi
dalam piutang dapatlah disebutkan sebagai berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Semakin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan
penjualan maka dapat memperbesar jumlah investasi dalam piutang.
Dengan semakin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya
berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih
besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang berarti
semakin besar resikonya tetapi bersamaan dengan itu juga dapat
memperbesar rentabilitasnya.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau
lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat
berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari
pada pertimbangan profitabilitasnya. Syarat pembayaran ketat
misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran dan pembebanan
17
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya.
Semakin tinggi batas maksimal yang ditetapkan bagi masing-masing
langganannya berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan
dalam piutang. Semakin selektif para langganan yang dapat diberi
kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.
4. Kebijakan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahan dapat menjalankan kebikjaksanaan dalam
mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang
menjalankan kebikjaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang
akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai
aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan
perusahaan lain yang menjalankan kebikjaksanaannya secara pasif.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash
discount dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan
tersebut.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara
penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara
kedua alternative tersebut. Apabila perusahaan telah menetapkan
18
alternatif yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke-10 atau
pada hari ke-30 sesudah barang diterima. Alternatif pertama ialah
apabila mereka membayar pada hari ke-30 yang ini berarti bahwa
mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan kredit penjual.
Alternatif kedua ialah jika mereka membayar pada hari ke-10 dengan
mendapatkan cash discount sebesar 2%. Pada umumnya para
langganan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena
mendapatkan cash discount.
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash
discount atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya
investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan
membayar dalam waktu periode discount, maka dana yang tertanam
dalam piutang cepat bebas, yang ini berarti semakin kecilnya investasi
dalam piutang.
2.2.2.2.Penilaian Resiko Piutang
Sebagai akibat dari penjualan kredit kepada para langganan, maka
akan menimbulkan banyak resiko. Beberapa resiko yang timbul adalah :
Resiko tidak tertagihnya seluruh piutang, resiko tidak terbayarnya
sebagian piutang dan resiko keterlambatan pembayaran piutang. Sebelum
perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan
kredit oleh para langganan perlulah kita mengadakan evaluasi resiko kredit
19
mempertimbangkan beberapa faktor yang menentukan besar-kecilnya
kredit tersebut. Pada umumnya Bank dan perusahaan dalam mengadakan
penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan lima “C”. Lima “C”
tersebut adalah Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions.
Character, menunjukkan karakter pribadi atau kemungkinan dari
langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting karena setiap transaksi
kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.
Capacity, ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari
langganan. Ini diukur dengan record diwaktu lalu, dilengkapi dengan
observasi fisik pada pabrik atau toko dari langganan.
Capital, diukur oleh posisi finansiil atau modal yang dimiliki
perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio
finansiil.
Collateral, dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang diikatkan
atau dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada
langganan tersebut.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi
pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau
perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang
mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan langganan untuk
20
2.2.2.3. Perputaran Piutang
Adalah perputaran yang dimulai dari pengadaan atau transaksi
piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan
penerimaan kas yang berasal dari pelunasan piutang. Periode perputaran
piutang dipengaruhi oleh syarat pembayarannya. Semakin lunak syarat
pembayarannya maka semakin lama modal terikat dalam piutang yang
berarti tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin
rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya
dana yang mengalir dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang
dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka
semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang
dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko
kerugian piutang dapat diminimalkan. Menurut (Riyanto, 2001 : 90)
tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus:
Penjualan kredit bersih
Perputaran piutang =
Piutang rata-rata
Selain perputaran piutang perlu juga dihitung hari rata-rata
pengumpulan piutang yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun
dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang
rata-rata dikalikan dengan jumlah hari dalam setahun dibagi dengan total
penjualan kredit bersih dan hasilnya akan menunjukkan berapa hari
21
Rumusnya adalah sebagai berikut:
360
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Perputaran Piutang
Atau
360 x Piutang rata-rata
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Penjualan kredit bersih
Hal ini penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan
piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari batas
waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara
pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para
langganan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam
piutang. Semakin besar tingkat perputaran piutang, berarti semakin cepat
perputaran piutangnya, yang berarti semakin pendek waktu terikatnya
modal yang tertanam dalam piutang sehingga untuk mempertahankan
22
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil untuk diinvestasikan dalam
piutang.
Hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai
efisiensi pengumpulan piutang. Semakin lama peredaran piutang usaha,
semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih menurut
(Reeve, Warren, 2006:410). Untuk menilai efisiensi piutang maka perlu
diperbandingkan dengan syarat pembayarannya. Dengan demikian
dikatakan belum efisien apabila hari rata-rata pengembalian piutang
tersebut lebih besar dari pada syarat pembayarannya.
2.2.3. Rentabilitas
Menurut (Riyanto, 2001: 35) rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba usaha dengan total aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
L
Rentabilitas = x 100 %
M
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih
penting dari pada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan
23
diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba
tersebut atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Dengan
demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak
hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting
ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu
maka bagi perusahaan pada umumnya, usahanya lebih diarahkan untuk
mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Menilai
rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung laba dan
aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang
lainnya. Apabila yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari
operasi atau usaha ataukah laba neto sesudah pajak diperbandingkan
dengan keseluruhan aktiva, atau yang akan diperbandingkan itu laba netto
sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Pengertian rentabilitas yang
akan digunakan dalam penelitian ini ialah perbandingan antara laba
dengan keseluruhan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
2.2.3.1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan
total modal usaha atau aktiva yaitu dengan modal sendiri dan modal asing
yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam persentase (Riyanto, 2001:36). Menurut (Wasis, 1993 : 78)
menyebutkan bahwa rentabilitas ekonomi adalah kemampuan memperoleh
24
modal sendiri dan modal dari kreditur. Oleh karena pengertian rentabilitas
ekonomi sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal
kerja di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula
dimaksudkan sebagai kamampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal
yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan
demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau
modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi. Dengan demikian pula laba yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang
berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net
operating income).
Rentabilitas ekonomi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Laba usaha
Rentabilitas ekonomi = x 100%
Total aktiva
2.2.3.2 Rentabilitas Modal Sendiri
Perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan
dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan
tersebut yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha
25
rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Rentabilitas modal sendiri digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui
berapa tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal yang ditanamkan.
Bagi pemilik yang lebih penting sebenarnya adalah berapa keuntungan
yang diperolehnya dan bukan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri
adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak
perseroan atau income tax (EAT= Earning After Tax). Sedangkan modal
yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja
di dalam perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba Usaha
Rentabilitas Modal Sendiri = x100 %
Modal Sendiri
2.2.4. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus
kas kembali menjadi kas yang telah diinvestasikan pada kegiatan operasi
26
kembali dan akan menghindarkan dari kesulitan keuangan. Tingkat
perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume
penjualan yang tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada
tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan semakin tingginya
efisiensi penggunaan kas, sehingga kas dapat segera digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan guna menghasilkan laba. Besarnya laba
yang diterima akan membuat rentabilitas menjadi tinggi.
2.2.5. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas
Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
pengembalian dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara cepat
sehingga resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Maka pada tingkat
perputaran piutang yang tinggi akan menunjukkan efisiensi penjualan
secara kredit, sehingga modal yang tetanam dalam piutang akan cepat
kembali untuk menjadi kas dan dana yang telah tertagih dapat digunakan
kembali untuk mendanai penjualan kredit berikutnya sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan kredit yang lebih tinggi. Volume
penjualan kredit yang tinggi akan menghasilkan laba yang tinggi pula
27
2.3. Kerangka Pikir
Dari uraian diatas, maka dapat ditampilkan diagram kerangka pikir
sebagai berikut :
Regresi Linier Berganda
Gambar 2.1 Kerangka pikir hipotesis
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dari latar belakang diatas dan menghubungkan dengan
landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut :
Diduga bahwa hubungan antara perputaran kas dan perputaran piutang
berpengaruh terhadap rentabilitas. Perputaran
Piutang (X2) Perputaran
Kas (X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan uraian diatas, variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Perputaran kas (X1) : sebagai variabel bebas.
b. Perputaran piutang (X2) : sebagai variabel bebas.
c. Rentabilitas (Y) : sebagai variabel terikat
Definisi operasional dari variabel yang diteliti :
1. Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan bersih dengan
rata-rata kas yang dimiliki oleh perusahaan dan dinyatakan dengan symbol
(X1).
2. Perputaran piutang adalah perbandingan antara penjualan kredit bersih
dengan rata-rata piutang dan dinyatakan dengan symbol (X2).
3. Rentabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan total aktiva
29
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek / obyek yang lain dan kelompok tersebut akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh perusahaan food &
baverage yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah
18 perusahaan.
Berikut ini nama-nama seluruh perusahaan yang dijadikan populasi
dalam penelitian ini :
1. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3. PT. Cahaya Kalbar Tbk
4. PT. Delta Djakarta Tbk
5. PT. Fast Food Indonesia Tbk
6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
8. PT. Mayora Indah Tbk
9. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk
10.PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
11.PT. Ades Waters Indonesia Tbk
30
13.PT. Sekar Laut Tbk
14.PT. Davomas Abadi Tbk
15.PT. Sierad Produce Tbk
16.PT. Siantar Top Tbk
17.PT. Sekar Bumi Tbk
18.PT. Tunas Baru Lampung Tbk
3.2.2. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam peneltian ini
adalah teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
penarikan sampel probabilitas yang menyeleksi responden-responden
berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan
sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi (Sumarsono,
2004 : 52).
Adapun ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang menjadi pertimbangan
dalam mengambil sampel ini yaitu :
1. Perusahaan food & baverage yang telah go public dan telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia serta masih aktif dalam melakukan perdagangan
selama tiga tahun dari tahun 2008 – 2010.
2. Perusahaan food & baverage yang mempunyai laba berturut-turut
selama tiga tahun dari tahun 2008-2010.
3. Perusahaan food & baverage yang menerbitkan laporan keuangan
31
Maka dengan pertimbangan tersebut sampel yang digunakan dalam
peneltian ini adalah 10 perusahaan yang bergerak di bidang food &
beverage yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berikut ini nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini :
1. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3. PT. Cahaya Kalbar Tbk
4. PT. Delta Djakarta Tbk
5. PT. Fast Food Indonesia Tbk
6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
8. PT. Mayora Indah Tbk
9. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk
10.PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
32
3.3.1.1. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diterbitkan oleh organisasi
yang bukan merupakan pengolahnya menurut (Sulaiman, 2002 : 36).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang diterbitkan
oleh Bursa Efek Indonesia.
3.3.2 Sumber data
Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini berasal dari
obyek yang diteliti pada perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek
Indonesia. Adapun teknik pengumpulan datanya (Nazir, 1988 : 212)
dengan menggunakan cara:
3.3.2.1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah
lalu melalui sumber-sumber dokumen. Dokumen tersebut berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan.
3.3.2.2. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, hal ini sangat
membantu dalam suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah yang hasilnya dapat
33
3.4Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode
Shapiro Wilk, dengan mempergunakan program SPSS (Sumarsono, 2004
: 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi
data mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keputusan yang BLUE ( Best Linier Unbiased
Estimator ) yang artinyapengumpulan keputusan uji-F dan uji-t tidak boleh
bias, maka harus dipenuhi beberapa asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar
yaitu : tidak boleh ada multikolinieritas, tidak boleh ada heteroskedastisitas
dan tidak boleh ada autokorelasi. Penjelasan dari asumsi klasik adalah
34
3.4.2.1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel
independent yang nilai korelasi antar sesama variabel independent sama
dengan nol. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran
VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2009 : 95-96)
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala
multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
product moment atau Variance inflation Factor (VIF).
1
VIF =
Q – Rj2.
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
3.4.2.2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
35
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2009 : 125). Sedangkan kriteria
pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3.4.2.3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang
tersusun dalam rangkaian ruang seperti pada data silang waktu atau cross
sectional (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel independent
( k ) dan jumlah sampel ( n ) sehingga dapat diperoleh distribusi daerah
keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2009: 99).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai
36
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL
dL < DW < du
du < DW < 4-du
4-du < DW < 4-dL
4-dL < DW < 4-
Ada autokorelasi positif
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada autokorelasi negatif
Sumber : Ghozali, 2009 : 100
3.4.3.AnalisisRegresi Linier Berganda
Untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y) yaitu menggunakan persamaan regresi linier berganda,
Persamaan regresi linier berganda yaitu :
Y = a + b1x1 + b2x2 (Mason, Lind, 1999 : 101)
Keterangan:
Y = Rentabilitas
a = Konstanta
b1-b2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
x1 = Tingkat perputaran kas
37
3.4.4.Uji Hipotesis
3.4.4.1Uji F
Untuk menguji kesesuain model regresi dalam penelitian ini diuji
dengan uji F. Rumus yang digunakan adalah :
a) Fhitung sebesar :
Fhitung=
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variable
n = Jumlah sampel
b) Ho : β0 = 0
Tidak terdapat pengaruh kesesuaian antara perputaran kas dan
perputaran piutang terhadap Rentabilitas.
Hi : β0≠ 0
Terdapat pengaruh kesesuaian antara perputaran kas dan
perputaran piutang terhadap Rentabilitas.
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan
derajat kebebasan (n – k), dimana n adalah jumlah pengamatan
dan k adalah jumlah variabel.
(Anonim, 2006 : L-22) R2 / (k – 1)
38
d) Dengan kaidah pengujian :
Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, artinya model regresi dalam penelitian ini sesuai
atau cocok.
Apabila nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan Hi
ditolak, artinya model regresi dalam penelitian ini tidak
sesuai atau tidak cocok.
3.4.4.2Uji t
Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel bebas (X)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Rumus yang
digunakan adalah:
a) thitung sebesar :
b1
thitung = (Nachrowi, Usman, 2006 : 19)
Se (b1)
Dimana:
t = Hasil t hitung
Se = Standar error
39
b) Ho : β1 = 0
Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara perputaran kas dan
perputaran piutang terhadap Rentabilitas.
Hi : β1≠ 0
Terdapat pengaruh secara parsial antara perputaran kas dan perputaran
piutang terhadap Rentabilitas.
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan derajat
kebebasan (n – k), dimana (n) adalah jumlah pengamatan dan (k)
adalah jumlah variabel.
d) Dengan kaidah pengujian :
Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, artinya secara parsial variabel independennya
mempengaruhi variabel dependennya.
Apabila nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, artinya secara parsial variabel independennya tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Deskripsi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 berdasarkan akta No. 143 yang dibuat dihadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris di Jakarta dengan nama PT Asia Intiselera. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-1827.HT.01.01.Th.91 tanggal 31 Mei 1991 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65, Tambahan No. 2504 tanggal 13 Agustus 1991.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Pada saat ini produk Perusahaan terutama adalah usaha industri mie, perdagangan mie, khususnya mie kering dan mie instan. Sedangkan perusahaan anak bergerak dalam bidang industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit dan pembangkit tenaga listrik.
41
4.1.2. Deskripsi PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk
42
1 tahun 1995 dan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya serta perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham, yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3797.HT.01.04.TH.97 tanggal 15 Mei 1997 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2135 dari Berita Negara No. 43 tanggal 30 Mei 1997. Perubahan terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No.10 tanggal 20 Oktober 2008 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-97905.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 18 Desember 2008 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No.9 tanggal 30 Januari 2009. Perusahaan berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Jakarta
Selatan dan pabriknya berlokasi di Jalan Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974.
4.1.3. Deskripsi PT. Cahaya Kalbar, Tbk
43
perdagangan umum termasuk impor dan Perseroan memiliki Anak Perseroan yaitu PT Inticocoa Abadi Industri (PT IAI) yang berdomisili di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat yang bergerak dalam bidang pengolahan biji cokelat menjadi bubuk kakao (cocoa powder) dan lemak kakao (cocoa butter). Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Anak Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993.
4.1.4. Deskripsi PT. Delta Djakarta, Tbk
Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970.
PT Delta Djakarta Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971.
44
Perusahaan juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice”. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan diluar negeri. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing 529 orang dan 507 orang.
4.1.5. Deskripsi PT. Fast Food Indonesia, Tbk
PT Fast Food Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta No. 20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan No. Y.A.5/245/12 tanggal 22 Mei 1979, telah didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, dan diumumkan dalam Tambahan No. 682 dari Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1979.
Perusahaan bergerak di bidang makanan dan restoran. Perusahaan memulai usaha komersialnya sejak tahun 1979. Berdasarkan catatan Perusahaan, Perusahaan mempunyai 13.229 karyawan pada tanggal 31 Desember 2009 (2008: 12.622 karyawan). Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. M.T. Haryono, Jakarta, Indonesia.
4.1.6. Deskripsi PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
45
Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu.
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76 - 78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
4.1.7. Deskripsi PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
46
Mogot KM. 19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari – Pacet Km. 50, Sampang Agung, Jawa Timur.
Sesuai dengan anggaran dasar, perseroan beroperasi dalam industry bird an minuman lainnya. Untuk mencapai tujuan usahanya, perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas : Produksi bird an minuman lainnya dan produk-produk lain yang relevan, Pemasaran produk-produk tersebut diatas, pada pasar local dan internasional, Impor atas bahan-bahan promosi yang relevan dengan produk-produk diatas. Perseroan memulai operasi komersial pada tahun 1929. Per 31 Desember 2007 dan 2006. Perseroan memperkerjakan masing-masing sejumlah 462 dan 505 karyawan.
4.1.8. Deskripsi PT. Mayora Indah, Tbk
PT Mayora Indah Tbk didirikan dengan akta no. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaries di Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh menteri kehakiman republic Indonesia dalam surat keputusan no. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta no. 448 tanggal 27 Juni 1997 dari Adam Kasdarmadji, S.H., notaris di Jakarta.
47
perdagangan serta agen / perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan usaha bidang industry makanan, kembang gula, dan biscuit. Perusahaan menjual produknya di pasal local maupun luar negreri.
Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat perusahaan terletak di Gedung Mayora Jl. Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.
4.1.9. Deskripsi PT. Smart, Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No. 67 tanggal 18 Juni 1962 yang dibuat oleh Raden Kadiman, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) dalam Surat Keputusan No. J.A.5/115/3 tanggal 29 Agustus 1963 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 83 tanggal 15 Oktober 1963.
48
sawit (PKO), cocoa butter substitute (CBS), fatty acids, glycerine, sabun dan produk kemasan seperti botol dan tutup botol.
Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1962. Perusahaan berkedudukan di Plaza BII Menara II, Lt. 30, JI. M.H. Thamrin No. 51, Jakarta. Pabrik dan kebun divisi perkebunan Grup berlokasi di Sumatera Utara, Jambi, Pekanbaru, Bangka, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan pabrik pengolahannya berlokasi di Surabaya, Medan dan Tarjun. Luas area perkebunan Grup yang sudah ditanam sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 sekitar 103.415 hektar.
4.1.10. Deskripsi PT Pioneerindo Gourmet International, Tbk
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Arikanti Natakusumah, SH, No.84 tanggal 13 Desember 1983. Akta Pendirian ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-2169-HT.01.01.TH.84 tanggal 10 April 1984 dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor pendaftaran 1218/1984 tanggal 4 Mei 1984.
49
Refrizal, SH, Notaris di Jakarta. Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-06497-HT.01.04 TH 2001 tanggal 23 Agustus 2001 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 102 tanggal 21 Desember 2001.
Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham No. 79 tanggal 13 Agustus 2008, dari notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH, Notaris di Jakarta, mengenai perubahan susunan dewan komisaris dan dewan direksi Perusahaan. Akta tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sismin Bakum) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-79006.AH.01.02. Tahun 2008, tanggal 28 Oktober 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 30 Januari 2009 No. 9, Tambahan No. 2690. Aktivitas utama Perusahaan saat ini adalah usaha penyediaan makanan
50
pendaftaran No. IDM 0001777144, No. IDM 000164979 dan No. IDM 000164977 pada tanggal 2 Juni 2009, 16 April 2009 dan 16 April 2009. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984.
Kantor Pusat Perusahaan terletak di Gedung Jaya lantai 6, Jl. M.H. Thamrin No. 12 Jakarta Pusat. Jumlah gerai yang dimiliki oleh Perusahaan dan perusahaan anak serta gerai waralaba yang tersebar di seluruh Indonesia masing-masing sebanyak 225 gerai dan 211 gerai masing-masing pada tanggal 30 September 2010 dan 2009.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Perusahaan yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan manufaktur di bidang food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010.
4.2.1. Perputaran Kas
51
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, berikut ini disajikan hasil perhitungan perputaran kas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010 :
Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Perputaran Kas Pada Perusahaan Food And
Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2008 Sampai Tahun 2010
Tahun
9 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 39.74 29.05 51.27 40.02 10 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 31.15 30.02 28.18 29.78
Mean 36.84 33.57 28.44 32.95
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata perputaran kas tahun 2008 sebesar 36,84. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran kas tertinggi sebesar 206,42 dan PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki perputaran kas terendah sebesar 8,26.
52
Rata-rata perputaran kas tahun 2010 sebesar 28,44. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran kas tertinggi sebesar 105,58 dan PT. Delta Djakarta, Tbk memiliki perputaran kas terendah sebesar 3,80. Berdasarkan nilai rata-rata perputaran kas selama periode tahun 2008
sampai dengan tahun 2010 yaitu adanya kecenderungan penurunan perputaran kas dapat mengakibatkan kenaikan rentabilitas pada perusahaan
food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.2.2. Perputaran Piutang
Adalah perputaran yang dimulai dari pengadaan atau transaksi piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan penerimaan kas yang berasal dari pelunasan piutang. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana yang mengalir dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan.
53
Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Perputaran Piutang Pada Perusahaan Food
And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada
Tahun 2008 Sampai Tahun 2010
Tahun
9 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 0.79 0.90 1.14 0.94 10 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 0.91 0.97 1.04 0.97
Mean 0.84 0.87 1.11 0.94
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata perputaran piutang tahun 2008 sebesar 0,84. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran piutang tertinggi sebesar 1,52 dan PT. Fast Food Indonesia, Tbk memiliki perputaran piutang terendah sebesar 0,33.
Rata-rata perputaran piutang tahun 2009 sebesar 0,87. Di tahun ini PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk memiliki perputaran piutang tertinggi sebesar 1,28 dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk memiliki perputaran piutang terendah sebesar 0,55.
54
Berdasarkan nilai rata-rata perputaran piutang selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yaitu adanya kecenderungan peningkatan perputaran piutang dapat mengakibatkan penurunan rentabilitas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.2.3. Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.