• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia Istiati S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia Istiati S"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan

untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pelayanan Profesi Kedokteran

Oleh : Istiati S.520908014

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA

Disusun oleh : Istiati S520908014

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. dr. Moch. Fanani, Sp.KJ

NIP 19510711980031001

Pembimbing II dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK NIP 194811051981111001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

(3)

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA

Disusun oleh: Istiati S520908014

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 5 Pebruari 2010

Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK

NIP 194803131976101001

... Sekretaris Prof. Dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA

NIP 194903171976101001 ... Anggota Prof. Dr. dr. Moch. Fanani, Sp.KJ

NIP 19510711980031001 ... dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK

NIP 194811051981111001 ...

Mengetahui Direktur PPS UNS

Surakarta, 5 Pebruari 2010 Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, PhD NIP 195708201985031004

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawan ini, peneliti : Nama : Istiati

NIM : S520908014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda sitasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Pebruari 2010 Yang membuat pernyataan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tesis dengan judul berjudul Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia ini dapat diselesaikan atas kehendak Allah SWT dan atas bantuan dari semua pihak. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga.

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada pembimbing sekaligus sebagai tim penguji penulis yaitu Prof. Dr. dr. Moch. Fanani, Sp.KJ dan dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan serta dorongan semangat dan nasehat yang senantiasa beliau berikan bagi saya untuk segera menyelesaikan tesis ini.

Kepada Prof. Dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA dan Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, MM, Mkes, PAK sebagai tim penguji, terima kasih banyak atas saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

(6)

Sembah sujud syukur dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan kepada kedua orang tua saya Bapak Kardjo dan Ibu Jasimah yang telah

memberikan ijin, dukungan, kasih sayang, dan kesabarannya dalam membesarkan, membimbing, dan memberikan nasehat serta doa yang tiada hentinya sehingga saya dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang ini.

Kepada suami tercinta, Slamet Jauhari Legowo, S.T., M.T. saya sampaikan rasa terimakasih dan hormat atas kesediaannya mendampingi, memberikan dorongan dan motivasi kepada saya untuk menjalani dan

menyelesaikan pendidikan ini dengan baik. Terima kasih atas pengorbanan dan kesediaannya untuk selalu menemani, merawat, dan membimbing keempat anak kita saat saya tidak dapat mendampingi mereka. Kepada keempat permata hati saya : Muhammad Hariz Hizbullah, Abdurrahman Ihsan Sibghotallah, Fatahillah Surya Yudha, dan Ahmad Shoffal Haq, Ummi menyampaikan rasa terima kasih atas pengertian kalian.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran sehingga penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan secara umum. Amin.

Surakarta, pebruari 2010

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

(8)

BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Fungsi Keluarga ... 4

B. Kecemasan ... 14

C. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada lanjut Usia 27

D. Kerangka Berpikir ... 29

F. Hipotesis ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 30

B. Lokasi penelitian... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian 30 D. Identifikasi Variabel 32 E. Definisi Operasional ... 32

F. Pengolahan Data 33

G. Analisis Data 34

H. Rancangan Penelitian 35 I. Jadwal Penelitian 36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 37 B. Hasil Analisis Data 42 C. Pembahasan 61

(9)

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan 71

B. Implikasi Penelitian 71

C. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 75

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Indikator Kecemasan dalam T-MAS... 19 Tabel 2.2 : Item favorable dan unfavorable T-MAS ... 21 Tabel 4.1 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin... 37 Tabel 4.2 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan

Kecemasan ……….………... 38 Tabel 4.3 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jenis Kelamin dan

Kecemasan ………... 39 Tabel 4.4 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Jenis Kelamin

dan Kecemasan ………... 39 Tabel 4.5 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur... 41 Tabel 4.6 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur

dan Kecemasan……… 41 Tabel 4.7 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kelompok Umur dan

Kecemasan ……….. 43 Tabel 4.8 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kelompok

Umur dan Kecemasan ……… 44 Tabel 4.9 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir... 43 Tabel 4.10 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Terakhir dan Kecemasan ……..………... 45 Tabel 4.11 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Pendidikan terakhir

dan Kecemasan ………. 46 Tabel 4.12 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel

Pendidikan Terakhir dan Kecemasan ……… 47 Tabel 4.13 : Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam

Keluarga ... 48 Tabel 4.14 : Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam

Keluarga dan Kecemasan ………..………... 48 Tabel 4.15 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kedudukan dalam

Keluarga dan Kecemasan ………... 50 Tabel 4.16 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel

Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan ……… 50 Tabel 4.17 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 51 Tabel 4.18 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga dan Kecemasan ……..………... 52 Tabel 4.19 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jumlah Anggota

Keluarga dan Kecemasan ………. 53 Tabel 4.20 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel

(11)

Tabel 4.21 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga ... 55 Tabel 4.22 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga

dan Kecemasan ………... 55 Tabel 4.23 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Bentuk Keluarga dan

Kecemasan ………... 57 Tabel 4.24 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel

Bentuk Keluarga dan Kecemasan ……….. 57 Tabel 4.25 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga………... 58 Tabel 4.26 Distribusi Responden berdasarkan Kecemasan Keluarga…... 58 Tabel 4.27 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga dan

Kecemasan ………... 59 Tabel 4.28 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Fungsi Keluarga dan

Kecemasan ………... 60 Tabel 4.29 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 29

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian 35

Gambar 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

dan Kecemasan ……… 39 Gambar 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur dan

Kecemasan ……… 42 Gambar 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir dan

Kecemasan ……… 45 Gambar 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan ……… 49 Gambar 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dan Kecemasan ……… 53 Gambar 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga

dan Kecemasan 56

Gambar 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian I 73

Lampiran 2 Angket Penelitian II 74

Lampiran 3 Angket penelitian III 75

Lampiran 3 Angket penelitian IV 76

Lampiran 4 Surat ijin kelayakan penelitian 78

Lampiran 5 Data dasar hasil penelitian 79

(14)

DAFTAR SINGKATAN

USA : United State of America

APGAR : Adaptation Patnership Growth Affection Resolve SCREEM : Social Cultural Religion Economic Education Medical RTA : Reality Testing Ability

ICHPPC : The International Classification of Health Problems in Primary Care

KKN : Korupsi Kolusi dan Nepotisme T-MAS : Taylor Manifest Anxiety Scale

MMPI : Minnesota Multiphasic Personality Inventory L-MMPI : Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory SPSS : Statistical Package for Social Sciences

(15)

ABSTRAK

Istiati, S520908014. 2010. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia.

Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Lokasi penelitian di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel didapat secara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun jumlah sampel yang digunakan sebesar 53 lanjut usia. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner. Pengolahan data dengan SPSS 15. Analisis data untuk melihat hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan menggunakan uji statistik Chi Kuadrat untuk uji hipotesis, dan koefisien kontingensi untuk ukuran hubungan variabel-variabel tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan Chi Kuadrat hitung 17,381, dan nilai p= 0,000 (p< 0,05). Karena nilai signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka disimpulkan bahwa harga Chi Kuadrat hitung adalah signifikan. Sedangkan hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0,524 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05), menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah cukup substansial.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.

(16)

ABSTRACT

Istiati, S520908014. 2010. The relationship between family function and anxiety in elderly. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University.

The aim of this research is to study the relationship between family function with anxiety in elderly.

The method of research was analytical with case control studies. The Location of research in the Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan, Puskesmas I Colomadu regional, Karanganyar, Central Java. The sample obtained by purposive sampling based on inclusion and exclusion criteria. Large sample of 53 subjects. The questionnares were used to get the data. Data were analysed by SPSS 15. Analysis of data to see the relationship between family function with anxiety using Chi Square test statistic for hypothesis testing, and contingency coefficient to measure the relationship of these variables.

The results showed calculating Chi Square 17.381, and the value of p = 0,000 (p <0,05). As the significance scored 0,000 less than alpha rate 0,05, the calculating Chi Square was significant. While the results of analysis of contingency coefficient 0,524 with a significance of 0,000 (p <0,05), shows that the relationship between variables is quite substantial.

Conclusions from the findings showed there was a relationship between family function and anxiety in elderly.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2020 jumlah orang lanjut usia Indonesia diproyeksikan sebesar 7-28% dan pada tahun 2020 sebesar 11-34%. Bahkan dari data yang dikeluarkan oleh Bureu of Census USA (1993), dilaporkan bahwa di Indonesia pada tahun 1990 – 2025 akan mempunyai jumlah lanjut usia sebesar 414 % suatu angka paling tinggi di seluruh dunia. Sebagai perbandingan : Kenya 347 %, Brasil 255 %, India 242 %, Cina 220 %, Jepang 129 %, Jerman 66 % dan Swedia 33 %. Dalam istilah demografi, penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur penduduk yang semakin menua (Ageing Population) (Agus Soedomo, 2003 :17)

Peningkatan jumlah lanjut usia ini, perlu diimbangi dengan peningkatan perhatian pada lanjut usia, sehingga derajat kesehatan para lanjut usia bisa dipertahankan pada taraf setinggi- tingginya.Hal ini di karenakan akan muncul lebih banyak problem lanjut usia seperti kemunduran fisik, mental, sosial, produktivitas kerja, komunikasi, dan terbatasnya aksesibilitas. Ini potensi masalah yang harus diantisipasi sejak awal (Taisir, 2008 :1)

(18)

untuk gangguan mood, (c) 0,6% untuk skizofrenia, (d) 6,6% untuk pelemahan kognitif parah, dan (e) 19,8% untuk gangguan mental lainnya (Socrates, 2009:1).

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Sesungguhnya bentuk, siklus, dan fungsi keluarga secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan setiap anggota keluarga. Baik kesehatan fisik maupun mental. Sebaliknya keadaan kesehatan juga berpengaruh terhadap bentuk, siklus, dan fungsi keluarga (Azrul Azwar, 1997: 41)

Beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kesehatan mental.Kuantitas dan kualitas dukungan keluarga berkaitan dengan gejala psikologis. Beberapa studi mengindikasikan bahwa orang dengan gangguan mental dilaporkan merasa tidak mendapat dukungan keluarga. Penelitian lain yang mendukung, bahwa pasien dengan diagnosa gangguan kecemasan lebih sedikit tingkat kepuasannya terhadap dukungan keluarga dibanding pasien tanpa gangguan kecemasan ( Cano, Annmarrie, et all., 2003:2).

(19)

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mempelajari hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang baik dengan kecemasan pada lanjut usia

b. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang cukup dengan kecemasan pada lanjut usia

c. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang tidak baik dengan kecemasan pada lanjut usia

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan peneliti mengenai hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia.

2. Manfaat praktis

(20)
(21)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Fungsi Keluarga a. Pengertian

Keluarga (family) ialah unit terkecil dalam masyarakat, yang merupakan suatu kumpulan individu yang terdiri dari kepala keluarga beserta anggota keluarganya yang membentuk suatu rumah tangga, memiliki kekayaan bersama, menciptakan dan memelihara budaya yang sama, saling berhubungan dan terlibat secara emosional dalam lingkup peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi,tatacara negoisasi serta tata cara penyelesaian masalah yang disepakati bersama, sehingga memungkinkan pelbagai tugas dapt diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien (Azrul Azwar, 2002: 69).

b. Struktur keluarga

(22)

c. Bentuk keluarga

Bentuk keluarga terdiri dari individu-individu dengan status sosial yang telah dikenal dan posisi interaksi satu sama lain secara teratur, mempunyai tempat tinggal tetap dan mempunyai sangsi sosial. Adapun bentuk keluarga yang ada tersebut diantarnya adalah keluarga inti (nuclear family) jika anggota keluarganya hanya istri serta anak - anak turunan

pertama saja. Keluarga besar ( extended family) adalah jika kedalam anggota keluarga tersebut termasuk pula para sanak keluaga, baik menurut garis vertikal (bapak,ibu, kakek, nenek, cucu, cicit) dan ataupun garis horisontal (abang, kakak, adik ipar).Sementara itu, keluarga menurut hukum umum (common law family) adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan yang syah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. Keluarga campuran ( blended family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri. Di Indonesia dalam pengertian keluarga besar sering pula dimasukkan para pembantu yang telah bertahun-tahun tinggal dalam satu rumah, Sementara itu sebagai konsekuensi dari pergeseran hak wanita/ women’s right, dimana banyak wanita lebih senang hidup dalam rumah sendiri akibat perceraian, kematian, atau meninggalkan keluarga, single parent family sekarang dianggap sebagai keluarga. Juga telah ada kebebasan dari

(23)

terdiri dari beberapa keluarga yang berkumpul menjadi satu meskipun mereka berbeda agama, kepercayaan, dan organisasi. Dasar pergerakannya adalah karena ketidakpuasan dengan sistem sosial dan ditujukan dalam masyarakat luas. Dalam bentuk ini peran orang tua tidak ditekankan dan anak menjadi tanggung jawab bersama para anggota dewasa. Keluarga serial (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yan telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing –masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga. Bentuk keluarga yang lain adalah keluarga gabungan ( composite family), maksudnya keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan

anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama. Cohabatation family adalah dua orang yang menjadi satu tanpa ikatan pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga (Azrul Azwar, 1995: 23).

d. Peranan dalam keluarga

(24)

1) Peranan sebagai ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, kepala keluarga, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota dari kelomok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di dalam lingkungan di mana dia tinggal

2) Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu anak-anaknya, ibu mempunyai peranan yang sangat penting dalam keluarga. Diantaranya adalah peranan sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, mengurus rumah tangga, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayah tidak ada di rumah . Disamping itu ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serat sebagai anggota masyaakat dari lingkungan di mana dia tinggal. Di samping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya

3) Peranan anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spirital

e. Fungsi keluarga

(25)

pelbagai tugas yang terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga. Oleh Friedman, fungsi keluarga dibedakan atas 6 macam yakni fungsi afektif (afektif function), fungsi sosialisasi (socialization and social placement function), fungsi reproduksi (reproduction function), fungsi

mengatasi maslah keluarga (family coping function), fungsi ekonomi (economic function), serta fungsi pemenuhan kebutuhan fisik (provision of physical necessity) (Azrul Azwar, 2002: 70).

Sedangkan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintah No 21 tahun 1994, fungsi keluarga dibedakan 8 macam, yakni (1) fungsi keagamaan, (2) fungsi budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi melindungi, (4) fungsi reproduksi, (5) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7) fungsi ekonomi, (8) fungsi pembinaan lingkungan (Azrul Azwar, 2002: 70).

Buku yang lain menyebutkan berbagai fungsi yang dimiliki oleh keluarga :

1) Fungsi biologis

(26)

2) Fungsi psikologis

Dalam menjalankan fungsi psikologis, keluarga mempunyai fungsi untuk memberikan kasih sayang dan rasa aman agi anggota keluarga yang ada, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, dan memberikan identitas bagi keluarga

3) Fungsi sosialisasi

Keluarga berfungsi dalam membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan pada anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam keluarga tersebut

4) Fungsi ekonomis

Keluaraga berfungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi penghasilan keluarga, melakukan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya

5) Fungsi pendidikan

(27)

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

f. Siklus Kehidupan Keluarga

Keluarga mempunyai siklus kehidupan seperti yang dikemukakan oleh Duvall, sebagai berikut :

1) Tahap awal perkawinan (newly married)

Tahap ini dimulai dengan pernikahan dan belum mempunyai anak. Di Amerika Serikat tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 2 tahun.

2) Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)

Dalam tahap ini keluarga tersebut mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang. Di Amerika Serikat yang dimaksud bayi adalah sampai umur 30 bulan dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 2,5 tahun.

3) Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with preschool children)

(28)

4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in school)

Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia sekolah. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan sekolah adalah yang berumur 6 tahun sampai dengan 13 tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.

5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers) Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan

usia remaja. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan remaja adalah yang berumur 13 tahun sampai dengan 20 tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.

6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as launching centre)

Pada tahap ini satu per satu anak meninggalkan keluarga. Di Amerika Serikat biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 8 tahun.

7) Tahap orang tua usia menengah (parent allone in middle years) Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga. Yang

tinggal hanyalah suami istri dengan usia menengah. Di Amerika Serikat yang dimaksu usia menengah adalah sampai dengan masa pensiun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 15 tahun.

(29)

Pada tahap suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia. Di Amerika Serikat yang dimaksu usia menengah adalah sampai dengan masa pensiun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 10 tahun sampai dengan 15 tahun. (Azrul Azwar, 1995: 36)

g. Karakteristik Keluarga Sehat (1). Komunikasi yang sehat (2). Otonomi personal (3). Fleksibilitas (4). Apresiasi

(5). Saling mendukung

(6). Waktu untuk keluarga dan kebersamaan (7). Ikatan yang kuat

(8). Pertumbuhan

(9). Nilai – nilai religi dan spiritual. (Murtagh, J., 1998:9)

h. Pengukuran Fungsi Keluarga

Pengukuran fungsi keluarga dapat diukur dengan menggunakan ;

(30)

Diciptakan oleh Smilkstein untuk mengetahui fungsi keluarga secara cepat. Merupakan instrumen skrening untuk disfungsi keluarga dan mempunyai reliabilitas dan validitas yang adekuat untuk mengukur tingkat kepuasan mengenai hubungan keluarga secara individual, juga beratnya disfungsi keluarga. Bila pertanyaan dijawab sering / selalu nilai 2, kadang-kadang nilai 1, jarang / tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas adalah antara

a. 7-10 : fungsi keluarga baik b. 4-6 : fungsi keluarga kurang baik c. 0-3 : fungsi keluarga tidak baik

(2). SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education Medical). Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara

fisiologis, maka SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga

secara patologis.

Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling

membantu kalau ada kerepotan masing-masing.Apakah interaksi

dengan tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada masalah (

Social).

Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu

(Culture).

Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).

(31)

Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)

Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat

transportasi (Medical) (Lao, L.F.,et al., 2003)

2. Kecemasan a. Pengertian

Kecemasan (ansietas / anxiety) gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas ( Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian / splitting of personality), perilaku dapat terganggu teapi masih dalam batas – batas normal ( Dadang Hawari, 2008:19 ).

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman yang mendalam dari rasa takut dan berkelanjutan. Kriteria ansietas menurut definisi dari ICHPPC ( the International Classification of Health Problems in Primary Care) adalah ketidaknyamanan dan kecemasan menetap atau perasaan cemas. Tidak berkaitan dengan respon secara luas terhadap stressor psikososial, stimulus, atau kejadian (Murtagh, J.,1998:1043)

(32)

gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Rasa takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran gejala ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas, penyebab rasa takut biasanya jelas dan dapat dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) – yaitu ego alien dan ego distonik. Gejala- gejal ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis-waspadalah trehadap kemungkinan bunuh diri ( Tomb, D.A., 2004:96)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Perubahan - perubahan tata nilai kehidupan / psikososial telah mempengaruhi nilai – nilai moral etika dan gaya hidup, tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan tersebut diatas, sehingga bisa mengalami gangguan penyesuaian diri. Perubahan – perubahan tersebut antara lain :

(33)

b). Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif

c). Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extended fami- ly) cenderung ke arah keluarga inti (nuclear family), bahkan

sampai pada keluarga tunggal (single parent family)

d). Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tight fami- ly relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose fa-

mily relationship).

e). Nilai-nilai religius dan tradisional masyarakat, cenderung beru- bah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba bo- leh serta toleransi berlebihan (permissive society)

g). Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cen- derung untuk memilih hidup bebas atau hidup bersama tanpa ikatan perkawinan.

(34)

c. Pengukuran Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan bisa diukur dengan menggunakan ; (1). Manifest Anxiety Scale dari Taylor

Manifest Anxiety Scale dari Taylor (T-MAS), diciptakan dan dikembangkan oleh Janet Taylor Spence pada tahun 1953, di Universitas Nortwestern. Pada mulanya item-item T-MAS dambil dari MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) dari item 200 item MMPI, 60 item dipilih oleh Taylor dengan seleksi para ahli psikologi klinis, akhirnya hanya 50 item yang digunakan untuk mengungkapkan kecemasan. Djuni Utari (1978), telah menerjemahkan T-MAS ke dalam bentuk bahasa Indonesia

Kecemasan menurut T-MAS dibagi menjadi dua golongan, yaitu seseorang dikatakan cemas apabila jawaban ya lebih dari atau sama dengan 22, apabila jawaban ya lebih kecil dari 22 maka dikatakan tidak cemas.

(35)

Tabel 2.1 Indikator Kecemasan

Indikator No Pertanyaan

Gangguan fisik 1 Saya tidak cepat lelah

2 Saya sering kali mengalami perasaan mual 4 Saya jarang sakit kepala

8 Tangan saya sering gemetar bila berbuat sesuatu 9 Dalam keadaan yang memalukan, saya tidak

mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain

10 Saya diare (mencret ) sekali atau lebih dalam satu bulan

12 Saya tidak pernah tersipu malu bila terjadi sesuatu pada diri saya

15 Tangan dan kaki saya jarang terasa dingin 16 Saya mudah sekali berkeringat meskipun hari

tidak panas

17 Saya jengkel karena sering banyk keringat pada waktu malu

18 Saya jarang berdebar atau nafas tersengal 19 Saya sering merasa lapar berkepanjangan

(ngintir-intir)

20 Saya jarang sembelit (sakit perut karena sulit berak)

21 Saya sering terganggu keluhan (sakit) perut Sulit konsentrasi 6 Saya kesukaran konsentrasi terhadap suatu

permasalahan

41 Pada waktu bekerja, saya sulit memusatkan perhatian

7 Saya khawtir kalau memikirkan masalah

11 Saya khawatir akan gagal atau tertimpa kesialan 13 Saya sering takut muka saya menjadi merah

(36)

26 Saya merasa lebih sensitif (peka) dari pada umumnya orang lain

Panik dan gelisah 3 Saya yakin tidak lebih penggugup daripada kebanyakan orang lain

5 Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja 29 Biasanya saya tenang dan tidak mudah kecewa

atau putus asa

30 Saya mudah menangis

33 Menunggu membuat saya gelisah

34 Saya tidak dapat jenak (tenang) duduk atau ngobrol terlalu lama

44 Saya sering dalam keadaan tegang

Gangguan tidur 14 Saya sering mimpi buruk pada waktu tidur malam hari

22 Saya sering tidak dapat tidur karena mengkhawatirkan sesuatu

23 Tidur saya tidak nyenyak dan sering terganggu 24 Saya sering mimpi yang memalukan

35 Kadang-kadang saya terlalu gembira sehingga sukar tidur

Takut dan menghindar 25 Saya sering/mudah merasa segar/bugar 38 Saya tidak lebih penakut dari pada orang lain 39 Saya sering takut pada benda atau manusia tanpa

sebab

42 Biasanya, saya pemalu

49 Saya merasa takut terhadap kesukaran-kesukaran yang saya hadapi

50 Saya jarang merasa penuh percaya diri Khawatir, ingatan tidak

menyenangkan

27 Saya sering mengkhawatirkan diri saya terhadap sesutu hal

28 Saya merasa tidak sebahagia orang lain yang saya kenal

(37)

32 Saya merasa selalu gembira setiap waktu 36 Kadang-kadang saya merasa khawatir tanpa

sebab yang jelas

37 Saya sering merasa bahwa diri saya tidak berguna

40 Biasanya, saya merasa yakin atau percaya diri 43 Saya merasa hidup ini merupakan beban berat

setiap saat

45 Kadang-kadang saya merasa diri saya tanpa arti 46 Saya benar-benar diliputi keraguan dalam

banyak hal

47 Kadang-kadang saya merasa diri saya kacau 48 Kadang-kadang saya merasa mempunyai

kesulitan bertumpuk sehingga tidak dapat tenang

(2). Hamilton Rate Scale For Anxiety (HRS-A)

Alat ini untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali. Terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala – gejala yang lebih spesifik. Masing – masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antar 0-4, yang artinya adalah

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) 1 = gejala ringan

(38)

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahana tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu :

Total Nilai ( score) : 0 – 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan 21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali (Dadang Hawari, 2008:78-79)

3. Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia

(39)

1. Keluarga adalah unit terkecil yang ada dalam masyarakat dan yang melibatkan mayoritas penduduk. Dengan demikian apabila masalah kesehatan setiap keluarga dapat diatasi, berarti masalah kesahatan masyarakat secara keseluruhan akandapat turut terselesaikan

2. Keluarga adalah suatu kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Dengan demikian apabila pemahaman tentang keluarga berhasil dimiliki, akan dapat dimanaatkan dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga dan atau masyarakat secara keseluruhan

3. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan pelbagai masalah anggota keluarga yang lainnya. Ambil contoh jika ada satu anggota keluarga yang sakit misalnya, pasti akan mempengsruhi pelaksanaa dari fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh keluarga tersebut. Apabila ditemukan banyak keluarga yang seprti ini, pada gilirannya pasti akan mempengaruhi pelaksanaan dari fungsi-fungsi masyarakat keseluruhan.

(40)

5. Keluarga adalah wadah dan atau pun saluran yang dinilai paling efektif untuk melaksanakan pelbagai upaya dan ataupun menyampaikan pesan-pesan kesehatan (Azrul Azwar., 2002: 41- 42).

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Keterangan :

: Tidak diteliti : Diteliti

(41)

D. Hipotesis

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini termasuk observasional analitik menggunakan pendekatan rancangan potong lintang untuk mempelajari hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia (Mochamad Arief TQ., 2009:67).

B. Lokasi Penelitian

Posyandu Lansia Jogo Rogo Trowangsan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah

C. Populasi Sasaran Semua lanjut Usia

D. Populasi Sumber

Semua lanjut Usia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Jogo Rogo Trowangasan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, berjumlah 270 orang

(43)

Metode yang digunakan untuk mendapatkan sampel menggunakan pendekatan purposive sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sedemikian sehingga sampel yang dicuplik mewakili populasi yang sedang diteliti maupun memungkinkan untuk melakukan perbandingan-perbandingan kelompok studi (Bisma Murti, 2007:9)

Adapun kriteria sampel sebagai berikut ; a. Kriteria Inklusi

1). Umur lebih dari 45-70 tahun (sesuai pengelompokan dari departemen Kesehatan Rapublik Indonesia)

2). Lanjut usia bersedia menjadi responden

3). Berada di Posyandu Lansia Jogo Rogo Trowangasan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.

4). Lanjut usia tidak menderita cacat fisik dan mental serta dapat beraktivitas secara mandiri

5) . Tingkat pendidikan lulus minimal SLTP atau sederajat b. Kriteria eksklusi

1). Menolak berpartisipasi

2). Memiliki skala L-MMPI yang memberikan jawaban “tidak” kurang dari 10.

(44)

Fungsi keluarga 2. Variabel terikat : Kecemasan pada lansia

G. Definisi Operasional 1. Fungsi Keluarga

Kesepakatan para anggota yang terdapat dalam satu keluarga untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat keluarga dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien (Azrul Azwar, 1997: 70)

Di ukur dengan instrumen APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) family dengan 5 pertanyaan.

Hasil pengukuran :

7-10 : fungsi keluarga baik 4-6 : fungsi keluarga kurang baik 0-3 : fungsi keluarga tidak baik

Skala pengukuran ordinal 2. Kecemasan

Suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

(45)

jumlah alternatif pilihan dari 2 pilihan menjadi 5 pilihan. Alasan menggunakan skala terpakai karena sudah teruji dengan validitas rbt = 0.287 sampai rbt = 0.550 dan reliabilitas rtt = 0.822 , p<0,05

karena adanya beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti maka skala ini masih harus di try out kan lagi untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang baru.

Penyusunan angket dikelompokkan menjadi item-item favorable dan unfavorable. Dimana pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau menunjukkan atribut yang diukur, sedang pernyataan unfavorable adalah penyataan yang tidak mendukung dan tidak

menunjukkan atribut yang diukur.

Skala kecemasan disusun dengan menggunakan Skala Likert yang dimodifikasi yang terdiri dari 4 alternatif jawaban,dengan alasan :

a). Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu

b). Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah (central tendency effect)

c). Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan pendapat responden kearah tidak sesuai, sehingga dapat mengurangi data penelitian yang hilang. (Sutrisno Hadi, 1991 : 19-20).

(46)

a). Item favorable : sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1)

b). Item unfavorable : sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju (4).

Alasan peneliti memberi simbol angka 1,2,3, dan 4 pada angket yang disusun oleh peneliti karena Likret menyatakan bahwa berdasarkan kajian terhadap sifat/ciri-ciri dari data ordinal dan interval serta untuk kepentingan pengolahan data, maka angka-angka 1.2.3. dan 4 yang diberikan pada alternatif jawaban pada jenis skala pengukuran Likert tidak menunjukkan skala Likert termasuk pada data interval, melainkan angka-angka 1.2.3. dan 4 tadi hanyalah kode atau simbol yang berbentuk angka untuk mengkuantifikasikan alternatif jawaban pada skala Likert yang berbentuk kata/kalimat (kualitatif), dengan tujuan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan pengolahan data, terutama pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana skala Likert merupakan jenis skala pengukuran yang menyediakan data berbentuk ordinal ( Sumadi Suryabrata, 2005 : 186).

(47)

1). Lebih Efektif

2). Agar responden tidak seenaknya sendiri dalam memberi jawaban tanpa berfikir.

3). Mudah ditafsirkan oleh responden. 4). Bersifat luwes.

5). Bentuknya lebih umum dan mudah dipahami. (Irawan Soehartono, 2000: 77-78)

Penyusunan alat ukur kecemasan ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Skala Kecemasan

No Faktor Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1. Gangguan

fisik

1,2,4,9,12,15, 18 8,10,16,17,19,20,21 14

2. Sulit konsentrasi

6,7,11,13,26,41 6

3 Panik dan gelisah

5,30,33,34,44 3,29 7

4 Gangguan tidur

14,22,23,24,35 5

(48)

menghindar 6 Khawatir atau

ingatan tidak menyenangkan

27,28,31,36,37,40 43,45,46,47,48

32 12

T O T A L 50

Deskripsi data penelitian di atas menggambarkan kategorisasi dari variabel kecemasan.

Kategorisasi di buat didasarkan pada tingkat diferensiasi yang dikehendaki. Namun untuk memperoleh kategori perlu ditentukan terlebih dahulu ditentukan batasan yang akan digunakan berdasarkan nilai deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan nilai maksimal dan minimum teoritisnya. Kategori ini ditentukan berdasarkan sebaran empirik.

Peneliti menetapkan lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus yang digunakan adalah :

(49)

µ = mean hipotetik σ = standar deviasi

H. Uji Instrument Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes

tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

a). Uji validitas item

Uji validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang bertujuan untuk memilih item-item yang benar-benar telah selaras dan sesuai dengan faktor yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba validitas item yaitu dengan cara mengorelasikan skor tiap item dengan skor total item.

b). Uji korelasi antar faktor

(50)

didefinisikan. Adapun cara perhitungan uji validitas faktor adalah dengan mengorelasikan skor tiap faktor dengan skor total faktor item-item yang valid.

Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS 15.00 for windows (Sutrisno Hadi, 1991 : 102).

2. Reliabilitas

Sedang teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas angket adalah teknik Alfa Cronbach yaitu:



(51)

Dalam penelitian ini peneliti tetap melakukan pengujian validitas walaupun skala yang dipakai adalah skala terpakai yang telah diuji validitasnya. Alasan peneliti adalah sebagai berikut:

1). Subjek penelitian yang dipakai dalam pengukuran lama dan subjek yang diukur peneliti berbeda.

2). Norma pengukuran yang dipakai berbeda

H. Desain analisis statistik

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan

(52)

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Anggota posyandu

Korelasi Product Moment

dengan

(53)

J. Jadwal Penelitian

Kegiatan Sep Okt Nop Des Jan Peb

Pembuatan proposal X X

Ujian proposal X

Pengumpulan data X X

Analisis data X X

Penulisan tesis X X

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jumlah seluruh lanjut usia di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan 128 orang, 40 laki-laki dan 88 perempuan. Yang memenuhi kriteria sebagai sampel, sebanyak 53 responden. Di antara 53 responden hanya 46 yang dapat diikutkan dalam analisis. Hal ini disebabkan karena : (1) Salah mengisi kuesioner : 2 responden (2) Tidak lolos L-MMPI test : 2 responden (3) Tidak mengembalikan kuesioner : 3 responden

Deskripsi Data

Karakteristik responden penelitian mencakup jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan terakhir, kedudukan dalam keluarga, jumlah anggota keluarga, dan bentuk keluarga lansia.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lansia, jika dilihat dari jumlah dan prosentasenya data diperlihatkan dalam Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Cakupan Prosentase (orang) (%)

1 Laki-laki 24 52.17

2 Perempuan 22 47.83

Jumlah 46 100.00

Sumber: Data Primer

Dengan memperhatikan Tabel 4.1 di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah responden antara laki-laki dan perempuan lebih banyak responden laki laki. Akan tetapi perbedaan tersebut tidaklah terlalu besar, yakni hanya selisih 2 responden. Sehingga bisa dikatakan jumlah responden antara laki-laki dengan perempuan hamper sama.

Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecemasan

Kecemasan

Total

(55)

Jenis Kelamin L Count 9 15 24 % of Total 19.6% 32.6% 52.2%

P Count 9 13 22

% of Total 19.6% 28.3% 47.8%

Total Count 18 28 46

% of Total 39.1% 60.9% 100.0%

Jika disajikan dalam bentuk diagram batang, diperlihatkan sebagaimana terdapat dalam gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecemasan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki yang mengalami kecemasan sama dengan responden perempuan, sementara jumlah responden laki-laki yang mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 4,3 % dibanding dengan responden perempuan, dengan jumlah responden laki-laki lebih banyak 4,4 % dibanding dengan responden perempuan

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).

Tabel 4.3

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jenis Kelamin dan Kecemasan

Value df

(56)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar -0,056 dengan signifikansi sebesar 0,813, Karena harga signifikansi sebesar 0,813 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Jenis Kelamin dan Kecemasan

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 035 atau sangat rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 813. Karena harga signifikansi sebesar 0, 813 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka antara jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia memang tidak berhubungan secara nyata

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Lansia

Data responden berdasarkan kelompok umur lansia dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu masa prasenium (55-64 tahun), dan masa senescens (≥ 65 tahun), sementara kelompok menjelang usia lanjut (40-54 tahun) tidak ada yang menjadi responden karena belum ada yang menjadi anggota posyandu lansia. Berdasarkan data kelompok umur lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur

NO Kelompok Umur Cakupan Prosentase

(orang) (%) 1 Masa prasenium (55-64 tahun) 26 56.52 2 Masa senescens (≥ 65 tahun) 20 43.48

Jumlah 46 100.00

Sumber: Data Primer

(57)

Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;

Tabel 4.6

Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur dan Kecemasan

Kecemasan

Total

C TC

Kelompok Umur PS Count 11 15 26

% of Total 23.9% 32.6% 56.5%

S Count 7 13 20

% of Total 15.2% 28.3% 43.5%

Total Count 18 28 46

% of Total 39.1% 60.9% 100.0%

Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar sebagai berikut

Gambar 4.2 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur dan Kecemasan

(58)

prasenium yang mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 4,3 % dibanding dengan responden senesens, dengan jumlah responden prasenium lebih banyak 13 % dibanding dengan responden senesens

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom). Hasil uji Chi Kuadarat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kelompok Umur dan Kecemasan

Value df sebesar -0,253a dengan signifikansi sebesar 0,615, Karena harga signifikansi sebesar 0,615 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara kelompok umur dan kecemasan pada lanjut usia.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kelompok umur dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi. Hasil análisis koefisien kontingensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.8

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kelompok Umur dan Kecemasan

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

(59)

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Lansia

Data responden berdasarkan pendidikan terakhir lansia dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu SLTP, SLTA, dan sarjana. Berdasarkan data pendidikan terakhir lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

NO Pendidikan Terakhir Cakupan Prosentase (orang) (%)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa lansia dengan pendidikan terakhir SLTP jumlahnya hampir sama dengan lansia pendidikan terakhir SLTA, hanya 1 lansia yang pendidikan terakhirnya sarjana.

Dari data pendidikan terakhir (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs). Hasil tabulasi silang antara pendidikan terakhir dan kecemasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.10

(60)

Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar sebagai berikut

Gambar 4.3 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Kecemasan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa satu responden dengan pendidikan terakhir sarjana tidak mengalami kecemasan, jumlah responden dengan pendidikan terakhir SLTP yang mengalami kecemasan lebih tinggi 8,7 % dibanding dengan responden pendidikan terakhir SLTA, sementara jumlah responden dengan pendidikan terakhir SLTA yang mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 6,5 % dibanding dengan responden pendidikan terakhir SLTP. Jumlah responden dengan pendidikan terakhir SLTA hampir sama dengan responden dengan pendidikan terakhir SLTP.

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).

Tabel 4.11

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Pendidikan Terakhir dan Kecemasan Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson

Chi-Square

60.354 6 0.000

(61)

Chi-Square Tests

a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .21.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar 60,354 dengan signifikansi sebesar 0,000, Karena harga signifikansi sebesar 0, 000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dan kecemasan pada lanjut usia.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi yang hasilnya bisa dilihat di tabel di bawah ini:

Tabel 4.12

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Pendidikan Terakhir dan

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 197 atau sangat rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 393. Karena harga signifikansi sebesar 0, 393 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka antara tingkat pendidikan terakhir dan kecemasan pada lanjut usia memang tidak berhubungan secara nyata

Karakteristik Responden Berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga Lansia

(62)

dan lain-lain yang termasuk didalamnya adalah orang tua dari kepala keluarga tersebut. Berdasarkan kedudukan dalam keluarga lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.13

Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga

NO Kedudukan dalam Keluarga Cakupan Prosentase (orang) (%) (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ; Tabel 4.14

Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan

(63)

Gambar 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa dua responden dengan kedudukan lain-lain dalam keluarga semua mengalami kecemasan, jumlah responden dengan kedudukan sebagai kepala keluarga yang mengalami kecemasan lebih tinggi 26,1 % dibanding dengan responden istri. Responden sebagai kepala keluarga juga mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 21,7 % dibanding dengan responden istri. Jumlah responden sebagai kepala keluarga juga lebih banyak 47,8 % dibanding dengan responden istri.

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variable ( baris dan kolom).

Tabel 4.15

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson

Chi-Square

5.288a 2 0.071

(64)

N of Valid Cases 46

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .78.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar -5,288a dengan signifikansi sebesar 0,071, Karena harga signifikansi sebesar 0, 071 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara tingkat kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada lanjut usia

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi

Tabel 4.16

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kedudukan dalam Keluarga

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 321 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 071. Karena harga signifikansi sebesar 0, 071 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka antara kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada lanjut usia memang tidak berhubungan secara nyata.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Lansia Data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga lansia dikelompokkan menjadi 6 macam yaitu 1,2,3,4,5,6 orang. Berdasarkan kedudukan jumlah anggota keluarga lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.17

Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

NO Jumlah Anggota Keluarga Cakupan Prosentase (orang) (%)

(65)

2 2 orang 24 52.17

Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;

Tabel 4.18

Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

(66)

Gambar 4.5 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dan Kecemasan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan jumlah anggota keluarga 2 mempunyai jumlah kecemasan dan ketidakcemasan tertinggi dibanding dengan jumlah anggota keluarga lain, dalam hal ini jumlah responden dengan jumlah anggota keluarga 2 mempunyai jumlah terbanyak dibanding dengan jumlah anggota keluarga lain. Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variable ( baris dan kolom)

Tabel 4.19

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jumlah Anggota Keluarga dan Kecemasan Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson

Chi-Square

3.316a 5 0.651

Likelihood Ratio 3.962 5 0.555

N of Valid Cases 46

a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .39.

(67)

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi

Tabel 4.20

Hasil analisis koefisien kontingensi Variabel Jumlah Anggota Keluarga dan Kecemasan

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 259 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 651. Karena harga signifikansi sebesar 0, 651 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka antara jumlah anggota keluarga dan kecemasan pada lanjut usia memang tidak berhubungan secara nyata.

Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Keluarga Lansia

Data responden berdasarkan bentuk keluarga lansia dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Berdasarkan bentuk keluarga lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.21

Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga

NO Bentuk Keluarga Cakupan Prosentase (orang) (%) bentuk keluarga inti (nuclear family) hanya sedikit (8,70%) yang mempunyai bentuk keluarga besar (extended family).

Dari data bentuk keluarga (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;

Tabel 4.22

(68)

Kecemasan

Total

C TC

Bentuk Keluarga

Extended Count 4 0 4

% of Total 8.7% .0% 8.7%

Nuclear Count 14 28 42

% of Total 30.4% 60.9% 91.3%

Total Count 18 28 46

% of Total 39.1% 60.9% 100.0%

Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar sebagai berikut

Gambar 4.6 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga dan Kecemasan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan bentuk keluarga inti (Nuclear family) mempunyai angka ketidakcemasan lebih tinggi dibanding dengan angka kecemasan, sementara keluarga dengan bentuk keluarga besar (extended family) semuanya (100%) mengalami kecemasan.

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).

Tabel 4.23

(69)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.815a 1 0.009 N of Valid Cases 46

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar 6,815 dengan signifikansi sebesar 0,009, Karena harga signifikansi sebesar 0, 009 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.

Tabel 4.24

Hasil analisis koefisien kontingensi Variabel Bentuk Keluarga dan Kecemasan

a. Correlation statistics are available for numeric data only.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 359 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0,009 Karena harga signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka ada hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia dengan ukuran hubungan rendah.

Hasil Analisis Data

Deskripsi di atas hanya menggambarkan gambaran umum tentang data pada setiap karakteristik umum. Oleh karena itu perlu dilakukan uji bivariat untuk bisa melihat gambaran lebih jelas mengenai variabel kecemasan dan fungsi keluarga di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan

Karakteristik Responden Berdasarkan Fungsi Keluarga Lansia

Dari 46 responden yang diteliti terdapat 20 responden (43.48%) mempunyai fungsi keluarga sehat, 21 responden (45.65%) mempunyai fungsi keluarga kurang sehat, 5 responden (10.87%) mempunyai fungsi keluarga tidak sehat

(70)

Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga

NO Fungsi Keluarga Cakupan Prosentase (orang) (%) mengalami cemas, 28 responden (60.87%) tidak cemas

Tabel 4.26

Distribusi Frekuensi Kecemasan Responden

NO Kecemasan Cakupan Prosentase

(orang) (%)

1 Cemas 18 39.13

2 Tidak cemas 28 60.87

Jumlah 46 100.00

Sumber: Data Primer Deskripsi Data secara Crosstabs

Dari data fungsi keluarga (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;

Tabel 4.27

Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga dan Kecemasan Fungsi Keluarga * Kecemasan Crosstabulation

(71)

Fungsi Keluarga * Kecemasan Crosstabulation Kecemasan

Total

C TC

Fungsi Keluarga

KS Count 14 7 21

% of Total 30.4% 15.2% 45.7%

S Count 1 19 20

% of Total 2.2% 41.3% 43.5%

TS Count 3 2 5

% of Total 6.5% 4.3% 10.9%

Total Count 18 28 46

% of Total 39.1% 60.9% 100.0%

Jika disajikan dalam bentuk diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar berikut ;

Gambar 4.7 : Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga dan Kecemasan

(72)

Uji Hipotesis Hubungan Fungsi Keluarga dan Kecemasan

Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom). Tabel 4.28

Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Fungsi Keluarga dan Kecemasan Chi-Square Tests

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.96.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar -17.381a dengan signifikansi sebesar 0,000, Karena harga signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.

Analisis Korelasi

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.

Tabel 4.29

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Fungsi Keluarga dan Kecemasan

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.1  Kisi-kisi Pengembangan Skala Kecemasan
Gambar 3.1
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecemasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

test pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Data hasil pre-test kelas kontrol diperoleh harga Chi-. Kuadrat hitung sebesar 3,02. Harga tersebut

Hasil analisis Chi Square diperoleh nilai  2 hitung sebesar 7,973 dengan nilai signifikansi ( p-value ) 0,019 (0,019 &lt; 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga

Dari nilai chi kuadrat hitung yang lebih besar dari chi kuadrat tabel dapat disimpulkan bahwa pendidikan seorang wajib pajak penghasilan orang pribadi terutama di

Tapi untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dilihat dari nilai f hitung 0,058 yang lebih kecil dari signifikansi 0,810 dengan taraf kepercayaan 95 %, oleh

chi square didapatkan nilai X 2 hitung sebesar 10,043 pada derajad kebebasan 2 dengan taraf signifikasi (p) 0,007, sedangkan harga X 2 tabel pada derajad kebebasan 2 pada

Tingkat hubungan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan nilai koefisien kontingensi hasil pengujian chi kuadrat di dapatkan nilai c sebesar 0,527 sehingga simpulkan

Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa harga r hitung untuk variabel kondisi sosial ekonomi sebesar 0,451 dengan harga signifikansi sebesar 0,000,

Keterangan: X2 = Chi kuadrat 0 = Frekuensi yang diobservasi N = Frekuensi yang diharapkan Syarat Uji Chi Square: 1 Jumlah sampel besar 2 Skala data variabel kategorik 3 Bentuk