PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Riris Afrilianti
111134086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Riris Afrilianti
111134086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, dan
anugerahNya untukku, serta selalu membukakan pintu maaf bagiku
Pribadiku yang selalu memiliki keinginan yang baik dalam segala hal,
termasuk dalam menjadi calon pendidik yang berkualitas
Kedua orang tuaku yaitu bapak Kasimin dan ibu Puji Astuti yang selalu
memberikan dukungan dalam segala bentuk, semangat, motivasi, dan
bimbingan agar aku dapat menjadi manusia yang lebih baik, menerima
segala bentuk suka maupun duka ku, serta memberikan doa yang tak
pernah putus
Adikku Langgeng Tri Raharjo yang selalu menjadi penyemangat bagiku Seluruh keluarga besarku yang tidak aku sebutkan satu persatu yang
selalu memberikan dukungan kepadaku
Ibu E.Catur Rismiati dan ibu Andri Anugrahana selaku dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan
mendidikku dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya skripsi ini
serta memberikan motivasi kepadaku yang tiada pernah henti
Seluruh dosen-dosenku di Progam Studi PGSD Universitas Sanata
v
membimbing, dan mendidikku supaya menjadi seorang pendidik yang
berkualitas
Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku
menjadi calon pendidik yang baik
Sahabat satu payungku yaitu Dwi Dian Mayasari dan Duwi Purwanti
yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan selalu mendengarkan
keluh kesahku dalam penulisan skripsi ini
Teman-teman kelas D yang selalu memberikan dukungan kepadaku Teman-teman Forum Keluarga Muslim (FKM) Budi Utama yang selalu
mengingatkanku kepada hal-hal baik
Seseorang yang telah menjadikanku berkata aku bisa lebih baik darimu
vi
MOTTO
☻ Bismillahirrohmanirohim (Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang)
☻ Jadikan kegagalan sebagai cambuk untuk tetap maju
☻ Jadikan Allah dan orang tua kita sebagai motivasi kita untuk menggapai
cita-cita
☻ Tidak akan ada kata SUKSES ketika kita tidak mau berusaha dan
berdoa
☻ I have no particular talent. I am merely inquisitive._Albert Einstein_
☻ Percayalah dengan rencanaNya, maka semuanya akan baik-baik saja
☻ Mulia di mataNya lebih baik daripada mulia di mata manusia, tetapi
mulia di mata keduanya akan jauh lebih baik
☻ Aku bisa!
☻ Jika bukan aku yang memulai dan merubahnya, lantas sipa lagi?
☻ Hidup di dunia hanyalah sekali, manfaatkanlah sebaik mungkin agar
ix
ABSTRAK
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI
Oleh:
Riris Afrilianti (111134086) Universitas Sanata Dharma
2014
Rendahnya kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru mendorong peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas di SD tersebut. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui karakteristik PMRI, yaitu penggunaan konteks, model, konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan, pada pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar. Kreativitas ditunjukkan oleh kemampuan mengemukakan ide, mengajukan ide yang tidak biasa, menghasilkan ide berdasarkan pemikirannya sendiri, serta menguraikan ide secara rinci, sedangkan prestasi belajar ditunjukkan oleh rata-rata nilai dan jumlah siswa yang mencapai KKM. Perolehan data kreativitas menunjukkan adanya peningkatan rata-rata setiap indikator kreativitas, yaitu: indikator kelancaran dari 2,28 meningkat menjadi 3,94; indikator keluwesan dari 1,91 menjadi 3,44; indikator keaslian dari 2 menjadi 3,37; dan indikator keterperincan dari 1,69 menjadi 2,98, sedangkan rata-rata keseluruhan skor kreativitas siswa dari 7,87 menjadi 13,73. Perolehan data prestasi belajar siswa juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM dari 71,6 menjadi 86,81 dan persentase siswa yang mencapai KKM dari 55,49% menjadi 84,37%. Pendekatan PMRI terlihat dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukan ketika melakukan tanya jawab, demonstrasi, kerja kelompok, dan presentasi. Guru diharapkan menggunakan pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika agar meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa.
x
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF CREATIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATICS
OF STUDENTS CLASS III B SDN SOKOWATEN BARU USING PMRI APPROACH
By:
Riris Afrilianti (111134086) Sanata DharmaUniversity
2014
The low level of creativity and learning achievement of the students class III B SDN Sokowaten Baru motivated the researcher to do Class Action Research in that Elementary School. This research was aimed to discover the PMRI approach implementation in improving the creativity and learning achievement on mathematics of the students class III B SDN Sokowaten Baru.
It was a Class Action Research that was conducted in 1 cycle with 3 meetings. The research subjects were the 32 students of class III B SDN Sokowaten Baru. The
research objects were the students’ creativity and learning achievement on
mathematics. The data were collected by having interviews, observation, and documentation.
The results of this research showed that through the PMRI characteristics, i.e.
using contexts, model, students’ construction, interactivities, and intertwinement in
learning process could improve the creativity and learning achievement. The students’
creativity on the abilities to deliver ideas, show unusual ideas, create their own ideas, and explain the ideas in detail, while the learning achievement was identified by the better average scores and bigger number of students that reached the minimum passing score. The data on creativity showed the average improvement on each creativity indicator,i.e. indicator of fluency was improving from 2,28 to 3,94; indicator of flexibility was from 1,91 to 3,44; indicator of originality was from 2 to 3,37; and indicator of detail was from 1,69 to 2,98; while the average score on all aspects of
students’ creativity was improving from 7,87 to 13,73. The results of the students’ learning achievement showed the improvement, i.e. the students’ average score could
reach the minimum passing score that improved from 71,6 to 86,81 and the percentage of the students who reached the minimum passing score was improving from 55,49% to 84,37%. The PMRI approach was seen in learning activities conducted in question-answer activity, demonstration, group work, and presentation. Teacher can use PMRI approach in mathematics to increase the creativity and achievement.
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohih. Alhamdulillah, wasyukurillah, la khalula wala
kuwwata illa billah. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III B SDN Sokowaten Baru dengan Menggunakan Pendekatan PMRI ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Peneliti menyadari dan merasakan bahwa ada banyak dukungan, bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma
2. Gregorius Ari Anugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku kepala program PGSD
Universitas Sanata Dharma
3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Andri Anugrahana, M.Pd., selaku dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan
bimbingan, petunjuk, dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi
hingga selesai
4. Kastinah, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Sokowaten Baru yang telah
xii
5. Ismiyati Maisyaroh selaku guru kelas III B yang telah bersedia memberikan
bantuan dalam proses penelitian
6. Siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru selaku subjek penelitian yang telah
bersedia untuk membentu peneliti dalam proses penelitian
7. Bapak dan ibu guru serta karyawan/ karyawati SDN Sokowaten Baru yang telah
memberikan bantuan sehingga proses peneitian ini berlangsung dengan lancar
8. Bapak Kasimin dan ibu Puji Astuti selaku orang tua yang telah memberikan
semangat, motivasi, bimbingan, arahan, dan doa yang tidak pernah putus kepada
peneliti
9. Langgeng Tri Raharjo selaku adik yang selalu memberikan semangat kepada
peneliti
10. Dwi Dian Mayasari dan Duwi Purwanti yang telah bersedia bekerjasama dengan
peneliti serta memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti
11. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas D yang selalu memberikan
semangat, dukungan, dan kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan
12. Teman-teman kos pelangi yang telah memberkan bantuan, semngat, serta
dukungan untuk selalu bersama-sama dalam suka maupun duka
13. Teman-teman FKM yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa, serta
pencerahan agar peneliti mampu menjadi manusia yang memiliki akhlak baik,
pendidik yang berkualitas, serta menjadi manusia yang lebih baik
14. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN MOTTO...vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH...viii
ABSTRAK...ix
ABSTRACT...x
KATA PENGANTAR ...xi
DAFTAR ISI...xiv
DAFTAR TABEL...xvii
DAFTAR GAMBAR ...xix
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB 1.PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Batasan Masalah... 9
1.3. Rumusan Masalah... 10
1.4. Tujuan Penelitian ... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
1.6. Definisi Operasional ... 11
xv
2.1. Kajian Teori ... 13
2.1.1 Teori Belajar yang Mendukung Kreativitas ... 13
2.1.2 Kreativitas ... 15
2.1.3 Prestasi Belajar ... 33
2.1.4 Matematika ... 39
2.1.5 Karakteristik siswa SD ... 44
2.1.6 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 48
2.2 Penelitian yang Relevan... 55
2.3 Desain Diagram Penelitian yang Relevan... 60
2.4 Kerangka Berpikir ... 62
2.5 Hipotesis Tindakan... 64
BAB III. METODE PENELITIAN ... 66
3.1 Jenis Penelitian... 66
3.2 Setting Penelitian ... 68
3.3 Desain Penelitian... 69
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 74
3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 79
3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran ... 85
3.7 Teknik Analisis Data... 113
3.8. Indikator Keberhasilan ... 118
3.9 Jadwal Penelitian... 120
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 122
4.1. Hasil Penelitian ... 122
xvi
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 172
5.1 Kesimpulan ... 172
5.2 Keterbatasan... 173
5.3 Saran ... 175
DAFTAR REFERENSI ... 176
xvii
DAFTAR TABEL
1. Deskriptor dari Indikator Kreativitas. ... 24
2. Kisi-Kisi Wawancara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian... 80
3. Lembar Observasi Pembelajaran ... 81
4. Kisi-Kisi Observasi Kreativitas ... 82
5. Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 82
6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 84
7. Hasil Validitas Silabus... 92
8. Hasil Validitas RPP ... 94
9. Hasil Validitas LKS ... 95
10. Hasil Validitas Bahan Ajar ... 97
11. Hasil Validitas Soal Evaluasi... 99
12. Hasil Validitas Pedoman Wawancara... 101
13. Hasil Validitas Lembar Observasi Kreativitas... 103
14. Validitas Soal Evaluasi Berdasarkan SPSS ... 106
15. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 108
16. Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Berdasarkan SPSS ... 108
17. Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 110
18. Hasil Kriteria Indeks Kesukaran Soal... 110
19. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Setelah Validasi... 112
20. Indikator Keberhasilan Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa ... 119
21. Jadwal Penelitian ... 120
xviii
23. Jumlah Skor Kreativitas Siswa pada Setiap Indikator ... 143
24. Rata-rata Keseluruhan Skor Kreativitas Siswa ... 146
25. Hasil Evaluasi Siswa ... 149
xix
DAFTAR GAMBAR
1. Indikator Kreativitas ... 21
2. Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ... 60
3. Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 67
4. Siswa Melakukan Pengukuran... 127
5. Siswa Mengerjakan LKS ... 132
6. Siswa Bekerjasama dalam Kelompok... 135
7. Grafik Peningkatan Kreativitas Siswa ... 145
8. Grafik Peningkatan Rata-rata Keseluruhan Skor Kreativitas Siswa... 148
9. Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Siswa ... 150
10. Grafik Peningkatan Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 151
11. Siswa Menjawab Pertanyaan dari Guru... 156
12. Hasil Pekerjaan Siswa pada Karakteristik Penggunaan Model ... 157
13. Siswa Mengerjakan LKK... 159
14. Siswa Mengerjakan Soal pada LKS secara Mandiri... 161
15. Hasil Pekerjaan Siswa pada Karakteristik Keterkaitan... 163
16. Contoh Refleksi Siswa... 166
17. Nilai Tertinggi Siswa pada Evaluasi... 168
xx
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin sebelum dan sesudah penelitian ... 184
2. Instrumen Pembelajaran ... 187
3. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara... 341
4. Hasil Observasi Pembelajaran dan Kreativitas Siswa ... 357
5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban ... 381
6. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian... 408
7. Hasil Output Data Validitas, Reliabilitas, IK, dan r tabel... 437
8. Daftar Nilai Kondisi Awal dan Setelah Tindakan ... 443
9. Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 447
10. Foto-foto Kegiatan ... 460
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
Uraian dari masing-masing bab pendahuluan adalah sebagai berikut.
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan yang dimiliki manusia dapat dikembangkan salah satunya
adalah melalui pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Tatang (2010: 2) yang
mengungkapkan bahwa ”Pendidikan adalah kegiatan mengembangkan segala
kemampuan dasar atau bawaan (potensi) pedidik yang mencakup kemampuan
dasar jasmaniah dan rohaniah.” Kemampuan jasmani dan rohani pedidik, dapat
berkembang apabila pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang mampu
mengembangkan potensi pedidik. Pedidik dalam hal ini adalah siswa sedangkan
pendidik adalah guru.
Pendidikan terdiri dari dua macam. Tatang (2010: 12) menyatakan bahwa
pendidikan dibagi menjadi pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal tepatnya
di sekolah dasar terdapat berbagai macam mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dan
menjadi dasar pendidikan lanjutan yaitu SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Mata
pelajaran tersebut salah satunya adalah matematika. Soedjadi (2000: 11) menyatakan
bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.” Pengetahuan tentang bilangan tersebut berkembang sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa.
Pembelajaran matematika memiliki karakteristik. Wibowo, Dantes, & Sariyasa
bersifat abstrak dan hendaknya pembelajaran tersebut dilaksanakan melalui penyelesaian
pemecahan masalah matematika. Masalah matematika tersebut akan mendorong siswa
untuk berpikir kreatif dalam menemukan alternatif pemecahannya.
Kemampuan berpikir kreatif seseorang tidak terlepas dari pengetahuan
yang dimilikinya. West (Setyabudi, 2011: 2) mengemukakan bahwa, “Kreativitas
adalah proses penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang
berlainan untuk menghasilkan ide yang baru dan lebih baik.” Pernyataan West
berbeda dengan peryataan Munandar, Nashori, & Mucharam (Diana, 2006: 126)
yang mempercayai bahwa setiap anak itu kreatif. Kedua pernyataan tersebut
apabila digabungkan dan dikaitan dengan pembelajaran siswa, memiliki makna
bahwa kreativitas siswa akan berkembang berdasarkan pengalaman yang
dimilikinya. Hal ini dikarenakan potensi kreatif tersebut sudah ada dalam diri
siswa. Peran guru dalam meningkatkan kreativitas siswa khususnya pada
pembelajaran matematika sangat diperlukan. Tujuannya adalah agar kreativitas
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dapat tergali dan prestasi belajar
matematika siswa menjadi semakin meningkat.
Prestasi belajar siswa berkaitan dengan kegiatan belajar yang
dilakukannya. Winkel (Hamdu & Agustina, 2011: 83) menyatakan bahwa
“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Kemampuan yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap pencapaian
prestasi belajarnya. Jadi, prestasi belajar siswa akan baik apabila mereka mampu
dimilikinya tanpa terpengaruh dengan adanya permasalahan yang dapat
menghambat prestasi belajarnya.
Permasalahan yang dapat menghambat prestasi belajar siswa, misalnya
adalah siswa menganggap bahwa matematika merupakan ilmu yang sulit dan
membosankan. Wijaya & Heck (Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto, 2013: 2)
menyatakan bahwa,
“Indonesian mathematics education faces another problem: most pupils’
attitudes towards mathematics are negative. Most of them perceive
mathematics as difficult and boring. This is not surprising when we look
closely at the common practice of teaching and learning mathematics in
Indonesian classrooms.”
Pernyataan Wijaya & Heck memiliki arti bahwa, “Pendidikan matematika
Indonesia menghadapi masalah yaitu kebanyakan siswa memiliki sikap negatif
terhadap matematika, seperti menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit dan membosankan. Hal ini tidak mengherankan ketika kita melihatnya
pada proses belajar mengajar kelas matematika di Indonesia.” Perubahan dalam
proses pembelajaran untuk mengubah persepsi siswa tersebut sangat diperlukan.
Pelaku perubahan disini adalah guru. Guru dapat membantu siswa mengubah
persepsinya tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bermakna
bagi siswa.
Permasalahan yang membuat rendahnya prestasi belajar matematika
tersebut dibuktikan oleh peneliti melalui kegiatan wawancara dengan guru kelas
Wawancara dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 untuk mengetahui kegiatan
belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru. Guru kelas III B
menyatakan, bahwa “Kendalanya anak itu malas untuk belajar mbak
dimana-mana”(Komunikasi pribadi, 7 April 2014). Peryataan guru kelas III B tersebut
menunjukkan bahwa siswa malas untuk belajar matematika.
Wawancara antara peneliti dan guru juga membahas tentang prestasi
belajar matematika siswa. Guru mengungapkan bahwa,
“KKM mata pelajaran matematika di kelas III itu paling rendah lho
mbak dibandingkan KKM mata pelajaran yang lainnnya. Kami
menggunakan KKM 70 itu untuk menunjang ketercapaian prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika yang masih
rendah, soalnya kemarin itu ngejar untuk akreditasi sekolah juga
(Komunikasi pribadi, 7 April 2014).”
Pernyataan guru menunjukkan bahwa KKM mata pelajaran matematika di SDN
Sokowaten Baru termasuk paling rendah diantara mata pelajaran lain, yaitu 70.
Tujuannya adalah untuk menunjang prestasi belajar siswa yang masih rendah.
Hasil wawancara antara peneliti dan guru tersebut digunakan sebagai data awal
untuk menentukan tingkat prestasi belajar siswa secara umum.
Ada satu materi yang sulit bagi siswa kelas III pada semester II. Guru
mengungkapkanbahwa, “Kalau dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, materi yang
paling sulit bagi siswa pada semester dua itu ya tentang luas dan keliling persegi
panjang tapi yang dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari. Siswa itu pasti
sulit bagi siswa adalah tentang pemecahan masalah luas dan keliling yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu telah didasarkan dari pengalaman
tahun-tahun sebelumnya oleh guru.
Wawancara kedua yaitu mengenai kreativitas siswa di kelas yang
dilakukan pada hari Rabu, 9 April 2014. Guru menyatakan bahwa,
“....Ya begitu mbak, orang ditanya aja juga nggak sesuai sama
jawabannya apalagi mengungkapkan ide, ya paling cuma beberapa yang
bisa mengungkapkan, misalnya berarti rumusnya ini ya bu? Ya itu cuma
beberapa anak yang berani seperti itu. Jadi ya masih kurang lah mbak
kreativitasnya(Komunikasi pribadi, 9 April 2014).”
Kreativitas siswa berdasarkan wawancara guru tersebut masih tergolong kurang.
Guru mengungkapkan hal itu dengan didasarkan pada pengamatan di kelas, bahwa
hanya beberapa siswa saja yang mampu mengungkapkan ide. Hasil wawancara
mengenai kreativitas, peneliti digunakan sebagai data awal untuk menentukan
tingkat kreativitas siswa secara umum.
Peneliti selanjutnya melakukan observasi pembelajaran matematika pada
hari Selasa, 22 April 2014 pukul 07.00-08.30 WIB. Peneliti melakukan observasi
berdasarkan empat indikator kreativitas yang telah peneliti susun, yaitu
kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterperincian. Kelancaran merupakan
kemampuan seseorang dalam mengajukan berbagai ide. Keluwesan merupakan
kemampuan seseorang dalam menghasilkan ide yang tidak biasa. Keaslian
merupakan kemampuan menghasilkan karya asli berdasarkan pemikiran sendiri.
Data yang diperoleh peneliti, yaitu setiap siswa terlihat melakukan
indikator kelancaran sebanyak 2,28 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator
keluwesan sebanyak 1,91 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator keaslian
sebanyak 2 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator keterperincian
sebanyak1,69 kali. Data observasi kreativitas yang telah diolah juga menunjukan
bahwa rata-rata kreativitas yang diperlihatkan oleh siswa dalam setiap pertemuan
sebanyak 7,87 kali.
Peneliti juga melakukan pengamatan pada dokumen mengenai prestasi
belajar matematika siswa kelas III B selama dua tahun terakhir. Data tersebut
peneliti peroleh dari hasil nilai ulangan harian pada materi yang dirasa paling sulit
menurut guru kelas yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling,
luas persegi dan persegi panjang.
Nilai rata-rata mata pelajaran matematika pada materi menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang yang
ada pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012 adalah 70,48, sedangkan pada tahun
ajaran 2012/2013 adalah 72,71 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
kedua tahun ajaran tersebut yaitu 70. Tahun ajaran 2011/2012, siswa yang telah
mencapai KKM adalah sebanyak 16 siswa (51,61%) dan siswa yang belum
mencapai KKM sebanyak 15 siswa (48,39%) dengan perolehan nilai tertinggi
yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 30. Tahun ajaran 2012/2013, siswa yang telah
mencapai KKM yaitu sebanyak 19 siswa (59,37%), sedangkan siswa yang belum
mencapai KKM sebanyak 13 siswa (40,63%) dengan perolehan nilai tertinggi
telah mencapai KKM pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 adalah
55,49%. Rata-rata nilai pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 adalah 71,6.
Rata-rata nilai dan rata-rata persentase tersebut menjadi kondisi awal dari rata-rata
nilai siswa dan persentase nilai siswa yang telah mencapai KKM.
Hasil wawancara dengan guru kelas III B, observasi pembelajaran
matematika kelas III B, serta pengamatan dokumen menunjukkan bahwa perlu
adanya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas III B. Peningkatan
tersebut ditujukan pada permasalahan tentang materi menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. Cara untuk
meningkatkan hal tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan pembelajaran matematika.
Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh ahli. Suryanto (2010:
53) yang menyatakan bahwa pendekatan yang menggunakan paradigma belajar
diantaranya adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning),
PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektf, dan Menyenangkan),
Konstruktivisme, dan PMRI. Pendekatan CTL, PAKEM, dan konstruktivisme
merupakan pendekatan belajar yang dapat digunakan secara umum untuk semua
mata pelajaran, sedangkan yang dirancang khusus untuk pembelajaran matematika
dalam hal ini adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI).
PMRI memiliki keterkaitan dengan hal-hal yang bersifat nyata (real).
Hal ini diungkapkan oleh Pratidina, Supriyono, & Hendikawati (2012: 4) yaitu,
hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik dan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pelajaran
matematika.” Aisyah juga menyatakan hal yang sejalan dengan Pratidina,
Supriyono, & Hendikawati. Aisyah (Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto,
2013: 2) menyatakan bahwa “Kelas matematika bukan tempat memindahkan
matematika dari guru kepada peserta didik, melainkan tempat peserta didik
menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran
matematika.” Pendekatan ini mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran
dengan mengaitkan dunia nyata sebagai titik tolaknya. Jadi, guru bertindak
sebagai fasilitator selama pembelajaran berlangsung.
Peneliti memilih menggunakan pendekatan PMRI dengan alasan bahwa
pendekatan PMRI mampu menggali kreativitas siswa dan menemukan
kebermaknaan belajar bagi siswa. Hal ini dikemukakan oleh Muchlis (2012: 137)
yaitu, “PMRI menekankan pembelajaran matematika yang bermakna dengan
mengaitkan kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik serta
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.”Kreativitas siswa dalam hal
ini dapat diamati dengan cara melihat kemampuan siswa dalam menemukan
alternatif pemecahan masalah matematika.
Alasan lain adalah adanya penelitian terdahulu yang menggunakan
pendekatan PMRI sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi
belajar matematika siswa. Penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh Saefudin
menunjukkan bahwa pendekatan PMRI mampu mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa (Saefudin, 2012), meningkatkan prestasi
belajar siswa pada penyelesaian soal cerita (Rismawati, 2011), dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika
(Muchlis, 2012). Uraian pendekatan PMRI dan penelitian terdahulu membuat
peneliti semakin yakin dalam menggunakan pendekatan PMRI sebagai upaya
untuk mengatasi permasalahan tentang kreativitas dan prestasi belajar matematika
yang ada di kelas III B SDN Sokowaten Baru. Adanya keyakinan dari peneliti
mengenai hal itu, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III B SDN Sokowaten
Baru dengan Menggunakan Pendekatan PMRI.”
1.2. Batasan Masalah
Peneliti melakukan batasan masalah agar inti dari penelitian dapat
terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1.2.1. Kreativitas dibatasi pada materi menyelesaiakan masalah yang berkaitan
dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang.
1.2.2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dibatasi pada materi
menyelesaiakan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan
persegi panjang.
1.2.3. Materi pembelajaran matematika dibatasi pada Standar Kompetensi 5.
Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta
5.3.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi
dan persegi panjang.
1.2.4. Pendekatan pembelajaran dibatasi pada pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI).
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.3.1. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan
kreativitas siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru?
1.3.2. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya
meningkatkan kreativitas siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.
1.4.2. Untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN
Sokowaten Baru.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang
matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru serta menjadi bekal
ketika kelak menjadi guru.
1.5.2. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan
prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.
1.5.3. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, memperkaya
pengetahuan, serta menambah referensi guru mengenai pendekatan
pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi
belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.
1.5.4. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, bahan
masukan, serta bahan pertimbanganan bagi sekolah terkait dengan
Penelitian Tindakan Kelas tentang penerapan pendekatan PMRI yang
dapat meningkatkan kreativitas prestasi belajar matematika.
1.6. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1.6.1. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengemukakan berbagai ide, mengajukan cara yang berbeda dari
biasanya, menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri, serta
menguraikan ide secara rinci untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
1.6.2. Prestasi belajar merupakan suatu tanda bukti keberhasilan seseorang
1.6.3. Pendekatan PMRI merupakan sebuah pendekatan yang diadaptasi dari
sebuah teori yang berasal dari Belanda yaitu Realistic Mathematics
Education (RME) yang menekankan kebermaknaan belajar matematika
pada siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam prosees belajar mengajar,
serta mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
1.6.4. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bilangan,
simbol, keteratuaran dari hal yang sifatnya konkret menuju hal yang
sifatnya abstrak (dalil).
1.6.5. Siswa sekolah dasar merupakan murid dengan rentang usia 6 atau 7
sampai 12 atau 13 tahun dan berada dalam tahap operasional konkret
(mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun terikat dengan
13 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II memuat kajian teori, penelitian yang relevan, desain diagram
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Uraian dari bab
landasan teori adalah sebagai berikut.
2.1. Kajian Teori
Kajian teori ini memuat tentang teori belajar yang mendukung;
kreativitas; prestasi belajar; karakteristik siswa Sekolah Dasar, matematika, dan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Uraian dari
kajian teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.1.1. Teori Belajar yang Mendukung
Penelitian ini menggunakan teori belajar yang mendukung menurut
Piaget yang menggunakan teori konstruktivisme dalam proses belajar. Suryanto
(2010: 56) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses aktif dalam arti bahwa si
pembelajar aktif membangun model mental atau pengetahuannya sendiri.”
Pernyataan ini memiliki arti bahwa pembelajar (siswa) merupakan sosok yang
sangat penting dalam proses belajar.
Paham konstruktivisme juga menganggap bahwa siswa memiliki peran
penting pada proses belajar. Hal ini selaras dengan pernyataan Wiryokusumo
(2008: 41) yang mengungkapkan bahwa, “Istilah konstruktivismemengacu pada
penekanan pada siswa “menyusun” (constructing) pengertian mereka sendiri
tentang dunia, perspektif mereka sendiri tentang permasalahan penting,
sebagai orang yang belajar.” Pernyataan Iskandar juga selaras dengan pernyataan
Gunstone & Gray (Prahmana, 2010: 2) yang menyatakan bahwa, “Pengetahuan
tidak diterima siswa secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif oleh siswa.”
Jadi, sesuai dengan teori konstruktivisme, pengetahuan yang dimiliki guru tidak
ditransfer secara langsung kepada siswa, akan tetapi siswa mengonstruksi sendiri
pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka
ketika belajar.
Proses belajar seseorang tidak terlepas dari struktur kognitifnya. Hadi
(2005: 13) menyatakan bahwa konstruktivisme menganggap struktur kognitif
seseorang sebagai sebuah skemata, yaitu kumpulan dari skema-skema. Pernyataan
Hadi selanjutnya ditegaskan oleh Ormrod. Ormrod (2008: 39) menyatakan bahwa
skema diartikan sebagai kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang
digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan. Jadi, paham
konstruktivisme menganggap bahwa semakin tua seseorang maka semakin
lengkap struktur kognitifnya misalnya dalam hal menangapi lingkungan.
Teori konstruktivisme memiliki prinsip-prinsip yang dapat digunakan
dalam suatu pembelajaran. Prinsip tersebut banyak digunakan dalam pembelajaran
sains dan matematika (Hadi, 2005: 14). Ada 6 prinsip yang digunakan dalam
pembelajaran. Suparno (Prahmana, 2010: 2) mengemukakan bahwa
prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruksivisme antara lain: pengetahuan
dibangun oleh siswa secara aktif, tekanan dalam proses belajar terletak pada
siswa, mengajar adalah membantu siswa belajar, tekanan dalam proses belajar
siswa, dan guru adalah fasilitator. Keenam prinsip tersebut menekankan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam hal ini bertugas sebagai fasilitator.
Teori konstruktivisme yang diungkapkan oleh Piaget menunjukkan
bahwa teori tersebut menambah pengalaman dan pengetahuan siswa dalam
belajar. Hal ini dikarenakan siswa tersebut yang berperan aktif dalam proses
belajarnya. Guru bertugas sebagai fasilitator selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan kata lain siswa tersebut yang mengonstruksi pengetahuannya
sendiri sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan siswa akan
semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Jadi, peran guru sangat penting
dalam menciptakan pembelajaran yang menekankan pada enam prinsip
konstruktivisme serta tahap perkembangan kognitif yang ditandai dengan usia
siswa.
2.1.2. Kreativitas
Kajian teori kreativitas dalam penelitian ini membahas mengenai
pengertian kreativitas, karakteristik kreativitas, indikator kreativitas, proses
berpikir kreatif, aspek yang mempengaruhi kreativitas, faktor penghambat
kreativitas, serta faktor pendukung kreativitas. Penjelasan dari sub bab kajian teori
kreativitas adalah sebagai berikut.
2.1.2.1. Pengertian Kreativitas
Ada beberapa pendapat ahli yang menjelaskan pengertian kreativitas.
Santrock (2009: 21) mengungkapkan bahwa, “Kreativitas adalah kemampuan
untuk berpikir mengenai sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasa, serta
pengertian Santrock, Yusuf & Nurihsan (2008: 246) berpendapat bahwa,
“Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk
baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.” Pendapat yang sama juga
diungkapkan oleh Munandar (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) yaitu, “Kreativitas
merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.” Persamaaan dari ketiga pendapat
tersebut terdapat pada pernyataan “untuk memecahkan masalah.” Jadi, ketiga
pendapat tersebut mengartikan hal yang sama, yaitu kreativitas sebagai suatu
kemampuan untuk mencipta, memberi gagasan, dan menemukan cara yang baru
dalam memecahkan suatu masalah.
Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108) mengungkapkan pendapat yang
berbeda dengan ketiga ahli tersebut. Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108)
berpendapat bahwa pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu
person, process, press, dan product (Four P’s of Creativity). Dimensi pertama
adalah“pribadi” (person)yang menunjuk pada potensi daya kreatif yang ada pada
setiap pribadi. Dimensi ke dua yaitu kreativitas sebagai suatu “proses” (process)
dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran. Individu pada pengertian
kreativitas ini, berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru,
mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu
masalah. Dimensi ke tiga adalah kreativitas sebagai “pendorong” (press) yang
datang dari diri sendiri (internal berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk
dikemukakan oleh Baron (Satiadarma dan Waruwu, 2003: 108) yaitu“Creativity
is the ability to bring something new into existence.”Kreativitas diartikan sebagai
segala sesuatu yang diciptakan oleh seseorang sebagai hasil dari keunikan
pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat yang berbeda dengan Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108)
dikemukakan oleh Mayesty (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) yang mengemukakan
bahwa “Kreativitas adalah cara berpikir dan bertindak yang original dan
bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain.” Jadi, dalam hal ini Mayesti
menegaskan bahwa ketika seseorang melakukan suatu hal/tindakan, tindakan
tersebut tidak hanya memiliki manfaat bagi dirinya, tetapi juga bermanfaat bagi
orang lain.
Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli tersebut yaitu, kreativitas
adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang/individu untuk berpikir,
mengungkapkan gagasan mengenai sesuatu yang baru dengan menggunakan cara
yang baru pula dan berbeda dari orang lain untuk memecahkan suatu masalah.
Cara yang baru untuk memecahkan masalah tersebut diharapkan dapat berguna
bagi kehidupan individu dan juga bagi orang lain.
2.1.2.2. Karakteristik Kreativitas
Setiap orang memiliki kemampuan berpikir kreatif. Kreativitas yang
dimiliki oleh setiap orang memiliki karateristik yang berbeda pula. Karakteristik
kreativitas sendiri dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui tingkat
Ada beberapa ahli yang menyebutkan mengenai karakteristik kreativitas
seseorang. Ahli pertama, yaitu Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108)
mengungkapkan bahwa terdapat lima karakteristik kreativitas, yaitu: kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration),
dan perumusan kembali (redefinition). Karakteristik pertama yaitu kelancaran
(fluency) yang merupakan kemampuan dalam memproduksi gagasan.
Karakteristik ke dua, yaitu keluwesan (flexibility) yang merupakan kemampuan
untuk mengajukan berbagai pemecahan masalah. Karakteristik ke tiga, yaitu
keaslian (originality) yang merupakan kemampuan menghasilkan gagasan asli
hasil pemikiran sendiri. Karakteristik ke empat, yaitu penguraian (elaboration)
yang merupakan kemampuan untuk menguraikan secara rinci. Ke lima,
perumusan kembali (redefinition) merupakan kemampuan mengkaji persoalan
dengan cara yang berbeda dari hal yang biasanya. Kelima karakteristik yang
dikemukanan oleh Guilford tersebut pada dasarnya merupakan kemampuan
seseorang untuk menghasilkan suatu hal yang baru yang dapat diamati melalui
kelima karakteristik kreativitas tersebut. Suatu hal yang baru itu dapat berupa
karya baru ataupun dikombinasikan dengan sesuatu yang sudah ada.
Ahli kedua adalah Parnes. Parnes (Nursisto, 2000: 31) mengungkapkan
bahwa masalah dapat membangkitkan kemampuan kreatif seseorang. Kemampuan
kreatif yang disebutkan oleh Parnes dan menjadi karakteristik dari kreativitas
yang meliputi: 1) fluency (kelancaran); 2) flexibility (keluwesan), 3) originality
(keaslian); 4) elaboration (keterperincian); dan 5) sensitivity (kepekaan). Ada
karakteristik yang telah diungkapkan oleh Guilford. Kesamaan dari karakteristik
yang dikemukakan oleh Parnes dan Guilford yaitu pada karakteristik kelancaran,
keluwesan, keaslian, dan keterperincian. Kelancaran merupakan kemampuan
untuk mengembangkan ide-ide untuk memecahkan masalah. Keluwesan
merupakan kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide untuk
memecahkan masalah yang tidak biasa. Keaslian merupakan kemampuan
memberikan respon yang unik, sedangkan keterperincian merupakan kemampuan
mengarahkan ide secara rinci. Parnes juga mengungkapkan hal yang berbeda
dengan pendapat Guilford pada karakteristik yang ke lima yaitu kepekaan.
Kepekaan merupakan kemampuan untuk menanggapi suatu situasi. Kelima
karakteristik yang dikemukakan oleh Parnes tersebut diharapkan dapat membantu
menanggapi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.
Jamaris merupakan ahli ke tiga yang mengungkapkan karakteristik
kreativitas. Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) mengungkapkan bahwa
karakteristik dari suatu bentuk kreativitas tampak pada proses berpikir seseorang
dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kelancaran, kelenturan,
keaslian, elaborasi, serta keuletan dan kesabaran. Kelancaran merupakan
kemampuan dalam memberikan jawaban dan mengemukakan ide. Kelenturan
yaitu kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
Keaslian merupakan kemampuan menghasilkan karya yang asli pemikirannya
sendiri. Elaborasi yaitu kemampuan memperluas ide yang mungkin tidak
terpikirkan orang lain, sedangkan keuletan dan kesabaran, yaitu sikap dalam
dikemukakan oleh Parnes, kemampuan yang menjadi karakteristik kreativitas
yang dikemukakan oleh Jamaris tersebut diharapkan mampu membantu seseorang
dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan.
Karakteristik kreativitas juga dijelaskan oleh ahli yang ke empat, yaitu
Munandar. Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003: 109) mengungkapkan
bahwa karakteristik kreativitas meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir
rasional, serta memiliki keterampilan elaborasi dan evaluasi.
Berpikir lancar membuat seseorang mampu mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Berpikir luwes memiliki
arti bahwa orang kreatif mampu menghasilkan pertanyaan, gagasan, atau jawaban
yang bervariasi karena mampu melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Berpikir rasional, merupakan hal yang mendorong seseorang untuk
melahirkan ungkapan baru karena mereka sanggup memikirkan hal yang tidak
lazim. Elaborasi dalam hal ini memiliki arti kemampuan mengembangkan suatu
gagasan atau produk dan keterampilan mengevaluasi memiliki kemampuan
menentukan patokan penilaian sendiri dan benar tidaknya suatu pertanyaan.
Kelima karakteristik kreativitas tersebut menunjukkan bahwa seseorang
diharapkan mampu menemukan berbagai ide pemecahan masalah atau pertanyaan,
menghasilkan jawaban yang bervariasi atas pertanyaan yang diajukan atau melihat
masalah dari berbagai sudut pandang, menghasilkan sesuatu yang baru,
mengembangkan sesuatu yang telah ada, serta memberikan penilaian terhadap hal
yang dihasilkan tersebut. Jadi, seseorang dapat memiliki kelima karakteristik
Ada 4 karakteristik kreativitas yang diakui keempat ahli tersebut.
Keempat karakteristik tersebut adalah kelancaran, keluwesan atau kelenturan,
keaslian, dan keterperincian atau penguraian. Kelancaran merupakan kemampuan
dalam mengungkapkan berbagai macam ide. Keluwesan atau kelenturan
merupakan kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah dengan cara-cara
unik dan tidak biasa, keaslian merupakan hasil dari perolehan ide atau gagasan
berdasarkan pemikirannya sendiri. Keterperincian atau penguraian merupakan
keruntutan dalam menuangkan ide atau gagasan secara rinci.
2.1.2.3. Indikator Kreativitas
Karakteristik kreativitas yang diungkapkan oleh empat orang ahli dapat
dikembangkan lagi menjadi indikator kreativitas. Indikator kreativitas ini
digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas siswa selama pembelajaran.
Gambar 1 berikut ini adalah gambar indikator kreativitas yang diambil
berdasarkan karakteristik kreativitas dari keempat pendapat ahli.
Gambar 1. Indikator Kreativitas
Gambar 1 menunjukkan indikator kreativitas yang diperoleh dari
karakteristik kreativitas yang dikemukakan oleh Parnes (Nursisto, 2000: 31),
Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003: 109), Guilford (Satiadarma & Waruwu,
2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38). Tanda bintang (*) pada
gambar 1 menunjukan urutan indikator yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian. Bintang satu (*) menunjukan indikator pertama yang peneliti gunakan.
Bintang dua (**) menunjukan indikator kedua yang peneliti gunakan. Bintang tiga
(***) menunjukan indikator ketiga yang peneliti gunakan. Bintang empat (****)
menunjukan indikator keempat yang peneliti gunakan.
Peneliti memilih empat karakteristik yang digunakan sebagai indikator
kreativitas dalam penelitian. Indikator tersebut adalah kelancaran, keluwesan,
keaslian, dan keterperincian. Alasan peneliti menggunakan indikitor kreativitas
dari empat ahli agar indikator yang dipilih olah peneliti lebih bersifat akurat.
Alasan lainnya adalah karena keempat indikator kreativitas yang peneliti pilih dari
berbagai ahli tersebut termasuk kedalam jenis triangulasi sumber data. Rahardjo
(Arifin, 2011: 164), menyebutkan bahwa triangulasi sumber data menggali
kebenaran informan tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data,
misalnya wawancara, observasi, dan pengamatan dokumen. Perolehan keempat
indikator tersebut melalui pengamatan dokumen berupa buku-buku yang ditulis
oleh berbagai ahli.
Indikator pertama, yaitu kelancaran peneliti gunakan dengan alasan
bahwa keempat ahli tersebut menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari
seseorang dalam mengungkapkan ide atau gagasan. Kelancaran seseorang dapat
dilihat dari kemampuannya dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Indikator
yang kedua juga peneliti peroleh berdasarkan karakteristik yang dikemukakan
oleh keempat ahli. Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) menyebutkan bahwa
karakteristik kreativitas yang ke dua adalah kelenturan, akan tetapi kelenturan
memiliki makna yang sama dengan keluwesan yang dikemukakan oleh tiga ahli
lainnya yaitu mengemukakan berbagai cara yang tidak biasa untuk menyelesaikan
suatu permasalahan tertentu.
Indikator ke tiga peneliti peroleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli
yang memiliki kesamaan. Ahli tersebut yaitu Parnes (Nursisto, 2000: 31),
Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono,
2010: 38). Ketiga ahli berpendapat bahwa keaslian merupakan kemampuan
menghasilkan ide atau gagasan melalui pemikirannya sendiri. Keaslian seseorang
dapat terlihat dari hasil karyanya berdasarkan pengerjaan tugas atau penyelesaian
masalah yang dilakukannya sendiri. Indikator terakhir adalah keterperincian.
Parnes (Nursisto, 2000: 31), mengungkapkan bahwa keterperincian merupakan
kegiatan mengarahkan ide secara rinci. Seseorang dapat terlihat keterperincianya
apabila mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara-cara tertentu secara
rinci.
Ada beberapa karakteristik kreativitas dari keempat ahli yang tidak
digunakan sebagai indikator oleh peneliti. Karakteristik yang tidak peneliti
gunakan adalah kepekaan dari ahli Parnes; keterampilan elaborasi dan evaluasi
Guilford; serta elaborasi, keuletan dan kesabaran dari ahli Jamaris. Alasan peneliti
tidak menggunakan karakteristik tersebut sebagai indikator kreativitas karena
tidak semua ahli menyebutkan karakteristik kreativitas yang tidak digunakan oleh
peneliti tersebut. Jadi, peneliti menggunakan karakteristik kreativitas yang
memiliki kesamaan pendapat dari beberapa ahli sebagai indikator kreativitas.
Peneliti selanjutnya menentukan deskriptor dari indikator kreativitas.
Penentuan deskriptor kreativitas digunakan untuk pengamatan kreativitas dalam
pembelajaran. Tabel 1 adalah deskriptor dari indikator kreativitas.
Tabel 1.
Deskriptor dari Indikator Kreativitas
No Indikator Deskriptor
1. Kelancaran Mampu mengemukakan ide
2. Keluwesan Mengajukan cara yang berbeda dari biasanya untuk
memecahkan masalah
3. Keaslian Menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri
4. Keterperincian Menguraikan ide secara rinci
Tabel 1 menunjukan bahwa ada 4 indikator kreativitas yang
dikembangkan menjadi 4 deskriptor. Indikator pertama yaitu kelancaran,
dikembangkan menjadi deskriptor mampu mengemukakan ide. Mengemukakan
ide dalam hal ini misalnya adalah menjawab dan mengajukan pertanyaan,
memberikan sanggahan, serta menyampaikan pendapat. Indikator ke dua yaitu
keluwesan dikembangkan menjadi deskriptor mengajukan cara yang berbeda dari
biasanya untuk memecahkan masalah. Siswa dalam hal ini mampu memiliki
menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara yang berbeda dari guru ataupun
siswa lainnya. Indikator ke tiga yaitu keaslian dikembangkan menjadi deskriptor
menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri. Siswa menunjukan indikator ke
tiga ini misalnya pada saat siswa mengerjakan tugas secara mandiri. Indikator ke
empat yaitu keterperincian dikembangkan menjadi deskriptor menguraikan ide
secara rinci. Siswa dapat terlihat keterperinciannya pada saat siswa menjelaskan
hasil pekerjaannya.
2.1.2.4. Proses Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif memiliki proses yang perlu diketahui oleh seseorang
sebelum seseorang tersebut mampu menemukan alternatif pemecahan masalah
yang dialami. Sujiono & Sujiono (2010: 39) mengungkapkan bahwa berpikir
kreatif digunakan seseorang terutama untuk memecahkan masalah. Pernyataan
Sujiono disempurnakan oleh Wallas (Sujiono & Sujiono, 2010: 39) yang
mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam
empat fase, yaitu: fase persiapan, fase pematangan, fase iluminasi, dan fase
verifikasi. Penjelasan dari masing-masing fase menurut Wallas (Sujiono &
Sujiono, 2010: 39), yaitu:
Fase persiapan, berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipecahkan. Fase pematangan yaitu informasi yang
telah terkumpul berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha memahami
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalam rangka
pemecahan masalah. Fase iluminasi, berupa penemuan cara-cara yang
kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apakah
langkah-langkah yang akan digunakan dalam pemecahan masalah akan
memberikan hasil yang sesuai.
Fase-fase tersebut merupakan urutan tahapan proses berpikir keatif yang perlu
dilalui seseorang sebelum seseorang mampu menemukan alternatif pemecahan
masalah yang dialami serta mengevaluasi hasil akhir dari cara yang ditempuhnya.
Senada dengan pendapat Wallas (Sujiono & Sujiono, 2010: 39),
Fauziyah, Usodo, & Ekana (2013: 78) juga menyatakan bahwa ada 4 tahapan
proses berpikir kreatif seseorang, yaitu: preparasi, inkubasi, iluminasi, verifikasi.
Penjelasan dari masing-masing tahapan menurut Fauziyah, Usodo, & Ekana
(2013: 78), yaitu:
Tahap preparasi merupakan tahap mengumpulkan informasi yang relevan
dalam rangka mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk
menyelesaikannya. Tahap inkubasi merupakan tahap istirahat sebentar
untuk mengendapkan masalah dan informasi yang diperoleh dalam
rangka menemukan berbagai inspirasi agar dapat menyelesaikan
permasalahan. Tahap ke tiga yaitu iluminasi merupakan tahap dimana
seseorang mendapatkan ilham (pemecahan masalah) yang diikuti dengan
munculnya berbagai inspirasi dan gagasan baru. Tahap verifikasi
merupakan tahap menguji dan menilai gagasan yang diperoleh terhadap
Keempat tahapan ini penting untuk dilalui oleh seseorang terutama dalam rangka
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Tahapan tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Sesesorang dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif
dalam menyelesaikan suatu permasalahan apabila ia mampu melalui keempat
tahapan tersebut atau tidak berhenti hanya pada beberapa tahapan saja.
Kesimpulan dari pendapat diatas, yaitu untuk dapat berpikir kreatif dan
mampu mengungkapkan kreativitas yang dimilikinya, seseorang memerlukan
tahapan/fase berpikir kreatif khususnya dalam memecahkan masalah. Tahapan
tersebut dilakukan dengan harapan bahwa kreativitas yang memang dimiliki oleh
seseorang sejak lahir bisa semakin berkembang.
2.1.2.5. Aspek yang Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Sujiono & Sujiono
(2010: 39), menyatakan bahwa, “Pada dasarnya kreativitas bersifat alamiah dan
sudah ada dalam diri anak.” Pernyataan tersebut menunjukkan sifat alamiah dari
kreativitas yang sudah ada dalam diri anak. Hal ini menyebabkan kreativitas yang
dimiliki seseorang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain.
Kreativitas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek selain sifat
alamiah yang menyebabkan kreativitas antara satu orang dengan orang lainnya
berbeda. Jamaris (2013: 80) mengemukakan bahwa kreativitas seseorang
dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek intuitif dan imajinatif,
aspek kepekaan dalam penginderaan, dan aspek kecerdasan emosi. Penjelasan dari
Aspek kognitif merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang
menghasilkan kreativitas adalah kemampuan divergen, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah atau
dalam menghasilkan produk baru. Aspek intuitif dan imajinatif dilakukan
oleh belahan otak bagian kanan yang menghasilkan kreativitas dan
membantu mengolah informasi secara holistik. Aspek kepekaan dalam
penginderaan, menjadikan seseorang dapat menemukan sesuatu yang
tidak dapat dilihat atau disadari oleh orang lain. Aspek kecerdasan emosi
berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi
ketidakpastian serta berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas
yang menghasilkan kreativitas.
Tidak semua orang memiliki keempat aspek tersebut. Ada orang yang mampu dan
menguasai keempat aspek yang ada, akan tetapi ada pula orang yang hanya
mampu menguasai beberapa dari keempat aspek yang mempengaruhi kreativitas.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua ahli di atas adalah seseorang
perlu mengasah bakat kreativitas yang sudah ada sejak lahir. Cara mengasah
kreativitas seseorang tersebut bisa dilakukan dengan mengembangkan keempat
aspek yang mempengaruhi kreativitas dalam diri seseorang. Hal ini bertujuan agar
bakat kreativitas yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik sesuai dengan
perkembangan jaman. Aspek yang dikembangkan tersebut akan menjadi nilai
tambah bagi seseorang, karena ia memiliki perbedaan dengan orang lain dalam hal
2.1.2.6. Faktor Penghambat Kreativias
Ada beberapa faktor yang dapat menghambat kreativitas yang dimiliki
oleh seseorang. Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249) mengemukakan bahwa
perkembangan kreativitas seseorang dipengaruhi faktor internal (diri sendiri).
Faktor internal dari kreativitas seseorang, meliputi: 1) kondisi kesehatan fisik
(sering sakit-sakitan dan memiliki penyakit kronis); 2) tingkat kecerdasan (IQ)
yang rendah (di bawah normal); dan 3) kondisi kesehatan mental (misalnya
seseorang sering mengalami stress dan memiliki penyakit amnesia atau neurosis).
Seseorang akan terhambat aktivitasnya apabila mengalami ketiga hal tersebut.
Aktivitas seseorang yang terhambat itu dapat pula menghambat kreativitas. Hal ini
dikarenakan seseorang akan kesulitan mengembangkan sifat alamiah dari
kreativitas dengan adanya faktor internal kreativitas.
Satiadarma & Waruwu (2003: 115-116) memiliki pendapat yang berbeda
dengan pendapat Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249). Satiadarma & Waruwu
(2003: 115-116) mengemukakan beberapa faktor yang menghambat
perkembangan kreativitas anak ini lebih cenderung berasal dari luar diri siswa.
Faktor-faktor tersebut adalah sikap orang tua dan guru terhadap anak.
Contoh sikap guru dan orang tua yang kurang menunjang kreativitas
anak, yaitu: 1) terlalu khawatir atau takut; 2) terlalu mengawasi anak; 3)
menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan; 4)
menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu
mempertimbangkan alasan-alasan anak; 5) menganggap diri saya lebih
baik, tidak berguna karena hanya membuang-buang waktu; 7) mengkritik
perilaku atau pekerjaan anak; 8) jarang memberi pujian atau penghargaan
terhadap usaha atau karya anak.
Orang tua dan guru perlu menyadari ciri-ciri anak yang memerlukan dorongan
untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif. Hal ini bertujuan agar
kreativitas siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan usianya.
Kesimpulan dari kedua pendapat ahli mengenai faktor penghambat
kreativitas adalah kreativitas seseorang dapat terhambat perkembangannya karena
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang
menjadi penghambat kreativitas harus dihindari sejak anak berada pada usia dini.
Hal ini bertujuan agar kreativitas seseorang dapat berkembang dengan baik sesuai
dengan tahapan usianya.
2.1.2.7. Faktor Pendukung Kreativitas
Ada beberapa faktor yang mendukung kreativitas seseorang. Yusuf &
Nurihsan (2008: 248-249) mengungkapkan bahwa faktor yang mendukung
kreativitas berasal dari luar diri siswa. Penjelasan dari masing-masing faktor
menurut Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249) yaitu:
“Faktor yang pertama, orang tua atau guru dapat menerima anak apa
adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia
baik dan mampu. Faktor ke dua, orang tua atau guru bersikap empatik
kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan
perilaku anak. Faktor ke tiga, orang tua atau guru memberi kesempatan
Faktor ke empat, orang tua atau guru (sekolah) memupuk sikap dan
minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, seperti perlombaan
penelitian karya ilmiah, pidato, deklamasi, dan drama. Faktor ke lima,
orang tua atau guru (sekolah) menyediakan sarana-prasarana pendidikan
yang memungkinkan mengembangkan keterampilannya dalam membuat
karya-karya yang produktif-inovatif.”
Kelima faktor tersebut mampu mendukung kreativitas. Tidak adanya tekanan dan
hambatan seseorang dalam melakukan aktivitas akan mempermudah seseorang
mengembangkan sifat alamiah dari kreativitas yang dimilikinya sejak lahir.
Mayesti adalah ahli lainnya yang mengemukakan tentang faktor
pendukung kreativitas. Mayesty (Sujiono, 2010: 39) mengemukakan bahwa
terdapat 8 (delapan) faktor yang berasal dari luar diri yang membantu anak
mengekspresikan kreativitas. Kedelapan faktor yang dikemukakan oleh Mayesty
(Sujiono, 2010: 39), yaitu:
“Faktor pertama, membantu anak menerima perubahan (help children
accept change). Faktor kedua, membantu anak menyadari bahwa
beberapa masalah tidak mudah dipecahkan (help children realize that
many problems have a no easy answer). Faktor ke tiga, membantu anak
untuk menggali berbagai masalah memiliki solusi (help children
recognize that many problems have a possible answer). Faktor ke empat,
membantu anak untuk belajar menafsirkan dan menerima perasaanya
(help children learn to judge and acccept their own feelings). Faktor ke
being creative). Faktor ke enam, bantu anak dalam melakukan aktivitas
kreatif dan dalam memecahkan masalah (help children feel joy in their
creative productions and in working through a probem).Faktor ke tujuh,
bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya (help children
appreciate themselves for being different). Faktor terakhir adalah bantu
anak untuk membangun ketekunan dalam dirinya (help children develop
perseverance).”
Orang lain memiliki peran yang penting dalam membantu anak mengekspresikan
kreativitasnya. Tidak adanya dorongan atau motivasi dari orang lain untuk
membantu seseorang mengekspresikan kreativitasnya sejak kecil, dikhawatirkan
akan menghambat kreativitas seseorang dengan adanya berbagai faktor yang dapat
mengancam perkembangan kreativitas seseorang.
Sujiono memiliki pendapat yang berbeda dengan Yusuf & Nurihsan serta
Mayesty. Sujiono & Sujiono (2010: 39) menjelaskan bahwa pengembangan
kreativitas pada diri seseorang dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yang disebut
dengan pendekatan 4P (person, process, press, product). Person (pribadi),
merupakan tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam
interaksi dengan lingkungan.Process(proses) merupakan langkah-langkah proses
kreatif yang dimulai dari tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
Press (dorongan), berupa dorongan internal dan eksternal dari lingkungan sosial
dan psikologis. Product (hasil akhir yang ditandai dengan orisinilitas, kebaruan,
kebermaknaan, dan teramati (observable). Seseorang yang melibatkan diri ke
dari luar maupun dari dalam dirinya, akan menghasilkan produk kreatif sesuai
dengan yang diinginkan.
Ketiga ahli yaitu Yusuf & Nurihsan, Mayesty, dan Sujiono telah
menyebutkan faktor pendukung kreativitas serta perkembangannnya.
Kesimpulannya adalah kreativitas seseorang dapat berkembang dengan baik
dengan adanya dukungan yang berasal dari luar. Jadi, selain dukungan dari luar
yang tidak menghambat aktivitas untuk mengekspresikan kreativitas, seseorang
juga perlu melibatkan diri pada suatu proses perkembangan kreativias. Seseorang
yang mampu melibatkan diri pada suatu proses perkembangan kreativitas dan ada
dukungan dari luar dirinya, maka akan membuat pembaharuan berupa hasil akhir
(produk) kreatif dapat dimiliki oleh seseorang tersebut.
2.1.3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang
pengertian prestasi, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar. Uraian kajian teori tentang prestasi belajar
adalah sebagai berikut.
2.1.3.1. Pengertian Prestasi
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian prestasi.
Djamarah (2011: 1) menyatakan bahwa,“Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.”
Senada dengan Djamarah (2011: 1), Dahar (Djamarah, 2011: 1), juga
mengemukakan bahwa, “Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil
kerja.” Ahli lainnya, yaitu Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa, “Kata “prestasi”
berasal dari bahasa Belanda yaitu “Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia
me