• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru dengan menggunakan pendekatan PMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru dengan menggunakan pendekatan PMRI"

Copied!
485
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Riris Afrilianti

111134086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Riris Afrilianti

111134086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, dan

anugerahNya untukku, serta selalu membukakan pintu maaf bagiku

Pribadiku yang selalu memiliki keinginan yang baik dalam segala hal,

termasuk dalam menjadi calon pendidik yang berkualitas

Kedua orang tuaku yaitu bapak Kasimin dan ibu Puji Astuti yang selalu

memberikan dukungan dalam segala bentuk, semangat, motivasi, dan

bimbingan agar aku dapat menjadi manusia yang lebih baik, menerima

segala bentuk suka maupun duka ku, serta memberikan doa yang tak

pernah putus

Adikku Langgeng Tri Raharjo yang selalu menjadi penyemangat bagikuSeluruh keluarga besarku yang tidak aku sebutkan satu persatu yang

selalu memberikan dukungan kepadaku

Ibu E.Catur Rismiati dan ibu Andri Anugrahana selaku dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan

mendidikku dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya skripsi ini

serta memberikan motivasi kepadaku yang tiada pernah henti

Seluruh dosen-dosenku di Progam Studi PGSD Universitas Sanata

(6)

v

membimbing, dan mendidikku supaya menjadi seorang pendidik yang

berkualitas

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku

menjadi calon pendidik yang baik

Sahabat satu payungku yaitu Dwi Dian Mayasari dan Duwi Purwanti

yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan selalu mendengarkan

keluh kesahku dalam penulisan skripsi ini

Teman-teman kelas D yang selalu memberikan dukungan kepadakuTeman-teman Forum Keluarga Muslim (FKM) Budi Utama yang selalu

mengingatkanku kepada hal-hal baik

Seseorang yang telah menjadikanku berkata aku bisa lebih baik darimu

(7)

vi

MOTTO

Bismillahirrohmanirohim (Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang)

Jadikan kegagalan sebagai cambuk untuk tetap maju

Jadikan Allah dan orang tua kita sebagai motivasi kita untuk menggapai

cita-cita

Tidak akan ada kata SUKSES ketika kita tidak mau berusaha dan

berdoa

I have no particular talent. I am merely inquisitive._Albert Einstein_

Percayalah dengan rencanaNya, maka semuanya akan baik-baik saja

Mulia di mataNya lebih baik daripada mulia di mata manusia, tetapi

mulia di mata keduanya akan jauh lebih baik

Aku bisa!

Jika bukan aku yang memulai dan merubahnya, lantas sipa lagi?

Hidup di dunia hanyalah sekali, manfaatkanlah sebaik mungkin agar

(8)
(9)
(10)

ix

ABSTRAK

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III B SDN SOKOWATEN BARU

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

Oleh:

Riris Afrilianti (111134086) Universitas Sanata Dharma

2014

Rendahnya kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru mendorong peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas di SD tersebut. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui karakteristik PMRI, yaitu penggunaan konteks, model, konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan, pada pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar. Kreativitas ditunjukkan oleh kemampuan mengemukakan ide, mengajukan ide yang tidak biasa, menghasilkan ide berdasarkan pemikirannya sendiri, serta menguraikan ide secara rinci, sedangkan prestasi belajar ditunjukkan oleh rata-rata nilai dan jumlah siswa yang mencapai KKM. Perolehan data kreativitas menunjukkan adanya peningkatan rata-rata setiap indikator kreativitas, yaitu: indikator kelancaran dari 2,28 meningkat menjadi 3,94; indikator keluwesan dari 1,91 menjadi 3,44; indikator keaslian dari 2 menjadi 3,37; dan indikator keterperincan dari 1,69 menjadi 2,98, sedangkan rata-rata keseluruhan skor kreativitas siswa dari 7,87 menjadi 13,73. Perolehan data prestasi belajar siswa juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM dari 71,6 menjadi 86,81 dan persentase siswa yang mencapai KKM dari 55,49% menjadi 84,37%. Pendekatan PMRI terlihat dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukan ketika melakukan tanya jawab, demonstrasi, kerja kelompok, dan presentasi. Guru diharapkan menggunakan pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika agar meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa.

(11)

x

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF CREATIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATICS

OF STUDENTS CLASS III B SDN SOKOWATEN BARU USING PMRI APPROACH

By:

Riris Afrilianti (111134086) Sanata DharmaUniversity

2014

The low level of creativity and learning achievement of the students class III B SDN Sokowaten Baru motivated the researcher to do Class Action Research in that Elementary School. This research was aimed to discover the PMRI approach implementation in improving the creativity and learning achievement on mathematics of the students class III B SDN Sokowaten Baru.

It was a Class Action Research that was conducted in 1 cycle with 3 meetings. The research subjects were the 32 students of class III B SDN Sokowaten Baru. The

research objects were the students’ creativity and learning achievement on

mathematics. The data were collected by having interviews, observation, and documentation.

The results of this research showed that through the PMRI characteristics, i.e.

using contexts, model, students’ construction, interactivities, and intertwinement in

learning process could improve the creativity and learning achievement. The students’

creativity on the abilities to deliver ideas, show unusual ideas, create their own ideas, and explain the ideas in detail, while the learning achievement was identified by the better average scores and bigger number of students that reached the minimum passing score. The data on creativity showed the average improvement on each creativity indicator,i.e. indicator of fluency was improving from 2,28 to 3,94; indicator of flexibility was from 1,91 to 3,44; indicator of originality was from 2 to 3,37; and indicator of detail was from 1,69 to 2,98; while the average score on all aspects of

students’ creativity was improving from 7,87 to 13,73. The results of the students’ learning achievement showed the improvement, i.e. the students’ average score could

reach the minimum passing score that improved from 71,6 to 86,81 and the percentage of the students who reached the minimum passing score was improving from 55,49% to 84,37%. The PMRI approach was seen in learning activities conducted in question-answer activity, demonstration, group work, and presentation. Teacher can use PMRI approach in mathematics to increase the creativity and achievement.

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohih. Alhamdulillah, wasyukurillah, la khalula wala

kuwwata illa billah. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah swt yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III B SDN Sokowaten Baru dengan Menggunakan Pendekatan PMRI ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari dan merasakan bahwa ada banyak dukungan, bantuan, dan

bimbingan dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma

2. Gregorius Ari Anugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku kepala program PGSD

Universitas Sanata Dharma

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Andri Anugrahana, M.Pd., selaku dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan

bimbingan, petunjuk, dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi

hingga selesai

4. Kastinah, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Sokowaten Baru yang telah

(13)

xii

5. Ismiyati Maisyaroh selaku guru kelas III B yang telah bersedia memberikan

bantuan dalam proses penelitian

6. Siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru selaku subjek penelitian yang telah

bersedia untuk membentu peneliti dalam proses penelitian

7. Bapak dan ibu guru serta karyawan/ karyawati SDN Sokowaten Baru yang telah

memberikan bantuan sehingga proses peneitian ini berlangsung dengan lancar

8. Bapak Kasimin dan ibu Puji Astuti selaku orang tua yang telah memberikan

semangat, motivasi, bimbingan, arahan, dan doa yang tidak pernah putus kepada

peneliti

9. Langgeng Tri Raharjo selaku adik yang selalu memberikan semangat kepada

peneliti

10. Dwi Dian Mayasari dan Duwi Purwanti yang telah bersedia bekerjasama dengan

peneliti serta memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti

11. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas D yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan

12. Teman-teman kos pelangi yang telah memberkan bantuan, semngat, serta

dukungan untuk selalu bersama-sama dalam suka maupun duka

13. Teman-teman FKM yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa, serta

pencerahan agar peneliti mampu menjadi manusia yang memiliki akhlak baik,

pendidik yang berkualitas, serta menjadi manusia yang lebih baik

14. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah

(14)
(15)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO...vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH...viii

ABSTRAK...ix

ABSTRACT...x

KATA PENGANTAR ...xi

DAFTAR ISI...xiv

DAFTAR TABEL...xvii

DAFTAR GAMBAR ...xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB 1.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Batasan Masalah... 9

1.3. Rumusan Masalah... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Definisi Operasional ... 11

(16)

xv

2.1. Kajian Teori ... 13

2.1.1 Teori Belajar yang Mendukung Kreativitas ... 13

2.1.2 Kreativitas ... 15

2.1.3 Prestasi Belajar ... 33

2.1.4 Matematika ... 39

2.1.5 Karakteristik siswa SD ... 44

2.1.6 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 48

2.2 Penelitian yang Relevan... 55

2.3 Desain Diagram Penelitian yang Relevan... 60

2.4 Kerangka Berpikir ... 62

2.5 Hipotesis Tindakan... 64

BAB III. METODE PENELITIAN ... 66

3.1 Jenis Penelitian... 66

3.2 Setting Penelitian ... 68

3.3 Desain Penelitian... 69

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 74

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 79

3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran ... 85

3.7 Teknik Analisis Data... 113

3.8. Indikator Keberhasilan ... 118

3.9 Jadwal Penelitian... 120

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 122

4.1. Hasil Penelitian ... 122

(17)

xvi

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 172

5.1 Kesimpulan ... 172

5.2 Keterbatasan... 173

5.3 Saran ... 175

DAFTAR REFERENSI ... 176

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

1. Deskriptor dari Indikator Kreativitas. ... 24

2. Kisi-Kisi Wawancara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian... 80

3. Lembar Observasi Pembelajaran ... 81

4. Kisi-Kisi Observasi Kreativitas ... 82

5. Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 82

6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 84

7. Hasil Validitas Silabus... 92

8. Hasil Validitas RPP ... 94

9. Hasil Validitas LKS ... 95

10. Hasil Validitas Bahan Ajar ... 97

11. Hasil Validitas Soal Evaluasi... 99

12. Hasil Validitas Pedoman Wawancara... 101

13. Hasil Validitas Lembar Observasi Kreativitas... 103

14. Validitas Soal Evaluasi Berdasarkan SPSS ... 106

15. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 108

16. Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Berdasarkan SPSS ... 108

17. Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 110

18. Hasil Kriteria Indeks Kesukaran Soal... 110

19. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Setelah Validasi... 112

20. Indikator Keberhasilan Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa ... 119

21. Jadwal Penelitian ... 120

(19)

xviii

23. Jumlah Skor Kreativitas Siswa pada Setiap Indikator ... 143

24. Rata-rata Keseluruhan Skor Kreativitas Siswa ... 146

25. Hasil Evaluasi Siswa ... 149

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

1. Indikator Kreativitas ... 21

2. Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ... 60

3. Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 67

4. Siswa Melakukan Pengukuran... 127

5. Siswa Mengerjakan LKS ... 132

6. Siswa Bekerjasama dalam Kelompok... 135

7. Grafik Peningkatan Kreativitas Siswa ... 145

8. Grafik Peningkatan Rata-rata Keseluruhan Skor Kreativitas Siswa... 148

9. Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Siswa ... 150

10. Grafik Peningkatan Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 151

11. Siswa Menjawab Pertanyaan dari Guru... 156

12. Hasil Pekerjaan Siswa pada Karakteristik Penggunaan Model ... 157

13. Siswa Mengerjakan LKK... 159

14. Siswa Mengerjakan Soal pada LKS secara Mandiri... 161

15. Hasil Pekerjaan Siswa pada Karakteristik Keterkaitan... 163

16. Contoh Refleksi Siswa... 166

17. Nilai Tertinggi Siswa pada Evaluasi... 168

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin sebelum dan sesudah penelitian ... 184

2. Instrumen Pembelajaran ... 187

3. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara... 341

4. Hasil Observasi Pembelajaran dan Kreativitas Siswa ... 357

5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban ... 381

6. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian... 408

7. Hasil Output Data Validitas, Reliabilitas, IK, dan r tabel... 437

8. Daftar Nilai Kondisi Awal dan Setelah Tindakan ... 443

9. Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 447

10. Foto-foto Kegiatan ... 460

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

Uraian dari masing-masing bab pendahuluan adalah sebagai berikut.

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemampuan yang dimiliki manusia dapat dikembangkan salah satunya

adalah melalui pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Tatang (2010: 2) yang

mengungkapkan bahwa ”Pendidikan adalah kegiatan mengembangkan segala

kemampuan dasar atau bawaan (potensi) pedidik yang mencakup kemampuan

dasar jasmaniah dan rohaniah.” Kemampuan jasmani dan rohani pedidik, dapat

berkembang apabila pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang mampu

mengembangkan potensi pedidik. Pedidik dalam hal ini adalah siswa sedangkan

pendidik adalah guru.

Pendidikan terdiri dari dua macam. Tatang (2010: 12) menyatakan bahwa

pendidikan dibagi menjadi pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal tepatnya

di sekolah dasar terdapat berbagai macam mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dan

menjadi dasar pendidikan lanjutan yaitu SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Mata

pelajaran tersebut salah satunya adalah matematika. Soedjadi (2000: 11) menyatakan

bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.” Pengetahuan tentang bilangan tersebut berkembang sesuai dengan

jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa.

Pembelajaran matematika memiliki karakteristik. Wibowo, Dantes, & Sariyasa

(23)

bersifat abstrak dan hendaknya pembelajaran tersebut dilaksanakan melalui penyelesaian

pemecahan masalah matematika. Masalah matematika tersebut akan mendorong siswa

untuk berpikir kreatif dalam menemukan alternatif pemecahannya.

Kemampuan berpikir kreatif seseorang tidak terlepas dari pengetahuan

yang dimilikinya. West (Setyabudi, 2011: 2) mengemukakan bahwa, “Kreativitas

adalah proses penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang

berlainan untuk menghasilkan ide yang baru dan lebih baik.” Pernyataan West

berbeda dengan peryataan Munandar, Nashori, & Mucharam (Diana, 2006: 126)

yang mempercayai bahwa setiap anak itu kreatif. Kedua pernyataan tersebut

apabila digabungkan dan dikaitan dengan pembelajaran siswa, memiliki makna

bahwa kreativitas siswa akan berkembang berdasarkan pengalaman yang

dimilikinya. Hal ini dikarenakan potensi kreatif tersebut sudah ada dalam diri

siswa. Peran guru dalam meningkatkan kreativitas siswa khususnya pada

pembelajaran matematika sangat diperlukan. Tujuannya adalah agar kreativitas

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dapat tergali dan prestasi belajar

matematika siswa menjadi semakin meningkat.

Prestasi belajar siswa berkaitan dengan kegiatan belajar yang

dilakukannya. Winkel (Hamdu & Agustina, 2011: 83) menyatakan bahwa

“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang

siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

Kemampuan yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap pencapaian

prestasi belajarnya. Jadi, prestasi belajar siswa akan baik apabila mereka mampu

(24)

dimilikinya tanpa terpengaruh dengan adanya permasalahan yang dapat

menghambat prestasi belajarnya.

Permasalahan yang dapat menghambat prestasi belajar siswa, misalnya

adalah siswa menganggap bahwa matematika merupakan ilmu yang sulit dan

membosankan. Wijaya & Heck (Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto, 2013: 2)

menyatakan bahwa,

Indonesian mathematics education faces another problem: most pupils’

attitudes towards mathematics are negative. Most of them perceive

mathematics as difficult and boring. This is not surprising when we look

closely at the common practice of teaching and learning mathematics in

Indonesian classrooms.”

Pernyataan Wijaya & Heck memiliki arti bahwa, “Pendidikan matematika

Indonesia menghadapi masalah yaitu kebanyakan siswa memiliki sikap negatif

terhadap matematika, seperti menganggap matematika sebagai mata pelajaran

yang sulit dan membosankan. Hal ini tidak mengherankan ketika kita melihatnya

pada proses belajar mengajar kelas matematika di Indonesia.” Perubahan dalam

proses pembelajaran untuk mengubah persepsi siswa tersebut sangat diperlukan.

Pelaku perubahan disini adalah guru. Guru dapat membantu siswa mengubah

persepsinya tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bermakna

bagi siswa.

Permasalahan yang membuat rendahnya prestasi belajar matematika

tersebut dibuktikan oleh peneliti melalui kegiatan wawancara dengan guru kelas

(25)

Wawancara dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 untuk mengetahui kegiatan

belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru. Guru kelas III B

menyatakan, bahwa “Kendalanya anak itu malas untuk belajar mbak

dimana-mana”(Komunikasi pribadi, 7 April 2014). Peryataan guru kelas III B tersebut

menunjukkan bahwa siswa malas untuk belajar matematika.

Wawancara antara peneliti dan guru juga membahas tentang prestasi

belajar matematika siswa. Guru mengungapkan bahwa,

“KKM mata pelajaran matematika di kelas III itu paling rendah lho

mbak dibandingkan KKM mata pelajaran yang lainnnya. Kami

menggunakan KKM 70 itu untuk menunjang ketercapaian prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika yang masih

rendah, soalnya kemarin itu ngejar untuk akreditasi sekolah juga

(Komunikasi pribadi, 7 April 2014).”

Pernyataan guru menunjukkan bahwa KKM mata pelajaran matematika di SDN

Sokowaten Baru termasuk paling rendah diantara mata pelajaran lain, yaitu 70.

Tujuannya adalah untuk menunjang prestasi belajar siswa yang masih rendah.

Hasil wawancara antara peneliti dan guru tersebut digunakan sebagai data awal

untuk menentukan tingkat prestasi belajar siswa secara umum.

Ada satu materi yang sulit bagi siswa kelas III pada semester II. Guru

mengungkapkanbahwa, “Kalau dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, materi yang

paling sulit bagi siswa pada semester dua itu ya tentang luas dan keliling persegi

panjang tapi yang dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari. Siswa itu pasti

(26)

sulit bagi siswa adalah tentang pemecahan masalah luas dan keliling yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu telah didasarkan dari pengalaman

tahun-tahun sebelumnya oleh guru.

Wawancara kedua yaitu mengenai kreativitas siswa di kelas yang

dilakukan pada hari Rabu, 9 April 2014. Guru menyatakan bahwa,

“....Ya begitu mbak, orang ditanya aja juga nggak sesuai sama

jawabannya apalagi mengungkapkan ide, ya paling cuma beberapa yang

bisa mengungkapkan, misalnya berarti rumusnya ini ya bu? Ya itu cuma

beberapa anak yang berani seperti itu. Jadi ya masih kurang lah mbak

kreativitasnya(Komunikasi pribadi, 9 April 2014).

Kreativitas siswa berdasarkan wawancara guru tersebut masih tergolong kurang.

Guru mengungkapkan hal itu dengan didasarkan pada pengamatan di kelas, bahwa

hanya beberapa siswa saja yang mampu mengungkapkan ide. Hasil wawancara

mengenai kreativitas, peneliti digunakan sebagai data awal untuk menentukan

tingkat kreativitas siswa secara umum.

Peneliti selanjutnya melakukan observasi pembelajaran matematika pada

hari Selasa, 22 April 2014 pukul 07.00-08.30 WIB. Peneliti melakukan observasi

berdasarkan empat indikator kreativitas yang telah peneliti susun, yaitu

kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterperincian. Kelancaran merupakan

kemampuan seseorang dalam mengajukan berbagai ide. Keluwesan merupakan

kemampuan seseorang dalam menghasilkan ide yang tidak biasa. Keaslian

merupakan kemampuan menghasilkan karya asli berdasarkan pemikiran sendiri.

(27)

Data yang diperoleh peneliti, yaitu setiap siswa terlihat melakukan

indikator kelancaran sebanyak 2,28 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator

keluwesan sebanyak 1,91 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator keaslian

sebanyak 2 kali. Setiap siswa terlihat melakukan indikator keterperincian

sebanyak1,69 kali. Data observasi kreativitas yang telah diolah juga menunjukan

bahwa rata-rata kreativitas yang diperlihatkan oleh siswa dalam setiap pertemuan

sebanyak 7,87 kali.

Peneliti juga melakukan pengamatan pada dokumen mengenai prestasi

belajar matematika siswa kelas III B selama dua tahun terakhir. Data tersebut

peneliti peroleh dari hasil nilai ulangan harian pada materi yang dirasa paling sulit

menurut guru kelas yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling,

luas persegi dan persegi panjang.

Nilai rata-rata mata pelajaran matematika pada materi menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang yang

ada pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012 adalah 70,48, sedangkan pada tahun

ajaran 2012/2013 adalah 72,71 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada

kedua tahun ajaran tersebut yaitu 70. Tahun ajaran 2011/2012, siswa yang telah

mencapai KKM adalah sebanyak 16 siswa (51,61%) dan siswa yang belum

mencapai KKM sebanyak 15 siswa (48,39%) dengan perolehan nilai tertinggi

yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 30. Tahun ajaran 2012/2013, siswa yang telah

mencapai KKM yaitu sebanyak 19 siswa (59,37%), sedangkan siswa yang belum

mencapai KKM sebanyak 13 siswa (40,63%) dengan perolehan nilai tertinggi

(28)

telah mencapai KKM pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 adalah

55,49%. Rata-rata nilai pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 adalah 71,6.

Rata-rata nilai dan rata-rata persentase tersebut menjadi kondisi awal dari rata-rata

nilai siswa dan persentase nilai siswa yang telah mencapai KKM.

Hasil wawancara dengan guru kelas III B, observasi pembelajaran

matematika kelas III B, serta pengamatan dokumen menunjukkan bahwa perlu

adanya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas III B. Peningkatan

tersebut ditujukan pada permasalahan tentang materi menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. Cara untuk

meningkatkan hal tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan

yang sesuai dengan pembelajaran matematika.

Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh ahli. Suryanto (2010:

53) yang menyatakan bahwa pendekatan yang menggunakan paradigma belajar

diantaranya adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning),

PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektf, dan Menyenangkan),

Konstruktivisme, dan PMRI. Pendekatan CTL, PAKEM, dan konstruktivisme

merupakan pendekatan belajar yang dapat digunakan secara umum untuk semua

mata pelajaran, sedangkan yang dirancang khusus untuk pembelajaran matematika

dalam hal ini adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI).

PMRI memiliki keterkaitan dengan hal-hal yang bersifat nyata (real).

Hal ini diungkapkan oleh Pratidina, Supriyono, & Hendikawati (2012: 4) yaitu,

(29)

hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik dan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pelajaran

matematika.” Aisyah juga menyatakan hal yang sejalan dengan Pratidina,

Supriyono, & Hendikawati. Aisyah (Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto,

2013: 2) menyatakan bahwa “Kelas matematika bukan tempat memindahkan

matematika dari guru kepada peserta didik, melainkan tempat peserta didik

menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran

matematika.” Pendekatan ini mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran

dengan mengaitkan dunia nyata sebagai titik tolaknya. Jadi, guru bertindak

sebagai fasilitator selama pembelajaran berlangsung.

Peneliti memilih menggunakan pendekatan PMRI dengan alasan bahwa

pendekatan PMRI mampu menggali kreativitas siswa dan menemukan

kebermaknaan belajar bagi siswa. Hal ini dikemukakan oleh Muchlis (2012: 137)

yaitu, “PMRI menekankan pembelajaran matematika yang bermakna dengan

mengaitkan kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik serta

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.”Kreativitas siswa dalam hal

ini dapat diamati dengan cara melihat kemampuan siswa dalam menemukan

alternatif pemecahan masalah matematika.

Alasan lain adalah adanya penelitian terdahulu yang menggunakan

pendekatan PMRI sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi

belajar matematika siswa. Penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh Saefudin

(30)

menunjukkan bahwa pendekatan PMRI mampu mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa (Saefudin, 2012), meningkatkan prestasi

belajar siswa pada penyelesaian soal cerita (Rismawati, 2011), dan

mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika

(Muchlis, 2012). Uraian pendekatan PMRI dan penelitian terdahulu membuat

peneliti semakin yakin dalam menggunakan pendekatan PMRI sebagai upaya

untuk mengatasi permasalahan tentang kreativitas dan prestasi belajar matematika

yang ada di kelas III B SDN Sokowaten Baru. Adanya keyakinan dari peneliti

mengenai hal itu, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III B SDN Sokowaten

Baru dengan Menggunakan Pendekatan PMRI.”

1.2. Batasan Masalah

Peneliti melakukan batasan masalah agar inti dari penelitian dapat

terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1.2.1. Kreativitas dibatasi pada materi menyelesaiakan masalah yang berkaitan

dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang.

1.2.2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dibatasi pada materi

menyelesaiakan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan

persegi panjang.

1.2.3. Materi pembelajaran matematika dibatasi pada Standar Kompetensi 5.

Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta

(31)

5.3.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi

dan persegi panjang.

1.2.4. Pendekatan pembelajaran dibatasi pada pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI).

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan

kreativitas siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru?

1.3.2. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya

meningkatkan kreativitas siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.

1.4.2. Untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN

Sokowaten Baru.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang

(32)

matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru serta menjadi bekal

ketika kelak menjadi guru.

1.5.2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan

prestasi belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.

1.5.3. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, memperkaya

pengetahuan, serta menambah referensi guru mengenai pendekatan

pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi

belajar matematika siswa kelas III B SDN Sokowaten Baru.

1.5.4. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, bahan

masukan, serta bahan pertimbanganan bagi sekolah terkait dengan

Penelitian Tindakan Kelas tentang penerapan pendekatan PMRI yang

dapat meningkatkan kreativitas prestasi belajar matematika.

1.6. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1.6.1. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mengemukakan berbagai ide, mengajukan cara yang berbeda dari

biasanya, menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri, serta

menguraikan ide secara rinci untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

1.6.2. Prestasi belajar merupakan suatu tanda bukti keberhasilan seseorang

(33)

1.6.3. Pendekatan PMRI merupakan sebuah pendekatan yang diadaptasi dari

sebuah teori yang berasal dari Belanda yaitu Realistic Mathematics

Education (RME) yang menekankan kebermaknaan belajar matematika

pada siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam prosees belajar mengajar,

serta mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

1.6.4. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bilangan,

simbol, keteratuaran dari hal yang sifatnya konkret menuju hal yang

sifatnya abstrak (dalil).

1.6.5. Siswa sekolah dasar merupakan murid dengan rentang usia 6 atau 7

sampai 12 atau 13 tahun dan berada dalam tahap operasional konkret

(mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun terikat dengan

(34)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II memuat kajian teori, penelitian yang relevan, desain diagram

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Uraian dari bab

landasan teori adalah sebagai berikut.

2.1. Kajian Teori

Kajian teori ini memuat tentang teori belajar yang mendukung;

kreativitas; prestasi belajar; karakteristik siswa Sekolah Dasar, matematika, dan

pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Uraian dari

kajian teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1. Teori Belajar yang Mendukung

Penelitian ini menggunakan teori belajar yang mendukung menurut

Piaget yang menggunakan teori konstruktivisme dalam proses belajar. Suryanto

(2010: 56) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses aktif dalam arti bahwa si

pembelajar aktif membangun model mental atau pengetahuannya sendiri.”

Pernyataan ini memiliki arti bahwa pembelajar (siswa) merupakan sosok yang

sangat penting dalam proses belajar.

Paham konstruktivisme juga menganggap bahwa siswa memiliki peran

penting pada proses belajar. Hal ini selaras dengan pernyataan Wiryokusumo

(2008: 41) yang mengungkapkan bahwa, “Istilah konstruktivismemengacu pada

penekanan pada siswa “menyusun” (constructing) pengertian mereka sendiri

tentang dunia, perspektif mereka sendiri tentang permasalahan penting,

(35)

sebagai orang yang belajar.” Pernyataan Iskandar juga selaras dengan pernyataan

Gunstone & Gray (Prahmana, 2010: 2) yang menyatakan bahwa, “Pengetahuan

tidak diterima siswa secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif oleh siswa.”

Jadi, sesuai dengan teori konstruktivisme, pengetahuan yang dimiliki guru tidak

ditransfer secara langsung kepada siswa, akan tetapi siswa mengonstruksi sendiri

pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka

ketika belajar.

Proses belajar seseorang tidak terlepas dari struktur kognitifnya. Hadi

(2005: 13) menyatakan bahwa konstruktivisme menganggap struktur kognitif

seseorang sebagai sebuah skemata, yaitu kumpulan dari skema-skema. Pernyataan

Hadi selanjutnya ditegaskan oleh Ormrod. Ormrod (2008: 39) menyatakan bahwa

skema diartikan sebagai kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang

digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan. Jadi, paham

konstruktivisme menganggap bahwa semakin tua seseorang maka semakin

lengkap struktur kognitifnya misalnya dalam hal menangapi lingkungan.

Teori konstruktivisme memiliki prinsip-prinsip yang dapat digunakan

dalam suatu pembelajaran. Prinsip tersebut banyak digunakan dalam pembelajaran

sains dan matematika (Hadi, 2005: 14). Ada 6 prinsip yang digunakan dalam

pembelajaran. Suparno (Prahmana, 2010: 2) mengemukakan bahwa

prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruksivisme antara lain: pengetahuan

dibangun oleh siswa secara aktif, tekanan dalam proses belajar terletak pada

siswa, mengajar adalah membantu siswa belajar, tekanan dalam proses belajar

(36)

siswa, dan guru adalah fasilitator. Keenam prinsip tersebut menekankan kegiatan

yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam hal ini bertugas sebagai fasilitator.

Teori konstruktivisme yang diungkapkan oleh Piaget menunjukkan

bahwa teori tersebut menambah pengalaman dan pengetahuan siswa dalam

belajar. Hal ini dikarenakan siswa tersebut yang berperan aktif dalam proses

belajarnya. Guru bertugas sebagai fasilitator selama proses pembelajaran

berlangsung, dengan kata lain siswa tersebut yang mengonstruksi pengetahuannya

sendiri sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan siswa akan

semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Jadi, peran guru sangat penting

dalam menciptakan pembelajaran yang menekankan pada enam prinsip

konstruktivisme serta tahap perkembangan kognitif yang ditandai dengan usia

siswa.

2.1.2. Kreativitas

Kajian teori kreativitas dalam penelitian ini membahas mengenai

pengertian kreativitas, karakteristik kreativitas, indikator kreativitas, proses

berpikir kreatif, aspek yang mempengaruhi kreativitas, faktor penghambat

kreativitas, serta faktor pendukung kreativitas. Penjelasan dari sub bab kajian teori

kreativitas adalah sebagai berikut.

2.1.2.1. Pengertian Kreativitas

Ada beberapa pendapat ahli yang menjelaskan pengertian kreativitas.

Santrock (2009: 21) mengungkapkan bahwa, “Kreativitas adalah kemampuan

untuk berpikir mengenai sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasa, serta

(37)

pengertian Santrock, Yusuf & Nurihsan (2008: 246) berpendapat bahwa,

“Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk

baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah.” Pendapat yang sama juga

diungkapkan oleh Munandar (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) yaitu, “Kreativitas

merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah.” Persamaaan dari ketiga pendapat

tersebut terdapat pada pernyataan “untuk memecahkan masalah.” Jadi, ketiga

pendapat tersebut mengartikan hal yang sama, yaitu kreativitas sebagai suatu

kemampuan untuk mencipta, memberi gagasan, dan menemukan cara yang baru

dalam memecahkan suatu masalah.

Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108) mengungkapkan pendapat yang

berbeda dengan ketiga ahli tersebut. Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108)

berpendapat bahwa pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu

person, process, press, dan product (Four P’s of Creativity). Dimensi pertama

adalah“pribadi” (person)yang menunjuk pada potensi daya kreatif yang ada pada

setiap pribadi. Dimensi ke dua yaitu kreativitas sebagai suatu “proses” (process)

dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran. Individu pada pengertian

kreativitas ini, berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru,

mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu

masalah. Dimensi ke tiga adalah kreativitas sebagai “pendorong” (press) yang

datang dari diri sendiri (internal berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk

(38)

dikemukakan oleh Baron (Satiadarma dan Waruwu, 2003: 108) yaitu“Creativity

is the ability to bring something new into existence.”Kreativitas diartikan sebagai

segala sesuatu yang diciptakan oleh seseorang sebagai hasil dari keunikan

pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pendapat yang berbeda dengan Satiadarma & Waruwu (2003: 107-108)

dikemukakan oleh Mayesty (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) yang mengemukakan

bahwa “Kreativitas adalah cara berpikir dan bertindak yang original dan

bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain.” Jadi, dalam hal ini Mayesti

menegaskan bahwa ketika seseorang melakukan suatu hal/tindakan, tindakan

tersebut tidak hanya memiliki manfaat bagi dirinya, tetapi juga bermanfaat bagi

orang lain.

Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli tersebut yaitu, kreativitas

adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang/individu untuk berpikir,

mengungkapkan gagasan mengenai sesuatu yang baru dengan menggunakan cara

yang baru pula dan berbeda dari orang lain untuk memecahkan suatu masalah.

Cara yang baru untuk memecahkan masalah tersebut diharapkan dapat berguna

bagi kehidupan individu dan juga bagi orang lain.

2.1.2.2. Karakteristik Kreativitas

Setiap orang memiliki kemampuan berpikir kreatif. Kreativitas yang

dimiliki oleh setiap orang memiliki karateristik yang berbeda pula. Karakteristik

kreativitas sendiri dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui tingkat

(39)

Ada beberapa ahli yang menyebutkan mengenai karakteristik kreativitas

seseorang. Ahli pertama, yaitu Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108)

mengungkapkan bahwa terdapat lima karakteristik kreativitas, yaitu: kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration),

dan perumusan kembali (redefinition). Karakteristik pertama yaitu kelancaran

(fluency) yang merupakan kemampuan dalam memproduksi gagasan.

Karakteristik ke dua, yaitu keluwesan (flexibility) yang merupakan kemampuan

untuk mengajukan berbagai pemecahan masalah. Karakteristik ke tiga, yaitu

keaslian (originality) yang merupakan kemampuan menghasilkan gagasan asli

hasil pemikiran sendiri. Karakteristik ke empat, yaitu penguraian (elaboration)

yang merupakan kemampuan untuk menguraikan secara rinci. Ke lima,

perumusan kembali (redefinition) merupakan kemampuan mengkaji persoalan

dengan cara yang berbeda dari hal yang biasanya. Kelima karakteristik yang

dikemukanan oleh Guilford tersebut pada dasarnya merupakan kemampuan

seseorang untuk menghasilkan suatu hal yang baru yang dapat diamati melalui

kelima karakteristik kreativitas tersebut. Suatu hal yang baru itu dapat berupa

karya baru ataupun dikombinasikan dengan sesuatu yang sudah ada.

Ahli kedua adalah Parnes. Parnes (Nursisto, 2000: 31) mengungkapkan

bahwa masalah dapat membangkitkan kemampuan kreatif seseorang. Kemampuan

kreatif yang disebutkan oleh Parnes dan menjadi karakteristik dari kreativitas

yang meliputi: 1) fluency (kelancaran); 2) flexibility (keluwesan), 3) originality

(keaslian); 4) elaboration (keterperincian); dan 5) sensitivity (kepekaan). Ada

(40)

karakteristik yang telah diungkapkan oleh Guilford. Kesamaan dari karakteristik

yang dikemukakan oleh Parnes dan Guilford yaitu pada karakteristik kelancaran,

keluwesan, keaslian, dan keterperincian. Kelancaran merupakan kemampuan

untuk mengembangkan ide-ide untuk memecahkan masalah. Keluwesan

merupakan kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide untuk

memecahkan masalah yang tidak biasa. Keaslian merupakan kemampuan

memberikan respon yang unik, sedangkan keterperincian merupakan kemampuan

mengarahkan ide secara rinci. Parnes juga mengungkapkan hal yang berbeda

dengan pendapat Guilford pada karakteristik yang ke lima yaitu kepekaan.

Kepekaan merupakan kemampuan untuk menanggapi suatu situasi. Kelima

karakteristik yang dikemukakan oleh Parnes tersebut diharapkan dapat membantu

menanggapi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.

Jamaris merupakan ahli ke tiga yang mengungkapkan karakteristik

kreativitas. Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) mengungkapkan bahwa

karakteristik dari suatu bentuk kreativitas tampak pada proses berpikir seseorang

dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kelancaran, kelenturan,

keaslian, elaborasi, serta keuletan dan kesabaran. Kelancaran merupakan

kemampuan dalam memberikan jawaban dan mengemukakan ide. Kelenturan

yaitu kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

Keaslian merupakan kemampuan menghasilkan karya yang asli pemikirannya

sendiri. Elaborasi yaitu kemampuan memperluas ide yang mungkin tidak

terpikirkan orang lain, sedangkan keuletan dan kesabaran, yaitu sikap dalam

(41)

dikemukakan oleh Parnes, kemampuan yang menjadi karakteristik kreativitas

yang dikemukakan oleh Jamaris tersebut diharapkan mampu membantu seseorang

dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan.

Karakteristik kreativitas juga dijelaskan oleh ahli yang ke empat, yaitu

Munandar. Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003: 109) mengungkapkan

bahwa karakteristik kreativitas meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir

rasional, serta memiliki keterampilan elaborasi dan evaluasi.

Berpikir lancar membuat seseorang mampu mencetuskan banyak

gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Berpikir luwes memiliki

arti bahwa orang kreatif mampu menghasilkan pertanyaan, gagasan, atau jawaban

yang bervariasi karena mampu melihat masalah dari sudut pandang yang

berbeda-beda. Berpikir rasional, merupakan hal yang mendorong seseorang untuk

melahirkan ungkapan baru karena mereka sanggup memikirkan hal yang tidak

lazim. Elaborasi dalam hal ini memiliki arti kemampuan mengembangkan suatu

gagasan atau produk dan keterampilan mengevaluasi memiliki kemampuan

menentukan patokan penilaian sendiri dan benar tidaknya suatu pertanyaan.

Kelima karakteristik kreativitas tersebut menunjukkan bahwa seseorang

diharapkan mampu menemukan berbagai ide pemecahan masalah atau pertanyaan,

menghasilkan jawaban yang bervariasi atas pertanyaan yang diajukan atau melihat

masalah dari berbagai sudut pandang, menghasilkan sesuatu yang baru,

mengembangkan sesuatu yang telah ada, serta memberikan penilaian terhadap hal

yang dihasilkan tersebut. Jadi, seseorang dapat memiliki kelima karakteristik

(42)

Ada 4 karakteristik kreativitas yang diakui keempat ahli tersebut.

Keempat karakteristik tersebut adalah kelancaran, keluwesan atau kelenturan,

keaslian, dan keterperincian atau penguraian. Kelancaran merupakan kemampuan

dalam mengungkapkan berbagai macam ide. Keluwesan atau kelenturan

merupakan kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah dengan cara-cara

unik dan tidak biasa, keaslian merupakan hasil dari perolehan ide atau gagasan

berdasarkan pemikirannya sendiri. Keterperincian atau penguraian merupakan

keruntutan dalam menuangkan ide atau gagasan secara rinci.

2.1.2.3. Indikator Kreativitas

Karakteristik kreativitas yang diungkapkan oleh empat orang ahli dapat

dikembangkan lagi menjadi indikator kreativitas. Indikator kreativitas ini

digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas siswa selama pembelajaran.

Gambar 1 berikut ini adalah gambar indikator kreativitas yang diambil

berdasarkan karakteristik kreativitas dari keempat pendapat ahli.

Gambar 1. Indikator Kreativitas

(43)

Gambar 1 menunjukkan indikator kreativitas yang diperoleh dari

karakteristik kreativitas yang dikemukakan oleh Parnes (Nursisto, 2000: 31),

Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003: 109), Guilford (Satiadarma & Waruwu,

2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38). Tanda bintang (*) pada

gambar 1 menunjukan urutan indikator yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian. Bintang satu (*) menunjukan indikator pertama yang peneliti gunakan.

Bintang dua (**) menunjukan indikator kedua yang peneliti gunakan. Bintang tiga

(***) menunjukan indikator ketiga yang peneliti gunakan. Bintang empat (****)

menunjukan indikator keempat yang peneliti gunakan.

Peneliti memilih empat karakteristik yang digunakan sebagai indikator

kreativitas dalam penelitian. Indikator tersebut adalah kelancaran, keluwesan,

keaslian, dan keterperincian. Alasan peneliti menggunakan indikitor kreativitas

dari empat ahli agar indikator yang dipilih olah peneliti lebih bersifat akurat.

Alasan lainnya adalah karena keempat indikator kreativitas yang peneliti pilih dari

berbagai ahli tersebut termasuk kedalam jenis triangulasi sumber data. Rahardjo

(Arifin, 2011: 164), menyebutkan bahwa triangulasi sumber data menggali

kebenaran informan tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data,

misalnya wawancara, observasi, dan pengamatan dokumen. Perolehan keempat

indikator tersebut melalui pengamatan dokumen berupa buku-buku yang ditulis

oleh berbagai ahli.

Indikator pertama, yaitu kelancaran peneliti gunakan dengan alasan

bahwa keempat ahli tersebut menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari

(44)

seseorang dalam mengungkapkan ide atau gagasan. Kelancaran seseorang dapat

dilihat dari kemampuannya dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Indikator

yang kedua juga peneliti peroleh berdasarkan karakteristik yang dikemukakan

oleh keempat ahli. Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) menyebutkan bahwa

karakteristik kreativitas yang ke dua adalah kelenturan, akan tetapi kelenturan

memiliki makna yang sama dengan keluwesan yang dikemukakan oleh tiga ahli

lainnya yaitu mengemukakan berbagai cara yang tidak biasa untuk menyelesaikan

suatu permasalahan tertentu.

Indikator ke tiga peneliti peroleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli

yang memiliki kesamaan. Ahli tersebut yaitu Parnes (Nursisto, 2000: 31),

Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono,

2010: 38). Ketiga ahli berpendapat bahwa keaslian merupakan kemampuan

menghasilkan ide atau gagasan melalui pemikirannya sendiri. Keaslian seseorang

dapat terlihat dari hasil karyanya berdasarkan pengerjaan tugas atau penyelesaian

masalah yang dilakukannya sendiri. Indikator terakhir adalah keterperincian.

Parnes (Nursisto, 2000: 31), mengungkapkan bahwa keterperincian merupakan

kegiatan mengarahkan ide secara rinci. Seseorang dapat terlihat keterperincianya

apabila mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara-cara tertentu secara

rinci.

Ada beberapa karakteristik kreativitas dari keempat ahli yang tidak

digunakan sebagai indikator oleh peneliti. Karakteristik yang tidak peneliti

gunakan adalah kepekaan dari ahli Parnes; keterampilan elaborasi dan evaluasi

(45)

Guilford; serta elaborasi, keuletan dan kesabaran dari ahli Jamaris. Alasan peneliti

tidak menggunakan karakteristik tersebut sebagai indikator kreativitas karena

tidak semua ahli menyebutkan karakteristik kreativitas yang tidak digunakan oleh

peneliti tersebut. Jadi, peneliti menggunakan karakteristik kreativitas yang

memiliki kesamaan pendapat dari beberapa ahli sebagai indikator kreativitas.

Peneliti selanjutnya menentukan deskriptor dari indikator kreativitas.

Penentuan deskriptor kreativitas digunakan untuk pengamatan kreativitas dalam

pembelajaran. Tabel 1 adalah deskriptor dari indikator kreativitas.

Tabel 1.

Deskriptor dari Indikator Kreativitas

No Indikator Deskriptor

1. Kelancaran Mampu mengemukakan ide

2. Keluwesan Mengajukan cara yang berbeda dari biasanya untuk

memecahkan masalah

3. Keaslian Menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri

4. Keterperincian Menguraikan ide secara rinci

Tabel 1 menunjukan bahwa ada 4 indikator kreativitas yang

dikembangkan menjadi 4 deskriptor. Indikator pertama yaitu kelancaran,

dikembangkan menjadi deskriptor mampu mengemukakan ide. Mengemukakan

ide dalam hal ini misalnya adalah menjawab dan mengajukan pertanyaan,

memberikan sanggahan, serta menyampaikan pendapat. Indikator ke dua yaitu

keluwesan dikembangkan menjadi deskriptor mengajukan cara yang berbeda dari

biasanya untuk memecahkan masalah. Siswa dalam hal ini mampu memiliki

(46)

menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara yang berbeda dari guru ataupun

siswa lainnya. Indikator ke tiga yaitu keaslian dikembangkan menjadi deskriptor

menghasilkan ide berdasarkan pemikiran sendiri. Siswa menunjukan indikator ke

tiga ini misalnya pada saat siswa mengerjakan tugas secara mandiri. Indikator ke

empat yaitu keterperincian dikembangkan menjadi deskriptor menguraikan ide

secara rinci. Siswa dapat terlihat keterperinciannya pada saat siswa menjelaskan

hasil pekerjaannya.

2.1.2.4. Proses Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif memiliki proses yang perlu diketahui oleh seseorang

sebelum seseorang tersebut mampu menemukan alternatif pemecahan masalah

yang dialami. Sujiono & Sujiono (2010: 39) mengungkapkan bahwa berpikir

kreatif digunakan seseorang terutama untuk memecahkan masalah. Pernyataan

Sujiono disempurnakan oleh Wallas (Sujiono & Sujiono, 2010: 39) yang

mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam

empat fase, yaitu: fase persiapan, fase pematangan, fase iluminasi, dan fase

verifikasi. Penjelasan dari masing-masing fase menurut Wallas (Sujiono &

Sujiono, 2010: 39), yaitu:

Fase persiapan, berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan

masalah yang sedang dipecahkan. Fase pematangan yaitu informasi yang

telah terkumpul berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha memahami

keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalam rangka

pemecahan masalah. Fase iluminasi, berupa penemuan cara-cara yang

(47)

kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apakah

langkah-langkah yang akan digunakan dalam pemecahan masalah akan

memberikan hasil yang sesuai.

Fase-fase tersebut merupakan urutan tahapan proses berpikir keatif yang perlu

dilalui seseorang sebelum seseorang mampu menemukan alternatif pemecahan

masalah yang dialami serta mengevaluasi hasil akhir dari cara yang ditempuhnya.

Senada dengan pendapat Wallas (Sujiono & Sujiono, 2010: 39),

Fauziyah, Usodo, & Ekana (2013: 78) juga menyatakan bahwa ada 4 tahapan

proses berpikir kreatif seseorang, yaitu: preparasi, inkubasi, iluminasi, verifikasi.

Penjelasan dari masing-masing tahapan menurut Fauziyah, Usodo, & Ekana

(2013: 78), yaitu:

Tahap preparasi merupakan tahap mengumpulkan informasi yang relevan

dalam rangka mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan

cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk

menyelesaikannya. Tahap inkubasi merupakan tahap istirahat sebentar

untuk mengendapkan masalah dan informasi yang diperoleh dalam

rangka menemukan berbagai inspirasi agar dapat menyelesaikan

permasalahan. Tahap ke tiga yaitu iluminasi merupakan tahap dimana

seseorang mendapatkan ilham (pemecahan masalah) yang diikuti dengan

munculnya berbagai inspirasi dan gagasan baru. Tahap verifikasi

merupakan tahap menguji dan menilai gagasan yang diperoleh terhadap

(48)

Keempat tahapan ini penting untuk dilalui oleh seseorang terutama dalam rangka

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Tahapan tersebut saling berkaitan

satu sama lain. Sesesorang dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif

dalam menyelesaikan suatu permasalahan apabila ia mampu melalui keempat

tahapan tersebut atau tidak berhenti hanya pada beberapa tahapan saja.

Kesimpulan dari pendapat diatas, yaitu untuk dapat berpikir kreatif dan

mampu mengungkapkan kreativitas yang dimilikinya, seseorang memerlukan

tahapan/fase berpikir kreatif khususnya dalam memecahkan masalah. Tahapan

tersebut dilakukan dengan harapan bahwa kreativitas yang memang dimiliki oleh

seseorang sejak lahir bisa semakin berkembang.

2.1.2.5. Aspek yang Mempengaruhi Kreativitas

Setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Sujiono & Sujiono

(2010: 39), menyatakan bahwa, “Pada dasarnya kreativitas bersifat alamiah dan

sudah ada dalam diri anak.” Pernyataan tersebut menunjukkan sifat alamiah dari

kreativitas yang sudah ada dalam diri anak. Hal ini menyebabkan kreativitas yang

dimiliki seseorang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain.

Kreativitas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek selain sifat

alamiah yang menyebabkan kreativitas antara satu orang dengan orang lainnya

berbeda. Jamaris (2013: 80) mengemukakan bahwa kreativitas seseorang

dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek intuitif dan imajinatif,

aspek kepekaan dalam penginderaan, dan aspek kecerdasan emosi. Penjelasan dari

(49)

Aspek kognitif merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang

menghasilkan kreativitas adalah kemampuan divergen, yaitu kemampuan

untuk menghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah atau

dalam menghasilkan produk baru. Aspek intuitif dan imajinatif dilakukan

oleh belahan otak bagian kanan yang menghasilkan kreativitas dan

membantu mengolah informasi secara holistik. Aspek kepekaan dalam

penginderaan, menjadikan seseorang dapat menemukan sesuatu yang

tidak dapat dilihat atau disadari oleh orang lain. Aspek kecerdasan emosi

berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi

ketidakpastian serta berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas

yang menghasilkan kreativitas.

Tidak semua orang memiliki keempat aspek tersebut. Ada orang yang mampu dan

menguasai keempat aspek yang ada, akan tetapi ada pula orang yang hanya

mampu menguasai beberapa dari keempat aspek yang mempengaruhi kreativitas.

Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua ahli di atas adalah seseorang

perlu mengasah bakat kreativitas yang sudah ada sejak lahir. Cara mengasah

kreativitas seseorang tersebut bisa dilakukan dengan mengembangkan keempat

aspek yang mempengaruhi kreativitas dalam diri seseorang. Hal ini bertujuan agar

bakat kreativitas yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik sesuai dengan

perkembangan jaman. Aspek yang dikembangkan tersebut akan menjadi nilai

tambah bagi seseorang, karena ia memiliki perbedaan dengan orang lain dalam hal

(50)

2.1.2.6. Faktor Penghambat Kreativias

Ada beberapa faktor yang dapat menghambat kreativitas yang dimiliki

oleh seseorang. Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249) mengemukakan bahwa

perkembangan kreativitas seseorang dipengaruhi faktor internal (diri sendiri).

Faktor internal dari kreativitas seseorang, meliputi: 1) kondisi kesehatan fisik

(sering sakit-sakitan dan memiliki penyakit kronis); 2) tingkat kecerdasan (IQ)

yang rendah (di bawah normal); dan 3) kondisi kesehatan mental (misalnya

seseorang sering mengalami stress dan memiliki penyakit amnesia atau neurosis).

Seseorang akan terhambat aktivitasnya apabila mengalami ketiga hal tersebut.

Aktivitas seseorang yang terhambat itu dapat pula menghambat kreativitas. Hal ini

dikarenakan seseorang akan kesulitan mengembangkan sifat alamiah dari

kreativitas dengan adanya faktor internal kreativitas.

Satiadarma & Waruwu (2003: 115-116) memiliki pendapat yang berbeda

dengan pendapat Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249). Satiadarma & Waruwu

(2003: 115-116) mengemukakan beberapa faktor yang menghambat

perkembangan kreativitas anak ini lebih cenderung berasal dari luar diri siswa.

Faktor-faktor tersebut adalah sikap orang tua dan guru terhadap anak.

Contoh sikap guru dan orang tua yang kurang menunjang kreativitas

anak, yaitu: 1) terlalu khawatir atau takut; 2) terlalu mengawasi anak; 3)

menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan; 4)

menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu

mempertimbangkan alasan-alasan anak; 5) menganggap diri saya lebih

(51)

baik, tidak berguna karena hanya membuang-buang waktu; 7) mengkritik

perilaku atau pekerjaan anak; 8) jarang memberi pujian atau penghargaan

terhadap usaha atau karya anak.

Orang tua dan guru perlu menyadari ciri-ciri anak yang memerlukan dorongan

untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif. Hal ini bertujuan agar

kreativitas siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan usianya.

Kesimpulan dari kedua pendapat ahli mengenai faktor penghambat

kreativitas adalah kreativitas seseorang dapat terhambat perkembangannya karena

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang

menjadi penghambat kreativitas harus dihindari sejak anak berada pada usia dini.

Hal ini bertujuan agar kreativitas seseorang dapat berkembang dengan baik sesuai

dengan tahapan usianya.

2.1.2.7. Faktor Pendukung Kreativitas

Ada beberapa faktor yang mendukung kreativitas seseorang. Yusuf &

Nurihsan (2008: 248-249) mengungkapkan bahwa faktor yang mendukung

kreativitas berasal dari luar diri siswa. Penjelasan dari masing-masing faktor

menurut Yusuf & Nurihsan (2008: 248-249) yaitu:

“Faktor yang pertama, orang tua atau guru dapat menerima anak apa

adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia

baik dan mampu. Faktor ke dua, orang tua atau guru bersikap empatik

kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan

perilaku anak. Faktor ke tiga, orang tua atau guru memberi kesempatan

(52)

Faktor ke empat, orang tua atau guru (sekolah) memupuk sikap dan

minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, seperti perlombaan

penelitian karya ilmiah, pidato, deklamasi, dan drama. Faktor ke lima,

orang tua atau guru (sekolah) menyediakan sarana-prasarana pendidikan

yang memungkinkan mengembangkan keterampilannya dalam membuat

karya-karya yang produktif-inovatif.”

Kelima faktor tersebut mampu mendukung kreativitas. Tidak adanya tekanan dan

hambatan seseorang dalam melakukan aktivitas akan mempermudah seseorang

mengembangkan sifat alamiah dari kreativitas yang dimilikinya sejak lahir.

Mayesti adalah ahli lainnya yang mengemukakan tentang faktor

pendukung kreativitas. Mayesty (Sujiono, 2010: 39) mengemukakan bahwa

terdapat 8 (delapan) faktor yang berasal dari luar diri yang membantu anak

mengekspresikan kreativitas. Kedelapan faktor yang dikemukakan oleh Mayesty

(Sujiono, 2010: 39), yaitu:

“Faktor pertama, membantu anak menerima perubahan (help children

accept change). Faktor kedua, membantu anak menyadari bahwa

beberapa masalah tidak mudah dipecahkan (help children realize that

many problems have a no easy answer). Faktor ke tiga, membantu anak

untuk menggali berbagai masalah memiliki solusi (help children

recognize that many problems have a possible answer). Faktor ke empat,

membantu anak untuk belajar menafsirkan dan menerima perasaanya

(help children learn to judge and acccept their own feelings). Faktor ke

(53)

being creative). Faktor ke enam, bantu anak dalam melakukan aktivitas

kreatif dan dalam memecahkan masalah (help children feel joy in their

creative productions and in working through a probem).Faktor ke tujuh,

bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya (help children

appreciate themselves for being different). Faktor terakhir adalah bantu

anak untuk membangun ketekunan dalam dirinya (help children develop

perseverance).”

Orang lain memiliki peran yang penting dalam membantu anak mengekspresikan

kreativitasnya. Tidak adanya dorongan atau motivasi dari orang lain untuk

membantu seseorang mengekspresikan kreativitasnya sejak kecil, dikhawatirkan

akan menghambat kreativitas seseorang dengan adanya berbagai faktor yang dapat

mengancam perkembangan kreativitas seseorang.

Sujiono memiliki pendapat yang berbeda dengan Yusuf & Nurihsan serta

Mayesty. Sujiono & Sujiono (2010: 39) menjelaskan bahwa pengembangan

kreativitas pada diri seseorang dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yang disebut

dengan pendekatan 4P (person, process, press, product). Person (pribadi),

merupakan tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam

interaksi dengan lingkungan.Process(proses) merupakan langkah-langkah proses

kreatif yang dimulai dari tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.

Press (dorongan), berupa dorongan internal dan eksternal dari lingkungan sosial

dan psikologis. Product (hasil akhir yang ditandai dengan orisinilitas, kebaruan,

kebermaknaan, dan teramati (observable). Seseorang yang melibatkan diri ke

(54)

dari luar maupun dari dalam dirinya, akan menghasilkan produk kreatif sesuai

dengan yang diinginkan.

Ketiga ahli yaitu Yusuf & Nurihsan, Mayesty, dan Sujiono telah

menyebutkan faktor pendukung kreativitas serta perkembangannnya.

Kesimpulannya adalah kreativitas seseorang dapat berkembang dengan baik

dengan adanya dukungan yang berasal dari luar. Jadi, selain dukungan dari luar

yang tidak menghambat aktivitas untuk mengekspresikan kreativitas, seseorang

juga perlu melibatkan diri pada suatu proses perkembangan kreativias. Seseorang

yang mampu melibatkan diri pada suatu proses perkembangan kreativitas dan ada

dukungan dari luar dirinya, maka akan membuat pembaharuan berupa hasil akhir

(produk) kreatif dapat dimiliki oleh seseorang tersebut.

2.1.3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang

pengertian prestasi, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar. Uraian kajian teori tentang prestasi belajar

adalah sebagai berikut.

2.1.3.1. Pengertian Prestasi

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian prestasi.

Djamarah (2011: 1) menyatakan bahwa,“Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.”

Senada dengan Djamarah (2011: 1), Dahar (Djamarah, 2011: 1), juga

mengemukakan bahwa, “Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil

(55)

kerja.” Ahli lainnya, yaitu Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa, “Kata “prestasi”

berasal dari bahasa Belanda yaitu “Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia

me

Gambar

Gambar 1 berikut ini adalah gambar indikator kreativitas yang diambil
Tabel 1.Deskriptor dari Indikator Kreativitas
Gambar 2. Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
Gambar 3.  Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Hence, technologies for hydrogen production which are safer, sustainable and efficient are demanded.Biohydrogen is hydrogen produced through biological process. These also

Dari implementasi sistem informasi yang diterapkan di LPB-YDBA Astra dapat disimpulkan bahwa dengan sistem yang telah dibuat dapat mempercepat proses pencatatan laporan keuangan

Penelitian Basuki dan Sianipar (2012) juga menyatakan bahwa secara bersama-sama intellectual capital , human capital efficiency , structural capital efficiency dan

[r]

Menurut Anda, apakah peranan beras merah yang paling cocok apabila diaplikasikan pada produk makanan seperti cookies.. Untuk menggantikan tepung terigu

FbL[dunp{{dh&n$]iPTRqasdhdo.[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan kualifkasi badan usaha