• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DAN EOQ (STUDI KASUS DI CV .WADIMOR GRESIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DAN EOQ (STUDI KASUS DI CV .WADIMOR GRESIK)."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS DI C V .WADIMOR GRESIK )

SKRIPSI

Oleh :

DEDDY HARIADI

NPM. 0732010069

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ”

J AWA TIMUR

(2)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DAN EOQ

(STUDI KASUS DI CV .WADIMOR GRESIK)

Disusun oleh :

DEDDY HARIADI

NPM : 0732010069

Telah Diper tahankan Dihadapkan

Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi

Pada Tanggal 13 Apr il 2012

Tim Penguji

1.

Ir. Didi Samanhudi,MMT NIP. 19580625 198503 1 001

2.

Ir. Erlina .Purnawaty,MT NIP. 19580828 198903 2 001

3.

Ir. Handoyo, MT

NIP. 19570209 198503 1 001

Pembimbing I

Ir. Handoyo, MT NIP. 19570209 198503 1 001

Pembimbing II

Ir. Tri Susilo,MM NIP. 1948 0828 1984 03 1 001

Mengatahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DAN EOQ

(STUDI KASUS DI CV .WADIMOR GRESIK)

OLEH :

DEDDY HARIADI

NPM : 0732010069

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang V Tahun Ajar an 2011-2012

Sur abaya, 13 Apr il 2012

Mengetahui Dosen Pembimbing I

Ir . Handoyo . MT NIP. 19570209 1988503 1 003

Mengetahui Dosen Pembimbing II

Ir . Tr i Susilo. MM NIP. 1948 0828 1984 03 1 001

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industr i UPN “Veter an” J awa Timur

(4)

DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DAN EOQ

(STUDI KASUS DI CV .WADIMOR GRESIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Tek nik Industr i

Oleh :

DEDDY HARIADI

NPM : 0732010069

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(5)

Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang dengan segala berkat dan rahmat-Nya telah menuntun, membimbing serta mengajari sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Sutiono, MT. Selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ir. Handoyo, MT., selaku Dosen Pembimbing 1 5. Ir. Tri Susilo. MM ., selaku Dosen Pembimbing 2

6. Ir.Endang PW, MMT dan Ir.Rusindiyanto,MT selaku Dosen Penguji Seminar I.

(6)

semuanya yang sudah membantu pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir ini.

9. Kedua orang tuaku dan kakak,mbakq yang tak pernah lelah dan ikhlas mendoakan agar pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses demi keberhasilanku dimasa yang akan datang.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang telah membantu baik secara moril maupun materil. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Surabaya,28 juni 2012

Penulis

(7)

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL...………..… x

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

ABSTRAKSI………... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………. .1

1.2Perumusan Masalah………...3

1.3Batasan Masalah………...3

1.4Asumsi………..….3

1.5 Tujuan Penelitian………...4

1.6 Manfaat Penelitian……….... 4

1.7 Sistematika Penulisan. ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan………... 6

2.1.1 Pengertian Pengendalian………... 6

2.1.2 Pengertian Persediaan…..………... 7

2.1.3 Jenis – Jenis Persediaan...10

2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan……….………….…...13

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan…………...………. 14

2.3.1 Perkiraan Pemakaian Bahan Baku………...…. 15

2.3.2 Harga Bahan Baku……….…... 15

2.3.3 Biaya – Biaya Persediaan ………...15

2.3.4 Kebijaksanaan Pembelanjaan...16

2.3.5 Pemakaian Bahan Baku………..……...16

2.3.6 Waktu Tunggu………....16

(8)

2.4.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)………..………...18

2.4.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost)……….……..…..19

2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)………...20

2.4.4 Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost)………...…..22

2.5 Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan perencanaan dan Pengendalian Produksi...23

2.6 Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Effisiensi Penggunaan Modal Perusahaan...24

2.7 Model Pengendalian Persediaan...25

2.7.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik Statis...25

2.7.1.1 Model Statis EOQ Sederhana... 26

2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break... 26

2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order... 27

2.7.2 Model Pengendalian Persediaan Determininistik Dinamis...28

2.7.2.1. Model EOQ... 28

2.7.2.2. Algoritma Wagner-Within... 31

2.7.2.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik... 34

2.7.2.4 Model Heuristik Silver Meal...34

2.7.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Stasion...37

2.7.4. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Non Stasioner...38

2.8. Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku….………...38

2.8.1.Pengertian Peramalan………...38

2.8.2.Analisa Pola Data Deret Berkala (Times Series ). Jenis Pola Untuk deret Berkala………...40

(9)

2.8.3.3. Regresi Linier………..49

2.8.4. Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan……….50

2.9.5.Pemeriksaan Pengendalian Peramalan Dan Peta Moving Range……. .53

2.9.6 Penelitian Terdahulu...56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……….…. 60

3.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel………...60

3.2.1 Identifikasi Variabel ………...60

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ………...61

3.3 Metode Pengumpulan Data. ………...62

3.4 Pengolahan Data………..63

3.5 Metode Analisa………. .68

3.6 Langkah-langkah Pemecahan Masalah. ……… 69

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data………..78

4.1.1. Data Harga Pembelian Bahan Baku………...78

4.1.1.1 Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku………78

4.1.2. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku………..79

4.1.3. Data Biaya Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2010 perusahaan…….…..80

4.2. Pengolahan Data………....82

4.2.1. Menghitung Total Biaya Persediaan Sesuai dengan Kebijaksanaan...82

4.2.1.1. Total Biaya Riil Perusahaan………..87

(10)

Metode Heuristik Silver Meal ………...95

4.3. Pengolahan Data dengan Metode EOQ Multi Item………...98

4.3.1. Minor Ordering Cost (ci)………...98

4.3.2. Mayor Ordering cost (Ci)………...98

4.3.3. Menghitung Biaya Penyimpanan Rata-Rata / roll th………...99

4.3.4. Menghitung Biaya Pemesanan (EOQ) Optimal Untuk Ukuran Lot Terpadu Dalam Nilai (Rp)...100

4.3.5.Menghitung Total Biaya Pemesanan (Total Oredering Cost)...101

4.3.6.Menghitung Total Biaya Penyimpanan (Total Holding Cost)..101

4.3.7. Menghitung Jumlah Pemesanan (EOQ) Untuk Masing – Masing Item Dalam Unit...102

4.3.8. Menentukan Frekuensi Pemesanan dalam bulan September 2010 sampai dengan Agustus 2011...102

4.3.9. Menentukan Jarak Antar Pemesanan Optimal………...103

4.3.10. Menentukan Total Biaya Setelah dilakukan EOQ multi item untuk Bulan September 2010 sampai Agustus 2011...103

4.4 Pengelolahan data Untuk Bulan September 2011 – Agustus 2012..……...104

4.4.1.Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Kopiah………....104

4.4.1.1. Data Kebutuhan Bahan Baku Bulan September 2011 – Agustus 2012………...104

4.4.1.2. Diagram Pencar………...105

(11)

4.4.1.6. Hasil Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2011…...108

4.4.1.6.1 Pengelolahan Data Hasil Peramalan Bulan September 2011 – Agustus 2012 Metode Heuristik Silver Meal...110

4.4.1.6.2 Menghitung Rata- Rata Persediaan...111

4.4.2 .Pengolahan data Hasil Peramalan tahun 2011 dengan Menggunakan Metode EOQ Multi Item………...129

4.4.2.1 Minor Ordering Cost (ci)………...130

4.4.2.2 Mayor Ordering Cost(C1)………...130

4.4.2.3 Menghitung Biaya Penyimpanan...130

4.4.2.4 Menghitung EOQ dalam Nilai...132

4.4.2.5 Menghitung Total Biaya Pemesanan...132

4.4.2.6 Menghitung Total Biaya Penyimpanan………...133

4.4.2.7 Menentukan Jumlah Pemesanan………...134

4.4.2.8 Menentukan Frekuensi Pemesanan………...134

4.4.2.9 Menentukan Jarak Antar Pemesanan Optimal…………...134

4.4.2.10 Menentukan Total Biaya ………...134

4.5. Hasil dan Pembahasan ………....135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 138

(12)
(13)

Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting, pengaturan di segala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan, yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi dan biaya persediaan bahan baku seminimal mungkin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pengendalian persediaan bahan baku Kopiah di CV. Wadimor Gresik secara optimal sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan. Data – data yang ada pada perusahaan mempunyai karakteristik tingkat permintaan yang bervariasi, sehingga data – data tersebut diolah dengan model pengendalian persediaan deterministik dinamis, yaitu dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal dan EOQ Multi Item. Selanjutnya hasil pengolahan data

dari metode tersebut dibandingkan dengan metode perusahaan.

Hasil analisis menunjukkan total biaya pengendalian persediaan bahan baku riil yang dikeluarkan perusahaan selama bulan September 2010 sampai Agustus 2011 adalah sebesar Rp. 458.395.000,00. Dengan menggunakan Heuristic Silver Meal sebesar Rp. 449.250.000,00. dengan efisiensi 2 % sedangkan apabila menggunakan metode EOQ Multi Item total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 446.946.056,00 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp. 11.448,944,00 dengan efisiensi 2,5 %. Dimana metode EOQ Multi Item menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan metode riil perusahaan dan metode Heuristic Silver Meal. Sedangkan pengendalian bahan baku peramalan untuk bulan September

2011 sampai Agustus 2012 dengan metode EOQ Multi Item didapatkan Total Cost sebesar Rp. 474.640.634 ,00.

(14)

In a manufacturing industry is very important management role, the setting is absolutely necessary in every field. By doing the calculations, a careful and accompanied efficiency is expected to lower production costs and raw material inventory costs to a minimum.

The purpose of this study was to determine the level of inventory control of raw materials in CV skullcap. Gresik Wadimor optimally so as to minimize inventory costs. Data - data that existed at the company have the characteristics that vary the level of demand, so the data - the data was processed with a deterministic dynamic model of inventory control, namely by using the method Silver Meal Heuristic and Multi-Item EOQ. The results of data processing methods are compared with the methods of the company.

The analysis showed the total cost of raw material inventory control real company issued during September 2010 to August 2011 was Rp. 458,395,000.00. By using the Silver Meal Heuristic Rp. 449,250,000.00. with efficiency of 2 % whereas when using the EOQ method Multi Item total cost of Rp. 446,946,056.00 so we get a savings of Rp. 11.448,944,00 with 2.5% efficiency. Where Multi-Item EOQ method produces a lower total cost when compared with the real company's methods and Silver Meal heuristic methods. While the control of raw material forecast for September 2011 to August 2012 with Multi Item EOQ method obtained the Total Cost of Rp. 474 640 634, 00.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belaka ng

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi. Sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan. Untuk mendapatkan bahan baku yang cukup sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan adanya perencanaan persediaan bahan baku tersebut. Perencanaan bahan baku ini bertujuan agar bahan baku tidak mengalami kekurangan pada saat proses produksi berjalan serta tidak mengalami penumpukan di gudang.

Agar tetap dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang begitu ketat, perusahaan perlu melakukan penekanan biaya persediaan serta penghematan biaya untuk pembelian bahan baku. CV.Wadimor Gresik merupakan badan usaha yang bergerak dalam industri kopiah nasional, mempunyai wilayah pemasaran dalam dan luar negeri. Saat ini kebijakan proses persediaan bahan baku yang . dalam produksinya perusahaan menerapkan system produksi kopiah secara terus menerus (continue) untuk memenuhi permintaan konsumen .

(16)

Perusahaan dalam melakukan persediaan bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan persediaan bahan baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena kebijakan penataan persediaan yang kurang tepat. Untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi, maka perusahaan harus melakukan pengendalian bahan baku sesuai perencanaan yang telah disusun.

(17)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus dilakukan oleh

perusahaan sehingga total biaya pengadaan bahan baku yang dapat

minimumkan”.

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai yang meliputi :

1. Persediaan bahan baku utama yang digunakan kopiah adalah bludru, kain saten, kain bos dan bahan penunjang (plastik) yang digunakan di CV.Wadimor Gresik

2. Jenis bahan baku dalam penelitian ini dikendalikan untuk kopiah polos.

3. Data yang digunakan yaitu pada bulan september 2010 sampai dengan bulan agustus 2011.

4. Peramalan permintaan pada bulan september 2011 sampai dengan agustus 2012.

1.4 Asumsi - Asumsi

Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(18)

2. Bahan baku selalu tersedia setiap saat selama dibutuhkan (mudah didapat). 3. Lead time masing – masing supplier sama.

4. Mesin dalam kondisi normal.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pemesanan bahan baku yang optimal dan total biaya persediaan bahan baku yang minimum.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan serta pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan tentang manajemen persediaan barang.

b. Bagi Universitas

Sebagai masukan untuk perpustakaan institusi yang berguna sekali bagi pihak – pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang masalah pengendalian persediaan di masa yang akan datang.

c. Bagi Penulis

(19)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang digunakan adalah : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, asumsi – asumsi, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan penelitian dan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang mengacu pada beberapa literatur yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang urutan langkah – langkah yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang diteliti dalam bentuk diagram alir (flowchart).

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang cara-cara pengumpulan data–data yang berkaitan dengan penelitian, pengolah an data beserta hasil perhitungan sehingga didapatkan suatu hasil kombinasi dengan jumlah yang tepat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisa data serta terdapat saran – saran yang dapat mendukung dari aktivitas perusahaan.

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penger tian Pengendalian Per sediaan.

Pengendalian persediaan penting bagi setiap perusahaan, baik perusahaan manufacturing maupun non manufacturing. Perusahaan akan mendapat keuntungan dengan cepatnya pemindahan barang dagangan menjadi uang tunai kembali. Pengertian pengendalian persediaan dapat dibagi dua, yaitu pengendalian dan persediaan.

Sebelum membahas mengenai pengendaliaan persediaan maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertiaan pengendaliaan persediaan secara terpisah, karena pada dasarnya pengertiaan pengendaliaan persediaan akan terbagi menjadi dua, yaitu pengendaliaan dan persediaan. Pengertian tersebut akan diuraikan dalam pokok bahasan berikut :

2.1.1 Penger tian Pengendalian.

(21)

2.1.2 Penger tian Persediaan.

Pengertian dari persediaan adalah sebagai suatu aktivas yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu preiode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produk-produk ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Sedangkan pengertian persediaan menurut Eddy Herjanto (2004 : 219) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.

Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen, material atau produk jadi yang tersedia ditangan, menunggu untuk digunakan atau dijual (Groebner, Introduction to Managemen Science, 2003)

Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 2002).

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

(22)

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya,yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan - bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga harus dikembalikan

3. Untuk mengantisipai bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

Arman Hakim (2003 : 103) Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari 3 bentuk sebagai berikut :

a. Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi menjadi produk jadi.

b. Barang Setengah Jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi.

(23)

d.

Gambar 2.1 Pr oses Tr ansfor masi Pr oduksi ( Arman Hakim, 2004 ) Teguh Baroto (2005 : 53) mengutarakan penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidak pastiaan

Ketidakpastiaan terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (Lead Time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.

3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan besar dari kenaikkan harga di masa mendatang.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan baik itu bahan baku, barang setengah jadi, maupun barang jadi yang berfungsi untuk menjamin pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen maupun kebutuhan

Bahan Baku

Barang Jadi PROSES

(24)

produksi sehingga persediaan yang dikelolah oleh suatu perusahaan dapat mencapai mekanisme suatu kondisi yang optimal.

2.1.3. J enis-J enis Per sediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara :

a. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas : (Sofjan Assauri, 2003 : 221)

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan - bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah yang besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

2. Fluctuation Stock

(25)

persedian ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock

Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinanan sukarnya diperoleh bahan-bahan, sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi. b. Menurut Teguh Baroto (2002 : 52) persediaan dapat dikelompokkan dalam

lima kategori yaitu sebgai berikut : 1. Bahan mentah (raw materials)

Yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah kiat atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.

2. Komponen

Yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian - bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Barang setengah jadi (work in process)

(26)

4. Barang jadi (finished good)

Adalah barang - barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material)

Adalah barang - barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan baker, pelumas, listrik, dan lain-lain.

Menurut Sofjan Assauri (2003 : 229) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan–kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. Sebenarnya kegiatan pengendalian persediaan tidak terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan bahan–bahan /barang–barang yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah–rendahnya. Jadi kegiatan pengendalian persediaan meliputi perencanaan persediaan, scheduling untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan dan lainnya.

(27)

mempertahankan suatu sistem yang telah dikelola baik itu mengenai kebijakan bahan dasar, bahan pembantu maupun proses produksi bahkan memberikan koreksi agar senantiasa dengan apa yang direncanakan oleh perusahaan.

2.2. Tujuan Pengendalian Per sediaan

Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu , adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Assauri (2003: 230) Menyatakan tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh persediaan tidak terlalu besar atau berlebih–lebihan, sehingga biaya–biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil–kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

b. Freddy Rangkuti (2003 : 9) menyatakan tujuan tujuan pengendalian persediaan sebagai berikut :

1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan. 2. Supaya pembentukan persediaan stabil.

(28)

Dari pendapat–pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas dari bahan-bahan atau barang-barang agar bahan atau barang tersebut tersedia pada waktu yang dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin.

2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Per sediaa n

Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku terdapat faktor yang memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut menurut Zulian Yamit (2003) sebagai berikut :

Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).

Faktor ketidakpastian waktu datang dari suplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.

Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian peramalan maupun akibat lainnya tersebut.

(29)

menentukan jumlah yang paling ekonomis. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.

2.3.1 Per k ir aan Pemaka ian Bahan Bak u.

Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka sebaiknya manajemen berusaha untuk dapat mengedakan penyusunan perkiraan bahan baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dengan mendasarkan diri pada perencanaan produksi maupun jadwal produksi yang telah disusun.

2.3.2 Har ga Bahan Baku.

Harga bahan baku merupakan salah satu penentuan terhadap persediaan yang akan dipergunakan dalam produksi oleh perusahaan. Karena harga bahan baku akan mempengaruhi seberapa besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

2.3.3 Biaya – Biaya Per sediaan

(30)

2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan

Kebijakan pembelanjaan dalam suatu perusahaan akan dapat mempengaruhi seluruh kebijakan pembelian perusahaan. Demikian pula sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan. Apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas utama, kedua atau bahkan terakhir. Disamping hal tersebut tentunya kemampuan finansial di perusahaan yang bersangkutan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiaya seluruh kebutuhan perusahaan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku dalam perusahaan.

2.3.4 Pemakaian Bahan Baku.

Pemakaian bahan baku oleh perusahaan pada periode-periode yang lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan didalam menyusun atau merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.

2.3.5 Waktu Tunggu.

(31)

2.3.6 Model Pembelian

Model yang akan digunakan oleh perusahaan tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku yang bersangkutan dapat juga terjadi didalam perusahaan model pembelian yang berbeda untuk beberapa jenis bahan baku. Karakteristik dari masing-masing bahan baku akan dijadikan dasar model pembelian bahan baku yang sesuai dengan masing-masing bahan baku tersebut. Sampai saat ini model pembelian bahan baku yang digunakan adalah model pembelian dengan kuantitas yang optimal.

2.3.7 Per sediaan Pengaman (Safety Stock)

Pada umumnya untuk mengulangi adanya kehabisan persediaan bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini dipergunakan apabila terjadi kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan baku walaupun bahan baku yang dibeli/dipesan datangnya terlambat. Persediaan ini dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam satu periode yang telah ditentukan sebelumnya.

2.3.8 Pemesana n Kembali.

(32)

pembelian kembali terhadap bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut.

Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan akan mempertimbankan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam pembelian bahan baku, sehingga bahan baku itu datang tepat pada waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan kedatangan bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada gilirannya akan mengakibatkan timbulnya biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan bahan baku terlalu awal, maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku. Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan, justru akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila hal ini terus berlangsung.

2.4 Komponen Biaya Yang Ter libat Dalam Persediaan.

Tanpa memperhatikan bagaimana sifat kebutuhan, waktu tenggang dan lain-lain, umumnya terdapt empat katagori biaya persediaan yang sangat menentukan jawab optimal dari masalah persediaan. Katagori biaya tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Biaya Pembelian (Pur chasing Cost)

(33)

Sedangkan menurut Siagian (2005), biaya pembelian adalah harga pembelian atau produksi yang memperhatikan dua jenis biaya yaitu :

a. Kalau harga pembelian adalah tetap maka ongkos per satuan, harga adalah juga tetap tanpa melihat jumlah yang dibeli.

b. Kalau diskon tersedia maka harga per satuan adalah variabel tergantung pada jumlah pembelian.

2.4.2 Biaya Pemesanan (Or der ing Cost)

Biaya pemesanan ini dimaksudkan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang-barang/bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi di gudang atau daerah pengolahan (Assuari, 2001).

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan )ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memeproduksi sendiri (Arman Hakim, 2003).

a. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

(34)

yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.

Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan.

2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan (Zulian Yamit, 2003). Biaya penyimpanan meliputi :

a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal).

Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karene itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

b. Biaya gudang.

(35)

c. Biaya kerusakan dan penyusutan.

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.

d. Biaya kadaluwarsa.

Barang yang disismpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

e. Biaya asuransi.

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

f. Biaya administrasi dan pemindahan.

Biaya ini dikeluarkan unyik mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

(36)

2.4.4 Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost)

Yang dimaksud dengan biaya ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan meminta atau memesan suatau barang sedangkan barang atau bahan yang tersedia tidak tersedia. Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan (order) tersebut (Assuari, 2003).

Biaya kekurangan dari luar perusahaan dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas (Zulian Hamit, 2003). Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :

a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya pinelti (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuaan misalnya : Rp/unit.

b. Waktu pemenuhan.

(37)

c. Biaya pengadaan darurat.

Supaya konsumen tidak kecewa dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menenttukan biaya kekurangan persediaan.

Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel, sedangkan biaya yang bersifat tetap seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan.

2.5 Hubungan Pengendalian Per sediaan Dengan per encanaan dan Pengendalian Pr oduksi.

Pengertian dari produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan maka dibutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi berupa tanah, modal, tenaga dan skill (Assuari, 2001).

(38)

Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa perencanaan dan pengendalian produksi merupakan usaha-usaha manajemen untuk menetapkan dasar dari bahan proses produksi yang dibutuhkan pada waktunya dengan biaya yang seminim mungkin. Jadi dalam mengadakan proses produksi harus telah direncanakan terlebih dahulu dan selanjutnya untuk merealisir rencana tersebut, haruslah diadakan pengendalian yang baik, sebab tanpa pengendalian yang baik maka kemungkinan besar rencana yang telah ditetapkan tidak akan terrealisir dengan sempurna.

Agar proses produksi dapat berjalan lancar, maka setiap saat barang tersebut harus tersedia dan diusahakan sedapat mungkin modal yang tertanam dalam persediaan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga tujuan pengendalian dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan ekonomis dapat tercapai.

2.6 Hubungan Pengendalian Per sediaan Dengan Effisiensi Penggunaan Modal Per usahaan.

(39)

Apabila hal-hal tersebut sudah dilakukan maka akan diperoleh keuntungan besar sekali (Assuari, 2003).

2.7 Model Pengendalian Per sediaan.

Ditinjau dari permintaan bahan baku, maka dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu sifat kebutuhan bahan baku itu secara pasti atau bersifat probabilistik (Hamdi Taha, 2001). Dibawah ini digambarkan klasifikasi permintaan ditinjau dari sifat permintaannya.

Gambar 2.2 Klasifikasi Per mintaan(Hamdi Taha, 2001).

2.7.1. Model Pengendalian Per sediaan Deter ministik Statis

Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan (Masril, 2005 : 54). Dikatakan Model pengendalian persediaan deterministik statis yaitu apabila tingkat konsumsi diketahui dan tetap konstan sepanjang waktu. (Taha, 2001 : 507).

Permintaan

Deterministik

Dinamis

Probabilistik

(40)

2.7.1.1. Model Statis EOQ Seder hana

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana : ( Arman Hakim, 2003 : 110 )

Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost

EOQ = h Dk 2

Parameter–parameter yang dipakai dalam model ini adalah :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan

2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break

Variasi model EOQ terjadi bila terdapat potongan harga pembelian (quantity discount atau price break). Potongan harga pembelian ini sering ditawarkan pemasok (supplier) untuk menarik minat pembeli agar mau membeli dalam jumlah besar. Keuntungan bagi pembeli bila mau membeli dalam jumlah besar adalah turunnya harga beli peer-unit, biaya perpindahan dan pengiriman yang lebih rendah dan penurunan biaya pemesanan kemungkinan kekurangan persediaan sangat kecil.

(41)

Dalam menyelesaikan model EOQ dengan potongan harga ini diperlukan data holding cost per-unit persediaan sebagai fungsi dari persentase harga satuan barang [P(Q)] bisa dinyatakan :

h = f{P(Q)}

Hal lain yang diperlukan adalah meminimasi TC persediaan dan bukan meminimasi TIC persediaan karena biaya pembelian (purchasing cost = P) dipengaruhi oleh jumlah pemesanan Q, sehingga bisa dinyatakan :

D Q P Q D k Q Q P f

TC ( )

2 )} (

{ + +

=

2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order

Bila kekurangan persediaan atau keterlambatan pemenuhan kebutuhan (shortage) diizinkan dengan biaya pengadaan/keterlambatan tertentu (biaya shortage/biaya back order), maka model EOQ sederhana dapat dimodifikasi :

( Teguh Baroto, 2006 : 69 )

h h b h Dk

EOQ= 2 +

Dimana :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

(42)

2.7.2. Model Pengendalian Per sediaan Deter ministik Dinamis

Model pengendalian persediaan dikatakan deterministik dinamis yaitu apabila tingkat permintaan diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya bervariasi dari periode ke periode berikutnya. (Taha, 2001 : 507).

2.7.2.1. Model EOQ

Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam upaya mengendalikan persediaan. Model EOQ ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan sehingga dapat meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.

Model EOQ (Economic Order Quantity) tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :

a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan. b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).

c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia atau tingkat produksi barang yang dipesan berlimpah.

d. Waktu ancang – ancang (lead time) bersifat konstan.

e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pegiriman dan langsung dapat digunakan.

f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan. g. Tidak ada quantity discount.

(43)

Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost

Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan

Secara grafis model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Ga mbar 2.3 Model Per sediaan EOQ ( Arman Hakim, 2003 )

Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau minggu, bulan, dsb) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga

dapat ditulis t = D Q .

Sedangkan frekuensi pemesanan = Q D

Ordering cost per-periode = k Q D

   

Tingkat persediaan

Waktu

Rata-rata persediaan = Q/2 Titik saat pesanan

diterima (order point) Q

(44)

Holding cost per-periode =       2 Q h

Purchasing cost per-periode = D.c

Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya diatas :

Biaya Total Persedian (TC) = k h Q Dc Q

D

. 2+

    +    

Biaya Total Persedian Incremental (TIC) =

     +     2 Q h k Q D

atau TIC = 2Dkh

Gambar 2.4 Total Biaya Per sediaan ( Arman Hakim, 2003 )

Biaya total relevan (TC) merupakan penjumlahan 2 komponen biaya ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi (jarak) kurva TC pada titik Q

merupakan hasil penjumlahan tinggi kedua kurva komponen biaya tersebut. Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil

Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan yang dikeluarkan demikian juga sebaliknya.

Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini

(45)

dimana tingkat persediaan rata–rata semakin membesar secara proposional dengan gradient yang sama.

2.7.2.2. Algor itma Wagner – Within

Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program dinamis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi pemesanan optimum untuk seluruh jadwal kebutuhan bersih dengan jalan meminimasi total ongkos pengadaan dan ongkos simpan. Pada dasarnya teknik ini mengkaji semua cara pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang ada pada horizon perencanaan, teknik ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a. Prosedur yang digunakan terlalu rumit sehingga sulit dimengerti oleh para

praktisi.

b. Teknik ini membutuhkan banyak waktu dan usaha dalam melakukan perhitungan.

c. Teknik ini mengasumsikan bahwa kebutuhan diluar horizon perencanaan sama dengan nol.

Karena beberapa kelemahan tersebut, teknik ini jarang digunakan untuk menentukan ukuran lot pada perencanaan material.

(46)

Tabel 2.1 Komulatif Demand

e = 1 2 3 4

C = 1 2 3 4

Q11 Q12

Q22

Q13 Q23 Q33

Q14 Q24 Q34 Q44 ( Sumber : Tersine, 2001 )

Ket :

Q11 = D Q22 = D2 Q12 = Q11 + D2 Q23 = Q22 + D2 Q13 = Q12 + D3

Dan seterusnya sampai akhir periode sehingga didapat total persediaan. 2. Menghitung total cost (Zce) dari setiap periode pemesanan yang mungkin

terjadi dengan aturan :

Zce = c + p.h

=

e

c t

Qci

Qce )

(

Dimana : Zce = biaya total variabel dari periode c (1≤ c ≤ e ≤ N) c = biaya pesan periode

p = harga beli per unit

(47)

Kemudian ditabelkan seperti dibawah ini : Tabel 2.2 Alter natif Biaya Pesan

e = 1 2 3 4

C = 1 2 3 4

Z11 Z12

Z22

Z13 Z23 Z33

Z14 Z24 Z34 Z44 ( Sumber : Tersine, 2001 )

3. Mencari biaya minimum (F) dengan aturan : Fe = Min (Zce + Fe-1)

Dimana Fe dimulai dari 0 sampai seterusnya F1, F2, F3, ….. , Fn. Kemudian ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Biaya Minimum

e = 1 2 3 4

1 2 3 4

Z11 + Fo Z12 + Fo Z22 + F1

Z13 + Fo Z23 + F1 Z33 + F2

Z14 + Fo Z24 + F1 Z34 + F2 Z44 + F3 ( Sumber : Tersine, 2001 )

Ket :

F1 = Min (Z11 + F0)

F1 = Min (Z13 + F0, Z22 + F1)

F1 = Min (Z13 + F0, Z23 + F1, Z33 + F2)

(48)

2.7.2.3 Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilistik.

Model pengendalian persediaan probabilistik adalah suatu model pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat diketahui dengan pasti atau bervariasi.

Dalam model pengendalian persediaan probabilistik, parameter yang dominan adalah permintaan dan lead time, sehingga disimpulkan model dikatakan probabilistik bila salah satu dari permintaan atau waktu tunggu atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti dimana perilakunya harus diuraikan dengan distribusi probabilistik. Adapun distribusi probabilistik yang mungkin terjadi adalah :

1. Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian konstan tetapi lead time berubah-ubah.

2. Lead time konstan tetapi permintaan atau pemakaian berubah-ubah.

3. Baik lead time maupun permintaan bervariasi.

2.7.2.4 Model Heuristik Silver Meal

(49)

Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode pertama, dimana

pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol (Arman Hakim,2003).

Tersine (2005) memberikan langkah-langkah penerapan dari heuristik silver meal sebagai berikut :

1. Menghitung total relevan cost (TRC)

T T periode akhir pada simpan biaya Total C T T

TRC( ) + _ _ _ _ _ _

=

(

)

= − + = T t Rk K ph C T T TRC 1 1 ) (

Dimana : C = biaya simpan

H = friksi biaya simpan P = biaya pengadaan Ph = biaya simpan

TRC (T) = total relevan cost tiap T periode T = waktu pengadaan

Rk = permintaan rata-rata dalam periode Kj

(50)

Rata-rata = (biaya pesan) + (biaya simpan total pada akhir periode t) biaya persediaan t

atau

{

( )

(

)

( )

( )

}

t

h D t D

D D

k TU

AC + 1−1 1+ 2−1 2+ 3−1 3+...+ −1 t

=

dimana : = TU

AC

Rata-rata biaya persediaan persatuaan waktu

AC = Biaya Rata-rata (Average Cost) TU = Satuan Unit (Time Unit) K = Biaya perpesan

Dt = Permintaan selama periode ke-t

h = Biaya simpan perunit perperiode, dimana pada periode pertama (t-1) tidak ada biaya simpan sehingga variabel D pada persamaan diatas dapat diabaikan.

Aturan penyelesaiaan adalah menghitung TU

AC

untuk periode pembeliaan

berurutan sampai TU

AC

terendah yang merupakan periode pembeliaan dan

jumlah bahan baku yang dibeli sebagai kebutuhan selama periode tersebut. Q1= D2 +D2 + D3 +……Dt

2. Membuat tabel pengadaan

Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Pengadaan

periode t Kebutuhan

TU

(51)

Bila

1 ) 1 (

+ +

T T TRC

> T

T TRC( )

maka pada periode T+1 tersebut harus dilakukan

pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta terjadi biaya pesan (c) kembali.

3. Membuat tabel pengendaliaan

Tabel 2.5 Pengendaliaan

Periode Kebutuhan Pembeliaan Simpan Total biaya

( Sumber : Tersine, 2001 )

4. Menghitung tingkat effisiensi biaya

Effisiensi = x100%

TC TC TC

A B A

Dimana : TCA = total cost kebijaksanaan pengendaliaan persediaan perusahaan

TCB = total cost perhitungan heuristik silver meal.

2.7.3. Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilistik Stasioner

Model pengendalian persediaan Probabilistik adalah suatu model pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat diketahui dengan pasti atau bervariasi (Pangestul, 2003 : 228).

(52)

permintaan tidak dihubungkan dan dimasukkan kedalam model pengendalian persediaan ( Arman Hakim, 2003 : 11)

2.7.4. Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilisik Non Stasioner

Model pengendalian persediaan probabilistik non stasioner merupakan model probabilistik yang fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah sepanjang waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan. Pada kebutuhan yang bersifat probabilitas ini, kebutuhan dimasa yang akan datang hanya diketahui berdasarkan pada distribusi kemungkinan data kebutuhan masa yang lalu ( Arman Hakim, 2003 : 11).

2.8 Per amalan Untuk Per encanaan Per sediaan Bahan Baku.

2.8.1 Penger tian Peramalan.

Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang (Biegel, 2002).

(53)

Dalam hubungannya dengan operasi produksi, peramalan harus menjadi bagian integral dari perencanaan dan pengambilan keputusan. Peramalan diperlukan sejalan dengan usaha organisasi untuk mengurangi ketergantungannya pada faktor lingkungan yang tidak pasti. Sehingga peramalan merupakan alat bantu yang sangat penting bagi suatu perusahaan yang efektif dan effisien. Karena perencanaan dan pengendalian operasi terjadi di beberapa tingkat, maka tidaklah mungkin bahwa satu jenis peramalan dapat meleyani semua kebutuhan. Kita mebutuhkan peramalan dari rentang waktu yang berbeda untuk berfungsi sebagai dasar rencana operasi yang dikembangkan untuk cakrawala waktu perencanaan yang berbeda-beda. Untuk masing-masing jangka waktu perencanaan yang ada, kriteria utama untuk pemilihan metode yang sesuai adalah kesesuaian antara waktu keputusan, cakrawala waktu perencanaan, akurasi peramalan, pola data yang diramalkan, biaya dan kemudahan pengoprasian (Buffa, 2003 dan Makridakis,2003).

Secara umum metode peramalan dibagi dalam dua katagori yaitu :

1. Metode Kualitatif.

(54)

2. Metode Kuantitatif.

Metode ini digunakan bila tersedia cukup informasi kuantitatif untuk meramalkan kondisi mendatang, dimana informasi masa lalu itu dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik dengan menggunakan pendekatan statistika dan matematika. Asumsi metode ini bahwa pola data masa lalu akan terus berlanjut dimasa datang. Yang termasuk metode kuantitatif adalah metode eksplorasi deret berkala (Time series) dan metode kausal (Explanatory/regresi).

2.8.2 Analisa Pola Data Der et Ber kala (Time Ser ies). J enis Pola Data Untuk Der et Ber kala.

Terdapat empat data deret berkala yaitu horizontal, musiman, siklus dan trend. Kelayakan metode akan tergantung pada komponen permintaan mana yang bekerja dalam situasi tertentu (Makridakis, 2003 dan Buffa, 2003).

1 Pola Trend

Pola trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya (garis putus–putus) yang disebut garis trend. Bila data berpola trend, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode regresi linier, eksponential smoothing atau double eksponential smoothing. Metode

(55)

Gambar 2.5 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Trend (Buffa, 2003 ) 2. Pola Musiman

Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pula musiman karena permintaan ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Contoh lain adalah permintaan baju hangat tentu sangat dipengaruhioleh musim ( semi, panas, gugur, dingin ). Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau moving average atau weight moving average.

(56)

Gambar 2.6 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Musiman (Buffa, 2003 ) 3. Pola Siklikal

Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun (umumnya). Pola siklikat bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Untuk menentukan data berpola siklis tidaklah mudah. Kaluau pola musiman rentang waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila pola data siklikal adalah metode moving average, weight moving average dan eksponential smoothing.

(57)

Gambar 2.7 Fluktuasi Per mintaan Berpola Siklis (Bufa,2003) 4. Pola Eratik/Random

Pola eratik (random) adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi permintaan bersifat acak atau tidak jelas. Tidak ada metode peramalan yang direkomendasikan untuk pola ini. Hanya saja, tingkat kemampuan seorang analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan mengenai pola data. Seorang analis, untuk data yang sama mungkin menyimpulkan berpola random dan analis lainnya menyimpulkan musiman. Keterampilan dan imajinasi analis peramal memang merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan peramalan. Bisa jadi, pola data peramalan yang random ini ternyata mengikuti pola tertentu yang bukan seperti ketiga pola lainnya, untuk ini diperlukan metode khusus (mungkin subjektif untuk melakukan peramalan).

(58)

Gambar 2.8 Fluktuasi Permintaan Ber pola Er atik/Random (Bufa,2003)

2.8.3 Metode Peramalan.

2.8.3.1 Metode Rata-rata ber ger ak.

Metode rata-rata bergerak ini melakukan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari nilai rata-ratanya dan lalu menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode barikutnya. Jumlah pengamatan aktual yang dimasukkan kedalam rata-rata ini ini ditetapkan oleh manajer dan tetap konstan. Istilah rata-rata bergerak dipergunakan, karena setiap kali obesvasi baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagai ramalan. Karakteristik kedua dari rata-rata bergerak adalah semakin besar jumlah observasi yang dimasukkan dalam perhitungan rata-rata bergerak, efek pelicinan semakin terlihat dalam ramalan (Makridakis, 2003).

Tujuan utama dari penggunaan teknik rata-rata bergerak ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan

(59)

N A A

A

MA= t + t−1+K + t−(N−1) (2.20)

Dimana : MA = Rata-rata bergerak

t

A = Permintaan aktual pada periode t

N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan rata-rata bergerak.

Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan rata-rata bergerak berikutnya selalu dihitung dengan mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka :

N A A MA

MAt = t1+ ttN (2.21)

Prehitungan tentang berapa nilai N yang tepat adalah hal yang penting dalam metode ini. Semakin besar nilai N, maka semakin halus perubahan nilai rata-rata bergerak dari periode ke periode. Kebalikannya, semakin kecil nilai N, maka hasil perhitungan akan lebih agresip dalam mengantisispasi perubahan data terbaru yang diperhitungkan. Kelemahan dari teknik rata-rata bergerak ini adalah sebagai berikut :

1. Peramalan selalu berdasarkan pada N data terakhir tanpa mempertimbangkan data-data sebelumnya.

(60)

3. Diperlukan biaya yang besar dalam penyimpanan dan pemrosesan datanya, karena bila N cukup besar, maka akan membutuhkan memori yang cukup besar dan proses komputasinya menjadi lama.

2.8.3.2 Metode Pemulusan Exponensial.

Terdapat dua batasan utama yang mendorong para peramal untuk menerapkan metode pelicinan/pemulusan eksponensial untuk menggantikan rata-rata bergerak. Pertama, untuk menghitung ramalan rata-rata-rata-rata bergerak, setidaknya nilai pengamatan sejumlah N harus disimpan. Kedua, metode rata-rata bergerak memberikan bobot yang setara untuk masing-masing pngamatan untuk N pengamatan terakhir dan tidak memberikan bobot apapun untuk semua periode sebelumnya (t-N).

Pada prinsipnya, pelicinan eksponensial beroperasi dengan cara yang sejalan dengan rata-rata bergerak dengan “melicinkan” pengamatan historis untuk mengurangi kerandoman. Tetapi prosedur matematika untuk melakukan pelicinan ini agak berbeda dengan yang dipergunakan dalam rata-rata bergerak (Makridakis, 2003). Model matematis exponensial ini dapat dikembangakan dari persamaan berikut (Arman Hakim, 2003) :

N A A F

Ft = t1 + ttN (2.22)

(61)

N F A F

Ft = t1 + tt (2.23)

atau 1 1 1 1

     − +      

= t t

t F

N A

N

F (2.24)

Dari persamaan (2.10) terlihat bahwa peramalan dengan teknik pemulusan eksponensial pada periode t. (Ft+1) akan didasarkan atas pembobotan data

permintaan aktual akhir (At) dengan bobot 1/N dan pembobotan ramalan yang paling akhir (Ft1) dengan bobot (1-1/N). Karena N bilangan positif, maka 1/N akan menjadi konstanta yang bernilai antara nol (N = ~) sampai dengan 1 (N = 1). Dengan mengganti 1/N dengan α, maka persamaan (2.24) akan menjadi :

(

1−

)

1

+

= t t

t A F

F α α (2.25)

Bila kita notasikan ft sebagai peramalan permintaan pada periode t sehingga

1

= t

t F

f maka persamaan (2.25) menjadi :

(

)

t

t

t A f

F =

α

+ 1−

α

(2.26)

Dari persamaan (2.12) diatas, terlihat bahwa teknik pemulusan eksponensial banyak mengurangi kelemahan teknik rata-rata bergerak dalam penyimpanan data karena hanya data permintaan aktual terakhir, ramalan terakhirdan suatu nilai konstanta α yang harus disimpan. Cara lain untuk menuliskan persamaan (2.25) adalah dengan susunan berikut:

(

1

)

1 −

− + −

= t t t

t F A F

F α (2.27)

(62)

t t

t F e

F = 1+

α

(2.28)

Dari persamaan (2.28) terlihat bahwa bila α mempunyai angka mendekati satu, maka ramalan yang baru akan menyesuaikan kesalahan dengan besar pada ramalan sebelumnya. Kebalikannya, bila α mendekati nol, maka ramalan yang baru akan menyesuaikan kesalahan dengan kecil.

Penentuan besarnya nilai α harus dipertimbangkan dengan baik. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah memilih nilai α berdasarkan nilai N yang dilibatkan dalam teknik pemulusan eksponensial. Metode ini hanya dapat diterapkan oleh perusahaan yang telah lama menggunakan teknik pemulusan eksponensial dengan N yang cukup memadai. Rata-rata usia data dengan teknik MA = N – ½, sedangkan rata-rata usia data dengan teknik Es = 1 – α/ α. Untuk menghitung nilai α dalam hubungannya dengan N adalah dengan membuat persamaan sebagai berikut :

α α − =

− 1

2 1 N

(2.29)

atau

1 2

+ =

N

α (2.30)

(63)

pelicinan eksponensial merupakan metode yang akurat, efektif dan dapat diandalkan untuk berbagai aplikasi peramalan ( Makridakis, 2003).

2.8.3.3 Regr esi Linier .

Peramalan yang didasarkan pada metode regresi menghasilkan fungsi peramalan yang dinamakan persamaan regresi. Persamaan regresi menggambarkan deret yang diramalkan dalam bentuk deret lain yang dianggap mempengaruhi atau menyebabkan penjualan naik atau turun. Dasar pemikirannya dapat bersifat umum ataupun spesifik (Buffa, 2003).

Dalam metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum dilakukan pengumpulan data dan analisisnya. Contoh yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah metode regresi linier sederhana dengan variabel pengruh tunggal, secara matematis model ini dinyatakan sebagai berikut (Arman Hakim,2003) :

ŷ = a + bx (2.31)

dimana :

ŷ = perkiraan permintaan

x = variabel bebas yang mempengaruhi y

a = nilai tetap y bila x = 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)

b = derajat kemiringan persamaan garis regresi

(64)

menunjukkan nilai ŷ yang diamati, sedangkan simbol menunjukkan titik pada garis yang diekspresikan pada persamaan ŷ = a + bx.

Nilai y yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak akan tepat jatuh pada garis perkiraan karena terdapatnya kesalahan acak pada data. Pada setiap titik pengamatan, kesalahan ditujukkan sebagai ŷi – yi, dan total varian atau kesalahan kuadrat untuk seluruh titik pengamatan tersebut adalah :

(

)

(

)

Υ − 2 =

+ − 2

i i i

i y a bx y (2.32)

Analisa regresi bertujuan meminimasi persamaan kesalahan diatas dengan memilih nilai a dan b yang sesuai. Kesalahan terkecil akan diperoleh dengan cara derivatif,

dimana hasil akhirnya adalah :

n x b n

Gambar

Tabel 2.1 Komulatif Demand
Tabel 2.2  Alternatif Biaya Pesan
Gambar  2.5 Fluktuasi Permintaan Berpola Trend (Buffa, 2003 )
Gambar  2.6   Fluktuasi Permintaan Berpola Musiman (Buffa, 2003 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

I analysis this lyric of song based on the George yule theory, there are twelve type of slang words formation, which of each part has its own definition, from twelve type of

Juga reaksi – reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek – objek

Sedangkan proses pelaksanaan model PBL oleh siswa adalah pada siklus I siswa dalam pembagian kelompok masih ada yang masih tidak mau bergabung dengan kelompoknya,

Simulasi pembebanan pada dudukan poros dilakukan dengan memberikan beban bantalan ( bearing load ) sebesar 245,25 N, karena dudukan poros yang digunakan berjumlah 4, dan beban

Hasil penelitian, adalah (a) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mpd) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat, dalam

Miakapaham wangun jeung unsur intrinsik dongéng téh bisa dipaké alat ku guru pikeun ngararancang bahan ajar, modél, métode,sarta téhnik pangajaran basa Sunda. Ngajembaran

Jenis penelitian ini adalah “field research” atau riset lapangan.Riset lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung

Sekitar 80% Mycobacterium tuberculosis menginfeksi paru, tetapi dapat juga menginfeksi organ tubuh lainnya seperti kelenjer getah bening, tulang belakang, kulit,