PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN
DI CV. GUNUNG MAS GRESIK
SKRIPSI
Oleh :
AHMAD AZMIL A’LAA NPM. 0732010149
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program
Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :
“PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI CV. GUNUNG MAS, GRESIK “.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang pencipta alam semesta Allah S.W.T
2. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Sutiono, MT. Selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Ir. H.M.T. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Enny Aryani ST, MT Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi
7. Pak Khamsin sebagai pembimbing lapangan sekaligus yang telah
“mempermudah jalan“ untuk menyelesaikan penelitian ini, dan semuanya
yang sudah membantu pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tuaku dan Embak Q yang tak pernah lelah dan ikhlas
mendoakan agar pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar
dan sukses demi keberhasilanku dimasa yang akan datang.
9. Semua pihak (Teman-Teman/Saudara) yang telah membantu secara moril
dan materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini
terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca. Terima Kasih.
Hormat saya,
DAFTAR ISI
Halaman COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Asumsi ... 3
1.5. Tujuan Penelitian ... 3
1.6. Manfaat Penelitian ... 3
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan ... 6
2.1.1. Pengertian Pengendalian... 6
2.1.2. Pengertian Persediaan… ………...7
2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan……….13
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan...14
2.3.1. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku……… 15
2.3.2. Harga Bahan Baku……….15
2.3.3. Biaya-Biaya Persediaan……….15
2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan……….16
2.3.5. Pemakaian Bahan Baku……….16
2.3.6. Waktu Tunggu...16
2.3.7. Model Pembelian Bahan...17
2.3.8. Persediaan Pengaman (Safety Stock)....17
2.3.9. Pembelian Kembali...18
2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan………18
2.4.1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)………..18
2.4.2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)………...19
2.4.3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)………..20
2.4.4. Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Cost)………...21
2.5. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan……….21
2.6. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Efesiensi Penggunaan……..23
2.7. Model Pengendalian Persediaan……….23
2.7.1. Model Pengendalian Persediaan Determininistik Statis………24
2.7.1.1. Model Statis EOQ Sederhana...24
2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break....25
2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order...26
2.7.2.1. Model EOQ...26
2.7.2.2. Algoritma Wagner-Within...29
2.7.2.3. Model Heuristik Silver Meal...32
2.7.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Stasioner…………...35
2.7.4. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Non Stasioner………36
2.8. Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku………...36
2.8.1. Pengertian Peramalan………...36
2.8.2. Pola Permintaan………...38
2.8.3. Metode Peramalan………41
2.8.3.1. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)………..41
2.8.3.2. Metode Peramalan Eksponential (Eksponential Smooting)…42 2.8.3.3. Regresi Linier………..46
2.8.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan………..47
2.8.5. Uji Verifikasi Peramalan………...49
2.8.6. Peta Moving Range………...50
2.9. Penelitian Terdahulu………. 52
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian...56
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel………...56
3.2.1. Identifikas Variabel………56
3.2.2. Definisi Operasional Variabel……….57
3.3. Metode Pengumpulan Data ... .58
3.5. Metode Analisa……….61
3.6. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………63
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengimpulan Data………..71
4.1.1. Data Utama Bahan Baku Utama Guano Perusahaan………71
4.1.2. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku……….73
4.1.3. Data Harga Pembelian Bahan Baku………..75
4.1.4. Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku………75
4.2. Pengolahan Data……….76
4.2.1. Menghitung Total Biaya Persediaan Sesuai dengan Kebijaksanaan...76
4.2.1.1. Total Biaya Riil Perusahaan………82
4.2.2. Metode Pengendalian Persediaan Usulan………82
4.2.2.1. Menghitung Total Biaya Persediaan Heuristik Silver Meal....82
4.2.2.2. Pengolahan Data dengan Metode EOQ Single Item……….101
4.2.2.3. Menghitung Tingkat Penghematan……….110
4.3. Pengendalian Persediaan Bulan Maret 2001-Februari 2012………112
4.3.1. Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pupuk………..112
4.3.1.1. Diagram Pencar………...112
4.3.1.2. Pendekatan Beberapa Metode Peramalan………...114
4.3.1.3. Menghitung MSE………114
4.3.1.4. Hasil Peramalan Kebutuhan Bahan Baku………...117
4.3.2. Pengolahan Data Peramalan……….118
4.3.2.2. Membuat Tabel Pengendalian………..130
4.4. Hasil dan Pembahasan……….138
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……….139
5.2. Saran………...139
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Proses Transformasi Produksi (Arman Hakim)…………..9
Gambar 2.2. Klasifikasi Permintaan………..24
Gambar 2.3. Model Persediaan EOQ………....28
Gambar 2.4. Total Biaya Persediaan...29
Gambar 2.5. Fluktuasi Permintaan Berpola Trend………..…..38
Gambar 2.6. Fluktuasi Permintaan Berpola Musiman………...39
Gambar 2.7. Fluktuasi Permintaan Berpola Siklis……….40
Gambar 2.8. Fluktuasi Permintaan Berpola Eratik/ Random……….41
Gambar 2.9. Kriteria of Kontrol……….52
Gambar 3.1. Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart)……….64
Gambar 4.1. Diagram Pencar Bahan Baku Guano………...112
Gambar 4.2. Diagram Pencar Bahan Baku Dolomite………..113
Gambar 4.3. Diagram Pencar Bahan Baku Phospate………...113
Gambar 4.4. Diagram Pencar Bahan Baku Belerang………...113
Gambar 4.5.Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku Guano……….115
Gambar 4.6. Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku Dolomite……115
Gambar 4.7. Peta Rentang Bergerak (MRC) Untuk Bahan Baku………....116
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Komulatif Demand………30
Tabel 2.2. Alternatif Biaya Pesan………31
Tabel 2.3. Biaya Minimum………..32
Tabel 2.4. Pengadaan...34
Tabel 2.5. Pengendalian………35
Tabel 4.1. Kebutuhan Bahan Baku………71
Tabel 4.2. Kebutuhan Bahan Baku Dolomite………72
Tabel 4.3. Kebutuhan Bahan Baku Phospate………72
Tabel 4.4. Kebutuhan Bahan Baku Belerang……….73
Tabel 4.5. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Pupuk Organik/ Pesan...74
Tabel 4.6. Data Harga Bahan Baku Pupuk Organik...75
Tabel 4.7. Total Biaya Bahan Guano Dari Perusahaan………..77
Tabel 4.8. Total Biaya Bahan Dolomite Dari Perusahaan……….79
Tabel 4.9. Total Biaya Bahan Phospate Dari Perusahaan……… 80
Tabel 4.10. Total Biaya Bahan Belerang Dari Perusahaan………81
Tabel 4.11. Total Biaya Riil Perusahaan………82
Tabel 4.12. Pembelian Guano Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...89
Tabel 4.13. Pembelian Dolomite Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...90
Tabel 4.14. Pembelian Phospate Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...91
Tabel 4.15. Pembelian Belerang Berdasarkan Metode Heuristik Silver Meal...92
Tabel 4.16. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano...94
Tabel 4.18. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate...98
Tabel 4.19. . Pengendalian Persediaan Bahan Baku Belerang...100
Tabel 4.20. Total Biaya Persediaan Metode Heuristik Silver Meal (TCB)...101
Tabel 4.21 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano Dengan EOQ...103
Tabel 4.22. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dolomite Dengan EOQ...105
Tabel 4.23. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate Dengan EOQ...107
Tabel 4.24. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beleang Dengan EOQ...109
Tabel 4.25. Total Biaya Persediaan Metode EOQ Single Item...110
Tabel 4.26.Total Biaya Persediaan EOQ dengan Heuristik Silver Meal...110
Tabel 4.27.Total Cost Persediaan Perusahaan dengan Heuristik Silver Meal...111
Tabel 4.28.Perbandingan MSE dari Metode Peramalan...114
Tabel 4.29.Hasil Peramalan Bahan Baku Guano...117
Tabel 4.30. Hasil Peramalan Bahan Baku Dolomite...117
Tabel 4.31. Hasil Peramalan Bahan Baku Phospate...118
Tabel 4.32. Hasil Peramalan Bahan Baku Belerang...118
Tabel 4.33.Pembelian Guano...126
Tabel 4.34. Pembelian Dolomite...127
Tabel 4.35. Pembelian Phospate...128
Tabel 4.36. Pembelian Belerang...129
Tabel 4.37.Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guano...131
Tabel 4.38. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dolomite...133
Tabel 4.39. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Phospate...135
Tabel 4.40. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Belerang...137
ABSTRAKSI
Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting, pengaturan disegala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi dan biaya persediaan bahan baku seminimal mungkin. Pengendalian persediaan bahan baku dilakukan tiap bulan sekali, untuk menghindari kekurangan persediaan atau kelebihan persediaan bahan baku. Jumlah persediaan yang terlalu sedikit juga berakibat hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan apabila permintaan nyata melebihi permintaan yang diperkirakan. Sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi yang sedang berlangsung.
CV. Gunung Mas Gresik adalah perusahaan yang memproduksi pupuk dengan bahan utumaya kotoran kelelawar. Perusahaan dalam melakukan persediaan bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan persediaan bahan baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena kebijakan penataan persediaan yang kurang tepat.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat menjamin kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam kuantitas dengan total biaya persediaan minimum.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa total biaya pengendalian persediaan riil yang dikeluarkan perusahaan selama bulan tahun 2010 (TCA) adalah Rp 1.958,564,000,- sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal (TCB) total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.797,984,000 sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp 160,580,000,- dengan efisiensi 8,2 %. Dimana metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan pengendalian persediaan bahan baku hasil peramalan untuk bulan Maret 2011sampai Februari.
ABSTRACT
In a manufacturing industry is very important management role, setting an absolute necessity in all fields. By performing a careful calculation and accompanied efficiency is expected to reduce the cost of production and raw material inventory costs to a minimum. Control of raw material inventory carried out once every month, to avoid shortages or excess inventory of raw material inventory. Total supply is too little may result in loss of opportunity to profit when the real demand is expected to exceed demand. So it does no interfere with the smooth production process that is underway.
CV. Gunung Mas Gresik is a company that produces fertilizer with bat droppings utumaya material. Companies in conducting inventories of raw materials by way of an order of raw materials in large quantities than the amount needed in the production, giving rise to cost savings. And sometimes also in short supply of raw materials in times of need, which results in poor production process. If this situation is left, then the company's capital should be invested in other areas will be absorbed in the procurement of raw material inventory alone. The company will incur a loss because the policy arrangement of supplies that are less precise.
Given these problems, the research done with Silver Meal Heuristic Method so as to make the planning of raw material inventory control so as to ensure optimal and smooth operation needs in quantity production company with a minimum total inventory cost. From the result showed that the total cost of the real inventory control issued by the company during the months of 2010 (TCA) is USD 1.958,564,000, - whereas when using Silver Meal Heuristic method (TCB), the total expenses incurred amounted to USD 1.797,984,000 to obtain savings of Rp 160,580,000, - with efficiency of 8.2%. Where is the Silver Meal Heuristic method produces a lower total cost compared with company policy. While the raw material inventory control forecasting results for March 2011sampai February 2012 .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi
berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi
kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi,
sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan kerugian
yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan
untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang
sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.
Agar tetap dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang begitu
ketat, perusahaan perlu melakukan penekanan biaya persediaan serta
penghematan biaya untuk pembelian bahan baku. Dalam upaya mencapai target
yang diharapkan, diperlukan adanya persediaan bahan baku yang optimal
sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi yang berlangsung.
Adanya penanganan yang tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan
untuk mengantisipasi keadaan apabila permintaan pasar tiba-tiba naik pada suatu
periode tertentu. Dengan demikian persediaan produk dapat dioptimalkan serta
biaya-biaya yang terkait didalamnya dapat ditekan se-efisien mungkin.
CV. Gunung Mas Gresik adalah perusahaan yang menggunakan pupuk
organic kelelawar yang dihasilkan dari kotoran dari semua jenis kelelawar,
Mengandung elemen mineral mikro dan makro yang lengkap yang dibutuhkan
kontinyu berdasarkan sistem batch. Perusahaan dalam melakukan persediaan
bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar
dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya
simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat
dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Apabila keadaan
seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang seharusnya dapat
diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan persediaan bahan
baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena kebijakan penataan
persediaan yang kurang tepat. Untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi,
maka perusahaan harus melakukan pengendalian bahan baku sesuai perencanaan
yang telah disusun.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan
Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat menjamin
kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam kuantitas dengan
total biaya persediaan minimum.Prinsip model Heuristik Silver Meal didasarkan
atas permintaan beberapa periode mendatang yang telah diramalkan
sebelumnya.Metode ini dengan EOQ tetapi dalam perhitunganya lebih didasarkan
pada variabel periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama
perencanaan bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal pwriode
sedangkan biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari
satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode
pertama,dimana pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapi
perusahaan saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus dilakukan oleh
perusahaan sehingga menghasilkan total biaya pengadaan bahan baku yang
minimum “.
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian
dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai
yang meliputi :
1. Persediaan bahan baku yang digunakan adalah persediaan bahan baku utama
dari pupuk organik.
2. Peramalan permintaan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan februari
2012.
3. Data yang digunakan yaitu Januari 2010 sampai dengan februari 2011.
1.4. Asumsi - Asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Harga bahan baku tidak ada perubahan selama penelitian.
2. Biaya simpan tidak ada perubahan selama penelitian.
3. Bahan baku selalu tersedia setiap saat selama dibutuhkan (mudah didapat).
4. Permintaan sama dengan kebutuhan.
6. Mesin dalam kondisi normal.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan total biaya persediaan bahan baku yang minimum
2. Untuk menentukan jumlah pemesanan bahan baku
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan serta pertimbangan bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan.
b. Bagi Universitas
Sebagai masukan untuk perpustakaan institusi yang berguna sekali bagi
pihak – pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang
masalah pengendalian persediaan di masa yang akan datang.
c. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman serta dapat
menerapkan metode yang digunakan yaitu metode heuristik silver meal dan
ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dimaksudkan agar penulis dapat lebih teratur dan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, batasan masalah, asumsi – asumsi, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan
penelitian dan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang
mengacu pada beberapa literatur yang digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang urutan langkah – langkah yang digunakan
untuk mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang
diteliti dalam bentuk diagram alir (flowchart).
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang cara - cara pengumpulan data – data yang
berkaitan dengan penelitian, pengolahan data beserta hasil perhitungan
sehingga didapatkan suatu hasil kombinasi dengan jumlah yang tepat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil analisa data serta terdapat saran – saran yang dapat mendukung
dari aktivitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PengertianPengendalianPersediaan
Pengendaliaan persediaan sangat penting bagi setiap perusahaan baik
perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar, perusahaan menengah ataupun
perusahaan kecil dan baik itu perusahaan penghasil produk maupun penghasil
jasa. Karena dengan adanya pengendaliaan persediaan yang terencana dengan
baik maka perusahaan akan mendapat keuntungan lebih besar.
Sebelum membahas mengenai pengendaliaan persediaan maka terlebih
dahulu akan diuraikan pengertiaan pengendaliaan persediaan secara terpisah,
karena pada dasarnya pengertiaan pengendaliaan persediaan akan terbagi menjadi
dua, yaitu pengendaliaan dan persediaan. Pengertian tersebut akan diuraikan
dalam pokok bahasan berikut :
2.1.1. Pengertian Pengendalian
Menurut Arman Hakim (2003 : 20) secara sederhana, pengendalian dapat
didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga upaya realisasi dari suatu
aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Komarudin (1979 : 106) pengendalian adalah suatu usaha untuk
mempertahankan suatu proses pengerjaan pada tingkat efisien yang tinggi. Titik
perhatian pengendalian adalah terhadap bahan dasar, bahan pembantu,
perlengkapan didalam proses produksi yang tampak maupun tidak tampak, serta
Menurut Sukanto (1973:186) mendefinisikan pengendalian adalah suatu
cara yang dilakukan untuk mengatur atau menata segala sesuatu agar sesuai
dengan yang direncanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu cara atau usaha
untuk mendapatkan segala sesuatu yang telah direncanakan sesuai harapan dengan
jalan memberikan perhatian terhadap bahan-bahan dasar, bahan pembantu serta
metode proses produksi dan faktor-faktor lain yang mendukung terhadap
pencapaian tujuan.
2.1.2. Pengertiaan Persediaan
Pengertian persediaan menurut Sofjan Assauri (1993 : 219) adalah suatu
aktiva yang meliputi barang–barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang
yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku
yang menunggu penggunannya dalam suatu proses produksi.
Sedangkan pengertian persediaan menurut Eddy Herjanto (1999 : 219)
adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi
tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual
kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen,
material atau produk jadi yang tersedia ditangan, menunggu untuk digunakan atau
Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process),
barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 1976).
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
Freddy Rangkuti (1995 : 2) dan Sofjan Assauri (1993 : 220) menjelaskan
alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan adalah :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya,yang
disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat
jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan
mentah sampai barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan - bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan berkualitas tidak baik
sehingga harus dikembalikan
3. Untuk mengantisipai bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi.
Arman Hakim (2003 : 103) Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri
dari 3 bentuk sebagai berikut :
a. Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi
menjadi produk jadi.
b. Barang Setengah Jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan
baku dengan produk setengah jadi.
c. Bahan Baku Jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang
siap dipasarkan kepada konsumen.
Gambar 2.1 Proses Transformasi Produksi ( Arman Hakim, 2003 )
Teguh Baroto (2002 : 53) mengutarakan penyebab timbulnya persediaan
adalah sebagai berikut :
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan
Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang
tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan
waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan
hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidak pastiaan
Ketidakpastiaan terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti
dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung
tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang Bahan
Baku
Barang Jadi PROSES
(Lead Time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan.
3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan besar dari kenaikkan harga di masa mendatang.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan baik itu bahan baku, barang
setengah jadi, maupun barang jadi yang berfungsi untuk menjamin pemenuhan
permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen maupun kebutuhan
produksi sehingga persediaan yang dikelolah oleh suatu perusahaan dapat
mencapai mekanisme suatu kondisi yang optimal.
2.1.3. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara :
a. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas : (Sofjan Assauri,
1993 : 221)
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan
- bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau
pembuatan yang dilakukan untuk jumlah yang besar, sedang penggunaan
atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena
pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang
2. Fluctuation Stock
Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,
apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan
atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih
dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persedian ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk
menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
3. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan
yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula
untuk menjaga kemungkinanan sukarnya diperoleh bahan-bahan, sehingga
tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
b. Menurut Teguh Baroto (2002 : 52) persediaan dapat dikelompokkan dalam
lima kategori yaitu sebgai berikut :
1. Bahan mentah (raw materials)
Yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah kiat atau
bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau
dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan
2. Komponen
Yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian - bagian (parts) yang
diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan
dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Barang setengah jadi (work in process)
Yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan
yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun
masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
4. Barang jadi (finished good)
Adalah barang - barang yang telah selesai diproses dan siap untuk
didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material)
Adalah barang - barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau
perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.
Termasuk bahan penolong adalah bahan baker, pelumas, listrik, dan
lain-lain.
Menurut Sofjan Assauri (1993 : 229) pengendalian persediaan merupakan
salah satu kegiatan dari urutan kegiatan–kegiatan yang bertautan erat satu sama
lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang
telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya.
Sebenarnya kegiatan pengendalian persediaan tidak terbatas pada penentuan atas
perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan
dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan bahan–bahan /barang–barang yang
yang serendah–rendahnya. Jadi kegiatan pengendalian persediaan meliputi
perencanaan persediaan, scheduling untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan
dan lainnya.
Setelah diketahui pengertian tentang persediaan dan pengendalian, maka
dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi persediaan, baik itu berupa bahan baku, bahan
pembantu, maupun barang jadi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
proses produksinya maupun memenuhi permintaan konsumen serta kebutuhan
pembelanjaan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain suatu tindakan untuk
mempertahankan suatu sistem yang telah dikelola baik itu mengenai kebijakan
bahan dasar, bahan pembantu maupun proses produksi bahkan memberikan
koreksi agar senantiasa dengan apa yang direncanakan oleh perusahaan.
2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu ,
adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
a. Assauri (1993 : 230) Menyatakan tujuan pengendalian persediaan secara
terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh persediaan tidak
terlalu besar atau berlebih–lebihan, sehingga biaya–biaya yang timbul dari
3. Menjaga agar pembelian secara kecil–kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
b. Freddy Rangkuti (1995 : 9) menyatakan tujuan tujuan pengendalian
persediaan sebagai berikut :
1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan.
2. Supaya pembentukan persediaan stabil.
3. Menghindari pembelian barang secara kecil – kecilan.
4. Pemesanan yang ekonomis.
Dari pendapat–pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas dari
bahan-bahan atau barang-barang agar bahan atau barang tersebut tersedia pada
waktu yang dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat seminimal
mungkin.
2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kepentingan
pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan, maka terdapat beberapa
macam faktor yang memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling
terkait antara satu faktor dengan faktor yang lain.
Adapun beberapa faktor tersebut menurut Agus Ahyari (1986 : 163) adalah
2.3.1 Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka
selayakknya manajemen perusahaan ini dapat mengadakan penyusunan perkiraan
pemakaian bahan baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan . Berapa banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk
kepentingan proses produksi dalam suatu periode (misalnya satu tahun),akan
dapat diperkirakan oleh manajemen perusahaan dengan mendasarkan diri kepada
perencanaan produksi maupun schedule produksi yang telah disusun perusahaan.
2.3.2. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi merupakan
salah satu faktor penentu terhadap persediaan yang akan digunakan dalam proses
produksi oleh perusahaan karena bahan baku akan mempengaruhi seberapa besar
dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan .
2.3.3 Biaya – Biaya Persediaan
Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku tentunya tidak akan
dapat melepaskan diri dari adanya biaya – biaya persediaan yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Didalam hubungannya dengan biaya – biaya
persediaan tersebut maka ada 3 macam biaya persediaan, yaitu biaya
2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan dalam suatu perusahaan akan dapat
mempengaruhi seluruh kebijakan pembelian perusahaan. Demikian pula
sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan.
Apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas utama,
kedua atau bahkan terakhir. Disamping hal tersebut tentunya kemampuan
finansial di perusahaan yang bersangkutan secara keseluruhan juga akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiaya seluruh kebutuhan
perusahaan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku dalam perusahaan.
2.3.5. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku (penyerapan bahan baku) dari perusahaan dalam
periode–periode yang telah lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat
dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam menyusun atau
merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.
2.3.6. Waktu Tunggu
Yang dimaksud dengan waktu tunggu (lead time) adalah merupakan
tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut
dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu ini
sangat perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan, karena hal ini akan
berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan
diperhatikan, maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku (walaupun sudah
dipesan kembali).
2.3.7. Model Pembelian Bahan
Pemilihan model pembelian yang akan dipergunakan oleh perusahaan
tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku
yang bersangkutan. Dapat juga terjadi didalam perusahaan dipergunakan model
pembelian yang berbeda–beda untuk beberapa jenis bahan baku. Karakteristik
dari masing-masing bahan baku akan dijadikan dasar untuk mengadakan
pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing–masing bahan baku yang
bersangkutan.
2.3.8. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Pada umumnya untuk mengulangi adanya kehabisan persediaan bahan
baku dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan
pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini dipergunakan apabila terjadi
kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses
produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan
baku walaupun bahan baku yang dibeli/dipesan datangnya terlambat. Persediaan
ini dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam
2.3.9. Pembelian Kembali
Didalam pelaksanaan operasi perusahan, maka bahan baku yang
diperlukan untuk proses produksi tidak akan cukup apabila dilakukan hanya sekali
pembelian saja. Maka secara berkala perusahaan akan mengadakan pembelian
kembali terhadap bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi
didalam perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan pembelian kembali,
perusahaan akan memperimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan
dalam pembelian bahan baku, sehingga bahan baku tersebut datang tepat
waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan
datangnya bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada
gilirannya akan mengakibatkan biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan
bahan baku terlalu awal maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku.
Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan,
justru hal tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila dibiarkan.
2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya
yang terlibat dalam system persediaan adalah biaya pembelian, biaya pemesanan,
biaya penyimpanan dan biaya kehabisan stock. Berikut ini akan diuraikan
masing – masing komponen biaya tersebut :
2.4.1. Biaya Pembeliaan (Purchasing Cost)
1. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya pembelian adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga
perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model
pengendalian sistem persediaan, biaya tidak dimasukkan sebagai dasar untuk
membuat keputusan.
2. Arman Hakim (2003 : 105) biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli barang yang besarnya tergantung pada jumlah barang yang
dibeli dan haega satuan barang.
2.4.2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Definisi biaya pemesanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Sofjan Assauri (2003 : 223) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah
biaya–biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang–barang
atau bahan–bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim
kepenjual, sampai barang–barang/bahan–bahan tersebut dikirim dan
diserahkan serta diinspeksi digudang atau daerah pengolahan (process area).
Yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya administrasi pembelian
dan penempatan order, biaya pengengkutan dan bongkar muat, biaya
penerimaan dan biaya pemeriksaan.
2. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah biaya
yang harus dikeluarkan untuk melakukan pesanan ke pemasok, yang besarnya
biasanya tidak dipengaruhi oleh biaya jumlah pemesanan. Biaya ini meliputi
dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya
lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3. Arman Hakim (2003 : 105) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang
timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk
menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan,
biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan lain–lain.
2.4.3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Definisi biaya penyimpanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Teguh Baroto (2002 : 55) menyatakan bahwa biaya penyimpanan adalah biaya
yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, semi finished
product, sub assembly ataupun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari
lama penyimpanan dan jumlah yang disimpan.
2. Eddy Herjanto (1999 : 225) biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini
adalah biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, biaya listrik,
biaya asuransi ataupun kerusakan.
3. Arman Hakim (2003 : 106) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang
timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi biaya memiliki
persediaan, biaya gudang, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya
2.4.4. Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Cost)
Definisi biaya kekurangan persediaan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut :
1. Sofjan Assauri (2003 : 224) menyatakan bahwa biaya kekurangan persediaan
adalah biaya–biaya yang timbul akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil
daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya–biaya tambahan
yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu
barang sedangkan bahan atau barang yang dibutuhkan tidak tersedia.
2. Eddy Herjanto (1999 : 225) biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang
timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya
kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan
berupa biaya kehilangan kesempatan.
2.5. Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan dan
Pengendaliaan Produksi
Adanya perencanan produksi yang lengkap dalam suatu perusahaan akan
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses produksi karena perencanaan
produksi yang lengkap akan menunjukkan pemakaian komponen produksi dalam
perusahaan. Berapa banyak jumlah dan jenis dari bahan baku yang diperlukan,
tenaga kerja yang dibutuhkan serta penggunaan mesin untuk keperluan
pelaksanaan produksi akan terlihat didalam perencanaan produksi tersebut. (Agus
Ahyari, 1986 : 53)
Menurut Sofjan Assauri (1993 : 161) pengertian perencanaan dan
produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan pabrik tersebut,
dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa
yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Sofjan Assauri (1993 : 232) tujuan perencanaan dan pengendalian
produksi adalah untuk dapat berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu
kelancaran operasi dan kelangsungan hidup serta dapat berkembangnya
perusahan/pabrik. Untuk mencapai tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
ini peranan pengendalian persediaan adalah sangat penting. Oleh karena itu
kegiatan pengendalian persediaan yang dilakukan harus didasarkan atas
perencanaan dan pengendalian produksi yang telah ditetapkan dan dijalankan.
Besarnya volume produksi dan schedule produksi yang telah ditentukan akan
menentukan besarnya persediaan optimum, besarnya pesanan dan schedule
pesanan yang akan dilakukan.
Agar supaya perencanaan dan pengendalian produksi dan pengendalian
persediaan dapat berjalan dengan efektif, keduanya harus berjalan sama–sama.
Perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan agar proses produksi
dapat berjalan dengan lancar dan efisien serta sesuai dengan schedule yang
ditetapkan. Sedangkan pengendalian persediaan mengatur besarnya persediaan
bahan–bahan yang dapat dijamin lancarnya produksi serta kelangsungan produksi
dengan biaya yang sekecil–kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam
perencanaan dan pengendalian produksi.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa pengendalian dan perencanaan produksi
mencapai tujuan pokok dari perencanaan dan pengendalian produksi haruslah
disertai dengan langkah pengendalian persediaan, agar produksi dapat berjalan
dengan lancar dan dengan biaya seminimal mungkin.
2.6. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Efisiensi Penggunaan
Modal Perusahaan
Antara pengendalian persediaan dengan efisiensi dalam penggunaan
modal kerja perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahwa setiap
perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan
persediaan, untuk mengadakan persediaan diperlukan sejumlah uang untuk
diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, baik
dalam jumlah mutu maupun kualitas yang tepat dengan biaya yang
serendah-rendahnya (Assauri, 1980 : 219).
Sehingga sedapat mungkin modal yang tertanam dalam persediaan bahan
baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga tujuan pengendalian
dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan ekonomis dapat tercapai.
2.7. Model Pengendalian Persediaan
Ditinjau dari sifat permintaan bahan baku, maka dapat dikelompokkan
dalam dua bagian besar, yaitu : sifat kebutuhan bahan baku itu secara pasti atau
bersifat probabilistik (Taha, 1987: 507). Dibawah ini diklasifikasikan permintaan
Gambar 2.2 Klasifikasi Permintaan ( Hamdi Taha, 1997 )
2.7.1. Model Pengendalian Persediaan Deterministik Statis
Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model
persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah
dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan (Masril, 1995 : 54).
Dikatakan Model pengendalian persediaan deterministik statis yaitu apabila
tingkat konsumsi diketahui dan tetap konstan sepanjang waktu. (Taha, 1987 :
507).
2.7.1.1. Model Statis EOQ Sederhana
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali
pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana : ( Arman
Hakim, 2003 : 110 )
Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost
EOQ =
h Dk
2
Parameter–parameter yang dipakai dalam model ini adalah : Permintaan
Deterministik Probabilistik
D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun)
k = ordering cost setiap kali pesan
h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu
c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan
2.7.1.2. Model Statis EOQ Dengan Price Break
Variasi model EOQ terjadi bila terdapat potongan harga pembelian
(quantity discount atau price break). Potongan harga pembelian ini sering
ditawarkan pemasok (supplier) untuk menarik minat pembeli agar mau membeli
dalam jumlah besar. Keuntungan bagi pembeli bila mau membeli dalam jumlah
besar adalah turunnya harga beli peer-unit, biaya perpindahan dan pengiriman
yang lebih rendah dan penurunan biaya pemesanan kemungkinan kekurangan
persediaan sangat kecil.
Dalam kondisi adanya penawaran potongan harga, perhitungan EOQ
mengalami sedikit modifikasi. Jumlah pemesanan ekonomis akan dihitung
berdasarkan biaya total persediaan untuk setiap harga yang mungkin dan jumlah
minimum dimana harga tersebut berlaku.
Dalam menyelesaikan model EOQ dengan potongan harga ini diperlukan
data holding cost per-unit persediaan sebagai fungsi dari persentase harga satuan
barang [P(Q)] bisa dinyatakan :
h = f{P(Q)}
Hal lain yang diperlukan adalah meminimasi TC persediaan dan bukan
meminimasi TIC persediaan karena biaya pembelian (purchasing cost = P)
D Q P Q D k Q Q P f
TC ( )
2 )} (
{ + +
=
2.7.1.3. Model Statis EOQ Dengan Back Order
Bila kekurangan persediaan atau keterlambatan pemenuhan kebutuhan
(shortage) diizinkan dengan biaya pengadaan/keterlambatan tertentu (biaya
shortage/biaya back order), maka model EOQ sederhana dapat dimodifikasi :
( Teguh Baroto, 2002 : 69 )
h h b h Dk
EOQ= 2 +
Dimana :
D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun)
k = ordering cost setiap kali pesan
h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu
b = biaya back order per-unit per-periode
2.7.2. Model Pengendalian Persediaan Deterministik Dinamis
Model pengendalian persediaan dikatakan deterministik dinamis yaitu
apabila tingkat permintaan diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya
bervariasi dari periode ke periode berikutnya. (Taha, 1987 : 507).
2.7.2.1. Model EOQ
Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan metode yang
paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam upaya mengendalikan
persediaan sehingga dapat meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Model EOQ (Economic Order Quantity) tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan asumsi sebagai berikut :
a. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).
c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia atau tingkat produksi
barang yang dipesan berlimpah.
d. Waktu ancang – ancang (lead time) bersifat konstan.
e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pegiriman dan langsung dapat
digunakan.
f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan.
g. Tidak ada quantity discount.
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali
pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :
Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing
Cost
Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah :
D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun)
k = ordering cost setiap kali pesan
h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu
Secara grafis model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Model Persediaan EOQ ( Arman Hakim, 2003 )
Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t
hari (atau minggu, bulan, dsb) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama
dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga
dapat ditulis t =
D Q
.
Sedangkan frekuensi pemesanan =
Q D
Ordering cost per-periode = k
Q D
Holding cost per-periode =
2 Q h
Purchasing cost per-periode = D.c
Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya diatas :
Biaya Total Persedian (TC) = k h Q Dc Q
D
. 2+
+
Biaya Total Persedian Incremental (TIC) =
+ 2 Q h k Q D Tingkat persediaan Waktu
Rata-rata persediaan = Q/2 Titik saat pesanan
diterima (order point)
Q
atau TIC = 2Dkh
Gambar 2.4 Total Biaya Persediaan ( Arman Hakim, 2003 )
Biaya total relevan (TC) merupakan penjumlahan 2 komponen biaya
ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi (jarak) kurva TC pada titik Q
merupakan hasil penjumlahan tinggi kedua kurva komponen biaya tersebut.
Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil
Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan
yang dikeluarkan demikian juga sebaliknya.
Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini
tergantung pada tingkat persediaan rata–rata. Garis ini dimulai dari titik Q=0,
dimana tingkat persediaan rata–rata semakin membesar secara proposional dengan
gradient yang sama.
2.7.2.2. Algoritma Wagner – Within
Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program
dinamis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi pemesanan optimum
untuk seluruh jadwal kebutuhan bersih dengan jalan meminimasi total ongkos Kurva holding cost h(Q/2)
Jumlah persediaan (Q) EOQ
Biaya
Kurva ordering cost (D/Q)k Kurva TC
pengadaan dan ongkos simpan. Pada dasarnya teknik ini mengkaji semua cara
pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang
ada pada horizon perencanaan, teknik ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. Prosedur yang digunakan terlalu rumit sehingga sulit dimengerti oleh para
praktisi.
b. Teknik ini membutuhkan banyak waktu dan usaha dalam melakukan
perhitungan.
c. Teknik ini mengasumsikan bahwa kebutuhan diluar horizon perencanaan sama
dengan nol.
Karena beberapa kelemahan tersebut, teknik ini jarang digunakan untuk
menentukan ukuran lot pada perencanaan material.
Langkah – langkah penerapan algoritma wagner - within adalah sebagai berikut :
1. Membuat tabel komulatifdemand (Qce)
Tabel 2.1 Komulatif Demand
e = 1 2 3 4
C = 1
2
3
4
Q11 Q12
Q22
Q13
Q23
Q33
Q14
Q24
Q34
Q44
( Sumber : Tersine, 1994 )
Ket :
Q11 = D Q22 = D2
Q12 = Q11 + D2 Q23 = Q22 + D2
Q13 = Q12 + D3
2. Menghitung total cost (Zce) dari setiap periode pemesanan yang mungkin
terjadi dengan aturan :
Zce = c + p.h
∑
=
− e
c t
Qci
Qce )
(
Dimana : Zce = biaya total variabel dari periode c (1≤ c ≤ e ≤ N)
c = biaya pesan periode
p = harga beli per unit
h = biaya simpan per unit per periode
q = kuantitas permintaan
Kemudian ditabelkan seperti dibawah ini :
Tabel 2.2 Alternatif Biaya Pesan
e = 1 2 3 4
C = 1
2
3
4
Z11 Z12
Z22
Z13
Z23
Z33
Z14
Z24
Z34
Z44
( Sumber : Tersine, 1994 )
3. Mencari biaya minimum (F) dengan aturan :
Fe = Min (Zce + Fe-1)
Dimana Fe dimulai dari 0 sampai seterusnya F1, F2, F3, ….. , Fn.
Tabel 2.3 Biaya Minimum
e = 1 2 3 4
1
2
3
4
Z11 + Fo Z12 + Fo
Z22 + F1
Z13 + Fo
Z23 + F1
Z33 + F2
Z14 + Fo
Z24 + F1
Z34 + F2
Z44 + F3
( Sumber : Tersine, 1994 )
Ket :
F1 = Min (Z11 + F0)
F1 = Min (Z13 + F0, Z22 + F1)
F1 = Min (Z13 + F0, Z23 + F1, Z33 + F2)
Dan seterusnya sampai akhir periode sehingga didapat total biaya persediaan.
2.7.2.3. Model Heuristik Silver Meal
Prinsip Model Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan
beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini
mirip dengan EOQ tetapi dalam perhitungannya lebih didasarkan pada variabel
periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama perencanaan.
Metode ini ditentukan oleh Edward Silver dan Harlan meal yang menyatakan
bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal periode sedangkan biaya
simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari satu periode.
Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode pertama, dimana
pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol
(Arman Hakim,1995).
Tersine (1995) memberikan langkah-langkah penerapan dari heuristik
1. Menghitung total relevan cost (TRC) T T periode akhir pada simpan biaya Total C T T
TRC( ) + _ _ _ _ _ _
=
(
)
∑
= − + = T t Rk K ph C T T TRC 1 1 ) (Dimana : C = biaya simpan
H = friksi biaya simpan
P = biaya pengadaan
Ph = biaya simpan
TRC (T = total relevan cost tiap T periode
T = waktu pengadaan
Rk = permintaan rata-rata dalam periode Kj
Sedangkan menurut Arman Hakim ( 1995), penyelesaian Heuristik
memberikan cara penyelesaian lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan
heuristik, tetapi pendekatan silver meal lebih mudah digunakan dan
menghasilkan pola pembelian terbaik dibandingkan pendekatan heuristik
lainnya. Pendekatan Silver Meal mirip dengan pendekatan EOQ, tetapi
perhitungannya lebih didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan
didasarkan total permintaan selama perencanaan. Bila t adalah jumlah satuan
waktu selama periode pembelian, maka :
Rata-rata = (biaya pesan) + (biaya simpan total pada akhir periode t)
biaya persediaan t
atau
{
( )
(
)
( )
( )
}
t h D t D D D k TU
AC = + 1−1 1+ 2−1 2 + 3−1 3+...+ −1 t
dimana : =
TU AC
Rata-rata biaya persediaan persatuaan waktu
Dt = Permintaan selama periode ke-t
h = Biaya simpan perunit perperiode, dimana pada periode
pertama (t-1) tidak ada biaya simpan sehingga variabel D
pada persamaan diatas dapat diabaikan.
Aturan penyelesaiaan adalah menghitung
TU AC
untuk periode pembeliaan
berurutan sampai
TU AC
terendah yang merupakan periode pembeliaan dan
jumlah bahan baku yang dibeli sebagai kebutuhan selama periode tersebut.
Q1= D2 +D2 + D3 +……Dt
2. Membuat tabel pengadaan
Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Pengadaan
periode t Kebutuhan
TU
AC Pembeliaan kembali
( Sumber : Tersine, 1994 )
Bila
1 ) 1 (
+ + T
T TRC
>
T T
TRC( )
maka pada periode T+1 tersebut harus dilakukan
pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai
kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta
3. Membuat tabel pengendaliaan
Tabel 2.5 Pengendaliaan
Periode Kebutuhan Pembeliaan Simpan Total biaya
( Sumber : Tersine, 1994 )
4. Menghitung tingkat effisiensi biaya
Effisiensi = x100%
TC TC TC
A B A−
Dimana : TCA = total cost kebijaksanaan pengendaliaan persediaan
perusahaan
TCB = total cost perhitungan heuristik silver meal.
2.7.3. Model Pengendalian Persediaan Probabilistik Stasioner
Model pengendalian persediaan Probabilistik adalah suatu model
pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat
diketahui dengan pasti atau bervariasi (Pangestul, 1986 : 228).
Model pengendalian persediaan ini disebut sebagai model probabilistik
stasioner adalah karena fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak
berubah sepanjang waktu sehingga pada gilirannya pengaruh trend musiman
permintaan tidak dihubungkan dan dimasukkan kedalam model pengendalian
persediaan ( Arman Hakim,1995 : 11)
2.7.4. Model Pengendalian Persediaan Probabilisik Non Stasioner
Model pengendalian persediaan probabilistik non stasioner merupakan
model probabilistik yang fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak
berubah sepanjang waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan.
Pada kebutuhan yang bersifat probabilitas ini, kebutuhan dimasa yang akan
datang hanya diketahui berdasarkan pada distribusi kemungkinan data kebutuhan
masa yang lalu ( Arman Hakim, 1995 : 11).
2.8. Peramalan Untuk Perencanaan Persedian Bahan Baku
2.8.1. Pengertian Peramalan
Pengertian peramalan menurut Arman Hakim (2003 : 25) adalah proses
untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi
kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan
dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (1993 : 4.) prakiraan atau peramalan
adalah merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang mungkin
dihadapi pada masa yang akan datang.
Peramalan merupakan salah satu sarana yang penting dalam pengambilan
keputusan. Untuk mengetahui hasil dari peramalan dibutuhkan data–data masa
lampau yang relevan dan dikumpulkan secara teratur. Dan hasil ramalan tersebut
merupakan suatu taksiran yang bersifat ilmiah meskipun masih terdapat kesalahan
yang disebabkan oleh adanya keterbatasan metode yang digunakan.
Dalam hubungannya dengan waktu peramalan, maka peramalan dapat
1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya
digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan
anggaran.
3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dan lain – lain keputusan control jangka pendek.
Teguh Baroto (2002 : 27) Secara umum metode peramalan dibagi menjadi
dua kategori yaitu :
1. Metode Kualitatif
Metode ini biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu
tersedia. Dalam metode ini pendapat, pakar dan prediksi mereka dijadikan
dasar untuk menetapkan permintaan yang akan datang. Metode kualitatif yang
banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal
(nominal group technique).
2. Metode Kuntitatif
Pada metode ini, suatu set data historis (masa lalu) digunakan untuk
mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok
besar metode kuantitatif yaitu metode Time Series dan metode Nontime Series
2.8.2. Pola Permintaan
Teguh Baroto (2002 : 31) Dalam peramalan time series terdapat empat
jenis pola permintaan, yaitu (1) trend, (2) musiman, (3) siklikal, (4) eratik/random.
Pola permintaan ini akan berhubungan dengan metode peramalan yang digunakan.
Pola – pola data tersebut akan diuraikan secara jelas, sebagai berikut :
1. Pola Trend
Pola trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan
gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya
berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat
ditarik suatu garis maya (garis putus–putus) yang disebut garis trend. Bila
data berpola trend, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode regresi
linier, eksponential smoothing atau double eksponential smoothing. Metode
regresi linier biasanya memberikan tingkat kesalahan yang lebih kecil.
Gambar 2.5 Fluktuasi Permintaan Berpola Trend ( Teguh Baroto, 2002 )
2. Pola Musiman
Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan
terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut
berpola musiman. Disebut pula musiman karena permintaan ini biasanya
dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini
adalah satu tahun. Contoh lain adalah permintaan baju hangat tentu sangat
dipengaruhioleh musim ( semi, panas, gugur, dingin ). Metode peramalan
yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau
moving average atau weight moving average.
Gambar 2.6 Fluktuasi Permintaan Berpola Musiman (Teguh Baroto, 2002 )
3. Pola Siklikal
Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang
membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip
dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang,
bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun
(umumnya). Pola siklikat bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Untuk
menentukan data berpola siklis tidaklah mudah. Kaluau pola musiman rentang
waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan
siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila pola data siklikal adalah metode
moving average, weight moving average dan eksponential smoothing.
Gambar 2.7 Fluktuasi Permintaan Berpola Siklis ( Teguh Baroto, 2002 )
4. Pola Eratik/Random
Pola eratik (random) adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka
panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi
permintaan bersifat acak atau tidak jelas. Tidak ada metode peramalan yang
direkomendasikan untuk pola ini. Hanya saja, tingkat kemampuan seorang
analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan
mengenai pola data. Seorang analis, untuk data yang sama mungkin
menyimpulkan berpola random dan analis lainnya menyimpulkan musiman.
Keterampilan dan imajinasi analis peramal memang merupakan faktor yang
paling menentukan dalam pelaksanaan peramalan. Bisa jadi, pola data
peramalan yang random ini ternyata mengikuti pola tertentu yang bukan
seperti ketiga pola lainnya, untuk ini diperlukan metode khusus (mungkin
subjektif untuk melakukan peramalan).
Gambar 2.8 Fluktuasi Permintaan Berpola Eratik/Random
( Teguh Baroto, 2002 )
2.8.3. Metode Peramalan
2.8.3.1. Metode Rata – Rata Bergerak (Moving Average)
Moving Average diperoleh dengan m