PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
PEMBANTU PRODUK GULA DENGAN METODE
HEURISTIK SILVER MEAL PADA PG. WATOE TOELIS
SIDOARJ O
SKRIPSI
OLEH :
AFANDI RAHMAD SUSANTO
NPM : 0732 010082
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
” Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pembantu Produk Gula Dengan
Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal
Pada PG. Watoe Toelis Sidoarjo .”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri pada Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini banyak memperoleh bantuan,
bimbingan, saran dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima ksaih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto,MP ; Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Ir. Sutiyono, MT ; Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Veteran Jawa Timur.
4.
Bapak Ir.Handoyo MT Selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5.
Bapak Drs. Pailan, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing 2 yang dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
Ibu Ir. Sumiati, MT Selaku Dosen Wali yang telah memberikan dukungan
dan dorongan selama kuliah.
7.
Seluruh Dosen, Staff dan karyawan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur...
8.
Kepada pimpinan PG. Watoe Toelis Sidoarjo beserta keluarga yang telah
melayani penulis dengan amat sangat baik.
9.
Kepada seluruh Karyawan PG. Watoe Toelis Sidoarjo,
10.
Kepada rekan-rekan TI Angkatan 07, We are the champion !!!!
Serta pihak pihak – pihak lain yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dan apabila ada yang salah dalam penulisan
laporan ini, serta pihak yang telah membantu saya dan tidak sempat saya tulis. mohon
maaf sebesar – besarnya dan terima kasih banyak…..
Saya menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga
saran dan kritik sangatlah diharapkan, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..ii
DAFTAR ISI……….iv
DAFTAR TABEL...………..…x
DAFTAR GAMBAR………...xii
DAFTAR LAMPIRAN………...…xiii
ABSTRAKSI………...….xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………..….…1
1.2Perumusan Masalah……….…..……3
1.3Batasan Penelitian....……….……….…...3
1.4Asumsi……….…..…4
1.5 Tujuan Penelitian……….….…….4
1.6 Manfaat Penelitian………..….……..4
1.7 Sistematika Penulisan. ………..……....5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Pengendalian Persediaan..……….7
2.1.1 Pengertian Pengendalian………..……....7
2.1.2 Pengertian Persediaan…..………...7
2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan……….…………...….10
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan…………...…….….12
2.3.2 Harga Bahan Baku……….……13
2.3.3 Kebijaksanaan Pembelanjaan………13
2.3.4 Pemakaian Bahan Baku………..………..……14
2.3.5Waktu Tunggu………...…………..14
2.3.6 Model Pembelian……….……….14
2.3.7 Pemesanan Kembali……….…….14
2.4 Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan………15
2.4.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)………..….……..15
2.4.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost)……….……..…16
2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)………..….…17
2.4.4 Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost)……….…...…19
2.5 Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan perencanaan dan Pengendalian Produksi...20
2.6 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Effisiensi Penggunaan Modal Perusahaan...21
2.7 Model Pengendalian Persediaan...22
2.7.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik...22
2.7.2 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik...23
2.8 Model Pengendalian Persediaan Dinamis Untuk Permintaan Bervariasi...24
2.8.1 Model Pengendalian Heuristik Silver Meal...25
2.9 Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku...28
2.9.1 Pengertian Peramalan...28
2.9.2.1 Jenis Pola Data Untuk Deret Berkala...29
2.9.3 Metode Peramalan...30
2.9.3.1 Metode Rata-rata bergerak...30
2.9.3.2 Metode Pemulusan Exponensial...32
2.9.3.3 Regresi Linier...35
2.9.4 Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan...37
2.9.5 Pemeriksaan dan Pengendalian Peramalan...39
2.10 Penelitian Terdahulu...45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……….……….…..47
3.2 Identifikasi dan Definisi Variabel………..…….47
3.2.1 Identifikasi Variabel………..….…47
3.2.2 Definisi Operasional Variabel………..……..48
3.3 Metode Pengumpulan Data. ………..…….49
3.4Metode Pengolahan Data……….…..…..50
3.5 Metode Analisa……….……….…..52
3.6 Langkah-langkah Pemecahan Masalah. ……….…………53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data………...………60
4.1.1 Data Harga Pembelian Bahan Baku Pembantu….……..……60
4.1.2 Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku Pembantu...…..61
4.1.3 Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Pembantu…….……...62
4.2 Pengolahan Data……….……… …64
4.2.1 Pengolahan Periode Bulan Oktober 2010
Sampai September 2011………..……….…..64
4.2.1.1Pengolahan Metode Rill………..…65
4.2.1.2Menghitung Total Relevan Cost Persediaan Dengan
Metode Heuristic Silver Meal (TCB)………….…….…70
4.2.1.3 Menghitung Tingkat Penghematan ……….. 105
4.3 Pembahasan ……….……….…...106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………107
5.2 Saran………..108
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRACT
In a manufacturing industry is an important management role, the setting is absolutely necessary in all fields. By doing a careful calculation and with the efficiency expected to lower production costs and inventory costs to a minimum auxiliary raw materials. Auxiliary raw material inventory control conducted each month, to avoid stock shortages or excess inventory of raw materials maid. Amount of inventory that also result in the loss of too little opportunity to gain a real advantage when demand exceeds the expected demand. So it does not interfere with the smooth ongoing production process.
Given the problem then do the research with Silver Meal heuristic method that can do the planning of raw material inventory control assistant so as to ensure optimum smoothness requirements and the company's production activities in quantity with a minimum total inventory cost.
Result showed that the total cost for raw materials by using the auxiliary Kapor quicklime Silver Meal Heuristic methods yield an efficiency of 4.112 %., Total cost for raw materials by using the auxiliary Sulfur Silver Meal Heuristic methods yield an efficiency of 3.716 %., Total cost for raw materials Liquid Acid phosphate assistant with the Silver Meal Heuristic methods yield an efficiency of 2.448 %. Total cost for materials and auxiliary raw Kurifloc Silver Meal Heuristic methods yield an efficiency of 1.357 %. So to the overall total cost of raw material inventory control real helper to the company during the month of May of 2011 until the month of October 2011 (TCA) is Rp. 908.360.300, - whereas when using Silver Meal heuristic methods (TCC) total cost of Rp. 877.405.700, - so we get a savings of Rp 30.954.600, - with the efficiency of 3.407 %. Where is the Silver Meal heuristic method produces a lower total cost when compared with company policy.
ABSTRAKSI
Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting,
pengaturan disegala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan
yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi
dan biaya persediaan bahan baku pembantu seminimal mungkin. Pengendalian
persediaan bahan baku pembantu dilakukan tiap bulan sekali, untuk
menghindari kekurangan persediaan atau kelebihan persediaan bahan baku
pembantu. Jumlah persediaan yang terlalu sedikit juga berakibat hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan apabila permintaan nyata melebihi
permintaan yang diperkirakan. Sehingga tidak mengganggu kelancaran proses
produksi yang sedang berlangsung.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan
Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan
pengendalian persediaan bahan baku pembantu yang optimal sehingga dapat
menjamin kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam
kuantitas dengan total biaya persediaan minimum.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Total cost untuk bahan baku
pembantu Kapor Tohor dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal
menghasilkan efisiensi sebesar 4.112 %., Total cost untuk bahan baku
pembantu Belerang dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal
menghasilkan efisiensi sebesar 3.716 %., Total cost untuk bahan baku
pembantu Asam Phospat Cair dengan menggunakan metode Heuristic Silver
Meal menghasilkan efisiensi sebesar 2.448 %. Dan Total cost untuk bahan baku
pembantu Kurifloc menggunakan metode Heuristic Silver Meal menghasilkan
efisiensi sebesar 1.357 %. Sehingga untuk keseluruhan total biaya pengendalian
persediaan bahan baku pembantu riil yang dikeluarkan perusahaan selama
bulan Mei tahun 2011 sampai bulan Oktober 2011 (TCA) adalah Rp.
908.360.300,- sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal
(TCC) total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 877.405.700,- sehingga
didapatkan penghematan sebesar Rp 30.954.600,- dengan efisiensi 3.407 %.
Dimana metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan kebijakan perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi
berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi
kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi. Sedangkan
jumlah persediaan yang terlalu sedikit malah akan menimbulkan biaya kerugian yaitu
terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk
memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya
melebihi permintaan yang diperkirakan.
Pada Skripsi ini mengambil study kasus di PG. WATOE TOELIS
SIDOARJO adalah perusahaan yang memproduksi gula putih dengan mutu SHS
(Superior High Sugar). Adapun pembuatan produk gula terdiri dari bahan baku utama
adalah tebu. Sedangkan untuk bahan baku pembantunya adalah kapur tohor, belerang,
asam phosphat cair, dan kurifloc. Perusahaan dalam melakukan persediaan bahan
baku pembantu dengan cara melakukan pemesanan bahan baku pembantu dalam
jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga
menimbulkan biaya simpan yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya dan
terhambatnya proses produksi. Disamping itu persediaan bahan baku pembantu yang
berlebihan akan menimbulkan beberapa masalah lain diantaranya area atau tempat
penyimpanan bahan baku pembantu dan SDM semakin besar.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapi perusahaan
saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku pembantu secara efisien
dengan total cost yang minimum”.
1.3. Batasan Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian
dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai
yang meliputi :
1.
Persediaan bahan baku yang digunakan adalah persediaan bahan baku pembantu
(kapur tohor, belerang, asam phosphat cair, kurifloc) dari pembuatan gula.
2.
Data yang digunakan yaitu pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Oktober
2011.
1.4. Asumsi - Asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Harga bahan baku pembantu tidak ada perubahan selama penelitian.
2.
Bahan baku pembantu selalu tersedia setiap saat selama dibutuhkan (mudah
didapat).
3.
Permintaan sama dengan kebutuhan.
4.
Lead time masing – masing supplier sama.
5.
Mesin dalam kondisi normal.
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui total cost bahan pembantu riil dari perusahaan dan dengan
menggunakan metode Heuristik Silver Meal.
2.
Mengetahui efisiensi bahan baku pembantu riil perusahaan dan dengan
menggunakan metode Heuristik Silver Meal.
1.6
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.
Perusahaan dapat menentukan jumlah biaya pembelian persediaan bahan baku
pembantu secara efisien.
1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dimaksudkan agar penulis dapat lebih teratur dan
terarah. Sistematika yang digunakan adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, batasan masalah, asumsi – asumsi, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan
penelitian dan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang
mengacu pada beberapa literatur yang digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang urutan langkah – langkah yang digunakan
untuk mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang
diteliti dalam bentuk diagram alir (flowchart).
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
analisa data serta terdapat saran – saran yang dapat mendukung dari
aktivitas perusahaan.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penger tian Pengendalian Per sediaan.
Pengendalian persediaan penting bagi setiap perusahaan, baik perusahaan
manufacturing maupun non manufacturing. Perusahaan akan mendapat
keuntungan dengan cepatnya pemindahan barang dagangan menjadi uang tunai
kembali. Pengertian pengendalian persediaan dapat dibagi dua, yaitu pengendalian
dan persediaan.
2.1.1 Penger tian Pengendalian.
Pengendalian adalah suatu usaha untuk memepertahankan suatu proses
pekerjaan pada tingkat effisiensi yang tinggi. Titik perhatian pengendalian adalah
terhadap bahan dasar, bahan pembantu, perlengkapan didalam proses produksi
yang tampak maupun yang tak tampak, serta metode-metode yang digunakan
didalam proses produksi.
2.1.2 Penger tian Persediaan.
Pengertian dari persedaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu preiode
usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan/proses produk-produk ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaanya dalam suatu proses produksi.
Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan,parts yang disediakan
produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.(Assauri,2003)
Menurut Zulian Yamit (2003) persediaan terdiri dari : persediaan alat-alat
kantor (supplies), persediaan bahan baku (raw material), persediaan dalam proses
(in process goods) dan persediaan barang jadi (finished goods).
Persediaan alat-alat kantor adalah persediaan yang diperlukan dalam
menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk akhir. Tipe
persediaan alat-alat kantor diantaranya : pensil, kertas, tinta, disket, alat-alat
pemeontong, dan semua item fasilitas peralatan kantor.
Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para suplier untuk
digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan akan
ditransformasikan atau dikonversi menjadi barang akhir. Tipe dari dari bahan
baku diantaranya : kayu, papan, cat, pernis (pelitur) dalam industri mebel.
Persediaan barang dalam proses adalah bagian dari produk akhir tetapi
masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain untuk
diproses. Persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang siap untuk
dijual, didistribusikan atau disimpan.
Sedangkan persediaan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu : Batch stock atau lot size inventory, Fluctuation Stock,
Anticipation Stock (Assauri,2003).
Batch stock atau lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena
kita membeli atau membuat bahan-bahan/ barang-barang dalam jumlah yang lebih
atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaanya atau
pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinyan persediaan karena pengadaan
bahan/barang yang dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan. Jadi
keuntungan yang akan diperoleh dari adanya batch stock atau lot size inventory
antara lain :
a) Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.
b) Memperoleh efissiensi produksi karena adanya operasi atau production run
yang lebih lama.
c) Adanya penghemetan di dalam biaya angkutan.
Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini
perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan
konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukan keadaan yang tidak beraturan
ataun tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu.
Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga
kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan
Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga
kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu
jalanya produk atau menghindari kemacetan produksi.
Masalah persediaan dalam sistem manufaktur lebih rumit bila
dibandingkan dengan masalah pada sistem non manufaktur. Pada sistem
manufaktur, ada hubungan langsung antara tingkat persediaan, jadwal produksi
dan permintaan konsumen. Oleh karena itu perencanaan dan pengendalian
persediaannya harus terintegrasi dengan peramalan permintaan, jadwal induk
produksi dan pengendalian produksi.
2.2 Tujuan Pengendalian Per sediaan.
Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu.
Adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
1. Menurut Zulian Yamit (2003) tujuan manajemen persediaan adalah
meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan
analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan
biaya atau paling ekonomis.
2. Menurut Assuari (2003) Tujuan pengendalian persediaan adalah untuk
memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari
bahan-bahan/barang-barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya
3. Tersine (2005), menyatakan tujuan pengendalian persediaan secara
terperinci adalah :
a. Menjaga jangan sampai kehabisan bahan.
b. Menghemat biaya yang ditanam dalam bahan.
c. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
d. Menjaga kualitas bahan.
4. Rangkuti (2004), Menyatakan tujuan persediaan adalah sebagai barikut :
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan.
b. Supaya pembentukan persediaan stabil.
c. Menghindari pembelian barang secara kecil-kecilan.
d. Pemesanan yang ekonomis.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas maupun
kuantitas dari bahan-bahan/barang-barang agar bahan/barang tersebut tersedia
pada waktu dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat seminimal
2.3 Fak tor -Faktor Yang Mempengar uhi Per sediaan.
Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku terdapat faktor yang
memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling terkait antara yang
satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut menurut Zulian Yamit (2003)
sebagai berikut :
Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi
sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Persediaan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).
Faktor ketidakpastian waktu datang dari suplier menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Ketidak pastian waktu datang
mengharuskan perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.
Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh
kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi,
bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk
mengantisipasi ketidakpastian peramalan maupun akibat lainnya tersebut.
Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan
alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis. Persediaan diperlukan untuk menjaga
stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis. Sedangkan menurut Ahyari (2004) sebagai
2.3.1 Per k ir aan Pemaka ian Bahan Baku.
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka sebaiknya
manajemen berusaha untuk dapat mengedakan penyusunan perkiraan bahan baku
untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyak
unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi
dengan mendasarkan diri pada perencanaan produksi maupun jadwal produksi
yang telah disusun.
2.3.2 Har ga Bahan Baku.
Harga bahan baku merupakan salah satu penentuan terhadap persediaan
yang akan dipergunakan dalam produksi oleh perusahaan. Karena harga bahan
baku akan mempengaruhi seberapa besarnya dana yang harus disediakan oleh
perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
2.3.3 Kebijaksanaan Pembelanjaan.
Kebijakasanaan dalam pembelanjaan perusahaan akan dapat
mempengaruhi seluruh kebijaksanaan pembelian perusahaan, demikian pula
sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan.
Apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas
pertama, kedua atau bahkan terakhir.
Disamping hal tersebut tentunya kemempuan finansial dari perusahaan
yang bersangkutan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemempuan
perusahaan tersebut membiayai kebutuhan perusahaan yang berhubungan dengan
2.3.4 Pemakaian Bahan Baku.
Pemekaian bahan baku oleh perusahaan pada periode-periode yang lalu
untuk keperluan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan didalam menyususn atau merencanakan kebijaksanaan
penyelenggaraan persediaan bahan baku.
2.3.5 Waktu Tunggu.
Waktu tunggu yang dimaksud adalah waktu tenggang yang diperlukan
antara saat pemesanan bahan baku tersebut dengan datangnya bahan baku yang
dipesan. Waktu tunggu ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini
berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku tersebut pada saat
diperlukan untuk proses produksi. Apabila waktu tunggu ini tidak diperhatikan,
maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku.
2.3.6 Model Pembelian
Model yang akan digunakan oleh perusahaan tentunya akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku yang bersangkutan dapat
juga terjadi didalam perusahaan model pembelian yang berbeda untuk beberapa
jenis bahan baku. Karakteristik dari masing-masing bahan baku akan dijadikan
dasar model pembelian bahan baku yang sesuai dengan masing-masing bahan
baku tersebut. Sampai saat ini model pembelian bahan baku yang digunakan
adalah model pembelian dengan kuantitas yang optimal.
2.3.7 Pemesana n Kembali.
Didalam pelaksanaan operasi perusahaan, maka bahan baku yang
pembelian saja. Maka secara berkala perusahaan tersebut akan mengadakan
pembelian kembali terhadap bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan
tersebut.
Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan akan
mempertimbankan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam pembelian
bahan baku, sehingga bahan baku itu datang tepat pada waktunya. Hal ini
dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan kedatangan bahan
baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada gilirannya akan
mengakibatkan timbulnya biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan bahan
baku terlalu awal, maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku. Kedua hal
ini tentunya tidak akan menyrebabkan keuntungan bagi perusahaan, justru akan
mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila hal ini terus berlangsung.
2.4 Komponen Biaya Yang Ter libat Dalam Persediaan.
Tanpa memperhatikan bagaimana sifat kebutuhan, waktu tenggang dan
lain-lain, umumnya terdapt empat katagori biaya persediaan yang sangat
menentukan jawab optimal dari masalah persediaan. Katagori biaya tersebut
adalah sebagai berikut.
2.4.1 Biaya Pembelian (Pur chasing Cost)
Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar,
atau biaya produksi per unit apabila di produksi dalam perusahaan (Zulian
barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang akan
dibeli dan harga satuan barang (Arman Hakim, 2003).
Sedangkan menurut Siagian (2005), biaya pembelian adalah harga
pembelian atau produksi yang memperhatikan dua jenis biaya yaitu :
a. Kalau harga pembelian adalah tetap maka ongkos per satuan, harga adalah
juga tetap tanpa melihat jumlah yang dibeli.
b. Kalau diskon tersedia maka harga per satuan adalah variabel tergantung
pada jumlah pembelian.
2.4.2 Biaya Pemesanan (Or der ing Cost)
Biaya pemesanan ini dimaksudkan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak
dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke penjual, sampai
barang-barang/bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi di gudang atau daerah
pengolahan (Assuari, 2003).
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu
biaya pemesanan )ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak
luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan
memeproduksi sendiri (Arman Hakim, 2003).
a. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk
menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan,
biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini
b. Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik
yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin,
mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu
pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan.
2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam
persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan
persediaan (Zulian Yamit, 2003). Biaya penyimpanan meliputi :
a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal).
Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal
perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga
bank. Oleh karene itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan
harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki
persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu
tertentu.
b. Biaya gudang.
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul
biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya
gudangnya merupakan biaya sewa sedangakan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya
c. Biaya kerusakan dan penyusutan.
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena
beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya
kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan
persentasenya.
d. Biaya kadaluwarsa.
Barang yang disismpan dapat mengalami penurunan nilai karena
perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya
kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari
barang tersebut.
e. Biaya asuransi.
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang
yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya administrasi dan pemindahan.
Biaya ini dikeluarkan unyik mengadministrasikan persediaan barang yang
ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun
penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan
didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan
handling.
Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan
masalah kuntitatif, biaya simpan per unit diasumsikan linier terhadap jumlah
2.4.4 Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost)
Yang dimaksut dengan biaya ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai
akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti
kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan
meminta atau memesan suatau barang sedangkan barang atau bahan yang tersedia
tidak tersedia. Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat
pengiriman kembali pesanan (order) tersebut (Assuari, 2003).
Biaya kekurangan dari luar perusahaan dapat berupa backorder, biaya
kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima
keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan
pengiriman maupun idle kapasitas (Zulian Hamit, 2003). Biaya kekurangan
persediaan dapat diukur dari :
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat
memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses
produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya pinelti (p) atau hukuman
kerugian bagi perusahaan dengan satuaan misalnya : Rp/unit.
b. Waktu pemenuhan.
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau
lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu
menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya
waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
c. Biaya pengadaan darurat.
Supaya konsumen tidak kecewa dapat dilakukan pengadaan darurat yang
biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada pengadaan
normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat
dijadikan ukuran untuk menenttukan biaya kekurangan persediaan.
Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung
secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan
kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam
penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan
kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel, sedangkan
biaya yang bersifat tetap seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil
optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan.
2.5 Hubungan Pengendalian Per sediaa n Dengan per encanaan dan
Pengendalian Pr oduksi.
Pengertian dari produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan maka
dibutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi berupa tanah, modal,
tenaga dan skill (Assuari, 2003).
Menurut Assuari (2003), perngertian perencanaan dan pengendalian
produksi adalah penentuan dari penetapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau pabrik tersebut dan mengawasi
kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah
Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa perencanaan dan
pengendalian produksi merupakan usaha-usaha manajemen untuk menetapkan
dasar dari bahan proses produksi yang dibutuhkan pada waktunya dengan biaya
yang seminim mungkin. Jadi dalam mengadakan proses produksi harus telah
direncanakan terlebih dahulu dan selanjutnya untuk merealisir rencana tersebut,
haruslah diadakan pengendalian yang baik, sebab tanpa pengendalian yang baik
maka kemungkinan besar rencana yang telah ditetapkan tidak akan terrealisir
dengan sempurna.
Agar proses produksi dapat berjalan lancar, maka setiap saat barang tersebut
harus tersedia dan diusahakan sedapat mungkin modal yang tertanam dalam
persediaan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga
tujuan pengendalian dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan
ekonomis dapat tercapai.
2.6 Hubungan Pengendalian Per sediaan Dengan Effisiensi Penggunaan
Modal Per usahaan.
Antara pengendalian persediaan dengan effisiensi dalam penggunaan modal
perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali, bahwa setiap
perusahaan untuk dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan
persediaan. Untuk mengadakan persediaan diperlukan sejumlah uang untuk
diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal baik dalam
Apabila hal-hal tersebut sudah dilakukan maka akan diperoleh keuntungan besar
sekali (Assuari, 2003).
2.7 Model Pengendalian Per sediaan.
Ditinjau dari permintaan bahan baku, maka dapat dikelompokkan dalam
dua bagian besar, yaitu sifat kebutuhan bahan baku itu secara pasti atau bersifat
probabilistik (Hamdi Taha, 2001). Dibawah ini digambarkan klasifikasi
permintaan ditinjau dari sifat permintaannya.
Gambar 2.1 Klasifikasi permintaan
2.7.1 Model Pengendalian Per sediaan Deter ministik.
Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model
persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah
dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan. Model ini tidak peka
terhadap perubahan-perubahan permintaan, lead time maupun biaya-biaya yang
timbul.
Model deterministik dibagi menjadi dua bagian, menurut sifat dan
kejadiaannya. Yaitu model deterministik statis dan model deterministik dinamis. Permintaan
Deterministik
Dinamis
Probabilistik
Model deterministik statis bila tingkat konsumsi diketahui dan tetap konstan
sepanjang waktu. Sedangkan model deterministik dinamis bila tingkat permintaan
diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya bervariasi dari periode ke
periode berikutnya (Hamdy Taha, 2001).
2.7.2 Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilistik.
Model pengendalian persediaan probabilistik adalah suatu model
pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat
diketahui dengan pasti atau bervariasi.
Dalam model pengendalian persediaan probabilistik, parameter yang
dominan adalah permintaan dan lead time, sehingga disimpulkan model dikatakan
probabilistik bila salah satu dari permintaan atau waktu tunggu atau bahkan
keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti dimana perilakunya harus diuraikan
dengan distribusi probabilistik. Adapun distri busi probabilistik yang mungkin
terjadi adalah :
1. Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian konstan tetapi lead time
berubah-ubah.
2. Lead time konstan tetapi permintaan atau pemakaian berubah-ubah.
2.8 Model Pengendalian Per sediaan Dinamis Untuk Per mintaan
Ber var iasi.
Arman Hakim (2003) menyatakan perbedaan model persediaan
deterministik adalah statis dan dinamis. Model persediaan deterministik statis
didasarkan pada asumsi tingkat permintaan diketahui pasti dan relatif konstan.
Sedangkan permintaan pada model deterministik dinamis diketahui dengan pasti,
akan tetapi permintaannya bervariasi. Kondisi dimana permintaan bervariasi
apabila :
1. Permintaan untuk komponen-komponen dalam proses assembling
meskipun tertentu tetapi bervariasi sesuai dengan jadwal produksi.
2. Permintaan mengikuti pola musiman.
3. Permintaan ditentukan oleh kontrak produksi.
4. Permintaan tidak dipenuhi karena keterbatasan penyediaan dan kerusakan
mesin.
pendekatan untuk mengatasi permintaan bervariasi seperti yang tersebut diatas :
1. Menggunakan model Heuristik Silver-Meal yang akan menghasilkan biaya
2.8.1 Model Pengendalian Heur istik Silver Meal.
Heuristik silver meal didasarkan atas permintaan beberapa periode
mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini ditemukan oleh
Edward Silver dan Harlan Meal yang menyatakan bahwa pembelian bahan hanya
disimpan lebih dari satu periode pertama, dimana pembelian bahan baku
dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol (Arman Hakim, 2003).
Tersine (2001) memberikan langkah-langkah penerepan dari heuristik silver meal
sebagai berikut :
1. Menghitung total r elevan cost (TRC) .
T T Periode Akhir pada Simpan Biaya Total C T T TRC + = ) ( (2.16)
∑
= − + = T t Rk k Ph C T T TRC 1 ) 1 ( ) ( (2.17) Dimana :C = Biaya Pesan
h = Friksi Biaya Simpan
P = Biaya Pengadaan
Ph = Biaya Simpan
TRC (T) = Total relevan Cost tiap T periode
T = waktu pengadaan
Sedangkan menurut Arman Hakim (2003), penyelesaian Heuritik
memberikan cara penyelesaian lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan
heuristik, tetapi pendekatan silver meal mudah digunakan dan menghasilkan pola
pembelian terbaik di banding pendekatan heuristik lainnya.
Bila “t” atau jumlah satuan waktu selama periode pembelian, maka :
Rata-rata biaya persediaan per satuan waktu =
t t periode akhir pada total simpan Biaya pesan
biaya ) ( )
( + atau ) ( } ) 1 ( ) 1 3 ( ) 1 2 ( ) 1 1
{( 1 2 3
i t h D t D D D k TU AC T K K L
L + −
+ − + − + − +
= (2.18)
Dimana :
= TU
AC
Rata-rata biaya persedian per satuan waktu.
k = Biaya per pesan
Dt = Permintaan selama periode ke t
h = Biaya simpan per unit per periode, dimana pada periode pertama (t=1)
tidak ada biaya simpan sehingga variabel Di pada persamaan (2.18)
dapat diabaikan.
Aturan penyelasian atau menghitung
TU AC
untuk periode pembelian
berurutan sampai nilai
TU AC
terendah merupakan periode pembelian dan jumlah
bahan yang dibeli merupakan jumlah kebutuhan selama periode tersebut,
Qt = D1 + D2 + D3+ ... + Dt
2. Membuat Tabel Pengadaan.
Adapun bentuk dari tabel tersebut sebagai berikut :
Periode t Kebutuhan
TU
AC Pembelian
kembali
Bila :
T T TRC T
T
TRC ( )
1 ) 1 (
> +
+
(2.19)
Maka pada periode T + 1 tersebut harus dilakukan pengadaan persediaan bahan
baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai kembali dari 1 sehingga biaya
simpan (holding cost)nya kembali 0 serta terjadi biaya pesan (C) kembali.
3. Membuat Tabel Pengendalian Persediaan.
Bulan Kebutuhan
(Kg)
Pembelian
(Kg)
Simpan
(Kg)
Total Biaya
2.9 Per amalan Untuk Per encanaan Per sediaan Bahan Baku.
2.9.1 Penger tian Peramalan.
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan
untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa
yang akan datang (Biegel, 2002).
Dapat dikatakan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah
meskipun akan terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan keterbatasan
kemampuan manusia. Peramalan dilakukan untuk masa mendatang melalui
pengujian keadaan dimasa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan
peristiwa-peristiwa diwaktu yang akan datang atas dasar pola-pola diwaktu yang lalu
(Handoko, 2001).
Dalam hubungannya dengan operasi produksi, peramalan harus menjadi
bagian integral dari perencanaan dan pengambilan keputusan. Peramalan
diperlukan sejalan dengan usaha organisasi untuk mengurangi ketergantungannya
pada faktor lingkungan yang tidak pasti. Sehingga peramalan merupakan alat
bantu yang sangat penting bagi suatu perusahaan yang efektif dan effisien. Karena
perencanaan dan pengendalian operasi terjadi di beberapa tingkat, maka tidaklah
mungkin bahwa satu jenis peramalan dapat meleyani semua kebutuhan. Kita
mebutuhkan peramalan dari rentang waktu yang berbeda untuk berfungsi sebagai
dasar rencana operasi yang dikembangkan untuk cakrawala waktu perencanaan
yang berbeda-beda. Untuk masing-masing jangka waktu perencanaan yang ada,
kriteria utama untuk pemilihan metode yang sesuai adalah kesesuaian antara
yang diramalkan, biaya dan kemudahan pengoprasian (Buffa, 2003 dan
Makridakis,2003).
Secara umum metode peramalan dibagi dalam dua katagori yaitu :
1. Metode Kualitatif.
Metode ini digunakan bila tidak tersedia atau sedikit informasi kualitatif
masa lalu untuk meramalkan kondisi mendatang, tetapi terdapat pemgertian
kualitatif yang cukup dan mengandalakn opini para pakar. Metode ini berguna
untuk peramalan jangka panjang yang termasuk metode kualitatif adalah metode
explorasi dan metode normatif.
2. Metode Kuantitatif.
Metode ini digunakan bila tersedia cukup informasi kuantitatif untuk
meramalkan kondisi mendatang, dimana informasi masa lalu itu dapat
dikuantitatifkan dalam bentuk numerik dengan menggunakan pendekatan
statistika dan matematika. Asumsi metode ini bahwa pola data masa lalu akan
terus berlanjut dimasa datang. Yang termasuk metode kuantitatif adalah metode
eksplorasi deret berkala (Time series) dan metode kausal (Explanatory/regresi).
2.9.2 Analisa Pola Data Der et Berkala ( Time Ser ies).
2.9.2.1 J enis Pola Data Untuk Der et Ber kala.
Terdapat empat data deret berkala yaitu horizontal, musiman, siklus dan
trend. Kelayakan metode akan tergantung pada komponen permintaan mana yang
1. Pola Horizontal (H).
Bilamana nilai data permintaan berfluktuasi disekitar nilai rata-rata
konstan dan tidak secara konsisten naik atau turun.
2. Pola Musiman (S).
Bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman yang berdampak
positif dan negatif terhadap permintaan (misalnya kuartal dalam tahun,
bulan, hari atau minggu tertentu) yang terjadi karena faktor-faktor
tertentupada selang waktu teratur.
3. Pola Siklus (C).
Bilamana datanya diperngaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Sifat pola siklis atau
siklikal bervariasi dalam hal waktu dan durasi kejadian.
4. Pola Trend atau Kecenderungan (T).
Bilamana terjadi kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam
data atau dalam satu periode ke periode berikutnya.
2.9.3 Metode Peramalan.
2.9.3.1 Metode Rata-r ata ber ger ak.
Metode rata-rata bergerak ini melakukan dengan mengambil sekelompok
nilai pengamatan, mencari nilai rata-ratanya dan lalu menggunakan nilai rata-rata
tersebut sebagai ramalan untuk periode barikutnya. Jumlah pengamatan aktual
yang dimasukkan kedalam rata-rata ini ini ditetapkan oleh manajer dan tetap
konstan. Istilah rata-rata bergerak dipergunakan, karena setiap kali obesvasi baru
ramalan. Karakteristik kedua dari rata-rata bergerak adalah semakin besar jumlah
observasi yang dimasukkan dalam perhitungan rata-rata bergerak, efek pelicinan
semakin terlihat dalam ramalan (Makridakis, 2001).
Tujuan utama dari penggunaan teknik rata-rata bergerak ini adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan
N A A
A
MA= t + t−1+K + t−(N−1) (2.20)
Dimana : MA = Rata-rata bergerak
t
A = Permintaan aktual pada periode t
N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan
rata-rata bergerak.
Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan rata-rata bergerak berikutnya
selalu dihitung dengan mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka :
N A A MA
MAt = t−1 + t − t−N (2.21)
Prehitungan tentang berapa nilai N yang tepat adalah hal yang penting
dalam metode ini. Semakin besar nilai N, maka semakin halus perubahan nilai
rata-rata bergerak dari periode ke periode. Kebalikannya, semakin kecil nilai N,
maka hasil perhitungan akan lebih agresip dalam mengantisispasi perubahan data
terbaru yang diperhitungkan. Kelemahan dari teknik rata-rata bergerak ini adalah
sebagai berikut :
1. Peramalan selalu berdasarkan pada N data terakhir tanpa
2. Setiap data dianggap memiliki bobot yang sama, padahal lebih masuk
akal bila data yang lebih baru akan mempunyai bobot yang lebih tinggi
karena data tersebut merepresentasikan kondisi yang terakhir terjadi.
Kelemahan kedua ini akan diatasi dengan menggunakan teknik
rata-rata bergerak dengan pembobotan.
3. Diperlukan biaya yang besar dalam penyimpanan dan pemrosesan
datanya, karena bila N cukup besar, maka akan membutuhkan memori
yang cukup besar dan proses komputasinya menjadi lama.
2.9.3.2 Metode Pemulusan Exponensial.
Terdapat dua batasan utama yang mendorong para peramal untuk
menerapkan metode pelicinan/pemulusan eksponensial untuk menggantikan
rata-rata bergerak. Pertama, untuk menghitung ramalan rata-rata-rata-rata bergerak, setidaknya
nilai pengamatan sejumlah N harus disimpan. Kedua, metode rata-rata bergerak
memberikan bobot yang setara untuk masing-masing pngamatan untuk N
pengamatan terakhir dan tidak memberikan bobot apapun untuk semua periode
sebelumnya (t-N).
Pada prinsipnya, pelicinan eksponensial beroperasi dengan cara yang
sejalan dengan rata-rata bergerak dengan “melicinkan” pengamatan historis untuk
mengurangi kerandoman. Tetapi prosedur matematika untuk melakukan pelicinan
ini agak berbeda dengan yang dipergunakan dalam rata-rata bergerak (Makridakis,
2003). Model matematis exponensial ini dapat dikembangakan dari persamaan
N A A F
Ft = t−1 + t − t−N (2.22)
Dimana bila data permintaan aktual yang lama At−N tidak tersedia, maka dapat digantikan dengan nilai pendekatan yang berupa nilai ramalan sebelumnya
(Ft−1), sehingga persamaan diatas (2.8) dapat dituliskan menjadi :
N F A F
Ft = t−1 + t − t (2.23)
atau 1 1 1 −1
− +
= t t
t N A N F
F (2.24)
Dari persamaan (2.10) terlihat bahwa peramalan dengan teknik pemulusan
eksponensial pada periode t. (Ft+1) akan didasarkan atas pembobotan data
permintaan aktual akhir (At) dengan bobot 1/N dan pembobotan ramalan yang paling akhir (Ft−1) dengan bobot (1-1/N). Karena N bilangan positif, maka 1/N akan menjadi konstanta yang bernilai antara nol (N = ~) sampai dengan 1 (N = 1).
Dengan mengganti 1/N dengan α, maka persamaan (2.24) akan menjadi :
(
1−)
−1+
= t t
t A F
F
α
α
(2.25)Bila kita notasikan ft sebagai peramalan permintaan pada periode t sehingga
1
−
= t
t F
f maka persamaan (2.25) menjadi :
(
)
tt
t A f
F =
α
+ 1−α
(2.26)Dari persamaan (2.12) diatas, terlihat bahwa teknik pemulusan eksponensial
banyak mengurangi kelemahan teknik rata-rata bergerak dalam penyimpanan data
konstanta α yang harus disimpan. Cara lain untuk menuliskan persamaan (2.25)
adalah dengan susunan berikut :
(
1)
1 −
− + −
= t t t
t F A F
F α (2.27)
Dimana At−Ft−1 merupakan kesalahan ramalan dalam periode t (e ), sehingga t
persamaan (2.22) dapat ditulis sebagai berikut :
t t
t F e
F = −1+α (2.28)
Dari persamaan (2.28) terlihat bahwa bila α mempunyai angka mendekati satu,
maka ramalan yang baru akan menyesuaikan kesalahan dengan besar pada
ramalan sebelumnya. Kebalikannya, bila α mendekati nol, maka ramalan yang
baru akan menyesuaikan kesalahan dengan kecil.
Penentuan besarnya nilai α harus dipertimbangkan dengan baik. Salah satu
metode yang dapat dipaki adalah memilih nilai α berdasarkan nilai N yang
dilibatkan dalam teknik pemulusan eksponensial. Metode ini hanya dapat
diterapkan oleh perusahaan yang telah lama menggunakan teknik pemulusan
eksponensial dengan N yang cukup memadai. Rata-rata usia data dengan teknik
MA = N – ½, sedangkan rata-rata usia data dengan teknik Es = 1 – α/ α. Untuk
menghitung nilai α dalam hubungannya dengan N adalah dengan membuat
persamaan sebagai berikut :
α α
− =
− 1
2 1
N
(2.29)
atau
1 2
+ =
N
Untuk menggunakan pelicinan eksponensial, seoramg manajer hanya
memerlukan angka pengamtan terbaru, ramalan terbaru, dan nilai α. Pelicinan
eksponensial tunggal mudah dan murah untuk dipergunakan, karena program
komputer dapat secara otomatis menemukan nilai α terbaik. Di samping itu, bukti
empiris dan pengalaman di antara para pengguna peramalan menegaskan bahwa
pelicinan eksponensial merupakan metode yang akurat, efektif dan dapat
diandalkan untuk berbagai aplikasi peramalan ( Makridakis, 2001).
2.9.3.3 Regr esi Linier .
Peramalan yang didasarkan pada metode regresi menghasilkan fungsi
peramalan yang dinamakan persamaan regresi. Persamaan regresi
menggambarkan deret yang diramalkan dalam bentuk deret lain yang dianggap
mempengaruhi atau menyebabkan penjualan naik atau turun. Dasar pemikirannya
dapat bersifat umum ataupun spesifik (Buffa, 2003).
Dalam metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum
dilakukan pengumpulan data dan analisisnya. Contoh yang paling sederhana dari
metode regresi ini adalah metode regresi linier sederhana dengan variabel pengruh
tunggal, secara matematis model ini dinyatakan sebagai berikut (Arman
Hakim,2003) :
ŷ = a + bx (2.31)
dimana :
ŷ = perkiraan permintaan
x = variabel bebas yang mempengaruhi y
b = derajat kemiringan persamaan garis regresi
Dalam model ini, diasumsikan nilai x dan nilai y sebnyak n pasang,
Pasangan x dan y ini dinyatakan sebagai (x1,y1),(x2,y2),K,(xn,yn). Simbol y menunjukkan nilai ŷ yang diamati, sedangkan simbol menunjukkan titik p ada
garis yang diekspresikan pada persamaan ŷ = a + bx.
Nilai y yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak akan tepat jatuh pada
garis perkiraan karena terdapatnya kesalahan acak pada data. Pada setiap titik
pengamatan, kesalahan ditujukkan sebagai ŷi – yi, dan total varian atau kesalaha n
kuadrat untuk seluruh titik pengamatan tersebut adalah :
(
)
(
)
∑
Υ − 2 =∑
+ − 2i i i
i y a bx y (2.32)
Analisa regresi bertujuan meminimasi persamaan kesalahan diatas dengan
memilih nilai a dan b yang sesuai. Kesalahan terkecil akan diperoleh dengan cara
derivatif,
dimana hasil akhirnya adalah :
n x b n
y
a =
∑
i −∑
i (2.33)( )(
)
[
]
( )
22
∑
∑
∑
∑
∑
− − = i i i i i i x x n y x y x nb (2.34)
Untuk n pasang data yang diberikan, nilai a dan b dapat dicari dengan
persamaan a dan persamaan b di atas. Nilai-nilai ini akan membentuk garis lurus
yang merupakan kuadrat terkecil (prediktor) terbaik atas permintaan y
2.9.4 Pengukuran Ketepatan Metode Per amalan.
Didalam pemilihan dan penerapan metode peramalan pada data historis
yang tersedia, perlu dilakukan pengukuran kesesuian metode tertentu untuk suatu
kumpulan data yang diberikan. Dalam banyak situasi peramalan, ketepatan
(accuracy) dipandang sebagai kriteria penolakan untuk metode peramalan.
Ukuran statistik standart yang sering digunakan untuk pengukuran
ketepatan metode peramalan dimana terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk
n periode serta n buah kesalahan adalah (Makridakis, 2001 dan Arman hakim,
2003) :
1. Kesalahan Rata-rata (ME) dan Kesalahan Rata-rata Kuadrat (MSE).
Kesalahan rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut :
n F A ME n t t t
∑
= − = 1 (2.35)MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan
peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah
periode peramalan. Secara matematis MSE dirumuskan sebagai berikut
(
)
∑
− = n F AMSE t t
2
(2.36)
2. Standar Deviasi Kesalahan (SDE) dan Deviasi Absolut Rata-rata
(MAD).
Rumus dari standar deviasi kesalahan adalah :
(
)
1 2 − − =∑
n F AMAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu
tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih
kecil dibanding kenyataannya. Secara matematis, dirumuskan sebagai
berikut :
∑
− = n F AMAD t t (2.38)
3. Kesalahan Persentase (PEi) dan Kesalahan Persentase Rata-rata
(MPE).
Kesalahan persentase dirumuskan sebagai berikut :
% 100 X A F A PE t t t t −
= (2.39)
Sedangkan rumus dari kesalahan persentase rata-rata adalah :
n PE MPE n i i
∑
= = 1 (2.40)4. Kesalahan Persentase Absolut Rata-rata (MAPE).
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih
berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase
kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode
tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis MAPE dinyatakan sebagai
atau
∑
− =
t t
t A
F A n
MAPE 100 (2.42)
Dalam banyak situasi peramalan, perbandingan dari masing-masing
metode peramalan yang dicoba adalah dijadikan sebagai acuan pemilihan dan
pilihan diambil berdasarkan nilai MSE paling minimum. Bila dihubungkan
dengan penentuan konstanta pemulusan pada metode smoothing, maka besar
kecilnya nilai α, β dan γ harus ditentukan agar MSE dari metode-metode yang
dicoba menghasilkan nilai minimum. Penentuan nilai α, β dan γ ini dapat
dilakukan dengan cara trial and error atau dapat dibantu dengan program/sofware
komputer untuk memperoleh nilai yang baik.
2.9.5 Pemer iksaan dan Pengendalian Per a malan.
Suatu langkah pertama yang diperlukan setelah kita membuat ramalan
adalah memeriksa bahwa ramalan tersebut memang telah dapat mewakili data dan
sistem penyebab kebetulan yang mendasari permintaan bagi produk yang
dipertanyakan. Bentuk termudah dari cara pemeriksaan/pengendalian ini adalah
peta kendali secara statistik yang digunakan adalah Peta Rentang Bergerak
(Moving Rang Chart/MRC), yang dirancang untuk membandingkan nilai yang
diamati dengan yang diramalkan dari suatu permintaan. Tujuan pemeriksaan
dengan MRC ini adalah mengadakan verifikasi apakah fungsi atau metode
ramalan terpilih hasil ramalannya dapat digunakan atau tidak. Pemeriksaan
meramalkan periode-periode berikutnya). Moving range dapat didefinisikan
sebagai (Arman Hakim,2003) :
(
ˆ −) (
− ˆ−1− −1)
= yt yt yt yt
MR (2.43)
Adapun rata-rata moving range didefinisikan sebagai :
1
1
− =
∑
=n MR MR
n
t t
(2.44)
Garis tengah peta moving range adalah titik nol. Batas kontrol atas dan bawah
pada peta moving range adalah :
MR
BKA=+2,66 (2.45)
MR
BKB=−2,66 (2.46)
Dalam penetuan batas kontrol tersebut paling sedikit digunakan 10 dan
atau 20 nilai MR. Perbedaan yang digambarkan dalam peta rentang bergerak
(MRC) adalah ∆yt = yˆt−y. Masing-masing perbedaan itu ditunjukkan sebagai
titik-titikyang diplotkan pada MRC. Jika semua titik masuk dalam batas kendali
kita menganggap bahwa peramalan tersebut adalah benar dan representatif.
Sedangkan bila titik itu berada diluar batas kendali (out of control) berarti kita
tidak mempunyai peramalan yang teliti, sehingga perlu mengadakan
perbaikan-perbaikan pada parameter metode peramalan.
Pengujian untuk kondisi tidak terkendali (out of control) adalah jika ada
titik
(
yˆt−yt)
yang berada diluar batas kendali yaitu bila titik itu >UCL atau<LCL. Jika dari tiga titik yang berurutan apakah dua atau lebih terdapat dalam
terdapat dalam suatu daerah B. Apakah terdapat delapan titik yang berurutan pada
salah satu sisi dari garis tengah peta rentang bergerak (MRC) untuk kondisi tidak
terkendali ini ditujukkan pada gambar dibawah ini :
Periode
Gambar 2.2 Peta Rentang Bergerak (MRC).
Keterangan :
Daerah A = bagian sebelah luar ± 2/3 (2,66 MR).
= ± 1,77 MR (diatas + 1,77 MR atau dibawah – 1,77 MR) Daerah B = bagian sebelah luar ± 1/3 (2,66 MR)
= ± 0,89 MR (diatas + 0.89MR atau dibawah – 0,89 MR) Daerah C = bagian diatas atau dibawah garis tengah.
Daerah A
Daerah B
Daerah A
Daerah B
Daerah C
Daerah C Garis Pusat +
- 0 Ŷt - yt
UCL = 2,66 MR
A = 2/3 UCL
B = 1/3 UCL
C = Pusat (0)
B = - 1/3 LCL
A = - 2/3 LCL
a. Ilutr asi Contoh Per soalan
Contoh :
Permintaan suatu jenis bahan selama 5 bulan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Permintaan akan suatu barang
Bulan 1 2 3 4 5 J umlah
Per mintaan 31 14 7 0 87 139
Pada soal ini tidak ada persediaan awal dengan biaya pesan Rp. 100,- setiap kali
pesan dan biaya simpab Rp. 4,- per unit per bulan.
A. Heur istik Silver Meal
Menghitung rata-rata biaya persediaan
) ( } ) 1 ( ) 1 3 ( ) 1 2 ( ) 1 1
{( 1 2 3
i t h D t D D D k TU AC T K K L
L + −
+ − + − + − +
= (2.18)
Dimana :
= TU
AC
Rata-rata biaya persedian per satuan waktu.
k = Biaya per pesan
Dt = Permintaan selama periode ke t
h = Biaya simpan per unit per periode, dimana pada periode pertama (t=1)
tidak ada biaya simpan sehingga variabel Di pada persamaan (2.18)
dapat diabaikan.
Maka :
Pada t =1, = = .100,−
Bila periode pembelian hanya 1 bulan, biaya yang timbul hanya biaya pesan
karena Dt tidak menimbulkan penyimpanan.
Pada t = 2, =
[
+(
)
]
= .78,− 2 4 14 100 Rp x TU ACPesan sebesar 45 unit pada t =1 mencakup kebutuhan 31 unit pada t-1 dan 14 unit
pada t = 2, dimana 14 unit pada t = 1 terkena biaya simpan Rp. 4,- per unit.
Pada t = 3,
[
(
(
) (
)
)
]
.70,673 8 7 4 14 100 Rp x x TU AC = + + =
Pesan sebesar 52 unit pada t = 1 mencakup kebutuhan 14 unit pada t = 1 terkena
biaya simpan sebesar Rp. 4,- serta 7 unit terkena biaya simpan pada t = 1 dan t = 2
sebesar Rp.4 + Rp. 4 = Rp. 8,-
Pada t = 4, =
[
+(
(
) (
+) (
+)
)
]
= .53,− 4 12 0 8 7 4 14 100 Rp x x x TU ACPesan sebesar 52 unit pada t = 1 dimana 14 unit pada t = 1 terkena biaya simpan
sebesar Rp. 4,- serta 7 unit terkena biaya simpan pada t = 1 dan t = 2 sebesar
Rp.4,- + Rp. 4,- = Rp. 8,-.
Pada t = 5,
[
(
(
) (
) (
) (
)
)
]
.320,805 16 87 12 0 8 7 4 14 100 Rp x x x x TU AC = + + + + =
Pesan sebesar 139 unit pada t = 1 dimana 14 unit pada t = 1 terkena biaya simpan
sebesar Rp. 4,- serta 7 unit terkena biaya simpan pada t = 1 dan t = 2 sebesar
Rp.4,- + Rp. 4,- = Rp. 8,-. Juga 87 unit terkena biaya simpan pada t = 1, t = 2, t=3,
Kenaikan
TU AC
pada periode t = 1 menunjukkan bahwa pembelian pada t = 1, t =2,
t = 3 dan t = 4 lebih disukai dibeli pada periode t = 1. Pembelian berikutnya
dilakukan di periode ke-5.
Dan didapat total persediaan :
Tabel 2.2 Pendekatan heuristik Silver Meal.
Bulan 1 2 3 4 5 J umlah
Per mintaan 31 14 7 0 87 139
Per sediaan awal 0 0 0 0 0
Pembelian 52 0 0 0 87 139
Per sediaan akhir 21 7 0 0 0
Biaya pesan 100 0 0 0 100 200
Biaya simpan 84 28 0 0 0 112
2.10 Penelitan Ter dahulu
Berikut adalah beberapa ringkasan penelitian terdahulu yang juga
menggunakan metode Heuristik Silver Meal :
a. Yusuf Bakhtiar, Pengendalian per sediaan bahan baku pupuk dengan
metode heur istik silvear meal guna meminimalkan biaya pada PT.
Kusuma D