• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Situ Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Situ Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI MONYET EKOR

PANJANG (

Macaca fascicularis

RAFFLES 1821) DI SITU

SANGIANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

GALUH MASYITHOH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Situ Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GALUH MASYITHOH. Pendugaan Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Situ Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing oleh YANTO SANTOSA.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) memiliki manfaat di bidang biomedis sehingga banyak diekspor ke beberapa negara dunia seperti Cina dan Amerika. Namun demikian monyet ekor panjang kerap terlibat konflik dengan masyarakat. Situ Sangiang yang berada di Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu habitat bagi monyet ekor panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter demografi monyet ekor panjang yang terdiri dari ukuran populasi, angka kelahiran, angka kematian, sex ratio, dan struktur umur di Situ Sangiang, Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai. Penelitian dilakukan di Situ Sangiang pada tanggal 3-12 Maret 2015 dengan menggunakan metode titik terkonsentrasi terhadap 3 kelompok monyet ekor panjang. Hasil penelitian ini menunjukan monyet ekor panjang di Situ Sangiang memiliki ukuran populasi sebesar 76 individu dengan rata-rata ukuran kelompok sebesar 25.33 ± 8,40 individu . Sex ratio di kelompok makam 1:1.4, kelompok cideres 1:1.5, dan kelompok ranca 1:1.2 dengan struktur umur yang meningkat sehingga dapat menjamin kelestarian populasi.

Kata kunci: monyet ekor panjang, parameter demografi, situ sangiang

ABSTRACT

GALUH MASYITHOH. Estimation The Demographic Parameters of Long Tailed Macaque (Macaca fasciculares Raffles 1821) in Situ Sangiang Mt. Ciremai National Park. Supervised by YANTO SANTOSA.

Long-tailed macaque (Macaca fascicularis Raffles 1821) have wide use in biomedical research hence being exported to many countries, such as China and U.S.A. Indonesia is one of many countries that export long-tailed macaque. Even so, they often have conflict with humans. Situ Sangiang which is located at Sangiang Resort in Taman Nasional Gunung Ciremai (Mt. Ciremai National Park) is one of many habitats of long-tailed macaque. This research aims to discover demographical parameters of long-tailed macaque at Situ Sangiang, which are population size, birth rate, mortality rate, sex ratio, and age structure. This research was held at 3-12 March 2015 using concentration count method towards three groups of long-tailed macaque. The data collected from the site indicated that population of long-tailed macaque at Situ Sangiang is 76 individuals with an average size of 25.33 ± 8,40 individuals per group. Sex ratio in the groups are 1:1.4 for makam group, 1:1.5 for cideres group, and 1:1.2 for ranca group with progressive population structure that will ensure the prosperity of long tailed-macaque population.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI MONYET EKOR

PANJANG (

Macaca fascicularis

RAFFLES 1821) DI SITU

SANGIANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

GALUH MASYITHOH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan 3 - 12 Maret 2015 ini mengangkat tema mengenai parameter demografi satwa, dengan judul Pendugaan Parameter Demografi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Situ Sangiang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr IR Yanto Santosa DEA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Drs H Nana Suhana dan Ibu Hj Rr Susilaningsih yang selalu mendoakan dan melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, dan kakak-kakak yang selalu mendukung penulis. Selain itu kepada pihak Resort Sangiang, Bapak Lili Suryadi beserta stafnya yang telah bekerjasama dan membantu memberikan informasi dalam penelitian ini serta keluarga Bapak Engkos yang telah menjadi keluarga kedua penulis di Sangiang. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Priscillia Christiani, Ken Dara Cita, Rizka Hari YP, Eterna Firliansyah, Panji Prakoso, Tenrita Rizkiati, dan Priskila Agus Setianti yang selalu mendukung penulis, keluarga besar KSHE 48, Tim PKLP TNGC 2015, dan teman-teman KPM “Tarsius” X.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Parameter Demografi 7

Karakteristik Vegetasi 12

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengulangan kelompok makam 7

2 Hasil pengulangan kelompok cideres 7

3 Hasil pengulangan kelompok ranca 8

4 Populasi monyet ekor panjang 8

5 Kisaran ukuran populasi pada penelitian lain 9

6 Sex ratio monyet ekor panjang 9

7 Struktur umur tahunan rata-rata monyet ekor panjang 10

8 Natalitas monyet ekor panjang 11

9 Peluang hidup dan mortalitas monyet ekor panjang 11 10 Jumlah jenis dan kerapatan tumbuhan pada setiap plot pengamatan 12 11 Jenis dan kerapatan tumbuhan pakan monyet ekor panjang 13 12 Jenis dan bagian tumbuhan pakan yang dimakan monyet ekor

panjang

14

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi Penelitian 2

2 Monyet ekor panjang jantan dewasa 3

3 Monyet ekor panjang betina dewasa 4

4 Monyet ekor panjang muda 4

5 Anak monyet ekor panjang 4

6 Bayi monyet ekor panjang 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengulangan sex ratio 18

2 Pengulangan struktur umum kelompok makam 18

3 Pengulangan struktur umur kelompok cideres 18

4 Pengulangan struktur umur kelompok ranca 18

5 Pengulangan natalitas kelompok makam 19

6 Pengulangan natalitas kelompok cideres 19

7 Pengulangan natalitas kelompok ranca 19

8 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok makam 20 9 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok cideres 20 10 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok ranca 20

11 Kerapatan tumbuhan di plot cideres 21

12 Kerapatan tumbuhan di plot makam 21

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) merupakan salah satu jenis primata yang paling berhasil dalam beradaptasi, penyebarannya meliputi seluruh kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan (Roonwal dan Mahnot 1977). Selain itu monyet ekor panjang memiliki manfaat di bidang biomedis, salah satunya sebagai hewan model obesitas yang lebih realistik dibandingkan spesies lain (Putra 2009). Monyet ekor panjang tersebut diekspor ke beberapa negara di dunia seperti Cina dan Amerika serikat (Eudey 2008) oleh negara-negara pengekspor monyet ekor panjang seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Namun monyet ekor panjang kerap terlibat konflik dengan masyarakat karena tidak jarang monyet ekor panjang mencari makan di ladang atau kebun milik masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Hal ini dapat disebabkan karena pakan yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan populasi. Selain itu masuknya monyet ekor panjang ke ladang atau kebun masyarakat dapat juga disebabkan oleh rusaknya habitat monyet ekor panjang. Gangguan pada habitat monyet ekor panjang menyebabkan kontak dengan manusia menjadi intensif (Hadi 2005).

Situ Sangiang merupakan salah satu habitat bagi monyet ekor panjang. Situ Sangiang berada di Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai yang merupakan salah satu kawasan konservasi yang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang penetapan Hutan Lindung Gunung Ciremai sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Monyet ekor panjang yang ada di Situ Sangiang ini mengalami konflik dengan masyarakat. Dalam mencari solusi yang tepat untuk mengatasi konflik ini, maka diperlukan data terkait parameter demografi monyet ekor panjang. Kajian ilmiah terkait parameter demografi yang tervalidasi pada dasarnya dapat menentukan strategi konservasi monyet ekor panjang tersebut (Santosa 2010). Perkembangan parameter demografi dari waktu ke waktu sangat diperlukan bagi analisis kelestarian suatu spesies di masa yang akan datang (Santosa et al. 2012). Parameter demografi yang dimiliki suatu populasi akan berbeda di setiap lokasi. Akan tetapi belum ada data mengenai parameter demografi monyet ekor panjang di Situ Sangiang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai data dasar bagi pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dalam menyusun rencana pengelolaan kawasan yang terkait dengan pengelolaan spesies monyet ekor panjang.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Situ Sangiang, Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai pada tanggal 3-12 Maret 2015.

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: peta tematik lokasi penelitian, binokuler, GPS, pita meter, hand counter, tali raffia, kamera digital, stopwatch, tally sheet pengamatan, dan alat tulis.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode titik terkonsentrasi dan analisis vegetasi.

(13)

3 Metode titik terkonsentrasi (concentration count method)

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode titik terkonsentrasi (concentration count method) terhadap 3 kelompok monyet ekor panjang dengan 10 kali ulangan untuk masing-masing kelompok. Lokasi pengamatan yaitu di Blok Makam, Blok Cideres, dan Blok Ranca. Pengamatan dilakukan dua kali yaitu pada pagi hari (06.00-10.00 WIB) dan siang hari (10.00-12.00 WIB). Data yang digunakan merupakan ukuran terbesar yang teramati selama pengamatan. Data yang dicatat selama pengamatan yaitu jumlah individu tiap kelompok, jumlah individu berdasarkan jenis kelamin serta berdasarkan kelas umur. Dalam menentukan umur setiap individu populasi di alam sangatlah sulit, oleh karena itu dalam penelitian ini untuk menentukan struktur umur menggunakan pendekatan yang berdasarkan Soma et al. (2009):

a. Jantan dewasa (9-21 tahun) ditandai oleh wajah dengan cambang kurang lebat, berkumis, bantalan duduk kiri dan kanan menyatu, adanya skrotum. Jantan dewasa memiliki morfologi badan besar, taring panjang, dan tingkah laku cenderung superior seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Monyet ekor panjang dewasa

b. Betina dewasa (9-21 tahun), ditandai oleh wajah dengan cambang yang lebat, berjenggot, bantalan duduk kiri dan kanan terpisah, adanya vulva vagina. Betina dewasa memiliki ambing dan puting susu yang terlihat menggantung.

Gambar 3 Monyet ekor panjang betina dewasa

(14)

4

Gambar 4 Monyet ekor panjang muda

d. Anakan (0-4 tahun) yaitu monyet yang baru lahir, memiliki warna hitam pada rambut kepala, dan masih digendong oleh induk monyet.

Gambar 5 Anak monyet ekor panjang

Gambar 6 Bayi monyet ekor panjang Analisis vegetasi

(15)

5

Gambar 7 Desain plot analisis vegetasi

Pengolahan dan Analisis Data

Pendugaan ukuran populasi

Ukuran populasi adalah suatu ukuran yang memberikan informasi mengenai jumlah total individu satwa liar dalam suatu kawasan tertentu (Alikodra 2002). Pendugaaan ukuran populasi dihitung dan dianalisa untuk menghasilkan informasi:

Jumlah individu total:

Pendugaan ukuran kelompok rata-rata:

Pendugaan variasi kelompok:

Pendugaan kisaran ukuran kelompok:

Keterangan: X = ukuran kelompok monyet ekor panjang rata-rata setiap lokasi pengamatan (individu)

Xi = jumlah monyet ekor panjang pada kelompok ke-i (individu) n = jumlah kelompok

S2 = variasi jumlah individu pada lokasi pengamatan (individu) Natalitas

(16)

6

Keteragan: b = Angka kelahiran kasar B = Jumlah individu anak

N = Jumlah individu betina produktif Mortalitas

Nilai mortalitas diperoleh dengan pendekatan peluang hidup. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai peluang hidup dan mortalitas adalah sebagai berikut:

Peluang hidup setiap kelas umur (ax):

Keterangan: N(x,t) = jumlah populasi pada kelas umur x pada waktu ke-t

Mortalitas setiap kelas umur (Mi)

Mi = 1-ax

Sex ratio

Sex ratio dihitung dengan persamaan: Keterangan: S = Sex Ratio

J = Jumlah Jantan B = Jumlah Betina Struktur umur

Struktur umur adalah perbandingan jumlah individu di dalam setiap kelas umur dari suatu populasi. Struktur umur dapat digunakan untuk mencapai keberhasilan perkembangan populasi satwa liar, sehingga dapat menilai suatu prospek kelestarian satwa liar (Alikodra 2002). Struktur umur diperoleh dengan menghitung dan mengelompokan jumlah jantan dewasa, betina dewasa, jantan muda, betina muda, anak dan bayi (Santosa dan Sitorus, 2008).

Kerapatan vegetasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(17)

63%-7 92%. Suhu udara berkisar 15-20 oC pada saat malam hari, sedangkan pada saat

siang hari berkisar 19 – 24 oC.

Parameter Demografi

Ukuran populasi dan komposisi kelompok

Penelitian dilakukan terhadap 3 kelompok monyet ekor panjang yang berada di sekitar Situ Sangiang dengan menggunakan 10 kali ulangan dengan hasil pengulangan disajikan pada Tabel 1 untuk kelompok makam, Tabel 2 untuk kelompok cideres, dan Tabel 3 untuk kelompok ranca.

Tabel 1 Hasil pengamatan kelompok makam Ulangan

(18)

8

Tabel 3 Hasil pengamatan kelompok ranca Ulangan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data terbanyak yang diperoleh selama pengamatan yang kemudian ditampilkan dalam Tabel 4. Populasi monyet ekor panjang di Situ Sangiang memiliki jumlah total individu (ukuran populasi) monyet ekor panjang sebanyak 76 individu. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa kelompok monyet ekor panjang di Situ Sangiang memiliki rata-rata ukuran kelompok sebesar 25.33 ± 8,40 individu.

Tabel 4 Populasi monyet ekor panjang

Lokasi Dewasa Muda Anak Bayi

Jantan Betina

Makam 5 7 11 7 2

Cideres 4 6 6 3 2

Ranca 5 6 6 5 1

Hasil penelitian ini berbeda jika dibandingkan dengan dengan hasil penelitian terkait populasi monyet ekor panjang yang dilakukan oleh Supartono (2001) di HPHTI PT RAPP, Kusmardiastuti (2010), Hidayat (2012), Anggraeni (2013), dan Sampurna (2014). Kisaran ukuran populasi monyet ekor panjang berdasarkan penelitian lain ditampilkan dalam Tabel 5.

(19)

9 Tabel 5 Kisaran ukuran populasi pada penelitian lain

Peneliti Kisaran Ukuran Populasi (individu)

Lokasi

Supartono (2001) 18-53 HPHTI PT RAPP

Kusmardiastuti (2010) 48-68 SM Paliyan

20-45 Hutan Kaliurang

Hidayat (2012) 23-31 HPGW

Anggraeni (2013) 9-43

Kawasan wisata ekosistem mangrove wonorejo

Sampurna (2014) 9-42 Pulau Peucang

Sex ratio

Pengelompokkan monyet ekor panjang berdasarkan jenis kelamin hanya dilakukan terhadap kelas umur dewasa karena sulit untuk dilakukan terhadap kelas umur muda, anak, dan bayi. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 6, dapat dilihat bahwa sex ratio dari kelompok makam diperoleh 1:1.4, kelompok cideres diperoleh 1:1.5, dan kelompok ranca 1:1.2. Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah betina hanya sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah jantan.

Tabel 6 Sex ratio monyet ekor panjang

Kelompok Sex Ratio penelitian ini berbeda dengan yang diungkapkan Napier dan Napier (1985) bahwa rasio perbandingan normal jumlah jantan dan betina dalam satu grup lebih kurang 1:2. Jika jumlah jantan dewasa lebih banyak dari jumlah betina dewasa dapat menyebabkan tingginya tingkat ketegangan (perkelahian) dalam memperebutkan betina birahi (Swindler 1998). Semakin banyak jumlah betina dewasa, maka kompetisi antara jantan untuk mendekati betina akan semakin rendah (Berard et al. 1993).

Struktur umur

(20)

10

selang waktu yang sama (rata-rata tahunan), yakni dengan membagi ukuran populasi pada setiap kelas umur dengan lebar selang kelasnya (Priyono 1998) seperti yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Struktur umur tahunan rata-rata monyet ekor panjang Plot Kelas

Jika merujuk pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa kelompok monyet ekor panjang di Situ Sangiang dibagi dalam kelas umur dewasa, muda dan anak dengan struktur umur tahunan kelompok makam untuk Dewasa : Muda : Anak adalah 1 : 2.2 : 2.25, kelompok cideres 0.83 : 1.2 : 1.25, dan kelompok ranca 0.92 : 1.2 : 1.5. Sehingga struktur umur tahunan monyet ekor panjang di Situ Sangiang yaitu Dewasa : Muda : Anak (2.75 : 4.6 : 5).Struktur umur dapat dipakai untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwaliar, sehingga dapat digunakan pula untuk menilai prospek kelestarian satwaliar (Alikodra 2002). Struktur umur tahunan monyet ekor panjang di Situ Sangiang berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan pola struktur umur yang meningkat (progressive population), artinya jumlah populasi anak lebih banyak dibanding populasi kelas muda dan dewasa, begitu juga kelas muda lebih banyak dibanding kelas dewasa. Dengan kondisi struktur umur progressive population maka kelestarian populasi akan terjamin, karena dengan semakin banyaknya jumlah individu pada struktur umur anak dan muda akan memberikan jaminan keproduktifan populasi atau angka natalitas akan tetap tinggi.

Natalitas

Nilai natalitas yang dihitung dalam penelitian ini merupakan nilai natalitas kasar. Nilai natalitas spesifik monyet ekor panjang di alam tidak dapat dihitung secara tepat karena umur setiap individu monyet ekor panjang di alam tidak dapat ditentukan secara pasti, pengelompokkan umur setiap individu berdasarkan ciri-ciri kualitatif, dan selang waktu antar kelas umur tidak sama (Priyono 1998). Nilai natalitas monyet ekor panjang di Situ Sangiang ditampilkan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Natalitas monyet ekor panjang

Kelompok Bayi Betina Dewasa Natalitas

Makam 2 7 0.29

Cideres 2 6 0.33

(21)

11

Jika dilihat pada tabel 8, kelompok makam memiliki nilai natalitas kasar yaitu 0.29, kelompok cideres 0.33, dan kelompok ranca 0.17. Nilai natalitas kasar ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian di kawasan lindung HPHTI PT 0.67 (Kusmardiastuti 2010). Kelimpahan jumlah pakan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan proses reproduksi monyet ekor panjang. Ketika jumlah pakan melimpah, maka kelahiran terjadi lebih cepat dan lebih sering (Lang 2006). Pada masa bunting jumlah monyet ekor panjang betina yang bunting akan meningkat pada saat puncak musim berbuah pohon pakan (Knott et al. 2009). Mortalitas

Angka laju kematian populasi monyet ekor panjang dapat diduga dari peluang hidup populasi dari setiap kelas umurnya (Supartono 2001). Dalam penelitian ini untuk memperoleh nilai mortalitas dihitung dengan menggunakan pendekatan 1 - peluang hidup pada setiap kelas umur yang ditampilkan pada Tabel 9. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kondisi populasi tahun ini identik dengan kondisi populasi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan data kematian moyet ekor panjang selama satu tahun karena waktu penelitian yang tidak sampai satu tahun.

Tabel 9 Peluang hidup dan mortalitas monyet ekor panjang

Kelompok Peluang Hidup Angka Kematian

anak-muda muda-dewasa anak-muda muda-dewasa

Makam 0.98 0.45 0.02 0.55

Cideres 0.96 0.69 0.04 0.31

Ranca 0.8 0.76 0.2 0.24

(22)

12

dari kelompoknya dan membuat kelompok yang baru atau berkelahi melawan pemimpin kelompoknya untuk merebut kedudukan sebagai pemimpin dalam kelompok tersebut. Selain itu perkelahian ini juga dapat disebabkan perebutan betina birahi. Pejantan yang kalah akan meninggalkan kelompoknya dan membentuk kelompok baru (Swindler 1998).

Karakteristik Vegetasi

Jika dilihat pada Tabel 10 plot cideres memiliki kerapatan individu yang tinggi pada tingkat semai dan pohon, sedangkan plot makam memiliki kerapatan yang tinggi pada tingkat pancang dan tiang. Plot ranca memiliki jumlah jenis terbanyak pada tingkat semai, tiang dan pohon. Sedangkan jumlah jenis pada tingkat pancang paling banyak ditemukan di plot makam.

Tabel 10 Jumlah jenis dan kerapatan tumbuhan pada setiap plot pengamatan Plot Tingkat Pertumbuhan Jumlah Jenis Kerapatan (ind/ha)

(23)

13 Tabel 11 Jenis dan kerapatan tumbuhan pakan monyet ekor panjang

Nama Lokal Nama latin Kerapatan (ind/ha)

Semai Pancang Tiang Pohon

Saninten Castanopsis argentea A. Dc

(24)

14

Variasi jenis tumbuhan yang dimakan mengikuti musim yang terjadi di habitat tempat tinggal monyet ekor panjang. Jika pada bulan tertentu ketersediaan suatu jenis makanan tidak ada, maka akan beralih ke jenis makanan lain yang ketersediaannya melimpah (Fuentes dan Dolhinow 1999). Saat ketersediaan pakan alami menurun maka monyet ekor panjang yang ada di plot cideres dan ranca akan mencari makan ke kebun penduduk yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Sedangkan monyet ekor panjang yang ada di plot makam selain memakan pakan alami, kelompok ini memperoleh pakan dari makanan yang diberikan oleh pengunjung. Wheatley (1989) mengatakan bahwa makanan yang berasal dari pengunjung lebih mudah didapat, memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dan bersifat temporer.

Tabel 12 Jenis dan bagian tumbuhan pakan yang dimakan monyet ekor panjang

Nama Lokal Nama Latin

Bagian

Dysoxylum nutans Miq ● Hasil pengamatan di lapang Kedoya Dysoxylum amooroides

Miq

● Hasil pengamatan di lapang

Kiara beureum* ● ● Hasil pengamatan di

lapang

Kiara bodas* ● ● Hasil pengamatan di

lapang Kihaji koneng Dysoxylum alliaceum

Bl

● Informasi dari

pegawai resort Kihampelas Ficus ampelas Burm ● ● Hasil penelitian

Supartono (2001) Mareme Glochidion crytostylum

Miq

(25)

15 Tabel 12 Jenis dan bagian tumbuhan pakan yang dimakan monyet ekor panjang

(lanjutan)

Nama Lokal Nama Latin

Bagian Yang

dimakan Keterangan Buah Daun

Nangsi Villebrunea rubescens Bl

● Hasil pengamatan di lapang

Pandan Pandanus sp. ● Hasil penelitian

Fadilah (2003) Saninten Castanopsis argentea

A. Dc

● Hasil pengamatan di lapang Teureup Artocarpus elasticus

Reinw karena dengan kondisi struktur umur progressive population maka semakin banyak jumlah individu pada struktur umur anak dan muda akan menjamin angka natalitas akan tetap tinggi. Selain itu sex ratio populasi pun masih seimbang sehingga perkawinan dapat terjadi.

Saran

Perlu dilakukan monitoring secara berkala untuk mengetahui perkembangan populasi monyet ekor panjang. Selain itu dapat dilakukan pemanenan apabila populasi monyet ekor panjang memiliki jumlah yang berlebih atau sex ratio tidak seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengendalikan populasi monyet ekor panjang. Pemanenan terhadap individu jantan dapat mengurangi persaingan antar jantan dalam memperebutkan betina

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni IWS. 2013. Populasi dan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Wkowisata Mangrove Wonorejo dan Sekitarnya, Surabaya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(26)

16

Berard J, Nurnberg P, Epplen JT, Schmidtke J. 1993. Male rank, reproductive behavior and reproductive success in free-ranging rhesus macaques. Primates. 34:481-489.

Bismark M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Eudey AA. 2008. The crab-eating macaque (Macaca fascicularis) widespread and rapidly declining. J Primate Conservation 23:129-132.

Fadilah A. 2003. Evaluasi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fuentes A, Dolhinow P. 1999. The Nonhuman Primates. London (GB): Mayfield Publishing company.

Hadi I. 2005. Feeding ecology of long-tailed macaques at Cikakak monkey park [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hidayat A. 2012. Studi Populasi dan Pola Penggunaan Ruang Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Pendidikan Gunung Walat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kusmardiastuti. 2010. Penentuan Kuota Panen Monyet ekor Panjang Macaca fascicularis Berdasarkan Parameter Demografi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lang KC. 2006. Primate Factsheets: Long-tailed macaque (Macaca fascicularis)

Taxonomy, Morphology, & Ecology .

<http://pin.primate.wisc.edu/factsheets/entry/long-tailed_macaque/taxon>. (diakses tanggal 29 Mei 2015)

MacKinnon JR, MacKinnon KS. 1980. Niche differentiation in primate communication. Di dalam DJ Chivers, editor. Malayan Forest Primates. New York (US): Plenum Press. hlm 187.

Medway L. 1977. Mammals of Borneo : Field Keys and Annotated Checklist. Kualalumpur (ML): Percetakan Sdn. Bhd.

Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of the Primates. Cromwell, London (GB): The British Museum (Natural History).

Nowak RM. 1999. Waklker’s Primates of The World. Baltimore, London (UK): The Johns Hopkins University Press.

Putra IGAA. 2009. Polimorfisme gen penyandi karakter obesitas (MC4R/reseptor melanokortin 4) pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) asal Bali, Jawa Timur, dan Sumatera [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyono A. 1998. Penentuan Ukuran Populasi Optimal Monyet ekor Panjang

(Macaca fascicularis Raffles) dalam Penangkaran dengan Sistem Pemeliharaan di Alam Bebas: Studi Kasus di PT Musi Hutan Persada [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rowe N. 1996. The Pictorial Guide to the Living Primates. New York (US): Pogonias Press.

Sampurna B. 2014. Pendugaan Parameter Demografi dan Model Pertumbuhan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pulau Peucang, TN Ujung Kulon. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

17 Taman Nasional Wasur Studi Kasus di Savana Campuran Udi-Udi Seksi Pengelolaan III Wasur, Papua. Media Konservasi. 2:13:65-70.

Santosa Y. 2010. Permasalahan dan peran pendugaan parameter demografi populasi dalam konservasi jenis satwaliar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santosa Y, Muhammad RYZ, Rahman DA. 2012. Pendugaan parameter demografi dan bentuk sebaran spasial biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens 1912) di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 17(2):159-165.

Santoso N. 1996. Analisis Habitat dan Potensi Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles, 1821) di Pulau Tinjil. Media Konservasi. 5 (1): 5-9.

Soma IG, Wandia IN, Suatha IK, Widyastuti SK, Ompis ALT, arjentinia GY. 2009. Dinamika populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di hutan wisata alas Kedaton tabanan. Buletin Veteriner Udayana. 1(2):47-53. Supartono T. 2001. Studi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis Raffles, 1821) di Kawasan Lindung HPHTI PT. Riau Andalan Pulp and Paper [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Swindler DR. 1998. Introduction to the Primates. Seattle (US): University of Washington Press.

Roonwal ML, Monhot SM. 1977. Primate of South Asia. Cambridge: Harvard Univ Pr.

(28)

18

Lampiran 1 Hasil pengulangan sex ratio

Ulangan Makam Cideres Ranca

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

1 5 7 3 6 3 4

Lampiran 2 Pengulangan struktur umur kelompok makam

Ulangan Rata-rata Tahunan

Lampiran 3 Pengulangan struktur umur kelompok cideres

(29)

19 Lampiran 4 Pengulangan struktur umur kelompok ranca

Ulangan Rata-rata Tahunan

Lampiran 5 Pengulangan natalitas kelompok makam

Ulangan Bayi Betina dewasa Natalitas

1 2 7 0.29

Lampiran 6 Pengulangan natalitas kelompok cideres

Ulangan Bayi Betina dewasa Natalitas

(30)

20

Lampiran 7 Pengulangan natalitas kelompok ranca

Ulangan Bayi Betina dewasa Natalitas

1 1 4 0.25

Lampiran 8 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok makam

Ulangan Peluang Hidup Mortalitas

Anak - Muda Muda - Dewasa Anak - Muda Muda – Dewasa

Lampiran 9 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok cideres

Ulangan Peluang Hidup Mortalitas

(31)

21

Lampiran 10 Pengulangan peluang hidup dan mortalitas kelompok ranca

Ulangan Peluang Hidup Mortalitas

Anak - Muda Muda – Dewasa Anak - Muda Muda - Dewasa

1 0.67 0.67 0.33 0.33

2 0.8 0.76 0.2 0.24

3 0.8 0.76 0.2 0.24

4 0.8 0.76 0.2 0.24

5 0.64 0.94 0.36 0.06

6 0.80 0.76 0.20 0.24

7 0.8 0.76 0.2 0.24

8 0.8 0.76 0.2 0.24

9 0.8 0.76 0.2 0.24

10 0.8 0.76 0.2 0.24

(32)

24

Lampiran 11 Kerapatan tumbuhan di plot cideres

Semai K (ind/ha) Pancang K (ind/ha) Tiang K (ind/ha) Pohon K (ind/ha)

Benda 166.667 Kareumbi 160.000 Benda 6.667 Ambit 1.67

Kedoya 500.000 Kiara bodas 26.667 Kareumbi 13.333 Bambu 5.00

Saninten 1833.333 Mareme 186.667 Kedoya 26.667 Benda 5.00

Muncang 80.000 Kiara bodas 6.667 Kedoya 5.00

Rotan 400.000 Pulus 33.333 Kiara bodas 5.00

Saninten 80.000 Saninten 113.333 Pulus 5.00

Tisuk 40.000 Saninten 40.00

Tisuk 3.33

Lampiran 12 Kerapatan tumbuhan di plot makam

Semai K (ind/ha) Pancang K (ind/ha) Tiang K (ind/ha) Pohon K (ind/ha)

Haripingku beureum

1000 Gawulan 240 Benda 10 Haripingku

beureum

12.5

Tisuk 500 Gintung 40 Cerem 20 Kiara Bodas 2.5

Haripingku beureum

200 Gintung 30 Kihaji koneng 2.5

Kaliandra 200 Haripingku

beureum

90 Nangsi 5

Kareumbi 120 Kareumbi 10 Saninten 5

Kihaji koneng 40 Kihaji koneng 10

(33)

2

Lampiran 12 Kerapatan tumbuhan di plot makam (lanjutan)

Semai K (ind/ha) Pancang K (ind/ha) Tiang K (ind/ha) Pohon K (ind/ha)

Kihampelas 80 Kikeuyeup 10

Nangsi 120 Nangsi 50

Rotan 320 Pedem 10

Pulus 30

Tisuk 20

Lampiran 13 Kerapatan tumbuhan di plot ranca

Semai K (ind/ha) Pancang K (ind/ha) Tiang K (ind/ha) Pohon K (ind/ha)

Haripingku

bodas 375 Hambirung 40 Hambirung 25 Hampru badak 1.25

Kiamis

250 Kiamis 60 Hampru badak 5

Haripingku

beureum 1.25 Kicau

250 Kicau 120 Haripingku bodas 40

Haripingku

bodas 2.5

Kisalam 625 Kisalam 100 Kiamis 15 Kiara beureum 2.5

Pulus 375 Nangsi 80 Kiceuhay 15 Kiara Bodas 1.25

Pandan 240 Kijamuju 15 Kibeusi 1.25

Pulus 20 Kisalam 35 Kiceuhay 2.5

Rotan 380 Kondang 15 Kijamuju 2.5

Tisuk 40 Nangsi 20 Pedem 1.25

Pedem 25 Saninten 3.75

Pulus 25 Tisuk 2.5

Teureup 10

(34)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Juli 1993. Penulis merupakan putri ke 5 dari 5 bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Nana Suhana dan Ibu Hj. Rr. Susilaningsih. Penulis lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Pada saat penulis melaksanakan pendidikannya di IPB, penulis melaksanakan berbagai praktik lapang. Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2013 di CA Pananjung Pangandaran dan SM Gunung Sawal. Penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2014 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) pada tahun 2015 di TN Gunung Ciremai. Selain itu penulis juga mengikuti ekspedisi RAFFLESIA HIMAKOVA di CA Bojonglarang Jayanti pada tahun 2013.

Gambar

Gambar 1  Peta Lokasi Penelitian
Gambar 5  Anak monyet ekor panjang
Gambar 7  Desain plot analisis vegetasi
Tabel 1  Hasil pengamatan kelompok makam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil ini menunjukkan adanya kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aldo Herlambang Gardjito dkk (2014), Diana Khairani Sofyan (2013), Fariz Ramanda

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.. Menguak Tabir

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang

Hasil jagung P 27 pada perlakuan pupuk kandang (T1) dan sludge (T2) secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 5) disebabkan karena kandungan

Sama halnya dengan kehadiran buku yang berjudul Bahasa Indonesia Bermuatan Nasionalisme Untuk Kelas V SD ini, tidak lepas dari penilaian, dan menjadi tanggungjawab moril

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan kepada Marchella selaku penulis dari buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) untuk menggunakan

Antara lain, saya sering mengatakan, birokrasi yang masih bermasalah di banyak tempat, korupsi sendiri, masih terjadi juga konflik komunal, kekerasan-kekerasan horizontal, anarki

Untuk itu Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup