JENIS KESALAHAN DALAM MENGERJAKAN SOAL PADA TOPIK JARAK DALAM RUANG SISWA KELAS XB SMA SANTA MARIA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Yasintha Rizky Kusumastuti NIM : 091414056
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
JENIS KESALAHAN DALAM MENGERJAKAN SOAL PADA TOPIK JARAK DALAM RUANG SISWA KELAS XB SMA SANTA MARIA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Yasintha Rizky Kusumastuti NIM : 091414056
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
KARYA TUHAN ITU
NYATA DALAM SETIAP
LANGKAH HIDUP YANG
KU LALUI .
v
Jadilah Lentera dalam Kegelapan
KERAS lah pada HIDUPMU
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis.
Yogyakarta , 23 Juli 2013
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya makasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yasintha Rizky Kusumastuti
No. Mahasiswa : 091414056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Jenis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal pada Topik Jarak dalam Ruang Siswa Kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Juli 2013
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Yasintha Rizky Kusumastuti. 2013. Jenis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal pada Topik Jarak dalam Ruang Siswa Kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program studi Pendididkan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis kesalahan yang dialami siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta dalam menyelesaikan soal – soal pada topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga, (2) mengetahui faktor –
faktor yang menyebabkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta dalam menyelesaikan soal –soal pada topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga dan (3) Memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta pada topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga
Subyek penelitian ini adalah siswi SMA Santa Maria Yogyakarta kelas XB pada tahun pelajaran 2012/2013. Terdapat 22 siswi yang mengikuti tes esai dan 6 siswi yang dipilih sebagai subyek wawancara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama dengan tes esai yang berhubungan dengan materi jarak dalam ruang dimensi tiga yang terdiri dari 3 soal dan tahap kedua dengan wawancara. Data tersebut kemudian di analisis dan diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahan dan dihitung presentase kesalahannya.
ix
mengakar, dan perkalian bilangan. Kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat diperbaiki dengan menggunakan pembelajaran remedial dimana pembelajaran ini berguna untuk membantu yang siswa yang lambat, sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan kepada mereka
x
ABSTRACT
Yasintha Rizky Kusumastuti. 2013. Type Of Errors In Doing Questions to the Topic Range In Room Students XB Santa Maria Yogyakarta Senior High School Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematic Education Study Program. Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata dharma University Yogyakarta.
The research aims to (1) find out type of error made by students of XB Santa Maria Yogyakarta Senior High School in doing the questions about defining range in three dimension room, (2) find out factors that cause error made by students of XB Santa Maria Yogyakarta Senior High School in doing the questions about defining range in three dimension room and (3) correct the mistake done by students of XB Santa Maria Yogyakarta Senior High School in doing the questions about defining range in three dimension room.
Subject of this research is the students of Santa Maria Yogyakarta Senior High School grade XB 2012/2013. There are 22 students participating the essay test and 6 students choosen to be the subject of interview. This research used qualitatif descriptive method. The data collected through two steps; essay test which related to the topic which consist of 3 questions and the second step is interview. The data then to be analyzed and classified based on the errors and then count the presentage of the errors.
The results of this research study showed that type of errors made by students are 1 type of data error question number 1.a 68.18% question number 1 b 59.09%, and question number 2 50.00% due to lack of attention to the questions so that some data are ignored. 2 the error of interpreting language question number 1a 13.64%, number 1b 27.27%, and number 2 13.64% because of lack of understanding the meaning of the questions. 3 error in using logic to decide the conclusion question number 1a 9.09%, number 1b 13.64%, and number 2 4.55% because of their doubt in
students’ counting. 4 error in using definition or theorems questions number 1a
xi
in squaring, square rooting and timing numbers. The mistakesdone by the students can be repaired by using remedial teaching, where this teaching useful to help students who are slow,difficult, failed to learn, so they can master the material thoroughly learning materials given to them.
xii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan RahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Jenis Kesalahan
dalam Mengerjakan Soal pada Topik jarak dalam Ruang Siswa kelas XB SMA
Santa Maria Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran
dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan juga limpahan karuniaNya
sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Drs. A. Atmadi., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Ketua Program Studi
xiii
5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan segala kesabaran dan juga penuh perhatian serta
atas masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Suster M. Yohanna Maria OSF, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SMA SantaMaria Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian
7. Bapak Drs. F. Sanusi Gozali , S.Pd selaku Guru bidang studi matematika
SMA Santa Maria Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dalam
melaksanakan penelitian
8. Siswi – siswi kelas XA dan XB SMA Santa Maria Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya tes uji coba dan penelitian
9. Dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma
10. Mama, kakak dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa
bagi penulis
11. Teman–teman Pendidikan Matematika angkatan 2009, khususnya Iin dan eva dan teman sekelompok bimbingan skripsi khususnya Stepik, Dayu dan
Gumawang. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini dan juga
dukungannya selama pengerjaan dan penyusunan skripsi yang sangat berarti
untuk penulis.
12. Serta semua pihak dan teman – teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat
xiv
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
oenulisan skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umunnya.
Yogyakarta , 23 Juli 2013
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembahasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Batasan Istilah ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 8
G. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran ... 10
B. Kesalahan ... 17
xvi
D. Faktor Penyebab Kesalahan ... 21
E. Materi Ruang Dimensi Tiga ... 23
1. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang ... 24
2. Jarak Titik ke Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang ... 30
F. Kerangka Berfikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36
1. Subyek Penelitian ... 36
2. Obyek Penelitian ... 36
C. Rancangan Pembelajaran ... 36
D. Bentuk Data ... 37
E. Metode Pengumpulan Data ... 37
F. Instrumen Penelitian ... 38
G. Metode Analisis Data ... 41
1. Analisis Validasi Tes Hasil Belajar Siswa ... 41
2. Analisis Reabilitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 45
3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 46
H. Rencana Penelitian ... 47
1. Tahap Sebelum Pengambilan Data ... 47
2. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data ... 47
3. Tahap Setelah Pengambilan Data ... 47
BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 49
B. Hasil Observasi dan Validasi ... 50
1. Observasi Kelas ... 50
xvii
C. Analisis Hasil Uji Coba ... 53
D. Deskripsi Data Penelitian ... 54
E. Analisis Data Penelitian ... 55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar ... 15
Tabel 3.1 Kisi–kisi Tes ... 31
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi ... 37
Tabel 3.3 Interpresentasi Reliabilitas ... 39
Tabel 4.1 Kegiatan yang Dilaksanakan Selama Penelitian ... 42
Tabel 4.2 Perubahan Soal Esai ... 47
Tabel 4.3 Distribusi Jenis Kesalahan Siswa Kelas XB ... 49
Tabel 4.4 Distribusi Kesalahan dari 6 Siswa ... 51
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Titik Terletak pada Garis ... 24
Gambar 2.2 Titik di Luar Garis ... 24
Gambar 2.3 Titik Terletak pada Bidang ... 25
Gambar 2.4 Titik di Luar Bidang ... 25
Gambar 2.5 Dua Garis Berpotongan ... 26
Gambar 2.6 Dua Garis Sejajar ... 26
Gambar 2.7 Dua Garis Bersilangan ... 26
Gambar 2.8 Garis terletak pada Bidang ... 27
Gambar 2.9 Garis Sejajar Bidang ... 27
Gambar 2.10 Garis Memotong atau Menembus Bidang ... 28
Gambar 2.11 Dua Bidang Berimpit ... 28
Gambar 2.12 Dua Bidang Sejajar ... 29
Gambar 2.13 Dua Bidang Berpotongan ... 29
Gambar 2.14 Jarak Titik ke Titik ... 30
Gambar 2.15 Jarak Titik ke Garis ... 30
Gambar 2.16 Jarak Titik ke Bidang ... 31
Gambar 2.17 Jarak Dua Bidang Sejajar ... 31
Gambar 2.18 Jarak Dua Garis Bersilangan ... 32
Gambar 4.1 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor 1.a ... 59
Gambar 4. 2 Kesalahan yang dilakukan S19 pada soal nomor 1.a ... 60
Gambar 4. 3 Kesalahan yang dilakukan S19 pada soal nomor 1.b ... 61
Gambar 4. 4 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.a ... 62
Gambar 4. 5 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.b ... 63
Gambar 4. 6 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor 1.a ... 64
Gambar 4. 7 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor 1.b ... 65
Gambar 4. 8 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor 2 ... 66
Gambar 4. 9 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor 2 ... 67
Gambar 4. 10 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.a ... 68
xx
Gambar 4. 12 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor1.a ... 71
Gambar 4. 13 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor1.b ... 72
Gambar 4. 14 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.a ... 74
Gambar 4. 15 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.b ... 75
Gambar 4. 16 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor 1.a ... 77
Gambar 4. 17 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor1.b ... 78
Gambar 4. 18 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor 2 ... 79
Gambar 4. 19 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor 1.a ... 80
Gambar 4. 20 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor 1.b ... 81
Gambar 4. 21 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor 2 ... 83
Gambar 4. 22 Kesalahan yang dilakukan S19 pada soal nomor 1.a ... 84
Gambar 4. 23 Kesalahan yang dilakukan S19 pada soal nomor 1.b ... 85
Gambar 4. 24 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.a ... 86
Gambar 4. 25 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.b ... 87
Gambar 4. 26 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor 1.a ... 89
Gambar 4. 27 Kesalahan yang dilakukan S17 pada soal nomor 2 ... 90
Gambar 4. 28 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor 1.a ... 91
Gambar 4. 29 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor 1.b ... 92
Gambar 4. 30 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor1.a ... 93
Gambar 4. 31 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor 2 ... 94
Gambar 4. 32 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor 1.a ... 95
Gambar 4. 33 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor1.b ... 96
Gambar 4. 34 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor 2 ... 97
Gambar 4. 35 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor 1.a ... 98
Gambar 4. 36 Kesalahan yang dilakukan S15 pada soal nomor1.b ... 99
Gambar 4. 37 Kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor1.b ... 100
Gambar 4. 38 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor1.a ... 101
Gambar 4. 39 Kesalahan yang dilakukan S18 pada soal nomor 1.b ... 102
Gambar 4. 40 Kesalahan yang dilakukan S19 pada soal nomor 1.a ... 103
Gambar 4. 41 Kesalahan yang dilakukan S8 pada soal nomor 1.a ... 104
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ...
Lampiran 2 Surat Keterangan dari SMA Santa Maria Yogyakarta ...
Lampiran 3 Soal Tes Uji Coba ...
Lampiran 4 Soal Tes Penelitian ...
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Penelitian ...
Lampiran 6 Validasi Soal ...
Lampiran 7 Reliabilitas Soal ...
Lampiran 8 Tabel Korelasi r Pearson ...
Lampiran 9 Nilai Hasil Tes Penelitian Kelas XB ...
Lampiran 10 Transkrip Wawancara ...
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan
mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263).
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan.
Pada pendidikan formal, penyelenggara pendidikan tidak dapat lepas dari
tujuan pendidikan yang harus dicapai. Tercapai tidaknya tujuan
pendidikan tersebut merupakan suatu tolak ukur dari keberhasilan
penyelenggaraan suatu pendidikan.
Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat penting dalam
dunia pendidikan karena matematika merupakan ilmu dasar yang
digunakan dalam bidang keilmuan yang lainnya. Kemampuan menguasai
matematika amat diperlukan oleh manusia pada usia awal
perkembangannya terutama pada saat anak duduk di sekolah dasar.
Kemampuan matematika diperlukan untuk secara kognitif membantu
siswa untuk dapat berpikir logis. Bersama dengan kemampuan berbahasa
yang diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan, matematika perlu
dikuasai untuk membantu mencerna ilmu-ilmu yang akan di pelajari pada
Seiring berjalannya waktu, Siswa mengasumsikan bahwa
pembelajaran matematika merupakan hal yang sukar dipahami.
Kebanyakan siswa menilai bahwa materi pelajaran matematika itu sulit,
rumit dan membutuhkan logika berpikir yang tidak ringan. Anggapan dan
asumsi siswa tersebut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
rendahnya kemampuan dan prestasi siswa pada pelajaran matematika.
Rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari penguasaan terhadap
materi pelajaran matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
dapat melihat seberapa jauh penguasaan materi adalah dengan
memberikan tes. Tes yang diberikan adalah untuk melihat bagaimana
kemampuan siswa dalam menguasai materi, dimana hal tersebut dapat
tinjau dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal.
Dengan adanya informasi mengenai kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengupayakan peningkatan sistem belajar mengajar dikelas yang
kemudian dapat berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Upaya peningkatan prestasi belajar dengan melakukan evaluasi
terhadap materi yang telah disampaikan juga dilaksanakan di SMA Santa
Maria Yogyakarta. SMA Santa Maria Yogyakarta terletak di pusat kota
Yogyakarta yaitu di daerah Prawirodirjan. Letak sekolah cukup strategis
karena terletak tidak jauh dari jalan raya sehingga mudah di akses oleh
para siswa baik dengan kendaraan pribadi maupun umum. Walaupun
berada di tengah perkampungan dan juga dengan halaman yang luas yang
dimiliki oleh sekolah membuat suasana sekolah ini cukup tenang dan
mendukung untuk kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang dimiliki oleh
sekolah baik sarana maupun prasarana pun sangat mendukung kegiatan
pembelajaran di kelas.
Namun dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh fakta bahwa
nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika berada
dibawah kriteria ketentuan minimal (KKM) sekolah yaitu sebesar 70. Hal
ini kemudian menimbulkan pertanyaan tersendiri karena dengan adanya
fasilitas pengajar yang terampil dan berpengalaman, serta sarana dan
prasarana baik dalam mendukung kegiatan pembelajaran dikelas ,kenapa
nilai mata pelajaran matematika yang dicapai oleh siswa masih berada
dibawah KKM. Oleh karena itu perlu diadakan evaluasi setelah materi
pelajaran matematika selesai diberikan, tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk melihat bagaimana pemahaman siswa akan materi yang sudah
disampaikan dan juga untuk melihat kesalahan apa yang dilakukan oleh
siswa dalam evaluasi tersebut sehingga dapat dilakukan analisis terhadap
kesalahan yang dilakukan dan dicari jalan keluar untuk dapat mengatasi
hal tersebut.
Analisis kesalahan ini akan lebih spesifik diterapkan pada siswa
kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 semester
genap yang sedang mempelajari materi ruang dimensi tiga. Hasil dari
bersangkutan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran sehingga
kesalahan yang dilakukan siswa dapat diminimalisir.
Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan, peneliti merasa
tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai jenis kesalahan yang
dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta dan juga
mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
menyelesaikan soal menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan bahwa
permasalahan–permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
1. Masih kurangnya kemampuan siswa untuk berfikir abstrak,
padahal materi menentukan jarak dalam dimensi ruang yang
dipelajari siswa bersifat abstrak sehingga sering menimbulkan
kesalahan saat mengerjakan soal yang berkaitan dengan ruang
dimensi tiga.
2. Guru masih lebih banyak mengunakan metode ceramah dalam
kegiatan pembelajaran
3. Materi ruang dimensi tiga yang bersifat abstrak
4. Siswa belum mampu menghubungkan antara konsep matematika
yang satu dengan konsep matematika yang lain yang berhubungan
5. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari dan mengerjakan
6. Masih adanya kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal pada materi tersebut perlu diketahui secara
jelas oleh guru.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah yang akan dibahas dibatasi pada jenis –
jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan jarak dalam
ruang dimensi tiga. Kesalahan yang dimaksud pada penelitian ini hanya
dibatasi pada kesalahan yang terlihat langsung dari hasil pekerjaan siswa
dan wawancara.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Santa Maria
Yogyakarta. Terdapat 22 siswa yang dipilih peneliti untuk diberikan tes
dan kemudian dipilih lagi 6 siswa yang melakukan kesalahan sesuai
dengan jenis – jenis kesalahan yang ada dalam teori sebagai subyek
wawancara.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis menyusun rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa
Maria Yogyakarta dalam mengerjakan soal pada topik menentukan
2. Faktor–faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang
dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta pada
topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga?
3. Bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa
kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta pada topik menentukan jarak
dalam ruang dimensi tiga?
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, agar
tidak menimbulkan pengertian yang berbeda – beda. Istilah yang akan
dibahas antara lain :
1. Kesalahan
Kesalahan adalah hasil tindakan yang tidak tepat atau menyimpang
dari aturan atau norma–norma tertentu. Tindakan yang tidak tepat itu
dapat mengakibatkan tujuan tidak tercapai secara maksimal atau
bahkan gagal. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud
kesalahan adalah pemahaman yang tidak tepat atau tidak rasional
dalam mempelajarai suatu masalah matematika,sehingga muncul
kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika tersebut.
Kesalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kesalahan yang
muncul dari hasil pekerjaan tertulis siswa dalam mengerjakan soal –
soal pada topik jarak dalam ruang dimensi tiga yang didukung dengan
2. Jenis–jenis Kesalahan
Jenis – jenis kesalahan yang dimaksudkan yaitu jenis kesalahan
yang tergolong dalam kesalahan data, kesalahan
menginterpresentasikan bahasa, kesalahan menggunakan logika untuk
menarik kesimpulan, kesalahan menggunakan definisi atau teorema,
penyelesaian yang tidak diperiksa kembali, dan kesalahan teknis.
3. Geometri Ruang ( Reguler )
Geometri ruang yang dimaksudkan yaitu ruang dimensi tiga,
dimana definisi dari ruang dimensi tiga yaitu bentuk dari benda yang
memiliki panjang, lebar, dan tinggi.
Dari batasan istilah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
dimaksudkan oleh judul“ Jenis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal pada
Topik Jarak dalam Ruang Siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013” adalah pemahaman yang tidak tepat atau tidak
rasional pada siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Ajaran
2012/2013 sesuai dengan jenis-jenis kesalahan yang tergolong dalam
kesalahan data, kesalahan menginterpresentasikan bahasa, kesalahan
menggunakan logika untuk menarik kesimpulan, kesalahan menggunakan
definisi atau teorema, penyelesaian yang tidak diperiksa kembali, dan
kesalahan teknis yang dilakukan dalam menyelesaikan soal – soal pada
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis kesalahan yang dialami siswa kelas XB SMA
Santa Maria Yogyakarta dalam menyelesaikan soal – soal pada
topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga.
2. Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kesalahan yang
dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta
dalam menyelesaikan soal – soal pada topik menentukan jarak
dalam ruang dimensi tiga.
3. Memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA
Santa Maria Yogyakarta pada topik menentukan jarak dalam ruang
dimensi tiga.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini bagi
guru, siswa dan penulis adalah :
1. Bagi Penulis :
Penulis dapat berlatih untuk berpikir ilmiah dan juga dapat
digunakan oleh penulis sebagai media untuk dapat menulis secara
ilmiah. Selain itu penulis juga dapat mengetahui jenis kesalahan
yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta
dalam mengerjakan soal –soal pada topik jarak dalam bangun
2. Bagi Siswa :
Siswa mampu mengetahui kesalahan – kesalahan yang
dilakukan dalam mengerjakan soal –soal pada topik jarak dalam
bangun ruang sehingga mampu mencari cara untuk dapat
memperbaiki kesalahan–kesalahan yang dilakukannya
3. Bagi Sekolah :
Membantu guru menemukan kesalahan yang dilakukan
oleh siswa agar nantinya dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk
menentukan metode yang tepat dalam melakukan proses
pembelajaran remedial maupun model pembelajaran yang tepat
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
Masalah pendidikan (dalam Sumadi Suryabrata, 2006 : 227)
merupakan masalah setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga
sekarang berusaha mendidik anak-anaknya dan atau anak-anak lain yang
diserahkan kepadanya untuk dididik. Demikian pula masalah “belajar” (dan “mengajar”) , yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha
pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh dikatakan
selalu belajar (dan juga dalam arti tertentu mengajar) ; misal seorang guru
mengajar murid-muridnya, pelatih ( coach ) mengajar para olahragawan, ibu rumah tangga mengajar pembantu rumah tangga, dokter mengajar
pasien-pasiennya tentang cara-cara menjaga kesehatannya.
Kenyataan bahwa “belajar” dan “mengajar” adalah masalah setiap
orang, maka perlu dan penting untuk menjelaskan dan merumuskan
masalah tersebut, yaitu :
1. Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan memperkokoh kepribadian (Suyono & Hariyanto,2011 : 9).
Menurut Cronbach (1954:47, dalam Sumadi Suryabrata, 2006:231),
Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami: dan
dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.
Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapat Harold Spears (1955 : 94
dalam Sumadi Suryabrata, 2006:231) yang menyatakan, bahwa :
learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
Senada dengan apa yang dikemukakan Cronbach diatas itu ialah
pendapat McGeoh (dalam Sumadi Suryabrata, 2006:231) yang
menyatakan bahwa :learning is a change in performance as a result of practice(Skinner, 1958:109).
Selanjutnya definisi yang lebih eksplisit lagi yaitu dengan
menunjukan yang bukan belajar adalah definisi yang dikemukakan
oleh Hilgard (dalam Sumadi Suryabrata, 2006:232). Dia memberikan
definisi sebagai berikut : learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training(Hilgard, 1948:4)
Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh
beberapa ahli yang berbeda pendiriannya dan berlain-lainan
titik-tolaknya namun dapat disimpulkan sebagai berikut :
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya
kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit).
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)
2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Belajar a. Dari Siswa
1) Tingkat Inteligensi (Kecerdasan)
Tingkat inteligensi (kecerdasan) sangatlah perlu untuk
diketahui. Intelegensi (Abror, 1993: 43) merupakan salah satu
dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit dipahami. Padahal
sudah tidak diragukan lagi, bagaimana besar peranannya dalam
berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Walaupun terdapat berbagai
anggapan mengenai bagaimana peranan intelegensi itu, namun
paling tidak, terdapat anggapan umum bahwa intelegensi itu
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
berhasil-tidaknya belajar seseorang.
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran
atau intelektual manusia. Intelegensi merupakan bagian dari
proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher order cognition). Secara umum intelegensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki intelegensi tinggi
sering disebut pula sebagai orang cerdas atau jenius (Suharnan,
Solso (dalam Suharnan, 2005: 346) mendefnisikan
intelegensi sebagai kemampuan memperoleh dan menggali
pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk memahami
konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan di
antara obyek-obyek dan gagasan-gagasan, menggunakan
pengetahuan dengan cara-cara yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
2) Motivasi Belajar
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama,
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Sebagai
siswa, mempunyai motivasi belajar sangat menguntungkan,
karena dapat membantu dirinya sendiri dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya
bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga
faktor-faktor non-intelektual, termasuk salah satunya ialah
motivasi. Oleh sebab itu, motivasi belajar dapat diartikan
sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu
demi mencapai suatu tujuan (Winkel, 1987: 92, dalam Abror,
Menurut Cecco (1968: 159, dalam Abror, 1993: 115), ada
empat fungsi motivasi dalam proses belajar-mengajar, yaitu:
(1) fungsi membangkitkan –mengajak siswa belajar, (2)fungsi harapan – apa yang harus bisa ia lakukan setelah berakhirnya pengajaran (kapabilitas baru), (3) fungsi insentif – memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, dan (4)fungsi disiplin–
menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah
laku yang menyimpang.
3) Sikap
Sikap seorang siswa juga besar pengaruhnya terhadap
proses belajar yang akan dialaminya. Seperti yang
dikemukakan oleh Winkel (2004: 118), sikap merupakan
kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil
tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk
bertindak.
Sikap (attitude) merupakan keadaan batiniah, bukan merupakan pernyataan lahiryah (overt expression), merupakan kecenderungan dan kesiapan untuk bertindak atau merespon,
bukannya merupakan tindakan atau respon itu sendiri (Abror,
1993: 107-108).
Oleh karena itu, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap
tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan
ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan
baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu
obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya (Bruno, 1987,
dalam Syah, 2004: 123).
4) Minat
Minat siswa terhadap bidang pelajaran apapun tidak dapat
dipisahkan dari bakat nyata dalam bidang tersebut. Kalau
pelajaran itu dipelajari dan dikaji secara terus menerus, niscaya
bisa menghasilkan kecakapan yang lebih besar disertai dengan
bertambahnya minat, bukan hanya terhadap bidang itu sendiri
tetapi juga terhadap bidang-bidang yang lain yang berhubungan
(Abror, 1993: 113).
b. Dari Guru
Proses pembelajaran di kelas yang diberikan oleh guru dapat
berpengaruh pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk memberikan pembelajaran yang semenarik mungkin
untuk memancing motivasi siswa dalam belajar.
Susento (2007) menjelaskan dalam makalahnya tentang
Strategi Pembelajaran Matematika SMA bahwa pendekatan pembelajaran adalah gagasan tentang pelaksanaan pembelajaran
yang didasarkan pada teori belajar tertentu. Ada 4 macam
1) Pendekatan Konvensional
Meniru pendekatan konvensional, belajar matematika
sama artinya dengan meniru cara guru mengerjakan soal dan
menghafal konsep/rumus/prosedur/aturan. Pembelajaran
matematika dengan pendekatan konvensional dilaksanakan
oleh guru dengan langkah-langkah seperti, memberikan
penjelasan, pemberian contoh, latihan soal dan ulangan.
2) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
3) Pendekatan Berbasis Masalah
Pendekatan berbasis masalah adalah konsep pembelajaran
yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran
yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bagi
siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
4) Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif adalah konsep pembelajaran yang
membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil
siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar,
dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu
sama lain.
3. Pembelajaran
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan
mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari berbagai definisi yang
dikemukakan oleh pakar-pakar, secara umum pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagi hasil
interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertian pembelajaran dapat
dirumuskan sebagai berikut : “ Pembelajaran ialah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”(Mohamad
Surya,2004:7)
B. Kesalahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah sesuatu
yang menyimpang dari aturan norma – norma tertentu. Tindakan yang
tidak tepat ini mengakibatkan tujuan tidak tercapai secara maksimal
kesalahan digunakan untuk menyatakan peristiwa penyimpangan yaitu
untuk menyatakan perbedaan antara suatu nilai yang diukur dan nilai yang
sebenarnya. Sedangkan penyimpangan itu sendiri adalah selisih antara dua
nilai yang diukur dari suatu besaran. Sedangkan menurut Sukirman (2007,
dalam karya Pelagia 2011 : 11) kesalahan adalah penyimpangan terhadap
hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten maupun insidental pada
daerah tertentu.
Menurut peneliti, teori kesalahan dalam matematika adalah sesuatu
yang digunakan untuk mengambarkan peristiwa penyimpangan
matematika baik yang bersifat sistematis, konsisten maupun insidental
yang tidak sesuai dengan kaidah yang ada.
C. Kategori Jenis Kesalahan
Menurut Hadar dan kawan – kawan (1987) dalam tulisannya berjudul
An Empirical Classification Model For Error in High Scool Mathematics,
Jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa dapat dibedakan menjadi 6
jenis yaitu :
1. Kesalahan Data
Kesalahan ini meliputi kesalahan – kesalahan yang dapat dihubungkan dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui
dengan data yang dikutip oleh siswa. Kesalahan ini meliputi :
menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal,
syarat ( dalam pembuktian atau perhitungan ) yang sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam masalah, mengartikan informasi tidak sesuai dengan
teks yang sebenarnya, mengganti syarat yang ditentukan dengan
informasi lain yang tidak sesuai, menggunakan nilai suatu variabel
untuk variabel lain, salah menyalin data dan sebagainya.
2. Kesalahan Menginterpretasikan Bahasa
Yang termasuk dalam kesalahan ini adalah :
a. Mengubah bahasa sehari – hari ke dalam bentuk persamaan matematika dengan arti yang berbeda
b. Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang
artinya berbeda
c. Salah mengartikan grafik
3. Kesalahan Menggunakan Logika untuk Menarik Kesimpulan
Pada umumnya, yang termasuk kategori ini adalah kesalahan – kesalahan dalam menarik kesimpulan dari suatu informasi yang
diberikan atau dari kesimpulan sebelumnya, yaitu :
a. Dari pernyataan berikut implikasi p q, siswa menarik
kesimpulan berikut :
1) Bila q diketahui terjadi, maka p pasti terjadi
2) Bila diketahui p salah, maka q juga salah
b. Menarik kesimpulan yang tidak benar, misalnya memberikan q sebagai akibat dari p tanpa dapat menjelaskan urutan pembuktian
4. Kesalahan Menggunakan Definisi atau Teorema
Kesalahan ini merupakan suatu penyimpangan dari prinsip, aturan,
teorema atau definisi yang pokok dan yang termasuk kesalahan ini
adalah :
a. Menerapkan teorema pada kondisi yang tidak sesuai, misalnya
menerapkan hukum = ; dimana unsur – unsur dan
terdapat pada segitiga yang berbeda dengan segitiga yang memuat
unsur–unsur dan
b. Menerapkan sifat distributif untuk perhitungan yang seharusnya
tidak menggunakan sifat distributif. Misal sin + = sin +sin
c. Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus atau
teorema
5. Penyelesaian yang Tidak Diperiksa Kembali
Kesalahan ini terjadi jika langkah penyelesaian yang digunakan sudah
benar akan tetapi hasil penyelesaian tidak menjawab soal dengan tepat.
6. Kesalahan Teknis
Yang termasuk dalam kesalahan ini adalah :
a. Kesalahan–kesalahan perhitungan, contoh 7×8 = 54 b. Kesalahan dalam mengutip data dari tabel
D. Faktor Penyebab Kesalahan
Faktor penyebab kesalahan dibedakan menjadi dua macam yaitu
faktor kognitif dan non kognitif.
1. Faktor Kognitif
Suwarsono (1982) berpendapat bahwa, faktor-faktor kognitif
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan intelektual
siswa dan cara siswa memproses atau mencerna dalam pikirannya
materi-materi matematika seperti soal-soal, argumen-argumen, dan
lain-lain.
2. Faktor Non Kognitif
Menurut Burton yang telah dirumuskan Entang (1984: 13-14),
menyelusuri latar belakang siswa kesulitan belajar yang membuatnya
melakukan kesalahan adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa dan
faktor yang terletak di luar diri siswa.
a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain
kelemahan secara fisik (suatu pusat susunan syaraf tidak
berkembang secara sempurna, luka atau cacat, atau sakit),
sehingga sering membawa gangguan emosional, yang
menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
Kelemahan-kelemahan secara mental (baik Kelemahan-kelemahan yang dibawa sejak
lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh
individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, misalnya
kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitias yang tidak
terarah, kurang semangat dan sebagainya, juga kurang menguasai
ketrampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
Kelemahan-kelemahan emosional, misalnya penyesuaian yang
salah (adjusment) terhadap orang-orang, situasi dan
tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan. Kelemahan yang disebabkan oleh
karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, antara lain : malas
belajar atau sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. Tidak
memiliki ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan, seperti ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang
menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang
sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun).
b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa, antara lain:
kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku-buku
(sumber) yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan
dan perbedaan-perbedaan individu; ketidaksesuaian standar
administratif (sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan
dan pengalaman belajar mengajar, dan sebagainya); terlalu berat
beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru); terlalu banyak
kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat
dalam kegiatanextra-curricular.
Dalam penelitian ini hanya akan dibahas faktor kognitif yang
mencari jarak dalam ruang dimensi tiga, seperti yang dijelaskan oleh
Suwarsono (1982).
E. Materi Ruang Dimensi Tiga
Sesuai dengan tuntutan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Standar Isi 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
berkaitan dengan ruang dimensi tiga adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Menentukan kedudukan , jarak,
dan besar sudut yang melibatkan
titik,garis, dan bidang dalam ruang
dimensi tiga.
6.1 Menentukan kedudukan
titik,garis, dan bidang` dalam ruang
dimensi tiga.
6.2 Menentukan jarak dari titik ke
garis dan dari titik ke bidang dalam
ruang dimensi tiga
6.3 Menentukan besar sudut antara
garis dan bidang dan antara dua
bidang dalam ruang dimensi tiga.
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional
Dalam penelitian ini, Kompetensi Dasar yang digunakan dibatasi
pada bagian menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang
dalam ruang dimensi tiga. Adapun materi yang digunakan untuk mencapai
1. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang
Kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang meliputi :
a. Kedudukan Titik Terhadap Garis
1) Titik Terletak pada Garis
Jika titik A dilalui oleh garis g maka titik A dikatakan
terletak pada garis g.
Gambar 2.1 Titik Terletak pada Garis
2) Titik di Luar Garis
Jika titik B tidak dilalui oleh garis h maka titik B dikatakan
berada di luar garis h.
Gambar 2.2 Titik di Luar Garis
b. Kedudukan Titik Terhadap Bidang
1) Titik Terletak pada Bidang
Jika titik A dapat dilalui oleh bidang , maka dikatakan titik A
Gambar 2.3 Titik Terletak pada Bidang
2) Titik di Luar Bidang
Jika tidak dapat dilalui oleh bidang , maka dikatakan titik B
berada di luar bidang
Gambar 2.4 Titik di Luar Bidang
c. Kedudukan Garis Terhadap garis Lain
1) Dua Garis Berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu
terletak pada sebuah bidang dan mempunyai sebuah titik
persekutuan.
2) Dua Garis Sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis itu terletak
pada sebuah bidang dan tidak mempunyai titik persekutuan.
Gambar 2.6 Dua Garis Sejajar
3) Dua Garis Bersilangan
Dua buah garis dikatakan bersilangan (tidak berpotongan dan
tidak sejajar) jika kedua garis itu tidak terletak pada sebuah
bidang.
Gambar 2.7 Dua Garis Bersilangan
d. Kedudukan Garis Terhadap Bidang
1) Garis terletak pada Bidang
Sebuah garis g dikatakan terletak pada bidang , jika garis g
dan bidang sekurang-kurangnya mempunyai dua titik
Gambar 2.8 Garis terletak pada Bidang
2) Garis Sejajar Bidang
Sebuah garis h dikatakan sejajar bidang , jika garis h dan
bidang tidak mempunyai satu pun titik persekutuan.
Gambar 2.9 Garis Sejajar Bidang
3) Garis Memotong atau Menembus Bidang
Sebuah garis k dikatakan memotong atau menembus bidang
, jika garis k dan bidang hanya mempunyai sebuah titik
Gambar 2.10 Garis Memotong atau Menembus Bidang
e. Kedudukan Bidang Terhadap Bidang Lain
1) Dua Bidang Berimpit
Bidang dan bidang dikatakan berimpit, jika setiap titik
yang terletak pada bidang juga terletak pada bidang atau
setiap titik yang terletak pada bidang juga terletak pada
bidang .
Gambar 2.11 Dua Bidang Berimpit
2) Dua Bidang Sejajar
Bidang dan bidang dikatakan sejajar jika kedua bidang itu
Gambar 2.12 Dua Bidang Sejajar
3) Dua Bidang Berpotongan
Bidang dan bidang dikatakan berpotongan jika kedua
bidang itu tepat memiliki sebuah garis persekutuan.
2. Jarak Titik ke Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang
a. Jarak Titik ke Titik
Jarak titik A ke titik B dalam suatu ruang dapat digambarkan
dengan cara menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis
AB. Jarak titik A ke titik B ditentukan oleh panjang ruas garis AB.
Gambar 2.14 Jarak Titik ke Titik
b. Jarak Titik ke Garis
Jika sebuah titik berada di luar garis, maka ada jarak antara titik ke
garis itu. Jarak titik A ke garis g (titik A berada di luar garis g)
adalah panjang ruas garis penghubung titik A ke garis dengan
proyeksi titik A pada garis g.
c. Jarak Titik ke Bidang
Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik
ke bidang itu. Jarak titik A ke bidang (titik A berada di luar
bidang ) adalah panjang ruas garis penghubung titik A dengan
proyeksi titik A pada bidang .
Gambar 2.16 Jarak Titik ke Bidang
d. Jarak Dua Bidang Sejajar
Misalkan bidang sejajar dengan bidang . Jarak antara bidang
dan bidang yang sejajar sama dengan jarak salah satu titik
pada bidang terhadap bidang , atau sebaliknya.
e. Jarak Dua Garis Bersilangan
Misalkan garis g dan garis h bersilangan. Jarak antara garis g dan
garis h yang bersilangan itu adalah panjang ruas garis hubung
yang memotong tegak lurus garis g dan garis h.
Gambar 2.18 Jarak Dua Garis Bersilangan F. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar matematika siswa SMA pada umumnya masih
rendah. Hal ini terjadi karena siswa sering kali melakukan kesalahan pada
saat mengerjakan soal. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi salah
satu indikator untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap
materi. Siswa sering melakukan kesalahan pada saat mengerjakan
soal-soal tentang ruang dimensi tiga yang mengakibatkan rendahnya prestasi
belajar matematika siswa, khususnya pada materi menghitung jarak dalam
ruang dimensi tiga. Padahal materi jarak dalam ruang dimensi tiga pada
siswa kelas X semester 2 perlu dikuasai dengan baik karena materi ini
sangat penting untuk mempelajari materi berikutnya pada jenjang yang
Pada penelitian ini penulis mencoba untuk mencari jenis kesalahan
apa yang dilakukan oleh siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta
dalam menyelesaikan soal menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga.
Selain itu penulis juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan siswa kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta melakukan
kesalahan pada materi tersebut, sehingga dapat dicari alternatif solusi
untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut.
Dengan demikian, guna memperbaiki atau mengatasi kesalahan
yang dilakukan oleh para siswa maka perlu dilakukan suatu analisis
kesalahan dengan cara memberikan soal–soal tes esai untuk memperoleh data tentang kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Alasan digunakannya tes esai untuk memperoleh data adalah karena kemudahan
untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan dalam mengerjakan soal tes
esai. Pada soal tes esai kita dapat mengetahui kesalahan dari jawaban yang
diuraikan oleh para siswa. Kemudian dari data tersebut dilakukan
identifikasi dan pengelompokan menurut jenis kesalahan.
Setelah melakukan identifikasi terhadap jawaban tes siswa,
kemudian untuk memperdalam mengidentifikasi kesalahan siswa tersebut
dilakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan kepada para
siswa yang dipilih untuk dijadikan sampel. Wawancara ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi jawaban siswa pada saat tes dan juga untuk mengetahui
Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan landasan teori
yang ada pada bab dua, sehingga didapatkan sekumpulan informasi yang
dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan yang dapat menjawab
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode penelitian
deskriptif, menurut Sumadi Suryabrata (2008: 76). Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)
mengenai situasi - situasi atau kejadian - kejadian. Dalam arti ini
penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif
semata – mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan,
Mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan
implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal–hal
tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptis. Selain itu penulis
juga menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang penelitinya
tidak terlibat secara aktif dalam situasi dan kegiatan yang diteliti, tetapi
lebih melihat dari luar.
Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
diskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan kesalahan jawaban dari siswa
kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta dalam menyelesaikan soal – soal
pada topik menentukan jarak dalam ruang dimensi tiga dan juga dari hasil
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Santa Maria
Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa. Karena penelitian ini hanya
mengambil sebagian kecil dari subyek penelitian yang dianggap
sudah mewakili seluruh populasi, maka peneliti menggunakan
sampel yaitu beberapa siswa dari kelas XB semester 2 di SMA Santa
Maria Yogyakarta yang dianggap banyak mengalami kesalahan
dalam topik menghitung jarak dalam ruang dimensi tiga ini.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Santa Maria Yogyakarta
pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 yaitu pada bulan April –
Mei 2013
2. Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah kesalahan yang dilakukan siswa
kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta dalam mengerjakan soal –
soal pada topik menghitung jarak dalam ruang dimensi tiga tahun
ajaran 2012/2013.
C. Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran yang akan peneliti lakukan adalah dengan
memberikan beberapa soal terkait dengan topik menghitung jarak dalam
ruang dimensi tiga setelah sebelumnya siswa mempelajari materi tersebut
adakah kesalahan – kesalahan yang dilakukan dalam jawaban mereka.
Ketika kesalahan –kesalahan dari hasil pekerjaan siswa sudah ditemukan
kemudian dilakukan penggolongan terhadap kesalahan tersebut,
dilanjutkan memilih beberapa pekerjaan siswa yang hasil pekerjaanya
memenuhi dalam kategori kesalahan kemudian melakukan wawancara
dengan siswa tersebut.
D. Bentuk Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data hasil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa yang diambil
dari hasil tes yang mereka kerjakan.
2. Data tanggapan dari subyek penelitian yang berupa kata – kata atau
pernyataan verbal yang diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti
dan subyek penelitian mengenai tes yang sudah mereka kerjakan.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode
pengumpulan data, yaitu :
1. Tes
Tes yang dimaksud adalah tes tertulis yang diberikan kepada siswa
dalam bentuk soal uraian. Tes ini digunakan untuk mengetahui
kesalahan – kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan
Dari sinilah kita dapat mengetahui faktor – faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya kesalahan secara langsung melalui pengerjaan
tes ini.
2. Wawancara
Peneliti mengunakan metode wawancara agar dapat mengetahui cara
berfikir siswa dalam mengerjakan soal tes yang diberikan. Wawncara
ini dilakukan pada beberapa siswa terpilih dengan pertimbangan
kesalahan siswa yang dilakukan dalam mengerjakan soal tes sesuai
dengan kategori jenis keslahan yang peneliti harapkan.
Media yang digunakan dalam proses wawancara adalah telepon seluler
yang dilengkapi alat rekan dan handy cam. Alat tersebut digunakan
untuk mempermudah saat peneliti melakukan analisis ketika sudah
berhadapan dengan subyek penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes Matematika
Tes matematika yang digunakan berupa 6 soal uraian tentang
menghitung jarak dalam ruang dimensi tiga dimana dalam
mengerjakan tes tersebut diharapkan siswa menuliskan langkah –
langkah secara terperinci. Soal yang dibuat oleh peneliti sendiri dibuat
dengan berbagai buku acuan yang memuat topik jarak dalam ruang
dimensi tiga. Adapun kisi – kisi tes yang digunakan sesuai dengan
SK : Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan
titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi tiga.
KD : Menentukan jarak dari titk ke garis dan dari titik ke bidang
Tabel 3.1. Kisi–kisi Tes
Titik P pertengahan
rusuk CG. Hitunglah
jarak dari titik A ke
titik P.
Menentukan jarak
antara titik dan garis
dalam ruang dimensi
tiga
Diketahui kubus
ABCD. EFGH
dengan rusuk 5 cm.
Titik P pertengahan
rusuk CG. Hitunglah
jarak titik P ke Garis
BD.
Menentukan jarak
antara titik dan bidang
dalam ruang dimensi
tiga
Bidang alas limas
tegak T.ABCD
berbentuk persegi
BC = 6 cm dan TA =
TB = TC = TD = 13
cm. Hitunglah jarak
titik puncak T ke
Hitunglah jarak antar
garis AE dan Garis
BH.
Menentukan jarak
antara garis dan bidang
dalam ruang dimensi
tiga
antara dua bidang
dalam ruang dimensi
Diketahui balok
ABCD.EFGH
tiga rusuk – rusuk AB =
10 cm, BC = 8 cm
dan AE = 6 cm.
hitunglah jarak antara
bidang ABCD dan
bidang EFGH.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan jenis
wawancara tidak terpimpin, yaitu wawancara dimana pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada peserta
didik tanpa dikendaliakan pedoman tertentu ( Anas, 2011 :83). Dalam
kegiatan wawancara ini penulis harus kreatif dalam membuat
pertanyaan lisan untuk siswa agar pertanyaan dapat terfokus dan
mengacu pada soal tes agar dapat diketahui penyebab terjadinya
kesalahan.
G. Metode Analisis Data
1. Analisis Validasi Tes Hasil Belajar Siswa
Menurut Sumarna (2009 : 50) Validasi adalah suatu konsep yang
diukur. Validasi sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu
validasi logis dan validasi empiris. Validasi logis sama dengan analisis
kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfungsi
tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.yang
dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi, dan bahasa. Para ahli
pengukuran pendidikan telah melakukan berbagai macam pengkajian
terhadap bagaimana menentukan dan menilai validitas. Pada tahun
1954 misalnya The American Psychological Association (APA) melalui Technical Recommendation for Psychological Test and Diagnostic Techniques mengusulkan empat pendekatan yang sering dinamakan empat muka validasi ( four faces of validity ) yang digunakan untuk menentukan validitas yaitu :
a. Validasi Isi
Validasi isi sering juga disebut validasi kurikulum yang
mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila
sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur.
b. Validasi Konstruksi
Validasi konstruksi mengandung arti bahwa suatu alat ukur
dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik
dimana tes itu dibuat.
Validasi prediksi menunjukan kepada hubugan antar tes skor yang
diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu
yang akan datang.
d. Validasi Konkruen
Validasi konkruen menunjukan pada hubungan antara tes skor
dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang.
Menurut Eko Putro (2009:134) Sebuah instrumen pengukuran
dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria
tertentu, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil pengukuran
dengan kriteria tersebut. Adapun teknik korelasi yang digunakan untuk
mengetahui kesejajaran adalah dengan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson rumus korelasi product moment dengan angka kasaryaitu :
Rumus Korelasi produk moment dengan deviasi atau
simpangan adalah sebagai berikut :
=
( )( ) ( ) ( )Keterangan :
= Skor per item
= Skor total
= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua
N = Jumlah responden
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan
membandingkan harga hasil perhitungan dengan yang
ada dalam tabel kriteria koefisien korelasi sehingga dapat diketahui
signifikasi tidak korelasi tersebut.
Tabel 3.2. Kriteria Koefisien Korelasi
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,81–1,00 Sangat Tinggi
2 0,61–0,80 Tinggi
3 0,41–0,60 Cukup
4 0,21–0,40 Rendah
5 1,00–0,20 Sangat Rendah
Dalam penelitian ini, peneliti menguji validitas instrumen
dengan mengunakan validitas konstrak, dimana menurut Sugiyono
( 2010: 177) dalam menguji validitas konstrak, dapat digunakan
pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek – aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang
telah disusun itu. Tenaga ahli yang digunakan adalah dosen
dari segi kemampuan intelektual siswa, kemampuan memahami
materi ruang dimensi tiga yang sudah dipelajari dan kemampuan
dalam menyelesaikan soal.
Setelah menguji validitas instrumen dengan validitas
konstruksi peneliti merasa diperlukan juga mencari validasi butir
instrumen yang digunakan jika validasi instrumen rendah sehingga
kita dapat mengetahui butir – butir instrumen mana yang
menyebabkan instrumen keseluruhan tersebut jelek. Suatu butir
instrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar
terhadap skor total. Dengan kata lain dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi jika skor pada butir mempunyai kesejajaran
dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi,
sehingga untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus
korelasiproduct moment.
2. Analisis Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa
Menurut Anas Sudijono (2011), dalam fungsinya sebagai alat ukur
hasil belajar, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu tes hasil belajar bentuk uraian yang dikenal dengan istilah essy test, subyektive test atau new type test. Untuk menguji reliabilitas tes hasil belajar ini mengunakan teknik pengujian reliabilitas tes hasil
belajar bentuk uraian karena tes yang akan digunakan untuk
Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian yang
digunakan untuk mengambil data telah memiliki daya keajegan
mengukur atau reliabilitas tinggi atau belum, pada umumnya orang
menggunakan sebuah rumusan yang dikenal dengan Rumus Alpha.
Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah :
r11=( ) (1 )
dimana : r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1 = bilangan konstan
= jumlah varian skor dari tiap–tiap butir item
= varian total
Selanjutnya dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien
reliabilitas tes (r11) pada umumnya dibuat patokan sebagai berikut :
Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas
No. Interpretasi Reliabilitas
1 0,80<r11 1,00 Sangat Tinggi
2 0,60<r11 0,80 Tinggi
3 0,40<r11 0,60 Sedang
4 0,20<r11 0,40 Rendah
5 0,00<r11 0,20 Sangat Rendah
Soal yang akan diberikan berupa 2 soal essay dan siswa harus
mengerjakan secara lengkap, yakni mengenai :
a. Diketahui
b. Ditanyakan
c. Penyelesaian perhitungan
d. Kesimpulan
H. Rencana Penelitian
1. Tahap Sebelum Pengambilan Data
a. Menyusun proposal penelitian sebagai pedoman penelitian,
pendalaman materi yang akan diteliti, membuat instrumen
penilaian, dan menentukan jadwal penelitian.
b. Memilih lokasi penelitian sesuai dengan pilihan penulis disertai
dengan pertimbangan tenaga, kesehatan, dan biaya yang akan
dikeluarkan dalam penelitian
c. Mengurus perizinan ke sekolah
d. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian
seperti instrumen penelitian, aalt rekam video dan suara.
2. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data
a. Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas pada materi
ruang dimensi tiga.
b. Peneliti memberikan tes uraian mengenai menghitung jarak dalam
c. Melakukan wawancara dengan beberapa siswa yang dalam hasil
tesnya banyak melakukan kesalahan yang sesuai dengan kategori
jenis kesalahan.
3. Tahap Setelah Pengambilan Data
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh dan
kemudian mengelompokannya sesuai dengan jenis kesalahan, yaitu :
a. Mendeskripsikan pelaksanaan penelitian dan observasi.
b. Mendeskripsikan kesalahan jawaban siswa.
c. Menganalisis kesalahan 6 siswa terpilih.
d. Menganalisis hasil wawancara.