• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013)."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Untuk Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “VETERAN” J AWA TIMUR

SANDRA ADE KURNIASARI NPM. 0943010060

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Judul Penelitian : PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Pemberitaan Pemukulan Terhadap Pramugari Sriwijaya Air di metronews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013)

Nama Mahasiswa : Sandra Ade Kurniasari

NPM : 0943010060

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal Menyetujui,

Pembimbing Utama

JUWITO, S.SOS, M.Si NPT. 3 6704 95 00361

Mengetahui Ketua Program Studi

(3)

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJ AYA AIR DI MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pr amugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com

Edisi 6 J uni – 10 J uni 2013) Oleh :

SANDRA ADE KURNIASARI NPM. 0943010060

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 14 November 2013

Pembimbing Tim Penguji :

1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si

NPT. 3 7107 94 00361 NPT. 3 7107 94 00361

2. Sekr etaris

Dr. Catur Sur atnoaji,M.Si NPT. 3 6804 94 00281 3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 Mengetahui :

DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya - lah syukur dipanjatkan atas selesainya proposal skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak dating dari diri. Karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya proposal skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukkan diri sendiri. Semua kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak selama proses penyelesaian proposal skripsi ini, penulis sangat berterima kasih kepada banyak pihak yang akan disebut sebagai berikut :

1. Kepada kedua orang tua, ibu dan ayah penulis yang selalu memberi semangat dan nasehat untuk selalu mengejar cita-cita demi masa depan.

2. Prof. Dr. Ir. Teguh Suedarto, MP, selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. EC. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan juga sebagai pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing saya dalam mengerjakan proposal skripsi ini. 5. Bapak/Ibu Dosen serta Staff Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

(5)

6. Kepada keluarga besar yang ada di Blitar, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan doanya sehingga proposal skripsi dapat terselesaikan.

7. Sahabat-sahabat penulis Icha, Yessicha, Lovina, Marta, Nana, Nandry, mbak Dian, Winda, serta tim dari PIA Wisata Surabaya, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya telah berperan besar dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

8. Teman dekat penulis M. Arifin yang selalu support dan mendoakan tiada henti.

(6)

DAFTAR ISI

J UDUL ... i

LEMBAR PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 10

2.1.Penelitian Terdahulu ... 10

2.2.Landasan Teori ... 12

2.2.1. Media Online ... 12

2.2.2. Ideologi Media ... 15

2.2.3. Teori Konstruksi Realitas Sosial ... 15

(7)

2.2.6. Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas ... 21

2.2.7. Media Sebagai Agen Konstruksi Realitas ... 22

2.2.8. Hierarchy Of Influence ... 25

2.2.9. Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ... 27

2.2.10.Dampak Dari Kontruksi Media Massa ... 28

2.2.11.Analisis Framing ... 29

2.2.12.Analisis Framing Termasuk Paradigma Konstruksionis ... 31

2.2.13.Konsep Framing ... 31

2.2.14.Model Analisis Framing ... 32

2.2.15.Perangkat Analisis Framing ... 35

2.2.16.Efek Framing ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Definisi Operasional ... 43

3.2. subjek dan obyek penelitian ... 44

3.3. Unit Analisis ... 44

3.4. Korpus ... 45

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.6. Teknik Analisis Data ... 48

(8)

DAFTAR TABEL

Berita 1 tabel 4.1 Frame metrotvnews.com ... 58

Berita 2 tabel 4.2 Frame metrotvnews.com... 62

Berita 3 tabel 4.3 Frame metrotvnews.com... 66

Berita 4 tabel 4.4 Frame metrotvnews.com... 70

Tabel 4.5 Frame metrotvnews.com ... 72

Berita 5 tabel 4.6 inilah.com ... 78

Berita 6 tabel 4.7 inilah.com ... 82

Berita 7 tabel 4.8 inilah.com ... 85

Berita 8 tabel 4.9 inilah.com ... 89

Tabel 4.10 Frame inilah.com ... 91

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Berita metronews.com tanggal 6 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 6 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 6 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 6 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 7 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 7 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 7 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 10 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 10 Juni 2013 Berita metronews.com tanggal 10 Juni 2013 Berita inilah.com tanggal 7 Juni 2013

(10)

ABSTRAK

SANDRA ADE KURNIASARI, PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJ AYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara bagaimana portal berita online metrotvnews.com dan inilah.com membingkai berita tentang pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air yang melibatkan Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung.

Penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing. penelitian ini menggunakan analisis framing yang dipilih model Pan dan Kosicki yang menggunakan empat struktur besar.

Maka hasil penelitian yang diperoleh dalam pembingkaian berita terhadap pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air di media online metrotvnews.com dan inilah.com, yaitu metrotvnews.com cenderung memberitakan efek setelah terjadi kasus pemukulan hal ini dapat dilihat dari opini-opini dalam pemberitaan yang diberikan oleh narasumber-narasumber terkait sedangkan inilah.com cenderung memberitakan kronologi dari awal tentang sebelum terjadi kejadian pemukulan tersebut, pada saat terjadi kejadian pemukulan tersebut dan setelah terjadi pemukulan tersebut.

Kata kunci : Framing, Media online, Berita, Pemukulan, Pramugari ABSTRACT

This study aims to determine how metrotvnews.com online news portals and news framing inilah.com about beating against Sriwijaya Air flight attendants involving the Head of the Investment Coordinating Board (BKPMD ) Bangka Belitung

This research is a type of qualitative research using analytical methods framing . This study uses framing analysis of the chosen model of Pan and Kosicki that uses four large structures .

Then the results obtained in the framing of the news of the beating of Sriwijaya Air flight attendants in online media metrotvnews.com and inilah.com is metrotvnews.com tended to effect after beating case this can be seen from the opinions expressed in the news given by the relevant resource persons while inilah.com tend to preach about the chronology of early events prior to the beating , at the time of the beating incident and after the beating.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, peristiwa konflik akan menjadi sebuah nilai berita yang tinggi dalam pemberitaan di media massa. Oleh karenanya, peristiwa konflik hampir selalu mewarnai tiap halaman media massa cetak, begitu pula dengan media elektronik. Hal ini tidak bisa dihindari, karena konflik selalu ada di berbagai lini kehidupan manusia, dan media massa selalu siap mengangkatnya untuk menjadi konsumsi publik. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis (Sumadiria, 2005:80).

Begitu banyak peristiwa dan kerusuhan yang menjadi konsumsi pemberitaan sehari - hari. Mirisnya, kini kebanyakan media massa cenderung mengeksploitasi aspek dramatik konflik demi penciptaan sensasi. Implikasi yang berkembang subur justru potensi konfliknya dibandingkan potensi integrasi, sehingga eskalasi konflik semakin meluas. Walaupun pada dasarnya mengangkat peristiwa kekerasan menjadi suatu berita merupakan hal yang wajar karena mengandung realitas yang bernilai berita. Namun, akan menjadi persoalan manakala kondisi sistem sosial politik Indonesia saat ini sedang mengalami kerawanan. Artinya, peran strategis pemberitaan media massa yang cenderung akan menciptakan potensi konflik akan menjadi signifikan untuk dibicarakan.

(12)

memunculkan dan menampakkan dimensi isu secara tajam. Dengan posisi sebagai intensifier, media mem blow-up realitas yang menjadi isu sehingga seluruh

dimensi isu menjadi transparan. Kedua, media sebagai konflik diminisher, yakni media menenggelamkan suatu isu atau konflik. Secara sengaja media meniadakan isu tersebut, terutama bila menyangkut kepentingan media bersangkutan, entah kepentingan ideologis atau pragmatis. Ketiga, media juga bisa berfungsi sebagai pengarah konflik resolution, yakni media menjadi mediator dengan menampilkan isu dari berbagai perspektif serta mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik (Syahputra: 2006).

Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis yang dapat digunakan untuk mengungkapkan rahasia di balik suatu peristiwa yang diberitakan oleh suatu media. Dengan analisis bingkai dapat diketahui bagaimana suatu peristiwa atau realitas dibingkai oleh suatu media. Dengan demikian, realitas sosial dapat dipahami, dimaknai, dan dikonstruksikan dalam bentuk serta makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari jurnalistik saja, melainkan menandakan bagaimana suatu peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas politik, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan, dan mereproduksi suatu peristiwa kepada pembacanya.

(13)

diberitakan media. Fakta tidak ditampilkan apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan, dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu saat interpretasi menjadi lebih mencolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain. (Sobur, 2002 : 165).

Melalui analisis bingkai akan diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, siapa menindas dan siapa yang ditindas, dan seterusnya. Secara sederhana analisis bingkai dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) yang dibingkai oleh media (Eriyanto, 2007:3). Analisis bingkai (frame analysis) berusaha menentukan kunci - kunci tema dalam sebuah teks dan

menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap suatu peristiwa. Dalam mempelajari media, analisis bingkai menunjukkan bagaimana aspek-aspek, struktur, dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek lainnya (Anonimous, 2004). Analisis bingkai merupakan dasar kognitif yang memandu presepsi dan representasi realitas (King, 2004). Dengan analisis bingkai dapat membongkar ideologi dibalik penulisan informasi.

(14)

subjeknya, peneliti ingin mengembangkan dan menjelaskan realitas pemberitaan yang dibuat oleh wartawan melalui analisis bingkai. Kajian ini merupakan sesuatu yang baru dalam bidang bahasa.

Peranan media massa, dalam penelitian ini tersaji pada pemberitaan tentang korban pemukulan pramugari Sriwijaya Air yang dilakukan oleh Zakaria Umar Hadi, Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung disebut-sebut adalah sebagai sosok yang tegas ketika sedang menjalankan tugasnya.

Penumpang pesawat merupakan pejabat negara sebagai Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung. Zakaria Umar Hadi adalah Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Bangka Belitung (Babel). Zakaria memukul pramugari Sriwijaya Air SJ 078 karena ia diingatkan untuk mematikan telepon genggamnya sebelum pesawat tinggal landas. Sebagai seorang pejabat negara seharusnya Zakaria bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan dapat mengayomi masyarakat.

(15)

Ramainya pemberitaan kasus pemukulan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung terhadap pramugari Sriwijaya Air ini telah dimuat di berbagai media baik cetak maupun elektronik yang menjadi konsumsi publik sehingga menimbulkan berbagai opini dalam masyarakat. Media dalam hubungannya dengan khalayak dan kekuasaan yang mewarnai di dalamnya tentu saja menempati posisi yang cukup strategis karena adanya anggapan akan kemampuan media sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan informasi yag dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa dapat menjadi alat untuk membangun sebuah kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan. Media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independent melainkan memiliki keterkaitan dengan realitas sosial, ada berbagai

kepentingan yang bermain dalam media massa.

Oleh karena itu, peneliti akan mencoba melihat bagaimana sikap metrotvnews.com dan inilah.com sebagai salah satu portal berita online dalam mengkonstruksi atau menampilkan berita mengenai pemukulan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung terhadap pramugari Sriwijaya Air dalam pemberitaannya terhadap khalayak. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada khayalak atau masyarakat dalam menerima informasi.

(16)

pemukulan tersebut yang dipicu peristiwa peneguran kepada pejabat tersebut menutup kemungkinan media juga akan mencitrakan pejabat pemerintah yang akan mempengaruhi pandangan atau opini pembaca atau opini publik.

Antara media satu dengan media yang lainnya terdapat perbedaan dalam membingkai/mengkonstruksi suatu realitas yang sama, seperti halnya portal berita online metrotvnews.com dengan inilah.com. Kedua portal berita online tersebut memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyeleksi suatu isu atau peristiwa dan menuliskan berita-berita mengenai kasus pemukulan pramugari Sriwijaya Air, wartawan metrotvnews.com dan inilah.com memiliki cara pandang sendiri dalam mempersepsi peristiwa kasus pemukulan pramugari Sriwijaya Air tersebut dan kemudian membingkainya ke dalam bentuk susunan berita.

Pembingkaian berita oleh media ini dapat dianalisis melalui analisis framing, yaitu suatu analisis yang dapat dipakai untuk mengetahui bagaimana

media dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu. Secara teknis, framing dapat dilihat dari cara jurnalis memilih dan memilah bagian dari realitas dan menjadikannya bagian yang penting dari sebuah teks berita. Jadi seorang jurnalis tidak mungkin mem-framing seluruh bagian berita, hanya bagian-bagian dari suatu peristiwa penting saja yang menjadi obyek framing jurnalis. (Sobur, 2001:172).

(17)

dengan memberikan bingkai pada fakta itu, bahwa kekerasan hanya akan memunculkan penderitaan dan kehancuran. Dan kedamaian hanya akan terwujud bila kekerasan ditiadakan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Menurut model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki berita dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai dan akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain tidak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya berita dilihat sebagai seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja, sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2002:251). Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar.Pertama, struktur Sintaksis, kedua,

struktur Skrip, ketiga, struktur Tematik, dan keempat, struktur Retoris.

1.2.Perumusan Masalah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metrotvnews.com dan inilah.com membingkai berita tentang pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air yang melibatkan Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pengkonstruksian suatu peristiwa yang diberitakan melalui portal berita online maupun kejadian - kejadian yang dialami secara langsung dan dapat mendukung salah satu bahan ajar analisis wacana, khususnya analisis bingkai wacana.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti dapat memberikan gambaran tentang keberpihakan suatu media massa, terutama portal berita online mertrotvnews.com dan inilah.com terhadap pemberitaan pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air yang melibatkan Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung.

(19)

bingkai wacana atau analisis bingkai.

(20)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan dua penelitian terdahulu untuk digunakan sebagai referensi pendukung pembuatan penelitian kasus pemukulan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung terhadap pramugari Sriwijaya Air dalam buku jurnal, yaitu ”Jurnal Ilmu Komunikasi”.

Dalam penelitian terdahulu yang pertama ”Jurnal Ilmu Komunikasi” volume 6, nomor 3, September – Desember 2008. Dengan judul Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Poligami di Surat Kabar Harian Nasional Seputar

Indonesia Edisi Desember 2006 – Januari 2007. Berdasarkan hasil penelitian itu

terdapat peran surat kabar Seputar Indonesia dalam memandang permasalahan mengenai poligami, cenderung semakin mempertajam konflik yang terjadi di masyarakat, yang mana dengan pola pemberitaan yang didominasi suatu pihak terjadi perang pemikiran dan statement di media. Kedua belah pihak baik yang mendukung ataupun yang menentang poligami seakan menjadikan media sebagai tempat dan sarana pertarungan ideologi, dalam posisi ini media bukan lagi menjadi sarana sebagai ruang komunikasi politik, akan tetapi lebih menjadi media corong kepentingan.

(21)

menyampaikan ideologi pemahamannya mengenai poligami dengan jumlah halaman yang lebih luas, hal ini yang juga dipakai oleh pemerintah sebagai sarana untuk mengkampanyekan keinginan pemerintah untuk merevisi peraturan pemerintah mengenai pembatasan poligami.

Penelitian terdahulu yang kedua Jurnal Ilmu Komunikasi Flow (Universitas Sumatera Utara) volume 1, nomor 2 (2012) dengan judul, Analisis Framing tentang Konstruksi Konflik Aceh dalam Laporan Jurnalisme Sastrawi ”Sebuah

Kegilaan di Simpang Kraft”. Salah satu bentuk penulisan yang bisa menyajikan

berita mendalam secara lebih menarik adalah jurnalisme narasi atau lazim disebut jurnalisme sastrawi. Jurnalisme sastrawi sejatinya adalah sebuah gaya penulis. Ia membungkus berita berat dan mendalam secara naratif dan panjang, lengkap dengan deskripsi yang mendetail.

Jurnalisme sastrawi memang membutuhkan deskripsi yang kuat. Deskripsi disini bukan berarti harus mendayu – dayu, tetapi deskripsi yang memang mendukung cerita supaya cerita lebih hidup. Tetapi bukan hanya deskripsi, jurnalisme sastrawi juga memerlukan apa yang sebuah karangan sastra perlukan, seperti penokohan, kronologis, alur yang kuat, konflik, dan antiklimaks serta akhir yang memikat. Semuanya harus kuat dan terjalin dalam kisah yang utuh.

Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft adalah salah satu contoh tulisan yang dikemas dengan gaya penulisan sastrawi. Tulisan ini dimuat pada buku Jurnalisme Sastrawi, Analogi Liputan Mendalam dan Memikat. Buku ini sendiri

(22)

sepanjang hampir 12 ribu kata atau delapan puluh ribu karakter ini menceritakan tentang salah satu kejadian pada konflik Aceh yang menelan banyak korban jiwa.

Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft menggali pemberitaan tentang kejadian

Simpang Kraft dari sisi yang berbeda, dengan pengemasan yang berbeda pula. Kejadian ini dikisahkan ulang secara rinci dan runtut, juga memiliki penokohan dan deskripsi yang detail. Tentu saja berita sepanjang ini sangat berbeda dengan berita yang biasa dikonsumsi masyarakat yang hanya menampilkan sebuah kejadian secara sepintas. Berbeda dengan tulisan lain dari genre ini yang terkadang sedikit membosankan dan bertele – tele, tulisan ini benar-benar kuat dalam alur, konflik cerita, dan mampu membuat pembaca hanyut. Tulisan ini bahkan dibuat menjadi cerita pertama dalam buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam, dan Memikat. Kuatnya unsur jurnalisme sastrawi yang ada

dalam tulisan ini membuat tulisan ini sangat layak untuk diteliti dibanding beberapa tulisan lain yang ada di buku tersebut.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Media Online

Media online adalah bagian dari media massa, menurut Syarifudin Yunus (2010 : 27) media online yaitu media internet, seperti website, blog, dan lainnya yang terbit atau tayang di dunia maya, dapat dibaca dan dilihat di internet. Media online, media yang terbit di internet dengan bentuk yang sederhana dan tidak

(23)

dengan internet.

Media online merupakan salah satu jenis media massa yang popular dan bersifat khas. Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi informasi dan menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan tentang program komputer untuk mengakses informasi atau berita. Keunggulan media online adalah informasi/berita bersifat up to date, real time, dan praktis (Yunus, 2010:32) :

1. Up to date, media online dapat melakukan upgrade (pembaharuan) suatu informasi atau berita dari waktu ke waktu dan dimana saja, tidak selalu menggunakan bantuan komputer, tetapi fasilitas teknologi pada handphone (telepon genggam) atau lebih spesifik dengan kata smartphone (telepon genggam yang telah memiliki fasilitas internet). Hal ini terjadi karena media online memilik proses penyajian informasi atau berita yang lebih mudah dan sederhana.

2. Real time, cara penyajian berita yang sederhana tersebut menyajikan media online dapat langsung menyajikan informasi dan berita pada saat peristiwa berlangsung hal ini yang dimaksud dengan real time. Wartawan media online dapat mengirimkan informasi langsung ke media redaksi dari lokasi peristiwa dengan bantuan telepon atau fasilitas internet seperti email dan lainnya.

(24)

internet. Handphone yang memiliki koneksi internet, komputer yang memiliki sambungan internet baik di perkantoran atau di rumah, dan dapat pula di warung internet (Yunus, 2010:32-33).

Tidak hanya up to date, real time, dan praktis saja, keunggulan lain yaitu meliputi multimedia, interaktif, dan hyperlink. Menyertakan unsur-unsur media adalah keunggulan lain media online, yang membuat media ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya daripada media tradisional. Keunggulan ini, terutama sekali, berlangsung pada media online yang berjalan di atas web.

Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Setiawan Santana dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Kontemporer (Santana, 2008:136-137) yaitu :

“Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media berita tradisional sekedar merupakan edisi online dari media induknya. Isi orisinilnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapabilitas-kapabilitas teknisi dari cyberpace. Sejumlah fitur interaktif dan fungsi-fungsi media ditambahkan. Isinya di update lebih sering daripada medium induknya.”

(25)

2.2.2 Ideologi Media

Produksi berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam pemberitaan yang menentukan bagaimana wartawan dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam perspektif tertentu. Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Media disini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan. Sebuah media selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideologi ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa saja yang dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak, dan memasukkan opininya pada suatu berita. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan saran netral dalam menampilkan kekuatan kelompok masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita - beritanya (Eriyanto, 2005:90).

2.2.3 Teori Konstruksi Realitas Sosial

(26)

tubuh manusia, atau sejak Plato menemukan akal budi serta ide (Bungin, 2001 : 10)

Berangkat dari apa yang dikemukakan pemikir komunikasi di atas, dapat dianalisis lebih dalam bahwa pemikiran konstruksionis dalam konteks media massa sebagai sumber informasi juga tidak bebas nilai. Artinya, menurut paradigma konstruksionis, berita-berita yang disajikan kepada khalayak adalah berita yang sarat dengan muatan nilai-nilai dari pengelolaan medianya.

Masih dalam kerangka asumsi dasar konstruksionis, dapat kita tarik dalam konteks media massa bahwa pemaknaan terhadap realitas seringkali didasarkan pada kerangka berpikir dan kerangka pengalaman pembaca yang bersifat interaktif. Sebagai hasilnya pengetahuan yang dimiliki oleh pengelola media massa sangat berpengaruh pada hasil karya jurnalistiknya. Interaksi satu orang pengelola media dengan sebuah realitas sosial tentu akan berbeda dengan interaksi pengelola media lain terhadap realitas itu.

2.2.4 Pengertian Konstruksi Realitas Sosial

(27)

sesungguhnya mengenai sesuai dengan realitas simbolik yang terdapat dalam isi pemberitaan media, yang meliput peristiwa tersebut dari hari ke hari. Hal ini karena sebagai “golongan sosial” tertentu media juga memiliki kepentingan tersendiri.

Menurut Robyn Penman, pendekatan Konstruksionisme Sosial memiliki asumsi-asumsi seperti: (1) tindakan komunikatif yang bersifat sukarela; (2) pengetahuan adalah sebuah produk sosial; (3) pengetahuan bersifat kontekstual; (4) teori-teori menciptakan dunia; (5) pengetahuan sarat dengan nilai. Selanjutnya Penman menguraikan empat kualitas komunikasi jika dilihat dari perspektif konstruksionis. Pertama, komunikasi itu bersifat konstitutif, artinya, komunikasi itu sendiri yang menciptakan dunia kita. Kedua, komunikasi itu bersifat kontekstual, artinya, komunikasi hanya dapat dipahami dalam batas - batas waktu dan tempat tertentu. Ketiga, komunikasi itu bersifat beragam, artinya, komunikasi itu terjadi dalam bentuk yang berbeda. Keempat, komunikasi itu bersifat tidak lengkap, artinya, komunikasi itu ada dalam proses, dan oleh karenanya, selalu berjalan dan berubah.

(28)

Pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi. Burhan, Bungin,(2007). a. Eksternalisasi (penyesuaian diri), sebagaimana yang dikatakan Berger dan

Luckmannmerupakan produk - produk sosial dari eksternalisasi manusia yang mempunyai suatu sifat yang sui generic dibandingkan dengan konteks organismus dan konteks lingkungannya, maka penting ditekankan bahwa eksternalisasi itu sebuah keharusan antropologis yang berakar dalam perlengkapan biologis manusia. Keberadaan manusia tak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang tertutup dan tanpa gerak. Manusia harus terus-menerus mengeksternalisasikan dirinya dalam aktivitas.

(29)

kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka dapat dipahami secara langsung.

c. Internalisasi, dalam arti umum internalisasi merupakan dasar bagi pemahaman mengenai “sesama saya”, yaitu pemahaman individu dan orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Individu oleh Berger dan Luckmann dikatakan, mengalami dua proses sosialisasi, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer dialami individu dalam masa kanak-kanak, yang dengan itu, ia menjadi anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses lanjutan dari sosialisasi primer yang mengimbas ke individu, yang sudah disosialisasikan ke dalam sektor-sektor baru di dalam dunia objektif masyarakatnya.

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas

Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang mendukung dalam mengkostruksi realita. Diantaranya adalah faktor Ekonomi, Politik, Ideologi. (Eriyanto, 2009) :

1. Ekomoni

(30)

alat edukasi penyaji informasi tapi dengan adanya pers industri fungsi pers menjadi berubah. Dengan alasan mencari profit akhirnya idealisme pers menjadi semakin tergeser dengan adanya kepentingan pemodal. Sebagaimana yang diketahui sekarang banyak sekali media yang bermunculan, tentunya untuk menutup biaya operasionlanya media harus mendapatkan sponsor atau biasa disebut dengan iklan. Terkadang pihak sponsor atau iklan tersebut menjadi nyawa bagi media tersebut, sehingga kalau tidak ingin bangkrut apapun yang menjadi keinginan pihak sponsor mau tidak mau harus dituruti oleh pihak media. Lebih lanjut karena adanya kepentingan pemodal inilah akhirnya berita yang disajikan tidak lagi murni menyajikan informasi melainkan telah disusupi oleh kepentingan pemodal. Apalagi jika kapitalis telah menjadi nafas dari pers mau tidak mau pers pun harus tunduk kepada kapitalis demi kelangsungan hidup medianya.

2. Politik

Kepentingan politik juga sangat dominan dalam pembentukaan realita. Dalam urusan politik setiap tindakan haruslah menuai suatu keuntungan. Begitu pula dengan pemberitaan media haruslah ada yang menguntungkan dari segi politik.

3. Ideologi

(31)

yang mempengaruhinya. Realita yang sama bisa dimaknai dan dijelaskan secara berbeda karena memakai kerangka politik yang berbeda. Masyarakat atau komunitas dengan ideologi yang berbeda akan menjelaskan dan meletakkan peristiwa yang sama ke dalam peta yang berbeda, karena ideologi menempatkan bagaimana nilai - nilai bersama yang dipahami dan diyakini bersama - sama dipakai untuk menjelaskan berbagai realita yang terjadi setiap hari. Tak terkecuali ideologi ini juga akan mempengaruhi media dalam menyajikan suatu realita, ini terkait dengan sudut pandang yang dipakai oleh media tersebut. Ideologi dalam arti netral bergantung pada isinya kalau isinya baik, ideologi itu baik, kalau isinya buruk (misalnya membenarkan kebencian), dia buruk. Ketika media dikendalikan ideologi yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas atau dengan kata lain sebagai pengkonstruk realita Sesuai dengan ideologi yang melandasinya berita bukan menjadi cermin realitas melainkan gambaran tentang pemaknaan terhadap realita tersebut. Dalam hal ini, ideologi tersebut menyusup dan menanamkan pengaruhnya lewat media secara ”tersembunyi” dan mengubah pandangan setiap orang secara tidak sadar.

2.2.6 Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas

(32)

Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai faktor atau agen konstruksi. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut mendefinisikan peristiwa. Sebagai aktor sosial, wartawan turut mendefinisikan apa yang terjadi, dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. (Eriyanto, 2002:28-29)

Tugas dari seorang wartawan adalah membentuk berita : ia menguraikan, mengurutkan, mengkonstruksi peristiwa demi peristiwa, sumber demi sumber, serta membentuk cerita, dan berita tertentu. Jadi berita pada dasarnya, adalah hasil olahan dan konstruksi wartawan, sehingga realitas yang dihasilkan bersifat subyektif. Berita bukanlah perceminan dari realitas, melainkan representasi dari realitas yang hadir setelah melalui konstruksi dan pemahaman wartawan atas suatu fakta. Realitas yang disajikan dalam bentuk berita adalah realitas yang sudah diolah lewat pandangan dan pemaknaan wartawan itu sendiri. (Eriyanto, 2002:30)

2.2.7 Media Sebagai Agen Konstr uksi Realitas

(33)

Dalam pandangan Konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca bukan menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. (Eriyanto, 2002 : 22-23)

Kecenderungan atau setiap media dalam memproduksi informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan - pelapisan yang meliputi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese, seperti dikutip Susilo (2002), membuat model “hierarchy of influence” yang menjelaskan hal ini :

Hierarchy of Influence “Shoemaker & Reese”

(34)

1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan profesional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tanggal (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang akan dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. (Subur, 2002 : 138-139).

2.2.8 Hierarchy of Influence

(35)

individu, rutinias media, organisasi, ekstra media, dan ideologi.

Setiap harinya, banyak peristiwa yang terjadi, namun tidak semua peristiwa itu diberitakan oleh media massa. Terkait hal tersebut, individu seorang jurnalis berperan penting untuk menentukan hal mana yang ditonjolkan dan mana yang disamarkan, kelompok mana yang dimunculkan dan mana yang ditenggelamkan, mempengaruhi isi berita. Kelima tingkatan tersebut ialah individu, rutinitas media, organisasi, ekstra media, dan ideologi.

Setiap harinya, banyak peristiwa yang terjadi, namun tidak semua peristiwa itu diberitakan oleh media massa. Terkait hal tersebut, individu seorang jurnalis berperan penting untuk menentukan peristiwa mana yang akan dijadikan berita dan mana yang tidak. Wartawan berkuasa untuk menentukan hal mana yang ditonjolkan dan mana yang disamarkan, kelompok mana yang dimunculkan dan mana yang ditenggelamkan.

Menurut Shoemarker dan Reese, ada berbagai faktor individu (individual level) yang mungkin mempengaruhi isi media, di antaranya latar belakang personal, pengalaman, nilai yang dianut, keyakinan, dan latar belakang pendidikan. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada bagaimana sebuah berita ditulis. Selain itu, afiliasi politik juga cukup berpengaruh terhadap proses produksi berita.

(36)

media akan mempengaruhi apakah suatu informasi dapat ditulis menjadi sebuah berita atau tidak. Tingkatan selanjutnya adalah kekuasaan di luar media (extra media level). Media tidak berada di dunia asing. Media adalah bagian dari totalitas

sebuah sistem. Sistem politik dan media akan mempengaruhi bagaimana media menentukan peristiwa dan bagaimana peristiwa tersebut dihadirkan.

Faktor-faktor ekstra yang mempengaruhi isi media menurut Shoemaker dan Reese di antaranya adalah kelompok kepentingan khusus, kampanye public relations, organisasi media itu sendiri, sumber-sumber pendapatan seperti iklan

dan khalayak, institusi sosial lain, lingkungan ekonomi, dan teknologi, serta hubungan wartawan dengan narasumber. Yang terakhir adalah tingkatan ideologi (ideological level). Sebagai sebuah perspektif, ideologi akan mempengaruhi

bagaimana sebuah peristiwa dilihat dan kemudian direpresentasikan dalam media. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa sebuah peristiwa dimaknai dan direpresentasikan secara berbeda oleh masing-masing media. Ini karena pengaruh ideologi yang dianut masing-masing media.

2.2.9 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

(37)

ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Perbedaan antara positivis dan kontruksionis dalam memahami berita, mengakibatkan perbedaan pula dalam hal bagaimana hasil kerja seorang wartawan seharusnya dinilai. (Eriyanto, 2002 : 25-26).

2.2.10 Dampak Dari Konstruksi Media Massa

Sebuah realita bisa dikonstruksi dan dimaknai secara berbeda oleh media lain. Hasil dari konstruksi dari media tersebut juga akan berdampak besar kepada khalayak. Dampak tersebut diantaranya (Eriyanto, 2009) :

1. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu

Media adalah tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai realitas yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian konstruksi yang disajikan media ketika memaknai realitas mempengaruhi bagaimana. Seperti yang dikutip Eriyanto dari W. Lance Bennet Regina G. Lawrence dalam bukunya analisis framing menyebutkan bahwa peristiwa sebagai ikon berita. Apa yang diketahui khalayak tentang suatu realita disekitarnya tergantung pada bagaimana media menggambarkanya. Sebuah ikon yang ditanamkan oleh media sebagai pencitraan dari sebuah realita akan diingat kuat oleh khalayak. 2. Mobilisasi Massa

(38)

berkepentingan terhadap suatu realitas saling bertarung merebutkan dukungan dari publik, dan saling mengkonstruk realita sesuai dengan kepentingannya. Konstruksi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian yang seksama dari khalayak.

2.2.11 Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas cerita. Dalam framing ada dua dimensi besar yang menjadi

bagian dalam proses pembentukan konstruksi realita oleh media masa. Pertama adalah aspek seleksi isu, aspek ini berhubungan dengan seleksi fakta yang harus dipilih untuk disajikan. Dalam aspek seleksi isu ini fakta yang ada diseleksi, fakta yang tidak sesuai dengan kepentingan media tersebut akhirnya tidak dipilih karena dianggap tidak menguntungkan. (Eriyanto, 2009).

Dalam proses seleksi isu ini aspek pertimbangan untung rugi sangat mempengaruhi dalam pemilihan fakta yang disajikan. Bagian kedua adalah penonjolan aspek isu tertentu. Dalam aspek penonjolan isu tertentu, isu yang tidak sesuai dengan kepentingan media tersebut akan dikesampingkan dan tidak akan dimunculkan. Sebaliknya aspek yang menguntungkan mendapat ruang yang besar dan terus dipublikasikan.

(39)

ditonjolkan dan ada bagian-bagian yang lain disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang tidak ditonjolkan kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena khalayak digiring pada satu realitas yang ditonjolkan oleh media tersebut.

Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Ditambah pula dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan dengan berita tersebut. Disini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa tersebut lebih menyentuh dan diingat oleh khalayak. Pengkonstruksian fakta tergantung pada kebijakan redaksional yang dilandasi politik media. Salah satu cara yang dipakai atau digunakan untuk menangkap cara masing - masing media membangun sebuah realitas adalah dengan framing. Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisa teks media. Analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau aktivitas komunikasi. (Sobur, 2001).

(40)

2.2.12 Analisis Framing Ter masuk Paradigma Konstruksionis

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiologi interpretatif, Peter L. Berger bersama Thomas Luckmann. (Eriyanto, 2002 : 13). Paradigma ini memandang bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma ini sering disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Yang menjadi titik perhatian pada paradigma ini adalah bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Pesan dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Intinya adalah bagaimana pesan itu dibuat/diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan itu secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima pesan. (Eriyanto, 2002:37-40).

2.2.13 Konsep Framing

(41)

1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan - kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Analisis framing digunakan untuk membedah cara - cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik lebih berarti, lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur, 2001: 161-162). Ada beberapa definisi mengenai framing. Zhondang pan dan Gerald M Kosiciki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognitif yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto, 2004 : 67).

2.2.14 Model Analisis Framing

Ada beberapa model yang dapat dipakai dalam analisis framing, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Model Murray Edelman 2. Model Robert N. Entman 3. Model William A. Gamson

4. Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosiciki

(42)

Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung. Model dari Pan dan Kosicki merupakan modifikasi dari dimensi operasional analisis wacana Van Dijk. Menurutnya analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu/kebijakan itu dikonstruksikan dan dinegosiasikan (Eriyanto, 2002 : 251-252)

Bagi Pan dan Kosicki, dalam media, framing dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan praktik kerja profesional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak (Eriyanto, 2002 : 253)

(43)

tidak ada ukuran yang valid, karena tergantung bagaimana seseorang menafsirkan pesan dari teks berita tersebut. (Eriyanto, 2002 : 251-252).

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Hal ini berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, yaitu bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang, sehingga elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Pada pandangan sosiologis ini lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya, sehingga frame disini berfungsi untuk membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli oleh label tertentu. (Eriyanto, 2002:252-253).

(44)

khalayak.

Menurut Pan dan Kosicki, dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana kebenaran diterima secara taken for granted oleh wartawan. Sebagai bagian dari lingkungan sosial, wartawan akan menerima nilai-nilai, kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksikan berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ini dikarenakan wartawan bukan menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Melalui proses inilah nilai-nilai sosial yang dominan yang ada dalam masyarakat ikut mempengaruhi pemaknaan. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan. (Eriyanto, 2002:251-254).

2.2.15 Perangkat Analisis Fr aming

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model Pan dan Kosicki dalam Eriyanto. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai Frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (Seperti kutipan sumber, latar, informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, perangkat framing dapat dibagi menjadi empat struktur besar yaitu :

(45)

dengan harapan akan mendapat alokasi perhatian yang lebih besar dari khalayaknya. Segi sintaksis yang paling popular muncul dalam bentuk piramida terbalik. Struktur sintaksis dapat memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana peristiwa tersebut akan dibawa.

a. Head line : merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi, Head Line digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksikan suatu isu, yaitu dengan menekankan makna tertentu dengan pemakaian tanda tanya/tanda kutip. b. Lead : Lead yang baik pada umumnya memberikan sudut pandang dari

berita dan menunjukkan perspektif tertetu dari peristiwa yang diberitakan. c. Latar : Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan

yang sebenarnya muncul. Hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar belakang membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. Latar yang dipilih akan menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

(46)

2. Skrip : Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita laporan berita sering disusun oleh wartawan sebagai suatu cerita, karena banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Selain itu, berita pada umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H, yaitu :

a. Who : siapa yang dijadikan berita b. What : berita tentang apa

c. When : kapan peristiwa yang diberitakan terjadi d. Where : dimana peristiwa yang diberitakan terjadi e. Why : mengapa peristiwa yang diberitakan terjadi

f. How : bagaimana terjadinya peristiwa yang diberitakan tersebut

(47)

Struktur tematik :

a. Detail : berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Hal ini berkaitan dengan apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara panjang atau tidak komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau untuk mendapatkan citra yang baik, sebaliknya jika hal itu merugikan kedudukannya, maka ia akan menampilkan informasi tersebut dalam jumlah yang sedikit atau bahkan kalau informasi itu tidak disampaikan kepada khalayak (Sobur, 2002 : 79).

b. Koherensi : Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.

c. Bentuk kalimat : Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kualitas. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat yang menerangkan. Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. (Sobur, 2002 : 81)

(48)

kalimat-kalimat berikutnya. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam suatu wacana. (Sobur, 2002 : 81-82)

4. Retoris : Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan oleh wartawan merupakan suatu kebenaran. Ada beberapa struktur retoris yang dipakai oleh wartawan, yaitu :

a. Leksikon : Elemen leksikon pada dasarnya menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atau frase tersedia. Pilihan kata-kata atau frase yang dipakai untuk menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. (Sobur, 2002:83)

(49)

khlayak betapa pentingnya bagian itu, sehingga ia menginginkan khalayak untuk menaruh perhatian yang lebih pada bagian tersebut. (Eriyanto, 2002 : 266).

c. Metafora : Metafora merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat/gagasan tertentu kepada publik. (Sobur, 2002 : 84).

2.2.16 Efek Framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Dari definisi yang sederhana ini saja sudah tergambar apa efek framing. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas satu dimensi. Kalau saja ada realitas dalam arti yang objektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tersebut. Bisa muncul perbedaan semacam ini, karena realitas pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaliknya dikonstruksi. Dalam proses konstruksi tersebut ada banyak penafsiran dan pemaknaan yang berbeda-beda dalam memahami realitas. (Eriyanto, 2002:139).

(50)

dipahami, sumber siapa yang diwawancarai. Semua elemen tersebut tidak dimaknai semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Berbagai praktik tersebut bisa mengakibatkan pendefinisian tertentu atas realitas.

Peristiwa yang sama bisa menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda. Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak. Karena itu, framing menolong khalayak untuk memproses informasi ke dalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci, dan citra tertentu.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini lebih akan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing. Metode framing lahir dari elaborasi terus menerus terhadap pendekatan analisis wacana. Akhir – akhir ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek – aspek khusus sebuah realita oleh media.

Analisis framing mempunyai asumsi wacana, media massa mempunyai peran sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan bagi publik dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir dalam wacana publik. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek secara tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan tujuan agar aspek itu menjadi lebih noticeable ,meaningfull, dan memorable bagi khalayak.

(52)

Metode framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pan dan Kosicki mengatakan, framing dapat dipelajari sebagai suatu strategi untuk memproses dan mengkonstruksikan wacana berita atau sebagai karakteristik wacana itu sendiri dengan menonjolkan strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah portal berita online di metrotvnews.com dan inilah.com. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air yang melibatkan Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung bulan Juni 2013, yang akan diteliti lebih mendalam lagi melalui analisis framing. Berita yang diteliti adalah berita-berita yang dimuat pada tanggal 6-10 bulan Juni 2013.

3.3 Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis yang digunakan adalah unit analisis reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat atau kata yang

(53)

metrotvnews.com dan inilah.com. Analisis teks media dengan melihat hubungan antara kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan foto, penggunaan gaya bahasa, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh portal media online metrotvnews.com dan inilah.com dalam melihat suatu peristiwa yaitu tentang berita pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air yang melibatkan Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung.

3.4 Korpus

Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama (Arkoum dalam Achmad, 200 : 43). Pendapat lain ada juga yang mengartikan korpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang telah ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan kesemenaan. Korpus harus cukup luas untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogeny pada taraf substansi maupun pada taraf waktu sinkroni (Kurniawan, 2001 : 70). Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan.

Berita pada portal berita online metrotvnews.com mulai tanggal 6 Juni – 10 Juni 2013:

(54)

2. Sriwijaya Air Serahkan Kasus Pemukulan Pramugari ke Polisi

3. Wagub Bangka Belitung Minta Maaf kepada Pramugari Sriwijaya Air 4. Pejabat Bangka Belitung pemukul Pramugari Depresi

Berita pada portal berita online inilah.com mulai tanggal 6 Juni 2013 – 10 Juni 2013 :

1. Zakaria Sudah 2 Kali Diperingati Untuk Matikan HP 2. Menhub : Tindakan Pramugari Sriwijaya Sudah Benar

3. Dua Kali Pejabat Bangka Belitung Pukul Pramugari Sriwijaya Air 4. Pejabat Babel : Biar Kapok Dia, Penumpang itu Raja

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(55)

perspektif kajian analisis peneliti dalam upaya menjawab permasalahan penelitian. Data – data sekunder dalam penelitian ini dari literatur dan sumber data surat kabar yang merupakan informasi – informasi tambahan dilakukan dengan cara studi kepustakaan.

.

3.6 Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisis farming sebagai teknik dalam menganalisis data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif media atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika menyeleksi isu dan menuliskan fakta.

Analisis framing yang dipilih bertumpu pada model Pan dan Kosicki yang menggunakan empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis yang berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita, dengan menggunakan konsep 5W+1H. Ketiga, struktur tematik yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan peristiwa ke dalam bentuk proporsi antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita.

3.7 Langkah-langkah Analisis Fr aming

(56)

berita pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air pada portal berita online metrotvnews.com dan inilah.com. Kedua, melihat simbol-simbol yang ditampilkan oleh portal media online metrotvnews.com dan inilah.com untuk kemudian mengidentifikasinya dengan menggunakan perangkat framing dari Pan dan Kosicki (struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris) langkah-langkah untuk mendapatkan keempat dari struktur tersebut adalah sebagai berikut :

Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa – pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksis ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).

Struktur skrip. Skr ip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

Str uktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian

4.1.1 Profil metrotvnews. Com

Metrotvnews.com merupakan sebuah portal web yang merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga merupakan pemilik surat kabar Media Indonesia. Lewat kebebasan baru itu, idealisme Surya Paloh menjadi memuncak untuk memberi penguatan baru kepada demokrasi melalui peran media yang dimiliki. Keinginannya untuk benar-benar memperoleh pengakuan sebagai publisher sejati tak lagi terbendung tatkala pada 18 November 2000, dia berhasil mengundang Lihat Daftar Presiden Republik Indonesia Presiden RI Presiden Republik Indonesia Keempat Abdurrahman Wahid untuk meresmikan pendirian Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia. Lambang kepala burung rajawali putih mulai muncul pada dua entitas media yang berpengaruh miliknya: koran Media Indonesia dan stasiun televisi Metro TV.

Seminggu kemudian tepatnya pada 25 November 2000 Metro TV mulai on air pertama kali, menyajikan siaran berita selama 18 jam setiap hari dengan

(58)

dunia pertelevisian nasional.Media Grup untuk PT Media Televisi Indonesia merupakan gabungan dari metrotvnews. Pada tanggal 25 Oktober 1999 PT Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama "MetroTV". Pada tanggal 25 November 2000, MetroTV mengudara untuk pertama kalinya dalam bentuk siaran uji coba di 7 kota. Pada awalnya hanya bersiaran 12 jam sehari, sejak tanggal 1 April 2001. Stasiun TV ini pada awalnya memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal

memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia

(59)

nasional. Eksistensi Surya Paloh sebagai publisher terkemuka, sebagai tokoh pers yang selalu menyuarakan suara masa depan tak lagi diragukan. Termasuk oleh mereka para insan pers yang sebelumnya lebih mau mengakui dia sebagai pengusaha ketimbang insan pers. Pada tanggal 20 Mei 2010, MetroTV memperkenalkan logo dan slogan barunya. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothickursif yang memberikan kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di pojok kanan/kiri atas.

Gambar 4.1.

Logo dari Metrotvnews.com yang ada di media online

(60)

memudahkan orang untuk dapat menerima berita. Video tersebut berisi langsung wawancara narasumber dengan pembicara sehingga pembaca dapat langsung memahami isi dari berita tanpa harus melalui pengolahan terlebih dahulu.

Gambar 4.2.

Logo dari Metrotvnews.com yang ada di media online

4.1.2 Profil inilah. com

(61)

sendiri

Inilah portal baru yang cepat populer. Dengan tampilan yang menarik dan lebih bagus, inilah.com diramalkan akan bersaing dengan situs berita terkemuka lainnya. PT. Indonesia News Center, sebagai pemilik inilah.com belum berafiliasi dengan grup media manapun.

Gambar 4.3.

Tampilan dari Inilah.com yang ada di media online

Gambar

Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

, investor merespon sebagai sinyal negatif pengumuman dividen meningkat yang diberikan oleh perusahaan tidak bertumbuh (terima Ha 5 ). Kata kunci

Pemahaman siswa terhadap pembelajaran ditandai dengan adanya rasa motivasi atau ketersediaan siswa mengikuti pembelajaran yang tinggi seperti siswa mendengarkan dengan

juga nilai yang berlaku dalam kepengurusan Komisi Pemuda GKI Ngagel. Berdasarkan wawancara dengan TRP dapat diketahui bahwa nilai-nilai yang.. dianut komisi pemuda GKI Ngagel

Tampaknya administrasi publik dapat diidentifikasi; 1) Cabang eksekutif pemerintahan, yang sangat terkait penting dengan badan legislatif dan yudikatif, 2)

Sebagaimana yang terjadi di MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus banyak peserta didik yang kurang tertarik pada mata pelajaran Fiqih, banyak peserta didik masih

Elektroda Batang (Rod), yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan ke dalam tanah.. Elektroda ini merupakan

pada berbagai situasi dalam hidup mereka (Iskandar, 2004 dalam Utami et al., 2009). Penelitian yang dilakukan menghasilkan tahap-tahap belajar sebagai berikut: Orientasi;

Manfaat lain dari penggunaan media sistem informasi berbasis Web bagi masyarakat, konsumen dan pelanggan adalah website sangat bermanfaat yaitu memudahkan konsumen