• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KATA PENGANTAR - Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa

karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

hasil penelitian yang berjudul “Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme

dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada komisi pembimbing, Ir. Lahmuddin Lubis, MP.

sebagai ketua dan Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si. sebagai anggota serta

Dr. Radite Tistama sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan

bimbingan dan masukan selama penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka

perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi

pengembangan teknologi benih karet.

Medan, Maret 2015

(2)

DAFTAR ISI

Pelapisan Benih dengan Mikroorganisme ... 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Sterilisasi Alat ... 15

Pembuatan Media PDA dan NA ... 15

Sporulasi Biji Karet ... 15

Isolasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Sehat dan Biji Sakit ... 16

Uji Mikroorganisme Hasil Eksplorasi ... 17

a. Uji pada Patogen Benih ... 17

b. Uji pada Biji Karet ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

Observasi Visual Karakterisasi Mikroorganisme ... 18

Persentase Daerah Hambatan Mikroorganisme dari Biji Sehat Terhadap Mikroorganisme dari Biji Sakit (%) ... 18

Kecepatan Berkecambah (hari) ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

(3)

Panjang Akar (cm) ... 19 Bobot Akar (g) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 20 Pembahasan ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil observasi visual karakter mikroorganisme dari biji karet sehat ... 20

2....Rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji karet sehat terhadap mikroorganisme dari biji karet sakit (%) ... 23

3.,,,Rataan kecepatan berkecambah biji karet dengan peberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat pada beberapa stadia (hari) ... 26

4.,,,Rataan tinggi tanaman karet 1-4 MST dengan pemberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat (cm) ... 27

5.,,,Rataan panjang akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat (cm) ... 29

6. ..Rataan bobot akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat (cm) ... 31

(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Stadia perkecambahan biji karet ... 7

2. Daerah hambatan mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat

terhadap mikroorganisme dari biji sakit... 24

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian ... 35

2. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 1 HSI ... 36

3. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 2 HSI ... 37

4. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 3 HSI ... 38

5. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia bintang ... 39

6. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia pancing ... 40

7. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia jarum .... 41

8. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 1 MST ... 42

9. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 43

10. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 44

11. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 45

12. Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar ... 46

13. Data pengamatan dan sidik ragam bobot akar ... 47

14. Foto Penelitian ... 48

(7)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brassiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,

disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet

merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa

non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah

(Damanik et al., 2010).

Luas areal perkebunan karet Indonesia baik perkebunan rakyat maupun

perkebunan besar pada tahun 2012 adalah 3.486.800 ha, dengan produksi total

mencapai 2.943.410 ton (BPS, 2012). Kondisi ini masih perlu ditingkatkan

dikarenakan permintaan akan kebutuhan karet yang semakin meningkat.

Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan teknologi

dalam pengusahaan karet.

Salah satu komponen teknologi terpenting dalam pengusahaan karet

adalah benih karena kualitas maupun kuantitas benih secara langsung akan

mempengaruhi produktivitas perkebunan karet. Karena itu tersedianya benih karet

berkualitas baik dalam jumlah yang cukup merupakan faktor yang menentukan

dalam keberhasilan perusahaan (Charloq, 2004).

Hasil penelitian Djaafar et al. (2001) menunjukkan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi kemunduran viabilitas benih adalah aktifitas

mikroorganisme dalam penyimpanan. Cendawan-cendawan yang merusak benih

berasal dari komoditi sebelum dan sesudah panen, selama distribusi dan

penyimpanan. Diperkirakan bahwa cendawan tersebut berasal dari tanah atau

(8)

cendawan selama penyimpanan akan menyebabkan penurunan daya kecambah

benih.

Keberadaan patogen pada benih akan memberikan dampak yang meluas

terhadap pertanaman di lapang bahkan mengakibatkan epidemi penyakit karena

benih merupakan sumber penyebaran patogen (Ilyas, 2001).

Oleh karena itu, penyediaan benih yang bebas patogen dan berdaya

tumbuh baik sangat penting dilakukan. Pengendalian serangan patogen pada benih

dapat dilakukan pelapisan pada benih (seed coating) dengan menggunakan

mikroorganisme antagonis. Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang

dapat menekan, menghambat atau memusnahkan mikroba lainnya. Dengan

demikian, mikroba antagonis berpeluang untuk digunakan sebagai agen hayati

dalam pengendalian mikroba penyebab penyakit tanaman (Hanudin et al., 2010).

Mikroba endofit merupakan mikroorganisme yang tumbuh dalam jaringan

tumbuhan. Mikroba endofit dapat diisolasi dari jaringan akar, batang dan daun,

dan yang paling umum ditemukan adalah dari jenis fungi. Mikroba endofit dapat

melindungi tumbuhan inang dari serangan patogen dengan senyawa yang

dikeluarkan oleh mikroba endofit. Senyawa yang dikeluarkan mikroba endofit

berupa senyawa metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif dan dapat

berfungsi untuk membunuh patogen (Prihatiningtias dan Wahyuningsih, 2006).

Nassar et al. (2005) menyatakan bahwa sejenis PGP ditemukan dari isolat

jamur Williopsis saturnus, endofit akar jagung, mampu menghasilkan

indole-3-acetic acid (IAA) dan asam indole-3-piruvat (IPYA) secara in vitro dalam media

kimia. Jamur ini dipilih diantara 24 jamur endofit yang diisolasi dari permukaan

akar jagung dan dievaluasi potensinya untuk menghasilkan IAA dan untuk

(9)

meningkatkan pertumbuhan jagung di bawah gnotobiotic dan kondisi rumah kaca.

Hasil penelitian terbukti dilihat dari peningkatan bobot kering akar, panjang akar,

dan tunas yang menunjukkan peningkatan yang signifikan (P <0,05) pada bibit

tanaman jagung dibandingkan dengan bibit tanaman jagung perlakuan kontrol.

Malfanova (2013) menambahkan bahwa berbagai bakteri endofit telah

menunjukkan kemampuan memproduksi Plant Growth Promotion (PGP). PGP

langsung dihasilkan oleh endofit sebagian besar digunakan untuk penyediaan

nutrisi penting bagi tanaman dan produksi atau pemroses fitohormon. Sementara

itu, efek biokontrol bakteri endofit telah lama diketahui. Biokontrol bakteri pada

patogen dapat didasarkan pada beberapa mekanisme yang meliputi antibiosis,

CNN (kompetisi untuk nutrisi dan niche) dan ISR (induksi resistensi sistemik).

Sejauh ini, peran ISR pada kemampuan biokontrol yang dihasilkan oleh endofit

yang telah dikonfirmasi pada tanaman. Hal ini diketahui dengan pengamatan

mikroskopik bakteri endofit dalam tanaman, di mana mereka menyebabkan

perubahan morfologi yang terkait dengan ISR dan mengurangi gejala penyakit di

lokasi dimana endofit itu sendiri tidak ada.

Pelapisan benih (seed coating) merupakan proses pembungkusan benih

dengan zat tertentu (Bakhtiar, 2010). Penggunaan coating sangat efektif dalam

industri benih, karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya

simpan, mengurangi resiko tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat

digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya antioksidan, anti mikroba,

repellent, mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain lain

(10)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang

eksplorasi mikroorganisme antagonis pada biji karet sebagai pelapisan pada benih

karet yang tidak hanya dapat mencegah serangan patogen benih tetapi juga

bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman karet.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mikroorganisme antagonis

dari biji karet untuk mencegah patogen benih dan bermanfaat bagi pertumbuhan

karet.

Hipotesis Penelitian

Mikroorganisme antagonis pada biji karet berpotensi sebagai seed coating

patogen benih dan meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman karet.

Kegunaaan Penelitian

− Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

− Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Gunung merapi meletus tahun kemarin 1. Motor balap itu

Aplikasi Bradyrhizobium japonicum BJ 11 dan Aeromonas salmonicida PP sebagai inokulan campuran cenderung dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kedelai

Persiapan paling awal yang dilakukan oleh praktikan adalah mengikuti kuliah pengajaran mikro. Disini praktikan sekaligus melakukan praktek mengajar pada kelas

Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa bagi pelaku zina yang tunagrahita tidak semua dapat dijatuhi sanksi, karena keterbatasan yang mereka miliki mendapat

Berdasarkan hasil penclitian yang dilakukan Wahyuni (2004) tentang kemampuan adesi Streptococcus agalactiae dari susu sapi perah mastitis subklinis pada sel epitel ambing,

Kemudian penelitian ini mengacu pada permasalahan pokok, apakah penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Apa Gejala Dan Obat Penyakit Sipilis Yang Majur ~ Terdapat luka lecet ,timbul perasaan sering mual dan pusing ,adalah gejala umum yang di rasakan oleh para

[r]