• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian dan Prinsip Arsitektur Informasi

Arsitektur informasi atau information architecture (IA) merupakan rancangan stuktur informasi dengan pemahaman bahwa arsitektur informasi fokus utamanya adalah stuktur itu sendiri dan diikuti dengan user interface yang mewakili tampilan dilayar, mengetahui dengan baik keinginan user berhubungan dengan konten dan fungsi struktur informasi serta mengetahui konten dan fungsionalitas yang didukung oleh struktur informasi itu sendiri. (Brown: 2010, 30)

1. The information architect’s primary focus is the structure itself and secondarily the user interface representing the structure on screen. 2. The information architect has a good understanding of how people

want to relate to the content and functionality contained in the structure.

3. The information architect has a good understanding of the range of content and functionality to be supported by the structure.

Istilah IA pertama kali dikemukakan oleh Richard Wurman pada tahun 1975 yang menggambarkan kebutuhan dalam mengubah data menjadi informasi. Hal ini tidak dapat langsung terwujud. Akan tetapi dengan adanya World Wide Web (www) yang muncul pada tahun 1990-an, istilah IA mulai menyebar secara luas. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan informasi yang semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat sehingga istilah IA pun menjadi istilah yang umum untuk digunakan.

Wurman memberikan definisi mengenai arsitek informasi yang dikutip oleh Wei dalam bukunya yang berjudul Information Architecture: The Design and Integration of Information Space (2010, 1) yaitu:

1. The individual who organizes the patterns inherent in data, making the complex clear.

2. A person who creates the structure or map of information which allows others to find their personal knowledge.

(2)

Pada saat ini IA memiliki peran yang sangat penting. Seperti yang dikemukakan oleh Wurman bahwa arsitek informasi merupakan seseorang yang yang mengatur pola pada data menjadi bentuk yang lebih mudah dimengerti, seseorang yang dapat menciptakan sebuah struktur yang dapat memudahkan orang lain dalam menemukan informasi serta seseorang yang menangani kebutuhan zaman yang berfokus kepada informasi sehingga arsitek informasi memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola dan mengolah data menjadi bentuk informasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Pendapat Wurman mengenai arsitek informasi tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran baru mengenai IA yang terus berkembang sehingga pada tahun 2006, Morville dan Rosenfeld dalam bukunya yang berjudul Information Architecture for World Wide Web (2006, 4), mengemukakan definisi mengenai IA, yaitu:

1. The combination of organization, labeling and navigation schemes within an information system. (Kombinasi organisasi, pelabelan dan skema navigasi dalam sistem informasi)

2. The structural design of an information space to facilitate task completion and intuitive access to content. (Desain struktur ruang informasi untuk memfasilitasi penyelesaian tugas dan akses intuitif terhadap konten)

3. The art and science of structuring and classifying websites and intranets to help people find and manage information. (Struktur seni dan penataan serta pengklasifikasian situs wend an intranet dalam membantu user menemukan dan mengelola informasi)

4. An emerging discipline and community of practice focusing on bringing principles of design and architecture to the digital landscape. (Peraturan dan praktek yang berfokus pada prinsip desain dan struktur pandangan digital)

Pada artikelnya yang berjudul Information Architecture in JASIST: Just Where Did We Come From?, Dillon (2002, 821) mengemukakan bahwa “IA is the term used to describe the process of designing implementating and evaluating

information spaces that are humanly and socially acceptable to their intended stakeholder”.

(3)

sampai kepada evaluasi dari struktur suatu situs web. IA memiliki hubungan yang erat antara konten dan user interface.

Morvile dan Dillon mengemukakan bahwa IA terletak pada sebuah proses, akan tetapi definisi lain mengemukakan bahwa IA terletak pada stuktur desain sehingga mudah untuk ditelusur. Hal ini dikemukakan oleh Spencer (2010, 4) yang mengutip definisi IA oleh The Architecture Institute yang menyatakan bahwa IA sebagai:

1. The structural design of shared information environments.

2. The art and science of organizing and labeling websites, intranets, online communities and software to support findability and usability. 3. An emerging community of practice focused on bringing principles of

design and architecture to the digital landscape.

Selain mengutip defisini IA, Spencer (2010, 4) juga mengemukakan bahwa IA merupakan hal yang bersangkutan dengan, “organizing content or objects, describing them clearly and providing ways for people to get to them.”

Dalam sebuah artikel yang berjudul Eight Principles of Information Architecture, Dan Brown (2010, 30-31) mengemukakan beberapa prinsip IA yang

dapat membantu pemahaman dalam membuat rancangan struktur informasi. Menurut Brown delapan prinsip IA, yaitu:

1. The Principle of Object (Prinsip mengenai objek) 2. The Principle of Choice (Prinsip mengenai pilihan) 3. The Principle of Disclosure (Prinsip mengenai sikap) 4. The Principle of Exemplars (Prinsip mengenai jenis)

5. The Principle of Fronts Doors (Prinsip mengenai halaman kunjungan) 6. The Principle of Multiple Classification (Prinsip mengenai klasifikasi) 7. The Principle of Focused Navigation (Prinsip mengenai navigasi

penting)

8. The Principle of Growth (Prinsip mengenai perkembangan)

(4)

Objek yang dimaksud adalah sebuah situs web yang pada dasarnya memiliki konten seperti:

a. Struktur internal yang konsisten dan dikenali. b. Ciri khas tersendiri.

Dalam membuat situs web, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis situs web yang akan dibuat. Dengan menentukan jenis situs web yang akan dibuat, akan muncul pertanyaan, apa konten dari situs web tersebut?

Misalnya saja situs web perpustakaan. Hal umum yang akan menjadi konten pada situs web perpustakaan yaitu: home, about dan web links. Bila perpustakaan tersebut memiliki ciri khas tersendiri, maka terdapat konten tambahan mengenai ciri khas yang ada.

Pada prinsip kedua yaitu the principle of choice, hal yang dibahas adalah mengenai pilihan yang dapat diberikan kepada user. Hal ini juga berkaitan dengan menjaga agar pilihan tersebut terfokus pada pilihan tertentu saja.

Pada dasarnya user senang akan banyaknya pilihan yang diberikan oleh sebuah halaman situs web. Karena user dapat memilih sendiri informasi sesuai dengan kebutuhannya. Disisi lain, user akan bingung untuk menentukan informasi yang sesuai karena banyaknya pilihan yang diberikan oleh sebuah halaman situs web.

Dalam membuat situs web, akan lebih baik bila memberikan pilihan yang sedikit akan tetapi memiliki informasi yang benar-benar relevan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diinginkan oleh user.

Pada prinsip ketiga yaitu the principle of disclosure, dijelaskan bahwa IA merupakan rancangan struktur informasi yang memudahkan user dalam mendapatkan informasi. Dengan pengertian tersebut, pemahaman akan fungsi situs web adalah memberikan cukup informasi pada user. Sehingga informasi yang diperoleh dapat membantu user dalam menggali informasi lebih dalam lagi.

(5)

dengan seketika. Sehingga antisipasi dapat dilakukan kepada user yang memang tertarik dan tidak tertarik pada hasil penelusuran yang dilakukan.

Pada konteks prinsip keempat yaitu the principle of exemplars, dijelaskan bahwa konten dapat dipilih berdasarkan jenisnya. Untuk menunjukkan semua hal yang berkaitan pada konten, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyusunnya menjadi kelompok-kelompok tertentu sehingga terlihat sistematis.

Menu pada situs web biasanya memiliki beberapa sub menu pendukung. Sub menu tersebut merupakan kelompok objek yang memiliki konten yang sama ataupun menyerupai. Pengelompokan jenis konten ini sering kali dilakukan untuk memudahkan user dalam penelusuran.

Misalnya pada situs web perpustakaan, menu yang diberikan adalah: home, about dan web link. Pada menu about terdapat beberapa sub menu yang mengikuti, seperti: visi & misi, contact us dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan user dalam temu kembali informasi yang ada.

Prinsip kelima yaitu the principle of front doors, menunjukkan bahwa dimungkinkan bagi user untuk dapat langsung mengunjungi halaman situs web tanpa harus melalui halaman awal (home). Pada dasarnya, kunjungan ke suatu situs web akan dimulai pada halaman awal situs web yang dituju. Gagasan mengenai front doors ini menjadi hal yang umum, karena beberapa situs web besar menemukan bahwa kunjungan pada situs web tersebut tidak dilakukan melalui halaman awal, melainkan melalui halaman lain website.

Menurut Brown, prinsip ini menghasilkan 2 petunjuk, yaitu:

1. Halaman yang dituju membantu user dalam memahami bahwa ada informasi lain yang dapat ditemukan pada halaman tersebut.

2. Halaman awal tidak selamanya memiliki tugas sebagai gerbang awal antara user dan informasi yang ada.

(6)

Prinsip keenam yaitu the principle of multiple classification, dikemukakan bahwa menawarkan beberapa macam klasifikasi yang berbeda kepada user untuk mengakses konten situs web merupakan hal yang baik.

Arsitektur informasi yang baik menunjukkan bahwa cara seseorang dalam mencari dan menemukan informasi tidaklah sama. Dengan adanya skema klasifikasi, hal ini dapat membantu user dalam menemukan cara lain atau cara yang lebih singkat dalam menemukan informasi yang ada pada sebuah halaman situs web.

Skema klasifikasi merupakan cara singkat dalam melakukan penelusuran informasi dengan menggunakan kelompok konten yang ada pada sebuah situs web. Hal seperti ini dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran dengan menggunakan judul, subjek ataupun topik sesuai dengan kebutuhan informasi yang diinginkan.

Prinsip ketujuh yaitu the principle of focused navigation, menunjukkan bahwa kebanyakan dari sistem navigasi yang digunakan pada sebuah situs web adalah global navigasi. Apabila sebuah situs web memakai global navigasi dalam penelusuran, maka ketidak-efektifan dalam temu kembali informasi akan terjadi. Karena tidak semua informasi merupakan konten dari sebuah situs web. Dengan menggunakan global navigasi, menu navigasi yang ada akan kehilangan tujuannya dalam temu kembali informasi yang terdapat pada content.

Brown mengemukakan 4 mekanisme navigasi, yaitu:

1. Topic Navigation: merupakan navigasi utama sebuah situs yang menyangkut semua area halaman situs web.

2. Timely Navigation: menu singkat yang menyediakan link ke sub topik yang relevan.

3. Signpost Navigation: menu yang muncul pada halaman yang menunjukkan bagaimana sebuah artikel diklasifikasikan.

(7)

Pada prinsip kedelapan yaitu the principle of growth, menerapkan bahwa konten yang dimiliki saat ini hanyalah sebagian kecil dari konten yang akan ditunjukkan setelahnya. Konsep pertumbuhan konten seperti ini akan menunjukkan bahwa situs web akan terus berkembang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh user. Sehingga user akan terus menggunakan situs web tersebut sebagai tempat penelusuran informasi.

Kelemahan desain arsitektur saat ini ada pada tempat penyimpanannya yang terbatas. Banyaknya informasi mempengaruhi ruang penyimpanan informasi itu sendiri. Dengan keterbatasan akan ruang penyimpanan informasi, sebuah situs web diharuskan untuk memberikan informasi yang up to date, sehingga informasi yang ada merupakan informasi terkini.

Dari kedelapan prinsip yang dikemukakan oleh Brown, dapat dilihat bahwa IA memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah situs web. Hal ini juga tidak terkecuali untuk situs web perpustakaan.

2.2 Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

Situs web perpustakaan berperan dalam menampilkan konten dan layanan yang ada disebuah perpustakaan melalui internet. Sehingga user dapat mengetahui apa saja konten dan layanan yang dapat dimanfaatkan. Hal ini dikemukakan oleh Maloney dan Bracke (2004, 146), “Library websites provide a display platform by

which library content and services can be accessed through a common user

interface.

Berdasarkan hal yang dikemukakan oleh Maloney dan Bracke tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas dari sebuah situs web perpustakaan adalah menampilkan keseluruhan konten dan layanan dari sebuah perpustakaan. Dalam menampilkan konten dan layanan tersebut melalui internet, dibutuhkan IA dalam mendesainnya sehingga user dapat memanfaatkan konten dan layanan tersebut secara maksimal.

(8)

ditawarkan oleh perpustakaan. Situs web perpustakaan tidak hanya memiliki koleksi digital dan layanan, ada juga database, jurnal dan link-link edukasi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh user. Semua hal tersebut tentu saja tidak dapat ditampilkan dalam satu layar halaman sepenuhnya. Maka dari itu, fungsi dari IA dipakai dalam menata tampilan pada situs web perpustakaan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Pada tahun 2008, Jennifer Duncan dan Wendy Holliday melakukan penelitian arsitektur informasi pada situs web Perpustakaan Utah State University. Dalam penelitian tersebut, Duncan melakukan beberapa tahapan pengumpulan informasi bagaimana perilaku user dalam mengakses situs web Perpustakaan Utah State University.

Duncan membuat kelompok program pengambilan informasi berkaitan dengan situs web perpustakaan, yaitu:

1. Collection Access (Akses Koleksi)

Perpustakaan memiliki beberapa macam koleksi dengan lokasi yang berbeda sehingga diperlukan petunjuk dalam mengakses lokasi koleksi yang ada.

2. Information about the Library (Informasi Tentang Perpustakaan)

Seorang user membutuhkan informasi perpustakaan. Misalnya saja informasi mengenai jam buka perpustakaan, berita yang disediakan oleh perpustakaan ataupun letak perpustakaan.

3. Service (Layanan)

Perpustakaan memberikan layanan yang dapat membantu user dalam penelusuran informasi dan mengatasi kendala yang dialami oleh user pada saat penelusuran.

4. Help (Bantuan)

(9)

Dengan menggunakan keempat kelompok pengambilan informasi tersebut, Duncan membuat arsitektur informasi baru yang lebih relevan bagi user Perpustakaan Utah State University.

Penelitian tentang IA situs web perpustakaan juga dilakukan pada tahun 2005 oleh Heather Jeffcoat King dan Catherine M. Jannik. Mereka melakukan penelitian pada situs web Perpustakaan Georgia Tech. Menurut Heather dan Catherine, situs web Perpustakaan Georgia Tech sudah beberapa kali mengalami perubahan. Situs web perpustakaan ini pertama kali di publish pada tahun 1990-an. Pada awalnya tampilan situs web ini terdiri dari informasi tentang perpustakaan dan menyediakan akses ke katalog perpustakaan.

Mengenai IA yang ada pada situs web Perpustakaan Georgia Tech, Heather dan Catherine berpendapat bahwa, “User insight provided the Library with design recommendations that attempted to guide the user through clear navigational choices.” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa desain dari navigasi perpustakaan yang jelas akan sangat membantu user dalam penelusuran informasi. Dengan begitu, Heather dan Catherine merekomendasikan rancangan IA situs web perpustakaan yang baru yang lebih relevan bagi user.

Pada tampilan situs web perpustakaan yang direkomendasikan oleh Heather dan Catherine, IA dari situs web tersebut terlihat lebih kompleks. Menu navigasi yang dapat digunakan oleh user juga sudah lebih kompleks.

The “Quick Catalog Search” was removed from the home page because all of the users treated it like a Google search, which ultimately led them down the wrong path, resulting in failed searches. The “Quick Links” mainly used by librarians were featured in a drop-down menu, thus cutting down on the clutter and reducing the distraction of our users. (Heather: 2005, 5)

(10)

Tampilan situs web Perpustakaan Georgia Tech saat ini juga sudah mengalami perubahan. Tampilan yang baru menampilkan semua menu yang dapat diakses oleh user. Link yang dapat diakses terbagi dalam 3 katagori, yaitu: research tools, services dan about us. Ketiga menu tersebut memiliki submenu yang lebih kompleks lagi.

Pada tahun 1999, Shelley dkk, melakukan penelitian terhadap Dalhousie University’s Web Site. Alasan Shelley memilih Dalhousie University’s Web Site adalah “Dalhousie University’s Web Site telah menerima penghargaan atas desain dan memiliki sistem navigasi yang mudah untuk digunakan oleh user”, Pada penelitiannya mereka memakai metodelogi pegumpulan data berdasarkan: user performance, user perceptions dan user strategies.

1. user performance: by assessing the number of questions for which answers were found, the time taken to answer the questions and the amount of time spent choosing from options on the second level menu. 2. user perceptions: by assessing responses to a series of Likert-scaled

question and analyzing the results from the open-ended survey questions.

3. user strategies: by analyzing the paths taken to respond to questions and user explanation of their approaches.(Shelley: 1999, 297)

Pada proses pengambilan data tersebut, Shelley melakukan penilaian terhadap user performance dengan cara ditemukan atau tidak ditemukannya informasi yang ditelusur oleh user. Untuk user perceptions, penilaian dilakukan dengan cara efektif atau tidak efektifnya informasi yang ditemukan oleh user. Pada user strategies, Shelley dkk berpendapat bahwa ada 3 stategi yang dilakukan oleh user dalam mendapatkan informasi, yaitu: “(1)matched the concept behind the labels. (2)used a process of elimination and (3)used trial and error.”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Shelley merekomendasikan IA yang baru yang lebih efektif untuk Dalhousie University’s Web Site.

(11)

Pada tahun 2008, Shu Liu melakukan penelitian terhadap situs web perpustakaan akademi. Pada penelitiannya, Shu mengidentifikasi 111 situs web perpustakaan akademi yang memiliki ciri tersendiri pada situs web perpustakaannya.

Shu mengelompokkan komponen penelitiannya berdasarkan 3 kelompok, yaitu:

Search site, and/or site A-Z Ask a librarian/ask us

Mixed columns and horizontal sections Four equally divided sections ith sidebar(s) Mouse-over links with sidebar(s)

3. Innovative Features

(12)

Pada penelitiannya, Shu mengelompokkan beberapa ciri khas yang dimiliki oleh beberapa situs web perpustakaan. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Penemuan Fitur Inovatif dari 111 Situs Web Perpustakaan Akademi

Innovative Features Discovered from 111 Academic Library Web Sites

A. Use of “Web 2.0” Tools

Personal Bookmarks/Tagging U. of Pennsylvania, U. of Saskatchewan

B. User Engagement

“Rate this page” U. of Toronto

“The Library Video (created by students,

for students!)” U. of Virginia

“What Students are Saying about

LIBR1100…” Texas Tech

“Question of the Week” Boston College

C. Homepage Customization

“Customize this site for…” U. of Connecticut

D. Aggregated Resources

“Knowladge Bank” (IR model: DSpaces) Ohio State

“The Teaching Library” (for faculty and

librarians to teach information literacy) U. of Tennessee

“Info Tree” (subject resources) Ohio U.

“Knowladge Base” (library information) U. of Oklahoma

(13)

Innovative Features Discovered from 111 Academic Library Web Sites E. Single Sign-on

“Passport York” York U.

F. Recommending Information

“Popular Links” side bar U. of Toronto

“Top 10 Database” U. of Wisconsin-Madison

“Featured Item” Vanderbilt U.

“Resources Spotlight” Brown U.

“Featured Resources” U. at Buffalo (SUNY), U. of

California at Davis G. Multimedia

Library Virtual Tour Texas Tech, U. of Oklahoma Audio Tours, Library Tutorial Videos Arizona State

H. Use of Familiar Format

Library hours in a calendar Texas Tech Sumber: Shu Liu (2008, 9)

Berdasarkan keterangan tersebut, Shu Liu merekomendasikan arsitektur informasi berkaitan dengan situs web perpustakaan akademi. Rekomendasi arsitektur informasi oleh Shu terdiri dari library homepage, library portal page dan “my library space”.

Penelitian yang dilakukan oleh Shu menghasilkan kesimpulan bahwa situs web perpustakaan akademik akan:

a. Switch the focus from presenting information arranged according to library function and resources to providing targeted and customizable

tools and services to libaray users.

b. Design a seamless, one-stop information environment that minimizes user’ way-finding effort and nurtures the formation and dissemination of

knowledge, ideas and experiences.

(14)

2.4 Kerangka Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

Dalam mendesain sebuah IA, diperlukan kerangka IA yang baik sehingga menghasilkan IA yang baik pula. Menurut Maloney dan Bracke (2004, 147), “Extended information architecture is the first half of the framework, and provides a complete conceptual design of the web site from the users'

perspective.” Dalam pendapat tersebut dinyatakan bahwa sebuah situs web

haruslah menyediakan desain yang sesuai dengan pandangan user. Sehingga user merasa nyaman dalam menelusur informaasi.

Maloney dan Bracke dalam artikelnya yang berjudul Beyond Information Architecture: A Systems Integration Approch to Web-site Design menyebutkan

bahwa kerangka IA pada perpustakaan memiliki 2 komponen yang saling terhubung, yaitu: the coordinating structure (struktur koordinasi) dan service elements (unsur layanan). Kedua komponen tersebut saling berkaitan membentuk

hubungan yang selalu berulang. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut:

Sumber: Maloney (2004, 148)

(15)

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam konsep desain IA, struktur koordinasi menunjukkan elemen layanan dan elemen layanan mendukung struktur koordinasi. Maka dari itu, kedua hal tersebut saling berkaitan.

2.4.1 The Coordinating Structure

Kerangka kerja menunjukkan pendekatan yang paling umum dalam suatu sruktur. Manfaat yang diberikan oleh kerangka kerja adalah memudahkan arsitek informasi dalam membuat sebuah desain IA berdasarkan hasil analisasi kebutuhan user. Hal ini diperlukan untuk memudahkan user dalam melakukan penelusuran dalam mendapatkan sebuah informasi di website.

Menurut Maloney dan Bracke (2004, 147), struktur koordinasi pada kerangka IA memiliki 3 elemen penting, yaitu: (1)organization: mengacu pada pengelompokan logis dari konten dan layanan yang tersedia untuk pengguna. (2)navigational structure: menghubungkan antara konten dan elemen layanan pada situs serta antara kelompok di situs organisasi. (3)labeling: menyediakan rambu-rambu komunikasi pada website yang dapat membantu user.

Ketiga elemen tersebut saling berkaitan karena fungsinya yang saling mendukung. Bila kehilangan salah satu dari elemen tersebut, maka struktur koordinasi tidak dapat berjalan dengan baik pada IA.

2.4.2 Service Element

Salah satu elemen yang paling penting dalam IA pada perpustakaan adalah layanan. Layanan memiliki peran yang besar dalam membantu user melakukan penelusuran pada halaman website.

(16)

Pada elemen layanan, hal yang ditekankan adalah kebutuhan akan user dalam mendapatkan informasi. Kebutuhan tersebut termasuk pada isi dari informasi serta cara penelusran informasi.

2.5 Komponen Sistem Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

Situs web perpustakaan pada umumnya hanya menampilkan menu koleksi dan layanan saja. Hal tersebut merupakan IA yang sangat sederhana. Maloney dan Bracke mengatakan bahwa, “Sistem arsitektur perpustakaan tidak terbatas pada sistem yang ada, akan tetapi termasuk juga sarana dan prasarana, sistem induvidu dan akses data serta mekanisme penyimpanan.”

Maloney dan Bracke memberikan gambaran komponen sistem arsitektur seperti yang tertera pada gambar berikut:

Sumber: Maloney (2004, 150)

Gambar 2.2. Komponen Sistem Arsitektur

(17)

disesuaikan dengan bagian utama. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui bahwa sistem arsitektur memiliki bentuk yang sederhana.

2.6 Model Arsitektur Informasi Situs Web Perpustakaan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh Duncan pada situs web Perpustakaan Utah State University, Duncan memberikan beberapa rekomendasi IA situs web perpustakaan.

Sumber: Duncan (2008, 309)

Gambar 2.3. Model 1-Narrow and Deep

Pada model pertama, Duncan memberikan 4 menu utama yang diikuti oleh sub menu. Menu utama tersebut terdiri dari: finding, about, services dan help. Keempat menu utama tersebut memiliki beberapa sub menu. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa sub menu pada menu utama memiliki beberapa sub menu pendukung.

Sub menu pendukung seperti yang terlihat pada gambar diatas, merupakan hasil pengelompokkan informasi yang terdapat pada situs web Perpustakaan Utah State University. Pengelompokkan informasi tersebut bersifat sederhana akan

(18)

Pada situs web perpustakaan biasanya IA yang ada hanya terbatas pada 2 tingkat saja, yaitu: menu dan sub menu. Sub menu pada situs web perpustakaan kebanyakan, tidak memiliki sub menu pendukung lainnya. Sehingga skema IA pada situs web perpustakaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Skema IA 2 Tingkat

(19)

Sumber: Duncan (2008, 310)

Gambar 2.6. Model 2-Wide and Swallow

Bila pada model pertama Duncan memberikan 4 menu utama, pada model IA kedua diberikan 7 menu utama yang terdiri dari: finding, getting, about, services, support, help with research process dan help using the library. Pada model kedua ini, Duncan memberikan kelompok menu yang lebih spesifik dengan menambahkan 3 menu lain sebagai pendukung menu utama.

Perbedaan tersebut tidak hanya pada menu utama yang bertambah. Pada sub menu juga terdapat perbedaan, misalnya: pada model pertama sub menu finding, tidak terdapat pembagian pada menu catalog. Berbeda pada model kedua

dimana menu catalog terbagi lagi menjadi dua, yaitu: -ours dan –others.

Pada model kedua ini juga dapat dilihat dengan jelas bahwa menu help merupakan fokus utama. Menu help terbagi menjadi dua bagian, yaitu: help with research process dan help using the library. Dengan adanya dua menu help yang

(20)

Sumber: Duncan (2008, 310)

Gambar 2.7. Model 3-Task and Audience

Pada model ketiga, Duncan menghilangkan salah satu menu yang terdapat pada model kedua. Pada model IA ketiga terdapat 6 menu utama, yaitu: finding, getting, about, help, support dan services for…

Pada model ketiga IA ini, hal yang berbeda adalah menu help yang pada model kedua terbagi menjadi 2 bagian, kini menjadi satu menu utama. Menu layanan pada model ketiga lebih spesifik dari pada dua model sebelumnya.

(21)

Duncan juga memberikan 2 model navigasi yang biasa digunakan oleh user dalam melakukan penelusuran. Kedua model navigasi tersebut, yaitu:

Sumber: Duncan (2008, 311)

Gambar 2.8. Model A Menu Navigasi

Pada model A dapat dilihat tampilan yang diberikan terlihat sederhana, akan tetapi tidak memunculkan semua sub menu yang ada dengan jelas. Berbeda dengan Model B yang menjabarkan sub menu yang ada pada menu utama. Dari kedua model tersebut, dapat diketahui ke efektifan penelusuran yang dapat dilakukan oleh user.

Sumber: Duncan (2008, 312)

(22)

Desain IA lain direkomendasikan oleh Shelley berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukannya pada Dalhousie University’s Web Site. Shelley memberikan rekomendasi sebuah desain IA.

Shelley (1999, 302-303) berpendapat bahwa situs web harus memiliki komponen seperti:

1. Multiple Access Point

Kelompok pengguna memiliki kebutuhan yang beragam dan memprediksi dan merancang solusi yang akan melayani individu yang tidak layak. Beberapa jalur dan beberapa cara mengakses jalur tersebut akan memberikan beberapa pilihan dan lebih mungkin untuk memenuhi luasnya keragaman pengguna.

2. Search Engine

Pengguna berharap untuk menemukan kata kunci pencarian, meskipun kata kunci pencarian tidak selalu relevan untuk semua masalah informasi.

3. Site Map

Merefleksikan struktur sebuah website yang dapat membantu pengguna dalam mengatasi kebingunan dalam penelusuran.

4. Alphabetical Index

Memiliki fungsi sebagai pemberi isyarat halamat apabila mesin pencari dan menu katagori gagal dalam penelusuran.

5. Multiple Categorical Menu Structures

Memberikan pendekatan tunggal dalam mengakses informasi dengan tidak membahas keragaman kelompok pengguna potensial dan kebutuhan mereka. Hal ini diperkuat dengan desain informasi.

6. FAQ (Frequently Asked Questions)

Memiliki fungsi sebagai jalur akses informasi. 7. Navigation Aids

(23)

a. Kemampuan untuk dapat mencapai top-level dari menu apa saja pada website.

b. Kemampuan untuk dapat mengakses salah satu alat akses dari menu apa saja pada website.

c. Kemampuan untuk menentukan lokasi suatu informasi dengan mudah dalam hierarki.

8. Information Design

Jalaur pengguna mengandung 4 karakteristik, yaitu: skema, katagori, pelabelan dan presentasi.

Dari kedua desain IA tersebut, desain IA yang direkomendasikan oleh Duncan lebih spesifik daripada desain yang direkomendasikan oleh Shelley. Shelly merekomedasikan desain IA hanya terbatas pada menu utama situs web. Berbeda dengan desain IA yang direkomendasikan oleh Duncan yang menggambarkan secara rinci menu utama dan sub menu yang dapat dimanfaatkan oleh user.

Pada dasarnya, terdapat bermacam-macam model struktur arsitektur informasi. Struktur tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dari informasi situs web yang bersangkutan. Ada beberapa model struktur arsitektur informasi, seperti:

(24)

Sumber: Standford University Library

Gambar 2.11. Arsitektur Informasi Standford University Library

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Shu pada tahun 2008, Shu merekomendasikan arsitektur informasi situs web perpustakaan akademik sebagai berikut:

Sumber: Shu (2008, 11)

(25)

Sumber: Shu (2008, 12)

Gambar 2.13. Portal Page for Undergraduated Students

Sumber: Shu (2008, 13)

(26)

2.8 Responsif Situs Web Perpustakaan

Perkembangan teknologi sampai saat ini memunculkan inovasi-inovasi baru mengenai alat yang dapat mengakses internet. Apabila sebelumnya alat untuk mengakses internet adalah komputer dan laptop, saat ini telah muncul smartphone yang juga banyak digunakan untuk mengakses internet.

Marcote (2011, 9) mengemukakan bahwa terdapat 3 unsur terkait dengan responsif situs web, yaitu:

1. A flexible, grid-based layout

2. Flexible image and media

3. Media query, a modul from the CSS3 specifications

Desain responsif situs web memanglah suatu keharusan pada saat ini. Dengan adanya desain situs web yang responsif, maka penelusuran yang dilakukan pada tablets dan smartphone dimungkinkan dengan tampilan yang sama seperti pada komputer dan laptop.

Kesiapan dengan adanya situs web yang responsif dikemukakan oleh Reidsma (2014), yaitu:

Not to mention that mobile-only sites serve a very particular problem that is common now: a proliferation of small screens. But these mobile sites do nothing for devices that will be released in the future with screens or interfaces that aren’t small touchscreens.

(27)

Desain situs web perpustakaan yang responsif akan menampilkan ukuran file pada layar komputer dan smartphone sebesar 100%. Perubahannya adalah resonansi dari ukuran filenya saja. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Anbu (2014, 3)

Gambar 2.15. Tampilan situs web pada desktop dan smartphone

Gambar

Tabel 2.1. Penemuan Fitur Inovatif dari 111 Situs Web
Gambar 2.1. Kerangka IA untuk mengembangkan desain konsep situs web
Gambar 2.2. Komponen Sistem Arsitektur
Gambar 2.3. Model 1-Narrow and Deep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hidayat (2010:2), website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi,

“ rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.. Risiko kredit yang diterima oleh bank

Kegiatan pelayanan referensi ialah kegiatan melayankan koleksi perpustakaan, terutama koleksi pustaka acuan (buku referensi) atau koleksi yang tidak boleh dibawa pulang oleh

bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada diindonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak

Mengenai pendapat narasumber yang dipaparkan tentang perusahaan pengangkutan, perusahaan pengangkutan mempunyai tanggung jawab atas muatan kapal yang

Yusi dan Idris (2020:17) berpendapat, “Data adalah kumpulan angka, fakta, fenomena atau keadaan, atau lainnya yang disusun menurut logika tertentu merupakan hasil

Pendapat serupa mengenai metode K-Means Clustering juga dikemukakan oleh Wu dan Kumar dalam Sibuea dan Sapta (2017:87). “Menurutnya K-Means merupakan algoritma

File ; File yang berisikan program dan data dibuktikan dengan adanya media penyimpanan fisik (pita komputer, paket piringan, dan sebagainya),.. yang disimpan dalam perpustakaan