• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Sistem, Informasi dan Manajemen - Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan di PT. Infar Arispharma Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Sistem, Informasi dan Manajemen - Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan di PT. Infar Arispharma Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Sistem, Informasi dan Manajemen

Informasi memegang peranan yang penting dalam setiap kehidupan

manusia, begitu pula dalam setiap perusahaan senantiasa memerlukan informasi.

Karena hampir semua bidang kegiatan dalam suatu orgnisasi tidak akan terlepas

dari informasi sebagai sarana penunjang kelancaran kegiatan kinerja pegawai

yang telah ditetapkan sebelumnya didalam tubuh organisasi.

Sebelum memahami lebih jauh makna dari Sistem Informasi Manajemen

tersebut, ada baiknya kita memilah makna dari suku katanya. Sistem Informasi

Manajemen terdiri dari tiga kata yang berlainan arti yang masing-masing kata

tersebut mempunyai pengertian. Untuk mengetahui pengertian dari ketiga kata

tersebut peneliti akan sajikan secara terperinci sebagai berikut:

2. Sistem

Pengertian sistem dirumuskan oleh Effendy (1989:15) sebagai suatu

totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan

bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu didalam suatu lingkungan.

Bagian-bagian atau subsistem-subsistem tersebut merupakan kompleksitas

tersendiri, tetapi dalam kebersamaan mencapai suatu tujuan, dan berlangsung

secara harmonis dalam keteraturan yang pasti.

Lebih lanjut secara teori oleh Effendy(1989:53) mengemukakan

(2)

sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan

tertentu didalam suatu lingkungan. Bagian-bagian atau sub-sub sistem tersebut

merupakan suatu kompleksitas tersendiri, tetapi dalam kebersamaan mencapai

suatu tujuan tersebut berlangsung secara harmonis dalam ketentuan yang pasti.

Sistem juga didefinisikan olehSusanta(2003:4) yang menyatakanSistem

adalah sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang

saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga

membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu

tujuan.

Lebih lanjut oleh Sutanta (2003:4-6) menjelaskan bahwa suatu sistem juga

mempunyai karakteristik diantaranya sebagai berikut :

a. Mempunyai komponen (components)

Komponen sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian penyusun

sistem. Komponen sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak. Komponen

sistem disebut sebagai sub sistem, dapat berupa orang, benda, hal atau kejadian

yang terlibat didalam sistem.

b. Mempunyai batas (boundry)

Batas sistem diperlukan untuk membedakan satu sistem dengan sistem

yang lain. Tanpa adanya batas sistem, maka sangat sulit untuk menjelaskan suatu

(3)

c. Mempunyai lingkungan (environments)

Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem.

Lingkungan sistem dapat menguntungkan ataupun merugikan. Umumnya,

lingkungan yang menguntungkan akan selalu dipertahankan untuk menjaga

keberlangsungan sistem. Sedangkan lingkungan sistem yang merugikan akan

diupayakan agar mempunyai pengaruh seminimal mungkin, bahkan jika mungkin

ditiadakan.

d. Mempunyai penghubung/antar muka (interface) antar komponen

Penghubung/antar muka merupakan komponen sistem, yaitu segala

sesuatu yang bertugas menjebatani hubungan antar komponen dalam sistem.

Penghubung/antar muka merupakan sarana yang memungkinkan setiap komponen

saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka menjalankan fungsi

masing-masing komponen. Dalam dunia komputer, penghubung/antar muka dapat berupa

berbagai macam tampilan dialog layar monitor yang memungkinkan seseorang

dapat dengan mudah mengoperasikan sistem aplikasi komputer yang digunakan.

e. Mempunyai masukan (input)

Masukan merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang perlu

dimasukan kedalam sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut untuk

menghasilkan keluaran yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan

keluaran yang berguna. Dalam Sistem Informasi Manajemen, masukan disebut

(4)

f. Mempunyai pengolahan (processing)

Pengolahan merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama

mengolah masukan agar menghasilkan keluaran yang berguna bagi para

pemakainya. Dalam Sistem Informasi Manajemen, pengolahan adalah berupa

program aplikasi komputer yang dikembangkan untuk keperluan khusus. Program

aplikasi tersebut mampu menerima masukan, mengolah masukan, dan

menampilkan hasil olahan sesuai dengan kebutuhan para pemakai.

g. Mempunyai keluaran (output)

Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam

bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Dalam Sistem

Informasi Manajemen, keluaran adalah informasi yang dihasilkan oleh program

aplikasi yang akan digunakan oleh para pemakai sebagai bahan pengambilan

keputusan.

h. Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)

Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar saling bekerja sama

dengan harapan agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem. Sasaran berbeda

dengan tujuan. Sasaran sistem adalah apa yang ingin dicapai oleh sistem untuk

jangka waktu yang relatif pendek. Sedangkan tujuan merupakan kondisi atau hasil

akhir yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal

ini, sasaran merupakan hasil pada setiap tahapan yang mendukung upaya

(5)

i. Mempunyai kendali (control)

Setiap komponen dalam sistem perlu selalu dijaga agar tetap bekerja sesuai

dengan peran dan fungsinya masing-masing. Hal ini bisa dilakukan ada bagian

yang berperan menjaganya, yaitu bagian kendali. Bagian kendali mempunyai

peran utama menjaga agar proses dalam sistem dapat berlangsung secara normal

sesuai batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam sistem Informasi

Manajemen, kendali dapat berupa validasi proses, maupun validasi keluaran yang

dapat dirancang dan dikembangkan secara terprogram.

j. Mempunyai umpan balik (feed back)

Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control) sistem untuk

mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan mengembalikannya

kedalam kondisi normal.Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat kita ketahui,

bahwa system secara sederhana terdiri dari input, proses, dan output yang merupakan suatu totalitas, yang digerakkan oleh sistem-sistem yang lebih kecil

yang dinamakan subsistem tadi, yang tidak lepas dari kaitannya dengan sistem

yang lebih luas. Sistem disini diartikan sebagai suatu mekanisme yang mengatur

data dan informasi mulai dari pengumpulan, pemilihan, pengolahan,

penyimpanan, penemuan kembali, penyajian pendistribusian kepada para

manajemen atau pengambil keputusan.Sistem tersebut juga mengatur segala

hubungan saling berkaitan, saling ketergantungan, dan saling mendukung, dari

berbagai komponen dan fungsi kegiatan yang ada pada suatu perkantoran atau

(6)

Ditambahkan pula bahwa apabila terdapat ketidakefektifan pelaksanaan

kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi harus dilihat terjadi pada bagian mana

dari sistem. Apakah terjadi pada masukan (input), pada proses (process), atau pada luaran (output). Setelah ditemuka n, maka akan mudah untuk mengatasi persoalannya.

3. Informasi

Informasi merupakan salah satu jenis sumberdaya yang paling utama yang

dimiliki oleh suatu organisasi apapun jenis organisasi tersebut. Tanpa informasi

maka tidak akan ada organisasi. Informasi melalui komunikasi menjadi perekat

bagi suatu organisasi sehingga organisasi tersebut bisa bersatu. Melihat perannya

yang begitu penting bagi suatu organisasi maka informasi, sebagaimana

sumberdaya lainnya, harus dikelola dengan baik.

Informasi sudah tentu, bukanlah tujuan itu sendiri.Informasi adalah bahan

dasar bagi pengambilan keputusan.Satu hal yang jelas dalam studi karya

manajerial, ialah bahwa manajer memegang peranan yang sangat penting dalam

sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya. Dalam kewenangannya yang

formal ia dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang baru dan penting; dalam

kedudukannya sebagai pusat syaraf yang formal ia memperoleh informasi yang

lengkap dan aktual untuk mengambil keputusan yang menentukan strategi

organisasinya (Effendy, 1989:41).

Menurut Davis dalamEffendy(1989:76) mengemukakan pengertian

(7)

mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi

keputusan saat itu atau keputusan mendatang.Definisi tersebut menunjukan

pengertian informasi yang sempit, yakni pengertian informasi dalam hubungannya

dengan kegiatan manajemen.Akan tetapi dalam kenyataannya informasi

mempunyai pengertian yang luas dari yang tercakup dalam kegiatan manajemen

saja.

Selanjutnya oleh Susanta (2003:10)menyatakanInformasi merupakan hasil

pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan

mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat

dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada

saat mendatang.

Selain itu, suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi yang

dikemukakan oleh Susanta (2003:27), antara lain :

a. Menambah pengetahuan

Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses

pengambilan keputusan.

b. Mengurangi ketidakpastian

Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan

terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari keraguan pada

(8)

c. Mengurangi resiko kegagalan

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi

dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya

kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang

tepat.

d. Mengurangi keanekaragaman atau variasi yang tidak diperlukan

Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak

diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.

e. Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan

yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.

Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan

keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh.

Dari sekilas memahami informasi, peneliti memberikan gambaran bahwa

informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang lebih

berguna dan bermanfaat bagi yang menerimanya.Jadi informasi ini merupakan

data yang telah diolah, perbedaan ini penting untuk diketahui karena data tidak

memiliki nilai dalam pengambilan keputusan dan hanya informasi yang memiliki

nilai dan bermanfaat bagi para penggunanya.

4. Manajemen

Berbagai definisi manajemen cukup banyak dikemukakan oleh para ahli

(9)

manajemen,penulis mencoba mengutip beberapa pendapat para ahlimengenai

definisi manajemen. Menurut Koont dan O’donnel yang pendapatnya dikutip

olehHadayaningrat(1996:19), mendefinisikan manajemen yaitu sebagai berikut:

Management is getting things done through and with people (Manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang

lain).

Penjelasan lain mengenai manajemen dikemukakan oleh Miftah Toha

dalamSilalahi(2003:136), menyatakan manajeman merupakan sebagai aktivitas

menggerakan segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai oleh

sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian manajemen menurut pendapat G.R Terry dalam Onong

Uchjana Effendy dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen (1989:7), sebagai

berikut; manajemen merupakan sebuah proses yang luas, yang terdiri dari

tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya.

Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:17),

mengemukakan pengertian lain mengenai manajemen, yaitu : Manajemen dapat

diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk

(10)

Pengertian manajemen menurut Soewarno Hadayaningrat dalam buku

Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (1996:20), mengemukakan

bahwaManagement is distinct process consisting of planning organizing, actuating, and controlling. Utiliting in each both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives (Manajemen adalah suatu proses

yang membedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan dengan memanfaatkan baik itu limu maupun seni, agar dapat

menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya).

Pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen

Konsep dan Pengembangannya (2002:68), mengenai manajemen, yaitu:

Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapaian tujuan dengan

menggunakan orang lain.

Pengertian manajemen pada dasarnya merupakan suatu usaha

pengendalian kelompok orang agar mau bekerja sama dengan efektif dan efisien,

dimana tugas seseorang manajer atau pimpinan adalah menyelesaikan suatu

pekerjaan melalui usaha-usaha orang lain agar tujuannya dapat tercapai. Pada

instansi pemerintah pada administratorlah yang akan meminta orang lain agar

mereka mau melakukan kerjasama yang dikerjakan agar tujuannya tercapai.

Manajemen menurut Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen

Dasar, Pengertian, dan Masalah (1996:5), memberikan definisi sebagai berikut;

(11)

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.

Guna mencapai tujuan yang menjadi cita-cita manajemen secara terinci,

manajemen seperti yang dikemukakan oleh para ahli ternyata bermacam-macam

sesuai dengan fokus pengamatannya.

Sondang P. Siagian dalam buku Filsafat Manajemen (1994:5),

mendefinisikan manajemen sebagai berikut:

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh

suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Penjelasan mengenai fungsi manajemen yang meliputi aspek perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, menurut pendapat Sondang P.

Siagian dalam buku Filsafat Manajemen (1994:108-135), yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning) adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan

sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

(12)

3. Penggerakan (Actuating) adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau

bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien

dan ekonomis.

4. Pengawasan (Controling) adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan

yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.

Menurut Fayol yang dikutip oleh Ulbert Silalahi dalam bukunya Studi

Tentang Ilmu Administrasi (2003:159), terdapat empat belas prinsip-prinsip

manajemenadalah sebagai berikut:

1. Pembagian kerja (Devision of work)

Pembagian kerja (Devision of work) berdasarkan spesialisasi menjadikan kegiatan-kegiatan pegawai dapat diarahkan pada efisiensi.Bahwa pengkhususan

orang dalam bidang tertentu lebih efisien dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Kekuasaan dan tanggung jawab(Authority and responsibility)

Kekuasaan dan tanggung jawab (Authority and responsibility) merupakan

alat untuk melakukan perintah dan kekuatan untuk dituruti secara tepat.Tetapi tiap

anggota dan pimpinan telah ditentukan wewenang dan tanggungjawabnya,

sehingga dalam menjalankan tugasnya tidak sewenang-wenang dan tidak

(13)

3. Disiplin (Discipline)

Disiplin (Discipline) benar-benar penting untuk menjalankan usahanya

dan tanpa disiplin organisasi tersebut tidak akan berhasil. Setiap anggota

karenanya harus menaati ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang

berlaku.

4. Kesatuan komando (Unity of command)

Kesatuan komando (Unity of command) atau perintah menjadikan setiap

pekerja atau pegawai menerima perintah dari satu orang yaitu dari atasan

langsung.

5. Kesatuan arah (Unity of direction)

Kesatuan arah (Unity of command) menunjukan satu instruksi dan satu rencana dari suatu kelompok kegiatan yang mempunyai tujuan yang sama. Tujuan

yang akan dicapai dan cara bagaimana mencapainya langsung berasal dari

manajer puncak.

6. Kepentingan individu harus ditempatkan dibawah kepentingan organisasi

secara umum (Subordination of individual to general interst)

Kepentingan seorang pekerja atau kelompok tidak diatas kepentingan

organisasi.Dengan demikian kepentingan organisasi secara keseluruhan yang

(14)

7. Pemberian imbalan (Remuneration)

Pemberian imbalan atau kompensasi bagi pegawai atau pimpinan

memerlukan keadilan sesuai dengan kompensasi pekerjaan yang dilakukan

sehingga pegawai maupun organisasi sama-sama puas.

8. Sentralisasi (Centralization)

Sentralisasi adalah sangat penting bagi organisasi dan merupakan

konsekuensi dari suatu organisasi.Sentralisasi dapat berarti mengurangi

wewenang bawahan dan untuk menambah wewenang bawahan perlu

pendelegasian wewenang. Fayol mengakui tetap diperlukan pendelegasian

wewenang, akan tetapi tanggung jawab tetap disentralisasi atau dipegang oleh

pimpinan.

9. Mata rantai (Scalar chain atau hierarchy)

Mata rantai (Scalar chain) adalah hubungan dari tingkat kekuasaan paling atas hingga paling bawah secara hirarki atau berjenjang.

10.Keteraturan (Order)

Keteraturan (Order) adalah menempatkan individu-individu pada tempat atau posisi yang sesuai akan lebih akrab dengan pekerjaannya. Dalam hal ini

tempat untuk setiap orang dan setiap orang sesuai dengan tempatnya.

11.Persamaan (Equity)

Persamaan (Equity) menunjukan rasa keadilan dalam organisasi.Dan juga

(15)

12.Stabilitas jabatan atau pekerjaan (Stability of tenure)

Stabilitas jabatan atau pekerjan (Stability of tenure) merupakan stabilitas

seseorang melakukan pekerjaan atau tugasnya.Diperlukan waktu bagi pekerja

untuk menyesuaikan pada pekerjaan mereka dan mengerjakan pekerjaannya

secara efektif.Dilain pihak, pimpinan tidak boleh memperlakukan bawahan

dengan semena-mena, seperti pemecatan atau pemutusan hubungan kerja tanpa

alasan yang kuat.

13.Inisiatif (Initiative)

Inisiatif (Initiative) artinya bahwahan diberi kebebasan memikirkan dan memberi pendapat tentang pekerjaannya, bahkan juga dalam menilai hasil

kerjanya.Pada setiap jenjang atau tingkat didalam organisasi, semangat dan energi

diperbesar dengan inisiatif.

14.Prinsip espirit de corps

Prinsip Espirit de corps menekankan perlunya ”team work” dan hubungan antar individu serta semangat persatuan yang mendorong rasa bersatu dalam

organisasi.

Tidak ada batas terhadap jumlah prinsip-prinsip manajemen tersebut dan

karena itu prinsip-prinsip yang baru yang kegunaannya atau nilainya ditentukan

oleh pengalaman, akan menambah prinsip-prinsip yang sudah ada.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, secara umum menjelaskan bahwa

manajemen merupakan proses kegiatan dari seorang pimpinan atau manajer yang

(16)

secara praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui adanya suatu

jalinan hubungan kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta

dapat memanfaatkan sumber-sumber yang lainnya dan waktu yang tersedia

dengan cara yang setepat-tepatnya.

5. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Keberhasilan menggunakan dan mengelola sumber daya informasi

mempunyai arti penting bagi sebuah perusahaan untuk beroperasi dan

berkompetisi dengan perusahaan lain. Manajer dituntut untuk mempunyai

kemampuan tersebut. Setelah sumber daya informasi internal dikelola dan

digunakan dengan optimal, maka langkah berikutnya adalah mempertimbangkan

faktor lingkungan di sekitar perusahaan.

Perusahaan sebenarnya merupakan sebuah sistem fisik yang dikelola

dengan menggunakan sistem konseptual. Sistem fisik merupakan sistem tertutup

yang dikendalikan oleh manajemen dengan informasi sebagai umpan baliknya.

Perusahaan jika merupakan sistem terbuka, mengingat keberadaan sebuah

perusahaan berada ditengah – tengah lingkungan. Sumber daya diambil dari

lingkungan dan mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan jasa di mana

akan dikembalikan lagi ke lingkungan dimana dia berada (Herlambang dan

Tanuwijaya, 2005:50).

Berbicara masalah SIM, oleh Kelley (Effendy, 1989:109) memberikan

defenisi bahwa SIM adalah perpaduan sumber manusia dan sumber yang

(17)

kembali, komunikasi dan penggunaan data untuk tujuan operasi manajemen yang

efisien dan bagi perencanaan bisnis.

Dalam literatur yang sama (Effendy, 1989:112) Holmes mengemukakan

pula bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah ”suatu sistem yang

dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan

yang diperlukan oleh manajemen guna menrencanakan, mengawasi, dan menilai

aktivitas organisasi”. Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang

menitikberakan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan, dan

pengawasan pada semua tahap.

Adapun elemen-elemen Sistem Informasi Manajemen dikemukakan oleh

Davis (2002:15) terdiri dari:

1. Hardware, terdiri dari komputer, peripheral (printer) dan jaringan.

2. Software, merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas

tertentu.

3. Data, merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih

lanjut untuk menghasilkan informasi.

4. Manusia, yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator,

pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu

rincian tugas yang jelas.

5. Prosedur, seperti dokumentasi prosedur/proses sistem, buku penuntun

(18)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem yang

dapat menghasilkan informasi yang siap untuk dipergunakan oleh manajemen

dalam mengambil keputusan.

Pada setiap kegiatan diperlukan bantuan data dan informasi.Demikian

pula pada kegiatan pengambilan keputusan yang kita kenal sebagai Sistem

Informasi Manajemen (SIM).Dengan bantuan data dan informasi yang benar dan

teliti maka pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efisien dan

efektif.Amsyah (2001:9) menambahkan bahwa didalam SIM data diolah menjadi

informasi. Informasi menjadi bahan pertimbangan didalam proses pengambilan

keputusan. Keputusan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk

program atau kegiatan.SIM adalah suatu sistem yang mengintegrasikan berbagai

jenis data dan informasi mengenai berbagai macam kegiatan perkantoran, dalam

rangka membantu pimpinan ataumanajemen melakukan kegiatan pengambilan

keputusan. Pada sistem tersebut cara pengolahan data menjadi informasi sangat

tergantung kepada tujuan dari keputusan yang akan dihasilkan.

Untuk mempercepat penemuan kembali arsip yang berada dalam

kumpulan jumlah arsip yang besar, baik yang baru tersimpan maupun yang sudah

tersimpan lama, penggunaan SIM sangat banyak membantu.SIM dapat

menyimpan keseluruhan tulisan yang terdapat pada suatu dokumen secara

lengkap, atau penyimpanan data-data dasarnya saja, tergantung kepada kebutuhan

(19)

Dapat dipastikan bahwa teknologi informasi mempunyai dampak paling

kuat dan aplikasi paling beraneka ragam dalam kehidupan dunia bisnis dimasa

depan. Telecommuting, teleconferencing, jalan raya informasi, kantor tanpa kertas,

electronic mail, faksimili, yang mengawinkan teknologi komunikasi dengan teknologi komputer dan otomatisasi kegiatan kesekretariatan adalah beberapa

contoh aktual yang sekarang sudah merupakan kenyataan (Siagian, 2002:8).

Pemanfaatan SIM sangat berkaitan erat dengan proses pengambilan

keputusan, paling sedikit dalam arti pemanfaatan teknologi informasi yang

dewasa ini semakin banyak jenisnya dan semakin beraneka ragam pula

aplikasinya. Kecenderungan yang jelas terlihat ialah desentralisasi pengambilan

keputusan karena melalui jaringan informasi yang dimungkinkan oleh teknologi

informasi, penanganan informasi tidak lagi menjadi ”domain” para spesialis

informasi yang terkumpul dalam satuan kerja yang dikenal sebagai ”satuan kerja

pemrosesan data” melainkan sudah meliputi seluruh lapisan organisasi, misalnya

berkat makin meluasnya penggunaan ”Personal Computer” dan ”Notebook”.

Bahkan dengan telah terciptanya ”jalan raya informasi” dengan jaringan

”Internet”, pemanfaatan teknologi tidak lagi terbatas hanya pada tingkat mikro

yaitu disatu perusahaan, melainkan sudah menjangkau jaringan nasional, regional

dan bahkan global. Para pengambil keputusan stratejik harus memperhitungkan

perkembangan ini dan menginkorporasikannya dalam perumusan misi organisasi

(20)

5.1.Model Sistem Informasi Manajemen

Setiap informasi sangat dibutuhkan untuk para manajer fungsional, antara

lain bagian pemasaran, keuangan, produksi dan pengembangan sumber daya

manusia. Adapun model informasi diketahui dari Data informasi berasal dari

lingkungan (environment). Kemudian data tersebut disimpan dalam sebuah basis

data (database) yang mempunyai 2 tipe (Herlambang dan Tanuwija, 2005:68),

yaitu berbentuk report writing software dan berupa mathematical model.

a. Report Writing Software

Menghasilkan laporan khusus dan laporan periodik. Laporan periodik dikodekan

pada sebuah perangkat lunak dan disiapkan untuk membuat sebuah penjadwalan.

Laporan khusus atau special report sering disebut juga dengan ad hoc report yang berfungsi untuk menangani informasi – informasi yang tidak dapat ditangani.

b. Mathematical Model

Menghasilkan informasi secara matematik untuk kegiatan sebuah perusahaan.

Dengan model matematik ini akan diperoleh suatu model yang membuat semua

tugas dan pekerjaan pada sebuah perusahaan dapat menjadi lebih mudah dan

cepat.

SIM menurut Turban (1995) dalam Herlambang dan Tanuwijaya

(2005:68) mempunyai karakteristik, pertama, SIM beroperasi pada kegiatan dan tugas terstruktur, kedua, SIM dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi

biaya. SIM menyediakan laporan dan kemudahan akses untuk pengambilan

(21)

5.2.Aspek Utama Penunjang Sistem Informasi Manajemen

Berbagai literatur menyebutkan beberapa aspek atau faktor yang

menunjang keberhasilan sebuah sistem informasi. Berikut adalah beberapa faktor

utama tersebut:

5.2.1. Aspek Perencanaan

Aspek perencanaan menjadi awal dari pemanfaatan sebuah sistem

informasi. Organisasi atau perusahaan bisnis membutuhkan visi dan rancangan

informasi ketika akan menerapkan teknologi informasi. Menurut Husein (2002:

298) hal ini disebabkan oleh:

a. Penerapan/aplikasi teknologi informasi tidak akan pernah dikelola

hanya oleh satu orang saja. Pembicaraan dan kesepakatan bersama tentang

bagaimana memanfaatkan aplikasi teknologi informasi dapat memberi

pemahaman yang sama tentang apa yang dibutuhkan oleh organisasi terhadap

sistem informasinya.

b. Penentuan sumber daya informasi perusahaan dapat membantu

mengkomunikasikan bagaimana keadaan masa depan dan membantu memberi

pemahaman yang konsisten dalam pembuatan keputusan oleh setiap orang.

c. Penentuan rancangan sistem informasi membantu pembuatan keputusan

tentang bagaimana bisnis sistem informasi akan dijalankan. Pembicaraan tentang

rancangan sistem informasi membantu mendefinisikan style perusahaan.

Menurut Martin (Husein, 2002:299), visi informasi adalah ungkapan

(22)

penggunaan informasi dan manajemen organisasi. Sedangkan rancangan teknologi

informasi adalah cara sumber daya informasi seharusnya digunakan untuk

mencapai visi informasi.

Perancangan sistem informasi yang ideal untuk masa depan sangat baik

dilakukan dengan memikirkan semua sumber daya informasi dalam organisasi

sebagai suatu sistem tunggal, yang dipengaruhi oleh sikap dan perilaku

manusianya, perubahan teknologi, dan kebutuhan bisnis dimasa depan. Rancangan

informasi bagi perusahaan hendaknya menyeluruh, tidak aspek komponen

teknologi saja seperti sistem mainframe, aplikasi komputer mikro, atau telekomunikasi.Suatu visi sistem informasi dapat dan seharusnya membantu

mengurangi otomasi yang terpisah dalam organisasi.

Menurut Husein (2002:306) isi dari keputusan rancangan sistem informasi

adalah:

a. Aspek manajerial meliputi peran manajer, fungsi kepemimpinan teknologi,

produktivitas dan penekanan terhadap kualitas, orientasi terhadap

pelayanan dan profesionalisme.

b. Aspek sistem manajemen meliputi peran organisasi sistem informasi,

besarnya perangkat aplikasi, mekanisme yang mengkaitkan dengan

rencana bisnis, mekanisme perencanaan dan pengawasan sistem informasi.

(23)

d. Aspek data meliputi kepemilikan dan penyebaran data, pengelola,

keamanan data, siapa yang mengakses data, dan siapa yang mengakses

data ke pihak luar.

e. Aspek aplikasi meliputi siapa pengguna, lokasi aplikasi sistem informasi.

Ditambahkan pula bahwa untuk mendukung pengembangan sistem

tersebut perlu direncanakan perangkat lunak yang tidak tergantung pada sistem

operasi dan perangkat keras yang digunakan oleh pengguna. Untuk itu

direkomendasikan menggunakan pembangunan perangkat lunak dengan model

arsitektur tiga lapisan (three-tierd architecture) yang membagi perangkat lunak menjadi tiga komponen yang satu sama lain tidak saling bergantung yaitu lapisan

satu berinteraksi dengan penyimpanan data, lapisan kedua berfungsi sebagai

pemroses operasi logika yang merupakan representasi prosedur dan proses kerja

suatu sistem dan proses standar dalam pengelolaan data dan informasi dan lapisan

ketiga berfungsi sebagai pemroses logika presentasi untuk penyediaan antarmuka

pengguna.

Berdasarkan paradigma dan metode pengembangan dari perangkat lunak

tersebut diatas, maka dirancang modul-modul yang diharapkan menjadi standar

untuk pengembangan secara detail dari sistem tersebut yaitu modul profil dan

kebijakan arsip, modul pengelolaan dan pelestarian, modul pengolahan dan

layanan serta modul evaluasi dan pengembangan. Setiap modul ini nantinya

dijabarkan dalam bentuk aplikasi untuk melakukan pengolahan dan pengelolaan

(24)

web. Setiap modul tersebut harus dapat mencerminkan suasana masing-masing

sub sistem informasinya serta tujuan dan fungsi perangkat lunaknya.

Pengembangan perangkat lunak tersebut perlu adanya suatu struktur

modul, struktur ini ditujukan untuk memberikan ilustrasi mengenai lingkungan

fasilitas yang tersedia disuatu perangkat lunak aplikasi. Setiap modul perangkat

lunak perlu digambarkan struktur logis dengan modul lainnya dalam bentuk

diagram hirarkis sederhana serta sekaligus menggambarkan muatan-muatan

informasi dalam kaitannya dengan output dan input sistem. Modul tambahan lainnya yang harus ada disetiap modul perangkat lunak adalah antarmuka untuk

pengaturan lingkungan, antarmuka untuk kebijakan serta antar muka untuk

fasilitas pemeliharaan.

Adapun menurut Davis (1999:193), kedudukan atau fungsi utama yang

ada dalam organisasi sistem informasi, antara lain meliputi:

a. Analis informasi; Bekerja sama dengan pemakai untuk mendefinisikan

persyaratan informasi. Mengembangkan prosedur dan instruksi pemakai.

Memahami fungsi organisasi, manajemen dan pembuatan keputusan dalam

suatu organisasi. Memiliki kecakapan untuk kerjasama dengan orang lain.

b. Pendesain (perancang) sistem; Mendesain sistem pengolahan berlandaskan

komputer untuk menyajikan informasi yang diperincikan analis informasi.

Memerlukan kemampuan teknis yang lebih tinggi dibandingkan analis

informasi. Bisa mengkhususkan diri dalam bidang seperti komunikasi

(25)

c. Pembuat program sistem; Menulis perangkat lunak yang khusus seperti

sistem pengoperasian dan sistem manajemen data. Memiliki kecakapan

teknis dalam perangkat keras dan lunak.

d. Pembuat program aplikasi; Mendesain, membuat kode, menguji dan

memperbaiki program untuk aplikasi. Beberapa instalasi memisahkan

program dalam: aplikasi komersial / bisnis aplikasi ilmiah dengan

kelompok program yang terpisah untuk kedua jenis itu.

e. Pembuat program pemeliharaan; Menyelenggarakan pemeliharaan

(perubahan dan perbaikan) atas program yang ada.

f. Administrator pangkalan data; mencatat dan mengawasi pangkalan data

perusahaan.

g. Operator komputer; Mengoperasikan peralatan computer

h. Pustakawan (librarian); Menyimpan dan mengeluarkan "file" komputer pada pita dan piringan magnetik. Pendokumentasian file. Pencatatan pemakaian "file".

i. Kerani Pengawas (Control clerk); Mencatat pengawasan informasi dan meneliti (review) pelaksanaan prosedur pengawasan.

j. Perencana sistem informasi; Merencanakan masa depan sistem informasi.

5.2.2. Aspek Kelengkapan Fasilitas

Sistem informasi dikatakan gagal jika desainnya tidak cocok dengan

struktur, budaya, dan tujuan organisasi secara keseluruhan.Para teoritisi

(26)

berhubungan erat dengan komponen-komponen organisasi seperti tugas-tugas,

struktur, orang-orang, dan budaya. Ketika seluruh komponen ini saling

tergantung, perubahan yang terjadi pada satu elemen akan mempengaruhi elemen

yang lain. Dengan demikian maka tugas-tugas organisasi, partisipan, struktur, dan

budaya digabungkan dan terpengaruh ketika sistem informasi berubah.Dengan

demikian, berarti mendesain sebuah sistem berarti mendesain kembali (redesign)

organisasi (Husein, 2002:315).

Adapun komponen/fasilitas sebuah sistem, dikemukakan oleh Davis

(1999:3) yaitu:

a. Perangkat keras; Perangkat keras bagi suatu sistem informasi terdiri atas

komputer (pusat pengolah, unit masukan/keluaran, unit penyimpanan file, dan sebagainya), peralatan penyiapan data, dan terminal

masukan/keluaran.

b. Perangkat lunak; Perangkat lunak dapat dibagi dalam tiga jenis utama:

1) Sistem perangkat lunak umum, seperti sistem pengoperasian dan

sistem manajemen data, yang memungkinkan pengoperasian sistem

komputer.

2) Aplikasi perangkat lunak umum, seperti model analisis dan keputusan.

3) Aplikasi perangkat lunak yang terdiri atas program yang secara

spesifik dibuat untuk tiap aplikasi.

(27)

yang disimpan dalam perpustakaan file. File juga meliputi keluaran tercetak dan catatan lain atas kertas, mikro film, dan sebagainya.

d. Prosedur; Prosedur merupakan komponen fisik karena prosedur disediakan

dalam bentuk fisik seperti buku panduan dan instruksi. Tiga jenis prosedur

yang dibutuhkan, yakni:

1) instruksi untuk pemakai

2) instruksi untuk penyiapan masukan

3) instruksi pengoperasian untuk karyawan pusat komputer.

e. Personalia pengoperasian; Operator komputer, analis sistem, pembuat

pro-gram, personalia penyiapan data (operator mesin pons, operator mesin

piringan, dan sebagainya), pimpinan sistem informasi.

5.2.3. Aspek Implementasi

Aplikasi sistem informasi dalam perusahaan umumnya akan berhasil jika

sistem dan lingkungannya mendukung. Keberhasilan suatu sistem informasi baru

dapat dirasakan setelah pada tahap implementasi.Masalah yang berkaitan dengan

teknologi sistem informasi tidak hanya berkaitan dengan kesuksesan atau

kegagalan dari sistem itu sendiri.Faktor manajerial dan organisasi juga berperan

terhadap hasil akhir sistem (Husein, 2002:313).

Implementasi merujuk pada semua aktifitas organisasi yang ditujukan

terhadap adopsi, manajemen, dan inovasi rutin.Yang harus diyakini adalah

organisasi harus memilih para pelaku dengan karakteristik sosial yang cocok,

(28)

inovasinya.Secara umum literatur yang berkaitan dengan hal ini memfokuskan

pada adaptasi tingkat awal dan inovasi dari manajemen.

Kelompok pemikiran yang lain dalam literatur implementasi

memfokuskan pada strategi inovasi. Contohnya saja, organisasi yang tidak

terdapat dukungan dari manajemen puncak untuk proyek-proyek yang inovatif

semenjak dari awal, dan pada saat yang sama tanpa dorongan yang kuat dari

bawahan, partisipasi dari pengguna akhir, sehingga proyek sistem informasi dapat

saja gagal. Pendekatan ketiga dari implementasi memfokuskan pada faktor-faktor

yang menyebabkan perubahan organisasi secara umum sebagai sesuatu yang

berlebihan terhadap inovasi yang bersifat rutin dalam jangka panjang (Husein,

2002: 319).

Selanjutnya Husein (2002: 322) menambahkan bahwa tidak ada satupun

rumus agar suatu sistem dapat berhasil. Namun begitu, riset telah menemukan

bahwa hasil implementasi secara luas dapat ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

c. Peran pengguna dalam proses implementasi

d. Tingkat dukungan manajemen bagi upaya implementasi

e. Tingkat kompleksitas dan resiko implementasi proyek.

f. Kualitas manajemen dalam proses implementasi.

5.2.4. Aspek Efektifitas Pemanfaatan

Sistem tidak akan berjalan dengan baik jika informasi tidak disediakan

secara tepat waktu dan efisien karena operasi komputer yang mengendalikan

(29)

sering mengakibatkan pengulangan-pengulangan atau penundaan-penundaan dan

tidak dapat memenuhi jadwal penyampaian informasi.Sebuah sistem yang on-line

secara operasional dikatakan tidak cukup jika waktu responnya demikian lama.

Banyak faktor yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan

penerapan/pemanfaatan suatu sistem. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan

menurut Laudon (Husein, 2002:317) adalah:

a. Sistem tersebut tingkat penggunaannya relatif tinggi (high levels of system

use) yang diukur melalui polling terhadap pengguna, pemanfaatan kuesioner, atau memonitor parameter seperti volume transaksi on-line.

b. Kepuasan para pengguna terhadap sistem (users satisfaction with the systems)

yang diukur melalui kuesioner atau interview. Dalam konteks ini dapat dimasukkan opini dari para pengguna tentang akurasi, ketepatan waktu,

relevansi informasi, kualitas pelayanan yang diberikan, dan jadwal operasi

menjadi sangat penting. Hal lain yang tidak kalah penting adalah sikap

manajer terhadap bagaimana informasi-informasi yang diperlukan bisa

memuaskan serta opini para pengguna tentang bagaimana sistem dapat

mencapai peningkatan terhadap performance pekerjaan mereka.

c. Sikap yang menguntungkan (favourabel attitude) para pengguna terhadap sistem informasi dan staff dari sistem informasi.

d. Tujuan yang dicapai. Pada tingkat seberapa sistem dapat memenuhi

tujuan-tujuan yang spesifik, sebagaimana dicerminkan oleh peningkatan kinerja

(30)

e. Imbal balik keuangan (financial payoff) untuk organisasi, baik melalui pengurangan biaya atau peningkatan sales dan profit.

Kelima ukuran tersebut dipertimbangkan menjadi limited value walaupun telah diambil keputusan untuk mengembangkan sistem tertentu. Manfaat dari

sistem informasi tidak seluruhnya dapat dikuantitatifkan.Juga, manfaat yang

tampak nyata tidak dapat secara mudah ditunjukkan dalarn aplikasi-aplikasi

sistem pendukung pengambilan keputusan.Meskipun metodologi biaya/manfaat

secara luas telah dipakai, pengalaman menunjukkan bahwa estimasi-estimasi

realistik selalu saja sulit diformulasikan.Peneliti dalam bidang Sistem Informasi

Manajemen lebih menyukai untuk mengkonkritkan pengukuran kesuksesan pada

aspek manusia dan organisasi, seperti kualitas informasi, sistem kualitas, dan

dampak sistem pada kinerja organisasi(Husein, 2002:318).

6. Pengambilan Keputusan

6.1. Hakikat Pengambilan Keputusan

Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur,

rector, bupati, gubernur, menteri, presiden, atau pejabat apa pun, sesungguhnya

adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sebagian besar dari

waktunya harus dicurahkan pada penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan.Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung

kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik

(31)

sekali tidak membuat keputusan. Bagi manajer tersebut yang penting timbul rasa

kepuasan karena dapat mengambil keputusan hari itu (Salusu, 2006:44).

Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek

paling penting dari kegiatan manajemen.Oleh Salusu (2006:45) menjelaskan

pengambilan keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen (Perrone,

1968), merupakan kunci kepemimpinan (Gore, 1959), atau inti kepemimpinan

(Siagian, 1988). Bahkan Higgins (1979) melanjutkan bahwa pengambilan

keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan karena di

dalamnya manajer terlibat, dan malahan kata Hoy dan Miskel (1978), itu

merupakan pertanggungjawaban utama dari semua administrator melalui suatu

proses tempat keputusan-keputusan dibuat dan dilaksanakan.

Simon dalam Salusu (2006: 46) pun mengingatkan betapa besar peranan

pengambilan keputusan dalam tubuh organisasi mana pun. Dikatakannya;

Kewajiban "memutuskan" menyusupi keseluruhan organisasi administratif sama

jauhnya seperti yang dilakukan oleh kewajiban "bertindak" - sesungguhnyalah,

kewajiban memutuskan itu terikat secara integral dengan kewajiban bertindak.

Suatu teori umum mengenai administrasi harus mencakup prinsip-prinsip

organisasi yang akan menjamin diambilnya keputusan yang benar, seperti halnya

ia harus mencakup prinsip-prinsip yang akan menjamin dilakukannya tindakan

yang efektif.

Sehingga dalam pengambilan keputusan, dibutuhkan kemahiran

(32)

alternatif.Sebab merupakan tugas yang cukup berat, karena dibebani tanggung

jawab etis, untuk memutuskan suatu ketentuan ditengah peristiwa-peristiwa yang

majemuk/bervariasi, tidak pasti, belum dikenal, dan sering muncul dengan

tiba-tiba (Kartono, 2002:88).

6.2. Pengertian Pengambilan Keputusan

Sebelum memahami pengertian pengambilan keputusan, di sini juga

sekilas menjelaskan apa itu keputusan. Pada umumnya kata keputusan (decision)

berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, ia hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan salah, tetapi yang justru

sering terjadi ialah pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah”

(Drucker dalam Salusu, 2006). Oleh Kenzie melihat bahwa keputusan adalah

pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk

pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah tingkat perorangan atau

pada tingkat kolektif. Sedangkan Grew dan Wilson (1985) lebih melihat pada

kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan adalah keadaan akhir dari

suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Ia

dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktivitas yang berkaitan dan

tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana (Salusu, 2006: 51).

Sementara pengambilan keputusan menurut Salusu (2006:47) adalah

proses memilih suatu alternative bagaimana cara bertindak dengan metode efisien

sesuai dengan situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah

(33)

satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah.Dapat saja langkah-langkah

itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir

sistematis. Dalam dunia manajemen atau dalam kehidupan organisasi, baik swasta

maupun pemerintah, proses seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam berbagai

diskusi.

Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan adalah “sekali kerangka

yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe dalam Salusu,

2006: 48).Dan sekali keputusan dibuat sesuatu mulai terjadi. Dengan kata lain,

keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan

perubahan. Jadi, aturan ini menegaskan bahwa harus ada tindakan yang dibuat

kalau sudah tiba saatnya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan

dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya ia bukan keputusan, tetapi

lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik (Drucker dalam Salusu,

2006:48).

Sehubungan dengan itu, oleh Salusu (2006) juga menjelaskan bahwa

pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian, yaitu (1)

penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari cita-cita, aspirasi, dan (2)

pencapaian tujuan melalui implementasinya. Ringkasnya, keputusan dibuat untuk

mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan

(34)

6.3. Jenis Keputusan

Masih tentang keputusan, oleh Sutherland (1977) memberikan klasifikasi

keputusan ke dalam empat jenis, yang pertama adalah tujuan, cita-cita yang dibuat penanggung jawab tertinggi dalam organisasi yang kompleks, yang berhubungan

dengan apa yang sebenarnya diinginkan. Kedua, keputusan stratejik yang

mempersoalkan apa yang dapat dibuat untuk mencapai tujuan. Ketiga, keputusan taktis, yang mengarah pada bagaimana melaksanakan keputusan stratejik, dan

lebih pendek jangka waktunya. Sesungguhnya jangka waktunya pendek, ia

mempunyai implikasi jangka panjang yaitu apabila terlangkahi atau dilupakan,

dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi (Steiss, 1985). Keempat, keputusan

operasional (Salusu, 2006:59).

Secara singkat oleh Salusu (2006: 59-60) menjelaskan bahwa pada

dasarnya ada dua jenis keputusan yaitu, pertama, keputusan terprogram, dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitive atau yang

sudah baku. Banyak masalah dalam organisasi yang terjadi berulang-ulang, yang

sudah biasa, tempat para manajer bias membuat criteria penampilan, informasi

yang jelas, serta alternative keputusan yang lebih baik. Keputusan jenis ini lebih

sering disebut sebagai keputusan rutin.Cakupannya meliputi keputusan

operasional dan keputusan taktis.

Kedua, keputusan tak terprogram, dibuat sebagai respons terhadap

(35)

secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan stratejik.Dan

cakupannya meliputi keputusan stratejik.

6.4. Kategori Keputusan

Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara proses informasi,

keputusan dapat pula dibagi dalam empat kategori (Nutt dalam Salusu, 2006: 61).

a. Keputusan Representasi

Suatu keputusan dapat disebut keputusan representasi apabila pengambil

keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak, dan mengetahui dengan

tepat bagaimana memanipulasikan informasi tersebut. Dengan begitu, akan lebih

mudah dibuatkan model sehingga model itu mewakili informasi yang tersedia.

b. Keputusan Empiris

Suatu keputusan yang miskin informasi tetapi memiliki cara yang jelas

untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh, disebut keputusan

empiris. Pada keputusan ini terdapat ambiguitas serta konflik yang potensial

mengenai informasi mana yang harus dicari dan bagimana menduga serta

memprakirakan peristiwa-peristiwa yang tidak pasti.Tugas utama dari pengambil

keputusan di sini ialah mencari informasi lagi.

c. Keputusan Informasi

Suatu situasi yang kaya informasi, tetapi diliputi kontroversi tentang

bagaimana memproses informasi itu, akan menghasilkan apa yang disebut

keputusan informasi. Konflik muncul ketika lahir perbedaan tentang informasi

(36)

prediksi-prediksi. Integrasi pemikiran di antara para pengambilan keputusan terutama cara

menangani informasi, diperlukan untuk meluruskan jalan kepada pembuatan

keputusan yang baik.

d. Keputusan Eksplorasi

Istilah ini muncul karena situasi itu miskin dengan informasi dan tidak ada

kata sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.

Ambiguitas muncul terutama tentang dari mana usaha pembuatan keputusan

hendak dimulai dan ada perasaan khawatir akan terjadi konflik karena tidak

tersedia cara untuk mengantisipasi sasaran-sasaran potensial. Dalam hal ini harus

ada eksplorasi yang dilakukan untuk menemukan informasi yang tepat.

6.5. Teknik Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan

dengan pengumpulan fakta. Berbagai teknik dapat digunakan untuk

mengumpulkan informasi mengenai suatu masalah, tetapi dapat juga dengan

menggantungkan diri pada para ahli atau konsultan.

Teknik pengambilan keputusan yang diperkenalkan di dalam berbagai

literature cukup bervariasi tetapi pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam

dua jenis, yaitu teknik tradisional dan teknik modern (Grew dalam Salusu, 2006:

(37)

a. Keputusan terprogram:

Tradisional:

1. Kebiasaan;

2. Pekerjaan rutin sehari-hari; prosedur operasional yang baku

3. Struktur organisasi;ada harapan bersama; ada saluran yang

terumusdengan jelas

Modern:

1. Riset operasional, analisis matematik; model-model; simulasi

computer

2. Proses data elektronik

b. Keputusan tidak terprogram

Tradisional

1. Heuristic, yaitu mendorong untuk mencari dan menemukan sendiri intuisu dan kreativitas

2. Rule of thumbs, yaitu suatu proses praktis yang tidak menjamin

penyelesaian optimal

3. Dengan seleksi dan latihan bagi para eksekutif

Modern;

1. Menyelenggarakan pelatihan bagi para pengambil keputusan

(38)

6.6. Model – Model Pengambilan Keputusan

Oleh Hasan (2004), model ialah percontoan yang mengandung unsur yang

bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Model merupakan alat

penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau sistem yang kompleks. Jadi

dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa

menghilangkan hal –hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman.

Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan

dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan proses berurutan yang

memerlukan penggunaan model secara tepat dan benar. Pengambilan keputusan

berusaha menggeser keputusan yang semula tanpa perhiungan menjadi keputusan

yang penuh perhitungan.

Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan: purpose (tujuannya), field of

application (bidang penerapannya), level (tingkatannya),time character (ciri

waktunya), form (bentuknya), analytic development (pengembangan analitik),

complexity (kompleksitas), formalization (formalisasi)

Quede dalam Hasan (2004) membedakan model ke dalam dua tipe, yaitu:

1. Model Kuantitatif. Model ini merupakan serangkaian asumsi yang tepat,

yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti.

2. Model kualitatif. Model kualitatif didasarkan atas asumsi – asumsi yang

ketepatannya agak kurang jika dibandingka dengan model kuantitatif dan

(39)

asumsi – asumsi tersebut, dengan pertimbangan yang lebih bersifat

subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan

model.

6.7. Proses Pengambilan Keputusan

Suatu teori umum mengenai administrasi harus mencakup prinsip-prinsip

organisasi yang akan menjamin diambilnya keputusan yang benar, seperti halnya

ia harus mencakup prinsip-prinsip yang akan menjamin dilakukannya tindakan

yang efektif. Simon (Effendy, 1989:161) mengemukakan sebuah model mengenai

proses pengambilan keputusan, yang terdiri dari:

a. Intelegensi; menyelidiki lingkungan bagi kondisi dalam mengambil

keputusan. Data mentah diperoleh, diproses, diperiksa untuk petunjuk

yang dapat mengidentifikasikan masalah.

b. Rancangan; menemukan, mengembangkan, dan menganalisa

kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan. Ini mencakup proses memahami

masalah, membangkitkan cara pemecahan, dan menguji pemecahan untuk

mengetahui mungkin tidaknya dilaksanakan.

c. Pilihan; memilih suatu cara kegiatan khusus dari cara-cara yang telah

diperoleh. Suatu pilihan diambil dan dilaksanakan.

Simon (Davis, 2002:126) menambahkan bahwa proses keputusan dapat

dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan sampai perencanaan dan

kemudian pada pemilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin

(40)

merupakan unsur-unsur sebuah proses bersinambung. Sebagai contoh, pilihan

mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk

menerbitkan pemecahan tambahan.

Adapun beberapa elemen dalam proses pembuatan keputusan menurut

Husein (2002:214):

a. Intelligence: mencari kondisi lingkungan yang menimbulkan adanya kebutuhan untuk membuat suatu keputusan, dan pengumpulan data yang

relevan.

b. Desain: mengembangkan dan menemukan solusi atau tindakan alternatif,

serta kelayakan solusi/tindakan.

c. Pilihan: pemilihan alternatif yang terbaik terhadap masalah yang ada.

d. Persuasi: mempengaruhi orang lain yang terlibat dalam implementasi

keputusan sehingga mereka menerima dan mengikuti solusi yang telah

dipilih.

e. Implementasi: pembuatan dan pengelolaan solusi yang baru sehingga

dilakukan tepat waktu dan efisien.

f. Follow-up: memonitor solusi untuk menjamin bahwa keputusan tersebut

dapat bekerja seperti yang diharapkan dan memodifikasi atau memperbaiki

solusi.

6.8. Sistem Pendukung Keputusan

Hal ini merupakan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang interaktif,

(41)

model – model, guna memecahkan permasalahan yang semi terstruktur maupun

masalah yang tak terstruktur. Keen dan Scott Morton mendefenisikan sistem

pendukung keputusan (SPK) menggabungkan sumber – sumber kecerdasan

individual dengan kemampuan komputer untuk memperbaiki kualitas keputusan.

Sistem pendukung keputusa merupakan sistem pendukung berbasis komputer

untuk manajemen pengambil keputusan yang menangani masalah – masalah semi

terstruktur (Herlambang dan Tanuwijaya, 2005:84).

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan

bukan merupakan alat pengambil keputusan melainkan merupakan sistem yang

membantu pengambilan keputusan dengan mengungkapkan informasi dari data

yang telah diolah secara relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang

suatu masalah dengan lebih cepat dan lebih akurat, sehingga sistem ini tidak

dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dan proses pembuatan

keputusan.

SPK terdiri dari kombinasi dari relational database, knowledge base, dan

multidimensional database. Ketiga jenis database ini saling berkolaborasi untuk

menghasilkan sebuah keputusan yang digunakan oleh para manajer. Namun,

aplikasi sistem penunjang keputusan banyak diaplikasikan pada tingkatan manajer

menengah saja.

7. Peranan SIM Dalam Pengambilan Keputusan

Sesuai dengan tujuannya, sistem informasi manajemen diharapkan mampu

(42)

tepat dan akurat. Namun disadari bahwa dengan berbagai peran yang dimiliki

dalam aktivitas yang dilaksanakannya, setiap orang berusaha untuk dapat

memenuhi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik.

Effendy (1989:141) menyatakan bahwa dalam manajemen, pengambilan

keputusan (decision making) memegang peranan yang sangat penting, oleh karena

keputusan yang diambil oleh seorang manajer merupakan hasil pemikiran yang

harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan

organisasi yang ia pimpin. Selain itu pengambilan keputusan adalah suatu proses

pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir

guna dilaksanakan.

Kondisi ini menjadi tidak mudah dengan semakin rumitnya aktivitas dan

keterbatasan sumber daya yang tersedia.Apalagi informasi yang dibutuhkan tidak

berasal langsung dari sumbernya.Untuk itu manajemen sebagai pengguna

informasi membutuhkan suatu sistem pendukung (support systems) yang mampu

meningkatkan pengambilan keputusannya, Sistem Informasi Manajemen terutama

untuk kondisi yang tidak terstruktur atau pun sistem pendukung untuk tingkatan

tertentu saja.

Sebuah pengambilan keputusan dikatakan efektif jika keputusan yang

diambil dilakukan dengan benar dan dapat bermanfaat bagi pencapaian tujuan

organisasi.Peranan Sistem Informasi Manajemen dalam mendukung kegiatan

(43)

Sistem Informasi Manajemen tersebut terlihat dari besarnya andil yang diberikan

komunikasi dalam memenuhi kebutuhan informasi dalam organisasi.

Kenyataan menunjukkan bahwa perusahaan modern saat ini

mengikutsertakan kebutuhan informasi sebagai dasar dalam mengembangkan

perusahaan dimasa yang akan datang. Artinya peran serta Sistem Informasi

Manajemen merupakan suatu keharusan. Begitu juga halnya dengan struktur

organisasi yang secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi proses

komunikasi perusahaan.

Efektivitas pengambilan keputusan dalam pekerjaan adalah tergantung

kepada bagaimana proses komunikasi dapat diterima oleh responden dan seberapa

umpan balik yang diinginkan oleh pimpinan dari informasi yang diberikan.

Apabila Sistem Informasi Manajemen yang diterapkan tidak baik maka beberapa

fungsi dalam organisasi juga tidak baik namun sebaliknya jika komunikasi

dilakukan dengan baik maka pengambilan keputusan akan dapat dilaksanakan

dengan baik pula. Prosedur dan sistem komando dalam perusahaan harusnya

menjadi perhatian perusahaan untuk lebih mengetahui peranan dari sistem yang

berlaku akan mempengaruhi efektivitas pengambilan keputusan. Akurasi data

yang diperoleh juga merupakan sarana pendukung untuk pengambil keputusan

membuat keputusan yang tepat.

Sehingga peran SIM dalam pengambilan keputusan sangat penting, oleh

karena menyangkut semua aspek manajemen.Kesalahan dalam mengambil

(44)

kerugian uang.Disitulah pentingnya informasi, sebab keputusan yang diambil

adalah hasil akhir dari pemilihan sejumlah alternatif.Keputusan yang diambil

adalah alternatif yang terbaik, atau yang paling kecil resikonya.Dalam

menghadapi pilihan itu, setiap alternatif perlu ditunjang oleh informasi

selengkap-lengkapnya. Semakin lengkap, semakin baik; dengan demikian si pengambil

keputusan akan mendapat wawasan yang luas dan dalam. Dengan begitu, maka

keputusan yang diambil tidak akan begitu meleset, dibandingkan dengan kalau ia

tidak mengusahakan informasi selengkap-lengkapnya.

8. Definisi Konseptual

Agar penelitian ini dapat terarah, perlu kiranya dikemukakan terlebih

dahulu definisi konseptual dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut ;

1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefenisikan sebagai suatu

sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang

berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen guna

merencanakan, mengawasi, dan menilai aktivitas organisasi. Secara

sederhana dapat dipahami sebagai sebuah sistem yang dapat menghasilkan

informasi yang siap untuk dipergunakan oleh manajemen dalam

mengambil keputusan.

2. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka

pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir guna

(45)

menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian

banyak alternatif.

9. Definisi Operasional

Untuk mengetahui peran SIM dalam pengambilan keputusan dalam

penyelenggaraan organisasi perusahaan PT. Infar Arispharma, maka

variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digeneralisasikan ke dalam definisi operasional

sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Manajemen

SIM adalah sistem yang dirancang untuk dapat menghasilkan informasi

yang siap untuk dipergunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan.

Adapun variabel kinerja dapat diukur dengan menggunakan instrumen-instrumen

sebagai berikut:

a. Hardware, terdiri dari komputer, peripheral (printer) dan jaringan. b. Software, merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis

dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan

tugas tertentu.

c. Data, merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses

lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.

d. Manusia, yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator,

pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu

(46)

e. Prosedur, seperti dokumentasi prosedur/proses sistem, buku penuntun

operasional (aplikasi) dan teknis.

2. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan

keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif.Maka dalam penelitian

ini, pengambilan keputusan yang dimaksudkan adalah fungsi manajerial dalam

jalinan antara perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dari masing-masing

fungsi yang ada di perusahaan. Adapun indikator-indikator dari variabel

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Intelligence: mencari kondisi lingkungan yang menimbulkan adanya

kebutuhan untuk membuat suatu keputusan, dan pengumpulan data yang

relevan.

2. Desain: mengembangkan dan menemukan solusi atau tindakan alternatif,

serta kelayakan solusi/tindakan.

3. Pilihan: pemilihan alternatif yang terbaik terhadap masalah yang ada.

4. Persuasi: mempengaruhi orang lain yang terlibat dalam implementasi

keputusan sehingga mereka menerima dan mengikuti solusi yang telah

dipilih.

5. Implementasi: pembuatan dan pengelolaan solusi yang baru sehingga

(47)

6. Follow-up: memonitor solusi untuk menjamin bahwa keputusan tersebut dapat bekerja seperti yang diharapkan dan memodifikasi atau memperbaiki

solusi.

Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan

dengan pengumpulan fakta. Berbagai teknik dapat digunakan untuk

mengumpulkan informasi mengenai suatu masalah, tetapi dapat juga dengan

menggantungkan diri pada para ahli atau konsultan.

Teknik pengambilan keputusan yang diperkenalkan di dalam penelitian ini

berdasarkan teknik tradisional dan teknik modern (Grew dalam Salusu, 2006: 63).

c. Keputusan terprogram:

Tradisional:

1. Kebiasaan;

2. Pekerjaan rutin sehari-hari; prosedur operasional yang baku

3. Struktur organisasi; ada harapan bersama; ada saluran yang terumus

dengan jelas

Modern:

1. Riset operasional, analisis matematik; model-model; simulasi computer

2. Proses data elektronik

d. Keputusan tidak terprogram

Tradisional

(48)

2. Rule of thumbs, yaitu suatu proses praktis yang tidak menjamin penyelesaian optimal

3. Dengan seleksi dan latihan bagi para eksekutif

Modern;

1. Menyelenggarakan pelatihan bagi para pengambil keputusan

Referensi

Dokumen terkait

– PERSETUJUAN DPR HANYA MEMILIKI SATU MAKNA, YAITU MENGIJINKAN PRESIDEN UNTUK MERATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL TANPA MEMILIKI KONSEKUENSI DI LEVEL NASIONAL (BACA:

Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II

Universitas Kristen Maranatha Dengan demikian, hal inilah yang membuat peneliti melakukan penelitian terhadap pisang raja (Musa paradisiaca L.) yang merupakan

mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap skor tingkat kesehatan bank.. umum swasta nasional devisa

Pokja BLPBJ Pekerjaan Konstruksi pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Cianjur akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan metode lelang pascakualifikasi

Their result is consistent when the book value of equity serving as a value- relevant proxy for expected future earnings for loss firms in general, and as a proxy for

From the analysis on the learning practices conducted, it is necessary to do a revision starting from the recomposing activity plans, particularly on the development of religious