• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 DAN PBI NO. 1128PBI2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM A. Tinjauan terhadap Tin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 DAN PBI NO. 1128PBI2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM A. Tinjauan terhadap Tin"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 2010 DAN PBI NO. 11/28/PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM PENCUCIAN UANG DAN

PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

A. Tinjauan terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Pengertian Pencucian Uang.

Pada saat ini, lebih dari sebelumnya, pencucian uang atau yang dalam istilah Inggrisnya disebut money laundering, sudah merupakan fenomena dunia dan merupakan tantangan internasional.42

Secara sederhana, pencucian uang adalah suatu praktek pencucian uang panas atau kotor (dirty money), yaitu uang berasal dari praktek-praktek illegal seperti korupsi, perdagangan wanita dan anak-anak, terorisme, penyuapan, penyelundupan, penjualan obat-obat terlarang, judi, prostitusi, tindak pidana perbankan dan

Sampai saat ini belum ada definisi yang universal dan komprehensif mengenai apa yang dimaksud dengan pencucian uang atau money laundering. Pihak penuntut dan lembaga penyidikan kejahatan, kalangan pengusaha dan perusahaan, serta negara-negara yang telah maju dan lembaga-lembaga internasional masing-masing mempunyai definisi sendiri berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda. Definisi untuk tujuan penuntutan lebih sempit dibandingkan dengan definisi untuk tujuan penyidikan.

42

(2)

praktek tidak sehat lainnya. Untuk ‘membersihkannya’, uang tersebut ditempatkan (placement) pada suatu bank atau tempat tertentu untuk sementara waktu sebelum akhirnya dipindahkan ke tempat lain (layering), misalnya melalui pembelian saham di pasar modal, transfer valuta asing atau pembelian suatu asset. Setelah itu, si pelaku akan menerima uang yang sudah bersih dari ladang pencucian berupa pendapatan yang diperoleh dari pembelian saham, valuta asing atau asset tersebut (integration).

Welling mengemukakan bahwa:

“Money laundering is the process by which one conceals the existance,illegal

source, or illegal application of income, and than disguises that income to

make it appear legitimate.”43

“Money laundering is quite simply the process through which “dirty” money

(proceeds of crime), is washed through “clean” or legitimate sources and

enterprises so that the “bad guys” may more safely enjoy their ill’ gotten

gains.”

(pencucian uang yaitu suatu proses dimana seseorang mengaburkan keberadaan, sumber ilegal atau aplikasi pemasukan yang ilegal dan menyamarkan pendapatan tersebut supaya terlihat sah di mata hukum).

Sedangkan Fraser mengemukakan bahwa:

44

43Ibid. , hal. 2. 44

David Fraser, “Lawyers, Guns and Money: Economics and Ideology on the Money Trail” dalam Brent Fisse, David Fraser & Graeme Coss, The Money Trail (Confiscation of Proceeds of Crime, Money laundering, and Cash Transaction Reporting), (Sydney: The Law Book Company Limited, 1992), hal. 257.

(3)

di mana uang haram dicuci melalui sumber-sumber yang “bersih” dan sah sehingga para penjahat dapat menikmati uang tersebut secara aman).

Pamela H. Bucy dalam bukunya yang berjudul White Collar Crime: Casesand Materials memberikan pengertian sebagai berikut:

“Money laundering is the concealment of the existence, nature or illegal

source of illicit funds in such a manner that the funds will appear legitimate if

discovered.”45

“The process by which one conceals or disguises that true nature, source,

disposition, movement or ownership of money for whatever reason.”

(pencucian uang yaitu kegiatan mengaburkan keberadaan sumber keuangan yang ilegal yang dilarang oleh hukum sehingga dana tersebut akan kelihatan sah jika ditemukan).

David A. Chaikin memberikan definisi money laundering, sebagai berikut:

46

45

Pamela H. Bucy, White Collar Crime: Cases and Materials, (St. Paul, Minn: West Publishing Co., 1992), hal. 128.

46

David Fraser, Op. cit., hal. 258.

(pencucian uang yaitu suatu proses dalam rangka mengaburkan atau menyamarkan keberadaan, sumber, letak, pergerakan atau kepemilikan dari suatu uang untuk alasan apapun).

(4)

“The goal of large number of criminal acts is to generate a profit for the individual or group that carries out the act. Money laundering is the processing of these criminal proceeds to disguise their illegal origin. This process isa of critical importance, as it enables the criminal to enjoy these profits without jeopardising their course. Illegal arms sales, smuggling, and the activities of organised crime, including for example drug trafficking and prostitution rings, can generate huge sums. Embezzlement, insider trading, bribery, and computer fraud schemes can also produce large profits and create the incentive to “legitimise” the ill-gotten gains through money laundering. When a criminal activity generates substantial profit, the individual or group involved must find a way to control the funds without attracting attention to the underlying activity or the persons involved. Criminals do this bydisguising the source, changing the form, or moving the funds toa place where they are less likely to attract attention.”47

a. The conversion or transfer of property, knowing that such property is derived from criminal activity of from an act of participation in such activity, for the purpose ofconcealing or disguising the illicit origin of the property or of assisting any person who is involved in the commision of such activity to evade the legal consequences of his action,

Dalam Council Directive of 10 June 1991 on prevention of the use of the financial system for the purpose on money laundering (91/308/EEC) yang dikeluarkan oleh The Council of the European Communities (EC) dikemukakan definisi mengenai money laundering sebagai berikut:

“Money laundering; means the following conduct where commited intentionally:

b. The concealment or disguise of the true nature, source, location, disposition, movement, rights with respect to, or ownership of property, knowing that such property is derived from criminal activity or from an act of participation in such activity,

c. The acquisition, possesion or use of property, knowing, at the time of receipt, that suchproperty was derived from criminal activity or from an act of participation in suchactivity,

d. Participation in, association to commit, attempts to commit and aiding, abetting,facilitating and counselling the commission of any of the actions mentioned in the forgoing paragraphs, Knowledge, intent or purpose required as an element of the above mentioned activities may be inferred from objective factual circumstances.”48

47

Financial Action Task Force in Money laundering, “Basic Fact about Money laundering.”

<http://www.fatf-gafi.org/mlaundering-en.htm.>, diakses 29 Februari 2012 48

(5)

Department of Justice Canada mengemukakan bahwa:

“Money laundering is the conversion or transfer of property, knowing that

such property is derived from criminal activity, for the purpose of concealing

the illicit nature and origin of the property from government authorities.”49

Criminal and their associates use the financial system to make payment and transfers of funds from one account to another; to hide the source and beneficial ownership of money; and to provide storage for bank notes through a safe-deposit facility. This activities are commonly referred to as money-laundering.”

Dalam Statement on Prevention of Criminal Use of the Banking System for the Purpose of Money laundering yang dikeluarkan pada bulan Desember 1988, Basel Committee tidak memberikan definisi mengenai apa yangdimaksudkan dengan

money laundering, tetapi menjelaskan mengenai apa yang dimaksudkan dengan

money laundering itu dengan memberikan beberapa contoh kegiatan yang tergolong kegiatan-kegiatan yang disebut money laundering.

Dikemukakan dalam Statement tersebut antara lain sebagai berikut:

50

Sementara itu Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 memberikan definisi mengenai pencucian uang dalam Pasal 1 angka 1 yang berbunyi sebagai berikut: “Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

51

49

Department of Justice Canada, Solicitor General Canada, Electronic Money laundering: An Environmental Scan, (Canada: Department of Justice, 1998), hal. 4.

50

Robert C. Effros, ed., Current Legal Issues Affecting Central Banks, Vol. 2, (Washington: International Monetary Fund, 1994), hal. 327.

51

(6)

Selanjutnya menurut Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, diberikan batasan kegiatan yang termasuk kegiatan pencucian uang, yaitu:52

1. Menempatkan, mentransferkan, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

2. menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.

3. menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.

Dari beberapa definisi dan penjelasan mengenai apa yang dimaksudkan dengan money laundering, dapat disimpulkan bahwa: “Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang

52

(7)

tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara antara lain dan terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.”53 “Money laundering”, menurut Jeffrey Robinson dalam tulisannya yang berjudul “The Laundryman, “is all about sleight of hand. It is a magic trick for wealth creation. It is, perhaps, the closest anyone has ever come to alchemy.”54

“The lifeblood of drug dealers, fraudsters, smugglers, kidnappers, arms dealers, terrorist,extortionists adn tax evaders, myth has it that the term was coined by Al Capone, who, like his arch rical George ‘Bugs’ Moran, used a string of coin-operated Laundromats scatted around Chicago to disguise his revenue from gambling, prostitution, racketeering, and violation of the Prohibition laws.”

Berkenaan dengan sejarah istilah money laundering, beliau mengemukakan sebagai berikut:

55

“Money laundering is called what it is because that perfectly describes what takes placeillegal, or dirty, money is put through a cycle of transactions, or washed, so that it come out the other end as legal, or clean, money. In other words, the source of illegally obtained fundsis obscured through a succession of transfer and deals in order that those same funds caneventually be made to reappear as legitimate income.”

Tetapi menurut beliau uraian tersebut di atas hanyalah isapan jempol belaka. Dikemukakan olehnya: “It is a neat story-but not true”. Menurutnya:

56

53

Sutan Remy Sjahdeini, Op. cit., hal. 5. 54

Jeffrey Robinson, The Laundryman, (Simon & Schuster, 1994), hal. 3. 55Ibid.

56

Ibid.

(8)

Penggunaan pertama kali di surat kabar adalah berkaitan dengan pemberitaan mengenai skandal Watergate di Amerika Serikat pada tahun 1973. Sedangkan penggunaan sebutan tersebut dalam konteks pengadilan atau hukum muncul untuk pertama kalinya tahun 1982 dalam perkara US v $4.255.625,39 (1982) 551 F Supp. 314. Sejak itu, istilah tersebut telah diterima dan digunakan secara luas di seluruh dunia.57

2. Sejarah Ringkas Praktik Pencucian Uang58

Sejak Tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan telah menjadi pusat perhatian dunia barat, terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang (psikotropika dan narkotika). Perhatian yang cukup besar itu muncul karena besarnya hasil atau keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan obat-obat terlarang tersebut. Selain itu juga karena adanya kekhawatiran akan dampak negatif dari penyalahgunaan obat-obat terlarang di masyarakat serta dampak lain yang mungkin ditimbulkannya. Keadaan ini kemudian menjadi perhatian serius banyak negara untuk melawan para pengedar obat-obat terlarang melalui hukum dan peraturan perundang-undangan agar mereka tidak dapat menikmati uang haram hasil perdagangan obat-obat terlarang tersebut. Sementara itu, pemerintah negara-negara tersebut juga menyadari bahwa organisasi kejahatan melalui uang haram yang dihasilkannya dari penjualan obat terlarang bisa mengkontaminasi dan

57

Billy Steel, “Money laundering-A Brief History,” <http://www.laundryman.unet. com.>, diakses 29 Februari 2012.

58

(9)

menimbulkan distorsi di segala aspek baik pemerintahan, ekonomi, politik dan sosial. Sekarang ini fakta menunjukkan bahwa pencucian uang sudah menjadi suatu fenomena global melalui infrastruktur finansial internasional yang beroperasi selama dua puluh empat (24) jam sehari.

Pengedar obat terlarang di beberapa negara dan wilayah perbatasan internasional telah memberikan kontribusi yang besar terhadap internasionalisasi kejahatan. Negara-negara penghasil obat terlarang seperti kokain dan heroin pada umumnya bukanlah negara yang mengkonsumsinya, melainkan mereka menjualnya ke negara lain dengan menggunakan sarana transportasi darat, laut ataupun udara. Setiap pengangkutan barang atau pendsitribusian obat-obat terlarang tersebut selalu berhadapan dengan petugas bea dan cukai di masing-masing negara. Kasus-kasus baru di AS, terutama di wilayah perbatasan dengan meksiko, mengungkapkan adanya jaringan-jaringan yang menghubungkan kedua negara tersebut. Penyelundupan melalui pesawat merupakan cara yang umum untuk memindahkan obat terlarang antara kedua negara, termasuk juga penggunaan jasa kurir untuk mengangkut obat-obat terlarang sampai ke pesawat komersial. Dengan demikian pola-pola penyelundupan obat-obatan terlarang sebenarnya cukup mudah untuk dideteksi oleh petugas bea dan cukai.

(10)

menjadi lebih mudah dilakukan. Pelaku kejahatan memiliki kemampuan untuk berpindah-pindah tempat termasuk memindahkan kekayaannya ke negara-negara lain dalam hitungan hari, jam, menit, bahkan dalam hitungan detik. Dana dapat ditransfer dari satu pusat keuangan dunia ke tempat lain secara real time melalui sarana online system. Laporan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tahun 1993 mengungkapkan bahwa ciri khas mendasar pencucian harta kekayaan hasil kejahatan yang juga meliputi operasi kejahatan terorganisir dan transnasional adalah bersifat global, fleksibel dan sistem operasinya berubah-ubah, pemanfaatan fasilitas teknologi canggih serta bantuan tenaga profesonal, kelihaian para operator dan sumber dana yang besar untuk memindahkan dana-dana haram itu dari satu negara ke negara lain. Namun selain itu, satu karakteristik yang jarang dicermati adalah deteksi secara terus menerus atas profit dan ekspansi ke area-area baru untuk melakukan kegiatan kejahatan. Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap arsip-arsip polisi Kanada menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen dari skema pencucian uang memiliki dimensi internasional . “Operation Green Ice” yang dilakukan pada tahun 1992 menunjukkan adanya sifat transnasional dari praktik pencucian uang dalam dunia modern sekarang.59

Di Amerika Serikat, investigasi tindak pidana yang berdimensi pencucian uang mulai dilakukan pertama kali pada awal tahun 1920, yaitu terhadap kejahatan narkotika di Hawai yang pelakunya hanya dituntut tindak pidana penghindaran pajak. Pada saat itu, jutaan dolar dicuci melalui beberapa lembaga keuangan, tidak

59

(11)

membayar pajak dan digunakan untuk membeli asset. Tidak ada jejak dokumen yang tersedia yang bisa diperoleh dari lembaga keuangan kecuali dari rekening bank. Hal ini dikarenakan pada masa itu bank tidak memiliki kewajiban untuk melapor atas transaksi-transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar. Baru pada tahun 1970 Kongres AS membuat Bank Secrecy Act (BSA). Berdasarkan BSA tersebut, pemerintah Amerika Serikat memberlakukan Currecy Transaction Report (CTR, Form 4789), Report of International Transportation of Currency or Monetary Instruments (CMIR, Form 4790) da Report of Foreign Bank and Financial Accounts

(FBAR, Form TD F 90-22.1). Dengan adanya BSA tersebut maka terdapat jejak dokumen bagi aparat penegak hukum untuk melacak uang-uang yang pajaknya tidak dibayarkan dan jutaan dolar yang dicuci melalui bank-bank Amerika. Dalam perkembangannya, telah dapat melakukan penelusuran jejak dokumen guna mengacaukan atau memecah belah organisasi kejahatan pencucian uang dan pengedar obat terlarang melalui investigasi, penuntutan dan perampasan aset.

(12)

Meskipun adanya tekanan masyarakat international untuk memaksa bank-bank di dunia untuk lebih transparan, namun hal itu hanya akan memberikan progres yang terbatas, kecuali apabila payung hukumnya telah diciptakan secara komprehensif. Tidak dipungkiri lagi, bahwa organisasi kejahatan dan pelaku teroris telah mengembangkan berbagai macam “trik” untuk mengecohkan para investigator di bidang kejahatan finansial agar mereka kesulitan mengungkapnya. Salah satunya dengan cara “Starburst”, yaitu suatu bank menerima setoran uang dari kegiatan kejahatan dalam jumlah besar dan kemudian secara otomatis didistribusikan dalam beberapa “parcel kecil” ke beberapa rekening bank yang berbeda-beda di lokasi yang berbeda pula sesuai instruksi pemilik uang. Cara lain adalah “boomerang”, yaitu uang dikirim melalui beberapa rekening yang berbeda-beda kepada rekening-rekening bank di seluruh dunia dengan melewati negara yang ketentuan rahasia banknya sangat ketat, sehingga investigasi atas transaksi keuangan sangat sulit dilakukan secara pasti untuk dapat mengidentifikasi uang yang telah dikirim itu kembali ke rekening semula. Di samping isu pencucian uang, pendanaan teroris juga telah terangkat menjadi isu global khususnya saat terjadi kasus runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Pendanaan teroris telah “dipaksakan” masuk dalam konteks pencucian uang.

(13)

atau melakukan kejahatan lain, atau berasal dari sumbangan partisipan. Josef Stalin, salah seorang teroris terkenal, memulai aksinya dengan merampok suatu bank untuk kepentingan Communist Party. Sebagian kecil uang dikirim ke para simpatisan yang kemudian menyimpannya dalam Rekening Koran untuk digunakan oleh jaringan organisasi berdasarkan permintaan. Sedangkan teroris tradisional bergantung kepada pada metode berteknologi rendah seperti cara Hawala agar mereka tidak perlu menyimpan uang tunai dalam jumlah besar. Dalam penggunaan jasa pengiriman uang secara Hawala, yaitu praktek pendanaan model Middle Eastern kuno, di mana seorang pemilik usaha Hawala (underground banking system) menyebarkan uang dengan ucapan verbal (janji) bahwa uang telah disetorkan di tempat tertentu dan apabila diperlukan setiap saat dapat diambil kembali baik di tempat yang sama maupun ditempat yang lain sesuai kesepakatan. 60

Integritas Hawala telah lama diberlakukan secara tradisi yang dilakukan dengan sangat hati-hati dan karena itu sangat sulit dilacak aparat penegak hukum.61

60Ibid hal 20. 61

Ibid hal 21.

(14)

Sicily’s Mafia, atau kartel obat terlarang Kolombia. Home-grown syndicate menjadi tantangan serius bagi aparat penegak hukum di berbagai negara. Saat ini, seorang pencuri perhiasan di Perancis dapat menemui penadahnya di New York pada hari kerja yang sama, dan dapat memperoleh uang di Hong Kong sehari sebelumnya. Begitupun, bukanlah hal yang mustahil lagi bagi aparat penegak hukum untuk mengetahui pola-pola kejahatan terorganisir tersebut dan mengidentifikasi serta menangkap semua orang yang terlibat di dalamnya. 62

Alasan pemanfaatan usaha tersebut karena sejalan dengan hasil kegiatan usaha Laundromats yaitu dengan menggunakan uang tunai (cash). Cara seperti ini ternyata dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bagi pelaku kejahatan seperti Al Capone. Jeffrey Robinson

Istilah pencucian uang (money laundering) pertama kali muncul pada tahun 1920-an ketika para mafia di Amerika Serikat mengakuisisi atau membeli usaha Laundromats (mesin pencuci otomatis). Ketika itu anggota mafia mendapatkan uang dalam jumlah besar dari kegiatan pemerasan, prostitusi, perjudian dan penjualan minuman beralkohol ilegal serta perdagangan narkotika. Oleh karena anggota mafia diminta menunjukkan sumber dananya agar seolah-olah sah membeli perusahaan-perusahaan yang sah dan menggabungkan uang haram dengan uang yang diperoleh secara sah dari kegiatan usaha tersebut.

63

62Ibid hal 25. 63

Jeffrey Robinson, The Laundryman, (Simon & Schuster, 1994), hal. 11.

(15)

padahal itu hanya sebagi mitos belaka. Pencucian uang dikenal demikian karena dengan jelas melibatkan tindakan penempatan uang haram atau tidak sah melalui suatu rangkaian transaksi, atau dicuci, sehingga uang tersebut keluar menjadi seolah-olah uang sah atau bersih. Artinya, sumber dana yang diperoleh secara tidak sah disamarkan atau disembunyikan melalui serangkaian transfer dan transaksi agar uang tersebut pada akhirnya terlibat menjadi pendapatan yang sah.

a. Rezim Anti Pencucian Uang Indonesia64

Pada tahun 1988, United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances atau lebih dikenal UN Drugs Convention ditandatangani 106 negara, dan Indonesia menjadi salah satu negara anggota yang kemudian baru meratifikasi melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika. Selanjutnya pada tahun 1989 dan 1990 negara-negara yang tergabung dalam Group 7 melahirkan The Financial Action Task Force on Money laundering (FATF) yang bertujuan mendorong Negara-negara agar menyusun peraturan perundang-undangan untuk mencegah mengalirnya uang hasil perdagangan narkotik baik melalui bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Pada bulan April 1990, FATF memperluas pesertanya mencakup pusat keuangan 15 negara yang kemudian mengeluarkan rekomendasi yang paralel dengan UN Drug Convention agar Negara-negara menciptakan peraturan perundang-undangan mengawasi money laundering. Upaya pemberantasan peredaran gelap obat bius ini

64

(16)

diikuti dengan upaya pemberantasan pencucian uang dalam skala internasional karena kegiatan pencucian uang kerap kali digunakan untuk menutupi hasil perdagangan obat bius yang diwujudkan dalam pembentukan konvensi The International Anti-Money laundering Legal Regime. Konvensi ini mewajibkan negara-negara penandatangan menjadikan pencucian uang sebagai suatu tindakan kriminal dan tergolong kejahatan berat.

(17)

perkara pidana, atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, atau dalam hal si nasabah meninggal dunia sehingga ahli waris yang sah wajib diberitahukan mengenai simpanan nasabah yang bersangkutan.

Penerbitan Peraturan Bank Indonesia ini belum dianggap cukup oleh FATF untuk menanggulangi pencucian uang. FATF sendiri sudah mengeluarkan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan praktek pencucian uang. Rekomendasi tersebut mempunyai tiga ruang lingkup yaitu mengenai peningkatan sistem hukum nasional, peningkatan peranan sistem finansial, dan memperkuat kerjasama internasional. Semua rekomendasi FATF ini menjadi standar internasional untuk mengukur apakah anggota FATF telah mematuhi rekomendasi itu dan memberikan usulan-usulan untuk perbaikan upaya pemberantasan pencucian uang, dan Indonesia dipandang belum mendukung upaya pemberantasan pencucian uang.

Indonesia dimasukkan dalam daftar Negara wilayah yang tidak bekerjasama

Non Cooperative Countries and Teritories (NCCTs) pada bulan Juni 2001 oleh

(18)

institusi-institusi internasional atau belum adanya identifikasi nasabah dan belum ada perangkat hukum untuk mengatasi praktek money laundering yang dibuktikan dengan belum adanya Undang-Undang Anti Pencucian Uang. Baru pada Februari 2005, Indonesia dikeluarkan dari daftar hitam setelah FTAF mengadakan review langsung ke Indonesia dengan mengadakan wawancara dengan para pemimpin instansi yang menangani money laundering, kemudian Presiden mengutus beberapa Menteri ke Negara Amerika, Inggris, Perancis, Australia, Jepang untuk menjelaskan keseriusan Pemerintah Indonesia menangani kasus money laundering.

(19)

di wilayah RI atau di luar wilayah RI dan kejahatan tersebut merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.

Berbeda dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, perubahan undang-undang ini yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang memberikan definisi tentang pencucian uang mendefinisikan pencucian uang sebagai perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamar asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah (Pasal 1 angka 1).

(20)

pidana dan/atau sanksi administratif. Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain karena peraturan perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana Undang-Undang ini.

Untuk memenuhi kepentingan nasional dan menyesuaikan standar internasional, perlu disusun Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, maka dengan itu lahirlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 yang didalamnya terdapat:

1) redefinisi pengertian hal yang terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; 2) penyempurnaan kriminalisasi tindak pidana Pencucian Uang;

3) pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi administratif; 4) pengukuhan penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa;

5) perluasan Pihak Pelapor;

6) penetapan mengenai jenis pelaporan oleh penyedia barang dan/atau jasa lainnya;

7) penataan mengenai Pengawasan Kepatuhan;

(21)

9) perluasan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pembawaan uang tunai dan instrumen pembayaran lain ke dalam atau ke luar daerah pabean;

10)pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk menyidik dugaan tindak pidana Pencucian Uang;

11)perluasan instansi yang berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan PPATK;

12)penataan kembali kelembagaan PPATK;

13)penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan untuk menghentikan sementara Transaksi;

14)penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana Pencucian Uang; dan;

15)pengaturan mengenai penyitaan Harta Kekayaan yang berasal dari tindak pidana.

b. FATF 40 + 9 RECOMMENDATIONS

Upaya untuk melawan kejahatan pencucian uang pada tingkat internasional

dilakukan oleh Negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dengan membentuk satuan tugas yang disebut

(22)

beberapa kali revisi. Upaya-upaya yang perlu dilakukan sesuai dengan rekomendasi tersebut antara lain:65

a. Meratifikasi dan menerapkan secara penuh Konvensi Wina, the 1988 United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotics Drugs and

Psychotropic Substances;

b. Menyatakan money laundering sebagai suatu kejahatan dan membuat langkah-langkah untuk menangkal money laundering dan melakukan penggolongan tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan pencucian uang;

c. Bekerja sama dalam pemberian informasi perkembangan terakhir dalam penanggulangan money laundering dan pemberian pelatihan oleh negara maju bagi negara-negara yang masih membutuhkan peningkatan kemampuan untuk melakukan investigasi terhadap pencucian uang sehingga dapat mengambil langkah antisipasi yang diperlukan;

d. Membuat perjanjian bilateral mengenai pertukaran barang bukti, tersangka, saksi dan benda sitaan;

e. Membuat peraturan atau kemungkinan dilakukannya pemberian bantuan dalam rangka penyidikan walaupun belum ada suatu perjanjian bilateral atau multilateral mengenai hal tersebut;

f. Adanya pengaturan yang mewajibkan pemberian dokumen kepada negara yang meminta dalam rangka penyediaan data keuangan;

65

(23)

g. Menganjurkan bank untuk menggalakkan program “Know Your Customer” yaitu dengan meyakini dan mengetahui kebenaran identitas nasabah dalam setiap transaksi yang dilakukan;

h. Membolehkan penyidik, pejabat polisi atau hakim memeriksa rekening bank yang mempunyai hubungan atau diduga mempunyai hubungan dengan money laundering;

i. Lembaga keuangan sebaiknya membentuk suatu program untuk menghadapi kegiatan pencucian uang yang meliputi pengembangan kebijakan, prosedur, dan kontrol intern; program trainning bagi pegawai; adanya fungsi audit untuk menguji sistem yang diterapkan. FATF melakukan identifikasi Non

Cooperative Countries and Territories (NCCTs) dalam rangka pencegahan kegiatan money laundering. Yang menjadi latar belakangnya adalah semakin meningkatnya kegiatan money laundering di beberapa negara/teritori/pusat keuangan (offshore financial centers) karena didukung oleh faktor-faktor seperti kurangnya ketentuan mengenai money laundering termasuk sejumlah hambatan dalam rangka mengidentifikasi nasabah, kurangnya pengawasan dan/atau ketentuan mengenai financial services, ketatnya ketentuan rahasia bank, kurangnya kerjasama internasional melawan kegiatan money laundering.

(24)

Juga penting bahwa semua lembaga atau agen financial intermediaries menjadi subyek kewajiban termasuk pencegahan, pendeteksian dan pengenaan sanksi untuk kegiatan money laundering. Sejalan dengan prinsip 40 Rekomendasi FATF, maka penentuan kriteria NCCTs adalah termasuk rekomendasi dimaksud.66

Saat ini FATF beranggotakan 31 negara/ yurisdiksi dan 2 organisasi regional. Salah satu peran FATF adalah menetapkan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan dalam melawan pencucian uang dalam bentuk rekomendasi tindakan untuk mencegah dan memberantas pencucian uang. Sejauh ini FATF telah mengeluarkan 40 rekomendasi pencegahan dan pemberantasan pencucian uang (”FATF Forty Recommendations”) serta 9 (sembilan) rekomendasi khusus untuk memberantas pendanaan terorisme (“FATF Eight Special Recommendations on Terrorist Financing”), termasuk diantaranya 1 (satu) rekomendasi khusus tentang

Cash Courier yang baru dikeluarkan FATF pada sidang pleno bulan Oktober 2004 yang lalu. Empat puluh rekomendasi tersebut mencakup 4 (empat) bidang yaitu legal system, financial and nonfinancial businesses measures, institutional measures, and

international cooperation. Untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan suatu negara Indonesia bukan anggota dari FATF tetapi badan ini mempunyai tujuan untuk memastikan penerimaan (adoption), implementasi, dan ditegakkannya (enforcement) standar anti-money laundering and counter-terrorist financing yang telah diterima secara internasional sebagaimana ditentukan dalam 40 Rekomendasi dan 9 Rekomendasi khusus (9 Special Recommendations) FATF.

66

(25)

terhadap rekomendasi yang dikeluarkannya, FATF mengeluarkan NCCTs ( Non-Cooperative Countries and Territories) Initiative yang bertujuan untuk mengetahui negara-negara yang tidak kooperatif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Evaluasi berdasarkan NCCTs Initiative ini menggunakan 25 kriteria (yang mengacu pada 40 recommendation) untuk mengetahui praktek dan ketentuan di suatu negara yang masih belum sejalan dengan rekomendasi FATF.67

Kedua puluh lima kriteria tersebut terbagi dalam 4 (empat) kelompok besar yaitu:68

a. Loopholes in financial regulations (11 kriteria);

b. Obstacles raised by other regulatory requirements (3 kriteria); c. Obstacles to international cooperation (8 kriteria);

d. Inadequate resources for preventing and detecting money laundering activities (3 kriteria).

Evaluasi ini dilakukan oleh FATF terhadap negara-negara yang dinilai mempunyai potensi terjadinya praktik pencucian uang. Evaluasi berdasarkan NCCTs Initiative ini dilakukan pertama kalinya pada Juni 2000 dan selanjutnya secara reguler dilakukan oleh FATF. Evaluasi pertama ini menghasilkan 15 negara masuk dalam daftar NCCTs. Sebagai negara yang dipandang mempunyai potensi sebagai tempat

67Ibid . 68

(26)

untuk dilakukannya praktik pencucian uang, Indonesia tidak luput dari penilaian FATF terhadap pemenuhan rekomendasi-rekomendasi yang telah dikeluarkannya.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh FATF dengan berpedoman pada NCCTs Initiative tersebut, pada bulan Juni 2001 Indonesia bersama 5 negara lainnya dimasukkan ke daftar NCCTs, sehingga pada posisi Juni 2001 yang masuk ke dalam daftar NCCTs berjumlah 17 negara, karena pada saat yang sama terdapat pula 4 negara yang keluar dari daftar tersebut.69

3. Obyek Pencucian Uang.

Menurut Sarah N. Welling, uang dapat menjadi kotor dengan dua cara yakni:70

b. Cara yang kedua ialah memperoleh uang melalui cara-cara yang melanggar hukum. Teknik-teknik yang biasa dilakukan untuk hal itu antara lain adalah penjualan obat-obatan terlarang atau perdagangan narkoba secara gelap (drug sales atau drug trafficking), perjudian gelap (illegal gambling), penyuapan (bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution), perdagangan senjata (arms trafficking), penyelundupan minuman keras, tembakau, dan pornografi (smuggling of

a. Cara yang pertama ialah melalui pengelakan pajak (tax evasion) yaitu memperoleh uang secara legal atau halal, tetapi jumlah yang dilaporkan kepada pemerintah untuk keperluan perhitungan pajak lebih sedikit daripada yang sebenarnya diperoleh.

69Ibid hal 26. 70

(27)

contraband alcohol, tobacco, pornography), penyelundupan imigran gelap (illegal immigration rackets atau people smuggling), dan kejahatan kerah putih (white collar crime).71

Di antara berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan pengumpulan uang haram secara internasional yang berasal dari drug trafficking bukanlah sumber yang utama. Porsi utama dari uang panas tersebut berasal dari tax evasion, capital flight, dan dari irregular or hidden economies yang dibedakan dari the overtly criminal economies. Flight capital termasuk flight capital atas uang yang disediakan oleh negara maju (developed countries) bagi negara berkembang (developing countries) dalam bentuk bantuan keuangan (financial aid), yang tidak dibelanjakan atau diinvestasikan di negara yang bersangkutan, tetapi kemudian kembali kepada negara-negara berkembang tersebut sebagai illegally exported capital. Uang ini sering ditempatkan di bank luar negeri yang justru telah memberikan kredit tersebut.

Praktik-praktik money laundering memang mula-mula dilakukan hanya terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotika dan obat-obat sejenis itu (narkoba atau drug) atau yang dikenal sebagai illegal drug trafficking. Namun kemudian money laundering diperlukan pula untuk dilakukan terhadap uang-uang yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain seperti yang dikemukakan di atas.

72

71

Vincenzo Ruggiero, Organized and Corporate Crime in Europe, (Aldershot: Dartmouth, 1998), hal. 146.

72

Ibid.

(28)

Selain itu ada beberapa modus dengan menggunakan objek yang dimanfaatkan oleh para pencuci uang dalam melakukan operasi pencucian uang kotornya, yaitu:73

a. Modus secara Loan Back, yaitu dengan cara meminjam uangnya sendiri; b. Modus Operasi C-Chase, yaitu cara menghapus jejak dengan cara berliku-liku

sehingga cukup rumit melacaknya;

c. Modus transaksi dagang internasional, yaitu modus yang digunakan dengan menggunakan sarana dokumen L/C;

d. Modus perlindungan uang tunai atau sistem bank paralel ke negara lain, yaitu dengan cara menyelundupkan sejumlah fisik uang itu ke luar negeri;

e. Modus Akuisisi, yaitu modus yang mengakuisisi perusahaannya sendiri; f. Modus Real Estate Carousel, yaitu dengan menjual suatu properti beberapa

kali kepada perusahaan di dalam kelompok yang sama;

g. Modus investasi tertentu, yaitu investasi yang dilakukan dalam suatu transaksi berupa transaksi barang, misalnya transaksi barang antik atau lukisan;

h. Modus over invoices atau double invoice, yaitu dilakukan dengan cara mendirikan perusahaan ekspor impor di negara sendiri, lalu di luar negeri

(yang bersistem tax heaven) mendirikan pula perusahaan bayangan (shell company);

73

(29)

i. Modus perdagangan saham, yaitu dengan cara membuat 2 (dua) buah rekening bagi nasabah perusahaan efek, yang satu untuk transaksi yang menderita kerugian sedang yang satunya lagi untuk transaksi yang mempunyai keuntungan;

j. Modus Pizza Connection, yaitu dilakukan dengan cara menginvestasikan hasil perdagangan obat bius yang diinvestasikan untuk mendapat konsesi pizza;

k. Modus La Mina, yaitu dilakukan dengan cara dana yang diperoleh dari perdagangan obat bius yang diserahkan kepada pedagang grosiran emas dan permata sebagai suatu sindikat, kemudian emas itu diekspor ke negara lain dengan maksud supaya impornya bersifat legal;

l. Modus Deposit Taking, yaitu dilakukan dengan cara mendirikan perusahaan keuangan; dan

(30)

4. Tujuan Pencucian Uang

Tujuan dari pencucian uang adalah untuk menghindari pendeteksian atau penyelidikan terhadap asal-usul dana yang diduga berasal dari tindak kejahatan. Pencucian uang atau money laundering hanyalah dampak dari kejahatan, supaya uang yang tidak halal tidak menjadi pemicu penyelidikan pada kejahatannya sendiri.74

“If the money can be gotten into a bank or other financial institution, it can be wired In anyplace in the world in a matter of seconds, converted to any other currency, and used to payexpenses and recapitalize the corrupt business. The problem for the drug trafficker, armsmerchant or tax evader then, is how to get his money into a form in which it can be movedand used most efficiently without creating a ‘paper trail’ that will lead law enforcement authorities to the illegal business. The process of doing that is what we call money laundering. There are many ways in which it is done.”

Mengutip pernyataan John C. Keeney, Deputy Assistant Attorney General, Criminal Division, United States Department of Justice, mengenai alasan penjahat atau organisasi kejahatan perlu melakukan money laundering, adalah sebagai berikut:

75

Ada empat faktor yang dilakukan dalam proses money laundering, yaitu:

76

a. Merahasiakan siapa pemilik sebenarnya maupun sumber uang hasil kejahatan itu; b. Merubah bentuk sehingga mudah dibawa kemana-mana;

c. Merahasiakan proses pemutihan itu sehingga menyulitkan pelacaknya oleh petugas hukum; dan

d. Muda h diawasi oleh pemilik sebenarnya uang hasil kejahatan tersebut.

74Ibid.

, hal. 33. 75

Pamela H. Bucy, Loc. cit.

76

Anwar Nasution, “Sumber, Proses, Mekanisme dan Dampak Ekonomi Money laundering

(31)

Jadi pencucian uang atau money laundering bukanlah suatu kejahatan yang utama, melainkan suatu cara bagi para penjahat untuk mengaburkan asal-usul dana yang berasal dari berbagai tindak kejahatan supaya tindak kejahatan tidak dapat diusut oleh pihak yang berwenang. Money laundering hanya diperlukan dalam hal uang yang tersangkut jumlahnya besar, karena bila jumlahnya kecil, uang itu dapat terserap ke dalam peredaran secara tidak kentara. Uang kotor itu harus dikonversikan menjadi uang sah sebelum uang itu dapat diinvestasikan atau dibelanjakan, yaitu dengan cara yang disebut “pencucian” (laundering) sebagaimana telah dikemukakan di atas.77 Apabila para kriminal berhasil melakukan pencucian uang atau money laundering, maka hal itu akan memungkinkan para kriminal untuk:78

a. Menjauh dari kegiatan kriminal yang menghasilkan uang haram itu, sehingga dengan demikian akan lebih menyulitkan bagi otoritas untuk dapat menuntut mereka; b. Menjauhkan uang haram itu dari aktivitas kriminal yang menghasilkan uang

itu sehingga dengan demikian menghindarkan dapat disitanya dan dirampasnya hasil kejahatan itu apabila kriminal yang bersangkutan ditangkap;

c. Menikmati manfaat yang diperoleh dari uang haram itu tanpa menimbulkan perhatian otoritas terhadap mereka; dan

d. Menginvestasikan kembali uang haram itu pada kegiatan-kegiatan kriminal di masa yang akan datang atau ke dalam kegiatan-kegiatan usaha yang sah.

77

Sutan Remy Sjahdeini, Op. cit., hal. 14. 78

(32)

5. Alasan Pencucian Uang Harus Diberantas

Secara langsung pencucian uang tidak merugikan orang tertentu atau perusahaan tertentu. Sepintas tampaknya pencucian uang tidak ada korbannya, tidak seperti halnya perampokan, pencurian, atau pembunuhan yang ada korbannya dan yang menimbulkan kerugian bagi korbannya. Pada zaman Orde Baru di Indonesia, yaitu pada waktu Soeharto masih berkuasa sebagai Presiden Republik Indonesia, pemerintah pada waktu itu tidak pernah menyetujui untuk mengkriminalisasi pencucian uang dengan membuat undang-undang tentang tindak pidana pencucian uang. Alasannya adalah karena pelarangan perbuatan pencucian uang di Indonesia hanya akan menghambat penanaman modal asing yang sangat diperlukan bagi pembangunan Indonesia.

Dengan kata lain, kriminalisasi perbuatan pencucian uang justru merugikan masyarakat Indonesia karena akan menghambat pembangunan. Masyarakat dunia justru berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa kegiatan pencucian uang atau money laundering yang dilakukan oleh organisasi-organisasi kejahatan dan oleh para penjahat sangat merugikan masyarakat. Menurut Pemerintah Kanada dalam sebuah kertas kerja berjudul Electronic Money laundering: An Environmental Scan yang dikeluarkan oleh Department of Justice Canada pada Oktober 1998, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan money laundering terhadap masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dapat berupa:79

79

(33)

a. Money laundering memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba, para penyelundup, dan para penjahat lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya. Hal ini akan meningkatkan biaya penegakan hukum untuk memberantasnya dan biaya perawatan serta pengobatan kesehatan bagi para korban atau para pencandu narkoba;

b. Kegiatan money laundering mempunyai potensi untuk merongrong masyarakat keuangan (financial community) sebagai akibat demikian besarnya jumlah uang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Potensi untuk melakukan korupsi meningkat bersamaan dengan peredaran jumlah uang haram yang sangat besar;

c. Pencucian (laundering) mengurangi pendapatan pemerintah dari pajak dan secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak yang jujur dan mengurangi kesempatan kerja yang sah; dan

d. Mudahnya uang masuk ke Kanada telah menarik unsur yang tidak diinginkan melalui perbatasan, menurunkan tingkat kualitas hidup, dan meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan nasional.

John McDowell dan Gary Novis, dari Bureau of International Narcotics and Law Enforcement Affairs, US Department of State mengemukakan beberapa dampak dari pencucian uang dalam makalahnya pada bulan Mei 2001. Sejalan dengan pendapat pemerintah Kanada sebagaimana telah dikemukakan di atas, mereka mengemukakan dampak-dampak pencucian uang itu sebagai berikut:80

80

(34)

a. Merongrong sektor swasta yang sah (Undermining the Legitimate Private Sector);

b. Merongrong integritas pasar-pasar keuangan (Undermining the Integrity of Financial Markets);

c. Mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya (Loss of Control of Economic Policy);

d. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi (Economic Distortion and Instability);

e. Mengurangi pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak (Loss of Revenue);

f. Membahayakan upaya-upaya privatisasi perusahaan-perusahaan negara yang dilakukan oleh pemerintah (Risks to Privatization Efforts);

g. Mengakibatkan rusaknya reputasi negara (Reputation Risk); dan h. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi (Social Cost).

Dalam The National Money laundering Strategy for 2000, yang diterbitkan Maret 2000 oleh Pemerintah Amerika Serikat, dikemukakan bahwa pemberantasan

money laundering adalah penting karena tiga alasan, antara lain:81

a. Money laundering adalah sarana penting bagi kejahatan yang menghasilkan uang, baik kejahatan narkoba, kecurangan atau bentuk-bentuk kejahatan lainnya;

81

(35)

b. Money laundering membantu para pejabat negara asing yang melakukan korupsi untuk dapat menyembunyikan kekayaan masyarakat yang diperolehnya secara tidak jujur, seringkali kekayaan itu berupa kekayaan yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk keperluan meningkatkan kehidupan warga negara; dan

c. Pemberantasan money laundering (counter money laundering) membantu Amerika Serikat untuk mempertahankan integritas dari sistem keuangan (financial system) dan lembaga-lembaga terhadap pengaruh buruk dari uang hasil kejahatan.

Oleh karena alasan-alasan tersebut di atas, maka pencucian uang atau money laundering telah memperoleh perhatian yang besar di banyak negara untuk diperangi. Sebagian besar negara di dunia kemudian mengikuti jejak Amerika Serikat untuk mengkriminalisasi pencucian uang atau money laundering.

(36)

menghentikan para kriminal agar tidak dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pencucian uang yang mereka lakukan, khususnya adalah:82

1. Menghentikan mereka dari kemungkinan menikmati manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pencucian uang;

2. Mencegah mereka untuk dapat menginvestasikan kembali dana yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan kejahatan mereka; dan

3. Menyediakan sistem bagi para kriminal agar keadilan dapat ditegakkan (justice system) dengan cara mendeteksi dan menginvestigasi kegiatan-kegiatan kriminal yang mereka lakukan. Caranya adalah dengan melakukan penelusuran terhadap asal-usul uang hasil kejahatan tersebut melalui audit (audit trail) dan menemukan hubungan yang jelas (evidentiary link) antara tindak-tindak pidana dan pelaku utama dari tindak-tindak pidana tersebut. 6. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang

Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong maraknya kegiatan pencucian uang di berbagai negara, antara lain:83

a. Globalisasi;

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk

82

APG, Loc. cit.

83

(37)

membuka peluang bagi timbulnya tindak pidana pencucian uang yang ditandai dengan banyaknya kemungkinan dana ataupun uang hasil kejahatan

tersebut dicuci di Penyedia Jasa Keuangan di berbagai Negara yang ada di dunia.

b. Kemajuan teknologi terutama di bidang informasi, yaitu dengan munculnya internet yang membuat seakan-akan dunia menjadi tanpa batas. Akibatnya, kejahatan-kejahatan terorganisasi (organized crime) yang diselenggarakan organisasi-organisasi kejahatan (criminal organization) menjadi mudah dilakukan secara lintas batas negara-negara. Kejahatan-kejahatan tersebut berkembang menjadi kejahatan-kejahatan transnasional;

c. Ketentuan rahasia bank yang sangat ketat dari negara yang bersangkutan; d. Belum diterapkannya asas “Know Your Customer” bagi perbankan dan

penyedia jasa keuangan lainnya secara sungguh-sungguh di negara tersebut. Yang dapat menimbulkan maraknya praktik-praktik money laundering di suatu negara adalah dimungkinkannya oleh ketentuan perbankan di negara tersebut seseorang menyimpan dana di suatu bank dengan menggunakan nama samaran atau tanpa nama (anonim);

(38)

f. Munculnya jenis uang baru yang disebut electronic money atau e-money.

Sehubungan dengan maraknya electronic commerce atau e-commerce melalui internet. Money laundering yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet, yang disebut pula dengan cyberspace, disebut cyberlaundering; g. Dimungkinkannya penggunaan secara berlapis pihak pemberi jasa hukum

(lawyer) untuk melakukan penempatan dana. Dengan cara pelapisan tersebut, pihak yang menyimpan dana di bank (nasabah penyimpan dana atau deposan bank) bukanlah pemilik yang sesungguhnya dari dana itu. Biasanya para penerima kuasa yang bertindak berlapis-lapis secara estafet itu adalah kantor-kantor pengacara;

h. Adanya ketentuan perundang-undangan mengenai keharusan merahasiakan hubungan antara lawyer dan kliennya dan antara akuntan dengan kliennya yang berlaku di negara tersebut. Dana simpanan di bank-bank sering diatas namakan suatu kantor pengacara. Para lawyer yang menyimpan dana simpanan di bank atas nama kliennya, tidak dapat dipaksa oleh otoritas yang berwenang untuk mengungkapkan identitas dari kliennya;

i. Tidak bersungguh-sungguhnya pemerintah dan perbankan negara serta pengguna jasa keuangan lainnya dari negara yang bersangkutan untuk memberantas praktik-praktik pencucian uang. Dengan kata lain, pemerintah yang bersangkutan memang dengan sengaja membiarkan praktik-praktik

(39)

memperoleh keuntungan dari dilakukannya penempatan uang-uang haram itu di perbankan negaranya; dan

j. Tidak atau belum adanya undang-undang pemberantasan pencucian uang di negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, yang menjadi pendorong maraknya kegiatan pencucian uang di suatu negara adalah karena tidak dikriminalisasikannya perbuatan pencucian uang di negara yang bersangkutan.

B. Pengaturan Pencegahan Tindak Pencucian Uang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

Setelah diundangkannya Undang-Undang No 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (UUTPPU) pada tanggal 17 April 2002 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 dan kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, terjadi perubahan besar dalam tata cara memandang dan menangani kegiatan pencucian uang di Indonesia

Dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang maka berdasarkan pengaturan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 maka :

(40)

adapun yang menjadi tugas utama PPATK adalah mencegah tindak pidana pencucian uang yang tujuannya adalah untuk melakukan pendeteksian dini terhadap tindak pidana pencucian uang. Pentingnya PPATK dilatarbelakangi kesadaran bahwa untuk memerangi pencucian uang dibutuhkan keahlian khusus bagi penegak hukum. Pendirian unit intelijen keuangan yang bertugas menerima dan memproses informasi keuangan dari penyedia jasa keuangan harus dilihat dari latar belakang phenomena semakin meningkatnya kebutuhan akan lembaga penegak hukum khusus.84

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini fungsi PPATK menjadi lebih luas dibandingkan udang-undang sebelumnya dimana fungsinya antara lain:

Suatu financial intelligent unit biasanya melakukan beberapa tugas dan wewenang, yaitu tugas pengaturan sebagai regulator, melakukan kerjasama dalam rangka penegakkan hukum, bekerjasama dengan sektor keuangan, menganalisa laporan yang masuk, melakukan pengamanan terhadap seluruh data dan aset yang ada, melakukan kerjasama internasional dan fungsi administrasi umum. PPATK sebagai suatu financial intelligent unit juga melaksanakan fungsi yang demikian. Untuk melaksanakan perannya sebagai

financial intelligent unit dalam usaha pencegahan pencucian uang di Indonesia.

85

a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK. c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor.

84

Zulkarnain Sitompul, Op. cit., hal.278. 85

(41)

d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut maka kewenangan PPATK menjadi semakin luas guna menjalankan fungsi-fungsinya tersebut.

e. Perintah Pemblokiran Penyidik,Penuntut Umum dan Hakim

Tindakan pemblokiran terhadap harta kekayaan tersangka atau terdakwa dapat dilakukan jika sudah diketahui atau patut diduga harta tersebut adalah hasil kejahatan. Pasal 71 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 menentukan bahwa penyidik, penuntut umum dan hakim berwenang memerintahkan Pihak Pelapor untuk melakukan pemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana.

Pada ketentuan Pasal 41 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, PPATK dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK berwenang:

a. meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;

b. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;

(42)

d. memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang;

e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;

f. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang; dan, g. menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

Pencucian Uang.

Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 42 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi. Sistem informasi sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan Pasal 42 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 antara lain:

a. Membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi;

b. Membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data;

c. Mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik;

d. Menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data; e. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis;

f. Memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri; dan

(43)

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor sebagaimana diatur di dalam Pasal 43 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, PPATK berwenang:

a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak pelapor; b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana

pencucian uang;

c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;

d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor;

e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan;

f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor; dan

g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa bagi pihak pelapor yang tidak memiliki lembaga pengawas dan pengatur.

Dalam melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, dalam ketentuan Pasal 44 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 diatur bahwa PPATK dapat:

a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari pihak pelapor; b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;

(44)

d. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;

e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri;

f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana pencucian uang;

g. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang;

h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau

sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan tindak pidana; j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang

dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang; k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung

jawab sesuai dengan ketentuan undang-undang ini; dan l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

(45)

pedagang valuta asing, penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu, penyelenggaraan e-money dan atau e-wallet, koperasi yang melakukan simpan pinjam, pegadaian, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi atau penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang dan juga penyedia barang dan/atau jasa lain seperti perusahaan property/agen property, pedagang kendaraan bermotor, pedagang permata dan perhiasan/logam mulia, pedagang barang seni dan antik atau balai lelang86

Pelaporan terhadap kegiatan atau transaksi yang diduga adalah tindak pidana pencucian uang ini lebih tampak di dunia perbankan, oleh karena itu Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang telah membuat ketentuan yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya tindak pidana pencucian uang yaitu:

untuk melakukan pelaporan kepada PPATK. Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan tersebut diatas dilakukan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah PJK mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan. Sedangkan untuk penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan laporan Transaksi Keuangan transfer dana dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.

a. Laporan Transaksi Keuangan Tunai atau Cash Transaction Report (CTR) Laporan Transaksi Keuangan Tunai atau Cash Transaction Report (CTR) memuat laporan mengenai transaksi keuangan tunai yang berjumlah kumulatif

86

(46)

sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 yang mengatakan bahwa Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam.

b. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan atau Suspicious Transaction Report (STR).

Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan atau Suspicious Transaction Report

(STR) adalah laporan yang memuat tansaksi keuangan mencurigakan yang adalah:87

(1) Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;

Dikatakan transaksi keuangan menyimpang dari profil misalnya A pada saat pembukaan rekening tabungan menyatakan bahwa pekerjaannya adalah seorang petani tetapi berdasarkan hasil report setiap hari A mendapat kiriman sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta), ini merupakan indikasi adanya TPPU yang tidak sesuai dengan profil nasabah yang bersangkutan. Dan transaksi keuangan yang menyimpang dari profil ini juga berlaku untuk PEP

(Politically Exposed Person). Ada pula transaksi keuangan yang menyimpang dari kebiasaan pola transaksi nasabah, yang dimaksud dengan hal ini adalah bahwa berdasarkan rutinitas ataupun rekening Koran rata-rata transaksi

87

(47)

keuangan nasabah adalah bekisar diantara puluhan juta tetapi dalam kurun waktu misalnya 2 bulan rata-rata transaksi mencapai ratusan juta.

Contoh-contoh diatas dapat dijadikan indikasi transaksi yang mencurigakan. (2) Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan

tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuang Undang-Undang; Yang dimaksud dengan transaksi keuangan di atas adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh Nasabah secara berkala (pola transaksi keuangan dipecah-pecah) misalnya A merupakan nasabah yang melakukan transaksi penyetoran atau penarikan secara tidak sekaligus dalam jumlah besar tetapi baik itu penyetoran maupun penarikan dilakukan secara berkala yang tujuannya adalah untuk menghindari pelaporan transaksi ke PPATK.

(3) Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; (4) Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak

Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh PJK (Penyedia Jasa Keuangan) yang dapat dijadikan sebagai Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan itu antara lain :

(48)

b.Nasabah yang ditutup hubungan usahanya karena tidak bersedia melengkapi informasi dan dokumen pendukung dan berdasarkan penilaian Bank transaksi yang dilakukan tidak wajar atau mencurigakan;

c.Nasabah/WIC yang ditolak atau dibatalkan transaksinya karena tidak bersedia melengkapi informasi yang diminta oleh Bank dan berdasarkan penilaian Bank transaksi yang dilakukan tidak wajar atau mencurigakan; atau

d.Transaksi yang memenuhi kriteria mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Berdasarkan hasil pelaporan oleh PJK tersebut maka Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dapat melakukan verifikasi ulang terhadap transaksi keuangan mencurigakan yang dilaporkan oleh PJK.

3. Diterapkannya Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles/ KYC) bagi perbankan sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko digunakannya perbankan tersebut sebagai sarana pencucian uang. Dalam menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa adalah Customer Due Diligence

(CDD) dan Enhanced Due Diligence (EDD) sebagaimana dimaksud dalam Rekomendasi 5 FATF, yang sekurang-kurangnya memuat tentang identifikasi, verifikasi dan pemantauan transaksi pengguna jasa, Berdasarkan Pasal 18 angka (5) bahwa Prinsip mengenali Pengguna Jasa sekurang-kurangnya memuat :

a. Identifikasi Pengguna Jasa; b. Verifikasi Pengguna Jasa;

(49)

C. Pengaturan Pemberantasan Tindak Pencucian Uang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dikatakan bahwa selain untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang maka tugas kedua adalah untuk membantu penegakan hukum yang berkaitan dengan kegiatan pencucian uang dan juga tindak pidana yang melahirkannya (predicate crimes) dalam rangka pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

Dalam The National Money Laundering Strategy for 2000, yang diterbitkan Maret 2000 oleh Pemerintah Amerika Serikat, dikemukakan bahwa pemberantasan money laundering adalah penting karena tiga alasan, yaitu pertama, money laundering adalah sarana penting bagi kejahatan yang menghasilkan uang, baik kejahatan narkoba, kecurangan atau bentuk-bentuk kejahatan lainnya; kedua, money laundering membantu para pejabat negara asing yang melakukan korupsi untuk dapat menyembunyikan kekayaan masyarakat yang diperolehnya secara tidak jujur, sering kali kekayaan itu berupa kekayaan yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk keperluan meningkatkan kehidupan warga negara; ketiga, pemberantasan money laundering membantu Amerika Serikat untuk mempertahankan integritas dari sistem keuangan dan lembaga-lembaga terhadap pengaruh buruk dari uang hasil kejahatan.88

88

(50)

Oleh karena itu, pencucian uang mendapat perhatian yang cukup besar dari seluruh negara di dunia dan sepakat untuk memerangi pencucian uang karena menimbulkan kerugian bagi negara. Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil tindak pidananya susah ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah, oleh karena itu tindak pidana pencucian uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, tetapi juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.89

Pada sistem perbankan Indonesia tindakan pencucian uang merupakan suatu hal yang sangat rawan karena: pertama, peranan sektor perbankan dalam sistem keuangan di Indonesia diperkirakan mencapai 93%.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, terdapat berbagai modus yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dan salah satunya dengan memasukan hasil kejahatannya tersebut ke dalam sistem keuangan seperti perbankan.

90

89

Penjelasan Atas UU RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Oleh sebab itu sistem perbankan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan rezim anti money laundering.

90

(51)

Kedua, tingginya tingkat perkembangan teknologi dan arus globalisasi di sektor perbankan membuat industri perbankan menjadi lahan yang empuk bagi tindak kejahatan pencucian yang dan merupakan sarana yang paling efektif untuk melakukan kegiatan money laundering. Pelaku kejahatan dapat memanfaatkan bank untuk kegiatan pencucian uang karena jasa dan produk perbankan memungkinkan terjadinya lalu lintas atau perpindahan dana dari satu bank ke bank atau lembaga keuangan lainnya, sehingga asal usul uang tersebut sulit dilacak oleh penegak hukum.91

1. PPATK setelah melakukan verifikasi ulang terhadap laporan yang diberikan oleh penyedia jasa keuangan maupun penyedia barang dan/atau jasa lain dan terbukti adanya dugaan telah dilakukannya tindak pidana pencucian uang maka berkas laporan tersebut dapat dilimpahkan ke Kepolisian dan kejaksaan sebagai penegak hukum yang berwenang melakukan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana pencucian uang. Selain itu PPATK juga akan bekerjasama dengan Bank Indonesia, Dirjen Pajak, Dirjen Bea Cukai, Badan Pengawas Pasar Modal, Departemen Keuangan, masyarakat dan lembaga-lembaga lain baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena melihat begitu banyaknya pihak yang terlibat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan pencucian uang ini, dapat disadari bahwa kegiatan pencucian uang merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya sehingga dibutuhkan kerjasama dari banyak pihak untuk dapat menghadapinya.

Pengaturan pemberantasan tindak pidana pencucian uang berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 yakni :

91

(52)

2. Dalam Pasal 68 undang-undang ini ditentukan bahwa penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan, dilakukan berdasarkan ketentuan KUHAP, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Dari pengaturan ini tampak bahwa para pembuat undang-undang menginginkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini lebih banyak disesuaikan dengan sifat perkembangan masalah kejahatan pencucianuang yang memiiki karakter yang lebih khusus dari masalah yang diatur oleh perundang-undangan lain.92

3. Kualifikasi Perbuatan Pidana dan Ancaman Hukuman

Dengan demikian tampak bahwa undang-undang ini memanglah memiliki sifat lex specialis dan prinsip-prinsip dalam undang-undang ini bisa menjadi pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan undang-undang lain berdasarkan prinsip lex specialis derogate legi lex generalis.

Pidana yang diancamkan kepada yang melakukan percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat dalam pencucian uang disamaratakan dengan ancaman pidana terhadap pelaku pidana yang telah selesai dilakukan sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010. Dengan kata lain ancaman sanksi yang diancamkan padaPasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 dengan yang terdapat pada Pasal 10 tidak dibedakan.

Pengaturan dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini berbeda atau menyimpang secara prinsipildengan ketentuan dalam KUHP, karena pada Pasal 53 dan 57 KUHP menentukan bahwa kualifikasi percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat dibedakan kualifikasinyadengan perbuatan pidana yang telah selesai dilakukan.

92

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah sistem dan prosedur persediaan yang ada pada rumah sakit islam unisma sudah cukup baik untuk mendukung dalam pengendalian intern hal ini

Surat Keputusan KASAD Nomor Kep/496/VII/2015 tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk bagi Prajurit AD menyebutkan bahwa ada beberapa alasan

Dalam inversi Magnetotelurik satu dimensi, AG kode real digunakan untuk menentukan parameter model (resistivitas dan ketebalan lapisan) dengan cara meminimumkan fungsi objektif

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatdan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Analisis

Setiap Dokumen Penawaran Sayembara yang diterima oleh Panitia Pengadaan setelah batas akhir waktu pemasukan Dokumen Penawaran Sayembara akan ditolak dan

PT Kusumahadi Santosa adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pertekstilan. Salah satu kegiatan yang paling pokok adalah pengadaan, baik

Dari hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat melalui Program KKNN Daring yang telah dilakukan oleh peneliti tentang produk pembuatan masker kain bahwa masyarakat

Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite lebih mengutamakan