• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Fraksi N Heksana Kloroform d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efektivitas Fraksi N Heksana Kloroform d"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS FRAKSI N-HEKSANA, KLOROFORM DAN

ETANOL EKSTRAK BIJI MIMBA SEBAGAI BIOPESTISIDA

UNTUK JAMUR

ALTERNARIA PORRI

(

THE EFFECTIVITY OF N-HEXANE, CHLOROFORM AND

ETHANOL FRACTION OF NEEM SEED KERNELS EXTRACT

AS BIOPESTICIDE FOR FUNGUS ALTERNARIA PORRI)

Anastasia Wheni Indrianingsih, Khoirun Nisa, Ema Damayanti, Roni Maryana, Satrio Krido W.

UPT BPPT Kimia LIPI Yogyakarta

Jl. Yogya Wonosari Km 32, Gading, Playen, Gunungkidul Telp/Fax (0274) 392570, Email :anastasia_wheni_i@yahoo.com

ABSTRAK

Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku biopestisida. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan fraksi n-heksana, kloroform dan etanol dari ekstrak biji mimba yang diperoleh dengan metode soxhlet sebagai biopestisida terhadap jamur penyakit bawang merah, Alternaria porri. Proses ekstraksi soxhlet biji mimba dilakukan secara bertahap dengan 3 pelarut yaitu n-heksana, kloroform dan etanol. Ekstrak dengan konsentrasi 3.000 dan 5.000 ppm diaplikasikan secara in vitro terhadap jamur A. porri dengan parameter pertumbuhan diameter jamur. Rendemen ekstrak yang diperoleh sebesar 32,53% (fraksi n-heksana), 9,28% (fraksi kloroform) dan 9,11% (fraksi etanol). Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa ekstrak biji mimba fraksi etanol paling efektif dalam menghambat pertumbuhan diameter jamur A. porri dengan persentase penghambatan sebesar 49,49% pada konsentrasi ekstrak 3.000 ppm dan 54,03% pada 5.000 ppm. Ekstrak fraksi etanol selanjutnya dianalisis dengan TLC (Thin Layer Chromatography) menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak

etil asetat 100%, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kemungkinan mengandung senyawa terpenoid. Uji statisika One-way Anova dilanjutkan dengan Duncan Test

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan berbagai pelarut dibandingkan dengan kontrol pada derajat kepercayaan 95%.

Kata kunci : Ekstraksi soxhlet, biji mimba, biopestisida, Alternaria porri, Thin Layer Chromatography

ABSTRACT

(2)

Soxhlet extraction process was carried out continuously with three kind of organic solvents, which is n-hexane, chloroform and ethanol. Extract with concentration 3,000 and 5,000 ppm were evaluated in vitro to fungus A. porri with diameter growth of fungi as parameter.

The yield extract was 32.53 % (n-hexane fraction), 9.28% (chloroform fraction) and 9.11 % (ethanol fraction). The result showed that ethanol fraction of neem seed kernels extract was the most effective extract to inhibit A. porri growth with inhibition percentage of ethanol fraction was 49.49 % at 3,000 ppm and 54.03 % at 5,000 ppm. Ethanol extract was analyzed with TLC (Thin Layer Chromatography) using silica gel GF254 as stationary phase and ethyl acetate

100% as mobile phase. The result showed that the extract had terpenoids compounds.

Statistical test used One-way Anova continued with Duncan Test showed that there was a significant difference between organic solvents compared with control at confidence degree 95%.

Key words: soxhlet extraction, neem seed kernels, biopesticide, Alternaria porri, Thin Layer Chromatography

PENDAHULUAN

Tingginya kebutuhan pangan karena populasi manusia yang semakin

meningkat menyebabkan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi hasil

pertanian dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pestisida

kimia agar tanaman pertanian terbebas dari hama penyakit dan dengan demikian

produksi hasil pertanian meningkat. Namun demikian, di sisi lain ada dampak

negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia ini. Selain

menyebabkan pencemaran lingkungan, pestisida kimia juga berbahaya bagi

kesehatan manusia, antara lain menyebabkan iritasi, batuk, sesak nafas (sistem

pernafasan); sakit kepala, depresi (sistem neurologi); anemia (sistem hematologi);

penyakit kulit (sistem dermatologi) dan infertilitas (sistem reproduksi). Pestisida

kimia ini bisa masuk dalam tubuh manusia melalui ingesti, inhalasi dan absorpsi

melalui kulit (www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/sun/1997/sun6.html, 2006).

Dengan melihat dampak negatif pestisida kimia tersebut, maka perlu dilakukan

usaha-usaha untuk mengurangi pemakaian pestisida kimia. Salah satu hal yang

bisa dilakukan adalah penggunaan pestisida alami (biopestisida ) yang aman bagi

(3)

Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang

potensial sebagai bahan baku pestisida. Di Indonesia, tanaman ini banyak terdapat

di Bali dan Lombok (Sukrasno, 2004). Azadirachtin, salah satu jenis

tetranortriterpenoid yang didapat dari biji mimba (seed kernels) dan sedikit

terdapat di jaringan bagian tanaman mimba yang lain, telah dibuktikan sebagai

salah satu zat bioaktif tanaman mimba yang menjanjikan untuk pengendalian

hama terpadu ( Schmutterer, H, 1995).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak

biji mimba sebagai biopestisida. Kahar Muzakhar, 1996, melaporkan bahwa

konsentrasi ekstrak akuades biji mimba optimum yang dapat menurunkan dan

menahan kelimpahan hama serangga pada tanaman kedelai adalah 1 %. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mawardinur dkk, 2003, menunjukkan bahwa

perlakuan serbuk daun dan serbuk biji mimba baik sebagai racun kontak maupun

racun perut berpengaruh terhadap mortalitas dan waktu kematian Nezara Virdula

dibanding serbuk daun mimba. Konsentrasi ekstrak akueous biji mimba sebesar

1% sudah menyebabkan penghambatan yang signifikan terhadap pertumbuhan

miselium dan konidiogenesis dari Beauveria Bassiana (Depieri et al, 2005). Akan

tetapi Rodriguez-Lagunes et al dalam Depieri et al, 2005 mendapatkan hasil

bahwa tidak ada penghambatan yang signifikan dalam pertumbuhan vegetatif

jamur pada konsentrasi ekstrak akueous biji mimba 5%.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui

keefektifan fraksi n-heksana, kloroform dan etanol ekstrak biji mimba dalam

menghambat pertumbuhan diameter jamur Alternaria porri. Ekstrak biji mimba

diperoleh dengan metode ekstraksi soxhlet. Ekstraksi soxhlet merupakan suatu

ekstraksi yang berkesinambungan terhadap suatu padatan dengan pelarut panas.

Padatan dihaluskan untuk memperluas permukaan bahan sehingga meningkatkan

interaksi antara pelarut dan senyawa yang diekstrak. Efisiensi pemisahan dalam

ekstraksi soxhlet bergantung pada kelarutan senyawa yang diekstrak, volume

pelarut yang digunakan dan banyaknya pengulangan proses ekstraksi. Pelarut

yang digunakan dipilih berdasarkan tingkat kepolarannya. Analisis TLC

(4)

yang diperoleh. Analisis ini didasarkan pada perbedaan retensi

komponen-komponen yang terkandung dalam suatu senyawa di fasa diam terhadap fasa

gerak (pelarut).

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan biopestisida sehingga penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi.

Jamur A. porri merupakan penyebab penyakit bercak ungu pada tanaman bawang

merah. Penyakit bercak ungu ini berupa bintik lingkaran konsentris berwarna

ungu atau putih-kelabu di daun, tepi daun kuning serta ujung-ujungnya

mengering. (www.naturalnusantara.co.id, 2006).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan

Bahan :

Biji mimba yang berasal dari Balai Proteksi Tanaman Obat Pasirjati Ujungberung,

Bandung), Jamur Alternaria porri yang diisolasi dari tanaman bawang merah di

lahan pasir Sanden, Kabupaten Bantul dan diperbanyak di laboratorium UPT.

BPPTK LIPI Yogyakarta, Bahan-bahan kimia berkualitas analitik yaitu n-heksana

(C6H14), chloroform (CHCl3), etanol (C2H5OH), akuades, PDA (Potato Dextrose

Agar), Dimetil Sulfoksida, Silika gel GF254, serium (IV) sulfat, etil asetat.

Alat :

Satu set alat ekstraktor Soxhlet, Satu set alat TLC, Autoclave, Pipet appendorf

1000 dan 5000 L, Evaporator Buchi, Desikator, Inkubator, Timbangan digital,

Jangka sorong, Kertas saring, Laminar flow, cawan petri, bor gabus, oase,

alat-alat gelas.

Metode

a. Ekstraksi Soxhlet Biji Mimba

Serbuk kering biji mimba (seed kernels) ditimbang sebanyak 40 gram,

dimasukkan dalam ekstraktor soxhlet dengan menggunakan 200 mL n-heksana

(5)

sampai cairan berwarna jernih. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary

evaporator. Hasil yang didapat didinginkan dan ditimbang. Hasil ini disebut

sebagai ekstrak biji mimba fraksi n-heksana. Ampas sisa dikeringkan,

ditimbang kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut kloroform sehingga

didapat ekstrak biji mimba fraksi kloroform. Prosedur yang sama dilakukan

sehingga didapatkan fraksi etanol.

b. Uji Invitro Ekstrak Biji Mimba Terhadap Jamur Alternaria Pori

Ditimbang 30 gram ekstrak biji mimba, dilarutkan dengan 0,2 mL DMSO dan

dimasukkan dalam cawan petri yang berisi 9,8 mL PDA sehingga diperoleh

konsentrasi ekstrak 3000 ppm. Campuran dikocok dan didiamkan sampai

memadat. Miselium jamur A. Porri dilubangi dengan bor gabus ukuran 6,6 mm

kemudian ditanam diatas media PDA. Setiap sampel ekstrak dilakukan

pengulangan tiga kali. Pengukuran pertumbuhan jamur dilakukan dari waktu

penanaman (Ho) sampai hari ke-7 (H7). Hal yang sama dilakukan dengan

konsentrasi ekstrak 5000 ppm. Persentasi penghambatan pertumbuhan jamur

dihitung dengan rumus :

% Hambatan = (Dc-Di) / Dc x 100 %, dengan

Dc : diameter jamur kontrol

Di : diameter jamur sampel (ekstrak)

Pengaruh perbedaan antara kontrol dan ekstrak biji mimba terhadap pertumbuhan

jamur A. porri dilakukan dengan uji statistika One-way Anova dilanjutkan dengan

Duncan Test dengan derajat kepercayaan 0,95.

c. Analisis TLC

Analisis TLC dilakukan di laboratorium Biologi-Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.

Ekstrak biji mimba ditotolkan pada pelat silika gel GF254, dikembangkan dengan

pelarut etil asetat 100% dan dianalisis dengan sinar UV 254 nm dan pereaksi

penampak bercak serium (IV) sulfat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelarut n-heksana bersifat non polar, kloroform bersifat semi polar dan

etanol bersifat polar dibandingkan n-heksana dan kloroform. Hasil ekstraksi

(6)

Tabel 1. Hasil ekstrak serbuk biji mimba dengan 3 macam pelarut.

Pelarut Rendemen (%) Sifat fisik

n-heksana 32,53 Oily, cokelat kekuningan

kloroform 9,28 Padat, cokelat muda

etanol 9,11 Padat, cokelat tua

Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa ekstrak biji mimba dengan pelarut

n-heksana menghasilkan rendemen paling besar yaitu 32,53%. Ekstrak yang

diperoleh berupa cairan oily berwarna cokelat kekuningan. Kemungkinan ekstrak

yang terdapat dalam n-heksana adalah minyak dan senyawa-senyawa non polar

dari biji mimba. Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut kloroform dan etanol

mempunyai rendemen yang lebih kecil yakni 9,28% dan 9,11%. Hal ini

mengindikasikan bahwa senyawa-senyawa yang bersifat polar yang terkandung

dalam biji mimba lebih sedikit dibandingkan senyawa semi polar dan non polar.

Ketiga ekstrak yang diperoleh kemudian diuji secara in vitro terhadap

jamur Alternaria porri. Pengukuran pertumbuhan diameter jamur A. Porri

dilakukan dari hari penanaman (Ho) sampai hari ke-7 (H7). Konsentrasi ekstrak

yang digunakan adalah 3000 dan 5000 ppm. Pengaruh penghambatan ketiga

ekstrak terhadap pertumbuhan radial jamur disajikan dalam gambar 1.

Gambar 1. Persentase hambatan jamur A. Porri pada hari ke-7 dalam ketiga

macam ekstrak.

Gambar 1 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, ketiga ekstrak dalam dua

konsentrasi, 3000 dan 5000 ppm, menghambat pertumbuhan diameter jamur A.

porri. Ekstrak dengan konsentrasi 5000 ppm lebih efektif dalam menghambat

(7)

pertumbuhan radial jamur daripada ekstrak dengan konsentrasi 3000 ppm. Hal ini

berarti peningkatan konsentrasi ekstrak biji mimba berbanding lurus dengan

peningkatan penghambatannya terhadap pertumbuhan diameter jamur A. Porri.

Persentase hambatan untuk kedua konsentrasi secara berurutan dari yang

paling besar dihasilkan oleh ekstrak fraksi etanol, kloroform dan n-heksana. Besar

persentase hambatan ekstrak fraksi etanol, kloroform dan n-heksana berturut-turut

adalah 49,49% 39.53% dan 17,01% pada konsentrasi 3000 ppm dan sebesar

54,03%, 41,62% dan 24,28% pada konsentrasi 5000 ppm. Data ini menunjukkan

bahwa ekstrak etanol dengan konsentrasi 5000 ppm memiliki sifat antifungi

terhadap jamur A. porri yang paling tinggi. Namun demikian secara keseluruhan

ketiga ekstrak memiliki sifat antifungal terhadap A. Porri.

Ekstrak fraksi etanol dianalisis TLC dengan menggunakan pelat silika gel

GF254 sebagai fasa diam dan etil asetat 100% sebagai fasa gerak. Pelat kemudian

diperiksa dengan sinar UV 254 nm dan penampak bercak serium (IV) sulfat.

Kromatogram yang diperoleh disajikan dalam gambar 1, 2 dan 3.

Gambar 2. Detektor: serium (IV) sulfat Gambar 3. Detektor: UV-254 nm

Gambar 2 dan 3 memperlihatkan bahwa nampak lima bercak cokelat kemerahan

pada analisis TLC dengan detektor serium (IV) sulfat sedangkan penggunaan

detektor UV 254 nm hanya memunculkan satu bercak awal penotolan ekstrak dan 1gt

gyt 2 3 4 5

(8)

selebihnya ekstrak fraksi etanol mengalami pemadaman. Hal ini mengindikasikan

bahwa ekstrak biji mimba fraksi etanol kemungkinan mengandung senyawa

terpenoid. Bercak nomor lima pada gambar 1 yang nampak melebar kemungkinan

karena adanya trigliserida yang terkandung dalam fraksi etanol. Namun

diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui identitas senyawa-senyawa

tersebut secara spesifik.

Azadirachtin, zat bioaktif yang paling banyak terdapat di biji mimba,

termasuk dalam golongan tetranortriterpenoid dan bersifat polar (Schumutterer,

1995), sehingga kemungkinan besar zat ini terkandung dalam fraksi etanol.

Semakin polar suatu pelarut maka semakin banyak dapat mengambil azadirachtin.

Hal ini menjelaskan urutan sifat antifungi dari ekstrak n-heksana, kloroform dan

etanol. Ekstrak fraksi etanol yang berwarna cokelat tua juga mengindikasikan

terdapatnya azadirachtin yang juga berwarna cokelat gelap.

Dalam Grovindachari et al, 1998, sifat antifungi yang aktif dari minyak

biji mimba merupakan campuran dari tetranortriterpenoids. Pengujian dengan

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) menunjukkan bahwa

komponen utama fraksi yang aktif tersebut adalah 6-deasetilnimbin, azadiradione,

nimbin, salanin dan epoksiazadiradion. Grovindachari et al juga menyebutkan

bahwa jika masing-masing zat aktif tersebut diaplikasikan secara sendiri-sendiri

malah tidak menunjukkan aktivitas yang baik jika dibandingkan ketika semua zat

tersebut dicampur dan diaplikasikan. Campuran ini menunjukkan aktivitas

antifungi yang mengindikasikan efek kesinergisan. Hal inilah yang kemungkinan

menyebabkan ekstrak fraksi n-heksana yang bersifat oily juga memiliki

kemampuan menghambat pertumbuhan diameter radial jamur A. porri.

Sifat antifungi dari ekstrak biji mimba juga kemungkinan disebabkan

karena ekstrak tersebut mengandung senyawa sulfur. Balandrin, et al dalam

Schmuterrer, 1995, mengidentifikasi bahwa asiklik di-, tri- dan tetrasulfida

merupakan konstituen utama dari bagian volatil pada biji mimba. Namun

demikian, mekanisme aksi dari zat bioaktif biji mimba terhadap pertumbuhan

vegetatif dan reproduksi jamur masih belum diketahui (Locke dalam Depieri et al,

(9)

Pada penelitian ini, ekstrak biji mimba baik dengan konsentrasi 3000

maupun 5000 ppm memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan radial jamur A.

porri. Kemampuan daya hambat ini cukup bagus karena fungisida sintetik pun

jika memiliki konsentrasi penghambatan minimum antara 1000-5000 ppm

dianggap memiliki aktivitas yang bagus (Paulus, W. dalam Grovindachri et al,

1998). Hal ini membuka jalan bagi kemungkinan pengembangan ekstrak biji

mimba sebagai fungisida alami.

Uji statistika One-Way Anova dilanjutkan dengan Duncan Test dengan

derajat kepercayaan 95%, dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan

yang signifikan dengan penggunaan berbagai pelarut dalam penghambatan

pertumbuhan diameter jamur A. porri. Hasil yang diperoleh adalah disajikan

dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Pengaruh berbagai macam pelarut

terhadap pertumbuhan

diameter jamur A. porri

Pelarut Rata-rata diameter (cm)

3000 ppm 5000 ppm

DMSO

(kontrol)

3,600 c 3,600 c

etanol 1,8167 a 1,6533 a

kloroform 2,1767 a 2,1033 b

n-heksana 2,9850 b 2,7233 b

Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (Duncan Test) dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil di atas menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam

penggunaan berbagai macam pelarut dibandingkan dengan kontrol terhadap

pertumbuhan diameter jamur A. porri., namun ekstrak fraksi etanol dan ekstrak

fraksi n-heksana saling tidak berbeda nyata.

(10)

1. Ekstrak biji mimba fraksi etanol paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan diameter jamur A. porri dibandingkan fraksi n-heksana dan

kloroform dengan persentase penghambatan sebesar 49,49% dan 54,03%

pada konsentrasi 3000 dan 5000 ppm.

2. Ekstrak biji mimba fraksi etanol mengandung senyawa terpenoid.

3. Ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan berbagai pelarut

dibandingkan dengan kontrol terhadap penghambatan pertumbuhan

diameter jamur A. porri.

KESIMPULAN

Terima kasih kepada Kepala UPT. BPPTK LIPI atas penyediaan fasilitas

penelitian, Kepala Laboratorium Biologi-Farmasi Fakultas Farmasi UGM atas

analisis TLC, Ibu Vita T.R atas diskusi dan saran dalam penyusunan tulisan ini

dan Bapak Asep W. yang membantu kegiatan teknis di laboratorium.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih bila perlu dapat dicantumkan untuk memberi

penghargaan kepada sposnsor penelitian atau pihak-pihak yang mendukung

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depieri, R.A., Martinez, S.S., and Menezes Jr, A.O., 2005, Compatibility of the Fungus Beauveria Bassiana (Ba ls.) Vuill. (Deuteromycetes) with extracts

of Neem Seeds and Leaves and The Emulsible Oil.,

www.scielo.br/schielo.php

Mawardinur, Chamzurni, T., Hasnah, 2000, Mortalitas Nympha dan Imago Nezara viridula L. Akibat Aplikasi Servbuk Daun dan Biji Mimba (Azadirachta indica A. Juss). Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.

Muzakhar, K., 1996, Optimasi Konsentrasi Pemberian Ekstrak Biji Nimba (Azadirachta indica A. Juss) Sebagai Pengganti Bahan Insektisida Sintesis Pada Budidaya Kedelai (Glycine max L.), Laporan Penelitian, Universitas Jember: Jember.

(11)

Seminar Nasional PATPI 2007 11

Rukmana, R. dan Oesman, Y.Y., 2002, Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami, , Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rosenblatt, D.H. and G. T. Davis, 1973, Laboratory Course in Organic Chemistry, Allyn and Bacon, Inc: Boston

Schmutterer, H., 1995, The Neem Tree, Weinheim: VCH Verlagsgesellschaft mbH.

Sukrasno, 2004, Mimba Tanaman Obat Multifungsi. AgroMedia Pustaka: Jakarta.

www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/sun/1997/sun6.html., Hazardous Health Effects of Pesticides, 31 Mei 2006.

Gambar

Gambar 1. Persentase hambatan jamur A. Porri pada hari ke-7 dalam ketiga
Gambar 2. Detektor: serium (IV) sulfat                 Gambar 3.  Detektor:     UV-254 nm

Referensi

Dokumen terkait

pada manusia di daerah tersebut tertinggi pada tahun 2005 sebanyak 5 kasus, dengan total kasus meninggal sebanyak 10 kasus Kemungkinan kasus yang dilaporkan tersebut

Dari API RBI 581 maka langkah mitigasi yang cocok digunakan untuk mengurangi besarnya konsekuensi kegagalan adalah inventory blowdown , sehingga besarnya

Dari hasil analisa data penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap kemauan melakukan Pap smear pada perempuan yang

Penelitian mengenai “Analisis Fungsi Monolog Sebagai Pendukung Dramatik Cerita Pada Program Cerita Seri Malam Minggu Miko 2” ini bertujuan untuk mengetahui fungsi

Lapiere (1954) melihat pengendalian sosial terutama sebagai suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Ia mengatakan bahwa kelompok akan

(2) Masing-masirig Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Rehabilitasi

Skeptisisme profesional itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian yang akan diteliti ulang pada penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data kualitas fisik dan mikrobiologi udara dalam ruang kantor dan data kasus Sick Building Syndrome pada pegawai