• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN ASAP DAN KEBAKARAN HUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GANGGUAN ASAP DAN KEBAKARAN HUTAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN ASAP DAN KEBAKARAN HUTAN

I. PENDAHULUAN.

A. Latar belakang.

Hutan sebagai suatu ekosistemadalahmerupakan hasil dari interaksi faktor-faktor biotik dan abiotik. Didalamnya terdapat suatu persaingan antara individu-individu dari suatu spesies atau dari berbagai spesies jika mempunyai kebutuhan yang sama. Persaingan ini membentuk masyarakat tumbuhan tertentu, macam dan banyaknya jenisserta jumlah individu-individu sesuai dengan keadaan tempattumbuhannya. Didalamnya juga tetjadi hubungan sating ketergantungan antaraanggota masyarakat hutan satu dengan lain dan dengan lingkungannya, hingga pada suatu ekosistemhutan terdapatkesetimbangan yang dinamis (Soerianegara dan Indrawan, 1976). Keseimbangan ekosistemhutan sering terganggu baik oleh bencana alamdan yang terutamaadalah faktor manusia. Adanya tindakan manusia yangtidak bijaksana memperlakukan hutan akan menimbulkan permasalahan. Aktifitas manusia seperti pembalakan, membakar hutan, pengembalaan atau merombak hutanuntuk digantikan dengan tanaman usaha pertanian atau tempat pertanian telah merubah samasekali hutan-hutan asli (Hamzah, 1980).

Secara alamiah hutan-hutan yangmendapat gangguan atau dirombak akan kembali menjadi hutan seperti sedia kala melalui tipe hutan sekunder setelah melalui tahap-tahap suksesi (Hamzah, 1980).

B. Dasar Pemikiran.

(2)

Dilain pihak dipahamisecara prinsipil bahwa pengelolaan hutan yang telah dilakukan negara belum sepenuhnya mampu melindungi manusia dari eksploitasi manusia, baik itu dari pengusaha maupun dari masyarakat sendiri.Seperti disinggung diatas, bersamaitu partisipasi masyarakat belumsecara penuh terlibat dalam pengelolaan hutan, yang mana kemudian sebagai faktormunculnya gagasan pelibatan masyarakat.

Dengan kata lain, pengelolaan hutan dan perspektif produksi, efisiensi, sosial, dan lingkungan harus menjadi komitmen dan tujuan pengelolaan hutan. Pembangunan kehutanan sebagai salah satu bagian dari pembangunan nasional diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutandengan mengutamakan pelestarian sumber daya alamdan fungsi lingkungan hidup, memulihkan tata air, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan ketja serta meningkatkan sumber pendapatan negara dan devisa untuk memacu pembangunan daerah (GBHN, tahun 1983). Pada GBHN tahun 1983, dikemukakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Dengan kata lain, keberhasilan pembangunan sangat tergantung tingkat partisipasi masyarakat, dan dipihak lain salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah seberapa jauh mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara dan mengembangkan masyarakat dalampembangunan. Pemerintah dalam hal ini DepartemenKehutanan menyadari bahwa manusia (masyarakat) merupakan kekuatan utamapelaksanaan pembangunan dan sekaligus sebagai sasaran pembangunan.

(3)

II. KEBAKARAN HUTAN.

A. Sebab-sebab Kebakaran Hutan.

Hutan diwilayah tropika mendapat limpahan curah hujan yang sangat tinggi. Dalamkondisi normal wilayah ini menerimalimpahan curah hujan antara 1.800 hingga 4.000 mmper tahun, karenanya sering disebutsebagai ekologis terbesar didunia. Tingginya tingkat kebasahan ekosistemini semula telah membuat para pakarekologi menyepelekan peranan faktor kebakaran hutan terhadap perubahan ekologi dikawasan ini. Namun sejak peristiwa kebakaran hutan di Kalimantan tahun 1983, anggapan tersebut jelas tidak berlaku lagi. Pertanyaannya, mengapa ekosistemyang juga dikenal memiliki keanekaragaman hayati tertinggi didunia ini seringdidera kekeringanbahkan memuncak hingga terjadi kebakaran secara besar-besaran.. Adakah hal tersebut disebabkan proses dehutanisasi (deforestation,perubahan beban baik semantara maupun permanen dari hutan menjadi non-hutan) besar-besaran yang terjadi selamalebih dari dua dasawarsa terakhir diwilayah ini ? Ataukah merupakan peristiwa semata-mata merupakan dampak perubahan iklim secara global atau bahkan koinbinasi antar keduanya? Mengapa hujan yang dulu melimpah seakan kini rewel turun dari langit diatas Hutan Hujan Tropis (HHT), hingga berakibat kekeringan dan kebakaran HHT secara berulang, adakah hal tersebut disebabkan merosotnya luas hutan secara drastis diwilayah tersebut?

Banyak sebab-sebab yang mengakibatkan kebakaran hutan. Tahun ini diperkirakan terutamakarena adanya kenaikan suhu global yang disebut-sebut akibat adanya ENSO (El Nino Shouthern Oscilation) yang merupakan penyebab utama kemarau panjang dan kebakaran hutan Indonesia.

Selain itu, kebakaranhutan jugaakibatdari pembakaran secara sengaja maupun tidak sengaja. Antara lain kebakaran hutan karena kondisi alam(batubara, gesekan, dll). Adapun pembakaran hutan secara sengaja antara lain:

1. Pembukaan dan pembersihan lahan (Land Clearing) untuk pembangunan hutan tanaman industri.

2. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk pembangunan perkebunan. 3. Pembukaan lahan transmigrasi:

a. Pembukaan areal pemukiman transmigrasi baru.

(4)

B. Akibat Kebakaran Rutan.

Secara umum penyebab timbulnya asap dapat dikelompokkan kedalam dua bagian besar, yaitu : a. Pembakaran limbah kayu, semak belukar dalam rangka persiapan lahan menjelang

musimtanam, baik oleh masyarakat petani, peladang maupun oleh perusahaan yang bergerak dibidang kehutanan dan perkebunan.

b. Terjadinya kebakaran hutan dan perkebunan oleh sebab-sebab lain (alam,kelalaian, dan kesengajaan.

Musim kemarau tahun ini selain telah berakibat kelangkaan sumber daya air, tak urung juga telah mengakibatkan kebakaran hutan tropika besar besaran di Kalimantan dan Sumatera. Berbagai Harian sejak akhir Agustus lalu (1997) melaporkan bahwakebakaran bahwa kebakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sertasebagian Sumatera selain telah mengakibatkansebagian wilayah ini telah diselimuti asap tebal yang mengganggu lalu lintas darat maupun udara, juga (dibeberapa wilayah, seperti Pekan Baru) telah mengakibatkan mewabahnya penyakit saluran pemafasan. Berita terakhir bahkan menyebutkan bahwa kabut yang disertai asap tebal tersebut telah menimbulkan berbagai keluhan dari beberapa negara tetangga kita (Malaysia dan Singapura).

Kebakaran tersebut apabila tidak terkendali dengan baik, bukan tidak mustahil akan menyamai peristiwa kebakaran hutan tahun 1983 yang sering diberitakan sebagai bencana ekologi terbesar abad ini dan telah memanggang HHT seluas 4 juta hektar di Kalimantan, pada saat yang sama(pada waktu itu) jugaterjadi hutanrawa gambut di Sumatera yang menyebabkan menggantungnyakabut tebal hingga Singapura yang menimbulkan gangguan serius terhadap penerbangan pesawat udara di lapangan udara Changi, sekitar 150 kmdari tempat kebakaran.

(5)

III. PENCEGAHAN DAN STRATEGIPEMADAMAN KEBAKARAN

HUTAN

A. Pencegahan Kebakaran Hutan

Timbulnya asap salah satunya ditimbulkan oleh kebakaran hutan. Terjadinya kebakaran hutan disebabkan faktor : alam, kelalaian, dan kesengajaan. Untuk mengatasi kebakaran hutan yang disebabkan oleh hal-hal diatas akan di bahas dibawah ini. Kebakaran hutan yang disebabkan pembakaran limbah kayu dan semak belukar untuk tujuan pembangunan HTI, perkebunan dan areal pemukiman transmigrasi adalah dalamrangka pembukaan dan pembersihan lahannya (land clearing). Untuk lebih mempercepat pelaksanaannya maka pembersihan dilakukan dengan pembakaran antara bulan April s/d September saat musimkemarau, karena pada bulan Oktober – September adalah musim hujan. Untuk saat ini, pembakaran limbah kayu semak belukar adalah merupakan cara yang paling efisien dan paling murah. Mengingat dampaknya yang cukup luas, maka cara ini harus diubah. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan limbah kayu menjadi chips/serpih kayu yang dapat dijual di dalam negeri maupun ekspor, dan perlu persyaratan bagi calon pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) untuk menyertakan AMDAL perusahaan yang akan memanfaatkan lahan.

Pembakaran hutan dan semak belukar untuk tujuan pertanian/perladangan yang dilakukan petani/peladang, saat ini masih merupakan budaya masyarakat tradisional yang sudah turun-temurun. Mengatasinya adalahdengan mengubah perilaku, meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan masyarakat peladang di dalamdan di sekitar hutan, dengan :

a. Mengalihkan pekerjaan berladang ke pekerjaan lain yang tidak membakar/merusak hutan.

b. Meningkatkan usaha baru berladangnya secara kultur teknis sehingga tidak merusak/ membakar hutan.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat ataspentingnya pemeliharaan pelestarian hutan dan lingkungan hidup.

(6)

:meningkatkanpatroli, pemantauan secara dinidll), peningkatan teknik silvikultur ( pembuatan sekat bakar, pembuatan kolamair, pengendalian gulmadengan herbisida) dan penyuluhan

Peningkatan koordinasi antar intansi terkait dalampenanggulangan kebakaran kawasan hutan. Meningkatkan dan kampanyenasional kesadaran, kecintaan dan peran serta masyarakat dalamupaya pelestarian hutan secara terpadu. Menyempurnakan konsepsi usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang mampu mendorong dan meyakinkan masyarakat, utamanya yang berada di sekitar di dalamhutan untuk berperan serta dalammengamankan dan melestarikanhutan. Pendekatan perlu dilakukan melalui aspek-aspek legal, sosial budaya (behavior/anthropology) dan kesejahteraan dengan penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan yang bersifat menetap.

Untuk mengatur masalah kehutanan perlu dilengkapi Peraturan Perundang- undangan dan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis, prosedur tetap dan Peraturan Daerah serta law enforcementyang dalam pelaksanaannya dengan memperhatikan adanya keragaman karakteristik di masing-masing wilayah/lapangan. Terakhir perlu ditingkatkan manajemen Perlindungan Hutan antara lain dengan meningkatkan patroli, pemantauan secara dini dan upaya-upaya penanggulangan kebakaran hutan secara terpadu.

B. Strategi Pemadaman Kebakaran Hutan

Musim kemarau yang panjang di luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera, sangat mendukung proses terjadinya api yang besar. Lebih-lebih saat api datang, kandungan bahan bakar potensial sangat tebal dan kering pada lantai tegakan hutan. Di dalamhutan, bahan bakar terjadi dari daun-daun mati, ranting, batang pohon, cabang-cabang pohon di atas permukaan tanah, vegetasi bawah, dan terkadang pohon yang lebih besar. Pemanasan datang dari penyinaran, peristiwa ignasi atau dari asap mesin. Angin meniupkan oksigen kedalamapi.

Ada tiga tahap terjadinya proses kebakaran :

(7)

2. Pembakarangas, gas terbentuk selama pemanasan awal, yang menjadi panas dan terbakar serta menghasilkan uap air dan karbondioksida. Nyala api sebenarnya merupakan hasil dari peristiwa gas-gas yang terbakar.

3. Pembakaran arang kayu, Bahan bakar tersisa, setelah gas-gas terbakar. Sejumlah besar dari panas dilepaskan selamapembakaran. Dalamsuatu hutan yang kering, tiap kg bahan bakar yang terbakar melepaskan panas sekitar 18000 kilo joule energi. Bohlamlistrik membutuhkan 50 jamuntuk menggunakan energi sebanyak ini.

Sifat-sifat :

Api

Dalam api hutan, berbagai kondisi tergantung mempengaruhi ukuran dan intensitas api. Jika beberapa kondisi ini berubah. Petugas kehutanan perlu mengetahui tentang akibat ini, sehingga dapat mengerti bagaimana api yang akan terjadi, dan bagaimana mereka

dapat memperoleh teknik pengendalinya.

Angin

Angin, berpengaruh terhadap api melalui perubahan jumlah suplai oksigen. Peningkatan kecepatan angin membawa banyak oksigen, dengan demikian bahan bakar dapat terbakar lebih cepat.

Lereng

Api biasanyaberjalan lebih eepat pada tempatmenanjak dari pada permukaan yang datar. Sudut nyala api mengikuti perubahan permukaan tanah. Searah dengan angin, banyak bahan bakar yang terbakar didahului dengan pemanasan awal, selanjutnya terbakar dengan mudah.

Bahan Bakar

Jumlah bahan bakar, kandungan air, dan ukuran bahan bakar, semua berpengaruh terhadap tingkah laku api.lntensitas api meningkat sebanding dengan peningkata bahan bakar dan bahan bakar kering. Apabila potongan bahan bakar menjadi kecil maka intensitas api meningkat. Rumput-rumputan dan ranting, terbakar lebih mudah dari pada kayu gelondongan.

Api Loncat

(8)

Eucalyptus mempunyai kulit batang yang mengelupaskan kepingan-kepingan atau potongan-potongan kulit batangan, yang dapat mengapung padaangin kencang atau angin yang bergerak keatas. Kepingan-kepingan kulit batang yang menyala dapat membawasejauh 5 kmdari api terdahulu dan menimbulkan api baru. Jenis Api Hutan Api hutan biasanya terjadi dalam dua bentuk :

1. Api pennukaan yang terjadi pada vegetasipermukaan tanah, membakar serasah dan tumbuhan langka, tetapi tidak mencapai puncak pohon yang lebih tinggi. Kebanyakan, api hutan yang berukuran sedang dan kecil, termasuk dalam api permukaan.

2. Api tajuk, membakar bagian tajuk dari pohon. Oleh karena api ini besar, maka nyala apinya tinggi sekali di atas pennukaan tanah. dalambeberapa kasus, tajuktajuk tumbuhan terbakar penuh, sehinggaapi seperti ini dinamakan api tajuk (Crown Fire).

Ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalamupaya pengedalian api hutan, yaitu :

1. Pencegahan Aktifitas pencegahan meliputi : pengeluaranatau memberlakukan peraturan perundang-undangan, reduksi bahan bakar, serta penyuluhan dan pendidikan.

2. Persiapan pemadaman Kegiatan ini meliputi : pembangunan jalan, membuat sekat bakar, memasang sistemkomunikasi, membangun sistem deteksi asap berupa tower, dan lain-lain.

Pemadaman api hutan

Jika dilihat dan kejadiannya, api dilahan hutanada dua macam: Pertama, api yang disengaja, misalnya untukpembersihan lahan atau peremajaan rumput untuk ternak. Api semacamini cukup diawasi agar tidak menjalar ketempat lain. Barulah sehabis pembakaran, dilakukan pengontrolan bara sisa yang mungkin tertiup angin ke tempat lain. Jika bara berupa batang atau dahan masih terdapat pada areal kebakaran, sedangkan air tidak ada, maka cukup dengan menempatkan bara tersebut pada areal bebas bahan bakar. Apabila air masih ada, maka segera disemprot atau ditumpahi air sampai bara padam.Kedua api yang kita hadapi adalah api liar yang biasanya datang tanpa diundang, walaupun awalnya bisa disengaja atau tidak. Api semacaminilah yang perlu dipadamkan.

(9)

1. Kemampuan maksimal regu pemadampada jarak terdekat antara api dengan sumber api. Sebagai contoh untuk api 2 meter, kemampuan mendekat regu pemadam adalah 5 meter. Pada jarak itulah seorang anggota regu pemadam dapat mematikan api dengan menggunakan suatu alat.

2. Kemampuan seseorang mengoperasikan suatu alat sampai dia lemas kecapaian. 3. Jangkauan dan kapasitas alat yang dipakai.

Ketiga faktor diatas sangat menentukan suksesnya memadamkan api, sehingga perlu dicari strategi pemadaman yang tepat. Memadamkan api yang sudah sempat terjadi, strategi pemadaman yang akan digunakan tergantung pada tinggi api, persediaan alat, keberadaan sumber air, dan tersedianya jalan hutan. Pengamatan berulang dari setiap kejadian api, diperoleh kesimpulan bahwa tinggi api selalu 2x tinggi bahan bakarnya. Bila bahan bakarnya 1 m, tinggiapi sekitar 2 m. Bila bahan bakar 3 m,tinggi api sekitar 6 m,dan seterusnya.

Berbagai cara pemadaman api dengan menggunakan alat yang sesuai dengan tingkat intensitas api, adalah sebagai berikut :

1. Cara pemadaman dengan Kepiok.

Cara ini digunakan pada bahan bakar serasah lantai hutan dengan api setinggi +/50 cm; di medan berat seperti di lereng gunung ; tempat jauh dari jalan dan tidak ada sumber air ; ataupada lereng yang curam.

2. Pasangan Kepiok dengan pacitan.

Cara ini cocok untuk tinggi api setinggi +/- 1 - 1,5 m; pada medan yang tidak masuk kendaraan berat, tetapi sumber air masih ada. Satu pacitan dilengkapi dengan satu jerigen air. Api yang dihadapidengan pasangan ini, biasanya adalah api bawah tegakan tanaman kehutanan yang beralang - alang sedikit.

3. Pasangan Kepiok dengan alat semprot di punggung (pompa kodok ).

Strategi ini cocok untuk api setinggi +/- 1 m,pada areal yang tidak terdapat jalan, tetapi harus disertai stok air berupa kubangan atau bak air dalammobil, untuk menjaga kehabisan air dalamsemprot punggung.

4. Cara pemadaman dengan kendaraan Pick-up.

(10)

buah drumberisi400 lt air, mesin pompa Honda 5,5 PH satu buah, selang 200 m, satu buah jet, kepiok 3 buah, kapak 1 buah, dan pompa kodok 2 buah.Strategi Pick-up hanya dapat dioperasikan pada areal yang mempunyai jalan mobil, sumber air, dan kondisi fisiografi lahan datar sampai bergelombang.

5. Menggunakan Mobil Pemadam Kebakaran.

Strategi ini umumnya juga digunakan diberbagai tempat untuk api yang sangat besar. Tetapi areal kebakaran harus mempunyai jalan yang petmanen serta persediaan air yang sangat banyak. 6. Menggunakan pompa diam.

Cara ini suka digunakan pada api gambut. Air dipompa dan sumur dangkal yang mudah dibuat dilahan gambut. Air dari sumur langsung disemprotkan ke areal terbakar dengan menggunakan selang. Arealyang mudah diatasi dengan cara ini, adalah areal yang berkelerengan hampir rata. 7. Menggunakan pesawat terbang.

Penggunaan alat ini memerlukan investasi sangat besar, tetapi tidak efektif untuk api besar. Biasanya, strategi ini hanya digunakan sebagai pembantu pasokan pemadamdi darat dalammemperkecil intensitas api.

8. Bakar Balas.

(11)

IV. PENUTUP

Kesimpulan dan saran

Kebakaran HHT yang terjadi hampir setiap musimkemarau jelas merupakan berita yang amat menyedihkan bagi masa depan kehadiran HHT di negeri lni, lebih-lebih mengingat masih rendahnya menegemen pengendalian kebakaran hutan saat ini.

Mengganasnya kebakaran hutan selamasatu dasa warsa terakhir ini yang nota bene saat ini tidak saja melahap hutan alam, namun juga HTI (reboisasi) serta lahan-lahan non hutan sudah saatnya harus ditanggapi dengan upaya pengendalian secara sigap.

Berbagai kegiatan pengendalian baikpreventif maupun kuratip harus lebih digalakkan serta secara nyata diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan hutan, misalnya dengan mengurangi sumber bahan bakar, membuat sekat bakar; menara api, pemantauan secara intensif hingga kesiapsiagaanpersonel dan berbagai peralatancanggih peredam api dalamjumlah yang memadai baik dihutan maupun dihutan tanaman.

Kegiatan tersebut jelas memerlukan investasi besar, namun tentunya cukup seimbang dengan hasil yang diperolah dari eksploitasi HHT selama ini.Apabila diperhitungkan dampak kerugian yang ditimbulkan oleh setiap kebakaran hutan yang tak ternilai besarnya, maupun komitmen kita dalammemenuhi target International Tropical Timber Organization (ITTO) tahun 2000, bahwa kayu tropis yang diperdagangkan antar negara, harus bersumber dari hutan yang dikelolasecaralestari (Ecolabellingkayu tropis).

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Acep. Api hutan dan strategi pemadamannya .Majalah Kehutanan Indonesia. Edisi 06. 1994/1995 Puskap Fisip Usu, WimDan Yayasan Sintesa.

Pengelolaan Hutan Partifiipatit Diklat LPPM USU. 1997.

Ruslan, Muhammad. Studi perkembangan suksesi pada hutan alamsekunder di Daerah. Fakultas Kehutanan UnlamMandiangin Kalsel. Dirjen Dikti Depdikbud. 1986.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini disampaikan disemester-2 dan semester-3, tentunya kemampuan mahasiswa untuk dapat mengingat materi statistik yang telah disampaikan, akan mempengaruhi

Terdapat peningkatan kegiatan belajar siswa dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kelas X TGB 1 SMKN 1

Namun berdasarkan uji pada kedua kelompok, akupresur kombinasi pada titik LR3, LI4 dan titik Yintang tidak berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja

Atas anggaran biaya operasional bulanan sebagaimana yang telah disetujui Para Pihak dan telah dituangkan dan dirinci dalam Pasal 4 ayat 1 huruf c Perjanjian ini

Untuk jarak D > 600 km seismogram periode panjang (long- period seismogram) dari gempabumi dangkal didominasi oleh gelombang permukaan. Gelombang ini biasanya

didasarkan pada hasil pengujian menggunakan Manova, dengan demikian hipotesis 1 dan 2 dapat diterima, yang mengindikasikan bahwa ada perbedaan respons dari partisipan

Dari Gambar 9 dan 10 dapat diketahui bahwa dari waktu kultivasi 36 jam, untuk perlakuan freeze drying baik dengan penambahan laktosa maupun tidak, log VSC tertinggi adalah

Jika suatu DMU tidak efisien (efisiensi < 100%), DEA menunjukkan sejumlah DMU yang memiliki efisiensi sempurna (efficiency reference set, efisiensi = 100%) dan