Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak
dengan bahan gutta percha
(Root canal treatment in permanent teeth of children with gutta percha)
Zulfi Amalia Bachtiar
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan - Indonesia
Korespondensi (correspondence): Zulfi Amalia Bachtiar, Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara. Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan, Indonesia. E-mail: zulfi .amalia@gmail.com
ABSTRACT
Background: The planning of a root canal treatment on children is done based on the diagnosis of root development. The first
permanent teeth eruption in children is at the age of 6-7, which is the first molar, followed by lower central incisors. By the time a child is 9-10 of age their apical foramen will have perfect closure. In root canal treatments, canals are cleaned before the filling procedure. Filling the canal with gutta percha is proposed for permanent teeth because it provides satisfying treatment results.
Purpose: The aim of this report is to describe root canal treatment on permanent teeth in children using gutta percha filling
material. Gutta percha is a favorable material in most cases of root canal treatment. Review: This material is easily sterilized before
use, and doesn't increase bacteria growth, it also doesn't cause coloring in tooth structures and is radiopaque. Gutta percha is the least toxic material and creates less irritation on periapical tissues compared to other root filling materials. Conclusion: Root
Canal Treatment has been shown to have long-term prognosis is good even fot young patiens, Root canal treatment of permanent tooth for children is done as such in root canal treatments for adults. The difference in child patients is the need of psychological approach and good communication.
Keywords: root canal treatment; permanent tooth in children; gutta percha
ABSTRAK
Latar belakang: Rencana perawatan saluran akar pada anak dilakukan berdasarkan diagnosis pada perkembangan akar gigi. Gigi
permanen pada anak pertama kali erupsi pada usia 6-7 tahun yaitu gigi molar satu permanen dan diikuti erupsi gigi insisivus satu bawah sehingga ketika anak berusia sekitar 9-10 tahun sudah memiliki gigi permanen dimana pembentukan foramen apikalnya sudah tertutup sempurna. Pada perawatan saluran akar dilakukan pembersihan saluran akar sebelum diisi dengan bahan pengisi saluran akar. Pengisian saluran akar dengan gutta percha disarankan uuntuk gigi permanen karena hasil perawatannya cukup memuaskan. Tujuan: Tujuan dari penulisan ini adalah mendeskripsikan perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan
bahan pengisi gutta percha. Tinjauan pustaka: Gutta percha adalah material pilihan bagi sebagian besar kasus. Bahan tersebut
mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhaan bekteri. Gutta percha tidak mewarnai struktur gigi dan radiopak. Gutta percha merupakan bahan yang paling kurang toksik dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Simpulan: Perawatan saluran akar telah terbukti memiliki prognosis jangka panjang yang baik
yang baik pada pasien.
Kata kunci: perawatan saluran akar; gigi permanen anak;
gutta percha
PENDAHULUAN
Ruang lingkup perawatan saluran akar gigi anak salah satunya adalah perawatan pulpa gigi
desidui dan gigi permanen muda. Namun beberapa anak sudah memiliki gigi permanen seperti gigi
orang dewasa. Pembentukan dan penutupan akar merupakan proses yang membutuhkan waktu sekitar 3 tahun setelah gigi erupsi. Gigi permanen pada anak pertama kali erupsi pada usia 6-7 tahun yaitu gigi molar satu permanen dan diikuti erupsi gigi insisivus satu bawah sehingga ketika anak berusia sekitar 9-10 tahun sudah memiliki gigi permanen dimana pembentukan foramen apikalnya
sudah tertutup sempurna.1-4
Rencana perawatan dilakukan berdasarkan diagnosis pada perkembangan akar gigi. Perawatan
saluran akar untuk gigi permanen anak dilakukan
seperti perawatan saluran akar untuk gigi orang dewasa. Namun yang membedakan pada
penatalaksanaannya yaitu perlu pendekatan
psikologis dan komunikasi yang baik pada
pasien.1,5
Perawatan saluran akar dipilih sebagai perawatan untuk mempertahankan gigi di dalam rongga mulut. Pada perawatan saluran akar dilakukan
pembersihan saluran akar sebelum diisi dengan
bahan pengisi saluran akar. Bahan pengisi yang digunakan pada perawatan saluran akar terdiri dari bahan pengisi solid dan semisolid. Bahan pengisi
yang dapat digunakan antara lain gutta percha,
mineral trioxide aggregate (MTA), kalsium hikdroksid, kon perak, dimana bahan pengisi tersebut dipilih sesuai indikasi perawatan.6,7
Suatu bahan pengisi idealnya memiliki kriteria
sebagai berikut: mudah dimasukkan ke dalam
saluran akar, bakteriostatik, radiopak, tidak merubah warna gigi, steril atau mudah dibersihkan sebelum dimasukkan ke saluran akar, tidak mengiritasi jaringan periapikal, mudah dikeluarkan
dari saluran akar bila diperlukan.8
MTA mempunyai beberapa keuntungan yaitu
mampu merangsang regenerasi dan pembentukan
jaringan keras, bersifat biokompatibel, daya tahan terhadap pembentukan celah mikro serta
mempunyai sifat antibakteri terhadap sejumlah bakteri fakultatif. Akan tetapi bahan ini mempunyai kelemahan antara lain tidak mempunyai efek antibakteri terhadap sejumlah bakteri anaerob, mempunyai warna abu-abu sehingga memberikan wama gelap atau hitam pada dentin, setting time yang tidak dapat diprediksi dan relatif mahal.9,10
Pengisian dengan bahan gutta percha lebih disarankan pada perawatan saluran akar karena bahannya yang biokompatibel, radiopak, sukar berubah bentuk, dan hasil perawatannya cukup memuaskan. Gutta percha dipilih juga untuk endodontic retreatment. Apabila pengisian belum hermetis, dapat diatasi dengan aplikasi siler tetapi efektivitas bahan siler tidak dapat bertahan lama jika
siler tidak berikatan baik dengan dinding dentin.
Namun dengan keterbatasan bahan tersebut, gutta percha masih digunakan sebagai bahan yang baik
untuk kesuksesan saluran akar.11
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan pengisi gutta percha.
Perawatan Saluran Akar
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan
periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan
gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi gejala, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain.6,12
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar. Mikroba direduksi atau dieliminasi di dalam sistem saluran akar, agar terjadi proses
penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan
pembentukan saluran akar (cleaning and shaping). Pembersihan dilakukan dengan mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, serta mereduksi mikroorganisme. Pembentukan dilakukan dengan
membentuk saluran akar sedemikian rupa agar saluran akar dapat menerima bahan pengisi dengan baik.6,13
Indikasi perawatan saluran akar
Secara umum perawatan saluran akar
diindikasikan untuk:14,15 1) email yang tidak di
yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital; 3) kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks;4) mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan); 5) gigi tidak goyang dan periodonsium normal; 6) foto ronsen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada granuloma; 7) kondisi pasien baik;8) pasien ingin giginya
dipertahankan dan bersedia untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya; 9) keadaan ekonomi
pasien memungkinkan.
Kontraindikasi perawatan saluran akar
Secara umum, kontraindikasi perawatan saluran akar, yaitu:14-16 1) fraktur akar gigi yang vertical;
2) tidak dapat lagi dilakukan restorasi; 3) kerusakan jaringan periapikal melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar gigi; 4) resorbsi tulang alveolar melibatkan setengah dari permukaan akar gigi; 5) kondisi sistemik pasien, seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Tahap Perawatan Saluran Akar
Pembersihan saluran akar
Pembersihan saluran akar atau debridement merupakan proses pembuangan iritan dari sistem saluran akar. Tujuannya adalah untuk membasmi iritan tersebut walaupun dalam kenyataannya sulit mengeliminasi semua iritan. Iritan-iritan tersebut adalah bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah, dan kontaminan
lain.17
Teknik pembersihan saluran akar dengan cara instrumen berkontak pada dinding saluran akar dan membersihkan secara mekanis dinding saluran akar untuk melepas debris. Selanjutnya, bahan irigasi secara kimiawi akan melarutkan sisa-sisa zat organik dan menghancurkan mikroorganisme
dan kemudian bahan irigasi ini akan membersihkan
semua debris dari rongga saluran akar dan akhirnya akan membebaskan saluran akar dari iritan. Bahan irigasi yang digunakan adalah sodium hipoklorit
dimana bahan irigasi ini mampu melarutkan
jaringan pulpa dan sebagai agen antimikroba. Namun pada penelitian diungkapkan, untuk mencapai pembersihan yang sempurna sangat sulit dicapai walaupun klinisi sudah berupaya dengan baik. Sehingga tujuan pembersihan adalah
untuk mengurangi iritan sampai ke daerah yang
sulit dicapai dan untuk mengobturasi saluran akar
sehingga sisa-sisa iritan itu akan terisolasi di dalam
saluran akar.17,18
Preparasi saluran akar
Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu: menentukan arah saluran akar, membersihkan saluran akar (cleaning), membentuk saluran akar (shaping), preparasi daerah apikal. Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan irigasi
saluran akar yaitu:6 1) mengeluarkan debris;2)
melarutkan jaringan smear layer;3) antibakteri;4)
sebagai pelumas.
Terdapat beberapa teknik preparasi saluran akar, diantaranya teknik standar, teknik crown down, dan
teknik step back. Teknik preparasi standar awalnya
digambarkan sebagai metode yang paling baik
untuk membersihkan dan membentuk saluran akar.
Tujuan teknik ini adalah terciptanya preparasi yang memiliki ukuran, bentuk, kekonusan yang sama
dengan instrumen standar. Namun pada saluran
akar yang bengkok sulit dicapai pembentukan
saluran akar seperti itu. Teknik standar diindikasikan
untuk obturasi dengan bahan pengisi kon perak.17
Teknik preparasi crown down dimulai dari daerah
korona menuju apikal. Pelebaran saluran akar
dimulai dari daerah sepertiga tengah dan sepertiga
korona saluran akar dengan menggunakan instrumen rotatif. Selanjutnya daerah sepertiga apikal dipreparasi menggunakan K-file dengan gerakan memutar tanpa tekanan, diikuti file berikutnya dengan ukuran yang lebih kecil sampai salah satu file mencapai panjang kerja sebenarnya (file dimulai dari ukuran besar ke ukuran yang lebih kecil).13,17
Teknik step-back menghasilkan bentuk corong
yang lebih halus dari korona ke apeks. Teknik
ini merupakan teknik yang sering dilakukan di
klinik. Preparasi saluran akar dimulai dari daerah apikal menuju korona menggunakan MAF yang panjangnya sesuai panjang kerja yaitu panjang gigi dikurangi 2 mm. File lebih besar digunakan berikutnya dengan panjang kerja 1 mm lebih pendek dari file sebelumnya sampai tiga nomor di atas MAF. Setiap peningkatan nomor diikuti dengan pengurangan panjang kerja sebesar 1 mm dan selalu
dilakukan rekapitulasi dan irigasi.13,17
Teknik step-back dapat digunakan untuk sebagian
beberapa keuntungan, yaitu:13 1) kemungkinan
terjadinya trauma periapikal lebih kecil;
2) memudahkan pengambilan lebih banyak debris; 3) instrumen yang menghasilkan bentuk corong yang baik akan memudahkan penempatan kon gutta perchabaik dengan metode kondensasi lateral maupun kondensasi vertikal.
Pengisian Saluran Akar
Tujuan pengisian adalah untuk menutup saluran akar secara tiga dimensi dengan bahan yang kompatibel dari kamar pulpa sampai ke apeks.19
Bahan pengisi saluran akar terdiri atas material obturasi inti yang akan mengisi ruang saluran akar dan ditambah dengan siler saluran akar. Material obturasi inti biasanya berupa material solid dan semisolid (bentuk pasta atau bentuk yang lunak). Material solid lebih banyak keuntungannya dibandingkan dengan material semisolid (pasta). Keunggulan utama material solid adalah material ini dapat dikendalikan panjangnya, mempunyai
kemampuan beradaptasi pada ketidakteraturan
saluran akar dan menciptakan kerapatan yang
adekuat.17
Kriteria bahan pengisi saluran akar yang baik adalah mudah dimanipulasi, bertahan lama dalam saluran akar dan mudah pula dikeluarkan jika diperlukan, misalnya saat menyesuaikan panjang kerja atau saat perawatan ulang saluran akar. Secara
detail dapat dikatakan:19 1) mudah dimasukkan
ke dalam saluran akar; 2) bahan cair atau pasta yang kemudian mengeras; 3) menutup saluran akar dengan baik secara lateral maupun apical; 4) tidak mengalami penyusutan;5) tidak dapat ditembus oleh bahan cair;6) bakteriostatik;7) tidak memberi warna ke gigi;8) mudah dikeluarkan jika diperlukan;9) dapat disterilisasi;10) dapat terlihat pada foto rontgen.
Gutta percha
Bowman pada tahun 1867 memperkenalkan gutta percha yaitu suatu bahan pengisi yang sangat
baik karena tidak berubah bentuk setelah insersi
kecuali jika dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Komposisi kon gutta percha bervariasi menurut tiap pabrik. Friedman dkk mendeskripsikan komposisinya yaitu 20% gutta percha(matriks), 66% senyawa oksida (pengisi), 11% sulfat logam berat (radiopacifier), dan 3% malam atau resin (penyebab plastis).20
Gutta percha telah teruji oleh waktu sebagai material obturasi karena telah dipakai sejak 160 tahun. Gutta percha lebih baik dibandingkan
dengan bahan pengisi yang lain karena gutta
percha dapat beradaptasi terhadap ketidakteraturan saluran akar yang telah dipreparasi, relatif mudah dimanipulasi meskipun teknik obturasinya cukup kompleks, mudah dikeluarkan dari saluran akar,
baik sebagian ketika akan mempreparasi pasak maupun seluruhnya ketika akan melakukan
perawatan ulang, toksisitasnya relatif ringan karena hampir tidak berubah selama berkontak dengan jaringan ikat. Keuntungan lain gutta percha adalah kecendrungan untuk bersifat swa-sterilisasi, yakni tidak memfasilitasi pertumbuhan bakteri. Jika diduga telah terkontaminasi, gutta percha dapat disterilkan dengan cara mencelupkannya ke dalam NaOCl 1% selama satu menit.17
Pada evaluasi terhadap hampir 300 akar yang dirawat secara endodontik oleh Nelson setelah 2 sampai 30 tahun, ditemukan bahwa diagnosis awal dan perawatan sebelum lesi periapikal berkembang berhubungan dengan derajat keberhasilan yang lebih besar, adaptasi dan kondensasi bahan pengisi gutta percha yang memadai juga mendukung keberhasilan. Swartz dkk melaporkan angka keberhasilan 89,6% pada 1000 gigi yang dirawat di bagian endodontik Universitas West Virginia.20
Mineral Trioxide Aggregate
(MTA)
Mineral trioxide aggregate (MTA) telah berhasil digunakan pada perawatan endodontik sejak awal tahun 1990. Kandungannya yaitu trikalsium silikat, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, tetrakalsium aluminoferit, kalsium sulfat, dan bismut oksida. Materi ini memiliki sifat bioaktif yang baik dan dapat merangsang pelepasan sitokin dari fibroblas pulpa, kemudian merangsang pembentukan jaringan keras.21 Bahan ini digunakan dalam aplikasi
pulp capping, untuk perawatan apikal yang terbuka pada gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, dan sebagai siler (MTA Fillapex) yang diindikasikan
untuk pengisian saluran akar gigi permanen.20
MTA dicampur menjadi pasta yang kaku dengan air steril. Konsistensi dapat disesuaikan dengan memvariasikan rasio powder dan likuid dan ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah pengeringan
bahan. Setting diperiksa kembali setelah 4 jam
penempatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukan.20
Kalsium Hidroksid
Penggunaan kalsium hidroksida (CaOH2) dalam
secara kimia ke dalam basa kuat yang menetralkan asam laktat dari osteoklas sehingga mencegah pelarutan komponen bahan dentin dan aksi utamanya berasal dari pemisahan ion kalsium (Ca2+) dan ion hidroksil (OH-) menghasilkan
induksi terhadap deposisi jaringan keras dan anti bakteri. Ca(OH)2 murni memiliki pH 12,5-12,8 yang bertindak sebagai agen terapeutik, digunakan secara luas dalam berbagai jenis perawatan endodontic dan dental traumatology.23
Keuntungan kalsium hidroksid yaitu cepat dan relatif mudah hanya melibatkan satu material. Kerugian menggunakan kalsium hidroksid yakni
masalah yang umum pada penggunaan setiap
material semisolid yaitu sukarnya mengendalikan panjang pengisian, dapat terbentuknya gelembung
udara di dalam material atau di dekat dinding
saluran akar sehingga pengisian kurang hermetis, dan perlu dilakukan beberapa foto rontgen selama obturasi untuk memeriksa panjang pengisian dan
densitas yang baik.17
Kalsium hidroksid dapat digunakan sebagai bahan pengisi namun sifat fisik bahan ini yang cair menyulitkan dalam pengisian karena sulitnya mengontrol bahan pengisi sesuai panjang kerja. Dari keterbatasan tersebut, setelah beberapa tahun
ditemukan bahan pengisi untuk gigi permanen dengan tetap menggabungkan keuntungan yang
dimiliki kalsium hidroksid namun bisa diaplikasikan sebagai bahan pengisi secara tiga dimensi, memiliki sifat fisik yang tidak cair yaitu kalsium oksida (CaO). Akan tetapi, bahan ini jarang tersedia dan kurangnya
penelitian tentang keberhasilan pemakaian bahan
pengisi kalsium oksida.24
Pada penelitian Koral S, rentang umur pasien 15-74 tahun dengan 57 kasus yang diisi dengan kalsium hidroksid (Biocalex 6/9), 89% berhasil
setelah dilakukan follow up 3 tahun.24
Siler Saluran Akar
Siler saluran akar lebih penting daripada material obturasi inti karena siler saluran akar dapat memberikan kerapatan yang baik, sedangkan material intinya berfungsi sebagai vehicle (kendaraan) bagi silernya. Siler saluran akar digunakan bersama-sama dengan material obturasi apapun teknik atau
material yang digunakan.17 Siler dapat memberikan ikatan yang baik antara dinding dentin dan material
obturasi inti. Siler juga berfungsi sebagai antibakteri, mengisi ruang yang kosong antara gutta percha dan dinding dentin, memberikan gambaran radiopak,
serta bertindak sebagai lubrikan.25
Menurut Grossman, syarat-syarat siler adalah:20
1) toleran terhadap jaringan; 2) tidak terjadi pengerutan pada saat pengerasan;3) dapat diukur waktu pengerasannya;4) melekat ke dinding kanal dengan baik;5) radiopak;6) tidak mewarnai gigi;7)
dapat dilarutkan dengan baik menggunakan bahan
pelarut;8) tidak larut oleh cairan jaringan pada mulut;9) bakteriostatik;10) dapat menutupi bagian apikal, lateral, dan koronal.
Secara umum, terdapat empat jenis siler saluran akar yakni siler berbasis ZOE (Kerr PCS,Kerr, Romulus, MI, USA) resin (AH Plus, Dentsply Maillefer, Ballaigues, Switzerland), semen ionomer kaca (Ketac-Endo, 3M ESPE, St. Paul, MN, USA), dan kalsium hidroksid (Sealapex, Kerr, Romulus, MI, USA). Sebagian besar semen yang paling sering digunakan yaitu semen ZOE. Keuntungan utama siler saluran akar berbasiskan ZOE adalah riwayat
keberhasilannya yang telah berlangsung lama.17
Siler saluran akar ZOE digunakan harus dicampur dahulu sampai mencapai konsistensi
yang kental diatas glass lab steril dengan spatula
steril. Jika diangkat setinggi 5-7 cm siler tidak akan putus. Semakin kental campuran, semakin baik sifat semennya, terutama dalam hal stabilitas, superioritas kerapatannya, dan berkurang toksisitasnya.17
Teknik Pengisian Saluran Akar dengan
Gutta
Percha
Banyak cara digunakan untuk mengobturasi saluran akar dengan gutta percha dan siler,
tergantung pada ukuran saluran akar yang telah
dipreparasi, bentuk final dari preparasi dan
ketidakteraturan dalam saluran akar. Teknik
pengisian saluran akar dengan gutta percha yang biasa digunakan yaitu teknik kondensasi lateral dan teknik kondensasi vertikal. Pemilihannya
8
bergantung pada operator, walaupun ada situasi
khusus yang mengharuskan pemilihan teknik
khusus. Keduanya harus dilakukan dengan
memakai siler saluran akar.17
Kondensasi lateral dari gutta percha dapat dilakukan hampir pada semua keadaan, kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok atau bentuk akar yang abnormal atau saluran akar
yang ketidakteraturannya tinggi seperti pada
resorpsi interna. Kondensasi vertikal merupakan teknik yang efektif pada kasus resorpsi interna dan pada induksi ujung akar.17 Cara pengisian
kondensasi lateral menggunakan spreader dan
plugger untuk mendorong gutta percha mengalir
dengan memasukkan instrumen ini di sisi bahan pengisi dan menekannya ke lateral dan apikal.
Teknik kondensasi vertikal menggunakan kekuatan vertikal digabung dengan aplikasi panas untuk mendorong gutta percha ke apikal dan lateral.20
Tahap perawatan saluran akar
Kunjungan pertama: 1) ronsen foto; 2) pasang isolator karet dan sterilisasi daerah kerja. Pada gigi vital dilakukan anastesi local;3) pembuangan jaringan karies dengan ekskavator dan bur bulat kemudian pembukaan atap pulpa; 4) ekstirpasi
pulpa dengan menggunakan broach kemudian
saluran akar diirigasi dengan sodium hipoklorit 5%; 5) tentukan perkiraan panjang kerja dari gambaran radiografik (kurang 1-2 mm dari apeks); 6) masukkan K-file kecil (IAF) hingga mencapai panjang kerja kemudian buat radiografi dan tentukkan ukuran file yang sesuai dengan ukuran ruang saluran akar (MAF);7) preparasi saluran akar
dengan menggunakan teknik step-back dan setiap
pergantian file diirigasi dengan sodium hipoklorit 5%. Keringkan saluran akar dengan paper point;8) letakkan bahan medikamen kalsium hidroksida dan tutup dengan restorasi sementara.
Kunjungan kedua (setelah 7 hari): 1) isolasi daerah kerja; 2) buka restorasi sementara, irigasi dengan larutan sodium hipoklorit 5% dan keringkan; 3) pengisian saluran akar dengan bahan gutta percha terdiri dari teknik kondensasi lateral dan teknik kondensasi vertikal. Teknik kondensasi lateral dengan cara1)pilih kon gutta percha utama (master apical cone) yang nomornya sama dengan MAF. Potong sesuai panjang gigi. MAC dapat disterilkan dalam sodium hipoklorit sekitar 1 menit;2)letakkan
kon dalam saluran akar yang kering. Pangkalnya harus rata dengan permukaan insisal atau oklusal gigi. Buat radiograf untuk menentukan apakah kon telah mengisi saluran dengan tepat di bagian apikal dan lateral, 1-2 mm dari apeks; 3) periksa
radiograf dan bila kon gutta percha tidak sesuai, betulkan atau pilih kon lain dan buat radiograf; 4) campur siler saluran akar pada glass labyang
steril dengan spatula steril. Uji konsistensinya
9
Gambar 2. Teknik kondensasi lateral.
10
yang tepat. Ambil semen dengan lentulodan lapisi permukaan saluran akar; 5) keringkan kon gutta percha dengan udara dan lapisi separuh apikal kon dengan semen. Masukkan ke dalam saluran sampai permukaan yang sebelumnya telah diukur; 6)dengan menggunakan spreader isi saluran dengan
kon gutta percha tambahan (kondensasi lateral); 7)potong pangkal gutta percha dengan instrumen
panas dan hilangkan kelebihannya dari kamar pulpa.
Teknik kondensasi vertical dengan cara: 1) kon gutta percha utama (master apical cone) sesuai dengan MAF dipaskan pada saluran akar; 2) dinding saluran akar dilapisi dengan siler dan kon dilumuri siler; 3) ujung koronal kon dipotong dengan instrument panas; 4) plugger dipanasi sampai merah dan plugger
didorong ke dalam sepertiga koronal gutta percha.
Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh plugger; 5) sebuah kondenser vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal
dikenakan pada gutta percha yang telah dipanasi,
untuk mendorong gutta percha yang menjadi plastis kearah apical; 6) aplikasi plugger panas dan
kondensor diulangi sampai gutta percha plastis menutup saluran akar. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan gutta percha panas; 7) bersihkan kamar pulpa dengan memakai kapas yang di basahi alkohol kemudian tutup dengan restorasi sementara dan lakukan foto ronsen; 8) jika pengisian sudah tepat, kontrol 1 minggu dan pembuatan restorasi akhir.
Evaluasi
Pemeriksaan ulang dianjurkan dalam waktu 6 bulan sampai 4 tahun. Enam bulan merupakan interval yang rasional untuk hampir semua pasien. Evaluasi dilihat dari pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan radiografi. Perawatan dikatakan berhasil bila tidak adanyeri atau pembengkakan berdasarkan keluhan pasien, pada pemeriksaan objektif tidak ada gejala saat gigi diperkusi, tidak terdapat kerusakan jaringan lunak, gigi tidak mobiliti, dan pada pemeriksaan radiografi tidak ditemukan lesi radiolusen atau lesi yang sebelumnya ada telah sembuh yang dievaluasi
minimal selama satu tahun.17
Gejala-gejala yang menetap (misalnya pembengkakan, nyeri, nyeri tumpul yang menetap atau sensitif ketika mengunyah) biasanya
mengindikasikan suatu kegagalan. Secara radiografik jika patosisnya menetap atau berkembang dapat dikatakan bahwa perawatan yang dilakukan gagal, khususnya lesi radiolusen yang tetap tidak berubah, telah membesar atau telah berkembang di bandingkan pada awal perawatan.17
PEMBAHASAN
Tujuan perawatan saluran akar pada gigi permanen anak sama halnya dengan orang dewasa
yaitu mengembalikan keadaan gigi yang sakit
agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan
sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Namun yang
membedakan penatalaksanaan perawatan gigi pada anak yaitu perlu pendekatan psikologis dan komunikasi yang baik pada pasien.1
Penelitian Quadros dkk menunjukkan kelompok usia 26-49 tahun merupakan insiden tertinggi dari perawatan saluran akar, kemudian diikuti kelompok muda (antara usia 8 – 25 tahun). Insiden tertinggi perawatan saluran akar pada gigi molar bawah
kemungkinan disebabkan gigi permanen pertama
yang erupsi di dalam rongga mulut karena itu gigi lebih rentn terhadap karies. Pada 579 gigi yang dirawat saluran akar dengan bahan gutta percha di Dental School of Piracicaba, State University of Campinas, SP, Brazil 30,7 % pasien di-recall kembali setelah 1 tahun dan tingkat keberhasilan berkisar
antara 83 - 96% tergantung pada status pulpa
sebelum dilakukan perawatan.26 Kelompok pada
Universitas Temple melaporkan tingkat keberhasilan 96,2% setelah 1 tahun dilakukan pengisian dengan gutta percha pada 458 gigi.27
Gutta percha adalah material pilihan pada hampir
semua kasus.17 Bahan tersebut mudah disterilkan
sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhaan bekteri.Gutta percha tidak mewarnai struktur gigi dan radiopak. Gutta percha merupakan bahan yang toksisitasnya paling rendah dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Namun gutta percha
sukar dimasukkan ke dalam akar yang sempit
kecuali jika dikombinasi dengan siler saluran
akar.20
terakhir dibandingkan pengisian dengan gutta
percha dan siler. Menurut penelitian Koral S, pada 67 kasus perawatan saluran akar dengan CaO (Biocalex 6/9) dengan tingkat keberhasilan 95,6%. Sifat ekspansif dari CaO pada lingkungan lembab ditakutkan dapat menyebabkan fraktur pada akar yang dirawat karena tekanan perluasan dari bahan CaO. CaO dianggap sebagai bahan alternatif yang
aman dan layak untuk pengisian saluran akar tetapi masih kurangnya penelitian mengenai bahan tersebut.24
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar telah terbukti memiliki prognosis jangka panjang
yang baik bahkan pada pasien berusia muda.
Perawatan saluran akar untuk gigi permanen anak dilakukan seperti perawatan saluran akar untuk gigi orang dewasa. Namun yang membedakan
pada penatalaksanaannya yaitu perlu pendekatan
psikologis dan komunikasi yang baik pada pasien. Sebagai saran, 1) gutta percha sebaiknya digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi permanen dengan saluran akar yang telah tertutup sempurna karena memiliki tingkat keberhasilan
yang tinggi; 2) teknik kondensasi lateral lebih
baik digunakan pada gigi permanen anak karena memiliki saluran akar dengan diameter lebih luas
dibandingkan daripada gigi orang dewasa; 3) perawatan saluran akar menggunakan gutta percha dapat dikombinasikan dengan penggunaan pasak dan restorasi akhir untuk memberikan kekuatan dan melindungi gigi dari fraktur setelah perawatan; 4) penelitian mengenai keberhasilan jangka panjang perawatan saluran akar meggunakan gutta percha
pada gigi anak perlu dilakukan karena masih sangat sedikitnya data mengenai hal ini terutama
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perawatan penyakit pulpa gigi pada anak. Universitas Gajah Mada. Diambil dari: Elisa.ugm.ac.id Diakses tanggal 22 Januari 2016.
2. Rafter M. Apexification: a review. Dent Traumatol 2005; 21(1):1-8.
3. Febriyanti, Soemartono SH. Perawatan apeksifikasi gigi molar permanen tetap pada anak usia 9 tahun. IJD 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 112-6.
4. Oskouian R, Romano-Clarke G. A pediatric guide to children’s oral health. American Academy of Pediatric 2010. Diambil dari www.aap.org/oralhealth.
5. Garcia-Godoy F, Murray PE. Recommendations for using regenerative endodontic prosedures in permanent
immature traumatized teeth. Dent Traumatol 2012; 28(1): 33-41.
6. Perbedaan daya antibakteri siler saluran akar berbahan dasar resin dan berbahan dasar kalsium hisroksida terhadap Enterococcus faecalis. Diambil dari etd. repository.ugm.ac.id. Diakses tanggal 22 Januari 2016. 7. Tsesis I, Fuss Z. Diagnosis and treatment of accidental
root perforations. Endodontic Topics 2006; 13: 95–107. 8. Ørstavik D. Materials used for root canal obturation:
technical, biological and clinical testing. Endodontic Topics 2005; 12: 25–38.
9. Monalisa. Mineral trioxide aggregate sebagai bahan alternatif dalam perawatan endodonti. USU e-repository 2008.
10. Srinivasan V, Waterhouse P, Whitworth J. Mineral trioxide aggregate in paediatric dentistry. International Journal of Paediatric Dentistry 2009; 19: 34–47.
11. Leonardo R. Obturation of the root canal-Listening to the needs of the tooth with sciece and simplicity. Oral Health Journal 2009; 66-70.
12. Christiono S. Perawatan endodontik pada anak. Fkg Unissula. 13 Desember 2011: 1-5.
13. Nurhayani. Perbedaan jumlah debris yang terdorong keluar apeks gigi pada preparasi saluran akar teknik step back dan crown down. Fakultas Gigi Universitas Sumatera Utara 2004. Diakses tanggal 3 Februari 2016. 14. Hardianti. Perbandingan tingkat keakuratan radiografi
konvensional dengan digital dalam pengukuran panjang kerja pada perawatan endodontik. Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Makassar 2014. Diakses tanggal 3 Februari 2016.
15. Luik P. Root canal treatment. Diambil dari: ortodontia. ee/dental-services/root-canal-treatment/ Diakses tanggal 12 Februari 2016.
16. Pandula V. Contraindications of root canal treatment. Diambil dari: www.juniordentist.com/contraindications-of-root-canal-treatment.html. Diakses tanggal 12 Februari 2016.
17. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Alih bahasa: Sumawinata N. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009. h. 229-39.
18. Arifah S. Sodium hipoklorit sebagai bahan irigasi perawatan saluran akar. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2009.
19. Tarigan R, Perawatan pulpa gigi (endodonti). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004. h. 135-44.
20. Grossman L, Oliet S, Rio C. Ilmu endodontik dalam praktek. Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1995. h. 265-82.
21. Rodd HD, Waterhouse PJ, Fuks AB, Fayle SA, Moffat MA. Pulp therapy for primary molars. International Journal of Paediatric Dentistry 2006; 16(1): 15-23.
22. Whitworth J. Methods of filling root canals: principles and practices. Endodontic Topics 2005; 12(1): 2–24. 23. Viddyasagar M. Apexification and apexogenesis- a case
report. Int J Contemporary Dent 2010; 1(3): 52-4 24. Koral S. Calcium oxide as a root filling material: a
three-year prospective clinical outcome study. The Open Dentistry Journal 2011; 5: 13-7.