TANGGAP DARURAT ERUPSI MERAPI 2010
22 Oktober 2010 s/d 23 Mei 2011
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
ii
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah mengaruniakan keberkahan dan kemudahan untuk menyelesaikan laporan Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi pasca erupsi 2010.
Penyusunan laporan komando tanggap darurat merupakan laporan kegiatan masa tanggap darurat yang dimulai tanggal 22 Oktober 2010 sampai dengan 16 Januari 2011 dan masa tanggap darurat pasca banjir lahar dingin sampai dengan tanggal 23 Mei 2011. Laporan disusun berdasarkan data dari SPKD Pemkab Sleman yang terkait dalam penanggulangan Bencana erupsi Merapi 2010 dan banjir lahar dingin, dan yang melakukan kegiatan pada masa tanggap darurat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi pada penanggulangan bencana erupsi Merapi 2010 dan bencana banjir lahar dingin 2011. Kami sangat menantikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dokumen ini.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD
iii
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
I ii iii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Karakteristik historis gunungapi Merapi 1
1.2. Sejarah Letusan Gunungapi Merapi 1
1.3. Aktivitas Merapi Menjelang Letusan Besar Tahun 2010 3
1.4. Masa Tanggap Darurat Status AWAS 6
1.5. Organisasi Komando Tanggap Darurat 11
II. TANGGAP DARURAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI (26 Oktober 2010 – 23 Mei 2011)
13
2.1. Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Merapi 2010 8 2.2. Situasi Darurat Pasca Letusan 26 Oktober 2010 15 2.3. Krisis Letusan Tanggal 5 Nopember 2010 18
2.4. Kronologis Perubahan Zona Bahaya 20
2.5 Regulasi Masa Tanggap Darurat 22
2.6. Korban Bencana 23
2.7. Operasi Evakuasi Korban erupsi 27
2.7.1. Operasi Evakuasi korban awan panas 27 2.7.2. Operasi Penanganan Banjir Lahar Dingin 29
2.8. Penyelenggaraan Pengungsian 34
2.8.1. Pelayanan kesehatan 34
2.8.2. Pelayanan Logistik 39
2.8.3. Pelayanan Sarana Prasarana Pengumgsian 40 2.8.4. Pelayanan Transportasi Pengungsian 42
2.8.5 Pelayanan Pendidikan 44
2.8.6. Pelayanan Sektor Pertanian 46
A. Bidang Peternakan 47
B. Bidang Tanaman pangan dan Hortikultura 57
iv
2.8.8. Bantuan 64
2.8. Tahapan Pemulihan Awal 66
A. Hunian Sementara 66
B. Paket Bantuan Penghuni Huntara dari Kemensos RI 68 2.9. Kajian Kerusakan dan Kerugian Dampak Erupsi Merapi 2010 70
III. PENUTUP 72
5.1. Permasalahan 72
5.2. Kesimpulan 72
LAMPIRAN 74
A. Data Pengungsi Selama Nasa Tanggap Darurat B. Data Pengolahan Sampah Selama Tanggap Darurat C. Data Transportasi Evakuasi Pengungsi
D. Data Korban Meninggal Pasca Erupsi
1.1. Karakteristik historis gunung merapi
Gunungapi Merapi merupakan gunung api Tipe Strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 70 32.5’ lintang selatan dan 1100 26.5’ bujur timur. Gunungapi Merapi adalah salah satu gunungapi yang teraktif di dunia. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2–7 tahun. Aktivitas erupsi gunung Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk kaldera (kawah).
Aktivitas erupsi akan mempengaruhi morfologi puncak sehingga puncak gunungapi ini selalu nampak berubah dari waktu ke waktu. Puncak Gunung Merapi yang pada intinya merupakan tumpukan dari lava yang keluar dari dalam gunung akan terhancurkan/berubah oleh letusannya atau terjadi guguran lava akibat gaya gravitasi, sehingga menyebabkan terjadinya awan panas.
1.2. Sejarah Letusan Merapi
Perubahan bentuk puncak yang dapat dilihat secara visual menjadi parameter arah erupsi, sehingga diperlukan kewaspadaan dengan memantau aktivitasnya secara terus menerus agar apabila terjadi erupsi dapat diminimalisir korban dan kerusakan yang ditimbulkannya.
Arah letusan Merapi selalu berubah-ubah. Sejak tahun 1961 arah letusan Merapi mengarah ke baratdaya menuju hulu Kali Batang dan Kali Senowo. Puncak letusan terjadi pada tanggal 8 Mei 1961 membuat bukaan kawah mengarah ke baratdaya dan memuntahkan material sebanyak 42,4 juta m3. Letusan selanjutnya terjadi pada tahun 1967, 1968 dan 1969 arah letusan ke hulu Batang, Bebeng dan Krasak dengan jarak luncur 9-12 km. Selanjutnya letusan tahun 1984 terjadi tanggal 15 Juni 1984 yang disertai awan panas mengarah ke hulu Sungai Blongkeng, Putih, batang dan Krasak. Material yang dimuntahkan sebesar 4,5 juta m3.
63 orang di desa Purwobinangun Pakem, memporakporandakan harta benda masyarakat, fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung. Letusan terjadi kembali pada tahun 1997, 2001, dan 2006.
Kronologis bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2006 dimulai dari kenaikan status aktivitas G. Merapi yaitu dari waspada pada tanggal 15 Maret 2006, menjadi siaga pada tanggal 12 April 2006, kemudian dinaikkan lagi menjadi status awas pada tanggal 13 Mei 2006. Setelah lebih kurang 1 bulan status awas, puncak erupsi terbesar terjadi pada tanggal 14 Juni 2006 yang memuntahkan lebih kurang 8,5 juta M3 material (lebih besar dari peristiwa 1994) disertai awan panas dengan jarak luncur 7 km ke arah hulu kali Gendol dan Kali Opak. Akibat dari letusan tersebut telah membawa 2 orang korban manusia, kerusakan fasilitas sarana dan prasarana umum, kawasan wisata, perkebunan, hutan, peternakan dan lingkungan.
Setelah letusan tahun 2006, yang mengakibatkan “geger boyo” runtuh, diprediksikan kawasan Merapi bagian selatan dan tenggara terancam oleh luncuran awan panas. Kondisi tersebut, membuat Pemkab Sleman lebih waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan sejak tahun 2006, melalui berbagai kegiatan mitigasi fisik dan non fisik untuk pengurangan resiko bencana.
Sejarah letusan besar gunungapi Merapi terjadi tahun 1006. Kerajaan Mataram kuno (Hindu) dengan rajanya Dharmawangsa bersama sebagian besar bala tentaranya terkubur oleh material letusan Merapi. Banjir lahar hujan menyusul letusan dan menghancurkan seluruh sendi kehidupan di masa itu, sehingga dikenal dengan dalam sejarah sebagai tahun Pralaya. Diduga kuat terkuburnya Candi Sambisari dan kerajaan Mataram Hindu akibat terkubur akibat erupsi Merapi. Periode ulang seribu tahunan dimungkinkan terulang kembali pada abad 21 ini.
frekuensinya lebih sering. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).
Krisis Merapi tahun 2010 diawali dari peningkatan status dari aktif normal ke waspada pada tanggal 20 September 2010, dan terus meningkat sampai situasi darurat mulai tanggal 26 Oktober 2010 sampai dengan awal Januari 2010. Material yang dikeluarkan akibat erupsi kurang lebih 140 juta m3 dan mengakibatkan 346 orang meninggal dunia, dan puncak gelombang pengungsian sejumlah 151.336 orang tersebar di 553 titik.
Setelah ancaman primer awan panas berkurang, ancaman sekunder yaitu banjir lahar dingin mengancam daerah yang berada di daerah aliran Sungai yang berhulu di lereng merapi, yaitu sungai Gendol, Opak, Kuning, Boyong. Sampai dengan masa berakhir tanggap darurat banjir lahar dingin terjadi beberapa kali kejadian, yaitu tanggal 19 dan 22 Maret, 1 Mei 2011 yang merusakkan pemukiman dan fasilitas publik di Desa Argomulyo Kec. Cangkringan, dan Desa Sindumartani, Kec. Ngemplak.
1.3. Aktivitas Merapi Menjelang Letusan Besar Tahun 2010
Krisis Merapi tahun 2010 diawali peningkatan status dari aktif normal ke waspada pada tanggal 20 September 2010, dan terus meningkat sampai situasi darurat mulai tanggal 26 Oktober 2010. Peningkatan aktivitas Merapi ditetapkan berdasarkan hasil pantauan menggunakan instrumen (peralatan) dan pantauan visual. Adapun indikator peningkatan aktivitas merapi adalah sebagai berikut :
a. Visual merapi, pantauan visual dari pos Kaliurang terpantau adanya luncuran awan panas, menuju arah Kali Gendol.
b. Siesmik, data kegempaan vulkanik dalam maupun dangkal, multiphase, guguran kubah lava, tektonik.
Gambar 2. Grafik pantauan sismik gempak vulkani A dan B, multiphase, Guguran kubah lava, gempa tektonik.
c. Deformasi
Deformasi menunjukkan bahwa tubuh fisik gunung mengalami pengggembungan akibat tekanan dari dalam sampai mencapai dari 20,1 cm pada tgl 20 Oktober menjadi 42,1 cm pada tanggal 26 Oktober 20110, seperti terekam dalam grafik berikut :
Gambar 2. Grafik
Vulkanik
Multiphase
Guguran
Februar
d. Geokimia, indikator terpantaunya gas H2O, HCl, terukur diatas 60%, dan suhu kawah Woro mencapai 575,5o C menunjukkan tekanan gas cukup tinggi dari dalam tubuh Merapi, tanda akan ada letusan besar.
Gambar 4 : Grafik pantauan geokimia kandungan gas H2O, HCL serta Suhu di Kawah Woro
Dari hasil pantauan aktivitas merapi tersebut diatas dari berbagai parameter dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang sangat tajam (ekstrim), sehingga erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu.
2. Status aktivitas G. Merapi dinaikkan menjadi Awas per 25 Oktober 2010 pukul 06:00 WIB.
Adapun rekomendasi Badan Geologi adalah sebagai berikut :
• Agar segera mengungsikan penduduk di daerah rawan bencana, khususnya yang bermukim di sekitar alur sungai, yang berhulu di G. Merapi; sektor Selatan-Tenggara dan Sektor Barat Barat Daya dalam jarak 10 kilometer dari puncak Merapi, meliputi, K. Boyong, K Kuning, K. Gendol dan K. Woro, K Bebeng, K. Krasak dan K. Bedog.
• Wilayah Kabupaten Sleman; agar segera mengungsikan penduduk dengan yang bermukim di 7 desa, 3 Kecamatan (Cangkringan, Pakem dan Turi).
Suhu Kawah Woro Maret - September 2010
427 460
Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10
SUHU (ºC) 427 460 503 560 575,6
1.4. Masa Tanggap Darurat Status “Awas”
Masa Tanggap Darurat diawali ditetapkannya status aktivitas gunungapi Merapi dari Siaga menuju Awas, pada tanggal 25 Oktober 2010 dengan surat Badan Geologi Nomor: 2048/45/BGL.V/201. Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Sleman merespon dengan mengambil kebijakan sebagai berikut: 1. Membentuk komando tanggap darurat dan mengangkat komandan Tanggap
Darurat.
2. Mengosongkan wilayah di kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Merapi. 3. Mengamankan kawasan yang ditinggalkan penduduk dalam pengungsian. 4. Memastikan perlindungan pengungsi dan pemenuhan standar perlakuan 5. Memberikan perhatian khusus terhadap kelompok rentan
6. Pemenuhan kebutuhan dasar sesuai standar minimum yang ditetapkan. 7. Mengurangi stress dan penderitaan mereka yang terkena bencana dengan
sedini mungkin mengerahkan pelayanan sosial
Realisasi kebijakan tersebut diatas Bupati membentuk Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi dengan Bupati No.321/Kep.KDH/A/2010, tanggal 22 Oktober 2010 dan mengaktivasikan Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunungapi Merapi 2010 di Pakem. Selanjutnya sistem Komando Tanggap Darurat bekerja dan melaksanakan piket kesiapsiagaan penuh 24 Jam dengan menjadualkan dalam tiga shift. Personil/anggota Komando Tanggap Darurat terdiri gabungan SKPD Pemerintah Kabupaten Sleman yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan Penanggulangan Bencana termasuk TNI, POLRI, SAR, PMI, Komunitas Peduli Bencana. Selain itu, Bupati juga menetapkan status darurat bencana saat status Awas Merapi melalui Keputusan Bupati No.322/Kep.KDH/A/2010, tgl 22 Oktober 2010.
Tabel 1. Jumlah penduduk di KRIII diungsikan ke tempat aman
No Kecamatan Desa/Barak Jumlah total
Penduduk Kelompok rentan
1 Cangkringan 5549 1323
Kepuharjo 2584 557
Umbulharjo 1564 262
Glagaharjo 1401 504
2 Pakem 2956 821
Hargobinangun 2195 697
Purwobinangun 761 124
3 Turi 2218 736
Girikerto 1635 527
Wonokerto 583 209
Jumlah 10.723 2.880
Gambar 5: Peta posisi barak pengungsian dan posko utama penanggulangan Bencana Gunungapi Merapi 2010
Barak
Barak Pengungsi Purwobinangun, Pakem dan Dapur Umum dari TNI
Barak Pengungsi Wonokerto, Turi dan Pengungsi kelompok rentan Barak Pengungsi Hargobinangun, Pakem, Pengngsi sdh masuk ke barak
Pengungsian dilaksanakan dengan prioritas kelompok rentan dengan jumlah 2.880 jiwa. Barak pengungsian sudah mulai dioperasionalkan termasuk dapur umum, penyaluran logistik (pangan dan non pangan) mulai dilaksanakan oleh Dinas Nakersos. Pelayanan Operasional dapur umum selain dari warga masyarakat di sekitar barak pengungsian, juga didukung dari Dapur Umum Denbekang TNI-AD dan Tagana. Droping air bersih dan pendirian MCK oleh Dinas PUP, serta pelayanan kesehatan di barak pengungsian oleh Dinas kesehatan.
Kantor Desa Umbulharjo sbg Barak Pengungsian , Kelompok rentan sdh masuk ke barak
Untuk keperluan evakuasi penduduk sebanyak 10.723 jiwa yang berada di KRB III tersebut, DINAS HUBKOMINFO yang mendapatkan tugas untuk penyediaan sarana transportasi evakuasi sebanyak 35 unit dari Pemerintah Kabupaten Sleman dengan distribusi sebagai berikut :
NO Lokasi Barak/Desa Jumlah
Armada
1 UMBULHARJO 7
2 KEPUHARJO 6
3 GLAGAHARJO 7
4 PURWOBINANGUN 3
5 HARGOBINANGUN 3
6 GIRIKERTO 5
7 WONOKERTO 4
Jumlah 35
Setelah pengungsi sampai di barak pengungsian, selanjutnya hak-hak pengungsi mulai dipenuhi termasuk pelayanan kesehatan, logistik, sanitasi, air, dan kebutuhan dasar bagi pengungsi :
1. Pelayanan kesehatan oleh Dinas Kesehatan dilakukan selama 24 Jam, dengan menugaskan piket kesehatan 3 shift yang terdiri dari 1 dokter, 2
paramedis, dan 1 driver ambulance, pelayanan konseling dan survailance lingkungan di semua barak.
2. Pelayanan logistik disiapkan oleh Dinas Nakersos, termasuk penyaluran uang lauk pauk untuk setiap pengungsi sebesar Rp.3000,- per jiwa per hari, dan pelayanan 24 jam juga telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan.
1.3. Organisasi Komando Tanggap Darurat
2.1. Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Merapi 2010
Berselang 24 Jam setelah ditetapkannya status Awas, gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitasnya yang ditandai dengan sinyal Merapi yang ekstrim, suara gemuruh namun tidak menunjukkan tanda awal yang biasa dilihat oleh masyarakat di lereng Merapi, yaitu munculnya titik api diam dipuncak maupun lelehan lava pijar.
Komando Tanggap Darurat bersama BPPTK terus memantau perkembangan aktivitas dari waktu ke waktu. Upaya persuasif mengungsikan warga yang berada kampung Kinahrejo dan Pangukrejo, ada sebagian warga belum mau mengungsi. Mereka menganggap Merapi belum segera meletus, tanda awal gunung Merapi meletus belum muncul. Komando Tanggarap Darurat bersama Pemerintah Desa Umbulharjo beserta relawan sudah berusaha secara persuasif menyampaikan hasil pantauan alat tentang kondisi aktivitas Merapi terkini kepada warga, agar mereka yang belum mengungsi segera bergeser ke tempat aman.
Gambar 5. Kondisi EWS sirene Kinahrejo sebelum dan sesudah terkena awan panas tgl 26 Oktober 2010
Gambar 6. Kondisi pemukiman Dusun Pelemsari /Kinahrejo yang berjarak 5 km dari puncak terkena dampak letusan berupa awan panas pasca 26
Oktober 2010 EWS Sudah berfungsi
sebelum tersapu awan panas 26 Oktober 2011
Gambar 7. Harta benda milik warga ternak sapi perah dan sepeda motor rusak terkena hembusan awan panas
Adapun korban letusan 26 Oktober 2010 yang tercatat adalah sebagai berikut :
A. Korban Jiwa manusia
a. Meninggal Dunia : 40 Orang
b. Luka – luka : 41 Orang
B. Hewan ternak mati : ± 300 ekor
C. Rumah Rusak : ± 282 unit,
D. Fasilitas Umum : 17 unit
Pada saat situasi krisis letusan Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman akhirnya menetapkan masa tanggap darurat Merapi melalui Keputusan Bupati No.327/Kep.KDH/A/2010, tanggal 26 Oktober 2010, agar proses penanganan bencana termasuk pelayanan pengungsi dan korban pada saat darurat bencana dapat maksimal sesuai peraturan perundang-undangan.
2.2. Situasi Darurat Pasca Letusan 26 Oktober 2010
Badan Geologi merekomendasi untuk menggeser pengungsi ke area aman menjadi radius 15 km dari puncak merapi. Peningkatan aktivitas dapat dilihat dari hasil pantauan instrumen dengan parameter sebagai berikut :
1. Siesmik, data kegempaan vulkanik dalam maupun dangkal, multiphase, guguran kubah lava, tektonik.
3. Visual, pengamatan visual dari arah Deles bukaan kubah lava ke arah selatan masuk hulu Kali Gendol/ petit Opak, dimungkinkan arah letusan ke arah selatan sesuai bukaan kubah lava, awan panas mencapai 9 km di Kali Gendol.
Gambar 8. Pantauan visual pasca 26 Oktober 2010 dari Deles Klaten
Rekomendasi Badan Geologi bahwa radius aman adalah 15 km, maka beberapa barak pengungsian yang berada di 10 km harus digeser, termasuk penduduk Desa Wukirsari (Kec. Cangkringan), Desa Wonokerto (Kec. Turi), Desa Pakembinangun (Kec. Pakem) yang berada di KRB II yang semula tidak mengungsi. Adapun jumlah pengungsi 21.933 jiwa terdistribusi di masing-masing desa sebagai berikut :
2.5. Krisis Letusan Tanggal 5 Nopember 2010
Pasca letusan tanggal 3 Nopember 2010, aktivitas Merapi bukannya turun aktivitasnya, namun justru sebaliknya aktivitasnya semakin meningkat. Instrumen yang dipasang di puncak merapi sudah banyak yang rusak, pantauan visual terhalang cuaca mendung dan tebalnya abu vulkanik yang ada di udara. Pantauan seismik menunjukkan level yang over skill dalam durasi waktu yang cukup panjang, suara dan getaran dirasakan dalam radius yang cukup jauh mencapai 12 km, letusan disertai abu vulkanik terus terjadi. Sementara EWS berupa sirene sebagian besar sudah rusak akibat letusan 26 Oktober dan 3 November 2010. Awan panas terus terjadi dengan frekuensi yang semakain rapat, suara gemuruh terdengar sampai jauh, hujan abu dan pasir membuat situasi krisis semakin tak terkendali.
Hasil kajian Badan Geologi mengenai aktivitas gunung Merapi merekomendasi untuk jarak aman ditingkatkan dari 15 km menjadi 20 km. Rekomendasi tersebut membuat masyarakat yang berdiam di radius 15 km-20 km menjadi semakin ketakutan dan panik akan datangnya bahaya sampai ke pemukiman mereka, sehingga gelombang pengungsian semakin besar. Mereka tidak tahu kemana harus mengungsi, sehingga mereka mengungsi sampai di tempat yang dirasa aman. Gubernur selaku Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memerintahkan dimananpun wilayah yang akan ditempati pengungsi erupsi Merapi wajib menerima kedatangan pengungsi dan memberikan pelayanan darurat.
Kronologis status aktivitas gunung Merapi, kejadian erupsi dan deskripsi situasi disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel I.
Kronologi Kejadian Erupsi Gunung Merapi
NO TANGGAL KETERANGAN Berdasarkan surat badan geologi 1. 20 September
2010
Status Gunung Merapi
ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada
No 846/45/BGL.V/2010
2. 21 Oktober
Status Merapi menjadi Awas. Warga, terutama Ibu hamil, anak balita, lansia mulai di evakuasi ke daerah yang lebih aman. Telah disiapkan 7 barak pengungsian yakni Glagaharjo, Kepuhar-jo,
Umbulharjo, Hargobinangun,
Purwo-binangun, Girikerto dan
Wonokerto. Pemkab Sleman
telah siapkan sarana transportasi di Wilayah Cangkringan, Desa Kepuharjo 10 truk, Umbulharjo 10
truk, Glagaharjo 7 truk,
Kecamatan Turi Wonokerto 6
truk, Girikerto 6 truk, dan
swadaya dari masyarakat sendiri.
No 2048/45/BGL.V/2010
4 26 Oktober 2010
Gunung Merapi meletus.
Sebanyak 40 orang tewas.
Terjadi awanpanas besar selama 1,5 jam. Dilaporkan bahwa awan panas mencapai 9 km di alur Sungai. Gendol.
Daerah aman diluar radius 15 km dari puncak Merapi. (Sumber
http://www.merapi.bgl.esdm.go.id
6 5 November 2010
Gunung Merapi Erupsi. 262 Jiwa
Meninggal. (sumber
slemankab.go.id). Wilayah yang
2010 2010 pukul 12:00 WIB, wilayah yang aman bagi parapengungsi adalah sebagai berikut: Kab. km dari puncak G. Merapi.
8 3 Desember 2010
Terhitung sejak tanggal 3
Desember 2010 status Gunung Merapi diturunkan menjadi siaga,
namun demikian penanganan
masih bersifat tanggap darurat
mengingat masih adanya
ancaman lahar dingin.
No 3120/45/BGL.V/2010
9 30 Desember 2010
Status aktivitas merapi dari 30 Desember sampai dengan saat ini (Juli 2011) adalah “Waspada”
No 2464/45/BGL.V/2010
10 s/d 23 Mei 2011
Sampai akhir Tanggap Darurat Lahar Dingin ada penambahan korban meninggal sebanyak 42 orang. Total korban meninggal Merapi sebanyak 346 orang.
2.4. Kronologis Perubahan Zona Bahaya
Pada saat status awas, terjadi beberapa kali perubahan radius aman, yaitu pada awalnya radius aman adalah 10 km dari puncak, menjadi 15 Km, dan berubah lagi menjadi 20 km berdasarkan surat Badan Geologi No. 2317/45/BGL.V/2010, tanggal 5 November 2010. Radius aman kembali mengalami perubahan pada tanggal 19 November 2010 berdasarkan surat dari Badan Geologi no 2377/45/BGL.V/2010, dimana zona aman kabupaten Sleman adalah 10 km dari sebelah barat Kali Boyong, dan 15 km sebelah timur kali Boyong.
Pada tanggal 3 Desember 2010 status aktivitas merapi diturunkan dari “awas” ke “siaga” berdasarkan surat Badan Geologi No.3120/45/BGL.V/2010. Rekomendasi saat status merapi jadi “siaga” adalah:
a. Tidak ada kegiatan di KRB III (KRB sementara terlampir)
c. Revisi tata ruang akibat dampak erupsi Gunung Merapi
NO NO SURAT BADAN GEOLOGI
TANGGAL ZONA BAHAYA
1 2048/45/BGL.V/2010 25 Oktober 2010 10 Km DARI PUNCAK MERAPI
2 2317/45/BGL.V/2010, 5 November
2010
20 km dari puncak Merapi
3 2377/45/BGL.V/2010 19 November
2010
10 km dari puncak diwilayah barat S. Boyong dan 15 km di wilayah timur S. Boyong
4 3120/45/BGL.V/2010 3 Desember
2010
2.5 km dari puncak G. Merapi. Lebih khusus pada KRB III sementara di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kecamatan
Ngemplak dan Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman
2.5. Regulasi Masa Tanggap Darurat
Masa tanggap darurat ditentukan berdasarkan status aktivitas merapi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi. Tanggap darurat diawali dengan erupsi pertama tanggal 26 Oktober 2010, dan kemudian diperpanjang sampai dengan 20 Januari 2010. Regulasi yang dikeluarkan Pemkab Sleman untuk menindaklanjuti situasi darurat bencana erupsi terutama sebagai landasan hukum kegiatan tanggap darurat melalu beberapa keputusan Bupati sebagai berikut:
Tabel II
Regulasi hukum masa tanggap darurat erupsi merapi
No Produk Hukum tentang
1 Keputusan Bupati 327/Kep.KDH/A/2010
status keadaan darurat bencana Gunungapi Merapi, dengan masa tanggap darurat 14 hari terhitung sejak 26 Oktober 2010.
2 Peraturan Bupati 31/Kep.KDH/A/2010
Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi
3 Keputusan Bupati 342/Kep.KDH/A/2010
Perpanjangan kesatu masa tanggap darurat yaitu 14 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tanggap darurat sesuai Keputusan Bupati Sleman no
Perpanjangan kedua status keadaan darurat bencana gunung api Merapi berdasarkan Keputusan Bupati no, selama 14 hari sejak diterbitkannya keputusan tersebut.
5
Keputusan Bupati 355/Kep. KDH/A/2010 tanggal 6 Desember 2010
Perpanjangan ketiga status keadaan darurat bencana gunung api Merapi berdasarkan Keputusan Bupati no, selama 14 hari sejak diterbitkannya keputusan tersebut
6
Keputusan Bupati 376/Kep. KDH/A/2010 tanggal 24 Desember 2010
Perpanjangan keempat status keadaan darurat bencana gunung api Merapi berdasarkan Keputusan Bupati no, selama 14 hari sejak diterbitkannya keputusan tersebut
Sleman mengeluarkan surat no 361/2847 tanggal 19 November 2010 untuk pemulangan pengungsi dampak letusan Merapi yang berumah tinggal di zona aman. Surat tersebut ditujukan kepada seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman, dan wilayah Kab/kota lain yang ditempati pengungsi.
2.6. Korban Bencana
Korban bencana akibat letusan gunungapi Merapi meliputi korban meninggal, korban luka, dan pengungsi. Jumlah korban akibat bencana merapi adalah 346 korban meninggal, 5 korban hilang, 121 korban luka berat. Data korban meninggal dapat diamati dengan beberapa sudut pandang sebagai salah satu bahan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.
2.6.1. Jumlah korban jiwa berdasarkan tahapan fase erupsi
1. Korban Merapi I (26 Okt – 4 Nop) : 40 orang
2. Korban Merapi II (5 Nop 2010 – 23 Mei 2011) : 306 orang
2.6.2. Jumlah Korban jiwa berdasarkan sebaran di rumah sakit
Meninggal s.d tgl 4 November 2010 40 jiwa (2 balita) Meninggal di RS Sarjito 207 jiwa (7 balita)
Meninggal di RS CC 3 jiwa
Meninggal di RSIY PDHI 6 jiwa Meninggal di RS Panti Rapih 2 jiwa Meninggal di wilayah Magelang 1 jiwa Meninggal di RS Harjo Lukito 6 jiwa Meninggal di RS Tegalyoso 6 jiwa Meninggal di RS Bethesda 2 jiwa Meninggal di Barak UPN Veteran 1 jiwa Meninggal di pengungsian kec Moyudan 1 jiwa Meninggal di RS Tegalyoso/Klaten 6 jiwa Meninggal di RSUD Sleman 9 jiwa Meninggal di Barak SD Tlogoadi Mlati 1 jiwa Meninggal di Barak Ngemplak 2 jiwa Meninggal di Barak Seyegan 3 jiwa
Meninggal di RS JIH 1 jiwa
Meninggal di RS Bhaktiningsih 1 jiwa Meninggal di RS Mitra Paramedika 1 jiwa Meninggal di RS Panti Rini 1 jiwa Meninggal di wil Gunung Kidul 1 jiwa Meninggal s.d tgl 23 Mei 2011 44 jiwa
Jumlah total 346 jiwa
2.6.3. Jumlah korban jiwa berdasarkan penyebab kematian:
1. Luka Bakar : 186 orang 2. Non luka bakar: 160 orang
2.6.4. Pengungsi
Akibat letusan besar pada 5 November 2010, terjadi gelombang pengungsian di zona 20 km dan di luar wilayah Sleman tersebar di 553 titik pada puncak jumlah pengungsian. Fluktuasi pengungsian merapi disajikan pada grafik dibawah ini:
Pada bulan Desember 2010, pengungsi Merapi mengalami fluktuasi dari 38.405 jiwa (pengungsi di wilayah Sleman, dan pengungsi Sleman di luar wilayah Sleman) menjadi 4.517 jiwa pada akhir Desember.
Lokasi pengungsian terjadi pergeseran, terutama pengungsi Sleman yang berada di luar wilayah Sleman, rata-rata sudah kembali ke asal, sekitar pertengahan bulan Desember. Sedangkan, tempat pengungsian utama di stadion Maguwo mulai ditinggalkan pengungsi sejak tanggal 25 Desember 2010.
Lokasi pengungsian yang semula berada di luar zona 20 km berpindah ke Balai Desa Glagaharjo, Balai Desa Umbulharjo, Barak Kepuharjo, Karanggeneng, Plosokerep, PSAA Banjarharjo, Balai Dusun Batur, Barak Gayamharjo, dan beberapa rumah penduduk.
2.7. Operasi Evakuasi Korban Erupsi 2.7.1. Operasi evakuasi korban awan panas
Dampak erupsi tanggal 26 Oktober 2010 telah merenggut 40 jiwa yang berasal dari Dusun Kinahrejo/Pelemsari dan Pangukrejo, termasuk wartawan media TvOne. Rencana operasi evakuasi direncanakan di Posko Utama Pakem dipimpin oleh Komandan Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi 2010. Tim evakuasi gabungan terdiri dari: TNI Kodim 0732 Sleman, Polres Sleman, unsur SAR Sleman, SAR Linmas Propinsi, SKSB, KLM, Tagana Sleman, dan PMI Sleman. Rencana operasi disusun di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi 2010 yang dilaksanakan oleh KTD dan TIM SAR Gabungan .
Gambar 12: Rencana operasi evakuasi korban letusan 26 Oktober 2010 dan pengarahan Bupati Sleman kepada TIM SAR Gabungan
Proses evakuasi dilakukan sampai tanggal 27 Oktober 2010. Jenazah korban yang berhasil dievakuasi dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan test forensik dan pendataan, kemudian setelah data-data dianggap cukup segera dilakukan pemakaman atas persetujuan keluarga.
Gambar 13. Korban meninggal dunia di bawa ke rumah sakit untuk divisum/uji forensik di RS Sarjito
. Pemakaman jenazah dilakukan secara massal di Dusun Petung sebanyak 24 jenazah. Sebagian jenazah dimakamkan oleh keluarga di Dusun Srunen Glagaharjo, termasuk Mbah Marijan.
Gambar 14. Pemakamam korban erupsi Merapi tgl 26 Oktober 2010 secara massal di Dusun Petung
Akibat letusan tanggal 5 November 2010 dengan luasan awan panas yang melanda pemukiman dan banyaknya korban, maka operasi evakuasi Tim Evakuasi Lokal dibantu tim yang terdiri atas: Batalyon 403, Batalyon 407, Kopasus, Paskhas, Marinir, Brimob, PMI, BASARNAS, dan sejumlah relawan. Selanjutnya, untuk evakuasi ternak mati melibatkan Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan kaitannya pendataan dan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Teknis pemusnahan ternak mati dikubur dan di bakar diikuti penyemprotan lalat. Evakuasi ternak mati di Kecamatan Cangkringan telah dilakukan pemusnahan 632 ekor. Untuk mendukung evakuasi tim terbantu dengan pantauan sinyal seismik Merapi melalui radio komunikasi 149.07 Balerante, 149.200 Turgoasri, serta didukung kendaraan evakuasi Hagline dari Kopassus dan PMI.
2.7.2. Operasi Penanganan Banjir lahar (saat masa tanggap darurat Erupsi Merapi)
Selanjutnya, operasi penanganan dampak banjir lahar dingin yang melalui sungai Gendol, Opak, Kuning dan Boyong dilakukan melalui kanalisasi sungai. Rekanalisasi/ normalisasi aliran sungai dilakukan sebanyak 44 lokasi.
2.7.2.1. Sifat Kegiatan
Untuk memperjelas ruang lingkup penanganan pada kegiatan rekanalisasi/ normalisasi aliran sungai pada masa tanggap darurat ditentukan sifat-sifat kegiatan yang menjadi fokus penanganan. Hal ini diperlukan untuk memperlancar kerja sama dengan pihak-pihak lain yang juga melaksanakan kegiatan normalisasi aliran sungai.
Adapun sifat-sifat kegiatan tersebut antara lain :
a. Berupa reaksi cepat/ tanggap cepat untuk melindungi warga masyarakat dan aset-asetnya dari ancaman aliran lahar dingin.
b. Berfungsi untuk menghindari resiko kerusakan yang lebih besar pada prasarana sumber daya air ( dam, bendung, saluran irigasi, mata air, dan jaringan distribusinya ).
2.7.2.2. Bentuk Kegiatan
Sesuai dengan sifat-sifat kegiatan yang ditentukan, maka bentuk kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
a. Membuka sumbatan yang terjadi pada dam, bendung, dan jembatan dari sumbatan berupa timbunan material batu, pasir, lumpur, hanyutan pohon, dan rumpun bambu.
b. Mengembalikan aliran sungai yang berbelok/ berpindah menerjang tanah sawah maupun pekarangan kembali kepada alur semula.
c. Membuat tanggul darurat dengan material yang ada dilokasi setempat untuk melindungai warga dari ancaman aliran lahar dingin serta mencegah berpindahnya aliran sungai.
d. Memasang bronjong dengan batu kosong untuk mengendalikan daya rusak air.
2.7.2.3. Anggaran
Sumber Anggaran : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Jumlah Anggaran : Rp. 1.673.725.500 (satu milyar enam ratus tujuh puluh tiga juta tujuh ratus dua puluh lima ribu lima ratus rupiah).
Tabel III
Rekanalisasi/ normalisasi aliran sungaisebanyak 44 lokasi
No Sungai/ Lokasi
Jml. alat (unit)
Tgl. mulai Tgl. selesai
Jml.
1 Jembatan Plagrok,
Batur, Kepuharjo, Cangkringan
1 03/12/2010 10/12/2010 8 25.676.000
2 Salam, Wukirsari,
Cangkringan
4 Jembatan Panggung/
Hulu, Argomulyo, Cangkringan
1 27/12/2010 06/01/2011 11 33.992.000
5 Jembatan Panggung/
9 Jembatan Banjarharjo,
Argomulyo, Cangkringan
1 07/12/2010 16/12/2010 8 24.176.000
10 Batur, Kepuharjo, Cangkringan
14 Bd. Kebur, Argomulyo, Cangkringan
2 03/01/2011 15/01/2011 11 67.984.000
II. Gendol
1 Banjarsari, Glagaharjo, Cangkringan
3 Kopeng, Kepuharjo,
Cangkringan
1 15/12/2010 23/12/2010 9 28.448.000
4 Batur, Kepuharjo,
Cangkringan
1 21/12/2010 30/12/2010 9 28.448.000
5 Singlar, Glagaharjo, Cangkringan
3 Jembatan Kemiri,
Purwobinangun, Pakem
4 Bd. Kemput,
Operasi tanggap darurat banjir lahar dingin pada masa tanggap darurat erupsi merapi juga dilakukan pada beberapa saluran sungai, dengan uraian sebagai berikut:
a. Pembersihan dan pengangkatan sedimen pada saluran irigasi yang tertimbun lahar dingin, pemasangan pipa pralon dan bronjong yang dikerjakan dengan swakelola, meliputi :
Pengangkatan sedimen pada saluran di sungai Boyong, dan Kali Krasak dilaksanakan mulai Nopember 2010 sampai Desember 2010 dengan biaya Rp. 17.250.000,-
2). Pengamatan Sleman
Pengangkatan sedimen pada saluran di sungai Boyong dilaksanakan mulai Nopember 2010 sampai Desember 2010 dengan biaya Rp. 4.200;000,-
3). Pengamatan Banjarharjo
Pengangkatan sedimen pada saluran di sungai Boyong, dan sungai Kuning dilaksanakan mulai Nopember 2010 sampai Desember 2010 dengan biaya Rp. 10.950.000,-
4). Pengamatan Pakem
Pengangkatan sedimen pada saluran di sungai Kuning, pemasangan pipa pralon di bendung Yapah dan Sawahan dan pemasangan bronjong pada sawahan dilaksanakan mulai Nopember 2010 sampai Desember 2010 dengan biaya Rp. 8.751.000,-
5). Pengamatan Tempel
Pengangkatan sedimen pada saluran di sungai Krasak dilaksanakan mulai tanggal 2010 sampai Desember 2010 dengan biaya Rp. 4.800.000,-
b. Pengadaan Pompa air portabel, Pipa pralon, bagor plastik dan bronjong. 1). Pengadaan Pompa Air untuk mengatasi kekurangan air di kecamatan
Minggir dan Moyudan sebanyak 7 buah dilaksanakan tanggal 18 Desember 2010 dengan biaya Rp. 48.262.000,-
2). Pengadaan Pompa Air untuk mengatasi kekurangan air di kecamatan Ngemplak, Pakem, dan Turi sebanyak 5 buah dilakanakan tanggal 18 Desember 2010 dengan biaya Rp. 40.656.000,-
3). Pengadaan Pipa pralon untuk mengatasi kekurangan air di sungai Kuning dan Krasak sebanyak 87 batang dilakanakan mulai tanggal 25 Nopember sampai 21 Desember 2010 dengan biaya Rp. 35.596.000,-
Tempel sebanyak 10.000 buah dilakanakan bulan Desember 2010 dengan biaya Rp. 8.030.000,-
Selain itu, banjir lahar dingin juga menyebabkan 13 jembatan rusak yang terdiri 8 jembatan kabupaten, 5 jembatan desa. Penanganan sementara jembatan rusak untuk akses jalan propinsi telah dibangun jembatan bailey di ruas Geblog.
2.8. Penyelenggaraan Pengungsian
Penyelenggaraan pengungsian berusaha memenuhi kebutuhan dasar pengungsi berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pemkab Sleman berupaya untuk memenuhi hak pengungsi. Pelayanan pengungsi dilakukan melalui beberapa sektor yaitu kesehatan, logistik, sarana prasarana, dan transportasi. Beberapa sektor tersebut diuraikan di bawah ini.
2.8.1. Pelayanan kesehatan
Kondisi kesehatan pengungsi menjadi salah satu upaya utama untuk kebutuhan dasar. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan pengungsi :
Melakukan penilaian cepat kebutuhan tenaga kesehatan Menyusun ulang jadwal piket Pos Kesehatan (shift, harian)
Memberikan pelayanan pengobatan dan pendampingan kejiwaan
Memberikan pelayanan dan penjaminan pembiayaan korban meninggal
Penambahan pos kesehatan di barak pengungsian (jika perlu) Penguatan sistem pelaporan dan informasi
Melakukan rujukan dan upaya penguatan sistem rujukan Penambahan logistik kesehatan
Surveilans penyakit dan gizi Inspeksi sanitasi
Promosi kesehatan dengan media komunikasi langsung Menginventarisir bantuan logistik dan relawan kesehatan
Kerja bakti membersihkan lingkungan
Upaya kesehatan reproduksi di barak pengungsian
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan tanggung jawab kewilayahan puskesmas dengan Dinas Kesehatan sebagai koordinator Mengusulkan rekruitmen tenaga medis untuk jangka waktu 1-3 bulan untuk memenuhi kekurangan tenaga medis.
Pelaksanan pelayanan kesehatan selama tanggap darurat dilakukan di pos kesehatan yang ada dibarak pengungsian pada awal kejadian bencana tanggal 25 Oktober 2010 telah didirikan 7 pos kesehatan yaitu:
Pos Kesehatan barak pengungsi Wonokerto Turi
Pos Kesehatan Girkerto Turi
Pos Kesehatan Purwobinanun, Pakem
Pos kesehatan Hargobinangun, Pakem
Pos Kesehatan Umbulharjo Cangkringan
Pos Kesehatan Kepuhharjo, Cangkringan
Pos Kesehatan Glagahharjo, Cangkringan
terjadi erupsi ke II tanggal 5 November 2010 yang mengakibatkan jarak aman bahaya Merapi lebih dari 20 km jumlah pengungsi meningkat menjadi 151.891 jiwa yang lokasinya menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Sleman dan diluar kabupaten Sleman. Sehingga kebijakan penanganan kesehatan korban bencana erupsi Merapi dibebankan kepada puskesmas yang mewilayahi. Sedangkan puskesmas yang masuk dalam jarak kurang dari 20 km sementara kegiatan puskesmas dialihkan sebagai berikut:
Puskesmas Turi kantor Sementara di Komplek Rumah Jabatan Jl. Rajiman tugas diperbantukan dilokasi pengusngisan di wilayah Kecamatan Sleman.
Puskesmas Pakem kantor sementara di Dusun Gandok Tambakan Sinduharjo Ngaglik tugas diperbantukan di Stadion maguwoharjo.
Puskesmas Cangkringan kantor sementara di Dusun Karanganyar, Wedomartani, Ngemplak tugas diperbantukan di Stadion Maguwoharjo dan Puskesmas Kalasan.
Tabel IV
Urutan jenis penyakit di pos kesehatan di seluruh barak pengungsian
Jenis Penyakit Jumlah Kasus
1. Ispa 9419
2. Cepalgia 3769
3. Common Cold 3710
4. Myalgia 2903
5. Hipertensi Primer 2861
6. Penyakit Mata lain/iritasi mata 1934
7. Dispepsi 1589
8. dermatitis Kontak Alergi 1538
9. Faringitis Akut 1461
10. gastritis 1413
11. Batuk 1292
12. Diare dan GE 1187
13. Demam tak diket sebab 1121
14. Caries Gigi 591
15. Stomatitis 536
16. Konjung tivitis 484
17. Gangguan sendi / antralgia 465
18. Malaise dan Fatigue 462
19. Asma 451
20. Nyeri Kepala 417
Dalam upaya pelayanan kesehatan, rujukan bagi korban bencana erupsi Gunungapi Merapi telah disiapkan 21 rumah sakit di wilayah Kab Sleman yaitu sejumlah. Berikut ini adalah tabel jumlah rumah sakit rujukan, beserta data jumlah kunjungan rawat jalan, rawat Inap, serta luka bakar dan luka di 21 rumah sakit rujukan sebagai berikut:
RAWA JALAN RAWAT INAP
Pembiayaan pelayanan kesehatan pasien korban bencana ditanggung oleh Kementerian Kesehatan dengan sistem klaim biaya. Jumlah klaim biaya Pelayanan Kesehatan di rumah sakit, sebagai berikut:
Sumber data: laporan RS
Pendampingan kejiwaan bagi korban bencana erupsi Gunungapi Merapi dilakukan oleh psikolog di seluruh puskesmas beserta relawan. Hasil pendampingan kejiwaan bagi korban bencana, sebagai berikut:
2.8.2. Pelayanan logistik
Jatah hidup pengungsi per kepala per hari adalah 4 ons beras, 1 kaleng sarden, 1 bungkus mie, dan uang lauk pauk. Jumlah pengungsi setiap kecamatan menjadi dasar penyaluran logistik. Selain jenis di atas, beberapa keperluan pengungsi juga disalurkan. Jenis logistik yang disalurkan terdiri atas bahan pangan beras, bahan pangan non beras, sandang, obat-obatan, perlengkapan mandi, perlengkapan umum, perlengkapan bayi, makanan bayi.
NO KEBUTUHAN SATUAN PENERIMAAN PENYALURAN SISA STOCK
1. BERAS KG 396,300 372,664
23,636
2. MIE INSTANT DOS 17.812 13.874
3.938
3. SARDEN DOS 1.057 1.018 39
4 Air Mineral Dos 8.948
8.510 438
5 Gula pasir Kg 65.912 13.287 52.625
Distribusi sandang juga dilakukan pada tanggal 6 Desember 2010 ke Desa Kepuharjo, antara lain berupa: sarung, kaos oblong anak, dan baju anak. Perlengkapan mandi juga disalurkan pada tanggal 8 dan 10 Desember 2010. Pada tanggal 14 dan 16 Desember 2010 juga disalurkan sebanyak 1000 liter minyak tanah ke barak Stadion Maguwo.
2.8.3. Pelayanan sarana prasarana pengungsian
Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman sampai dengan tgl 17 Januari 2011 melakukan kegiatan sebagai berikut:
No Jumlah satuan
Penyediaan Sarpras Sanitasi
a. Pasang MCK Portable 301 unit
b. Rehab. MCK Permanen 20 unit
c. Pembangunan MCK
Permanen (1 unit) 14 unit
d. Pembuatan sumur
resapan dan tempat cucian 14 unit
e. Penyedotan tinja dari
MCK 100 tangki
Pelayanan Persampahan
a. Penyediaan kantong
plastik 13.000 lembar
Sampai dengan tanggal 17 Januari 2011 droping air dilakukan maksimal sebanyak 7987 tangki air. Lokasi droping air setiap hari rata-rata 30 titik. Droping air bersih dilakukan pada titik pengungsian dan beberapa dusun yang telah dihuni kembali sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan air bersih (data droping air terlampir).
Dinas PUP juga melakukan: pembuatan MCK portable sebanyak 301 buah, rehabilitasi 20 MCK Permanen, membangun 14 MCK permanen, dan penyedotan tinja sebanyak 100 kali. Sedangkan, pelayanan persampahan telah mengangkut 2.343,38 m3 sampah, yang dilayani minimal 1 sampai dengan 5 armada per hari. Pelayanan persampahan dilakukan di setiap titik pengungsian, PMI, Posko Utama, dan shelter (data pelayanan persampahan terlampir).
c.1.. Pengangkutan sampah
Posko Induk Maguwo 1.021 m3
c.2. Pengangkutan sampah
luar Posko Induk 1.322, 38 m3
Air Bersih
a. Penyediaan Hidran
Umum 309 buah
b. Penyediaan Air Bersih
(Dropping Air Bersih) 7987 Tangki air
Operasional Pemakaman Massal di
Dusun Petung 24 orang
Operasional Pemakaman Ternak
Pemakaman di TPU Seyegan 117 Jenazah
Pemasangan lampu penerangan
Barak pengungsian/tenda 180 unit TL 40 W
30 Flash 250 W
Penerangan jalur evakuasi
Penerangan Cek Dam
Gambar 15. MCK darurat di barak pengungsian
2.8.4. Pelayanan transportasi pengungsian
Sampai dengan tanggal 17 Januari 2011 pelayanan transportasi pengungsian yang dilakukan Dinas Hubkominfo, dioperasikan berdasarkan dua tahap kejadian, yaitu sebelum tanggal 5 November 2010 dan setelah tanggal 5 November 2010.
Pelayanan transportasi sebelum tanggal 5 November 2010, diuraikan pada tabel dibawah ini:
NO LOKASI JUMLAH
ARMADA
24 S/D 27
OKT 2010
JUMLAH ARMADA 28 S/D 31 OKT 2010
JUMLAH ARMADA
1 S/D 5 NOV 2010
1 UMBULHARJO 7 5 5
2 KEPUHARJO 6 4 4
3 GLAGAHARJO 7 5 5
4 PURWOBINANGUN 3 3 3
5 HARGOBINANGUN 3 1 1
6 GIRIKERTO 5 3 3
JUMLAH 35/hari 24/hari 24/hari Armada on call sejumlah 10 buah, untuk melayani antar jemput anak dari barak ke sekolah, angkutan logistic, PMI, keperluan evakuasi ternak Dinas Pertanian, dan patrol.
NO LOKASI JUMLAH ARMADA
JUMLAH 37/hari 37/hari 37/hari
Armada yang disiapkan baik Bus/Truk/TNI di Stadion Maguwoharjo dan Youth Center dipakai untuk aktivitas para pengungsi dan untuk mengantar jemput anak sekolah serta
aktivitaslainnya seperti ke Pemakaman TPU Seyegan,
NO LOKASI
8 Armada disiapkan untuk mengantar
pengungsi yang berada di tempat pengungsian di masyarakat (Telogowono,
Gendingsari dll)
2
GUDANG NAKERSOS
4 Armada untuk mengangkut Logistik ke lokasi pembangunan Shelter dan pengungsi baru kembali ke tempat semula
JUMLAH 12 Rata-rata 12 kendaraan perhari
Tabel V
Kegiatan Pelayanan transportasi untuk pengungsi
NO KEGIATAN PERGERAKAN
ASAL TUJUAN
Gudang nakersos dan PMI
Stadion Maguwo
Tersebar di 4 kecamatan
Kid Fun, gembira loka
2.8.5. Pelayanan pendidikan
No
Kec. Sekolah Asal Jumlah Siswa
Tempat Pengungsian Jenjang Nama Sekolah
1 Turi TK TK ABA Kemiri
kebo
30 Rumah Dukuh Kemirikebo
TK Nganggring 42 Rumah Bu Gunardiah
Sorowangsan Girikerto
2 Cangkringan TK TK Kepuharjo 29 SMK Cangkringan
SD SD Petung 94 Barak (tenda)
SD Pangukrejo 100 Belum sekolah
SD Umbulharjo 150 Belum sekolah
SD Srunen 109 SD Glagaharjo
SD Batur 128 SD Glagaharjo dan barak
\Kepuharjo
SD Glagaharjo 179 Tetap
SD Gondang 160 Belum sekolah
SMP SMPN 2
91 TK Darmasiwi Pakem
SD SD Kaliurang 2 132 Ponggol dan SD
Pandanpuro 2
SD Kaliurang 175 SD Pakem 1
SD Tarakanita 93 Relokasi Sudimoro
SD Tawangharjo 102 Rumah penduduk
Pelayanan pendidikan di pengungsian setelah tanggal 5 November 2010, dimana terjadi perkembangan titik lokasi secara pesat, dilakukan dengan cara titipan di berbagai sekolah yang berada di sekitar sentral evakuasi pengungsi yaitu Stadion Maguwoharjo. Pelayanan pendidikan juga dilakukan dengan cara pembentukan kelompok per barak pengungsian, yang didatangi guru kelasnya secara regular. Data berikut menunjukkan pelayanan pengungsian setelah tanggal 5 November 2010:
2.8.6. Pelayanan Sektor Pertanian saat tanggap darurat
Sektor pertanian saat tanggap darurat mengalami banyak kerugian sehingga penanganannya dilakukan secara terpadu, sehingga dapat segera melakukan penanganan terhadap korban. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan membagi tugas pada bidang peternakan, tanaman pangan hortikultura, perkebunan, dan perikanan.
2.8.6.1. Bidang Peternakan
Sejak status Merapi dinyatakan awas pada tanggal 25 Oktober 2010, pada internal Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan telah dilakukan
No Sekolah Titipan Jumlah siswa
pengorganisasian untuk merespon kemungkinan yang terjadi sebagai dampak letusan Gunung Api Merapi. Langkah awal adalah dengan membentuk Posko Pelayanan Ternak di tiga tempat, yaitu untuk wilayah Kecamatan Turi bertempat di Puskeswan Turi, wilayah Kecamatan Pakem di Puskeswan Pakem, dan untuk Kecamatan Cangkringan di Dusun Pagerjurang, Kepuhharjo, Cangkringan. Para petugas teknis, tenaga medis dan para medis serta tenaga fungsional penyuluh peternakan dibekali arahan untuk melaksanakan tugas sebaik baiknya. Tanggal 26 oktober 2010 siang hingga sore hari dilakukan monitoring ke beberapa peternak sapi perah yang berada di Ngipiksari (Kecamatan Pakem) dan Kalitengah Lor (Desa Glagaharjo, Cangkringan). Ternyata satu jam setelah monitoring di Dusun Kalitengah Lor, Gunung Api Merapi meletus jam 17.00 WIB.
Tanggal 27 Oktober 2010 pasca letusan sehari sebelumnya, disadari telah terjadi dampak letusan yang luar biasa. Pada hari itu teridentifikasi dan terdokumentasi oleh petugas, yaitu sebanyak 296 ekor sapi yang berada di dusun Ngrangkah, Pangukrejo, Pelemsari, Kinahrejo desa Umbulharjo dan dusun Kaliadem, Jambu, Petung, desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan mati terkena awan panas. Jumlah korban ternak mati yang belum pernah terjadi pada beberapa peristiwa erupsi Merapi sejak tahun 1994. Tanggal 28 Oktober 2010 bersama dengan komponen TNI, LSM, SAR, Persatuan Dokter Hewan Indonesia Jogyakarta, dilakukan upaya penguburan bangkai ternak yang berada di dusun Kaliadem dengan menggunakan peralatan manual (cangkul, skop) serta alat berat dozer (whell loader). Namun, kegiatan penguburan bangkai ternak terpaksa dihentikan karena aktifitas merapi yang mengharuskan rombongan meninggalkan lokasi.
Mengantisipasi perkembangan dampak erupsi Gunung Api Merapi, pada tanggal 27 Oktober 2010 dibentuk Tim Penanganan Ternak Korban Erupsi Gunung Api Merapi yang kemudian diperbaiki dengan Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman Nomor : 188.4/ 947 /Kep. Ka.Din/2010 tanggal 10 Nopember 2010 yang mengatur pembidangan tugas sebagai berikut :
ternak, katagori umur ternak, nama pemilik bila mungkin, asal lokasi ternak, dan lokasi penampungan ternak. Hasil pendataan dilaporkan ke Posko Penanganan Ternak.
2. Bidang Evakuasi, membantu masyarakat untuk melakukan penyelematan ternak dari lokasi terancam ke lokasi yang relatif lebih aman, membantu fasilitasi transportasinya, pembuatan kandang sementara, serta mengkomunikasikan dengan bidang yang melayani bantuan pakan dan pelayanan kesehatan hewan. Perkembangan ternak yang dievakuasi dilaporkan ke Posko.
3. Bidang Pelayanan Kesehatan Hewan, memberikan pelayanan kesehatan hewan berupa pemberian pengobatan ternak yang terluka, mengatasi gangguan kesehatan ternak, maupun pemberian vitamin terhadap ternak yang berada pada lokasi penampungan sementara, serta melakukan pencatatan terhadap ternak yang telah dilakukan tindakan.
4. Bidang Pelayanan Pakan, memberikan pelayanan pakan bagi ternak ternak yang dievakuasi pada kandang penampungan sementara, mengajukan kebutuhan pakan ke Sekretariat Posko, melakukan pencatatan keluar masuk pakan, baik yang berasal dari pembelian maupun bantuan.
5. Bidang Pengurusan Bangkai Ternak, melakukan eliminasi dampak negatif bagi kesehatan manusia yang berasal dari bangkai ternak korban erupsi dengan melakukan penguburan, pembakaran serta pengasapan bangkai. Bidang ini mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan bersama institusi dan lembaga lain yang melakukan kegiatan sama serta melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan ke Sekretariat Posko.
Penetapan Bupati selanjutnya menjadi dasar bagi Bank Pembangunan Daerah untuk menerbitkan rekening bagi setiap peternak dengan jumlah nominal uang pengantiannya.
7. Bidang Pendampingan Pengadaan dan Pemeriksaan Kesehatan Ternak Pengganti, bertugas untuk melakukan pendampingan kepada peternak yang akan melakukan pembelian ternak pengganti, dengan tujuan melakukan verifikasi bahwa pemanfaatan dana memang benar untuk pembelian ternak disamping melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternak ternak yang dibeli. Bidang ini juga mengampu tugas sosialisasi bersama BPD tentang mekanisme pencairan dana penggantian ternak.
8. Bidang Pelaporan, melakukan penyusunan laporan atas pelaksanaan tugas Tim Pelaksana Penanganan Ternak Korban Erupsi Gunung Api Merapi.
Penangangan ternak pasca erupsi yang telah dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dapat dilaporkan sebagai berikut:
1. Bidang Identifikasi
Identifikasi jumlah ternak mati dan jumlah ternak dievakuasi beserta lokasinya telah dilakukan sejak tanggal 27 Oktober 2010 dan dilakukan pembaruan data setiap hari di posko Pagerjurang, Kepuharjo. Namun merespon perkembangan bahwa penanganan ternak korban erupsi Gunung Api Merapi merupakan salah satu ketugasan yang dikoordinasikan BNPB dan juga merupakan kompetensi Kementerian Pertanian, rekapitulasi hasil identifikasi baru mulai diterbitkan tanggal 13 November 2010 dan dilaporkan harian serta dibuat sampai dengan tanggal 23 Desember 2010, dengan penjelasan bahwa sejak tanggal 3 Desember 2010 status Merapi telah diturunkan menjadi siaga dan banyak ternak di penampungan sementara yang telah dibawa kembali oleh pemiliknya serta hasil verifikasi data ternak mati telah sampai tahap finalisasi.
jumlah ternak yang dijual masyarakat secara mandiri, jumlah ternak yang dievakuasi beserta jumlah titik penampungan ternak sementara serta data ternak yang akan dijual.
2. Bidang Evakuasi
Bidang ini memberi fasilitasi kepada para peternak dan kelompok yang melakukan evakuasi ternaknya ke lokasi yang dinilai aman dari dampak erupsi merapi. Fasilitasi yang dilakukan antara lain berupa mengusahakan bantuan transportasi, penyediaan kandang sementara dengan mendistribusikan terpal plastik yang terdapat di posko atau mengkomunikasikan dengan para donatur/relawan yang potensial dapat memberikan bantuan, serta memfasilitasi penyediaan hidran umum/ tanki air. Bidang ini menyampaikan data ternak yang dievakuasi serta lokasi penampungan sementara kepada bidang pelayanan pakan dan bidang pelayanan kesehatan hewan untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.
Penetapan kawasan rawan bencana pada radius 20 km pada tanggal 5 November 2010 berdampak pada keterbatasan para peternak untuk mengurus ternaknya yang masih berada didaerah asal, mengakibatkan arus evakuasi ternak ke lokasi lokasi penampungan sementara terus meningkat dalam jumlah yang cukup besar hingga pernah mencapai 84 titik dengan jumlah ternak yang dievakuasi mencapai 4.376 ekor.
3. Bidang Pelayanan Pakan
diterima dan didistribusikan pakan dengan rincian seperti tersaji dalam lampiran 2.
4. Bidang Pelayanan Kesehatan Hewan
Bidang ini memberikan pelayanan pengobatan dilokasi penampungan ternak sementara kepada ternak - ternak yang terluka akibat awan panas, memberikan vitamin serta pelayanan kesehatan ternak lainnya sesuai keperluan dan memberikan pendampingan kepada peternak pada waktu akan melakukan pembelian ternak pengganti. Selama masa penanganan ternak korban erupsi Merapi telah diadakan, diterima dan dipergunakan obat - obatan dengan berbagai jenis.
5. Bidang Pengurusan Bangkai Ternak
Kegiatan pengurusan bangkai ternak yang berupa penguburan, pembakaran dan pengasapan bangkai bertujuan untuk memperkecil dampak negatif bagi kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan dari bangkai ternak. Kegiatan yang dilaksanakan dengan bantuan tenaga relawan, pasukan TNI, SAR, serta petugas Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta. Pada tanggal 28 Oktober 2010 hanya mampu menguburkan 17 ekor bangkai di dusun Kaliadem, Kepuhharjo, Cangkringan. Kemudian sejak tanggal 23 November hingga tanggal 2 Desember 2010 telah dibakar 1167 ekor bangkai ternak dengan sebaran lokasi dusun Pangukrejo, Umbulharjo, dusun Petung, dusun Kopeng, dusun Pagerjurang, desa Kepuhharjo, dusun Ngepringan, dusun Gungan, desa Wukirsari, dusun Singlar, dusun Srunen, dusun Glagahmalang, dusun Kalitengah Kidul, dusun Kalitengah Lor, desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan.
6. Bidang Verifikasi dan Validasi Data
awas menjadi siaga pada tanggal 3 Desember 2010. Langkah yang dilakukan adalah dengan pengisian form pernyataan kepemilikan yang harus ditandatangani oleh para peternak yang mengaku ternaknya mati di atas materai, yang memuat nama peternak, alamat, jumlah, jenis dan kategori ternak sapi yang mati, serta disaksikan tetangga dekat dan kepala dukuh serta diketahui oleh kepala desa dan camat setempat.
Rekapitulasi hasil verifikasi kemudian ditetapkan melalui keputusan Bupati Sleman yang menjadi dasar pembuatan rekening tabungan oleh Bank BPD DIY Cabang Sleman, serta pembuatan tanda terima uang dan berita acara pembayaran kepada peternak. Hasil verifikasi dalam rangka validasi data kepemilikan ternak mati diperoleh jumlah ternak mati sebanyak 3.413 ekor, yang terdiri dari sapi dewasa 2.133 ekor, kategori dara/ remaja 626 ekor, dan katagori pedet 654 ekor yang dimiliki oleh 1.352 orang. Sebaran ternak mati menurut wilayah kecamatan dan desa adalah sebagai berikut :
Tabel VI
Rekapitulasi Ternak Mati Korban Erupsi Merapi
NO KECAMATAN/DESA SAPI JUMLAH
3 Wonokerto 0 0 2 2
10
E PAKEM
1 Candibinangun 0 0 1 1
2 Harjobinangun 1 0 4 5
3 Hargobinangun 10 6 15 31
4 Purwobinangun 2 2 14 18
55
JUMLAH 654 626 2133 3413
7. Bidang Pendampingan dan Pemeriksaan Kesehatan Ternak Pengganti, pada tahap awal bersama dengan petugas BPD melakukan sosialisasi mekanisme pencairan dana pembelian ternak pengganti. Pendampingan akan disesuaikan dengan perkembangan kesiapan peternak didalam pengadaan ternak pengganti.
Untuk penyelenggaraan penanganan ternak korban Erupsi Gunung Api Merapi diperoleh dana siap pakai (on call) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Dana Tanggap Darurat Merapi Pemerintah Kabupaten Sleman.
Penerimaan dana dari BNPB untuk penanganan ternak korban Erupsi Gunung Api Merapi berlangsung 2 kali, yaitu :
1. Tanggal 2 Desember 2010, sebesar Rp 3.981.930.000,00 dengan penggunaan untuk pembelian ternak sapi hidup korban Erupsi Gunung Api Merapi, beserta biaya transportasi, upah tenaga kerja, obat - obatan ternak, kandang penampungan sementara, dan pemebelian pakan.
Penggunaan dana tersebut, antara lain untuk :
tanggal 20 Desember 2010 sebesar Rp 386.000.000,- dengan rincian sebagai berikut :
31 ekor kategori dewasa laktasi Rp. 310.000.000,- 3 ekor katagori dewasa Rp. 27.000.000,- 2 ekor katagori dara/ remaja Rp. 14.000.000,- 2 ekor pedet sd 3 bulan Rp. 5.000.000,- 6 ekor pedet 3sd 6 bulan Rp. 30.000.000,-
Penyerahan tabungan hasil penjualan ternak masyarakat kepada pemerintah tersebut secara simbolis telah dilakukan oleh Menteri Pertanian pada saat acara penanaman pisang di Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman pada tanggal 21 Desember 2010.
b. pembelian pakan ternak untuk ternak yang dibeli pemerintah pasca pembayaran sebesar Rp. 16.653.120,00
Dengan demikian jumlah penggunaan dana sebesar Rp. 402.653.120,00 sehingga masih terdapat sisa dana tersedia sebesar Rp. 3.579.276.880,00
2. Tanggal 4 Desember 2010, sebesar Rp. 21.360.500.000,00 dengan penggunaan untuk pembelian sapi oleh peternak sebagai pengganti sapi yang mati akibat erupsi Merapi. Penggunaan dana ini untuk penggantian ternak sejumlah 3.057 ekor, yang terdiri dari katagori dewasa 1.911 ekor, katagori dara/ remaja 553 ekor, dan kategori pedet 593 ekor, milik 1.213 orang. Jumlah ternak mati tersebut diperoleh dari hasil verifikasi final yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan Bupati Sleman nomor : 375/Kep.KDH/A/2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang Penerima Bantuan Dana Untuk Penanganan Ternak Korban Bencana Erupsi Merapi Tahun 2010 Per Tanggal 20 Desember 2010. Posting dana dari BPD Sleman ke 1.213 peternak telah dilakukan pada tanggal 23 dan 27 Desember 2010.
sapi dewasa 2.139 ekor, sapi dara/ remaja 631 ekor, dan pedet 662 ekor, dengan kebutuhan dana untuk pembelian pengganti sapi mati sebesar Rp. 23.969.000,-. Atas dasar pertimbangan tersebut, Bupati Sleman melalui surat tanggal 14 Desember 2010 mengajukan permohonan kepada Menteri Pertanian untuk menuntaskan kekurangan penggantian ternak mati dengan menggunakan sebagian dari sisa dana tersedia pembelian ternak hidup yaitu sebesar Rp. 3.579.276.880. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui surat tanggal 27 Desember 2010 nomor 27004/KU.340/F/12/2010 menyetujui dipergunakannya sisa dana tersedia dari pembelian ternak hidup untuk mencukupi kekurangan kebutuhan dana penggantian ternak mati .
Mempertimbangkan bahwa hasil verifikasi final diperoleh angka jumlah ternak mati seluruhnya sebesar 3.413 ekor yang terdiri dari katagori dewasa 2.133 ekor, katagori ternak dara/ remaja 626 ekor, dan katagori ternak pedet 654 ekor yang dimiliki oleh 1.352 orang, dan dengan kebutuhan dana penggantian sebesar Rp. 23.862.500.000,- maka dari yang telah teralokasikan pendanaannya sebesar Rp. 21.360.500.000,- masih terdapat kekurangan sejumlah 356 ekor yang terdiri dari katagori dewasa 222 ekor, katagori dara/ remaja 73 ekor, dan katagori pedet 61 ekor, yang dimiliki oleh 139 peternak dan dengan kebutuhan dana penggantian sebesar Rp.2.502.000.000,-. Kekurangan dana tersebut kemudian dipenuhi dari sisa dana tersedia dari dana pembelian ternak hidup sebesar Rp. 3.579.276.880,-sehingga secara keseluruhan dana yang diterima untuk penanganan ternak korban erupsi merapi masih tersisa sebesar Rp. 1. 077.276. 880,-
ke rekening masing - masing peternak oleh BPD Sleman pada tanggal 28 Desember 2010. Sampai dengan 26 Mei 2011 jumlah dana yang telah dicairkan oleh peternak sejumlah Rp. 21.324.400,- dengan rincian ternak sejumlah 2.956 ekor.
3. Pembiayaan Keperluan Operasional Penanganan Ternak
Untuk mendukung pelaksanaan penanganan ternak korban erupsi diperlukan berbagai kegiatan yang antara lain berupa rapat - rapat koordinasi, pengadaan bahan dan peralatan, konsumsi petugas lapangan, bahan bakar kendaraan maupun untuk pembakaran bangkai ternak, sewa kendaran untuk keperluan evakuasi, pengadaan pakan dan obat obatan, pengadaan ID ternak yang dievakuasi, honorarium relawan, bantuan upah tenaga kerja dan untuk keperluan administrasi ( ATK, computer suplies, foto copy, dokumentasi ).
Pendanaan untuk mendukung keperluan penanganan ternak korban Erupsi Merapi dibiayai dari sumberdana Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman, yang diantaranya terdapat Bidang Penanganan Khusus yang salah satu tugasnya menangani hewan ternak. Untuk keperluan ini, pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan ditunjuk Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK), dan selama pelaksanaan kegiatan sampai dengan 31 Desember 2010 telah dikeluarkan dana sebesar Rp 143.650.625,- untuk keperluan sebagai berikut :
a. Belanja Bahan ( peralatan kandang
penampungan ternak, peralatan penguburan ternak, peralatan pembakaran bangkai ternak, peralatan pelindung badan, peralatan kebersihan kandang)
Rp. 16.633.700,-
h. Bantuan Pembuatan Kandang Rp. 350.000,- i. Honorarium Relawan, Rp. 9.600.000,- j. Upah Tenaga Bongkar/ Penurunan Pakan, Rp. 550.000,- k. Belanja ATK dan Computer Suplies Rp. 2.834.250,-
l. Belanja Cetak dan Penggandaan/copy dan Jilid
Rp. 1.398.250,-
m. Dokumentasi, Rp. 464.500,-
2.8.6.2. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura
Erupsi Gunung Api Merapi pada tahun 2010 telah menyebabkan kerugian pada sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebesar Rp. 238.296.553. 840,- dengan rincian nilai kerugian sebagi berikut : padi sawah sebesar Rp. 2.795.131.440,- palawija sebesar Rp. 75.800.000,- sayuran sebesar Rp. 32.927.925.000,-, salak pondoh sebesar Rp. 201.486.497.400,-; dan nilai kerugian komoditas tanaman hias mencapai Rp. 1.011.200.000,-. Kerugian dan kerusakan tersebut terutama terjadi pada 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, dan Kecamatan Tempel. Daerah ini merupakan kawasan pertanian hortikultura dan sentra produksi Agribisnis Kabupaten Sleman yang menghasilkan Salak berkualitas tinggi, Jamur Edibel , Bunga Krisan, Beragam tanaman sayuran dan buah – buahan, Biofarmaka serta tanaman produktif lainnya.
produktif pertanian dan mengembalikan kegiatan budidaya masyarakat setelah erupsi Gunung Api Merapi usai.
Kegiatan pada masa tanggap darurat dan pemulihan awal diantaranya adalah berupa kegiatan padat karya dan bantuan sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan pertanian milik masyarakat juga di lakukan pada tempat hunian sementara (shelter) yang telah dibangun oleh Pemerintah guna menampung keluarga korban erupsi Gunung Api Merapi. Selanjutnya akan dilakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi guna mengembalikan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar lereng merapi dengan melakukan pendampingan masyarakat. Penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi pada sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura tersebut di atas dapat kami laporkan sebagai berikut :
1. Tanggap Darurat
Dalam masa tanggap darurat kegiatan pada sektor tanaman pangan dan hortikultura belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan masih sangat terbatas pada zona aman yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui BNPB sedangkan untuk zona rawan kegiatan dilakukan berupa pengamatan secara berkala pada hamparan lahan yang terdampak langsung Erupsi Gunung Api Merapi. Dalam kegiatan lapangan terbatas zona rawan bencana telah dilakukan verifikasi, validasi data kerusakan dan kerugian sarana prasarana serta tanaman dengan hasil kerugian pada komoditas padi sawah 238 Ha, sayuran 765 Ha, Salak pondoh 4.392.919 rumpun, tanaman hias 209.365 batang dan palawija 35 Ha sedangkan salah satu hasil pengamatan berkala di lahan terdampak langsung Erupsi Gunung Api Merapi adalah diketahui bahwa tanaman yang masih tersisa dan tumbuh pada lahan ini adalah tanaman umbi umbian seperti pisang.
mendukung pemulihan akibat bencana tersebut. Pada masa ini juga telah di terima bantuan pada sektor tanaman pangan dan hortikultura dari Direktorat Perbenihan dan Hortikultura pada Kementrian Pertanian berupa Pupuk organik curah 4 ton, Pupuk organik granule HNW 2 ton, Benih buah pisang raja bulu 250 batang, Benih buah pisang mas 210 batang, Benih beberapa sayuran seperti mentimun, kacang panjang caisim, jagung manis, sawi, cabe, paria, buncis, kubis dan kangkung. Bantuan dari Direktorat Perbenihan dan Hortikultura ini juga berupa sarana prasarana berupa pompa air, sabit golok dan cangkul.
2. Pemulihan Dini
Setelah erupsi Gunung Api Merapi berhenti, kegiatan pada zona larangan pada masa erupsi telah dapat dilaksanakan. Kegiatan tersebut pada awalnya adalah berupa pembersihan sisa material vulkanik Gunung Api Merapi yang cukup banyak dan telah merusak tanaman di sekitar lereng Gunung Api merapi. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya adalah Padat Karya Pemangkasan Salak dan Padat Karya Pembersihan Lahan Krisan. Kegiatan Padat Karya Pemangkasan Salak dilakukan dengan dana sebesar Rp. 1.637.683.000,- yang bersumber dari APBN melalui BPNB untuk sejumlah 103.941 HOK. Kegiatan Padat Karya Pembersihan Lahan Krisan, Jamur, pisang dan aneka tanaman hias dilakukan dengan dana sebesar Rp. 39.570.000,- yang bersumber dari APBN melalui BNPB untuk sejumlah 1.123 HOK.
Kegiatan selanjutnya pada masa pemulihan awal adalah kegiatan berupa bantuan sosial (bansos) yang anggarannya berasal baik dari Instansi Pusat melalui BNPB juga dari Propinsi melalui APBD Propinsi DIY yang kegiatannya adalah sebagai berikut :
Bansos melalui APBD Propinsi DIY berupa :
- Bantuan sosial pembersihan lahan sayuran dengan dana sebesar Rp. 800.000.000,- dari APBD Propinsi untuk sejumlah 55 ha,
- Bantuan sosial pembangunan kubung krisan dan sarana produksi dari APBD Propinsi sejumlah 1 paket,